Anda di halaman 1dari 22

THEODOLIT - I (T1)

THEODOLIT I
I. NAMA PERCOBAAN : PENGUKURAN THEODOLIT (T1)
II. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengenal bagian alat Theodolit yang digunakan.
2. Mengukur besar sudut dilapangan.
3. Menghitung dan menetapkan besar sudut dilapangan.
4. Menghitung dan menetukan jarak optis
5. Menghitung sudut jurusan dari titik-titik yang diukur.

III. ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN

a. Theodolit

b. Statif

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

c. Meteran d. Payung

e. unting unting

f. Bak Ukur g. Jalon h. Kompas

Gambar 3.1. Alat alat pendukung

IV. FUNGSI MASING MASING ALAT

1. Theodolit : Untuk melihat objek atau titik yang


di bidik serta membaca besar sudut yang di bentuk pada
suatu jarak terytentu.

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

2. Statif : Untuk tempat kedudukan alat alat


Theodolit.
3. Baak Ukur : Alat pembatu Theodolit untuk
menentukan beda tinggi.
4. Patok kayu : Untuk menentukan letak titik yang
akan di ukur.
5. Unting Unting : Untuk menyetel dasar
( untuk pendekatan ) sumbu pertama terhadap patok
tempat berdirinya Theodolit.
6. Payung : Untuk melindungi alat Theodolit
dari pengaruh cuaca.
7. Meter gulung : Untuk mengukur tinggi alat dan
jarak pegas.
8. Kompas : Untuk Menentukan arah utara dan
selatan.

V. GAMBAR DAN BAGIAN BAGIAN THEODOLIT

15 2 4
9

4
13
5
3

10
11

12 6

8
14
7

16

Gambar 3.2. Theodolit Manual

Keterangan :
1. Mikrometer krop 9. Mikrometer eyepiece
2. Lensa Objektif 10. Reflector
3. Vertikal Klam 11. Telescope eyepiece
4. Optikal sight 12. Focussing krop
5. Vertikal tangens screw 13. Miror

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

6. Plate level 14. Nivo


7. Upper plate tengens screw 15. Okuler direction
8. Lower plate tangens screw 16. Mino screw
A. Kegunaan dari bagian bagian Theodolit Manual :

1. Mikrometer knop / sekrup pengatur atau penggeser vertikal


berfungsi untuk mengatur atau menggeser arah vertikal dengan geseran halus
untuk membantu menempati garis sudut halus.
2. Objektif / lensa objektif
berfungsi untuk melihat objektif yang dituju agar kelihatan lebih besar dan
jelas pada suatu titik tertentu.
3. Vertikal klam / sekrup pengunci teropong
berfungsi sebagai pengunci teropong apabila nivo tabung pada teropong tepat
pada suatu kesetimbangan menunjukkan suatu garis lurus horizontal, dan alat
ini juga mengunci besar sudut vertikal yang dibutuhkan agar tidak tergeser.
4. Optikal sigh / teropong
berfungsi untuk melihat objek atau titik yang dituju .
5. Vertikal tangens screw / sekrup diagfragma gerkan horizontal.
berfungsi untuk membantu menempatkan sudut bacaan pada sumbu kesatu dan
sumbu ke dua.
6. Plat level
7. Upper plat tangens screw / sekrup pengunci repetisi bagian atas
berfunsi untuk membantu alat apabila sudah tepat pada sasarannya supaya
tidak bergeser-geser lagi.
8. Lower plate screw / sekrup pengunci repetisi bagian bawah
berfungsi untuk membantu alat agar dikunci apabila dan membantu pada
mengenolkan sudut pada arah utara sebagai pedoman.
9. Mikrometer eyepiece / lensa okuler
berfungsi untuk temapt membidik melihat objek dilapangan.
10. Reflektor / sekrup pengatur cahaya
berfungsi untuk memperjelas gambar dengan arah atau jarak yang kita tentukan
11. Telecop eyepiece / lensa diafragma
12. Focussing knop / sekrup memperjelas diafragma
13. Miror / kaca fokus untuk memperjelas bacaan sudut
14. Nivo / untuk mendapatkan garis mendatar searah dengan kedudukan alat
15. Okuler direction / tempat pembacaan sudut
16. Nivo screw / skrup pengatur nivo tabung

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

1
1
2
26
17
24

16

21
6

7
8
11
9
3 10
4
12 12

25
22
23
15

14
20
13

18
19

Gambar 3.3. Theodolit digital

Keterangan :

1. Gagang pegangan alat

2. Sekrup untuk membuka dan memasang gagang pegangan

3. Garis batas untuk mengukur tinggi alat

4. Tutup baterai

5. Konektor data (tidak ada di seri DT610/610S)

6. Panel keyboard

7. Pengunci tribach (tidak ada pada DT610)

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

8. Bagian dasar tribach

9. Kiap tribach

10. Sekrup untuk calibrasi nivo kotak

11. Nivo kotak

12. Layar

13. Lensa sentering optis (penggerak fokus benang silang)

14. Pembungkus lensa sentring optis

15. Lensa sentering optis (penggerak fokus objek)

16. Lensa objektif

17. Tempat menempatkan kompas

18. Penggerak sudut horizontal

19. Penggerak halus sudut horizontal

20. Nivo tabung

21. Sekrup untuk calibbrasi nivo tabung

22. Penggerak sudut vertikal

23. Penggerak halus sudut vertikal

24. Teleskop (penggerak fokus benang silang)

25. Teleskop (Penggerak fokus objek)

26. Pengarah target (kasar)

27. Tanda sebagai pusat poros vertikal dari alat

B. Kegunaan dari bagian bagian Theodolit Digital :

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

1. Klem pengatur focus benang


berfungsi untuk mengatur diafragma, dengan memutar ke kiri atau ke kanan
untuk memperjelas objek / memfokuskankan bayangan.
2. Handle / Pembawa
berfungsi untuk tempat memegang alat setelah selesai digunakan.
3. Lensa okuler
berfungsi untuk melihat objek dengan mata, dan dengan memutar lensa ke kiri
atau ke kanan dapat memperjelas garis salib sumbu.
4. Reflektor
berfungsi untuk memperjelas gambar dengan arah atau jarak yang kita
kehendaki.
5. Klem pengunci dan penggerak halus vertikal
berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak dapat digerakkan secara vertikal
dan memutar teropong secara vertikal (apabila klem pengunci vertikel telah
dikencangkan) untuk memposisikan objek pada perpotongan benang silang (jika
keras, jangan dipaksa).
6. Klem pengunci dan penggerak halus horizontal
berfungsi untuk mengunci badan pesawat agar tidak dapat diputar secara
horizontal dan memutar teropong secara horizontal (apabila klem pengunci
horizontal telah dikencangkan) untuk memposisikan objek pada perpotongan
benang silang (jika keras jangan dipaksa).
7. Tombol ON /OFF
Berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan theodolit.
8. Klem pengatur nivo tabung
berfungsi untuk mengatur nivo tabung
9. Display
berfungsi untuk pembacaan sudut horizontal dan vertikal.
10. Nivo tabung
berfungsi untuk Untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal, dan
dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.
11. Tempat battery
berfungsi ntuk tempat battery theodolit.
12. Nivo
berfungsi untuk mendapatkan garis mendatar searah dengan kedudukan alat.
13. Lensa objektif
berfungsi untuk mendekatkan bayangan objek agar terlihat lebih jelas.

14. Tanda ketinggian alat


berfungsi untuk batas tinggi alat ketika di ukur.
15. Optical pumment
berfungsi untuk melihat bahwa posisi alat sudah berada di tengah tengah titik.

VI. TEORI

1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengukuran adalah sebagai


berikut :

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

a. Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah sumbu tegak harus benar-benar
tegak. Kalau sumbu tegak ini miring, mak lingkaran skala mendatar tidak lagi
datar dan hal ini berarti sudut yan diukur bukan sudut mendatar.
b. Sumbu mendatar II haruslah benar-benar datar atau kalau sumbu tegak haruslah
benar-benar tegak, maka dapat dikatakan sumbu mendatar tegak lurus sumbu
tegak.
c. Garis bidik harus benar-benar tegak lurus sumbu mendatar II.
d. Tidak adanya salah salah satu indeks pada salah satu lingkaran tegak, salah satu
indeks disebabkan oleh tidak tepatnya indeks pada bacaan nol lingkaran tegak
kalau kedudukan garis tidak mendatar atau tegak lurus keatas, tergantung dari
garis miring dan sudut zenit yang di baca.

2. Cara memeriksa dan mengatur alat Theodolit adalah sebagai


berikut :

a. Tiga buah kaki penyetel nivo berfungsi untuk mengatur sumbu kedua
horizontal.
b. Sekrup untuk mengunci teropong supaya tidak dapat bergerak dalam arah
vertical, sekrup gerak halus dalam pengukuran repetisi, sekrup gerak halus
pengukuran reiterasi, sekrup pengatur centring pada titik berdirinya alat, skrup
pengunci mahnet supaya agar tidak bergeraksekrup pengunci gerakan vertical
teropong, sekrup gerakan halus vertical dan sekrup pengatur diafraghma.
c. Lempengan untuk pembacaan sudut horizontal dan vertical.
d. Lensa okuler, untuk membidik titik yang akan diukur yang telah dan akan
ditentukan.
e. Lensa objektif, jalan masuknya bayangan pada alat.
f. Nivo mendatar, membuat smbbu vertical dam horizontal.
g. Pengatur objektif, untuk dipantulkan pada teropong.

3. Cara mengatur alat Theodolit.


Pada waktu Theodollit digunakan untuk melakukan pengukuran, bagian-bagian
Theodolit tadi harus berada pada keaadan baik.
Sumbu pertama harus tegak lurus.
Sumbu kedua harus mendatar.
Garis bidik harus tegak lurus pada sumbu kedua.
Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak lurus harus sama dengan nol.
Maka Thedoloit harus diatur terlebih dahulu supaya memenuhi syarat syarat
tersebut. Untuk membuat tegak lurus sumbu ke satu digunakan sebuah nivo, karena
pada nivo terdapat garis lurus jurusan nivo yang dapat dibuat mendatar dengan teliti.

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

Bila garis jurusan nivo telah mendatar sumbu I akan tegak lurus garis pada sumbu I.
Maka lebih dahulu garis-garis jurusan nivo dibagi dalam dua jurusan, supaya sumbu
ke I menjadi tegak lurus. Untuk digambarkan nivo yeng terletak diatas nonius
mendatar.

VII. TEORI PERHITUNGAN

a. Sudut Jurusan
Untuk mementukan suatu arah yang dinyatakan oleh garis lurus yang
menghubungkan titik T1 ( X1 ; Y1 ) dengan titik T2 ( X2 ; Y2 ). Sudut jurusan
dihitung dari arah utara berputar sesuai dengan arah putaran jarum jam, diakhiri
pada jurusan garis yang bersangkutan.

b. Sudut jurusan dan jarak antara dua buah titik tertentu. Apabila diketahui titik T1
( X1 ; Y1 ) denga titk T2 ( X2 ; Y2 ) maka sudut jurusan ditentukan sebagai
berikut :
X 2 X1
Y 2 Y1
Tg 1,2 = ( 1 )

T1 (X1 ; Y1) T2 (X2 ; Y2)

Gambar 3.4. Sudut jurusan (azimuth)

Untuk menghitung koordinat titik 1 diperlukan salah satu titik yang diketahui
misalnya : Diketahui titik T1 ( X1 ; X1 ), hubungkan T1 dan T2 atau dengan titik
lainnya yang dicari koordinatnya, maka :
X2 = X1 + D1-2 sin 1-2
Dan untuk sumbu Y ;
Y2 = Y1 + D1-2 cos 1-2
Dalam hal ini haruslah diketahui jarak kedua titik serta sudut jurusan garis / jarak
tertentu. Sebelum kita menghitung titik koordinat lebih dahulu kita harus menentukan
besar sudut azimuth ke masing-masing titik yang ditinjau. Begitu pula hal dengan
perhitungan jarak dari titik satu ketitik yang lainnya.
Dengan mengetahui bacaan benang atas dan benang bawah melalaui pengukuran
dilapangan, kita dapatkan jaraknya dengan rumus sebagai berikut :

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

D = 100 ( Ba Bb ) . cos2 ( 2 )
Dimana D = jarak
Ba = benang atas
Bb = Benang bawah
Cos2 = sudut vertikal (1800)

Jadi penentuan koordinat suatu titik adalah mencari dengan cara tertentu jarak
antara titik tersebut dengan titik yang diketahui dan sudut jurusan garis yang
menghubungkan kedua titik tersebut.
c. Jarak optis
Dari hasil pembacaan Ba, Bt, Bb kita dapat menetukan panjangnya jarak optis
antara tempat berdirinya alat ketempat baak ukur

dAB = (Ba Bb) x 100 ..( 3 )

VIII. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Pemasangan patok
Yaitu terdapat 4 buah patok A,B,C,D yang merupakan arah bidik dari arah
Theodolit.
Titik merupakan tempat alat berdiri.

b. Penegakan alat
Hal yang pertama dilakukan adalah meletakkan 1 buah kaki statif lalu
diikuti oleh kedua kaki statif dan menyetel panjang kaki-kaki statif dengan
menyesuaikan tingginya dengan orang yang akan melakukan pembacaan
dengan Theodolit tersebut dengan memperhatikan patok (titik P) dibawah
kaki alat Theodolit.
Setelah kaki alat Theodolit berdiri dan ditekan ketanah dilakukan
pemeriksaan dengan menyesuaikan unting-unting dan patok (titik P), apakah
titik patok telah tepat dengan unting-unting. Apabila telah tepat pesawat
Theodolit boleh diletakkan pada BASE PLATE, bila belum tepat cara
tersebut boleh diulang lagi serta dilakukan pemeriksaan seperti cara kedua.
Bila pesawat telah diletakkan, dilakukan kontrol dengan melihat teropong
apakah titik P telah tepat, kemudian dilakukan penyetelan nivo pas berada
ditengah-tegah dengan menggunakan sekrup nivo. Bila hal ini telah
terlaksana dengan baik dan tepat maka pengukuran sudah dapat dimulai.

c. Pelaksaan pengukuran ada dua cara yaitu :


1. Cara pertama yaitu untuk mencari sudut horizontal dan jarak

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

a. Cara biasa
Setelah dilakukan pengukuran pada satu titik lalu pada bak ukur di baca
Ba, Bt, Bb, dengan mengetahui ini maka jarak diketahui. Lalu sudut
horizontal dibaca dengan pesawat. Setelah yang pertama dibaca sudut
AB,BC,CD, kemudian pembacaan diulang dengan membaca sudut
horizontal dari DC,CB,BA.

D Biasa

C B

Gambar 3.5. Sudut horizontal cara biasa

b. Luar biasa
Teropong dibalik dengan diputar 180, serta ditentukan arah utara dengan
menggunakan kompas. Kemudian dilakukan pencarian sudut dan jarak
pada masing-masing titik.
D
A

C Luar Biasa

C B

Gambar 3.6. Sudut horizontal cara luar biasa

2. Cara ke dua yaitu untuk mencari Azimuth

a. Pada cara ini bedannya dengan cara pertama adalah pada cara kedua
kita wajib menentukan arah utara terlebih dahulu dengan kompas,
setelah itu dicari Azimuth dari masing-masing sudut, pertama mencari

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

Azimuth UD, DA, AB, BC kemudian putar dan mulai dari CB, BA,
AD, dan terakhir DU.

Biasa U
D U
D
A
A

p
P

C B
C Luar Biasa B

Gambar 3.7. Sudut horizontal cara biasa Gambar 3.8. Sudut horizontal cara luar biasa

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH


INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN (ITM)
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Gedung Arca No. 52 Medan 20217 Telp. (061) 7363771

DATA PERCOBAAN THEODOLIT 1 (T1)


ALAT : Theodolit
TANGGAL : 27 November 2010 GROUP : I

TEMPAT TITIK PEMBACAAN PEMBACAAN BAAK JARAK OPTIS


ALAT BIDIK SUDUT UKUR RATA-RATA
(M)
T.Kompas ' " BA BT BB
Biasa
A 15 34 00 1,615 1,469 1,318 29,7
B 47 56 20 1,549 1,395 1,242 30,7
C 129 30 40 1,502 1,441 1,378 12,4
D 277 25 00 1,432 1,355 1,273 15,9
P1 L. Biasa 270 00 00
A 97 25 00 1,580 1,498 1,418 16,2
B 309 41 20 1,613 1,550 1,488 12,5
C 227 50 40 1,821 1,671 1,515 30,5
D 195 43 00 1,872 1,725 1,578 29,4
Kompas
' " BA BT BB
Biasa
A 344 18 20 1,523 1,375 1,225 29,8
B 16 18 20 1,465 1,315 1,160 30,5
C 98 8 20 1,462 1,400 1,332 12,7
D 246 18 20 1,360 1,279 1,198 16,2
P1 L. Biasa
A 66 18 20 1,533 1,452 1,372 16,2
B 278 18 20 1,596 1,535 1,470 12,7
C 196 18 20 1,790 1,635 1,482 30,5
D 164 18 20 1,843 1,695 1,545 29,8

Titik Tetap : P2 ( 5521,32 ;17035,22 )

NO NAMA NIM Medan, 27 November 2012


1. Dosen Pembimbing,
JALALUDIN 12 10 10 74

2.
TRI SUCI MUTIARA 12 10 10 61

3.
RIKI WARDIANTO 12 10 10 91

4. (Aazokhi Waruwu, ST., MT)


DIAN ASMITA 12 10 10 99

5.
WARISNO SIALLAGAN 12 10 10 98

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

U A
PD

PC

PB B
PA
PA

Gambar 3.9. Sket Pengukuran Dengan Menggunakan Kompas

AB

BC

CD C

Gambar 3.9. Sket Pengukuran Tanpa Kompas

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

IX. PERHITUNGAN SUDUT HORIZONTAL, AZIMUTH DAN JARAK


OPTIS

A. SUDUT HORIZONTAL Sudut horizontal rata-rata:


(Tanpa Kompas):
AB ( B ) + BA ( LB )
- Dalam keadaan biasa (B): AB=
2
AB= PB PA 0 ' 0 ' ''
32 22 20 +32 07 40

0 ' '' 0 '' 2
47 56 20 15 34 00
0 ' ''
32 15 00
320 22' 20

BC= PC PB BC ( B ) + CB ( LB )
BC=
2
1290 30 ' 40 ' ' 470 56 ' 20' '
0 ' '' 0 ''
81 34 20 + 81 50 ' 40

810 34 ' 20 '' 2

810 42' 3 0' '


CD= PD PC

2770 25' 00 ' ' 1290 30' 40' ' CD ( B ) + DC ( LB )


CD=
2
1470 54 ' 20' ' 0 '' 0 ' ''
147 54 ' 20 +147 43 40

2
- Dalam keadaan luar biasa (LB):
0 ' ''
147 49 00
DC =( PD PC )+ 360

( 97 0 25' 00' ' 3090 41' 20' ' ) Jarak optis (m)

- Dalam Keadaan biasa (B):


+360
dPA = (BA BB) x 100
1470 43' 40' '
= (1,615 1,318) x 100
CB= PC PB = 29, 7 m

309 41' 20' ' 227 0 50 ' 4 0' ' dPB = (BA BB) x 100

810 50 ' 40' ' = (1,549 1,242) x 100

= 30,7 m
BA= PB PA
dPC = (BA BB) x 100
0 ' 0 ' ''
227 50 40' ' 195 43 00
= (1,502 1,378) x 100

320 07 ' 40' ' = 12,4 m

dPD = (BA BB) x 100

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

= (1,432 1,273) x 100 PC ( B ) + PC ( LB )


dPC=
2
= 15, 9 m
12,4 +12,5

2
- Dalam Keadaan luar biasa (LB):
12,45 m
dPD = (BA BB) x 100

PD ( B ) + PD ( LB )
= (1,580 1,418) x 100 dPD=
2
= 16,2 m
15,9+16,2

2
dPC = (BA BB) x 100
16,05 m
= (1,613 1,488) x 100

= 12,5 m B. SUDUT AZIMUTH

dPB = (BA BB) x 100 (Dengan Kompas) = 000 00 00

= (1,821 1,515) x 100 - Dalam Keadaan biasa (B):

= 30,6 m PA = UA - PU
= 19 30 40 - 000 00 00
dPA = (BA BB) x 100
= 19 30 40
= (1,872 1,578) x 100

= 29,4 m PB = UB - PU
= 56 04 50 - 000 00 00
Jarak optis rata-rata (m):
= 56 04 50
PA ( B ) + PA ( LB )
dPA =
2
PC = UC - PU
29,7+ 29,4 = 122 04 20 - 000 00 00

2
= 122 04 20
29,55 m
PD = UD - PU
PB ( B ) + PB ( LB )
dPB= = 181 05 25 - 000 00 00
2
= 181 05 25
30,7+ 30,6

2
- Dalam keadaan luar biasa (B):
30,65 m
PA = UA - 1800
= 199 17 25 - 1800
= 19 17 25

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

1220 04 ' 20' ' +1210 56' 20''



PB = UB - 1800 2

= 236 03 30 - 1800
= 56 03 30 1220 00' 20' '

PD ( B ) + PD ( LB )
PC = UC - 1800 PD=
2
= 301 56 20 - 1800
= 121 56 20 1810 05' 25 ' ' +1800 58' 55' '

2

PD = (UD - 1800) + 3600 1810 02' 10' '


=00 58 55 - 1800) + 3600
= 180 58 55 Jarak optis (m)

- Dalam Keadaan biasa (B) :


PP = UP - 1800
=270 00 00 - 1800 dPA = (BA BB) x 100

= 190 00 00
= (1,689 1,551) x 100

= 13,85 m

dPB = (BA BB) x 100

Sudut azimuth rata-rata : = (1,696 1,435) x 100

PA ( B ) + PA ( LB ) = 26 m
PA=
2
dPC = (BA BB) x 100
19 17 25+19 30 40

2 = (1,728 1,428) x 100

190 24 ' 2,5 ''


= 30 m

PB ( B )+ PB ( LB ) dPD = (BA BB) x 100


PB=
2
= (1,598 1,372) x 100
0 ' '' 0 ' ''
56 03 30 +56 04 50

2 = 22,6 m

560 04' 10''


- Dalam Keadaan luar biasa (LB):

PC ( B ) + PC ( LB )
PC = dPD = (BA BB) x 100
2
= (1,590 1,365) x 100

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

= 22,5 m 22,6+ 22,5



2
dPC = (BA BB) x 100
22,55 m
= (1,730 1,428) x 100
Perhitungan d Sin A:
= 30,2 m
X PA=dPA sin PA
dPB = (BA BB) x 100

13,57 sin 190 24 ' 2,5' '


= (1,689 1,429) x 100
4,5075
= 26 m

dPA = (BA BB) x 100 X PB=dPBsin PB

= (1,682 1,549) x 100 26 sin 560 04' 10' '

= 13,3 m 21,5725

Jarak optis rata-rata (m) : X PC =dPC sin PC

PA ( B ) + PA ( LB ) 30,1sin 1220 00' 20 ' '


dPA =
2
25,5247
13,85+13,3

2
X PD=dPD sin PD
13,57 m
22,55 sin1810 02' 10' '

PB ( B ) + PB ( LB ) 0,4077
dPB=
2

26+ 26

2 Perhitungan d Cos A:

26 m Y PA =dPA cos PA

13,57 cos 190 24' 2,5''


PC ( B ) + PC ( LB )
dPC =
2 12,7981

30+30,2

2 Y PB=dPB cos PB

30,1m 26 cos 560 04 ' 10' '

14,5128
PD ( B ) + PD ( LB )
dPD=
2
Y PC =dPC cos PC

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

30,1cos 1220 00' 20' ' YB = YP +dPBcos PB


= 17035,22 + 26cos 5600410
15,9530
= 17035,22 + 14,5128
= 17049,73 m
Y PD=dPD cos PD

0 ' ''
22,55 cos 181 02 10 YC = YP +dPCcos PC

22,5463 = 17035,22 + 30,1cos 12200020


= 17035,22 15,9530
= 17019,26 m
C. PERHITUNGAN KOORDINAT

Perhitungan titik koordinat YD = YP +dPDcos PD


sumbu X : = 17035,22 + 22,55cos 18100210
= 17035,22 22,5463
XA = XP +dPAsin PA
= 17012,67 m
= 5521,32 + 13,57sin 190242,5
= 5521,32 + 4,5075
= 5525,82 m Kontrol Koordinat

XB = XP +dPBsin PB DP = PD 1800
= 5521,32 + 26 sin 5600410
= 5521,32 + 21,5725 = 181 0525 - 1800

= 5542,89 m
= 1 0525

XC = XP +dPCsin PC
= 5521,32 + 30,1 sin 12200020
= 5521,32 + 25,5247 XDP = dDP sin DP
= 5546,84 m
= 22,55 Sin 1 0525
XD = XP +dPDsin PD
= 0,42 m
= 5521,32 + 22,55 sin 18100210
= 5521,32 - 0,4077 YDP = dDP cos DP
= 5520,91 m
Perhitungan titik koordinat sumbu Y = 22,55 cos 1 0525

:
= 22,54 m

YA = YP +dPAcos PA
XP2 = XD + dDP sinDP
= 17035,22 + 13,57cos 190242,5
= 17035,22 + 12,7981 = 5520,91 + 0,42
= 17048,01 m
= 5521,33

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

YP2 = YD + dDP cosDP = 17035,21

= 17012,67 + 22,54

X. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan pengukuran Theodolit kita dapat mengetahui :

1. Jarak dari P ke titik A, B , C, dan D (Menggunakan Kompas)

DPA = 13,57 m
DPB = 26 m
DPC = 30,1 m
DPD = 22,55 m

2. Jarak dari P ke titik A, B , C, dan D (Tanpa Kompas)

DPA = 29,55 m
DPB = 30,65 m
DPC = 12,45 m
DPD = 16,05 m

3. Pengukuran Sudut Horizontal (Tanpa Kompas)

AB = 320 15 00

BC = 810 42 30

CD = 1470 49 00

4. Pengukuran Sudut Azimut (Menggunakan Kompas)

PA = 190 24 2,5

PB = 560 04 10

PC = 1220 00 20

PD = 1810 02 10

5. Menentukan Koordinat Suatu Titik

A (5525,82 ; 17048,01)

B (5542,89 ; 17049,73)

C (5546,84 ; 17019,26)

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
THEODOLIT - I (T1)

D (5520,91 ; 17012,67)

6. Mengontrol Koordinat Titik P2 dari Titik D

P2 (5521,33 ; 17035,21)

SARAN

1. Jarak dari suatu titik ke titik terlalu jauh sehingga menyulitkan pembacaan
bagi yang membidik maka jarak harus di perpendek.
2. Instruktur harus selalu berada di lapangan sehinnga bila ada kesulitan yang
dihadapi di lapangan langsung mudah di selesaikan.
3. Pembacaan harus lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan pembacaan dari
perhitungan jarak optis dengan jarak lapangan.

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2013


GROUP : I
TABEL PERHITUNGAN KOORDINAT
Titik Alat P

Titik Bidik A B C D

Dp 13,57 26 30,1 22,55

190242,5 5600410 12200020 18100210


XP
2 5521,32 5521,32 5521,32 5521,32

XP 4,5075 21,5725 25,5247 -0,4077

Yp2 17035,22 17035,22 17035,22 17035,22

YP 12,7981 14,5128 -15,9530 -22,5463


X 5525,82 5542,89 5546,84 5520,91

Y 17048,01 17049,73 17019,26 17012,67


XP2 5521,32
YP2 17035,22

Anda mungkin juga menyukai