STUDI KEPUSTAKAAN
1
2
yang mempunyai tebal h, panjang b, dan lebar a. Adapun fungsi dari pelat lantai
adalah untuk menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya.
Pada pelat lantai merupakan beton bertulang yang diberi tulangan baja
dengan posisi melintang dan memanjang yang diikat menggunakan kawat bendrat,
serta tidak menempel pada permukaan pelat baik bagian bawah maupun atas.
Adapun ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi tulangan tambahan bergantung
pada bentuk pelat, kemampuan yang diinginkan untuk pelat menerima lendutan yang
diijinkan.
Untuk fy diantara 300 dan 400 Mpa, digunakan interpolasi linier dan tebal
pelat minimum pelat tanpa balok interior tidak boleh kurang dari nilai berikut:
a. Pelat tanpa penebalan
b. Pelat dengan penebalan
• Tebal pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada sisinya harus :
.
h
(2.1)
.
Dalam gambar 2.2 memperlihatkan sebuah elemen pelat lentur yang kecil
sekali, dengan bidang x-y sebagai bidang netralnya. Tebal elemen ini sesuai dengan
tebal pelat t , sedangkan panjang dan lebarnya adalah dx dan dy.
Gambar 2.2 Lenturan dalam Pelat.
(Sumber : William Weaver, JR Paul R. Johnston “ Elemen Hingga untuk Analisis
Struktur “, 1993).
Kita tinjau suatu keping khusus pada elemen ini yang terletak sejauh z dari
bidang netral. Pada keping ini diperlihatkan jenis-jenis tegangan dan regangan yang
sangat mempengaruhi deformasi dalam pelat yang melendut. Regangan yang bekerja
pada bidang keping ini adalah:
# #
∈ , ∈" " , $" % " (2.4)
Anggapan dasar dalam teori lenturan pelat tipis adalah bidang normal sumbu
netral akan tetap lurus selama deformasi. Oleh karena itu, kita dapat menyatakan
peralihan u dan v dalam w, sebagai :
) )
& '( * '( " (2.5)
f. Jika ingin menutup jendela klik tanda “X” pada setiap jendela.
2.3.1.2 Material
• Klik menu Define > Material.
Material
Cara paling mudah adalah dengan menggunakan Add New Material
Quick.. Memilih material yang paling mendekati dan selanjutnya nama
dan nilai parameternya.
• Untuk Beton f’c bisa menggunakan Concrete – Chinese C20.
• Untuk Tulangan U
U-24 bisa menggunakan Rebar – Chinese HPB235
HPB235.
• Untuk Tulangan U
U-24 bisa menggunakan Rebar – Chinese HPB335
HPB335.
Begitu juga selanjutnya, menggunakan angka-angka
angka angka yang
mendekati.
• Klik menu Add New Material Quick.
Quick
• Klik OK.
Gambar 2.10 Hasil define material beton K-220 K-220 poisson ratio 0,2.
• Buat kembali material beton K220 tetapi dengan nilai poisson ratio yang
berbeda (1,5).
Gambar 2.11 Hasil define material beton K-220 poisson ratio 0,2.
• Klik OK.
Gambar 2.13 Hasil define material beton K-220 poisson ratio 0,15.
• Klik menu Add New Material Quick.
Quick
• Pilih Material Type Rebar dan Specification Chinese HPB235 lalu klik
OK.
• Pilih HPB235,
HPB235 beri centang pada Show Advanced Property,
Property lalu klik
Modify / Show Material
Material.
• Ubah nama “HPB235”
“ menjadi “TULANGAN24”.
• Klik Modify / Show Material Property.
• Pastikan digunakan nilai berikut :
• Weight per Unit Volume (BJ) = 7.850 Kg/m3.
• Masukkan nilai fy = 24.000.000 Kg/m2.
18
Gambar 2.15
2 Pengisian material besi.
• Klik OK.
Gambar 2.17 Define material pelat lantai poisson ratio (v) = 0,2
0,2.
Gambar 2.19 Pengisian define penulangan material pelat poisson ratio = 0,2
0,2.
e. Klik Set Modifier
Modifier.
• Masukkan nilai Membrane f11 Modier = 0.25.
• Masukkan nilai Membrane f22 Modier = 0.25.
• Masukkan nilai Membrane f12 Modier = 0.25.
• Masukkan nilai Membrane m11 Modier = 0.25.
• Masukkan nilai Membrane m22 Modier = 0.25.
• Masukkan nilai Membrane m12 Modier = 0.25.
f. Klik OK.
g. Klik OK.
h. Buat define satu lagi untuk pelat dengan v=0.15.
i. Letakkan kursur pada pelat yang dibuat tadi, kemudian klik Add Copy of
Section.
22
Gambar 2.21 Define material pelat lantai dengan poisson ratio = 0,15.
l. Klik OK.
Gambar 2.25
2 Pemasangan pelat lantai.
Gambar 2.29
29 Memasang beban mati pelat.
g. Klik Add.
h. Pilih HIDUP pada Load Case Name dan beri angka 1,36 pada Scala
Factor.
i. Klik Add.
j. Klik OK.
k. Klik OK.
Gambar 2.36
36 Menganalisa model struktur.
Gambar 2.37
37 Hasil analisa permodelan pelat.
c. Cek penurunan yang terjadi setelah pembebanan dengan cara klik kanan
pada titik dimana diletakkan dial indicator. Titik ini selanjutnya
digunakan sebagai pedoman titik berikutnya. Hal ini dilakukan sebanyak
24 kali sesuai dengan yang dilakukan pada saat percobaan pembebanan.
Gambar 2.38 Mengetahui nilai lendutan.
Luas Hasil
Beban
Sampel Penampang Kuat Tekan
(kN)
(cm2) Kg/cm2 Mpa
1 400 176,715 226 18,79
2 380 176,715 215 17,85
Setelah dilakukan pengetesan didapat nilai mutu beton sebesar 215 Kg/cm2
(17,85 Mpa) dan 226 kg/cm2 (18,75 Mpa).
Nilai ini turun dari yang diharapkan yang seharusnya 275 Kg/cm2 menjadi
215 Kg/cm2 dan 226 Kg/cm2. Dalam SNI 03-6815-2002, yang menyebabkan variasi
pembebanan adalah sebagai berikut:
34
Namun penuruan hasil uji sampel beton pada percobaan ini dikarenakan
beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
• Tidak dilakukannya pengetesan kadar air agregat halus dan agregat kasar,
padahal kedua agregat tersebut terkena air hujan sehingga kondisinya basah.
• Pada agregat kasar banyak terdapat sampah-sampah organik, sehingga
dimungkinkan menurunkan kekuatan beton.
• Kadar lumpur pada agregat terlalu tinggi.
• Alat ukur sudah lama tidak dikalibrasi.
dial indicator harus sesuai dengan perencaanaan, untuk itu pada saat pemasangan
dilakukan dengan menarik benang pada diagonalnya. Setelah memasang benang dan
titik dial sudah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah memasang dial indicator
pada titik yang direncanakan tadi. Karena tinggi skafolding yang cukup tinggi maka
dial indicator diberikan penyangga (support)
( ) menggunakan besi yang diikat dengan
skafolding. Dial indicator harus berdiri tegak, oleh karena itu saat pemasangan
dilakukan pengecekan kelurusannya. Dan yang perlu diingat bahwa sebelum diisi air
posisi dial indicator harus dalam keadaan nol semua.
Yang didapat dalam penelitian ini adalah nilai lendutan yang terjadi dalam
pelat, adapun penelitian yang memiliki kedekatan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Hamid, D (2009), Maricar, S. (2014) dan Pranata, dkk. (2008).
Untuk lebih lanjut akan dibahas dalam BAB 3.