Anda di halaman 1dari 27

Pratikum Ilmu Ukur Tanah

Boussule Tranche Montagne( BTM)

PEMETAAN SITUASI LAPANGAN


DENGAN CARA BTM (BOUSSULE TRANCHE MONTAGNE)

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk membuat peta situasi dilapangan dengan cara mengukur sudut-


sudut mendatar di lapangan, mengukur jarak dan mencari titik koordinat
sehingga dari data-data tersebut dapat dibuat peta lapangan dari suatu daerah.

II. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN

Gambar 2.1 : Theodolit Gambar 2.2: Statif

Gambar 2.3: Baak Ukur Gambar 2.4: Meteran Gulung

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

Gambar 2.5: Patok Kayu Gambar 2.6: Payung

Gambar 2.7: Unting-unting Gambar 2.8: Kompas

Gambar 2.9: GPS

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

III. FUNGSI MASING-MASING ALAT


1. Theodolit : Melihat objek atau titik yang dibidik serta
membaca serta sudut yang dibentuk pada suatu jarak
tertentu.
2. Statif : Tempat meletakkan alat theodolit
3. Baak Ukur : Alat pembantu theodolit untuk menentukan beda
tinggi.
4. Meteran Gulung : Mengukur tinggi alat dan jarak pegas.
5. Patok Kayu : Menentukan letak titik yang akan diukur.
6. Payung : Melindungi alat theodolit dari pengaruh cuaca.
7. Unting-unting : Menyetel alat agar tepat berdiri lurus dengan
patok.
8. Kompas : Menentukan arah utara dan selatan.

IV. GAMBAR DAN BAGIAN-BAGIAN THEODOLIT


1 2 3

10 9 8 7
Gambar 4.1: Tampak Depan Dari Theodolit Digital

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

13

11

12

Gambar 4.2: Tampak Samping Kiri Dari Theodolit Digital

14

15

Gambar 4.3: Tampak Samping Kanan Dari Theodolit Digital

Keterangan :
1. Klem Pengatur Fokus Benang
2. Pegangan Pembawa / Handle
3. Lensa Okuler
4. Reflektor
5. Klem Pengunci Dan Penggerak Halus Vertikal

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

6. Klem Pengunci Dan Penggerak Halus Horizontal


7. Tombol ON/OFF
8. Klem Pengatur Nivo Tabung
9. Display
10. Nivo Tabung
11. Tempat Baterai
12. Nivo
13. Lensa Objektif
14. Tanda Ketinggian Alat
15. Optical Pumment

4.1. Kegunaan dari bagian – bagian Theodolit Digital :


1. Klem pengatur fokus benang
Berfungsi untuk mengatur diafragma, dengan memutar ke kiri atau ke kanan
untuk memperjelas objek / memfokuskan bayangan.
2. Handle / Pembawa
Berfungsi untuk tempat memegang alat setelah selesai digunakan.
3. Lensa okuler
Berfungsi untuk melihat objek dengan mata, dan dengan memutar lensa ke
kiri atau ke kanan dapat memperjelas garis salib sumbu.
4. Reflektor
Berfungsi untuk memperjelas gambar dengan arah atau jarak yang kita
kehendaki.
5. Klem pengunci dan penggerak halus vertikal
Berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak dapat digerakkan secara
vertikal dan memutar teropong secara vertikal (apabila klem pengunci
vertikal telah dikencangkan) untuk memposisikan objek pada perpotongan
benang silang (jika keras, jangan dipaksa).
6. Klem pengunci dan penggerak halus horizontal
berfungsi untuk mengunci badan pesawat agar tidak dapat diputar secara
horizontal dan memutar teropong secara horizontal (apabila klem pengunci
horizontal telah dikencangkan) untuk memposisikan objek pada perpotongan

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

benang silang (jika keras jangan dipaksa).


7. Tombol ON /OFF
berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan theodolit.
8. Klem pengatur nivo tabung
berfungsi untuk mengatur nivo tabung
9. Display
berfungsi untuk pembacaan sudut horizontal dan vertikal.
10. Nivo tabung
berfungsi untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal, dan
dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.
11. Tempat battery
berfungsi untuk tempat battery theodolit.
12. Nivo
berfungsi untuk mendapatkan garis mendatar searah dengan kedudukan alat.
13. Lensa objektif
berfungsi untuk mendekatkan bayangan objek agar terlihat lebih jelas.
14. Batas ketinggian alat
berfungsi untuk batas tinggi alat ketika di ukur.
15. Optical pumment
berfungsi untuk melihat bahwa posisi alat sudah berada di tengah – tengah
titik.

V. TEORI

Sebelum suatu pengukuran akan dimulai kita harus mengetahui maksud


dan tujuan pengukuran yang akan dilaksanakan, juga mengetahui dan
mengenal daerah atau lokasi yang akan di ukur dengan membuat sketsa dan
penempatan alat ukur. Dengan demikian kita dapat mengetahui alat yang cocok
untuk pengukuran yang akan berlangsung. Pada percobaan BTM ini dipakai
alat Theodolit. Yang diukur dalam pengukuran BTM dari titik-titik yang
dibidik adalah:

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

5.1.Azimuth / Sudut Jurusan


Yang dimaksud dengan Azimuth adalah sudut yang dimulai dari arah utara
kutub bumi berputar searah jarum jam dan diakhiri pada ujung objektif titik
bidik. Dengan alat di titik A dan titik tinjau B maka dapat diukur Azimuth AB
(αAB).

Gambar 5.1: Sudut Azimuth

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa selisih sudut azimuth antara dua
titik koordinat adalah 1800.

5.2.Jarak
Pengukuran jarak dapat ditentukan optis dengan kita mengetahui bacaan
baak ukur yang telah dibaca yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah
maka jarak AB dihitung dengan rumus:
dAB = (BA –BB) x 100 Cos 2 
Dimana: dAB = Jarak titik A ke titik B
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
 = Sudut Vertikal antara alat Theodolit dengan permukaan tanah

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

Setelah Azimuth dan jarak diketahui maka dapat pula ditentukan atau dihitung
sudut luar (γ), sudut dalam (β) dan koordinat.

5.3.Titik Koordinat
Setelah salah satu titik diketahui titik koordinatnya, menegtahui jarak dan
Azimuthnya maka akan ditentukan titik koordinat lainnya. Misalkan:

Titik A (XA ; YA), maka titik koordinat B dapat dihitung dengan rumus:

XB = XA + dAB Sin αAB


YB = YA + dAB Cos αAB

Dan selanjutnya, titik C dan D dapat ditentukan.

B α BC

α BA

C
A

D α DC

α DA

Gambar 5.3: Titik Koordinat

Untuk menghitung sesatan yang terjadi pada tiap-tiap titik koordinat adalah
𝑑
dengan menggunakan rumus: 𝐹𝑥 = 𝛴𝑑 𝑥 𝛴𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑑
𝐹𝑦 = 𝛴𝑑 𝑥 𝛴𝑑 𝑐𝑜𝑠 𝛼

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

Dimana: F = Jumlah sesatan yang terjadi


d = Jarak (m)
∑d = Jumlah Jarak
∑d sin α = Selisih sesatan
∑d cos α = Selisih sesatan

5.4.Sudut
1. Sudut luar (γ)
Sudut luar yaitu besar sudut 3600 dikurang dengan besar sudut dalam (β).
Dari gambar diatas dapat ditentukan :
 = 360o - 
Dengan menggunakan rumus diatas dapat ditentukan sudut luar A, B,C dan D
dengan syarat , sudut-sudut luar tersebut harus memenuhi persyaratan : (n +
2) x 180. Apabila besar sudut luar tersebut tidak memenuhi persyaratan diatas
maka dilakukan kontrol. Apabila melebihi (n + 2) x 180 maka harus
dikurangi dan sebaliknya dan apabila kekurangan harus ditambahi, yaitu
dengan cara membagi kelebihan atau kekurangan besar sudut tersebut dengan
jumlah sudut. Kemudian menambahkan atau mengurangkan ke masing-
masing sudut yang kurang atau yang lebih, sehingga besar sudut luar tersebut
memenuhi persyaratan.
2. Sudut dalam ()
Sudut dalam yaitu selisih dari sudut azymuth yang besar dengan sudut yang
kecil. Dari gambar diatas dapat ditentukan sudut dalam dengan rumus:

B = αBA – αBC

Dengan syarat  sudut-sudut dalam tersebut harus memenuhi persyaratan (n-


2) 180.
a. Koreksi sudut luar (N+2) 1800
b. Koreksi sudut dalam (N-2) 1800

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

5.5.Membandingkan Poligon Theodolit dan Poligon BTM

Maksud pembuatan poligon adalah untuk menentukan tempat titik-titik


baik dengan koordinat-koordinatnya yang harus dihitung, maupun dengan jalan
penggambaran.
1. Pengukuran Poligon dengan Theodolit.

a. Poligon harus dimulai dan diakhir pada titik yang tentu, karena titik awal
yang tentu digunakan untuk mencari koordinat titik-titik berikutnya,
sedangkan titik akhir dengan titik awal digunakan untuk penelitian
poligon.
b. Pada poligon yang diukur denagn theodolit diperlukan pula jurusan yang
tentu pada titik awal titik poligon yang akan digunakan untuk menentukan
sudut-sudut jurusan semua sisi poligon. Pada titik akhir diperlukan pula
jurusan tertentu yang bersama dengan jurusan tertentu pada titik awal
poligon akan digunakan untuk meneliti jurusan-jurusan dan sudut-sudut
yang diukur.
c. Yang diukur pada poligon dengan mempergunakan theodolit adalah
semua sudut yang ada pada titik-titik poligon antara kedua sisi poligon
yang bertemu di titik-titik tersebut dan jarak antara titik-titik poligon.

2. Pengukuran poligon dengan BTM


a. Poligon harus dimulai dengan titik yang tentu guna menentukan
koordinat – koordinat titik poligon lainnya.
b. Mendahului teori poligon yang dibuat dengan BTM, poligon harus pula
diakhiri pada titik tertentu guna meneliti seluruh poligon yang diukur.
c. Yang diukur pada poligon dengan BTM adalah azymuth magnetis dari
pada sisi-sisi poligon, karena pembacaan skala lingkaran mendatar
dilakukan dengan ujung utara jarum magnit.

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

Maka perbedaan antara pengukuran poligon dengan theodolit dan dengan BTM
adalah sebagai berikut :

1. Kedua poligon harus dimulai dan diakhiri pada titik yang tentu. Pada poligon
yang diukur dengan theodolit diperlukan dua jurusan yang telah tentu pada
titik-titik ujungnya, supaya dapat digunakan untuk menghitung semua sudut
2. jurusan sisi-sisi poligon. Pada poligon yang diukur dengan BTM kedua
jurusan yang tentu itu tidaklah perlu lagi, karena dengan BTM dapat dengan
langsung diukur azymuth sisi-sisi poligon.
3. Pada poligon yang diukur dengan theodolit haruslah semua titik poligon
ditempati oleh theodolit untuk mengukur semua sudut poligon yang akan
diperlukan untuk mencari sudut jurusan semua sisi poligon, karena terbukti
bahwa dengan pengukuran yang dilakukan pada suatu titik dapat ditentukan
tempat titik berikutnya. Pada poligon yang diukur dengan BTM tidak perlu
semua titik poligon ditempati BTM, karena dengan BTM diukur langsung
dengan azymuth, maka dari pengukuran di satu titik poligon dapat ditentukan
tempat titik itu sendiri dan tempat titik berikutnya, sehingga BTM selalu akan
meloncat satu titik untuk ditempatinya.
4. Umumnya jarak-jarak pada poligon yang diukur dengan theodolit langsung di
ukur dengan pita ukur jarak dari baja atau dengan pengukur jarak yang
diperlengkapkan dengan theodolit, sedang jarak-jarak pada poligon yang
diukur dengan BTM ditenmtukan dengan pengukuran jarak optis.

VI. PROSEDUR KERJA

1. Sebelum melakukan pengukuran BTM dilapangan terlebih dahulu


dilakukan peninjaun lokasi agar dapat menempatkan alat dengan baik,
sehingga titik yang akan dibidik dapat diperoleh sebanyak mungkin.
2. Menempatkan alat pada titik yang telah ditentukan (dimulai dari titik A),
kemudian alat distel agar memenuhi syarat :
a. Garis jurusan nivo tegak lurus sumbu kesatu
b. Sumbu kedua harus mendatar
c. Garis bidik teropong tegak lurus sumbu kedua
d. Kesalahan indeks lingkaran tegak lurus = 0

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

3. Setelah penyetelan selesai pembidikan dimulai kearah utara dipergunakan


kompas pada pelaksanaan praktek ini yaitu titik A searah dengan utara
maka azymuth titik 1 = 05o 53’ 20” dan selanjutnya dibaca BA, BT dan
BB untuk mendapatkan jarak.
A – U = 00o 00’ 00”
A – 1 = 05o 53’ 20”
A – 2 = 17o 20’ 25”
4. Selanjutnya teropong diputar searah jarum jam untuk mendapatkan detail
titik A yaitu titik 2 lalu di baca BA, BT, BB dan Azymuth (A2) dan
keterangan pada titik tersebut.
5. Demikian selanjutnya, teropong diputar serah jarum jam. Dalam
pengambilan detail titik A sehingga berakhir dititik 20.
6. Kemudian alat dipindahkan ketitik C dan detail kembali sehingga
memenuhi syarat kerja untuk langka selanjutnya sama dengan langkah
kerja pada pengukuran dititik A.

VII.GPS (Global Positioning System)


Sistem Pemosisi Global ( Global Positioning System ) atau yang lebih
dikenal dengan singkatan GPS adalah sistem untuk menentukan tinggi titik
permukaan bumi dengan bantuan
Penyelarasan sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirim sinyal gelombang mikro ke bumi. Sistem ini menggunakan sejumlah
satelit yang berada di Orbit bumi, yang memancarkan sinyalnya ke bumi dan
ditangkap Oleh sebuah alat penerima dari sistem ini, yaitu bagian kontrol, bagian
angkasa, dan bagian pengguna.
Bagian kontrol, ialah bagian yang mengontrol orbit satelit, juga
lokasi,kecepatan dan tinggi. Sinyal-sinyal yang dikirimkan oleh satelit diterima
oleh bagian kontrol, dikoreksi dan dikirimkan kembali ke satelit. Bagian
angkasa, ialah bagian yang terdiri dari kumpulan satelit yang berada di orbit
bumi, sekitar 12.000 mil diatas permukaan bumi. Bagian pengguna merupakan
bagian yang terdiri dari alat navigasi yang digunakan.

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

VIII. ANALISA DATA

8.1. PERHITUNGAN JARAK

Rumus : d = (BA – BB) x 100Cos 2

8.1.1. Tempat alat di titik A

dA-1 = (2,135– 1,423) x 100Cos 20


= 71,2 m

dA-2 = (1,750 – 1,207) x 100Cos 20


= 54,3 m

dA-3 = (1,592– 1,269) x 100Cos 20


= 32,3 m

dA-4 = (1,520 – 1,269) x 100Cos 20


= 25,1 m

dA-5 = (1,460 – 1,263) x 100Cos 20


= 19,7 m

dA-6 = (1,424 – 1,234) x 100Cos 20


= 19 m

dA-7 = (1,403 – 1,227) x 100Cos 20


= 17,6 m

dA-8 = (1,418 – 1,205) x 100Cos 20


= 21,3 m

dA-9 = (1,492 –1,285) x 100Cos 20


= 20,7 m
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016
GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

dA-10 = (1,505 –1,321) x 100Cos 20


= 18,4 m

dA-11 = (1,402 – 1,135) x 100Cos 20


= 26,7 m

dA-B = (1,665 – 1,048) x 100Cos 20


= 61,7 m

dA-12 = (1,483 – 1,095) x 100Cos 20


= 38,8m

dA-13 = (1,543 – 0,992) x 100Cos 20


= 55,1m

dA-14 = (1,426 – 1,276) x 100Cos 20


= 15 m

dA-15 = (1,405 – 1,282) x 100Cos 20


= 12,3 m

dA-16 = (1,365 – 1,248) x 100Cos 20


= 11,7m

dA-17 = (1,405 – 1,266) x 100Cos 20


= 13,9m

dA-D = (1,930 – 1,312) x 100Cos 20


= 61,8m

dA-18 = (1,448 – 1,068) x 100Cos 20


= 38m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

dA-19 = (1,412 – 1,145) x 100Cos 20


= 26,7 m

dA-20 = (1,440 – 1,179) x 100Cos 20


= 26,1 m

dA-21 = (1,370 – 1,154) x 100Cos 20


= 21,6 m

dA-22 = (1,402 – 1,101) x 100Cos 20


= 30,1 m

dA-23 = (1,495 – 1,161) x 100Cos 20


= 33,4 m

dA-24 = (1,543 – 1,186) x 100Cos 20


= 35,7 m

dA-25 = (1,526 – 1,109) x 100Cos 20


= 41,7 m

dA-26 = (1,589 – 0,998) x 100Cos 20


= 59,1 m

dA-27 = (1,656 – 0,980) x 100Cos 20


= 67,6 m

8.1.2. Tempat alat di titik C

dC-D = (1,505– 1,125) x 100Cos 20


= 38m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

dC-28 = (1,630 – 1,047) x 100Cos 20


= 58,3m

dC-29 = (1,604 – 1,090) x 100Cos 20


= 51,4 m

dC-30 = (1,519 – 1,079) x 100Cos 20


= 44 m

dC-31 = (1,527 – 1,103) x 100Cos 20


= 42,4m
dC-32 = (1,465 – 1,110) x 100Cos 20
= 35,5 m

dC-33 = (1,603 – 1,307) x 100Cos 20


= 29,6 m

dC-B = (1,350 – 0,815) x 100Cos 20


= 53,5m

dC-34 = (1,680 – 1,442) x 100Cos 20


= 23,8m

dC-35 = (1,571 – 1,225) x 100Cos 20


= 46,80 m

dC-36 = (1,550 – 1,172) x 100Cos 20


= 37,8 m

dC-37 = (1,629 – 1,181) x 100Cos 20


= 44,8 m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

dC-38 = (1,600 – 1,040) x 100Cos 20


= 56m

dC-39 = (1,522 – 1,230) x 100Cos 20


= 29,2m

dC-40 = (1,567 – 1,215) x 100Cos 20


= 35,2 m

dC-41 = (1,330 – 1,175) x 100Cos 20


= 15,5 m

dC-42 = (1,425 – 1,195) x 100Cos 20


= 23m

dC-43 = (1,200 – 1,045) x 100Cos 2


= 15,5m

dC-44 = (1,310 – 1,078) x 100Cos 20


= 23,2 m

dC-45 = (1,110 – 0,915) x 100Cos 20


= 19,5 m

dC-46 = (1,110 – 0,848) x 100Cos 20


= 26,2 m

dC-47 = (1,111 –0,894) x 100Cos 20


= 21,7 m

dC-48 = (1,139 – 0,855) x 100Cos 20


= 28,4 m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

dC-49 = (1,124 – 0,881) x 100Cos 20


= 24,3 m

dC-50 = (1,385 – 1,049) x 100Cos 20


= 33,6 m

dC-51 = (1,365 – 0,965) x 100Cos 20


= 40 m

dC-52 = (1,305 – 0,982) x 100Cos 20


= 32,3 m

dC-53 = (1,303 – 0,927) x 100Cos 20


= 37,6 m

dC-54 = (1,215 – 0,935) x 100Cos 20


= 28 m

dC-55 = (1,255 – 0,915) x 100Cos 20


= 34 m

dC-56 = (1,168 – 0,889) x 100Cos 20


= 27,9 m

dC-57 = (1,212 – 0,881) x 100Cos 20


= 33,1 m

dC-58 = (1,130 – 0,820) x 100Cos 20


= 31 m

dC-59 = (1,170 – 0,790) x 100Cos 20


= 38 m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

8.2. PERHITUNGAN SUDUT LUAR DAN DALAM

D α DA

α DC

A
C

B α BA

α BC
Gambar 8.2: Sudut luar dan sudut dalam

Dari hasil pengukuran diperoleh:

α AB = 2760 11’ 40”


α AD = 3590 42’ 10”
α CD = 790 27’ 30”
α CB = 1970 20’ 00”

1. Data Sudut Azimuth:


a. α AB = 2760 11’ 40”
b. α BA = 2760 11’ 40” - 1800 00’ 00” = 960 11’ 40”
c. α AD = 3590 42’ 10”
d. α DA = 3590 42’ 10” - 1800 00’ 00” = 1790 42’ 10”
e. α CD = 790 27’ 30”
f. α DC = 790 27’ 30” + 1800 00’ 00” = 2590 27’ 30”
g. α CB = 1970 20’ 00”
h. α BC = 1970 20’ 00” - 1800 00’ 00” = 170 20’ 00”

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

2. Data Sudut Azimuth:


α AB = 2760 11’ 40”
α AD = 3590 42’ 10”
a. Sudut dalam (β)
βA = α AD - α AB
= 3590 42’ 10” - 2760 11’ 40”
= 830 30’ 30”
b. Sudut luar (γ)
γ A = 3600 00’ 00” - βA
= 3600 00’ 00” - 830 30’ 30”
= 2760 29’ 30”

3. Data Sudut Azhimuth:


α BA = 960 11’ 40”
α BC = 170 20’ 00”
a. Sudut dalam (β)
βB = α BA - α BC
= 960 11’ 40”- 170 20’ 00”
= 780 51’ 40”
b. Sudut luar (γ)
γ B = 3600 00’ 00” - βB
= 3600 00’ 00” - 780 51’ 40”
= 2810 08’ 20”

4. Data Sudut Azhimuth:


α CB = 1970 20’ 00”
α CD = 790 27’ 30”
a. Sudut dalam (β)
βC = α CB - α CDα
= 1970 20’ 00” - 790 27’ 30”
= 1170 52’ 30”

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

b. Sudut luar (γ)


γ C = 3600 00’ 00” - βC
= 3600 00’ 00” - 1170 52’ 30”
= 2420 07’ 30”

5. Data Sudut Azimuth:


α DC = 2590 27’ 30”
α DA = 1790 42’ 10”
a. Sudut dalam (β)
βD = α DC - α DA
= 2590 27’ 30” - 1790 42’ 10”
= 790 45’ 20”
b. Sudut luar (γ)
γ D = 3600 00’ 00” - βD
= 3600 00’ 00” - 790 45’ 20”
= 2800 14’ 40”

Kontrol sudut dalam (β) = (N - 2) x 1800 00’ 00”


= (4 – 2) x 1800 00’ 00”
= 3600 00’ 00”

βA = 830 30’ 30”


βB = 780 51’ 40”
βC = 1170 52’ 30”
βD = 790 45’ 20” +
3600 00’ 00” ..... OK!

Kontrol sudut luar (γ) = (N + 2) x 1800 00’ 00”


= (4 + 2) x 1800 00’ 00”
= 10800 00’ 00”

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

γ A = 2760 29’ 30”


γ B = 2810 08’ 20”
γ C = 2420 07’ 30”
γ D = 2800 14’ 40” +
10800 00’ 00” ..... OK!

8.3. PERHITUNGAN KOORDINAT POLIGON

dA-B = 61,70 m dC-D = 38,00 m


dC-B = 53,50 m dA-D = 62,80 m

1. Perhitungan ∑ d sin α:
dA-B x sin α AB = 61,70 x sin 2760 11’ 40” = - 61,340 m
dA-D x sin α DA = 62,80 x sin 1790 42’ 10” = + 0,326 m
dC-B x sin α BC = 53,50 x sin 170 20’ 00” = + 15,939 m
dC-D x sin α CD = 38,00 x sin 790 27’ 30” = + 37,359 m +
= - 7,716 m

2. Perhitungan ∑ d cos α:
dA-B x cos α AB = 61,70 x cos 2760 11’ 40” = + 6,658 m
dA-D x cos α DA= 62,80 x cos 1790 42’ 10” = - 62,799 m
dC-B x cos α BC = 53,50 x cos 170 20’ 00” = + 51,070 m
dC-D x cos α CD = 38,00 x cos 790 27’ 30” = + 6,952 m +
= + 1,881 m

∑ d = dA-B + dA-D + dC-B + dC-D


= 61,70 + 62,80 + 53,50 + 38,00
= 216m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

8.4.PERHITUNGAN FX

d = 216 m
𝑑
f ( α ) = ∑d ∑d. sin α

f𝛼 𝑑
( 𝐴−𝐵) = 𝐴−𝐵 ∑d.sin α
∑d

61,70
= x ( − 7,716)
216
= - 2,204 m

f𝛼 𝑑
( 𝐷−𝐴) = 𝐷−𝐴
∑d
∑d.sin α

62,80
= x ( − 7,716 )
216
= - 2,243 m

f𝛼 𝑑
(𝐵−𝐶) = 𝐵−𝐶 ∑d.sin α
∑d

53,50
= x ( − 7,716 )
216
= -1,911 m

f 𝛼(𝐶−𝐷 ) 𝑑
= 𝐶−𝐷 ∑d.sin α
∑d

38,00
= x ( − 7,716 )
216
= -1,357 m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

8.5.PERHITUNGAN FY

d = 216 m
𝑑
f ( α ) = ∑d ∑d. cos α

f𝛼 𝑑
( 𝐴−𝐵) = 𝐴−𝐵 ∑d.cos α
∑d

61,70
= x ( 1,881 )
216
= 0,537 m

f𝛼 𝑑
( 𝐷−𝐴) = 𝐷−𝐴
∑d
∑d.cos α

62,80
= x ( 1,881 )
216
= 0,547 m

f𝛼 𝑑
(𝐵−𝐶) = 𝐵−𝐶 ∑d.cos α
∑d

53,50
= x ( 1,881 )
216
= 0,466 m

f𝛼 𝑑
(𝐶−𝐷 ) = 𝐶−𝐷 ∑d.cos α
∑d

38,00
= x ( 1,881 )
216
= 0,330 m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)

8.6.MENCARI KOORDINAT SUMBU X


XA = + 14,00 m

XB = XA + (dA-B sin F 


= 14,00 
= - 45,136 m

XC = XB + (dC-B sin CF C


= - 45,136 
= - 27,286 m

XD = XC + (dC-D sin CDF CD


= 
= 11,43 m

XA = XD + (dA-D sin DAF DA


= 
= 14,00 m

8.7.MENCARI KOORDINAT SUMBU X


YA = + 19,00 m

YB = YA + (dA-B cos F 


= 19,00 + (6,658 ) 0,537
= 25,121 m

YC = YB + (dC-B cos CF C


= 25,121 + ( 51,070 ) 0,466
= 75,725 m

YD = YC + (dC-D cos CDF CD


= 75,725 +( 6,952 ) 0,330
= 82,347 m

YA = YD + (dA-D cos DAF DA


= 82,347 + ( - 62,799 ) 0,547
= 19,00 m

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI
Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Boussule Tranche Montagne( BTM)
8.8.Tabel Koordinat Poligon

Jarak d sin α d cos α


Titik Azimuth X Y
optis Fx α Fy α

A + 14,00 + 19,00
 + 6,658
2760 11’ 40” 61,70
 0,537
B - 45,136 + 25,121
 + 51,070
170 20’ 00” 62,80
 -0,466
C - 27,286 + 75,725
+  + 6,952
790 27’ 30” 53,50
 - 0,330
D + 11,43 + 82,347
 - 62,799
1790 42’ 10” 38,00
A  + 0,547 + 14,00 + 19,00

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2016


GROUP :XXI

Anda mungkin juga menyukai