Anda di halaman 1dari 24

Pengaturan Persimpangan dengan

Lampu Lalu Lintas


5145
PERTEMUAN 11
HCM 1985, ada tiga macam cara pengoperasian lampu isyarat lalu
lintas yaitu:
 Premitted operation, yaitu lampu lalu lintas dalam putaran konstan
di mana setiap siklus sama dan panjang siklus serta fase tetap.
 Semi actuated operation yaitu pada operasi isyarat lalu lintas ini,
jalan utama (major street) selalu berisyarat hijau sampai alat
pendeteksi pada jalan samping (side street) menentukan bahwa
terdapat kendaraan yang datang pada satu atau kedua sisi jalan
tersebut.
 Full actuated operation yaitu pada isyarat lampu lalu lintas ini,
semua fase lalu lintas dikontrol dengan alat detektor sehingga
panjang siklus atau fasenya berubah-ubah tergantung dari
permintaan yang didasarkan oleh detektor.
Indonesia → untuk pengoperasian Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas (APILL) →
paling banyak sistem premitted operation.

Urutan nyala lampu isyarat lalu lintas yang dipakai:


- Merah → berhenti
- Hijau → berjalan
- Kuning → memperbolehkan kendaraan untuk Morlok, E.K (1995)
memasuki pertemuan apabila tidak
terdapat kendaraan lainnya sebelum
lampu merah muncul
Saturation Flow Lapangan
Mencari nilai saturation flow suatu ruas jalan didasarkan pada rumus (MKJI
1997):
S = S(2) + S(3) +………..+ S(n-1)
n-2
Keterangan:
S = saturation flow (smp/6 detik)
S (2) = volume kendaraan pada kondisi jenuh interval ke-2 (smp/6 detik)
n = jumlah interval

Arus jenuh dianggap tetap selama waktu hijau.


Kenyataannya → arus berangkat mulai dari nol pada awal waktu hijau dan
mencapai nilai puncaknya setelah 10-15 detik. Nilai ini akan menurun sedikit
sampai akhir waktu hijau, lihat gbr berikut:
Gambar. Arus jenuh yang diamati per selang waktu enam detik
Metode Webster

Gambar. Model Dasar Arus Jenuh


Waktu siklus optimum → yang mengakibatkan waktu tunda minimum
Co = (1,5 L + 5) / (1 – Y)
Keterangan:
L = total lost time
Y = penjumlahan y (=q/s) untuk tiap fase
l =k+a–g
Keterangan:
l = waktu hilang pada fase tersebut
k = waktu hijau/tampilan waktu hijau pada fase tersebut
a = amber/kuning
g = waktu hijau efektif
L = nl + R
Keterangan:
n = jumlah fase
R = n ( Ip – ta)
Ip = Intergreen periode
ta = waktu kuning/amber
l = lost time/waktu hilang tiap fase
Dasar perhitungan lampu lalin

1. Kedatangan kendr di setiap mulut pertemuan jalan terjadi secara


random
2. Arus jenuh sama (konstan) selama waktu hijau efektif
3. Metode pengaturan berdasarkan stage dan phase
4. Pemilihan banyaknya phase/stage dan urutannya dilakukan sesuai
permintaan (kebutuhan)
5. Semua pergerakan dimulai dan diakhiri sesuai dg pengaturan phase dan
stage serta terjadi secara simultan
Tahapan perhitungan (METODE
WEBSTER)
1. Tentukan banyaknya dan urutan phase serta stage
2. Hitung ratio antara vol lalin dan arus jenuh (q/s) tiap pergerakan
3. Tentukan nilai q/s kritis (y) tiap phase
4. Hitung Y = ∑y, jika Y>0,8 dilakukan penghitungan ulang
5. Hitung L = ∑waktu hilang dlm waktu siklus
L = n(Ip-a)+n(l1+l2)
n = jmlh phase
l1+l2 = waktu hilang dlm stage
6. Hitung waktu siklus optimum
Co = (1,5L+5)/(1-Y)
7. Pilih waktu siklus ( C ) antara 0,75 – 1,50 Co
8. Hitung waktu hijau efektit total
Eg = C-L
9. Hitung waktu hijau efektif setiap phase
gi = yi/Y (C-L)
10. Hitung waktu hijau aktual
ki = gi+l1+l2-a
Arus jenuh

S = 525W
Ket: S = arus jenuh (smp/jam)
W= lebar efektif mulut simpang/jalan (m)
(rumus u/ 5 – 18 m)

W (m) 3 3,5 4 4,5 5


S 1850 1875 1975 2175 2550
(smp/jam)
Ex:
Simpang empat dengan kondisi volume serta arus jenuh tampak pada tabel
berikut:
Tabel. Volume Arus Lalu Lintas dan Arus Jenuh
Pergerakan Volume lalu lintas, Arus jenuh, s
q (smp/jam) (smp/jam)
Utara 500 1500
Timur 300 1200
Selatan 400 1200
Barat 250 1250
Jika diset dengan 2 fase, lost time per fase selama 2 detik dan intergreen periode
bernilai 4 detik dan amber 2 detik, setting-lah nyala sinyal tersebut!
Solusi:
Tabel. Perhitungan Y
Pergerakan y=q/s y kritis Y
Utara 0,33 0,33  
Selatan 0,33 0,58
Timur 0,25 0,25
Barat 0,20

L = nl + R
= 2.2 + 2 (4 – 2)
= 8 detik

Waktu siklus optimum


Co = (1,5 x 8 + 5) / (1 – 0,58) = 40 detik
Waktu hijau efektif total = C – L = 40 – 8 = 32 detik
Waktu hijau efektif tiap stage
Tabel. Perhitungan Waktu Hijau Efektif
Stage Waktu hijau efektif (detik)
Utara / Selatan y.32/Y = 0,33x 32/0,58 = 18
Timur / Barat y.32/Y = 0,25x 32/0,58 = 14

Waktu hijau aktual = k = g + l – a


Dengan asumsi amber (kuning) = 2 detik, maka
Tabel. Perhitungan waktu hijau aktual
  Stage Waktu hijau aktual (detik)
Utara / Selatan k=g + l – a = 18 + 2 – 2 = 18
Timur / Barat 14 + 2 – 2 = 14
Gambar. Diagram Dua Fase dengan Waktu Siklus 40 Detik
Ex:
Soal sama dengan di atas, namun hanya dibuat dengan 3 fase

Solusi:
Tabel. Perhitungan untuk 3 Fase
Pergerakan y=q/s y kritis Y
Utara 0,33 0,33 *  
Selatan 0,33 0,78
Timur 0,25 0,25
Barat 0,20 0,20
Catatan: * ambil yang besar dari nilai q/s utara atau q/s selatan
L = nl + R
= 3.2 + 3 (4 – 2)
= 12 detik
Waktu siklus optimum
Co = (1,5 x 12 + 5) / (1 – 0,78) = 105 detik
Waktu hijau efektif total = C – L = 105 – 12= 93 detik
Waktu hijau efektif tiap stage
Tabel. Perhitungan waktu hijau efektif
Stage Waktu hijau efektif (detik)
Utara / Selatan y.93/Y = 0,33 x 93/0,78 = 39
Timur 30
Barat 24
Waktu hijau aktual = k = g + l – a
Dengan lost time 2 detik, dan amber 2 detik, maka waktu hijau aktual
(tertayang) menjadi:
Tabel. Perhitungan waktu hijau actual
Stage Waktu hijau aktual (detik)
Utara / Selatan 39 + 2 – 2 = 39
Timur 30
Barat 24

Gambar. Diagram tiga fase dengan waktu siklus 105 detik


Metode MKJI 1997
Perhitungan pada metode Webster:
- sederhana, karena besarnya saturation flow yang langsung ditentukan
dengan nilai tertentu,
- perhitungan hanya sampai pada penentuan setting sinyal merah kuning
hijau, tanpa ada hitungan besarnya tundaan

Perhitungan pada metode MKJI:


- saturation flow dilakukan dengan rumusan–dipengaruhi oleh banyak
sekali factor
- perhitungan penentuan setting sinyal merah kuning hijau, dan besarnya
tundaan juga dihitung
Gambar. Diagram Alir Perhitungan Kinerja Simpang Bersinyal
PELAJARI MKJI 1997 UNTUK SIMPANG
BERSINYAL …..
TINGKAT PELAYANAN
Ukuran kinerja baik buruknya simpang adalah besarnya tundaan.
Semakin besar tundaan, kinerja simpang semakin buruk.

Tabel. Tingkat pelayanan jalan simpang bersinyal


Tingkat Waktu tunda rerata
pelayanan (detik/smp)
A ≤ 10
B > 10 - 20
C > 20 - 35
D > 35 -55
E > 55 - 80
F > 80
Sumber: HCM 2000
Di Indonesia sesuai KM No 14 Tahun 2006:
 
Tabel. Tingkat pelayanan simpang bersinyal
Tingkat Tundaan Load
pelayanan (detik/kend) Factor
A ≤ 5,0 0,0
B 5,10 – 15,0 ≤ 0,1
C 15,1 – 25,0 ≤ 0,3
D 25,1 – 40,0 ≤ 0,7
E 40,1 – 60,0 ≤ 1,0
F >60 NA

Anda mungkin juga menyukai