Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR

MATERI
Bak bacaan atau rambu ukur dibuat dari kayu yang berpenampang segi empat dan panjang,
yang mempunyai ukuran tebal 3-4 cm, lebarnya + 10 cm dan panjangnya 5-6 m. Pada umumnya,
ujungnya diberi sepatu besi.
Bidang lebar pada rambu harus dilengkapi dengan lukisan-lukisan ukuran millimeter/sentimeter
dan bagiannya diberi tanda-tanda dengan warna yang mencolok. Bak yang berukuran 5-6 meter ini
biasanya dapat diatur panjang pendeknya. Pemberian

cat hitam dan merah dengan dasar putih,

maksudnya agar bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau.


Dalam pemakaian alat ini, yalon sering digunakan sebagai alat bantu agar rambu/bak bacaan
dapat berdiri pada suatu titik yang akan diukur. Pada umumnya, jumlah alat ini terbatas. Rambu ukur
berguna untuk mengukur jarak dan tinggi tanah yang akan dilengkapi dengan teropong.

Gambar 1. Rambu Ukur Berpenampang Kayu


Seperti di atas, rambu sudah diterangkan berfungsi sebagai alat bantu dalam menentukan beda
tinggi dengan menggunakan pesawat/teropong (penyipat datar). Untuk itu, rambu di lapangan dapat
dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Rambu Negatif (-)
Rambu negatif adalah rambu yang angka-angkanya terbalik (tetapi nolnya di bawah). Rambu ini
digunakan dengan pesawat yang belum mempunyai lensa pembalik. Contohnya penyipat datar model
lama, wild, theodolit.

56

2. Rambu Positif (+)


Rambu positif adalah rambu yang angka-angkanya tidak terbalik (normal). Rambu ini digunakan
dengan pesawat yang sudah mempunyai lensa pembalik. Contoh pesawat yang menggunakan rambu
tersebut adalah TOPCON TL 20 F, NICON dan Theodolit.

Gambar 2. Rambu Positif dan Rambu Negatif


Selain itu terdapat juga rambu ukur yang terbuat dari alumunium. Rambu ukur tersebut
berpenampang segi empat dan panjang, yang mempunyai ukuran tebal 1 cm, lebarnya + 5 cm dan
panjangnya 3 m. Sehingga rambu ini lebih mudah untuk dibawa karena sangat ringan.

102

101

100
99

Gambar 3. Rambu Ukur Alumunium


57

Dalam membaca rambu ukur perlu digunakan pesawat penyipat datar dimana di dalamnya
terdapat benang diafragma ( benang silang ) untuk menentukan bacaan pengukuran. Benang diafragma
(benang silang) terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Benang diafragma dengan 1 benang mendatar

1 Benang Mendatar
Untuk bacaan benang diafragma dengan 1 benang mendatar diperlukan pita ukur untuk mengukur
jarak, karena bacaan pada benang diafrgma ini hanya terdiri dari satu benang mendatar sehingga
sulit untuk menentukan jarak (d) yang akan diukur bila dilihat dari pesawat penyipat datar.
2. Benang diafragma dengan 3 benang mendatar

BA

BT

BB

3 Benang Mendatar

Benang diafragma dengan 3 benang mendatar terdiri dari tiga bacaan yaitu BA (Benang Atas),
BT (Benang Tengah), dan BB (Benang Bawah). Dengan benang diafragma (benang silang) jenis
ini maka tidak diperlukan lagi pita ukur untuk menentukan jarak (d).

58

3. Benang diafragma dengan 5 benang silang

BA

BT

BB
5 Benang Mendatar

Bacaan benang diafragma dengan 5 benang mendatar sama halnya seperti membaca pada
benang diafragma dengan 3 benang mendatar. Hanya saja ketika mencari jarak (d) memiliki
perhitungan yang berbeda.
Seperti yang telah dijelaskan rambu ukur merupakan alat bantu suatu pengukuran untuk
mengetahui beda tinggi. Jarak yang terlihat pada pesawat penyipat datar disebut juga jarak optis ( d optis ) /
jarak tidak langsung karena tidak memerlukan pita ukur dalam menentukan jarak yang dihasilkan. Hal ini
dapat dilihat pada pesawat penyipat datar dengan 3 benang mendatar yaitu BA (benang atas), BT (Benang
Tengah), dan BB (Benang Bawah).
Sedangkan jika langsung mengukur dengan pita ukur dinamakan jarak langsung (d langsung). Hal ini
terdapat pada pesawat penyipat datar dengan 1 benang mendatar.
1. Untuk menentukan jarak optis ( doptis ) dengan 3 benang mendatar yaitu :
doptis = ( BA - BB ) x 100

2. Untuk menentukan jarak optis ( doptis ) dengan 5 benang mendatar yaitu :


doptis = ( BA - BB ) x 50

Tetapi jika bacaan yang digunakan dengan patokan 3 benang mendatar maka untuk menentukan
jarak optis ( doptis ) tetap menggunakan doptis = ( BA - BB ) x 100 meskipun dengan 5 benang mendatar.

59

Dalam membaca pastikan bahwa kedudukan benang diafragma tepat berada pada as objek ini
dilakukan untuk menghindari kesalahan pengukuran.
1.

Cara Membaca Rambu Ukur Kayu

Untuk menyelesaikan hal di atas, juru ukur/surveyor harus dapat menyelesaikan pembacaan
rambu ukur dengan pesawat. Untuk mendapatkan angka dapat dilihat dari jatuhnya benang mendatar
kemudian sisa hitungnya.
Seperti pada jatuhnya BA ( Benang Atas ) pada angka 08 maka tulis terlebih dahulu : BA = 0,8
kemudian hitung sisa yang ada pada tiap tiap kolom disana terlihat ada 7 kolom maka selanjutnya
tulis angka BA = 0,87. Karena hasil akhir harus tiga angka di belakang koma maka diperlukan
ketelitian dimana angka tersebut jatuh. Seperti pada gambar di atas jatuh diantara dua kolom maka
tulis angka terakhir BA = 0,875.
Jika diartikan BA = 0 meter 8 desimeter 7 centimeter 5 milimeter. Begitu pun dengan
pembacaan BT dan BB dilakukan hal yang sama seperti bacaan pada BA.
Pembacaan diatas adalah :
BA

= 0,875

BT

= 0,795

BB

= 0,715

Koreksi terhadap benang tengah :

Perhitungan dengan pembacaan sama, berarti bacaan benang tengahnya benar.


60

2.

Cara Membaca Rambu Ukur Alumunium

102

5 mm

102

1 cm
101

101

BA
BT

100

100

99

99

BB

Untuk membaca rambu ukur alumunium cukup membaca 3 angka yang terbidik oleh benang
diafragma. Pada bacaan benang atas (BA) benang diafragma tepat pada angka 101, maka terlebih dahulu
ditulis BA = 1,01 karena hasil akhir harus tiga angka di belakang koma maka diperlukan ketelitian
dimana angka tersebut jatuh. Misalkan kita memprediksikan garis tersebut tepat pada angka 101 maka
langsung saja prediksikan angka terakhir tersebut adalah 0. Begitu pula dengan bacaan benang tengah
(BT) dan benang bawah (BB).
Dari bacaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut :
BA = 1,010
BT = 1,005
BB = 1,000
Jika diartikan maka BA = 1 meter, 0 centimeter, 1 decimeter, 0 milimeter. Begitu pun dengan
pembacaan BT dan BB dilakukan hal yang sama seperti bacaan pada BA.
Koreksi terhadap benang tengah :
BT

BA BB
2

BT

1,010 1,000
2

BT

2,010
2

BT 1,005 m
Pembacaan rambu kebenarannya sangat diperlukan dalam menghasikan hasil yang tepat supaya
61

beda tinggi dan jaraknya mendekati kebenaran sesuai data di lapangan. Untuk itu, pembacaan mempunyai
ketentuan untuk koreksi apakah bacaan ketiga benangnya benar atau salah sebagai berikut :
1. Apabila

maka hasil pengukuran adalah benar

2. Apabila salah satu bacaan tidak terlihat maka ditentukan dengan


2 bt - ba = bb atau 2 bt - bb = ba

62

Anda mungkin juga menyukai