Anda di halaman 1dari 5

5.3.

Analisa Data Lalu Lintas


Analisa data lalu lintas menentukan kapasitas ruas jalan dan tingkat
pelayanan jalan. Metode analisis data lalu lintas menggunakan Pedoman
Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) Tahun 2014. Penilaian kinerja lalu lintas dapat
ditentukan berdasarkan nilai derajat kejenuhan atau kecepatan tempuh pada suatu
ruas jalan tertentu dalam kondisi eksisting maupun dalam kondisi masih desain
[Rosmantyo, 2018].
5.3.1. Identifikasi Ruas Jalan
Identifikasi ruas jalan pada studi kasus tugas ini adalah sebagai berikut.
a) Ruas Jalan : Jalan Raya Kedu
b) Tipe : 2/2 TT
c) Status Pembinaan : Nasional
d) Fungsi jalan : Arteri Primer
e) Lebar jalan : ± 7,00 meter
f) Lebar bahu jalan : ± 1,00 variatif
g) Pemisah Arah : 50-50
h) Hambatan samping : Tinggi
5.3.2. Volume dan Arus Lalu Lintas
Hasil survey menghasilkan total volume kendaraan pada jam puncak yang
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Total Volume Kendaraan


2500
2247 2295
2000
1786 1858 1860 1869
1500 1761
1542
1000

500

0
11.00-12.00 12.00-13.00 15.30-16.30 16.30-17.30

Pos I Pos II

Pada gambar di atas dipilih sampling untuk penentuan nilai volume kendaraan
yang terjadi pada ruas jalan yakni pada Pos Kiris dalam rentang waktu pukul
16.30-17.30 WIB. Rincian klasifikasi volume kendaraan tersebut, berdasarkan
PKJI 2014 adalah sebagai berikut.

Klasfikasi Kendaraan Volume (kend/jam)


Sepeda Motor (SM) 1447
Kendaraan Ringan (KR) 724
Kendaraan Berat (KB) 121
Kendaraan Tidak Bermotor (KTB) 3
Jumlah 2295
(Sumber: Data Primer)
Ditentukan volume arus lalu lintas berdasarkan metode PKJI 2014 (Qskr). Menurut
Rosmantyo, 2018, hitungan volume arus lalu lintas dengan faktor koreksi ekr
(ekivalensi kendaraan ringan) ditunjukkan sebagai berikut.
Q skr =( SM ∙ ekr ) + ( KR ∙ekr )+ ( KB ∙ ekr )Q skr =( 1447 ∙ 0,25 )+ ( KR ∙ 1 )+ ( 121∙ 1,2 )

Qskr =1231 skr / jam


Hambatan samping yang terjadi selama proses pengamatan adalah sebagai
berikut.

Frekuensi Hambatan Samping


450
400
350 382
300 325
250
200
150
100 134
50 71
0
PED PSV EEV SMV

Perhitungan hambatan samping pada ruas jalan didasarkan melalui PKJI 2014
yang menteapkan bobot-bobot tertentu untuk dikalikan pada setiap kejadian
hambatan samping yang telah diklasifikasikan. Perhitungan disajikan dalam tabel
di bawah ini.
Frekuens Frekuensi
No Hambatan Samping Bobot
i Bobot
1 Pejalan Kaki (PED) 134 0,5 67
2 Kendaraan parkir dan/ atau berhenti 71 1 71
(PSV)
Kendaraan keluar dan/ atau masuk
3 382 0,7 267,4
(EEV)
4 Kendaraan gerak lambat (SMV) 325 0,4 130
Total Frekuensi Bobot = 0

5.3.3. Kapasitas Ruas Jalan


Kapasitas didefiniskan sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di
jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Perhitungan
kapasitas suatu ruas jalan berdasarkan PKJI 2014 ditentukan melalui formulasi
sebagai berikut.
C=C 0 ∙ FCLJ ∙ FC PA ∙ FC HS ∙ FC UK
Dimana:
C = kapasitas ruas jalan, skr/jam
C0 = kapasitas dasar, skr/jam
FCLJ = faktor penyesuaian kapasitas terkait lebar lajur atau jalur lalu lintas
FCPA = faktor penyesuaian kapasitas terkait pemisahan arah, hanya pada jalan
= tak terbagi
FCHS = faktor penyesuaian kapasitas terkait KHS pada jalan berbahu atau
= berkereb
FCUK = faktor penyesuaian kapasitas terkait ukuran kota

Nilai masing-masing faktor dalam penentuan kapasitas jalan tersebut


adalah sesuai parameter yang telah ditentukan melalui PKJI 2014. Penjelasan
nilai-nilai faktor penentuan kapasitas jalan tersebut dijelaskan melalui tabel di
bawah ini.

No Faktor Nilai Deskripsi


(Tabel A.10 PKJI 2014) untuk tipe jalan 2/2TT
1 C0 2900
per jalur dua arah
(Tabel A.11 PKJI 2014) untuk tipe jalan 2/2TT
2 FCLJ 1,00
dengan lebar jalur ± 7,00 meter
(Tabel A.12 PKJI 2014) untuk tipe pemisahan
3 FCPA 1,00
arah 50%-50%
(Tabel A.13 PKJI 2014) untuk tipe jalan 2/2TT
4 FCHS 0,86
dengan KHS Tinggi dan LBE ± 1,00 meter
(Tabel A.15 PKJI 2014) untuk kepadatan
penduduk < 0,1 juta jiwa area Parakan, Bulu, dan
5 FCUK 0,86
Kedu, serta sekitarnya (Sumber: BPS
Temanggung, 2021)
Hitungan kapasitas jalan diperoleh sebagai berikut.
C=2900 ∙1,00 ∙ 1,00∙ 0,86 ∙ 0,86=2145 skr/ jam
5.3.4. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DJ) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap
kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
suatu segmen jalan. Berdasarkan PKJI 2014 derajat kejenuhan suatu ruas jalan
ditentukan dengan formulasi sebagai berikut.
Q 1231
DJ= = =0,574
C 2145
5.3.5. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan pada umumnya digunakan sebagai ukuran dari
pengaruh yang membatasi akibat peningkatan volume lalu lintas. Rosmantyo,
2018 menerangkan beberapa klasifikasi tingkat pelayanan jalan berdasarkan
derajat kejenuhan suatu ruas jalan sebagai berikut.
Tingkat
Pelayanan Karakteristik Lalu Lintas Nilai DJ
Jalan
Kondisi arus lalu lintas bebas dengan
A kecepatan tinggi dan volume lalu lintas 0,00-0,20
rendah
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai
B 0,20-0,44
dibatasi oleh kondisi lalu lintas
Arus stabil, tetapi kecepatan gerak
C 0,45-0,74
kendaraan dikendalikan
Arus mendekati stabil, kecepatan masih
D dapat dikendalikan, V/C masih dapat 0,75-0,84
ditolerir
Arus tidak stabil, kecepatan terkadang
E terhenti, permintaan sudah mendekati 0,85-1,00
kapasitas
Arus dipaksakan, kecepatan rendah, volume
F ≥ 1,00
di atas kapasitas, antrian panjang (macet)
(Sumber: Rosmantyo, 2018)
Berdasarkan nilai derajat kejenuhan yang didapat, yakni 0,574 maka tingkat
pelayanan ruas Jalan Raya Kedu pada segmen yang menjadi obyek studi kasus
adalah tipe pelayanan jalan C dengan karakteristik Arus stabil, tetapi kecepatan
gerak kendaraan dikendalikan.
REFERENSI
BPS Kabupaten Temanggung. (2021). Kabupaten Temanggung dalam Angka
Tahun 2021. Temanggung: BPS Temanggung.
Dirjend Bina Marga. (2014). Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum
Rosmantyo, W. R. (2018). Rancang Bangun Sistem Informasi Perhitungan
Kinerja Ruas Jalan Provinsi Di Provinsi Jawa Timur (Disertasi Doktoral,
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945).

Anda mungkin juga menyukai