DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Kelas Z Tahun Ajaran 2012-2013
OLEH :
ANGGI AINURROFIQ
(3112030106)
DAFTAR ISI
2 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
3 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat
yang telah diberikan kepada kami. Karena kami dapat menyelesaikan praktikum Ilmu
Ukur Tanah II serta dapat menyusun laporan mengenai hasil praktikum tersebut
dengan baik.
Laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Ukur Tanah II. Berisi tentang bagaimana metode serta pengolahan data dari
praktikum ilmu ukur tanah materi poligon dan tachimetri. Dalam penyusunan laporan
ini, kami mengalami kesulitan. Akan tetapi kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Hal ini tidak lepas dari peranan Bapak Choirul Anwar dan Ibu Yuyun
Tajunnisa sebagai dosen kami, serta Pak Tatas sebagai dosen pembimbing serta
bantuan teman-teman kami yang telah membantu kami untuk menyelesaikan laporan
ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.
Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik bagi
kami sendiri sebagai tolak ukur untuk penyusunan laporan yang berikutnya maupun
bagi teman-teman dan para pembaca.
Tim Penyusun
4 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan suatu ilmu yang mempelajari metode-metode
pengukuran keadaan permukaan bumi kemudian digambarkan dalam suatu kertas
gambar dengan skala tertentu. Secara ilmiah, ilmu ukur tanah mempunyai tujuan
menentukan bentuk bumi.
Ilmu ukur tanah adalah salah satu hal penting yang menunjang ilmu teknik
sipil karena ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi untuk menentukan posisi relative atau
absolute titik-titik pada permukaan tanah dalam memenuhi kebutuhan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relative suatu daerah.Maka ilmu ukur tanah sangat
penting untuk dipelajari dalam bidang teknik sipil.
Seperti kita ketahui bahwa pembangunan sarana prasarana apapun
membutuhkan data yang akurat mengenai daerah yang akan dibangun, tidak
terkecuali kontur tanah. Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi,
yang merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan
menyajikannya dalam bentuk tertentu.Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan
perencanaan yang membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik
lapangan.
Dalam bidang teknik sipil, ketika akan membangun suatu bangunan kita harus
mengetahui keadaan permukaan tanah yang ada disekitarnya secara detail. Oleh
sebab itu, penulis melakukan praktikum ilmu ukur tanah dengan metode poligon
dan tachimetri yang menggunakan alat Theodolite. Diharapkan dengan pengukuran
poligon dan tachimetri ini dapat menggambarkan peta situasi suatu tempat secara
detail.
B. Permasalahan
1. Apa saja bagian-bagian serta fungsinya dari alat ukur theodolite ?
2. Bagaimana cara mengatur (centering dan leveling) alat ukur theodolite ?
3. Bagaimana melakukan pengukuran poligon dan tachimetri dengan theodolite ?
5 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengenal bagian-bagian serta fungsinya dari alat ukur
theodolite.
2. Mahasiswa mampu mengatur (centering dan leveling) alat ukur theodolite.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran poligon dan tachimetri dengan alat
ukur theodolite.
4. Mahasiswa dapat mengetahui sudut horizontal dan vertikal.
5. Mahasiswa mampu mengolah data pada tabel poligon dan tachimetri dengan
benar.
6. Mahasiswa dapat menggambarkan peta situasi.
D. Manfaat Praktikum
1. Setiap mahasiswa dapat memahami bagaimana cara menggunakan alat ukur
theodolite serta mempraktekannya.
2. Mahasiswa mampu menghitung jarak baik secara optis maupun manual
menggunakan pita ukur, mencari azimuth, membaca dan menghitung sudut
vertikal dan horizontal.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan peta situasi dengan metode poligon maupun
tachimetri.
4. Mahasiswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok
E. Lokasi Pengukuran
Lokasi pengukuran praktikum Ilmu Ukur Tanah II dengan metode poligon dan
tachimetri yang dikerjakan oleh kelompok 2 adalah di dalam Kampus Diploma
Teknik Sipil ITS – Manyar.
6 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
7 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
8 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
9 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
G. Keselamatan Pelaksanaan
10 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk masalah yang
menyangkut tentang cara-cara pengukuran dipermukaan bumi untuk berbagai
keperluan. Seperti penentuan posisi, penentuan tinggi suatu titik dan lain-lain pada
daerah yang relatif sempit, sehingga unsur kelengkungan permukaan bumi dapat di
abaikan. Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini diajarkan tentang pengukuran poligon
dan tachimetri.
A. Theodolite
Theodolite merupakan instrumen ukur tanah yang paling universal. Walaupun
kegunaan utamanya adalah untuk pengukuran dan pemasangan sudut horizontal dan
vertikal denga teliti, biasanya juga dipakai untuk beraneka ragam tugas misalnya
menentukan jarak horizontal dan vertikal secara optis, memperpanjang garis lurus,
dan sifatnya datar memanjang orde rendah.
Suatu theodolit umumnya digolongkan menurut cara yang dipakai untuk
membaca lingkaran, kegunaannya, dan ketelitiannya. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggiih maka theodolit ini banyak
mengalami kemajuan dan renovasi yang lebih akurat, sehingga theodolit modern
sekarang selain bentuknya yang lebih sederhana pembacanya pun lebih teliti dan
cepat.
Jenis-Jenis Theodolit
Secara garis besar theodolit terdiri dari beberapa jenis diantaranya :
a. Theodolit Kompas (Transit)
b. Theodolit Repetisi
c. Theodolit Reiterasi, dan
d. Theodolit Digital Elektronik
11 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
Definisi
Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi titik satu terhadap yang lainnya di atas permukaan bumi
pada bidang datar secara horizontal. Untuk memindahkan bayangan dari sebagian
atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur ke atas suatu bidang datar yang
biasa disebut “PETA”.
Untuk menggambarkan peta tersebut perlu dibuat terlebih dahulu suatu
kerangka yang mempunyai posisi local atau posisi tetap yang akan melingkupi
wilayah yang akan dipetakan untuk menentukan posisi horizontal relative titik-titik
dalam suatu system “KOORDINAT”.
12 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
e) Trilaterasi
Semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi
horizontal dari suatu titik. Jadi jarak setiap sisi segitiga diukur sehingga
membentuk rangkaian segitiga-segitiga.
f) Triangulaterasi
Semua sisi dan jarak dari segitiga harus diukur untuk mendapatkan posisi
horizontal suatu titik.
C. Poligon
Definisi
Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti
sudut. Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang
sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai kerangka dasar
pemetaan.
Poligon adalah serangkaian garis lurus di permukaan tanah yang
menghubungkan titik-titik dilapangan, dimana pada titik-titik tersebut dilakukan
pengukuran sudut dan jarak. Tujuan dari Poligon adalah untuk memperbanyak
koordinat titik-titik di lapangan yang diperlukan untuk pembuatan peta.
Pengukuran poligon bisa digunakan untuk menentukan kerangka dasar
mendatar pengukuran situasi. Poligon merupakan serangkaian garis lurus khayal
yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi. Setiap titik dalam rangkaian
tersebut akan menjadi acuan bagi penentuan koordinat titik-titik disekitarnya.
Pengukuran poligon merupakan pengukuran sudut mendatar dan jarak
mendatar antara titik-titik poligon. Dari selisih antara dua sudut mendatar pada
suatu titik, diperoleh sudut dalam poligon pada titik tersebut. Ada dua cara
pengukuran poligon yaitu cara poligon tertutup (satu titik acuan dan mempunyai
syarat geometris), dan cara poligon terbuka (dua titik acuan dan tidak mempunyai
syarat geometris). Pada praktikum kali ini, yang digunakan adalah cara poligon
tertutup. Dengan cara ini, seharusnya titik awal dengan titik akhir berimpit. Sudut
dalam poligon pada suatu titik, dapat dicari dengan menghitung delta atau
perubahan dari ke dua sudut yang terukur dengan pusat putaran titik tersebut.
13 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
Jenis-Jenis Poligon
Menurut Bentuknya
a. Poligon Terbuka adalah suatu poligon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak pada satu titik)
b. Poligon Tertutup (Poligon Kring) adalah suatu poligon yang titik awal dan
titik akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon ini, walaupun
tanpa ikatan sama sekali koreksi sudut dan koordinat tetap dapat dilakukan
mengingat titik awal dan titik akhirnya pada titik yang sama.
c. Poligon Bercabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai simpul satu
atau lebih titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi. Cabang ini
biasanya terbuka, tetapi dapat juga cabang itu menutup pada cabang yang
lain.
14 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
Profil
Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara mandetail untuk
mengetahui beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan kita dapatkan ketinggian
tanah secara jelas yang kemudian dapat digambarkan beda tinggi tanah yang diukur
dari ketinggian laut, pada pengukuran ini kita dapat melihat letak perbukitan dam
turunan secara jelas sesuai dengan bentuk aslinya. Penguikuran profil juga
bertujuan uantuk mengetahui dimana tanah yang harus dipotong dan diman bagian
tanah yang harus ditimbun yang berguna untuk mendapatkan permukaan tanah
yang datar yang kemudian akan dibangun sebuah kontruksi bangunan.
Bentuk Profil
1. Profil memanjang.
Profil memanjang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan
tanah dalam arah memanjang pada polygon.
2 Profil melintang
Profil melintang untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah
melintang. Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu untuk
15 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu polygon yang diukur
dari permukaan laut. Pembuatan profil-profil sangat diperlukan dalam penkerjaan
teknik sipil. Semua proyek sipil yang vital diperlukan data yang akurat
mengetahui keadaan tanah dari lokasi-lokasi tersebut, oleh karena itu perlu
diadakan pengukuran keadaan tanah untuk mengetahui dan mendapatkan data-
data tersebut instrument digunakan untuk keadaan lapangan. Intrumen terlebih
dahulu harus diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh tidak
menyimpang.
Dengan mempelajari dan melakukan praktek pengukuran tanah (surveying),
kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut. Pengukuran
tanah merupakan hal yang penting dalam menentukan posisi tanah, pada
pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari dan juga
diperhatikan, kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah cara dasar
yang paling banyak dilakukan dalam pengukuran yang pada dasarnya
mnitikberatkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang digunakan menurut
ketelitian dalam mengunakannya sehingga memberi hasil yang pasti dan jelas,
karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai kesalahannya kecil.
Site Plan
Pengukuran site plane adalah pengukuran titik – titik sudut bangunan yang
telah dibangun sebelumnya disekitar lokasi polygon, pengukuran site plant
bertujuan untuk mengetahui jarak, sudut dan ketingian bangunan yang diukur
dari permukaan laut. Perhitungan site plant dimulai dari titik Bantu yang telah
ditentukan sebelumnya, kemudian dibidik ke sudut-sudut bangunan yang telah
ada.
Suatu pengukuran supaya terdapat kesesuaian antara gambar hasil
pengukuran dengan kondisi dilapangan tempat lokasi dilakukan pengukuran atau
pemetaan, seperti letak/kedudukan bangunan yang telah ada, jalan, pohon-pohon,
saluran drainase dan lainnya yang terdapat pada tempat tersebut. Pengukuran
Site Plane di perlukan sebagai salah satu pedoman dalam perencaan baik
pembangunan baru atau perbaikan dan peningkatan
16 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
D. Tachimetri
Definisi
Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi)
yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya
menentukan posisi dengan jarak) untuk membuat peta yang dilengkapi dengan
data-data koordinat planimetris (X,Y) dan koordinat tinggi (Z). Atau membuat peta
situasi secara menyeluruh dari permukaan bumi
17 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
Rumus Dasar
BA’
BA
BT
BB’
d BB
V
o
dm
TA TPB
ΔHAB
TPA
18 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
Jika tidak tegak lurus, maka yang digunakan adalah garis BA’ dan BB’.
Sehingga :
BA’BB’ = BA BB Cos
dm = do Cos
Dimana:
= Jarak miring
Beda Tinggi
Dimana :
19 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
V = Vertikal (dm tg )
V = Vertikal (dm tg )
20 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
B. Langkah Kerja
a. Mengatur Theodolite
21 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
9. Atur (levelkan) nivo sehingga air yang ada dalam tabung berada di
tengah-tengah dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar
di tiga sisi alat ukur tersebut.
10. Posisikan laser theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci
centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada
tengah-tengah patok, dilihat dari centering optic.
11. Setelah theodolite telah centering dan telah dileveling. Maka theodolite
siap untuk digunakan.
1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sketsa lokasi area yang akan
diukur.
2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik
3. Dirikan pesawat di atas titik P1 (patok awal) dan lakukan penyetelan alat.
4. Arahkan pesawat ke arah utara dan di-nol-kan piringan sudut horisontal,
kemudian kunci kembali dengan memutar skrup piringan bawah.
5. Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik
P2. Baca dan catat sudut horisontalnya yang sekaligus sebagai sudut
azimuth. (Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.)
6. Dengan posisi pesawat tetap di atas titik P1, putar pesawat 180 searah
jarum jam, kemudian putar teropong 180 arah vertikal dan arahkan
teropong ke titik P2.
7. Lakukan pembacaan sudut horisontal. (Bacaan ini merupakan bacaan luar
biasa untuk bacaan muka.)
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan
pembacaan sudut horisontal pada bacaan biasa dan luar biasa.(Bacaan ini
merupakan bacaan belakang.)
9. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga
kembali ke titik P1.
10. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan pita ukur.
22 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
11. Lakukan perhitungan sudut yang dibidik, sudut azimuth dan koordinat
masing-masing titik.
12. Kemudian gambar hasil pengukuran dan perhitungan.
2. Pengukuran Jarak
23 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
A
B
m
A’
B’
X
24 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
UTARA 0 0 0 0,000
BM
P7 100 31 40 100,528
P7 0 0 0 0,000
BM
P13 57 22 0 57,367
22 0
57 + ( )+( ) = 57,367
60 3600
BM 57,367 𝑁=8
P7 174,635 (𝑁 − 2) × 180 = ⋯
P6 87,300 (8 − 2) × 180 = 1080
P9 213,736 ∑𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 = 1079,438
∑𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 = 1080 − 1074,438
P10 171,200 = 0,563
P11 113,233 0,563
𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 =
P12 82,100 8
P13 179,867 = 0,070
∑ 1079,438
𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 57,367 + 0,07
3. Menghitung sudut terkoreksi = 57,437
P7 0 0 0 0,000 57,437
BM 57,367
P13 57 22 0 57,367
25 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
4. Menghitung azimuth
UTARA 0 0 0 0,000
BM 100,528 100,528
P7 100 31 40 100,528
P7 0 0 0 0,000
BM 57,367 57,437 100,528
P13 57 22 0 57,367
P6 0 0 0 0,000
P7 174,635 174,705 105,823
BM 174 38 5 174,635
5. Menghitung D sinα
JARAK D SIN α
(∆X)
10,1 9,717
6. Menjumlahkan D sinα
BM 14,354
P7 9,717
P6 -2,785
P9 3,416
P10 2,619
P11 -14,430
P12 -12,151
P13 -8,742
∑ -8,002
26 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
JARAK D SIN α
D SIN α
TERKOREKSI
(∆X)
(∆X)
𝐷
𝐷. sin 𝛼 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = − [( ) × (∑𝐷 sin 𝛼)] + 𝐷. sin 𝛼
∑𝐷
14,6
= − [( ) × (−8,002)] + 14,354
141,35
= 15,181
8. Menghitung D cosα
JARAK D SIN α
D SIN α D COS α
TERKOREKSI
(∆X) (∆Y)
(∆X)
9. Menjumlahkan D cosα
BM -2,668
P7 -2,754
P6 -8,348
P9 -12,440
P10 -22,548
P11 -8,307
P12 29,927
P13 21,598
∑ -5,539
27 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
𝐷
𝐷. cos 𝛼 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = − [( ) × (∑𝐷 cos 𝛼)] + 𝐷. cos 𝛼
∑𝐷
14,6
= − [( ) × (−5,539)] + (−2,668)
141,35
= −2,096
KOORDINAT
Xawal = +10000
1000 1000
Yawal = +10000
Y1 = +1000 + (-2,096) = +997,904
1015,181 997,904 Y2 = +997,904 + (-2,358) = +995,546
1025,470 995,546
1023,183 987,544
1027,329 975,610
28 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
29 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
30 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
BM 1450 0 1401,52
11
12
1002
1000
998
996
Series1
994
992
990
988
998 1000 1002 1004 1006 1008 1010 1012 1014
31 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
P7 1500 0 1401,52
11
999
998
997
996
995
994
Series1
993
992
991
990
989
1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021
32 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
P6 1390 0 1401,52
12
998
996
994
992
990
988 Series1
986
984
982
980
1012 1014 1016 1018 1020 1022 1024 1026 1028
33 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
P9 1550 0 1401,52
10
11
996
994
992
990
988
986
Series1
984
982
980
978
976
1022 1022.5 1023 1023.5 1024 1024.5 1025
34 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
11
12
984
982
980
978
976
974
Series1
972
970
968
966
964
1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029
35 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
13
14
962
960
958
956
954
Series1
952
950
948
946
1020 1022 1024 1026 1028 1030 1032
36 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
980
975
970
965
960
Series1
955
950
945
940
1006 1008 1010 1012 1014 1016 1018 1020 1022
37 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
P 13 1450 0 1401,52
12
13
996
994
992
990
988
986
Series1
984
982
980
978
976
1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014
38 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setiap proses perhitungan poligon dan tachimetri dalam kegiatan praktikum
ilmu ukur tanah II, mempunyai suatu keterkaitan, apabila dalam proses
perhitungan poligon salah maka akan berakibat fatal pada perhitungan selanjutnya.
Oleh karena itu kita diharuskan bekerja secara tim dengan teliti dan evisien, agar
hasil yang diperoleh dalam kegiatan praktikum sesuai dengan data dilapangan dan
dapat menjadi pembelajaran didunia kerja.
B. Saran
Saran-saran yang dapat kami berikan adalah:
1. Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam
pembuatan laporan tidak terburu-buru.
2. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat
praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.
3. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi.
39 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II 2013
KELOMPOK 2
http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page/LessonInstruction/?kid=31306&la
ng=en-us
Anwar, I. (2011). MODUL AJAR ILMU UKUR TANAH - II (POLIGON DAN TACHIMETRI). Retrieved
Oktober 21, 2011, from http://ff54fa.gemastik.its.ac.id
Basuki, Slamet. 2006 . ILMU UKUR TANAH (edis- Revisi). Surabaya : Teknik Sipil UGM.
dhany. 2009. blogger. [Online] agustus 2009. [Dikutip: 13 mei 2013.] www.blogger.com
40 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA