Anda di halaman 1dari 18

BAB 1I

DASAR TEORI

2.1 Teori Pengukuran

Pengukuran Waterpass adalah pengukuran untuk menentukan


ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini
sangat penting gunanya untuk mendapatkan data untuk keperluan
pemetaan, perencanaan maupun untuk pekerjaan pelaksanaan.

Hasil – hasil dari pengukuran waterpass diantaranya digunakan untuk


perencanaan jalan atau rel kerata api, saluran, penentuan letak bangunan
gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada. Perhitungan urugan
dan galian tanah,penelitan terhadap saluran – saluran yang sedah ada dal
lain-lain.

2.2 Kegunaan Alat


2.2.1. Fungsi Utama
a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan
yang sama tinggi, sehingga titik-titik yang tepat garis bidikan /
bidik memiliki ketinggian yang sama
b. Dengan pandangan mendatar ini dan siketahui jarak dari garis
bidik yang dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik
terhadap titik-titik tertentu, maka akan diketahui atau di
tentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik tersebut.

2.2.2. Tambahan Alat

Alat ini dapat di tambah fingsi atau kegunaanya dengan


menanbah bagian alat lainya. Umumnya alat ukur waterpass
ditambah bagian alat lain seperti :

a. Benang Stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan di
bawah serta sejajar dan dengan jarak yang sama dari benag
diafragma memndatar. Dengan adanya benang stadia dan
bantuan alat ukur waterpass berupa rambbu atau bak ukur, alat
ini dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal (
mendatar ).dan pengukuran jarak seperti ini di kenal dengan
pengukuran jarak optik.
b. Lingkaran Berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang di
lengkapi dengan skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran
berskala ini, arah yang di nyatakan dengan bacaan sudut dari
bidikan yang di tunjukan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikan kedua buah titik sudut antara
ke dua titik tersebut dengan menggunakan alat, maka dapat di
tentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan sebagai alat
pengukur sudut horizontal

2.3 Istilah – istilah

Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah/definisi yang perlu


dibicarakan disini yaitu:

 Garis vertical adalah garis yang menuju pusat bumi, yang umumnya
dianggap sama dengan garis untung – unting ( plumb line )
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus pada garis vertikal
pada setiap titik. Dengan demikian bidang horizontal ini akan
berbentuk melengkung mengikuti bentuk permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata – rata.
 Mean Sea Level ( MSL ) atau muka laut rata – rata adalah hasil rata –
rata dari pengukuran permukaan air laut tiap jam selama jangka waktu
yang lama.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang
datum.
 Bench – Mark ( B.M ) adalh titik yang tetap ( biasanya berbentuk
patok beton ) yang telah di ketahui elevasinya terhadap datum yang
dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur water pass ini adalah membuat garis
sumbu teropong horizontal. Bagian yang membjuat kedudukan menjadi
horizontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan
gelembung di dalamnya

Dalam penggunaan alat ukur Waterpass harus dipenuhi syarat-syarat


sebagai berikut :
 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I
 Benang silang horizontal harus tegak llurus sumbu I

2.4 Macam – macam cara pengukuran tinggi

Untuk mengukur tinggi dapat digunakan dengan macam – macam


cara, yaitu:

 Dengan mengukur tinggi secara langsung dengan menggunakan pita


ukur.
 Dengan menggunakan alat ukur waterpass (defferential leveling).
Pada cara ini, didasarkan atas kedudukan garis bidik teropong yang
dibuat horizontal dengan menggunakan gelembung nivo.
 Dengan menggunakan cara Trigonometri (Trigononmetric Levelling).
Beda tinggi dapat diukur dengan alat yang dilengkapi dengan
pembacaan sudut vertikal (Theodolit).

2.5 Pengenalan bagian alat ukur sipat datar

Bagian – bagian dari pada alat ukur sipat datar adalah sebagai berikut:

1. Lensa dan Teropong


Bagian ini terdiri dari teropong yang didalamnya dipasang tiga buah
lensa yaitu lensa mata (Lensa Okuler), lensa obyektif dan lensa
sentral. Lensa sentral tidak terlihat dan terpasang di tengah – tengah
teropong jadi tidak diubah-ubah oleh seorang ahli ukur pada waktu
bekerja. Adapun spesifikasi teropong pada Auto Level AT – G7 dan
Automatic focus Level AFL – 240 ini adalah sebagai berikut :

MERK TOPCON PENTAX


Type AT - G7 AFL - 240
Image Erect Erect
Magnification 22 X 24 X
Objective lens 33 mm 45 mm
Field of View 1 ° 30' 1 ° 20'
Minimum focus 0.9 m / 2.9 ft 0.6 m / 24 inches
Resolving power 4.0" 3.5"
Stadia constant 0.1 m 0
Stadia ratio 100 1
Overall rength 204 mm -
Relative Brightness 1.86 -

2. Benang – benang silang


Berada dekat dengan lensa okuler. Apabila kita melihat melalui
teropong Benang – benang silang ini akan tampak sebagai berikut :

Ba

Bt

Bb

Gambar 2.1 Benang Silang

Keterangan:

V = benang silang vertikal

Ba = benang atas

Bt = benang tengah

Bb = benang bawah

3. Garis Bidik
Merupakan garis yang menembus titik potong benang – benang silang
vertikal dan horizontal serta titik tengah lensa obyektif. Dengan
demikian garis ini dalam arah yang berbeda – beda merupakan bidang
bidik yang dijadikan pangkal untuk melakukan pengukuran
ketinggian.
4. Sumbu kesatu, penggerak halus dan klem pengunci
Teropong yang dapat berputar keliling sumbu vertikal dinamakan
sumbu kesatu. Tentu saja garis bidik harus dapat di setel agar
horizontal, untuk itu maka di bagian atas teropong di pasang nivo.
5. Nivo
Semua alat penyipat datar dilengkapi dengan nivo. Alat ini terdiri dari
sebuah silinder dengan tutup berbentuk cembung, yang merupakan
suatu auang uap yang berise eter. Gelembung uap akan selalu
bergerak kea rah titik paling tinggi, apabila titik tengah gelembung
jatuh bersamaan dengan titik tengah tutup, maka nivo berada dalam
keadaan horizontal.
6. Knop focus
Terletak ditengah – tengah bagian lensa sebelah kanan untuk Type
Auto Focus dilengkapi dengan Switch Dial Manual atau Auto Focus.
Apabila kita menggunakan Autofocus kita gunakan tombol AF Key
setalah Collimator (titik bidik) tepet pada rambu ukur (obyek).
7. Alat – alat pembaca sudut
Terletak dekat lensa okuler seperti Eyeplece dan Eyeplece Cover

2.6 Cara – cara pengaturan alat sipat datar

Cara-cara pengukuran alat sipat datar adalah sebagai berikut :

1. Sumbu kesatu tegak lurus garis arah nivo.


Cara mengaturnya dengan ketiga sekrup penyetel. Penyimoangan
dapat dihilangkan dengan sekrup nivo.
2. Benang silang horizontal tegak lurus sumbu kesatu
Hal ini di periksa dengan mengarah ke suatu titik pada tombol, dengan
ujung kiri benang berimpit dengan titik tersebut apabila teropong
diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Jika tidak
demikian maka benang diafragma dengan benang silang diputar
sedikit dengan tangan sesudah sekrup kecil yang terletak pada sisi
diafragma dilepas sedikit.
3. Garis bidik sejajar dengan arah nivo
4. Untuk pemeriksaan syarat ini diadakan penyelidikan terhadap
tinggi antara dua titik

Cara mudah didalam melakukan pengaturan alat ukur waterpass ini


setelah alat dipasang pada tripod dan bandul tepat di atas titik yang akan
di ukur sebagai berikut :

a. Ambil Sekrup Levelling A dan B


b. Buka kaca circular vial yang berfungsi untuk melihat nivo
c. Letakkan cicular ( nivo ) ditengah – tengah antara Sekrup Levelling
A dan B
d. Putar kedua sekrup tersebut sampai gelembung nivo tepat ditengah –
tengah dengan cara memutar sekrup tadi bersamaan kedalam atau
bersamaan keluar.
e. Setelah gelembung nivo di tengah – tengah sekrup leveling A dan B
ambil sekrup leveling C diputar kekiri atau kekanan sampai
gelembung nivo masuk ditengah – tengah lingkaran galembung nivo.
f. Berarti alat siap digunakan untuk jelasnya perhatikan gambar berikut:

A B

C
A B

A B

Gambar 2.2 Cara penyeimbangan alat

2.7 Pengukuran Elevasi dan Penyipat Datar


Yang dimaksud dengan sipat datar adalah suatu cara pengukuran
tinggi, di mana selisih-selisih tinggi antara titik yang berdekatan
ditentukan dengan garis-garis vizir horizontal yang ditujukan ke rambu-
rambu yang vertikal, dan adapun peralatan ukur sipat datar dan paling
tidak memerlukan dua alat utama yaitu alat ukur sipat datar (waterpas
atau level) dan rambu ukurnya kedua alat ini umumnya di lengkapi
dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari
kedudukan alat-alat tersebut serta unting-unting untuk menempatkan
kedudukan alat di atas titik yang bersangkutan dan adapun jenis-jenis
pengukuran sipat datar.
a. Sipat datar memanjang
Tujuan Pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian dari
titik-titik yang dilewatinya dan biasanya diperlukan sebagai
kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan.
b. Sipat datar resiprokal
Ke lainan pada sipat ini adalah pemanfaatan konstruksi serta tugas
nivo yang dilengkapi dengan skala pembaca bagi pengungkitan yang
dilakukan terhadap nivo tersebut.
c. Sipat datar profil
Tujuan pengukuran ini umumnya adalah untuk mengetahui profil
dari suatu trace baik jalan ataupun saluran, sehingga selanjutnya
dapat diperhitungkan banyaknya galian dan timbunan yang perlu
dilakukan pada pekerjaan konstruksi.
d. Sipat datar luas
Pada jenis pengukuran sipat datar ini yang paling diperlukan adalah
penggambaran profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan
dengan mengambil ketinggian titik-titik detail di daerah tersebut dan
dinyatakan sebagai wakil dari ketinggiannya.

2.7.1 `Penentuan Titik Koordinat


Pengertian Koordinat adalah transformasi argument yang
dilakukan diantara kedua sistem koordinat yang berlaku di atas
yaitu diantara sistem koordinat siku-siku dan sistem koordinat
polar atau sebaliknya dan pemilihan titik fundamental bagi suatu
pekerjaan pemetaan dapat dilakukan sesuai dengan pendefinisian
yang dipilih sebelumnya misalnya:
a. Sistem koordinat lokal artinya titik fundamental bagi daerah
pemetaan yang bersangkutan dipilih sembarang disekitarnya.
b. Sistem koordinat regional, misalnya suatu pengukuran dengan
koordinat awalnya dinyatakan dalam sistem koordinat yang ada
(misalnya sistem koordinat DKI).
c. Sistem koordinat nasional artinya: titik fundamental bagi
daerah pemetaan yang bersangkutan di ikatkan kepada sistem
koordinat nasional.
d. Sistem koordinat dunia.
2.7.2 Luasan dan Volume
Luas adalah jumlah areal yang menproyeksi pada :
 Metode pengukuran luas ada 2 cara:
a. Diukur pada gambar situasi (pengukuran tidak langsung)
b. Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang
langsung diperoleh dari pengukuran di lapangan
pengukuran langsung, metode ini menghasilkan
perhitungan yang lebih akurat.

Volume adalah isi dari suatu benda pengukuran volume secara


langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit
untuk menerapkan dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap
material yang terlihat sebagai gantinya.

Pekerjaan konstruksi di lapangan memerlukan pekerjaan


galian dan timbunan, baik konstruksi jalan ataupun pembangunan
besar lainnya: pekerjaan konstruksi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu (sinaga, indra; 1994).

a. Bentuk sempit dan memanjang yaitu yang menyangkut galian


dan timbunan seperti jalan raya dan saluran pengairan.
b. Bentuk lebar misalnya bendungan, lapangan parker, lapangan
olah raga, dll.
2.7.3 Rumus-rumus Perhitungan Waterpass
1. Perhitungan Jarak Optis
Rumus : D = ( BA – BB ) x 100
Dimana : D = Jarak Optis
BA = Bidang Atas
BB = Bidang Bawah
2. Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
Rumus : ΔH = BTBLK – BTMK
3. Perhitungan Beda Tinggi Patok Detail
Rumus : ΔHd = BT. Patok Utama – BT. Patok Detail
Dimana : ΔHd = Beda Tinggi Detail
BT = Benang Tengah
4. Perhitungan Beda Tinggi Setelah Koreksi
Rumus : ΔH = H rata-rata ± H koreksi
5. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
Rumus : HP = Tinggi Titik Diketahui ± ΔH – Koreksi
Dimana : ΔH = Beda Tinggi Rata-rata
6. Perhitungan Tinggi Titik Patok Detail
Rumus : HD = TT Patok Utama – Beda Tinggi Detail
Dimana : HD = Tinggi Titik Detail
TT = Tinggi Titik

2.8 Alat – alat bantu


Alat – alat yang digunakan dalam pengukuran selain waterpass antara lain
:
1. Jalon ( Anjir )
Berfungsi untuk tanda di lapangan pada titik – titik tertentu yang akan
di ukur sebagai titik sementara. Sewaktu memasang sebuah jalon atau
sebuah baak harus berusaha agar mereka berdiri tegak lurus.
Penyetelan tegak lurus ini dapat di lakukan :
a. Dengan bantuan sebuah untung – unting (schiet lood )
b. Dengan menggunakan sebuah nivo ( waterpass )
c. Dengan membidik tepi jalon terhadap garis – garis tegak lurus
yang terdapat di sekitarnya.( sudut rumah dan sebagainya )
2. Pasak
3. Unting – unting ( schiet lood )
Untuk meneliti apakah alat penyipat datar tepat di atas satu titik.
(sumbu kesatu tepat alat tepat diatas pasak yang ditanamkan)
4. Meteran
Digunakan untuk mengukur jarak langsung di lapangan.
5. Payung
Digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari dan hujan
secara langsung.
6. Statif ( kaki tiga )
Alat ini sebagai tempat tumpunya pesawat.

2.9 Cara Pembacaan Rambu Ukur

Pada saat rambu dibidik dengan teropong (waterpass) maka akan


tampak pada bayangan ada benang silang horizontal atas, tengah dan
bawah yang jatuh pada skala dari rambu tersebut.

Misalnya pembacaan rambu :

Bacaan benang atas BA = 1,842

Bacaan benang tengah BT = 1,531

Bacaan benang bawah BB = 1,220

BA

BT

BB

Gambar 2.3 pembacaan rambu

Harus selalu dicek pada saat pembacaan rambu, apakah sudah


dipenuhi bahwa :

2 X BT = BA + BB.

Sebagai contoh kita cek hasil pembacaan diatas :

BA = 1,842
BT = 1,531 2 X 1,531 = 1,842 + 1,220 ok

BB = 1,220

Bila hal diatas tidak dapat dipenuhi, maka kemungkinan salah


pembacaannya atau pembagian skala pada rambu tersebut tidak betul.

Jarak dari alat waterpass ke rambu ukur dapat dihitung dengan rumus :

d = 100 X ( Benang atas – Benang bawah )

Dari contoh diatas dapat:

Jarak d = 100 X (1,842 – 1,220)

= 62,20 meter.

2.10 Cara Mengukur Beda Tinggi

b’ m’
P P
α α
b m

B
dh

Gambar 2.4 Beda tinggi


Pada gambar 2.4 adalah cara untuk mengukur beda tinggi antara titik
A dan titik B. Bila alat waterpass telah memenuhi syarat seperti telah
dijelaskan di muka, maka alat diletakkan di titik P dimana jarak pA=pB.

Pembacaan benang tengah ke A = b

Pembacaab benang tengah ke B = m

Maka beda tinggi antara tinggi titik A dan B adalah :

dh = b – m

Atau secara umum dapat dikatakan bahwa beda tinggi antara 2 titik
adalah sama dengan pembacaan benang tengah belakang dikurangi
dengan pembacaan benang tengah muka.

Cara meletakkan pesawat seperti diatas (pA = pB) adalah untuk


menghindari adanya dari kedudukan tidak sejajarnya sumbu teropong
dengan garis arah nivo. Seperti terlihat pada gambar 2.4 bila
kedudukannya tidak betul, maka sumbu terpotong akan membentuk
sudut α dengan garis mendatar, walaupun gelembung nivo sudah kita
setel di tengah – tengah.

Karena kesalahan ini maka pembcaan menjadi :

Bacaan belakang = b’

Bacaan muka = m’

Beda tinggi dɦ = b’ – m’

= (b + p) – (m + p)

= b – m (hasilnya masih betul)

2.11 Macam – macam pekerjaan pengukuran waterpass


Ada 3 macam pekerjaan pengukuran waterpassing ialah :
1. Pengukuran waterpassing berantai ( differential leveling )
2. Pengukuran waterpassing profil
3. Sipat datar luas
2.11.1 Pengukuran Waterpassing berantai
Pada gambar 2.5 berikut ini, antara titik A dan titik B akan di
tentukan beda tingginya. Karena jarak antara 2 titik tersebut
cukup jauh, maka dibagi menjadi beberapa tahap, ialah titik –
titik 1 sampai dengan 4 ( A – 1 – 2 – 3 – 4 – B ).
Pesawat waterpass diletakkan di tengah – tengah diantara tiap
2 titik yang beraturan dan dibedakan pembacaan rambu.

B5
M5
B4
B3 M4
B2 M3
B1 M2
M1 B
4

3
2

1
A

Gambar 2.5 Waterpass berantai

dhₐ₋₁ = b₁ - m₁

dh₁₋₂ = b₂ - m₂

dh₂₋₃ = b₃ - m₃

dh₃₋₄ = b₄ - m₄

dh₄₋B = b₅ - m₅

dhₐ₋ʙ = ∑𝑖=5 𝑖=5


𝑖=1 𝑏1 – ∑𝑖=1 𝑚1

Atau dapat ditulis :

Beda tinggi = ∑ 𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 – ∑ 𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑎


Pengukuran diatas dilakukan pada satu kali saja ( pergi ).
Sedang untuk mendapatkan ketelitian, harus dilakukan
pengukuran dari B kembali ke A ( pengukurab pulang ). Dapat
juga dilakukan berkali – kali pergu dan pulang untuk
mendapatkan hasil dengan ketelitian yang tinggi. Bila
pengukuran diadakan secara pulang pergi, maka hasil beda
tinggi adalah rata –rata dari pengukuran pergi dan pengukuran
pulang.

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan, perhitungan


waterpass dibuat dalam table seperti pada contoh berikut ini (
kedudukan titik – titik seperti tampak pada gambar 2.5 ).

Contoh 1 : perhitungan waterpass dengan beda tinggi

Pembacaan mistar Beda tinggi


Titik Jarak (dh) Elevasi
Belakang muka
+ -
A +100.000
1.239 2.128 84.37 0.889
1 +99.111
1.843 2.521 91.23 0,678
2 +98.443
2.046 1.771 95.28 0.275
3 +98.708
1.917 1.356 92.69 0.561
4 +99.259
1.667 1.488 98.25 0.179
B +99.448
Σb 8.712 9.264 +1.015 -1.567
Σm 9.264 -1.567
Dh -0.552 -0.552 -0.552
Contoh 2 : Perhitungan waterpass dengan tinggi garis bidik

Titik Garis
Titik Belakang Muka Elevasi Jarak
Bidik
A 100
1.239 101.239 42,2
1 2.128 99,111 42,17
1.843 100.954 45,6
2 2.521 98,433 45,63
2.046 100.497 47,5
3 1.771 98,708 47,78
1.667 100.625 46,3
4 1.356 99,269 46,39
1.667 100.936 49,1
B 1.488 99,448 49,15
Σb 8.462 9.264 641.82

2.11.2 Pengukuran waterpass profil

Profil adalah irisan baik arah memanjang maupun melintang


dari lapangan. Profil biasanya digunakan pada pekerjaan jalan
raya, saluran atau jalan kereta api. Pada tempang memanjang
karena panjangnya sangat besar, maka skala vertikal dibuat
berbeda dengan skala horizontal, misalnya skala vertikal 1:100
dan skala horizontal 1:2000.

Sedangkan pada tampang melintang skala dibuat sama untuk


kedua arah baik vertikal maupun horizontal.

Pada pengukuran profil memanjang, cara pengukuran sama


dengan pada pengukuran berantai.

Sedangkan pada pengukuran profil melintang biasanya alat


waterpass diletakkan disatu titik untuk mengukur beberapa titik
pada satu tampang melintang.
P1

P2
(a) Pengukuran profil memanjang

P1
f
a e
b c d

(b) Pengukuran profil melintang

Gambar 2.6 Pengukuran profil

2.11.3 Pengukuran datar luas

m2
m1

m4

P1
m3
P

Gambar 2.7 pengukuran luas datar


Untuk mengukur ketinggian beberapa titik yang tidak terletak
pada satu garis, dapat pula dikerjakan dengan alat waterpass,
dimana alat waterpass diletakkan pada satu titik.

Pada gambar 2.7 alat waterpass diletakkan di titik P dan diukur


titik – titik detail 1,2,3,4 dengan pembacaan benang tengah
m₁,m₂,m₃,dan m₄.

Adapun cara perhitungan elevasinya dapat digunakan dengan


tinggi garis bidik.

2.12 Ketelitian dalam pengukuran waterpass

Dalam pengukuran waterpass kesalahan yang diijinkan


tergantung dari tingkat pengukurannya.

Kesalahan yang diijinkan dirumuskan sebagai :

S = C √𝐿 mm

Dimana :

S = kesalahan

C = konstanta yang tergantung dari tigkat (orde) pengukuran

L = jarak pengukuran dalam kilometer

Untuk pengukuran :

Orde I S < 3√𝐿 m.m

Orde II S < 6√𝐿 m.m

Orde III S < 10√𝐿 m.m

2.13 Jalannya pengukuran

Dalam pelaksanaanya, pengukuran jarak dan elevasi di


lapangan dilakukan sebagai berikut :

1. Menetapkan patok – patok dengan jarak antar patok ± 25 m.


2. Meletakkan alat kur pada titik pertama antara Baak Muka dan
Baak Belakang atau jalon yang satu dengan jalon lainnya untuk
pengukuran berantai. Apabila pengukuran tunggal dimulai dari
titik pertama ke titik bantu satu kemudian dari titik bantu satu ke
titik petama ke titik seterusnya ke titik kedua baca ke titik satu.
3. Mengatur garis bidik supaya alat ukur datar, dimana yang intinya
gelembung nivo tepat di tengah – tengah nivo.
4. Mengarahkan teropong ke Baak Belakang untuk pengukuran
berantai sedang untuk pengukuran tunggal ke titik bantu satu.
5. Mengatur focus benang silang hingga terlihat BA, BT dan BB
6. Letakkan arah ke bakk belakang ( Pengukuran Berantai ) atau titik
bantu satu (pengukuran tunggal) pada posisi 0° dan catat.
7. Baca dan catat benang atas,benang tengah dan benang bawah .
8. Arahkan ke baak muka(pengukuran berantai ) atau ke titik II(
pengukuran tunggal ) catat lagi sudutnya pada lingkaran
graduasi,bacaan benangnya BA,BT ,dan BB
9. Ukur tinggi pesawat dan catat ,lokasi,tanggal,cuaca dan waktu
pengukuranya.
10. Ulangi lagi langkah ini pada titik-titik selanjutnya seperti pada
langkah pada titik pertama .
11. mentukan titik detail untuk pengukuran melintang pada titik-titk
utama untuk pengukuran melintang tentukan titik-titik detailnya
sesuai dengan kondisi serta kebutuhan data .
12. lakukan melintang 90° atau X° sesuai dengan permintaan pada
tiap-tiap titik utama,catat dan identifikasi titik-titik detailnya
dengan jelas.
13. Lakukan hingga batas akhiir pengukuran. Baru lakukan
pengukuran pulang atau sesuai permintaan.
14. Sebagai catatan pengukuran melintang sebaiknya dilakukan pada
waktu alat ukur pada titik utama apabila ada yang tertinggal
lakukan pada waktu pengukuran pulang.
2.14 Penggambaran
Untuk menggambar potongan memanjang dan melintang,
skala yang dibutuhkan adalah skala vertikal dan horizontal. Untuk
skala vertikal 1 : 10 dan skala horizontal 1 : 100. Sedangkan untuk
Lay Out skala 1 : 500.

Anda mungkin juga menyukai