Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ELEVATOR DENGAN

KAPASITAS 1150 kg

4.1. Perencanaan Elevator

Dalam merencanakan unit lift yang akan digunakan pada sebuah gedung

pertama-tama yang harus di hitung adalah spesifikasi teknik. Dasar perhitungan

spesifikasi teknik pada setiap gedung adalah sama, yang membedakan adalah data

masukan. Untuk itu pada tugas akhir ini penulis mengambil salah satu contoh gedung

yang sedang dibangun dan memerlukan sistem transportasi elevator barang dengan

data sebagai berikut :

• Gedung : Apartement

• Lokasi : di pusat kota

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 58
 
• Jumlah lantai : 30

• Tinggi lantai ke lantai : Rata-rata 3 m

• Luas lantai (gross area) : 1200 m2

Bedasarkan fungsi gedung, luas lantai tiap gedung dan tinggi gedung, maka

komponen-komponen dari elevator barang dapat di pilih dan di tentukan sebagai

berikut :

1. Mesin penggerak dan sistem pergerakan tali baja (roping system), jenis

penggerakan adalah :

- Mesin traksi dengan gir (geared traction machine). Lihat gambar 3.1

2. Sistem Pergerakan tali baja adalah

- Double wrap dengan perbandingan tali baja antara sangkar dengan

pengimbang (roping) 2 : 1 dengan bentuk roping U-rroove Undercur

90º lihat gambar dibawah ini :  

Gambar 4.1 U groove

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 59
 
Dengan sistem coba ulang (trial and error) direncanakan suatu elevator barang

(lift) dengan variable data rancangan. Data dibawah ini terdapat dari catalog lift

dengan merk Sanyo Yusoki Kogyo :

• Kapasitas : 1150 kg

• Kecepatan Lift : v = 120 m/mt

2 m/s

Ukuran sangkar untuk kapasitas 1150 kg

Tabel.4.1 Kapasitas ukuran sangkar

• Lorong elevator (hoist way)

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 60
 
Tinggi total : 96 m

Overhead : 4,6 m

Pit depth : 1,5 m

Panjang : 3,5 m

Lebar : 4,0

4.2 Perhitungan Komponen Elevator (Freight Elevator)

4.2.1. Perhitungan Kereta (Car) dan Pengimbang (Counter Weight)

a. Berat Kereta (car)

diketahui :

Kapasitas beban penuh Q = 1150 kg

Maka berat kereta kosong adalah P = 2,0 x Q = 2,0 x 1150 = 2300 kg

b. Berat Bobot Pengeimbang (Conter Weight)

Untuk lift berkapasitas Q = 1150 kg keatas over balance (OB) = 0,45.

(Referensi 5 hal 7

Maka diketahui Q = 1150 kg.

P = 2300 kg

OB = 0,45

Maka berat bobot imbang (counter weight)

Z = P + OB + Q

= 2300 + 0,45 x 1150 kg

= 2817.5 kg
Fakultas Teknik – Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana Page 61
 
4.2.2. Perhitungan Tarikan dan Slip

a. Rumus Hubungan Tarik

TR = T1/T2 = efka

Diketahui :

T1 = P + Q = 2300 + 1150 = 3450 kg

T2 = Z = 2817.5 kg

b. Rumus Hubungan Traksi Statis

TR = T1/T2 = 3450/2817.5 = 1,22

Karena adanya gaya dinamis data perlambatan dan percepatan dengan

demikian, maka saat terjadi percepatan (lift berangkat) dan perlambatan (lift mau

berhenti) tidak terjadi slip. Nilai percepatan a di dapat dari tabel dibawah ini :

Kecepatan

Lift

m/s 1,0 1,5 1,75 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 5,0 6,0

(m/m) 60 90 105 120 150 180 210 240 300 360

Percepatan

(m/s2) 0,60 0,70 0,80 0,85 0,95 1,10 1,20 1,25 1,25 1,25

Tabel 4.1. . Percepatan

Faktor dinamis CD = (1 + a/g) / (1 – a/g)

= (1 + 0,85/9,8) / (1 – 0,85/9,8)

= 1,19

Maka rumus hubungan traksi berubah menjadi traksi dinamis


Fakultas Teknik – Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana Page 62
 
TRD = CD x TR

Diketahui :

a = 0,85

CD = 1,19

TRD = CD x TR

= 1,19 x 1,22 = 1,45

Traksi yang di peroleh dari roda Ta = efkα

Lihat lampiran 1

e = 2,718

f = 0,11

k = 1,3 untuk alur puli U-groove U/C 90º

α = 90º = = 1,57 radian

Ta = (2,718) 0,11x1,3x3,14 = 1,55

TRD = CD x TR ≤ Ta

= 1,45 ≤ 1,55 aman (tidak terjadi slip)

4.2.3. Perhitungan Tali Baja

Dalam perencanaan ini penulis memilih jenis tali baja seale 8 x 19 FC (Fibre

core). Lihat gambar 4.2

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 63
 
Gambar 4.2 Jenis Seale 8 x 19 FC

Diameter tali baja menurut standar eropa sedikitnya 8 mm dan menurut

standar amerika 9,5 mm. untuk itu penulis mengasumsikan diameter tali baja

berdasarkan lampiran 4.

Diasumsikan diameter tali baja untuk jenis seale 8 x 19 FC

Diketahui :

• Diameter tali baja = 11 mm

• Batas patah maksimal = 5000 kg (lihat lampiran 4)

• Faktor keamanan = 9,75 (lihat lampiran 2)

• Roping 2 : 1

a. Perhitungan penentuan jumlah tali baja yang dibutuhkan

Tb berat tali di abaikan untuk sementara sehingga

= 3.36 atau di bulatkan menjadi 4 helai

menghitung berat tali dengan tinggi lintasan = 96 m

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 64
 
Tb = n x tinggi lintasan x perkiraan berat (lihat lampiran 4)

= 4 x 96 x 0,42

= 161.3 kg/tali = 1582 N ( kg forta ke Newton )

Koreksi dengan berat tali n = = 3,5 = 4 lembar ok

b. Perhitungan beban patah pada kabel S

S = Tb.fk

= 1582 x 9.75

= 15097.6 N = 15.4 KN/tali

c. Tegangan patah yang di izinkan τ = = = 512.8 kg/mm²

d. Kecepatan tali dengan roping 2 : 1 kecepatan kereta = 120 m/m

Kecepatan tali = 2 x 120 = 240 m/m

e. Koefisien gesek

Koefisien gesek tali dengan puli penggerak dan puli penuntunan adalah

μ = 0,173 di tentukan dari kabel dibawah ini. (ref 6 hal 360)

β 00 300 600 900 1000 1100 1200 1300

μ 0,107 0,117 0,137 0,173 0,192 0,216 0,246 0,289

Nilai koefisien gesek μ untuk berbagai sudut β tali terhadap alur puli.

4.2.4 Perhitungan Gaya

a. Gaya yang terjadi pada tiap tali baja adalah :


Fakultas Teknik – Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana Page 65
 
F= =

F= =

F = 862.5 kg = 8458.24 N = 8.5 KN

b. Gaya statis pada tali tegang

T1 = P + Q + Tb

= 2300 + 1150 + 161.3

= 3611.3 kg = 35414.76 N = 35.4 KN

c. Kerugian akibat gesekan

=Fxμ

= 1150 x 0,173 = 198.9 kg

Maka gaya total pada tali adalah :

F = 1150 + 198.9

= 1348.9 kg = 13328.2 N = 13.3 KN

d. Tegangan tarik izin yang terjadi pada tiap tali adalah :

τ = (P + Q ) g / A1

A1 = adalah luas metalik tali baja di asumsikan 40% dari luas fisik tali

Maka A1 = 0,4 x π (r)² x 4 lembar

= 0,4 x 3,14 (11/2)² x 4 = 151.9 mm2

Maka τ = = 222.5 N/mm²

e. Perhitungan kemuluran tali

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 66
 
τ = E.ε atau ε = τ/E

E = Modulus elastisitas dari tali baja bernilai dari 0,7 + 1,0 x 105 N/mm²

ε = = 0,31 mm atau kemuluran tali elastic = 3,1 cm

f. Perhitungan umur tali berdasarkan gambar di dibawah ini :

Gambar 4.3 Alur pada pully

m = banyaknya bengkokan yang berulang

m=3

dari lampiran 11 diambil m = 2,94 dan didapat

Z = 600000 bengkokan

Maka umur tali baja N:

Dimana :

N = Umur tali kawat baja

Z = Jumlah lengkungan yang berulang

α = Jumlah siklus kerja rata-rata perbulan


Fakultas Teknik – Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana Page 67
 
β = Faktor perubahan daya tahan tali akibat mengangkat beban

= Jumlah lengkungan berulang persiklusan kerja

= 2,5

Dari tabel lampiran 12 di dapat :

a = 3400

Z2 = 3

β = 0,3

Ǿ = 2,5

N=

= 78,43 bulan = 6,53 tahun = 6,5 tahun

4.2.5. Perhitungan Puli

a. Puli Penggerak

Diketahui diameter tali baja d = 11 mm

Maka diameter puli penggerakan adalah ± 50 kali diameter tali baja

± x 50

D = 11 x 50

D = 550 mm

• Jumlah alur puli untuk roping doble wrap = jumlah tali baja x 2

=4x2=8

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 68
 
• Lebar alur puli = 1,2 . d (ref 1 hal 368)

= 1,2 x 11 = 13.2 mm

• Dalam alur puli = 1,4 x d

= 1,4 x 11 = 15.4 mm

• Tebal dinding puncak alur = 0,15 x d + 5 mm

= 0,15 x 11 + 5 = 6.6 mm

• Jarak antara sumbu alur = 1,35 x d + 5 mm

= 1,35 x 11 + 5 = 19.8 mm

• Tinggi puncuk alur = 1,5 x d

= 1,5 x 11 = 16.5 mm

• Panjang puli = (tebal dinding alur) x 5 + (lebar alur puli) x Jumlah alur

puli

= (0,5 x d + 5) x 5 + (1,2 x d) x 8

= (6.6) x 5 + (13.2) x 8

= 139 mm

b. Puli Penuntun

Untuk puli penuntun ukuran-ukuran penampangnya sama dengan puli

penggerak, sedangkan diameternya adalah :

• Ǿ Puli Penuntun = Ǿ puli penggerak – (Ǿ puli penggerak x 0,25)

= 550 mm – (550mm x 0,25)

= 412.5 mm

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 69
 
Besar keausan (gesekan) pada alur puli yang terjadi tergantung pada tekanan tali pada

alur puli.

4.2.5.1. Perhitungan tekanan spesifik yang terjadi pada puli

= x

a. Untuk puli penggerak

= x

= x = 2.45 x 2,59 = 6.34 N/mm²

b. Untuk puli penuntun

= x

ρ = x = 3.26 x 2,59 = 8.44 N/mm²

4.2.6. Perhitungan Efisiensi Dan Daya

a. Perhitungan efisiensi gigi reduksi diketahui

untuk efisiensi transmisi gigi reduksi penulis memilih dengan dua didi ulir .

Rh = ± 0,60.

b..Perhitungan efisiensi total

ηt = η1 x η2 x η3

= 0,90 x 0,60 x 0,97

= 0,52 (dua gigi ulir)

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 70
 
4.2.7. Perhitungan Daya Atau Power

Poutput =

= = 18.54 kW

1 Hp = 0,746 kw = = 24.85 Hp

Gambar 4.4 Name Plate kapasitas motor traction

4.2.8. Perhitungan Pemilihan Rel Dan Penetuan Jarak Rentang Braket

Untuk Lift bahan yang digunakan untuk rel pemandu adalah baju mutu Fe 370

dan Fe 430 sesuai dengan SNI.

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 71
 
Tegangan tekuk maksimal yang diizinkan.

Untuk Fe 370 = 140 N/mm²

Untuk Fe 430 = 170 N/mm²

Bahan yang dipilih untuk rel adalah baja mutu Fe 370

Diketahui :

Berat kereta kosong P = 2300 kg

Kapasitas lift Q = 1150 kg

λ maka ditetapkan = 140 (maksimal kelangsingan 150 mengacu pada standart ISO

7465)

Menurut lampiran 13 ω faktor tekuk = 3,31 untuk baja mutu Fe 370 dipilih :

τ max = 15 (P+Q) . ω /A (Pesawat pengaman agak luwes)

140 = 15 (2300 + 1150) 3.31 / A

140 =

A= = 1223.5 mm² = 12.23 cm²

Berdasarkan tabel lampiran 7

Digunakan rel T 89/B

Berat 12.30Kg/m

Dimana A = 1570 mm² > 1223.5 mm²

Radius grasi r = 26,50 mm

Jarak rentang braket mak, L = λ . r = 140 x 26,50

= 3710 mm
Fakultas Teknik – Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana Page 72
 
Dtetapkan jarak rentang braket = 3,7 m

Periksa Tmax = 15 (P + Q) ω/A

= 15 (3450) 3,31 / 1570

= 109 N/mm² < 140 N/mm² ( ) aman

4.2.9. Perhitungan Buffer

Pada dasarnya pesawat pengaman bekerja karena terjadi kecepatan berlebih

(overspeed) yaitu sebesar 115% dan perlambatan maksimal sebesar g = 9,8 m/s²

menurut ANSI A17.1 sesaat benturan tidak boleh melebihi dari 2,5 g (24,5 m/s²)

1,15 V 24,5 m/s

Diketahui :

Over speed 115% dari V, untuk V = 120 m/m = 2 m/s digunakan peredam hidrolis.

a. Jarak langkah minimal peredam hidrolis

L = ½ (1,15 x V)²/ga

= ½ (1,15 x 2)²/9,81

= 2.6/9,81

= 0,269 m atau 26.9 cm

b. Gaya reaksi penyangga

Ro ≤ 40 (P+Q)

R = 40 (2300 + 1150) = 138000 N

c. Jarak langkah awal piston turun untuk pegas hidrolis

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 73
 
Untuk a menurut ANSI demi kenyamanan penumpang lift. Kejutan

yang terjadi saat kereta menimpa atau membentur peredam, benturan harus

dibatasi akselerasinya ao = 2,5g = 24,5 m/s²

S=

= = 0,075 m

Sehingga jumlah langkah s + L = 0.269 + 0,075 = 0,214 m = 21.4 cm

Gambar 4.5 buffer

4.2.10. Perhitungan Jarak kemerosotan Kereta

Diketahui :

v = 120 m/m = 2 m/s

over speed = 115 %

V = v x over speed = 2 x 1,15 = 2.3

d = ½ V²/g

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 74
 
= ½ (2.3)²/9,81

= 0,27 m

4.2.11. Perhitungan Kecepatan Dan Frequency

2.1.11.1. Perhitungan Kecepatan Radial Puli

ω = V/π D

diketahui V = kecepatan kereta x kecepatan tali untuk roping 2 : 1

= 120 x 2 = 240 m/m

Dpuli = 550 mm = 0,55 m

ω = = 138.7 rpm

4.2.11.2. Kecepatan Radial Motor

Berdesarkan tebel digunakan gear ratio 10 : 1 dengan 2 buah gigi ulir

ω2 = 15 x 138.7 = 2080.5 rpm.

4.2.11.3 Frequency Motor

Berdasarkan tabel jumlah pole adalah 4 dan slip saat beban penuh = 13 %

f=

= = = 54 Hz

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 75
 
Kecepatan Kecepatan Diameter G/R RPM Frequency No.

Kereta’ Tali Puli (Gear Puli (Hz) Poles

(m/m) (m/m) (m) Ratio)

60 120 0,55 20 : 1 70 48 4

90 180 0,60 15 : 1 95,5 49 4

105 210 0,65 19 : 1 103 35 4

120 240 0,65 10 : 1 117 40 4

150 300 0,70 10 : 1 136 47 4

Tabel 4.2 Geared Machine, VVVF Speed Control

4.2.12. Perhitungan Rem Pada Elevator

1. Analisa gaya-gaya yang terjadi pada rem mekanik :

Dengan terungkitnya baji bergerigi oleh tuas pengungkit, maka biji bergerak

keatas dan menjepit antara rel pengarah kereta dengan rel biji bergiri.

Pada masing-masing rel pengarah, terdapat 2 biji bergerigi yang menjepit

sehingga kereta akan berhenti :

Gambar 4.6 Cara Kerja Rem Biji

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 76
 
2..Perhitungan Pada Salah Satu Biji :

Gaya yang di terima oleh masing-masing biji :

Fbg =

Dimana :

Fbg = Gaya-gaya diterima masing-masing biji.

n = Jumlah biji bergerigi

P = Berat kereta kosong (2300 kg)

Q = Kapasitas maksimum (1150 kg)

α = Sudut kemiringan biji terhadap rel pengarah kabin (direncanakan 15º

maka :

Fbg =

Fbg =

= 1725 kg = 16916.47 N = 16.9 KN

Dari gambar analisa gaya-gaya, maka :

F2 = Fbg cos α

= 1725 kg cos 15º

= 1666.2 kg = 16339.84 N = 16.3 KN

F1 = Fbg sin α

= 1725 kg sin 15º

= 446.46 kg = 4378.28 N = 4.4 KN

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 77
 
3. Gaya tekan pada rel pengarah kereta :

F3 = F1 cos α

= 446.46 kg cos 15º

= 431.2 kg = 4228.6 N = 4.2 KN

F4 = F1 sin α

= 446.46 kg sin 15º

= 115.6 kg = 1133 N = 1.1 KN

Bahan yang di pergunakan :

• Rel pengarah kereta = baja mutu Fe 370

• Biji bergerigi = duralumin

Koefisien gesek antara baja dan duralumin (kering) :

φ = 0,1 + 0,2 (ref 7 hal 80)

= dipilih 0,1

Besarnya gaya gesek yang diijinkan minimum (fk)

fk = φ x F3

= 0,1 x 431.2 kg

= 43.12 kg = 422 N

Syarat kereta berhenti adalah :

fkt = gaya gesek yang terjadi antara rel pengarah kereta dengan biji bergerigi

F4 = Kapasitas maksimum yang terjadi

φ = Koofisien gesek yang terjadi

fkt = F1 sin α
Fakultas Teknik – Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana Page 78
 
fkt = φ x F3

F1 sin α = φ x F3

φ =

= = 0.27 kg

Gaya gesekan yang terjadi sebenarnya :

fkt = φ x F3

= 0.27 x 431.2 kg

= 116.42 kg = 1141.69 N = 1,1 KN

Jadi dengan demikian kereta akan berhenti, karena :

fkt = 116.42 kg > fk = 43.12 kg

Fakultas Teknik – Teknik Mesin


Universitas Mercu Buana Page 79
 

Anda mungkin juga menyukai