Anda di halaman 1dari 22

12.

PERANCANGAN SIMPANG SI-2241 REKAYASA LALU LINTAS


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
SEMESTER 2 2021-2022
BERSINYAL – METODA WEBSTER DOSEN: AINE KUSUMAWATI, Ph.D.
LANGKAH PERANCANGAN SIMPANG BERSINYAL
Langkah:
 Pilih volume jam rencana
 Tentukan jumlah fase
 Tentukan waktu antar hijau, waktu hilang, arus jenuh
 Konversikan arus ke satuan mobil penumpang
 Tentukan nilai ymax untuk setiap fase
 Hitung waktu siklus optimum
 Hitung ketersediaan waktu hijau efektif per siklus
 Hitung waktu hijau aktual untuk setiap fase
 Distribusikan ketersediaan waktu hijau efektif per siklus ini ke setiap fase sesuai proposi ymax untuk
setiap fase
 Buat diagram pembagian waktu
ARUS JENUH
Didefinisikan sebagai maksimum tingkat arus (dalam smp/jam) yang dapat melewati
garis henti pada suatu pendekat ketika terjadi antrian kendaraan pada pendekat
tersebut dan diberikan waktu hijau yang menerus.
TRRL memberikan pendekatan untuk menghitung arus jenuh (dalam smp/jam):

s  525w

Dimana w adalah lebar pendekat dalam satuan meter.


Rumus tersebut berlaku dalam keadaan tidak ada kendaraan yang parkir di sisi
pendekat dan untuk lebar pendekat lebih besar dari 5,5 meter.
ARUS JENUH
Untuk lebar pendekat kurang dari 5,5 meter, hubungan yang ada tidak linier, arus
jenuh dapat diperkirakan melalui tabel berikut:
w (m) 3 3,5 4 4,5 5 5,5
s (smp/jam) 1850 1875 1975 2175 2550 2900

Pengaruh gradien: setiap kenaikan/penurunan 1% gradien, arus jenuh akan


turun/naik sebesar 3%.
Gradien pendekat didefinisikan sebagai rata-rata kemiringan antara garis henti dan
titik sejauh 61 m sebelum garis henti tersebut.
ARUS JENUH
Untuk arus belok kanan, arus jenuh dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Untuk arus tunggal:
1800
s smp/jam atau 1600 smp/jam
1  1,52 r

Untuk arus ganda:


3000
s smp/jam atau 2700 smp/jam
1  1,52 r

Dimana r adalah radius belok (dalam meter)


ARUS JENUH
Pengaruh lingkungan:
 Jika suatu lokasi didesain dengan kondisi lingkungan yang baik, yaitu memiliki
pendekat 2 lalur, tidak ada gangguan pejalan kaki yang berarti, tidak ada
kendaraan parkir, tidak ada gangguan terhadap arus lalu lintas dari kendaraan
yang belok kanan, jarak pandang bagus, radius belok cukup maka arus jenuh
dapat diambil 120% dari nilai standar.
 Jika suatu lokasi didesain dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, yaitu
kecepatan dibawah rata-rata, gangguan dari kendaraan yang berhenti dan belok
kanan, jarak pandang dan alinyemen jelek, maka arus jenuh diambil sebesar 85%
dari nilai standar.
WAKTU HIJAU EFEKTIF
Waktu hijau efektif = waktu hijau aktual + waktu kuning – waktu hilang

g G  Al
PENENTUAN WAKTU HILANG PADA PENDEKAT
BERSINYAL
Pada contoh yang lalu mengenai
perhitungan arus jenuh didapatkan arus
jenuh = 2,4 kendaraan/0,1 menit
Perhitungan waktu hilang dilakukan
berdasarkan:
 Jumlah kendaraan yang direpresentasikan
olah a-b-d-c sama dengan jumlah kendaraan
yang direpresentasikan oleh e-f-g-d
 Jumlah kendaraan yang direpresentasikan
oleh h-i-j-k sama dengan jumlah kendaraan
yang direpresentasikan oleh n-m-l-k
PENENTUAN WAKTU HILANG PADA PENDEKAT
BERSINYAL
Dengan demikian:

ed x 2,40 = 1,88 x 0,1


ed = 0,08 menit → ce = 0,02 menit

kj x 2,40 = 1,74 x 0,1


kj = 0,07 menit → jl = 0,03 menit
Sehingga:
Waktu hilang = jl + ce = 0,05 menit = 3 detik
PENENTUAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM
Waktu siklus optimum (Co) dihitung menggunakan rumus:

1,5L  5
Co 
1 Y

Dimana L adalah waktu hilang per siklus ; Y adalah jumlah y untuk semua fase dimana
y adalah perbandingan antara arus dengan arus jenuh.
Minimum waktu siklus adalah 25 detik (pertimbangan keselamatan) dan maksimum
waktu siklus biasanya 120 detik.
DIAGRAM PEMBAGIAN WAKTU
Langkah:

 Hitung ketersediaan waktu hijau efektif per siklus, dimana:

Ketersediaan waktu hijau efektif/siklus =


waktu siklus (Co) – waktu hilang/siklus (L)

 Distribusikan ketersediaan waktu hijau efektif per siklus ini ke setiap fase sesuai proposi
ymax untuk setiap fase

 Hitung waktu hijau aktual untuk setiap fase dengan cara:

Waktu hijau aktual = waktu hijau efektif - waktu kuning


+ waktu hilang
CONTOH
Arus dan arus jenuh pada persimpangan dengan sinyal lalu lintas 2-fase dinyatakan
dalam tabel berikut. Waktu antar hijau adalah 9 detik dan kehilangan waktu adalah 2
detik per fase. Berapa waktu siklus optimum dan waktu hijau optimum untuk tundaan
total minimum.

Pendekat Utara Selatan Timur Barat

Arus (q) dalam kend/jam 600 450 900 750


Arus jenuh (s) dalam kend/jam 2400 2000 3000 3000
y = q/s 0,250 0,225 0,300 0,250
Nilai y yang dipilih untuk masing- 0,250 0,300
masing fase
Kehilangan waktu per siklus dinyatakan sebagai berikut:
L = ((I – A) + kehilangan waktu) x jumlah fase
(A = waktu kuning = 3 det; I = waktu antar hijau = 9 det)
L = ((9 – 3) + 2) x 2
= 16 detik

Jadi, waktu siklus optimum dapat ditentukan sebagai berikut:


1,5 L  5
Co 
1 Y
1,5 16  5 29
Co    64 detik
1  0,25  0,3 0,45
Waktu hijau total per siklus adalah Co – L, yaitu sama dengan (64 – 16) = 48 detik.
Waktu hijau efektif dapat ditentukan dari rumus berikut:
gUS = yUS / Y (Co – L) = 0,25/0,55 (48) = 22 detik

gTB = yTB / Y (Co – L) = 0,30/0,55 (48) = 26 detik

Waktu hijau aktual dapat dihitung sebagai berikut:


G=g+l–A
GUS = 22 + 2 – 3 = 21 detik
GTB = 26 + 2 – 3 = 25 detik
Diagram pembagian waktu:

1 siklus = 64 detik

Fase U-S
Waktu hijau = 21 detik Waktu semua merah
= 6 detik

Fase B-T

Waktu antar hijau


Waktu hijau = 25 detik
= 9 detik
TUNDAAN PADA SIMPANG BERSINYAL

B d = tundaan rata-rata per kendaraan


d  cA   C
q c = waktu siklus

A
1   2 λ = proporsi waktu siklus yang memberikan waktu
hijau efektif untuk fase yang dipertimbangkan =
2 1   x 
g/c
x2
B q = arus
2 1  x 
s = arus jenuh
C  faktor koreksi
x = derajat kejenuhan = q/ λs
CONTOH
Suatu pendekat di persimpangan mempunyai arus = 1020 kend/jam, arus jenuh =
2400 kend/jam, kombinasi perioda hijau dan kuning = 32 detik, dan waktu siklus =
60 detik. Kehilangan waktu akibat tundaan awal diasumsikan sebesar 2 detik. Berapa
tundaan rata-rata per kendaraan ?
B
d  cA  C
q

dimana:
c = 60 detik
g = G + a – l = 32 – 2 = 30 detik
 = g/c = 0,5
x = q/ s = 1020 / 0,5 (2400) = 0,85
Dari tabel 43.1: A = 0,217
cA = 13,0

Dari tabel 43.2: B = 2,41


B/q = 2,41 / (1020/3600) = 8,5

Dari tabel 43.3: M = q.c = 1020 (60) / 3600 = 17,0


C = 12,5% x (13,0 + 8,5) = 2,68

Sehingga: d = (13,0 + 8,5) – 2,68


d = 18,81 detik.

Anda mungkin juga menyukai