Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGAMATAN GROUND CONTROL POINT (GCP) DAN


INDEPENDENT CHECK POINT (ICP) UNTUK
PENGOLAHAN FOTO UDARA
(Studi KasuS :Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji,Kota Batu Jawa Timur)

Disusun Oleh :

Siswandi Budiono 17.25.033

JURUSAN TEKNIK GEODESI S-I


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
1. Profil Perusahaan
a. Nama Perusahaan : PT. Beda Survey Indonesia
b. Alamat : Jl. Raya Kedungrejo No 194 Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang
2. Pelaksanaan
a. Lokasi KP : Kota Batu Jawa Timur
b. Alamat : Kota Batu Kelurahan Temas, Desa
Pandanrejo, Jawa Timur
c. Waktu : 1 Bulan 10 Hari (13 Maret -
28 April 2023)
3. Nama : Siswandi Budiono
4. Program Studi : Teknik Geodesi S-1 ITN Malang
5. Materi Pembahasan : Pengamatan Ground Control Point (GCP)
dan Independent Check Point (ICP)
Untuk Pengolahan Foto Udara

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Penanggung Jawab
Teknik Geodesi S-1 KerjaPraktek
Teknik Geodesi S-1

Silvester Sari Sai,ST., MT Silvester Sari Sai,ST., MT


NIPY. 1030600413 NIPY. 1030600413

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Peraktek (KP).
Laporan ini disusun bukan hanya sebagai syarat kelulusan Kerja Peraktek (KP)
tetapi juga sebagai sarana menambah ilmu bagi pembaca khusunya ilmu mengenai
GPS dan metode metode pengukuranya, yang disajikan berdasarkan praktik dari
tugas dan pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini di susun oleh penulis
dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang
datang dari luar. Namun, dengan penuh ketekunan dan doa akhirnya laporan ini
dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua


pihak yang ikut terlibat dan memberikan bantuan, bimbingan baik secara materi
ataupun non materi dalam pembuatan laporan dan bimbingan Kerja Peraktek
dilapangan, terutama kepada Bapak Silvester Sari Sai, S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing, Bapak Ali Swastanta Hadijaya S.T., Seluruh staf dan kariawan PT.
Beda Survey Indonesia. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi materi maupun tata bahasa, mengingat masih
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca,
terimakasih.

Malang, Juli 2023

Penulis

Siswandi Budiono

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR………………...................................................................iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv

LEMBAR ASISTENSI…………………………………………………....…….vi

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………...…1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….…1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...…….1
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………………………….…2

BAB II DASAR TEORI……………………………………………………..……3

2.1 Fotogrametri………………………………………………………….3

2.2 Unmanned Aerial Vehicle (UAV)……………………………………3

2.3 GPS…………………………………………………………..………..4

2.4 Metode dan Perinsip Pengukuran GPS………………….…………..6

2.5 Metode Penentuan Posisi GPS……………………………………….7

2.6 Kesalahan dan Bias.……………………………………………….….9

2.7 GPS Geodetic…………………………………………………..……10

2.8 Ground Control Point (GCP)………………………………….……10

2.9 Independent Check Point (ICP)……………...……………….…….11

2.10 Syarat dan penentuan GCP dan ICP………………………….…..12

BAB III PELAKSANAAN…………………………………...…………………14

3.1 Lokasi Penelitian…………………………………...………………..14

3.2 Alat dan Bahan………………………………………………………14

3.3 Diagram Alir……………………………………………………..….15

iv
3.4 Pelaksanaan Pengukuran…………………..……………………….16

3.4.1 Tahap Persiapan…………………………………………..16

3.4.2 Tahap Pengambilan Data………………….…..………….18

3.4.3 Pengukuran GCP dan ICP……….……………………….19

3.5 Pengolahan Data GCP & ICP………………………...…………….23

BAB IV PENUTUP………………………...……………………………………36

4.1 Kesimpulan………………………….………………………………36

DAFTAR PUSTAKA………………………….………………………………..38

LAMPIRAN LOGBOOK………………………………………………...…….39

v
LEMBAR ASISTENSI
LAPORAN KERJA PERAKTEK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI S-1
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
Program Studi : Teknik Geodesi
Dosen Pembimbing : Silvester Sari Sai, S.T., M.T.
Pembimbing KP : Ali Swastanta Hadijaya S.T.
Tanda
No Tanggal Catatan / Keterangan tangan

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang semakin modern membuat kebutuhan akan
data geospasial dapat memberikan suatu informasi mengenai posisi dan ruang dari
keadaan real world, sehingga dibutuhkanlah suatu cara atau teknik pemetaan yang
cepat dan efisien namun tidak mengabaikan aspek ketelitiannya. Dalam ilmu survey
pemetaan terdapat berbagai metode yang dapat dilakukan, salah satunya adalah
metode Fotogrametri. Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi
untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan
keadaan di sekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan atau pengukuran dan
interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik.
Seiring berkembangnya ilmu dan teknologi, teknik fotogrametri terus berkembang.
Mulai dari fotogrametri analog, fotogrametri analitik hingga fotogrametri digital
(Softcopy Photogrammetry) (Santoso, 2001 dalam Syauqani, Subiyanto &
Suprayogi, 2017).
Fotogrametri dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetan yang memerlukan
ketelitian tinggi, Elemen terpenting yang perlu diperhatikan dalam metode metode
pada fotogrametri ini adalah ketelitian geometrik. Pada umumnya faktor yang
sangat berpengaruh terhadap ketelitian adalah GCP ( Ground Control Point ) /
Titik Kontrol Tanah dan ICP ( Independent Check Point ) merupakan koordinat
lapangan yang digunakan untuk menguji akurasi ketelitian dari ortofoto dan Digital
Surface Model (DSM) yang dihasilkan dari pemrosesan foto udara GCP digunakan
untuk pemprosesan ortorektifikasi sedangkan ICP digunakan sebagai kontrol
kualitas dari hasil proses ortorektifikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah tersebut sebagai berikut :
1. Bagaimana peroses pengukuran Ground Control Point (GCP) dan
Independent Control Point (ICP) untuk pengolahan foto udara
2. Bagaimana ketelitian dari pengukuran Ground Control Point (GCP) dan
Independent Control Point (ICP) untuk foto udara

1
1.3 Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin di capai dalam pelaksanaa KP ( kerja
praktek ) ini adalah sebagai berikut :

Tujuan

1) Sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori dan metode


tentang ilmu pemetaan yang telah diperoleh di bangku kuliah pada
dunia kerja.
2) Mahasiswa dapat mengetahui metode pengukuran GPS untuk Ground
Control Point (GCP) dan Independent Control Point (ICP)
Manfaat

Adapun beberapa manfaat dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah


sebagai berikut :
1) Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang
dapat membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai disiplin
ilmu yang di tekuni selama ini. Terutama pengaplikasian ilmu geodesi
2) Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam ilmu survey pemetaan
khususnya mengenai GPS dan metode metode pengukuranya salah
satunya pengukuran GPS untuk fotogrametri

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fotogrametri

Fotogrametri merupakan suatu seni, ilmu dan teknologi untuk mendapatkan


informasi terpercaya tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses
perekaman, pengukuran, dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi
energi elektromanetik (Wolf, 1983). Hasil dari pemetaan secara fotogrametrik
berupa foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar dan lampiran penerbitan
peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran
secara terestris, mulai dari penetapan ground control point (GCP) atau titik
kontrol hingga kepada pengukuran batas tanah. Citra fotografik adalah foto udara
yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbang atau
wahana terbang lainnya, sedangkan foto terestrial adalah foto yang diambil secara
langsung dilapangan. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa peta foto atau
peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan
dan desain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan
listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dan lain-
lain (Anggraeni, 2012).

2.2. Unmanned Aerial Vehicle (UAV)


Pesawat tanpa awak Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan jenis
pesawat terbang yang dikendalikan alat sistem kendali jarak jauh lewat
gelombang radio. UAV merupakan sistem tanpa awak (Unmanned System)
yaitu sistem berbasis elektro mekanik yang dapat melakukan misi-misi
terprogram dengan karakteristik sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan
kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri
Terminologi terbaru UAV fotogrametri menjelaskan bahwa platform ini dapat
beroperasi dan dikendalikan dari jarak jauh baik secara semi- otomatis maupun
otomatis tanpa perlu pilot duduk di kendaraan. Platform ini dilengkapi dengan
kemampuan untuk melakukan pengukuran fotogrametri baik secara skala kecil
maupun besar. (Eseinbei, 2009).

3
Gambar 2.1 Unmanned Aerial Vehicle (UAV (Sumber: Esenbei,2009)

Kelebihan pemetaan menggunakan pesawat tanpa awak adalah waktu


pengambilan gambar cepat dan fleksibel, serta informasi yang dihasilkan bisa
lebih detail dibanding dari data satelit. Selain itu pesawat tanpa awak terbang
dibawah awan sehingga pengambilan gambar terbebas dari awan dibandingkan
dengan citra satelit yang banyak dipengaruhi kondisi atmosfer. Data citra dari
pesawat tanpa awak lebih detail dan lebih tajam serta memberikan resolusi dan
akurasi yang baik. Sistem UAV-based fotogrametri memiliki kemampuan
produksi yang hampir sama dengan penggunaan citra foto udara standar.
Perbedaannya terletak pada kemampuan cakupan volume luas wilayah yang
terbatas. Batasan cakupan wilayah sesuai dengan kemampuan jangkauan
sistem kendali jarak jauhnya yang umumnya ( Rokhmana, 2009 dalam Andaru
dan Santosa, 2017 ).
2.3. GPS
GPS ( Global Positioning System ) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan
posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Nama formalnya adalah
NAVSTAR GPS, kependekan dari “Navigation Satellite Timing and Ranging
Global Positioning System”. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan
kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu tanpa
tergantung waktu dan cuaca. GPS didesain untuk memberikan informasi posisi,
kecepatan, dan waktu. Mempunyai 3 segmen, yaitu segmen satelit, segmen
pengontrol, dan segmen penerima/pengguna (Abidin,H.Z, 2007).

Pada dasarnya GPS ( Global Positioning System ) terdiri dari beberapa segmen
yaitu sebagai berikut :

1. Segmen angkasa (space segment), terdiri dari satelit-satelit GPS serta roket-
roket Delta peluncur satelir dari Cape Canaveral di Florida, Amerika

4
Serikat. Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio di angkasa,
yang dilengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima
sinyal-sinyal gelombang. Yang kemudian sinyal-sinyal tersebut diterima
oleh Receiver GPS di/dekat permukaan Bumi, dan digunakan untuk
menentukan informasi posisi, kecepatan, waktu serta parameter-parameter
turunan lainnya. Setiap satelit GPS terdiri mempunyai dua sayap yang
dilengkapi dengan sel-sel pembangkit tenaga matahari (solar panel). Satelit
juga mempunyai komponen internal seperti jam atom dan pembangkit
sinyal. Satelit GPS memiliki komponen eksternal yaitu beberapa antena
yang digunakan untuk menerima dan memancarkan sinyal-sinyal dari satelit
ke GPS.
2. Segmen sistem kontrol, berfungsi mengontrol dan memantau operasional
semua satelit GPS dan memastikan bahwa semua satelit berfungsi
sebagaimana mestinya. Secara spesifik tugas utama dari segmen sistem
kontrol GPS adalah:
 Secara kontinyu memantau dan mengontrol sistem satelit
 Menentukan dan menjaga waktu sistem GPS
 Memprediksi ephemeris datelit serta karakteristik jam satelit
 Secara periodik meremajakan (update) navigation message dari setiap
satelit
 Melakukan manuver satelit agar tetp berada dalam orbitnya, atau
melakukan relokasi untuk menggantikan satelit yang tidak sehat,
seandainya diperlukan

Segmen kontrol juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS
yang merupakan informasi vital untuk penentuan posisi dengan satelit.

3. Segmen pengguna, yang terdiri dari para pengguna satelit GPS, baik di
darat, laut, udara, maupun di angkasa. Dalam hal ini, alat penerima sinyal
GPS (GPS receiver) diperlukan untuk menerima dan memroses sinyal dari
satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, waktu
maupun parameter turunan lainnya. Komponen utama dari suatu receiver
GPS secara umum adalah: antena dengan pre-amplifier, pemroses sinyal,
pemroses data (solusi navigasi), osilator presisi, unit pengontrolan receiver

5
dan pemrosesan (user and external communication), satu daya, memori
serta perekam data.

Gambar 2.2 Tiga Segmen GPS

( Sumber : Abidin, H.Z, 2007 )

2.4. Metode dan Prinsip Pengukuran GPS


penentuan posisi dengan GNSS adalah reseksi ( pengikatan kebelakang )
dengan jarak, yaitu pengukuran jarak dari receiver ke beberapa satelit secara
simultan. Pada dasarnya pengukuran penentuan posisi dengan GPS, ada dua tipe
alat penerima sinyal satelit ( reciver ) yang dapat digunakan yaitu :

A. Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut


ketelitian tinggi
B. Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian
tinggi

Pada pengukuran GPS masing-masing memiliki 4 parameter yang harus ditentukan


yaitu 3 parameter koordinat x, y, z atau L, B, h dan satu parameter kesalahan waktu
akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh
karena itu, diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit. Metode
penentuan posisi dengan GPS pertama-tama dibagi dua, yaitu metode absolut, dan
metode diferensial. Masing-masing metode ini dapat dilakukan
dengan cara real time dan atau post-processing. Apabila obyek yang ditentukan
posisinya diam, maka metodenya disebut statik. Sebaliknya, apabila obyek yang

6
ditentukan posisinya bergerak, maka metodenya disebut kinematic, Selanjutnya,
ada beberapa metode metode yang lebih detail antara lain seperti RTK, Survei GPS,
Rapid Statik, Pseudo Kinematik, stop and go serta beberapa metode lainnya.

2.5 Metode Penentuan Posisi GPS


Dalam pengukuran GPS (Global Positioning System ) terdapapat beberapa
metode penentuan posisi yaitu :
1. Metode Penentuan Posisi Statik
metode penentuan posisi static secara diferensial dengan menggunakan
data fase. Penentuan posisi relatif atau metode differensial adalah
menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah
diketahui koordinatnya. Pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua
titik dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya, data hasil pengamatan
diproses dan dihitung sehingga akan didapat perbedaan koordinat
kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut juga dengan baseline antar
titik yang diukur. Penentuan posisi dengan Metode ini memerulkan
minimal 2 reciver
2. Metode Penentuan Posisi Kinematik
Penentuan posisi secara kinematik adalah penentuan posisi dari titik-titik
yang bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak mempunyai
kesempatan untuk berhenti pada titik-titik tersebut. Penentuan posisi
kinematik ini dapat dilakukan secara absolut ataupun diferensial dengan
menggunakan data pseudorange dan/atau fase. Hasil penentuan posisi bisa
diperlukan saat pengamatan atau sesudah pengamatan.
Berdasarkan pada jenis data yang digunakan serta metode penentuan posisi
yang digunakan, ketelitian posisi kinematik yang diberikan oleh GPS dapat
berkisar dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Dari segi aplikasinya
metode kinematik GPS akan bermanfaat untuk navigasi, pemantauan,
guidance, fotogrametri, airbone gravimetry, survei hidrografi. Metode
jenis ini terdapat beberapa karakteristik yang perlu di catat yaitu :
 Metode ini harus berbasiskan penentuan posisi diferensial yang
menggunakan data fase

7
 Problem utamanya adalah penentuan ambiguitas fase secara on-the-fly,
yaitu penentuan ambiguitas fase pada saat receiver sedang bergerak
dalam waktu sesingkat mungkin.
 Penentuan ambiguitas secara on-the-flyakan meningkatkan ketelitian,
keandalan, fleksibilitas dari penentuan posisi kinematik.
3. Metode Penentuan Posisi Rapid Statik
Metode penentuan posisi dengan survei static singkat (rapid static) pada
dasarnya adalah survei statik dengan waktu pengamatan yang lebih
singkat, yaitu 5-20 menit. Prosedur operasional lapangan pada survei statik
singkat adalah sama seperti pada survei statik, hanya selang waktu
pengamatannya yang lebih singkat. Oleh sebab itu disamping memerlukan
perangkat lunak yang handal dan canggih, metode statik singkat juga
memerlukan geometri pengamatan yang baik, tingkat residu kesalahan dan
bias yang relatif rendah, serta lingkungan pengamatan yang relatif tidak
menimbulkan multipath.
4. Metode RTK ( Real Time Kinematic )
Metode RTK adalah suatu penentuan posisi real time secara differensial
menggunakan data fase, hubungannya untuk memberikan data real time,
stasiun referensi wajib mengirimkan data fase dan pseudorange kepada
user secara realtime dengan sistem komunikasi data. Survei metode RTK
terdiri atas base dan rover station, dengan receiver yang ada base station
tidak berubah posisi antenanya selama melakukan pengukuran sedang
receiver yang berfungsi sebagai rover dipindah-pindahkan sesuai untuk
positioning yang direncanakan. Receiver yang ada di base dan rover
station harus selalu memperoleh signal GPS selama melakukan
pengukuran, korekasi diferensial dipancarkan dari base station ke rover
station menggunakan fasilitas RTCM. Survei GPS untuk pengamatan RTK
sangat sering digunakan untuk pekerjaan mapping hingga saat ini
Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah sistem penentuan posisi real-
time secara diferensial menggunakan data fase. Dapat digunakan untuk
penentuan posisi obyek obyek yang diam maupun bergerak. Untuk
merealisasikan tuntutan real-time nya, monitor station harus mengirimkan

8
data fase dan pseudorange ke pengguna secara real-time menggunakan
sistem komunikasi data tertentu. Ketelitian tipikal posisi : 1 - 5 cm.
Aplikasi utama : staking out, survai kadaster, survai pertambangan,
navigasi berketelitian tinggi. Untuk Komunikasi data : Base Station
(stasiun Referensi) dilengkapi perangkat pemancar, sedangkan Rover
(Stasiun pengguna) dilengkapi perangkat penerima data. Komunikasi data
menggunakan pita frequensi VHF/UHF, untuk itu dituntut adanya
visibilitas langsung (line of sight) antara base dan rover
2.6 Kesalahan dan bias

Kesalahan dan bias pada umumnya dapat terjadi akibat beberapa faktor yaitu :

1. Kesalahan ephemeris (orbit), yaitu kesalahan dimana orbit satelit yang


dilaporkan oleh ephemeris satelit tidak sama dengan orbit satelit yang
sebenarnya. Kesalahan ini akan mempengaruhi ketelitian dari koordinat
titik-titik. Kesalahan orbit satelit GPS pada dasarnya disebabkan oleh
kekurangtelitian pada proses perhitungan orbit satelit, kesalahan dalam
prediksi orbit untuk periode waktu setelah uploading ke satelit, dan
penerapan kesalahan orbit yang sengaja diterapkan.
2. Bias Ionosfer. Jumlah elektron dan ion bebas pada lapisan ionosfer
tergantung pada besarnya intensitas radiasi matahari serta densitas gas pada
lapisan tersebut. Bias ionosfer akan mempengaruhi kecepatan, arah,
polarisasi, dan kekuatan sinyal GPS. Ionosfer akan memperlambat
pseudorange (ukuran jarak menjadi lebih panjang) dan mempercepat fase
(ukuran jarak menjadi lebih pendek).
3. Bias Troposfer. Lapisan troposfer merupakan atmosfer netral yang
berbatasan dengan permukaan Bumi dimana temperatur menurun dengan
membesarnya ketinggian. Lapisan ini memiliki ketebalan 9-16 km. Disini
sinyal GPS akan mengalami refraksi, yang menyebabkan perubahan pada
kecepatan dan arah sinyal GPS. Efek utama dari troposfer sangat
berpengaruh pada kecepatan, atau dengan kata lain terhadap hasil ukuran
jarak. Pada lapisan ini pseudorange dan fase diperlambat. Dan besar
magnitude bias troposfer pada kedua data pengamatan tersebut adalah sama.

9
4. Multipath, yaitu fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di antena GPS
melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
sinyal dipantulkan oleh benda benda disekitar antena sebelum tiba di antena.
Benda-benda tersebut dapat berupa jalan raya, gedung, danau, dan
kendaraan. Perbedaan panjang lintasan menyebabkan sinyal sinyal tersebut
berinteferensi ketika tiba di antena yang pada akhirnya menyebabkan
kesalahan pada hasil pengamatan. Dan mempengaruhi hasil ukuran
pseudorange maupun carrier phase.

2.7 GPS Geodetic

GPS Geodetic (Reciver) Merupakan jenis GPS yang saat ini banyak digunakan
dalam beberapa survey pengukuan, GPS jenis ini mampu menangkap sinya L1, L2
atau GNSS dan juga mampu merekam RAW data secara umum dan memiliki
format Rinex selain itu jika dibandingkan dengan GPS navigasi GPS jenis ini dapat
memberikan ketelitian yang lebih tinggi, alat ini juga dapat digunakan untuk
pengukuran bidang perkebunan, pertanian dan lainya

Gambar 2.3 GPS Geodetic ( Sumber : Internet )

2.8 Ground Control Point ( GCP )

Ground control point (GCP) atau titik kontrol tanah adalah titik yang
terdapat di lapangan dan dapat diidentifikasi pada foto serta mempunyai
koordinat di kedua sistem, yaitu sistem koordinat tanah dan sistem koordinat
foto. GCP diperlukan untuk kegiatan transformasi koordinat dari sistem
koordinat tertentu ke sistem koordinat tanah. Titik kontrol ini terdapat pada

10
kedua sistem koordinat yang mempunyai posisi relatif pada objek yang sama.
Pada pengkoreksian suatu citra diperlukan GCP, sehingga ada keterkaitan
antara sistem citra foto dengan sistem tanah (Subakti, 2002).

Ground Control Point (GCP) memiliki peran penting untuk mengkoreksi


data dan memperbaiki keseluruhan citra. GCP sangat diperlukan dalam
pengolahan foto udara, karna GCP mempunyai fungsi sebagai penentu ketelitian
geometris hasil olah foto ( misalnya ortophoto, DSM, DTM ). Semakin teliti GCP
maka akan semakin baik pula ketelitian geometris hasil dari pengolahan foto udara
tersebut. Lokasi ideal penempatan GCP adalah kawasan terbuka yang tidak
terhalang oleh benda , pohon, dan bangunan jika dilakukan pemotretan dari
udara.

2.9 Independent Check Point ( ICP )

Independent Check Point (ICP) merupakan koordinat lapangan yang


digunakan untuk menguji akurasi ketelitian dari ortofoto dan Digital Surface Model
(DSM) yang dihasilkan dari pemrosesan foto udara. Dalam foto udara GCP
digunakan untuk pemprosesan ortorektifikasi sedangkan ICP digunakan sebagai
kontrol kualitas dari hasil proses ortorektifikasi. Independent Check Point (ICP)
yaitu titik-titik yang sudah teridentifikasi pada citra dan peta referensi dan berlainan
posisi dengan Ground Control Point (GCP). Penempatan titik-titik ICP terdistribusi
merata dan tidak keluar dari area titiktitik GCP. Pada umumnya penyebaran ICP
dapat diadakan dengan dua cara, yaitu (Hasyim, 2009):
1. Pre-marking adalah mengadakan titik target sebelum pemotretan
dilaksanakan.
2. Post-marking adalah mengidentifikasi obyek yang terdapat pada foto,
kemudian ditentukan koordinat petanya.

11
Gambar 2.4 Independent Check Point ( Sumber : Dokumentasi KP )

2.10 Syarat dan Penentuan GCP dan ICP

Pemilihan tempat titik Ground Control Point (GCP) dan Independent Check
Point (ICP) harus berada di area yang terbuka dan tidak terhalang oleh bangunan,
pohon, dan benda benda disekitar area titik GCP dan ICP ketika peroses
pengambilan foto udara dilakukan. Ketentuan penyebaran titik GCP harus
memperhatikan kebutuhan aplikasi penginderaan jauh. Titik GCP harus tersebar
merata di seluruh wilayah yang akan diambil citra atau gambarnya. Jumlah titik
GCP yang diperlukan tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan dan
tingkat akurasi yang diinginkan. Umumnya, semakin banyak titik GCP yang
digunakan, semakin akurat citra atau gambar yang dihasilkan.

Adapun syarat ketentuan persebaran titik GCP adalah sebagai berikut :

1. Pada sisi perimeter area citra


2. Pada tengan area/scene
3. Pada wilayah perbatasan/overlap scene citra
4. Tersebar secara merata dalam area citra

Sedangkan ketentuan penyebaran titik ICP harus memperhatikan jumlah titik


GCP dan luas wilayah yang dipetakan. Umumnya, untuk memverifikasi akurasi
citra atau gambar yang dihasilkan, sekitar 5-10% dari jumlah titik GCP yang
digunakan ditempatkan sebagai ICP.

12
Adapun syarat ketentuan persebaran titik ICP adalah objek yang digunakan
sebagai titik uji harus memiliki sebaran yang merata di seluruh area yang akan di
uji. Dalam memilih titik GCP dan ICP, perlu diperhatikan juga jenis citra atau
gambar yang akan dihasilkan. Misalnya, citra multispektral memerlukan titik GCP
dan ICP yang berbeda dengan citra panchromatic. Ketentuan penyebaran titik GCP
dan ICP yang tepat sangat penting dalam memastikan akurasi citra atau gambar
yang dihasilkan.

13
BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak pada kawasan Desa Pandanrejo yang berlokasi di


kecamatan Bumiaji Kelurahan Temas, Kota Batu dengan koordinat geografis
7°52’01.21”S 112°32’42.38”E.

Gambar 3.1 Lokasi pelaksanaan kerja praktek

( Sumber : Google earth 2023 )

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua komponen
yaitu :
a. Perangkat Keras

Laptop Acer Aspire 5 NVDIA Intel Core i3

b. Perangkat Lunak

Compaas Solution 1.7.6

14
3.3 Diagram Alir Pelaksanaan

Mulai

Pengenalan Instansi

Orientasi Lapangan

Pengukuran titik ikat base

Pemasangan patok Pengukuran GCP


dan ICP
Pemasangab Premak

Pengecekan Data

Pengolahan data

Pembuatan LogBook

Pembuatan Laporan

Selesai

15
3.4 Pelaksanaan Pengukuran

3.4.1 Tahap persiapan

Pada pengukuran ini menggunakan metode pengukuran radial. tahap


persiapan sebelum melaksanaan pengukuran yakni dilakukan pengecekan
terhadap alat serta bahan yang akan digunakan, dan perencanaan lokasi titik titik
penempatan GCP & ICP pada Googl Earth Pro.

Gambar 3.2 Titik-titik GCP & ICP

( Sumber : Google earth Desa Pandanrejo Jawa Timur )

Tahap selanjutnya adalah pemasangan patok pada titik titik yang sudah
ditentukan dimana pada gambar 3.2 dapat dilihat jumlah pesebaran titik GCP
berjumlah 13 titik dan titik ICP berjumlah 11 titik, total pemasangan patok
adalah 24 titik

16
Gambar 3.3 Pemasangan Patok titik GCP & ICP

( Sumber Dokumentasi KP )

Gambar 3.4 Pemasangan Patok titik ICP ( Sumber


: Dokumentasi KP )

17
3.4.2 Tahap Pengambilan data

Sebelum dilakukan pengukuran pada titik GCP dan ICP terlebih dahulu
dilakukan pengukuran titik ikat base, dalam penelitian ini pengukuran titik ikat
dilakukan pengamatan stasiun cors N1 jaring kerangka milik BIG yang ada di
Singosari ke desa Pandanrejo. Pengamatan dilakukan -+ 5 Jam

Gambar 3.5 Proses Centering alat

( Sumber : Dokumentasi KP )

Gambar 3.6 Proses pengukuran tinggi alat

( Sumber : Dokumentasi KP )

18
Gambar 3.7 GPS Geodetic

( Sumber : Dokumentasi KP )

3.4.3 Pengukuran GCP dan ICP

Dalam pengukuran GCP dan ICP menggunakan metode


pengukuran radial, pengukuran dilakukan selama 30 – 35 menit pada
semua titik. Sehingga mendapatkan ketelitian data dengan akurasi
centimeter. Jika semakin lama suatu pengamatan maka ketelitian data
yang didapatkan akan semakin tinggi.

Dalam pengukuran pada titik titik GCP dan ICP dimulai dengan
mendirikan alat diatas titik station atau Base yang sudah diketahui
koordinatnya, jika alat pada titik base sudah didatarkan dan dihidupkan
maka pengukuran pada titik titik GCP ICP siap dilakukan

19
Gambar 3.8 Peroses mendatarkan alat

( Sumber : Dokumentasi KP )

Gambar 3.9 Peroses Mengukur Tinggi Alat

( Sumber : Dokumentasi KP )

20
Gambar 3.10 Peroses menghidupkan & memulai

pengamatan ( Sumber : Dokumentasi KP )

Berikut data hasil pengukuran titik GCP dan ICP yang sudah
dipindahkan dari reciver ke computer atau laptop

Data hasil pengukuran pada tanggal 16 Maret 2023

Dalam pengukuran yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret


terdapat dua sesi pengukuran sesi 1 dan sesi 2

21
Data hasil pengukuran tanggal 17 Maret 2023

Sesi 1

Sesi 2

Data hasil pengukuran tanggal 18 Maret 2023

Data hasil pengukuran tanggal 20 Maret 2023

22
3.5 Pengolahan Data GCP & ICP
Data pengamatan menggunakan GPS Geodetic yang telah didownload
selanjutnya akan diolah menggunakan Compass Solution versi 1.7.6, berikut
tahapan pengolahan data GCP dan ICP menggunakan Compass Solution versi
1.7.6
1. Pertama tama membuka aplikasi Compass solution

2. Selanjutnya untuk membuka folder data klik “create” lalu pilih “coordinate
detail” maka akan muncul datum manager seperti pada gambar dibawah ini

23
3. Klik add pada datum manager lalu klik “select projection model” pilih UTM
pada kolom projection model kemudian pilih “south” pada kolom
Hemishere dan pada kolom Zone pilih 49 lalu tekan “OK”

4. Selanjutnya untuk memulai RAW data pilih menu observation lalu klik
“inport” lalu Ctrl A dan klik “Open”

5. Setelah data Raw data berhasil dimasukan maka akan muncul tampilan
seperti gambar dibawah ini dimana pada tampilan observation menampilkan
raw data dan pada tampilan Map menampilkan titik titik pengukuran

24
6. Untuk memasukan data Baseline langkahnya sama yakni dengan klik
“import files” lalu pilih data base nya kemudia klik “open” maka akan
muncul tampilan seperti pada gambar dibawah ini dimana masing masing
titik terikat ke base

25
7. Selanjutnya untuk menentukan baseline dan titik-titik GCP, ICP pada tabel
data pengamatan klik kanan lalu klik “Properties”

8. Maka selanjutnya akan muncul tampilan seperti pada gambar dibawah ini
dimana pada kolom station masukan nama titik lalu untuk memasukan
tinggi alat dan jenis antenna klik “change” lalu masukan tinngi alat pada
kolom “Value (m) dan jenis antenna pada kolom “Type” lalu tekan OK,
pada tahap ini kita juga dapat mengganti nama titik sesuai dengan yang ada
dilapangan dengan cara memasukan nama titik pada kolom menu station

26
9. Jika semua data sudah dimasukan tinggi alat dan jenis antenanya maka
langkah selanjutnya masuk ke menu Static Baseline pada tahap ini untuk
menentukan parameter pengolahan klik “Param” pada tahap ini diharapkan
untuk mengatur parameter sesuai dengan keburtuhan

27
10. Setelah mengatur parameter sesuai dengan yang dibutuhkan selanjutnya
kilk “Process” maka software akan secara otomatis mengolah semua data
tersebut

11. Setelah smua data selesai diproses maka akan muncul nilai kualitas data
pada tabel Solution Type, Radio dan RMS, pada tahap ini juga kita dapat
melihat kualitas data beserta informasi mengenai satelitnya, dapat dilihat
pada gambar dibawah ini

28
12. Tahap selanjutnya adalah memasukan Koordinat dari data titik acuan atau
Baseline dengan cara klik “Station Constraint” masukan koordinat X,Y,Z
dengan klik “Known Point” lalu masukan Koordinatnya lalu ceklis
“Constraint” dan klik “OK”

29
13. Setelah nilai Koordinat X,Y,Z dimasukan selanjutnya pilih menu
“Adjustment Parameter” dalam tahap ini kita bisa melihat dan memilih
interval kepercayaan yang ingin digunakan, selanjutnya klik “Free
Adjustment” kemudian pilih data acuan atau data dari baseline lalu klik
“OK” dan Klik dua kali menu “Run Adjustment”

30
31
14. Maka akan muncul detail informasi mengenai hasil Report data, berikut
adalah informasi detail mengenai hasil Report Data dari semua titik
pengukuran yang dilakukan

32
33
34
35
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran yang kemudian diolah menggunakan
Compass Solution didapati hasil koordinat dan Elevasi GCP dan ICP
sebagai berikut

TABEL DATA KOORDINAT GCP

KOORDINAT
No Titik GCP ELEVASI
x y
1 GCP 01 9128350.2762 668426.3706 919.0260
2 GCP 02 9133424.0075 671961.0495 1050.7771
3 GCP 03 9127804.1256 669325.2706 867.9016
4 GCP 04 9128266.6734 669621.0919 830.2727
5 GCP 05 9127933.8250 670365.0280 775.8296

6 GCP 06 9127818.5054 671168.1177 727.4921

7 GCP 07 9129301.7703 670069.3097 799.0765

8 GCP 08 9130700.3034 669502.7569 872.6342

9 GCP 09 9130393.2786 671198.9442 812.2655

10 GCP 10 9131005.9512 9131005.9512 840.2243

11 GCP 11 9131604.3405 671306.0682 883.2227

12 GCP 12 9132879.9565 671306.0682 990.9524

13 GCP 13 9134105.7485 671994.2657 1147.0411

36
TABEL KOORDINAT ICP

KOORDINAT
No Titik ICP ELEVASI
x y
1 ICP 01 9128594.5309 668583.6199 902.0822
2 ICP 02 9127544.4950 668748.8210 915.5314
3 ICP 03 9128787.6650 670773.9519 834.8919
4 ICP 04 9128887.1996 669229.5999 857.8344
5 ICP 05 9129026.1820 669931.3871 819.0633

6 ICP 06 9128467.3452 670706.4434 778.2138

7 ICP 07 9129268.1204 671164.9881 756.1857

8 ICP 08 9129778.4942 670246.5757 824.1716

9 ICP 09 9130061.3414 669161.0843 837.7335

10 ICP 10 9131127.2047 670853.1174 847.0097

11 ICP 11 9132148.9335 671568.5204 933.8208

12 CP 12 9133329.8593 672154.7359 1046.2624

37
DAFTAR PUSTAKA

1 Andaru, R. dan Santosa, B.P., 2017. Analisis Spasial Bencana Longsor


Bukit Telogolele Kabulaten Banjarnegara Menggunakan Data Foto Udara
Uav. Departemen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada Indonesia.
2 Alves, Escolastico Fortunato Soares Sequeira. 2019. Perbandingan Antara
Dem Foto Udara Dengan Dem Topografi (Studi Kasus : Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur). ITN Malang.
3 KEMAH KERJA 2014/2015 TEKNIK GEOMATIKA Tim GPS Geodetik
Desa Jatijejer Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
4 Hasyim,A.W.2009. Menentuan Titik Kontrol Tanah (GCP) dengan
Menggunakan Teknik GPS dan Citra Satelit untuk Perencanaan Perkotaan.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

38
LAMPIRAN LOGBOOK

LogBook Mahasiswa Kerja Praktek

Nama : Siswandi Budiono

Nim : 1725033

Judul Kp : Pengukuran GCP ICP Untuk Pengolahan Foto Udara

Lokasi KP : Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Jawa


Timur
Pembimbing KP : Silvester Sari Sai, S.T., M.T.

Jadwal Kegiatan Kerja Praktek

(13 Maret s/d 28 April 2023)

No. Tanggal Pelaksanaan Jenis Kegiatan

Pengenalan Kepada Instansi dan Pembimbing KP Via


1. 10 Maret 2023 Whatsapp

Pengarahan dan Pelaksanaan Pengukuran Titik Ikat


2. 13 Maret 2023 Base

3. 14 Maret 2023 Pemasangan Patok Pada Titik GCP & ICP

4. 16 Maret 2023 Mulai Pengukuran GCP & ICP

5. 18 Maret 2023 Pemasangan Premak Pada Titik-titik GCP & ICP

6. 24 Maret 2023 Pengambilan data Foto udara

Pengambilan dan Penyerahan Surat Pengantar KP dari


7. 29 Maret 2023 Kampus Ke Instansi

Berangkat ke Cilacap Jawa Tengah Untuk Pengukuran


8. 6 April 2023 Bidang

39
Pengenalan dan pengarahan Pengukuran bidang di
9. 8 April 2023 Desa

10. 12 April 2023 Berangkat ke BPN Kota Cilacap

Mulai Scaning Berkas SU dan GU di BPN Kota


11. 13 April 2023 Cilacap

Selesai dan Kembali ke Desa untuk melakukan


12. 14 April 2023 pengukuran bidang

13 18 April 2023 Cuti Bersama, Hari Raya idul Fitri 1444 Hijriah

Pengarahan dan pengecekan patok pada titik titik GCP


14. 03 Mei 2023 & ICP yang berada di wilayah Desa Bulukerto

15. 04 Mei 2023 Mulai Pengukuran GCP & ICP di Desa Bulukerto

16. 09 Mei 2023 Pengolahan Data Hasil Pengukuran

17. 12 Mei 2023 Penyusunan Laporan dan LOGBOOK

Malang , 12 Mei 2023

Penanggung Jawab Kerja Praktek Pembimbing Kerja Praktek

Silvester Sari Sai, ST., MT Silvester Sari Sai, ST., MT

NIPY 1030600413 NIPY 1030600413

40
Dokumentasi Kegiatan

Tanggal
Jenis Kegiatan Dokumentasi
Pelaksanaan

Pengarahan dan
13 Maret 2023
Pengukuran titik ikat Base

Pemasangan Patok Pada


14 Maret 2023
Titik GCP & ICP

Mulai Pengukuran GCP &


16 Maret 2023
ICP

41
Pemasangan Premak Pada
19 Maret 2023
Titik-titik GCP & ICP

Pengambilan data Foto


24 Maret 2023
udara

Pengambilan dan
29 Maret 2023 Penyerahan Surat Pengantar
KP dari Kampus ke Instansi

Berangkat ke Cilacap Jawa


06 April 2023 Tengah Untuk Pengukuran
Bidang

42
Pengenalan dan pengarahan
08 April 2023 Pengukuran bidang di Desa
Kamulyan Cilacap

Scaning Berkas SU dan GU


13 April 2023
di BPN Kota Cilacap

43
Pengarahan dan pengecekan
patok pada titik titik GCP &
03 Mei 2023
ICP yang berada di wilayah
Desa Bulukerto

Mulai Pengukuran GCP &


04 Mei 2023
ICP di Desa Bulukerto

Pengolahan Data Hasil


09 Mei 2023
Pengukuran

44
Penyusunan Laporan dan
12 Mei 2023
LOGBOOK

Pelaksanaan pengukuran

Pengukuran ini terletak pada kawasan Batu yang berlokasi di Desa Pandanrejo
Kelurahan Temas Jawa Timur dengan koordinat geografis 7°52’01.21”S
112°32’42.38”E Kecamatan Bumiaji Kelurahan Temas Desa Pandanrejo

45
Hasil Pengukuran

Hasil Pengukuran tanggal 16 Maret 2023

Pada pengukuran GCP dan ICP yang dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2023
didapatkan hasil pengukuran sejumlah 6 titik

Hasil pengukuran tanggal 17 Maret 2023

Penguukuran ini dilakukan dua sesi dimana pada sesi pertama didapatkan 4 titik
dan di sesi kedua didapatkan 6 titik pengukuran

46
Sesi 1

Sesi 2

Pengukuran pada tanggal 18 Maret 2023

Pengukuran pada tanggal 20 Maret 2023

Pada pengukuran ini dilakukan pengukuran ulang terhadap satu titik saja karna
perpindahan titik

47
Pengolahan Data

Pengolahan data hasil pengukuran pertama, pada tahap ini kita dapat melihat titik
titik yang telah diukur dan kualitas data pengamatan,

48
Berikut adalah hasil dari report data pengukuran GCP dan ICP pada hari pertama
tanggal 16 Maret 2023 setelah di olah menggunakan Compass Solution

1. Properti

2. COORDINATE SYSTEM

Datum parameter dan projection parameter

49
3. BASELINE

4. 3D NON CONSTRAINT ADJUSTMENT

adjustment parameter dan free adjustment coordinate

50
5. 2D ADJUSTMENT PARAMETER

Ajustment Parameter

2D adjustment distance

2D Coordinate

51
6. Height fitting
Adjustment parameter

Height fitting Coor

Hasil report data pengukuran tanggal 17 Maret 2023

Pengukuran yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2023 dibagi menjadi dua sesi

Sesi 1

1. Property

52
2. Coor. system

Datum Parameter

Projection Parameter

3. Baseline

Baseline

4. 3D non-constraint adjustment
Adjustment parameter

53
Free adjustment coordinate

5 2D constraint adjustment

Adjustment parameter

2D adjustment distance

2D coordinate

54
6 Height fitting

Adjustment parameter

Height fitting Coor.

Sesi 2

1. Property
Property

2. Coordinate system
Datum Parameter

55
Projection Parameter

3. Baseline
Baseline

4 3D non-constraint adjustment
Adjustment Parameter

Free adjustment coordinate

56
5 2D constraint adjustment
Adjustment Parameter

2D adjustment distance

2D coordinate

57
6 Height fitting
Adjustment Parameter

Height fitting Coor.

Report Data Pengukuran 18 Maret 2023


1 Property
Property

2 Coordinate system
Datum Parameter

58
Projection Parameter

3 Baseline
Baseline

4 3D non-constraint adjustment
Adjustment Parameter

Free adjustment coordinate

59
5 2D constraint adjustment
2D adjustment distance

2D coordinate

60
6 Height fitting
Adjustment parameter

Height fitting Coor.

61
62

Anda mungkin juga menyukai