Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya kegiatan manusia di wilayah perkotaan memberikan dampak positif
terhadap kemajuan suatu daerah. Namun disisi lain dapat menimbulkan permasalahan
lingkungan akibat pembangunan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya.
Masalah utama yang timbul adalah banjir, genangan air serta penurunan muka air tanah.
Banjir merupakan aliran air yang tingginya melebihi muka air normal sehingga
melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah. Banjir
dipicu oleh berkurangnya daerah resapan akibat peningkatan jumlah penduduk, aktivitas
dan kebutuhan lahan, baik untuk pemukiman maupun kegiatan ekonomi. Karena
keterbatasan lahan di perkotaan, terjadi intervensi kegiatan perkotaan pada lahan yang
seharusnya berfungsi sebagai daerah konservasi dan ruang terbuka hijau.
Banjir di Kota Bandung merupakan salah satu hal yang menjadi sorotan, terlebih di
kawasan pemukiman padat penduduk seperti pada Pagarsih. Pagarsih merupakan sebuah
daerah pemukiman yang terletak di sekitar kawasan Sungai Citepus.

Gambar 1. Denah
Lokasi Proyek
Pagarsih
memiliki sungai
yang berukuran
10 x 2,2 m. Sungai
yang telah ada di Pagarsih saat ini belum mampu memenuhi daya tampung terhadap
volume jumlah air hujan. Sehingga air sering menggenangi jalan bahkan masuk ke
rumah penduduk disekitarnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibuatlah
kolam retensi untuk pengendalian banjir.
Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung merencanakan
pembangunan kolam retensi untuk mengatasi terjadinya banjir yang biasa terjadi di
Pagarsih, Bandung.

1.2 Lokasi Proyek


Pembangunan kolam retensi sirnaraga ini berada dilokasi Jl. Pajajaran, Pajajaran,
Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat 40173, lebih tepatnya pada 6°54'12.78"S dan
107°35'14.01"E.

Gambar 2. Lokasi Proyek Dengan Google Earth

1.3 Tujuan Proyek


Tujuan dari pembangunan Kolam Retensi Sirnaraga yaitu :
1. Sebagai parkir air sementara pada saat debit puncak aliran Sungai Citepus terjadi
sehingga dapat meminimalisir luapan air sungai yang biasa terjadi pada kawasan
Sirnaraga, dan dapat memerikan jeda waktu air sungai pada debit puncak mengalir ke
arah Pagarsih.
2. Pada saat air sungai dengan debit normal maupun pada saat musim kemarau, kolam
dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas warga setempat untuk berbagai kegiatan, karena
menurut rencana kondisi kolam dalam keadaan kering dapat berfungsi sebagai
fasilitas olahraga dan taman retensi.
3. Sebagai daya tarik wisata untuk warga luar kawasan sirnaraga untuk dapat menikmati
fasilitas yang terdapat di area kolam retensi.
1.4 Ruang Lingkup Proyek
Ruang lingkup proyek ini yaitu dengan membangun sebuah kolam retensi atau
lebih tepatnya disebut kolam parkir air di Jalan Citepus, Kelurahan Pajajaran, Kecamatan
Cicendo, Bandung yang bertujuan untuk mengatasi masalah genangan air ataupun banjir
di daerah tersebut.
1.5 Jangka Waktu Pelaksanaan dan Masa Pemeliharaan
2 Waktu Pelaksanaan : 150 hari kalender
3 Masa Pemeliharaan :
4 Denda Keterlambatan : 0,1% per hari kontrak
5 Maximum Denda/LD :
1.6 Ruang Lingkup Praktik Kerja
Waktu pelaksanaan kerja praktek dilakukan mulai tanggal 15 September 2018 sampai
2018. Selama pelaksanaan praktik kerja, pekerjaan yang menjadi pokok bahasan adalah
pekerjaan xxxxxxxx.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan Kerja Praktik ini disusun X (xxx) bab, adapun pembagian
kerangka penulisannya diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan secara singkat mengenai latar belakang penulisan,
lokasi proyek, tujuan proyek, ruang lingkup proyek, jangka waktu
pelaksanaan dan masa pemeliharaan, ruang lingkup praktik kerja, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Manajemen Proyek
Pada bab ini dijelaskan tentang macam tender dan sistem yang digunakan,
mulai dari sistem pelelangan, sistem kontrak, harga kontrak, cara
pembayaran, dan denda. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang
sistem manajemen proyek dan peranan organisasi proyek serta pihak-pihak
lain yang terlibat.
BAB III : Pelaksanaan Proyek
Di dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang lokasi proyek, site plan,
data umum proyek, waktu kerja proyek, urutan pelaksanaan proyek,
kegiatan actual proyek, pengujian beton, bahan-bahan konstruksi, dan alat-
alat konstruksi.
BAB IV : Permasalahan dan Pembahasan
Di dalam bab ini yang akan dibahas adalah tahapan-tahapan pekerjaan
pondasi kantilever, pekerjaan dinding katilever, pekerjaan mercu, pekerjaan
pintu air, dan pekerjaan lantai kerja.
BAB V : Penutup
Di dalam bab ini berisikan kesimpulan penulis dari materi yang sudah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang disampaikan
demi kelengkapan laporan.
BAB II
MANAJEMEN PROYEK

2.1 Macam Tender dan Jenisnya


Menurut para ahli, definisi tender yaitu suatu hal yang berkaitan dengan kegiatan
memborong pekerjaan atau menyuruh pihak lain untuk memborong ataupun
mengerjakan sebagian ataupun seluruh pekerjaan sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat. Secara umum, tender meliputi tawaran pengajuan harga untuk : 1) Memborong
atau melaksanakan suatu pekerjaan, 2) Menjual barang atau jasa, 3) Membeli barang atau
jasa dan 4) Mengadakan barang atau jasa. (Sudarsono, Kamus Hukum : 2007)
Sedangkan pengertian tender proyek adalah suatu kontrak bisnis oleh supplier atau
kontraktor untuk memborong (memasok) barang atau jasa tertentu yang biasanya
dilakukan lewat mekanisme open bid tender (yaitu penawaran dimana peserta tender bisa
bersaing dalam menurunkan harga). (Guritno, Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan Inggris
– Indonesia : 1994)
2.1.1 Sistem Pelelangan atau Tender
Proses dan prosedur pelelangan dapat dijelaskan dengan diagram sebagai
berikut :
1. Prakwalifikasi
Untuk mengidentifikasi kemampuan dan ruang lingkup pekerjaan, maka
diperlukan prakwalifikasi badan-badan/ organisasi seperti konsultan
perencana, pengawas maupun pemborong. Yang dimaksud dengan
kemampuan dapat dijabarkan seperti berikut.
a. Modal kerja
b. Jumlah tenaga ahli
c. Jumlah peralatan
d. Pengalaman kerja dan fasilitas kerja
Sedangkan ruang lingkup pekerjaan meliputi bidang-bidang keahlian
pekerjaan yang dikuasai oleh badan-badan tersebut.

2. Pengumuman Lelang
Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan sebuah proyek
biasanya memakai iklan di media massa yang ditujukan kepada publik, seperti
misalnya lewat surat kabar, majalah teknis profesi dan sebagainya. Bila
proyeknya bersifat internasional, maka iklannya dibuat dalam bahasa inggris
dan juga lewat bantuan kedutaan asing yang ada.

3. Tender Terbuka
Tender terbuka adalah tender yang diumumkan kepada publik, dimana
pekerjaan proyek tersebut dapat dikerjakan oleh umum. Tentunya oleh badan-
badan yang sudah lulus pra-kwalifikasi. Biasanya tender terbuka dilakukan
oleh proyek-proyek pemerintah dan perusahaan swasta yang besar.
Dalam undangan untuk tender terbuka yang diiklankan, disebutkan
antara lain apa hakekat pekerjaannya, siapa pemiliknnya, dan siapa pemberi
dananya (misalnya dana proyek yang dipinjam dari bank luar negeri). Para
peminat dapat mengambil dokumen tender dari proyek yang akan dilelang dan
setelah mempelajarinya sampailah pada tahapan yang ketiga yaitu Rapat
Penjelasan Pekerjaan.
4. Tender Tertutup
Pemberitahuannya lewat surat undangan/ secara lisan, lewat telepon dan
sebagainya. Proyek konstruksi dengan cara tender tertutup ini banyak
dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah yang membangun proyek yang
sifatnya rahasia.

5. Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwyzing)


Tender tertutup merupakan kebalikan dari tender terbuka, dimana
pekerjaan yang akan dilelangkan hanya dapat dikerjakan oleh beberapa badan
yang sudah dikenal dan memiliki kekhususan tersendiri (keahlian khusus yang
belum dimiliki badan lain).
Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka antara para peminat pekerjaan/
calon kontraktor dengan pihak pemilik. Dalam hal ini pemilik diwakili oleh
konsultan perencana. Biasanya untuk proyek-proyek pemerintah rapat ini
diselenggarakan oleh panitia pelelangan. Pembicaraan berkisar kepada dua
bidang yaitu bidang administratif dan bidang teknis proyek.
a. Bidang Administratif
Pada bidang administratif dijelaskan akan persyaratan-persyaratan
yang tercantum dalam dokumen tender seandainya terdapat hal-hal yang
masih meragukan misalnya tentang syarat-syarat pelelangan, bentuk surat
penawaran, referensi bank, NPWP dan lain-lain.

b. Bidang Teknis
Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain modifikasi baru atau
ukuran-ukuran gambar yang tidak cocok dengan yang tertulis dalam
spesifikasi teknis pelaksanaan, gambar-gambar konstruksi yang sulit
dimengerti/ dibaca serta kesalahan-kesalahan tulis yang terjadi.
Hasil dari pertemuan ini dibuatkan Berita Acara Penjelasan
(aanwyzing) dan ditanda tangani oleh dua wakil dari calon peserta
pekerjaan, tergantung dari peraturan pelelangan setempat. Dokumen Berita
Acara ini kemudian menjadi bagian yang mengikat sebagai dokumen
tender tambahan (addendum).
Seandainya pada rapat penjelasan pekerjaan yang pertama ini
dirasakan belum menyelesaikan semua masalah pelelangan dengan tuntas,
maka dapat diadakan pertemuan yang kedua. Biasanya hal itu dapat terjadi
setelah diadakan peninjauan ke lapangan oleh calon peserta. Peninjauan ke
lapangan oleh calon kontraktor sebelum mereka membuat penawarannya
amat penting artinya. Banyak hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan jelas
di lapangan.

6. Pembukaan Tender (Bid-Opening)


Pada hari yang telah ditentukan, semua calon peserta membawa
penawarannya dan dimasukkan ke dalam kotak pelelangan yang telah
disediakan dan dilakukan sebelum tender dibuka.
Pada jam yang telah ditentukan dimana pemasukan surat-surat
penawaran dinyatakan ditutup, baru masing-masing amplop penawaran dibuka
satu persatu dihadapan yang hadir.
Rekanan yang ikut dalam penawaran pekerjaan pemborongan ini
diharuskan untuk memberikan jaminan tender (Tender/ Bid-Bond) kepada
pemilik.
Pada dasarnya jaminan ini merupakan pernyataan bahwa mereka
sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan ini dan bilamana mereka
mengundurkan diri, maka jaminan tender tersebut akan masuk ke kantong
Pemilik. Besarnya jaminan berkisar 1% - 3% dari biaya total per fisik proyek.

7. Proses Evaluasi Tender


Pada proyek-proyek yang besar, kadang-kadang terdapat data penawaran
yang meragukan dan umumnya calon kontraktor dimintai keterangan secara
tertulis (clarification letters).
Jangka waktu evaluasi bisa memakan waktu beberapa hari atau lebih.
Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya dan umumnya cara yang
banyak dipakai yaitu dengan cara sistem bobot/ system skoring.
Masing-masing aspek dari calon kontraktor diberi nilai misalnya :
metode kerjanya, peralatan yang dipakai, kwalifikasi personil yang akan
dipakai, bonafiditas perusahaan, harga penawarannya, kelengkapan
administrasinya dan lain-lain.
Calon kontraktor yang paling banyak mengumpulkan angka biasanya yang
ditunjuk sebagai calon pemenang.

8. Penetapan dan Penunjukkan Pemenang


Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi diatas,
maka panitia pelelangan menetapkan calon-calon pemenang yang diusulkan
kepada instansi yang berwenang, yang kemudian menetapkan pemenangnya.
Dari hasil keputusan pemenang tadi, panitia pelelangan mengumumkan
hasilnya. Bila tidak ada sanggahan atau penolakkan atau apabila semua
sanggahan telah dijawab maka tugas panitia Pelelangan telah selesai.
Proyek Non Pemerintah
Calon peserta yang telah diputuskan untuk memenangkan tender ini oleh
panitia evaluasi kemudian diberitahu secara tertulis, dan sifat
pemberitahuannya dapat terdiri dari dua hal yaitu :
 Dengan memakai SPK (Surat Perintah Kerja)
 Dengan memakai Surat Pemberitahuan (Letter of Award) yang isinya
menjelaskan bahwa calon kontraktor telah menang.

2.2 Sistem Manajemen Proyek


2.2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage, yang berarti mengelola. Namun secara
konseptual manajemen berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, dengan memberdayakan sumber daya
manajemen dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Robbins dan
Coulter (2002:6) mendefinisikan manajemen sebagai: “…as the process of coordinating work
activities so that they are completed efficiently and effectively with and through other
people”. Artinya manajemen adalah suatu proses pengoordinasian pekerjaan sehingga semua
pekerjaan tersebut dapat disempurnakan dengan dan melalui orang lain secara efektif dan
efisien. Proses manajemen merupakan pelaksanaan fungsi atau aktivitas utama yang saling
berkaitan oleh manajer. Proses manajemen dilakukan dengan atau melalui orang lain, artinya
manakala proses manajemen dilakukan dengan orang lain, ada penggerakan para bawahan
oleh manajer untuk saling bekerja sama (manajer dan para anak buahnya) melakukan
aktivitas pekerjaan sesuai prinsip manajemen; selanjutnya untuk proses manajemen yang
dilakukan melalui orang lain menunjukkan adanya desentralisasi dan koordinasi pekerjaan
dengan orang lain atau pihak lain atau unit lain sehingga pekerjaan tersebut dapat dituntaskan
sesuai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Gambar 2.1 Skema Efektivitas dan Efisiensi dalam Manajemen


Sumber: (diadopsi dari Robbins dan Coulter, 2002: 7)
Kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut secara ideal harus dicapai secara
efektif dan efisien. Kombinasi efektif dan efisien ini memang berat dicapai, namun tantangan
kegiatan manajemen memang harus mampu mewujudkannya. Karena dalam faktanya, tujuan
organisasi dapat dicapai hanya sebatas memenuhi aspek efisiensi saja. Kadang tujuan
organisasi tercapai cukup efektif namun dari aspek efisiensi kadang kurang terpenuhi.
2.2.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala
Terdapat batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan,
jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting
bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan
di atas disebut tiga kendala (triple constraint).

Gambar 2.2 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala (tripel constraint)
2.2.2.1 Anggaran Proyek
Anggaran proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran.
Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaan
bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan secara total proyek, tetapi dipecah atas
komponen-komponennya atau per periode tertentu (misalnya, per kuartal) yang jumlahnya
disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun
harus memenuhi sasaran anggaran per periode. Secara umum biaya proyek dapat
dikelompokan menjadi Biaya tetap ( modal tetap ) dan Biaya tidak tetap ( modal kerja ).
Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang digunakan untuk menghasilkan
produk yang diinginkan, mulai dari studi kelayakan sampai konstruksi atau instalasi tersebut
berjalan penuh. Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk menutupi
kebutuhan pada tahab awal operasi. Secara lebih jelas, total biaya yang dikeluarkan pada
suatu proyek dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
2.2.2.2 Proses Penyusunan Perkiraan Biaya dan Anggaran
Untuk mempermudah dalam penyusunan Anggaran pada proyek, hendaknya
diperlukan pemahaman akan disiplin ilmu teknik dan engineering bagi tim proyek yang akan
menyusunnya. Adapun sistematika proses penyusunan Anggaran tersebut, adalah sebagai
berikut :

Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan dana untuk melaksanakan


pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Dalam penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang
disusun rapi yaitu anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan,
akan merupakan patokan dasar atau pembanding dalam kegiatan pengendalian. Anggaran
dapat menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bila perbedaan sudah terlalu besar maka
penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian menjadi tidak ampuh lagi.
Oleh karenanya anggaran perlu disesuaikan, bila hal ini memang diperlukan dari segi
pengendalian dan perencanaan. Jadi penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap
terhadap situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan realistik dari suatu anggaran
tetap terjaga.
2.2.2.3 Jadwal
Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang
telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh
melewati batas waktu yang ditentukan.
Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu pelaksanaan
sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini
dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok ukur terhadap
pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu jadwal pelaksanaan seperti Bar Chat
Schedule, kurva S sebagai indikator terlambat tidaknya proyek dan formulir – formulir
pengendalian jadwal yang lebih rinci, masing – masing untuk bahan, alat maupun
subkontraktor.
 Kurva Pengendalian (Kurva S)
Kurva Pengendalian Kurva-S dapat dibuat dengan cepat dan mudah dalam penggunaannya
untuk berbagai tujuan, termasuk pembandingan visual antara target dan kemajuan aktual.
Kurva S dipakai juga untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan sumber daya serta
alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja, pembandingan kinerja aktual
target rencana atau anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan.
Kurva kemajuan secara grafis dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pada sumbu
tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kriteria kemajuan dapat berupa
persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan, jumlah
kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan berbagai sumber daya dan masih banyak lagi
ukuran lainnya. Kurva-S rangkap ini membentuk semacam pembungkus. Jika pelaksanaan
yang sebenarnya berada dalam daerah pembungkus, maka sasaran proyek besar
kemungkinannya akan tercapai. Jika pelaksanaan sebenarnya berada dalam lingkungan
pembungkus itu maka sasaran proyek besar kemungkinan akan dapat tercapai. Bila
pelaksanaan sebenarnya berada di bawah rencana memulai lambat maka proyek umumnya
tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya jika tidak diadakan revisi. Penggunaan
grafik “S” dijumpai dalam hal-hal berikut :
1.Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan.
2.Penggunaan sama dengan butir di atas, tetapi untuk satuan unit pekerjaan atau elemen-
elemennya.
3.Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk menganalisis prosentase (%) penyelesaian
pekerjaan, misalnya jam-orang untuk menyiapkan rancangan, produksi gambar, menyusun
pengajuan pembelian terhadap waktu.
4.Pada kegiatan kontruksi, yaitu untuk menganalisa pemakaian tenaga kerja atau jam- orang
dan untuk menganalisa prosentase (%) penyelesaian serta pekerjaan lain yang diukur dalam
unit versus waktu.
Grafik “S” sangat berfaedah untuk dipakai sebagai bulanan dan laporan kepada pimpinan
proyek maupun pimpinan perusahaan karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan
kemajuan proyek maupun pimpinan perusahaan karena grafik ini dapat dengan jelas
menunjukkan kemajuan proyek.
 Bar Charts
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram batang (bar
charts) atau Gant charts. Bar charts digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena
sederhana, mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya. Bar charts
adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom
horizontal menunjukan skala waktu, saat mulai dan akhir sebuah kegiatan dapat terlihat
dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Proses Penyusunan Diagram Batang :
- Daftar Item Kegiatan
Yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam rencana pelaksanaan
pembangunan.
- Urutan Pekerjaan
Dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan
prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
- Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang dihitung dari
permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan
diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item
kegiatan.
2.2.2.4 Mutu
Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut berupa instalasi pabrik,
maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik harus mampu beroperasi secara memuaskan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Jadi, memenuhi persyaratan mutu berarti mampu
memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja
produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan
meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi
anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan
mutu atau jadwal.
Metode yang dipakai dalam mengendalikan mutu tergantung pada jenis obyek dan
ketepatan yang diinginkan. Terdapat tiga metode yang sering dijumpai dalam proyek
pembangunan, yakni sebagai berikut.
a. Pengecekan dan Pengkajian
Hal ini dilakukan terhadap gambar untuk konstruksi, gambar untuk pembelian
peralatan, pembuatan maket (model) dan perhitungan yang berkaitan dengan desain
engineering. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui dan meyakini bahwa
kriteria, spesifikasi dan standar yang ditentukan telah dipenuhi.
b. Pemeriksaan/Inspeksi dan Uji Kemampuan Peralatan Pekerjaan ini berupa
pemeriksaan fisik, termasuk menyaksikan uji coba berfungsinya suatu peralatan.
Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa hal berikut.
1) Pemeriksaan sewaktu menerima material.
2) Hal ini meliputi penelitian dan pengkajian material, suku cadang dan lainlain yang
baru diterima dari pembelian.
3) selama proses pabrikasi berlangsung.
4) Pemeriksaan yang dilakukan selama pekerjaan instalasi berlangsung, sebelum
diadakan pemeriksaan akhir.
5) Pemeriksaan akhir, yaitu, pemeriksaan terakhir dalam rangka penyelesaian proyek
secara fisik atau mekanik.
c. Pengujian dengan Mengambil Contoh
Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah material telah memenuhi spesifikasi
atau kriteria yang ditentukan. Pengujian dapat berupa tes destruktif atau non-
destruktif yang dilakukan terhadap contoh yang diambil dari obyek yang diselidiki.
 Penjaminan Mutu (Quality Assurance, QA)
1. Standar
Saat Anda mulai perencanaan mutu, pertama-tama perlu menentukan
pengukuran kualitas proyek apa yang akan dipakai. Jika organisasi memiliki
standar pengukuran mutu, rencana hanya akan menyatakan bahwa proyek akan
mengikuti standar mutu tersebut. Jika organisasi tidak memiliki standar mutu,
perlu untuk dikembangka. Pada masalah mutu yang erat kaitannya dengan proyek
dikenal dua macam standar yaitu, standar umum (general standard) dan yang
berhubungan dengan industri (industry related standard). Yang disebut pertama,
merupakan petunjuk umum bagi kalangan industri dalam menyusun dan
mengembangkan program QA. Sedangkan yang kedua, adalah standar yang disusun
oleh badan-badan pembeli atau pelanggan (purchasing body) dengan maksud agar
pemasok mengetahui dan memenuhi keinginan pembeli atau pelanggan dalam
aspek mutu.
2. Mengembangkan Rencana
Rencana penjaminan mutu menjelaskan apa yang akan Anda lakukan
untuk menjamin mutu dalam proyek Anda dan atau hasil proyek Anda. Teknik paling
umum untuk penjaminan mutu adalah audit mutu, yang memeriksa produk dan proses
secara acak untuk melihat apakah standar mutunya sudah terpenuhi atau belum. Jika
ditemukan problem selama audit, akan diperlukan tindakan korektif. Setiap
tindakan harus disesuaikan melalui proses kontrol perubahan.
2. Manfaat
Kegunaan penjaminan mutu (Quality Assurance, QA) bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam pembangunan proyek lebih lanjut dirinci sebagai berikut.
a. Bagi Pemerintah
1) Untuk menjaga dan meyakinkan agar metode konstruksi, material dan peralatan yang
digunakan dalam membangun proyek memenuhi standar dan peraturan yang telah
ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan keamanan dan kesehatan
masyarakat.
2) Memberikan kesempatan pemeriksaan dan pengujian terhadap instalasi atau hasil
proyek dari waktu ke waktu yang potensial dapat menyebabkan kerusakan dan kecelakaan.
b. Bagi Pelaksana
1) Bila mengikuti prosedur dan spesifikasi dengan tepat dan cermat akan menghasilkan
pekerjaan sekali jadi. Hal ini berarti mencegah pekerjaan ulang (rework).
2) Bila dilaksanakan dengan baik, akan mencegah mutu yang melebihi spesifikasi yang
tercantum dalam kontrak EPK, berarti menghindari pengeluaran biaya yang tidak perlu.
Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang
diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa instalasi atau sistem yang akan
diwujudkan dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC)
adalah bagian dari penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk
mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau sistem agar memenuhi keperluan
yang telah ditentukan.
A. Input Quality Control
1. Rencana manajemen proyek, yaitu dokumen yang menjelaskan bagaimana proyek
dilaksanakan, dimonitor, dan semuanya terintegrasi dan terkonsolidasi di cabang-cabang
rencana dan dasar dari proses perencanaan.
2. Quality metrics. Sebuah quality metrics secara khusus menjelaskan sebuah proyek atau
kelengkapan produk dan bagaimana proses quality control diukur. Pengukurannya dengan
menggunakan angka atau nilai aktual. Toleransi dibatasi sebagai variasi yang diijinkan.
Sebagai contoh jika sebuah sasaran mutu mempunyai biaya sebesar kurang lebih 10%, maka
sebuah quality metric khusus digunakan untuk mengukur besaran biaya dari semua
kemungkinan dan menentukan variasi persentasi dari biaya yang dapat diterima.
3. Ceklis mutu. Ceklis mutu adalah sebuah tool biasanya berupa komponen spesifik yang
digunakan untuk memverifikasi langkahlangkah yang perlu dilakukan. Berdasarkan syarat
proyek dan pelaksanaannya, ceklis mutu bisa saja mudah atau rumit. Banyak organisasi yang
telah menstandardisasi ceklis yang tersedia dalam pekerjaan-pekerjaan yang sering
dilaksanakan. Dalam suatu kasus, ceklis juga tersedia dari pihak profesional atau dukungan
komersial. Ceklis mutu harus menggabungkan kriteria yang disetujui yang terdapat dalam
dasar lingkup pekerjaan.
4. Data hasil pekerjaan. Data hasil pekerjaan termasuk didalamnya datadata:
 Pekerjaan teknis rencana vs aktual
 Penjadwalan rencana vs aktual
 Rencana biaya vs aktual biaya yang digunakan
5. Perubahan permintaan yang disetujui
6. Dokumen proyek termasuk didalamnya kontak, laporan audit mutu, perubahan yang
memberikan rencana aksi yang tepat, rencana pelatihan dan perkiraan keefektivan, dan proses
dokumentasi yang terdapat 7 dasar alat mutu atau manajemen mutu, dan alat kontrol.
7. Aset proses organisasi yang mengandung setidaknya standar mutu atau kebijakan mutu
organisasi, petunjuk standar kerja, masalah dan cacat prosedur dan kebijakan komunikasi.
2.2.3 Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3)
Beberapa definisi K3 yaitu:
a. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
b. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan mereka.
c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari factor faktor yang
dapat mengganggu kesehatan.
d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan
pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.
Menurut American Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang
kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan
lingkungan dan situasi kerja.
Kecelakaan kerja umumnya diakibatkan oleh beberapa faktor (penyebab). Teori tentang
penyebab terjadinya kecelakaan kerja, antara lain :
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chamoe Theory)
Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi secara kebetulan saja.
2. Teori Kecenderungan Belaka (Accident Prome Theory)
Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang
memang cenderung untung mengalami kecelakaan.
3. Teori Tiga Faktor Utama
Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan, dan manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor Utama (Two Main factor Theory)
Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (Unsafe Condition) dan tindakan atau
perbuatan berbahaya (Unsafe Action).
5. Teori Faktor Manusia
6. Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, baik langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kesalahan manusia.
Pekerjaan konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan
bangunan,pesawat/instalasi/peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang dapat
merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerjabahkan mengakibatkan kematian dan kerguian
material. Sesuai undang-undang no. 1 tahun 1970 dikatakan bahwa :
1. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan ataupembongkaran rumah,
gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah.
2. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
3. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pentingan benda, terjatuh, terpelosok, hanyut atau terpelanting.
Seperti yang dijelaskan pada pedoman standar K3 yang dijelaskan sebelumnya maka baik
pengusaha atau pemilik perusahaan maupun pekerja haruslah memperhatikan hal tersebut.
Seperti yang tertuang pada peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia pada pasal 8
yang berbunyi :
1) Setiap Pengusaha dalam melakukan pemilihan peralatan peralatan untuk bekerja pada
ketinggian wajib:
a. Mendahulukan upaya perlindungan jatuh kolektif daripadaperlindungan jatuh perorangan
b. Memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
i. Kondisi kerja di ketinggian dan risiko pada keselamatan pekerja ketika peralatan
digunakan,
ii. Jarak dari jalan-masuk-ke dan jalan-keluar-dari tempat kerja;
iii. Tinggi dan konsekuensi jika pekerja terjatuh;
iv. Jangka waktu dan kekerapan penggunaan peralatan untuk bekerja di ketinggian
v. Kemudahan untuk melakukan kegiatan darurat atau menolong korban.
vi. Risiko tambahan yang mungkin ada dari pemasangan,penggunaan atau pelepasan
peralatan kerja atau ketika digunakan pada keadaan darurat atau menolong korban.
2.3 Peranan Organisasi Proyek dan Pihak Lain yang Terlibat
Dalam setiap tahapan pekerjaan konstruksi melibatkan beberapa pihak yang akan
bekerjasama baik secara kontraktual maupun fungsional untuk menghasilkan pekerjaan
konstruksi yang berkualitas. Pihak-pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi harus
memiliki kompetensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi
tersebut, agar hasil konstruksi dapat berkualitas karena pihak yang terlibat berkualitas
(Messah, 2008).
Menurut UU RI No. 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi , pihak dalam pengikatan
Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Pengguna Jasa
Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan
layanan Jasa Konstruksi.. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa
Konstruksi sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.

b. Penyedia Jasa
Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi. Pemilihan Penyedia
Jasa hanya dapat diikuti oleh Penyedia Jasa yang memenuhi persyaratan. Pemilihan
Penyedia Jasa dan penetapan Penyedia Jasa dalam pengikatan hubungan kerja Jasa
Konstruksi dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup pekerjaan;
b. Kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban kerja;
c. Kinerja Penyedia Jasa; dan
d. Pengalaman menghasilkan produk konstruksi sejenis
Proyek kolam retensi Sirnaraga ini dikelolah oleh Dinas Pekerjaan Umum, dengan
PT. Syapril Janijar sebagai Konsultan, dan PT. Murni sebagai kontraktor. Sebagai kontraktor
pelaksana PT. Murni mempunyai struktur organigram seperti bagan dibawah ini:

Gambar .Bagan Struktur Organisasi Pelaksana PT. Murni


BAB III
PELAKSANAAN PROYEK

3.1 Lokasi Proyek

Direktur Utama
H. Hasan

Penanggung Jawab Konstruksi


Drs. Ugan Sugandi, ST.MT

Penanggung Jawab Teknis


Erwin Prihandani, ST

Logistik Logistik
Mustopa Mustopa

Tenaga Pelaksana Lapangan


Mustari

Juru Ukur Pekerja Lapangan


Hendi Mohamad Djaljuli

Proyek pembangunan kolam retensi Sirnaraga terletak di Jl. Pajajaran, Pajajaran,


Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, lebih tepatnya pada 6°54'12.78"S dan
107°35'14.01"E
\Gambar . Lokasi Proyek Dengan Google Earth
Sumber : Street View, September 2018
3.2 Site Plan

Gambar xxxx. Site Plan Kolam Retensi Sirnaraga


Sumber : Album Gambar Pemerintah Kota Bandung Dinas Pekerjaan Umum
Gambar xxxx. Layout Kolam Retensi Sirnaraga
Sumber : Album Gambar Pemerintah Kota Bandung Dinas Pekerjaan Umum
A. Pagar Sementara
Pagar Sementara pada proyek pembangunan kolam retensi bertujuan membatasi
lingkungan proyek dengan lingkungan masyarakat, tinggi pagar sementara xxxx m, dan
panjangnya xxxx m. Hal tersebut agar pekerja dapat focus dalam pembangunan dan bahan
material aman dari lingkungan luar.
Keterangan :
= Rumah Warga
= Pagar Sementara
= Kisdam
= Kirmir
Gambar Xxxx. Pagar Sementara Dan Site Plan Pemasangan Pagar Sementar
Sumber : Album Gambar Pemerintah Kota Bandung Dinas Pekerjaan Umum

Namun di tengah perjalan konstruksi pagar sementara di bagian depan dibongkar


dikarenakan untuk mempermudah konstruksi pengecoran kantilever. Berikut merupakan
gambar dimana kegiatan konstruk pengecoran berlangsung yang menyebabkan pagar
sementara di bongkar.

Gambar xxx Kegiatan Pengecoran Kantilever Dibagian Depan Kolam Retensi


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
B. Direksi Kit
Direksi kit ini ada dibagian samping proyek berdekatan dengan jalan, hal ini
dilakukan untuk memudahkan akses keluar masuk proyek.

Gambar xxxx. Direksi Kit Kolam Retensi Sirnaraga


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
C. Tempat Penyimpanan Barang
Untuk tempat peyimpanan material dan alat kerja di letakan di pinggir atau ditengah
proyek dikarenakan lahan yang terbatas dan mempermudah pengambilan, sehingga
memanfaatkan lokasi proyek sebagai tempat penyimpanan barang.

Gambar xxxx. Penyimbapan Bahan Dan Alat Konstruksi


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
D. Tempat Parkir
Tempat parkir pada proyek ini berada di depan lokasi proyek dekat dengan pagar
sementara disepanjang bahu jalan diperuntukkan bagi kendaraan roda dua maupun roda
empat.

Gambar xxxx. Tempat Parkir Dibahu Jalan


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

3.3 Data Umum Proyek


 Nama Proyek : Kolam Retensi Sirnaraga
 Mutu Beton Bertulang
o Dinding Kantilever : K-175
o Lantai Kerja : K-175
o Mercu : K-175
o Pondasi : K-175
o Breakwater : K-175
 Mutu Baja
o Tulangan
D16 ; 400 MPa
o Wiremesh, fy = 500 MPa
3.4 Waktu Kerja Proyek
Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk memulai atau
mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Pada proyek pembangunan kolam
retensi Sirnaraga ini bekerja setiap hari Senin s.d Minggu dimulai pukul 08.00 pagi.
Lembar absensi pekerja dilakukan setiap hari seperti gambar berikut ini.

Gambar . Absensi Pekerja Harian


3.5 Urutan Pelaksanaan Proyek
3.5.1 Pekerjaan Site Plan
Perencanaan Site Plan pada prinsipnya adalah perencanaan tata etak atau layout dari
semua fasilitas yang diperlukan selama masa pelaksanaan proyek. Fasilitas-fasilitas untuk
pembangunan kolam retensi Sirnaraga, antara lain :
1. Direksi Kit
2. Pagar sementara proyek
3. Jalan kerja
4. Pengadaan material
5. Penempatan alat berat
Penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan proyek perlu
diperhatikan dengan cermat dalam perencanaan layout, dengan cara memperhatikan kondisi
lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain prpoyek yang akan dikerjakan.

3.5.2 Pekerjaan Teknis dan Bahan


A. Pekerjaan Persiapan
Dalam sarana pekerjaan, sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai, kontraktor
mengajukan rencana mobilitas kepada pemberi tugas untuk disetujui, terutama sehubungan
dengan kegiatan transportasi alat-alat berat dan perlengkapan pekerjaan ke lokasi proyek dan
pengembaliannya. Untuk perencanaan pelaksanaan pekerjaan, kontrkator menyampaikan
daftar perlatan, material dan organisasi pelaksanaan pekerjaan, termasuk daftar nama tenaga
ahli dan tenaga kerja.
Daerah kerja adalah lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan atau dilaksakan oleh
kontraktor, termasuk lokasi penunjang pekerjaan untuk penempatan alat, penyimpanan
materal, ruang dereksi dan semua keperluan penunjang lainnya hingga selesainya pekerjaan
tersebut. Pada daerah kerja yang telah disediakan, kontraktor merencanakan program kerja
yang efisien sedemikian ihigga membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Rencana
kontraktor mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
Lingkup pekerjaan persiapan ini meliputi antara lain:
 Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material direncanakan,
 Ruang direksi, Gudang, los kerja dan fasilitas-fasilitas kerka sementara lainnya
dipersiapkan,
 Persiapan peralatan dan sarana kerja,
 Pekerjaan persiapan termasuk pembersihan lapangan pekerjaan serta dilakukan
peninggian kirmir di sepanjang sungai citepus, dan
 Gambar rencana dan spesifikasi teknis diverifikasi.
1. Pengadaan lahan
Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, terlebih dahulu diawali
penetapan lokasi pembangunan , penetapan lokasi pembangunan ini selanjutnya menjadi
acuan pelaksanaan pengadaan tanah dan penyusunan detail perencanaan teknis. Pemilihan
lokasi kolam retensi di Sirnaraga dikarenakan lahan tersebut merupakan lahan pemerintah
Kota Bandung yang berada di pinggir sungai Citepu dimana lokasi tersebut sering terkena
banjir setiap musim hujan.
Namun lokasi tersebut di gunakan oleh masyarakat sebagai rumah tinggal permanen,
sehingga diperlukan pembebasan lahan. Socio Engineering adalah sebuah pendekatan
terhadap kelompok tertentu, dimana kita mempunyai suatu maksud terhadap kelompok
tertentu itu. Pendekatan yang dimaksud disini adalah pendekatan secara interpersonal, dengan
mengenal lebih dalam lagi, dan memahami maksud serta keinginan kelompok tersebut agar
ditemukan titik temu antara keinginan dan maksud kita, serta keinginan dan maksud
kelompok tersebut. Dalam pendekatan ini diperlukan adanya kemampuan serta seni untuk
memahami. Manusia adalah sebuah obyek yang sifatnya unik dan berbeda-beda antara satu
dengan lainnya. Perbedaan itu dapat dilatarbelakangi dari tingkat pendidikan, tingkat sosial
dan ekonomi, pengalaman hidup, serta tujuan hidup seseorang yang kesemuanya tidak akan
sama antara satu obyek dengan obyek lainnya. Social Engineering pada lokasi studi
dimaksudkan untuk memberikan gambaran bentuk-bentuk risiko dari suatu pekerjaan
konstruksi. Berdasarkan pengamatan di lokasi studi diperoleh beberapa fakta bahwa ada
beberapa permasalahan mengenai proses ataupun yang terkait dengan pembebasan lahan
yaitu; Pembangunan rumah permanen oleh warga sekitar karena pada lokasi tersebut dulunya
lahan kosong yang tidak diberdayakan oleh pemerintah, karena sudah terlalu lama didirikan
bangunan rumah di lokasi tersebut warga sudah menganggap lahan tersebut sebagi milik
pribadi.
Berdasarkan analisis diperoleh factor yang mempengaruhi persiapan lahan di lokasi
pembangunan proyek yaitu, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat setempat akan
pentingnya kolam retensi terhadap mengurangi dampak banjir diwilayah tersebut sehingga
menghambat proses pembebasan lahan, yang menjadikan progress pembangunan konstruksi
lamban dikarenakan keterlambatan.
2. Pekerjaan pembersihan lahan
Kondisi lapangan diteliti dengan cermat oleh kontraktor sebeum memulai pelaksanaan
pekerjaan, termasuk semua bangunan dan instalani yang sudah berdiri serta kegitan-kegiatan
yang sudah berjalan disekitar lokasi pekerjaan. Penelitian kondisi lapangan adalah menjadi
tanggung jawab kontraktor untuk mengetahui dengan sebaik-baiknya dan secermat-
cermatnya kondisi lapangan, dimana semua kondisi tersebut sudah diperhitungkan dan
pertimbangkan dengan seksama dalam persiapan pekerjaan, agar bila ada bengunan atau
kegiatan yang sudah berada disekitar lokasi pekerjaan, tidak menjadi tergnaggu atau hanya
terganggu sedikit mungkin oleh pelaksanaan pekerjaan ini.
Semua modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian pada bangunan maupun prasarana
lama,bila ada, yang perlu dilakukan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini,
sudah ditelti sebelumnya dan direncanankan dengan baik sehingga hanya mengakibatkan
dampak yang sekecil-kecilnya terhadap kegiatan yang sedang berjalan disekitar lokasi
pekerjaan.
Dalah hal apapun pemberi tugas/direksi pekerjaan tidak akan menanggapi tuntutan
(claim) baik penyesuaian harga maupun waktu pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak yang
sudah ditetapkan bagi pekerjaan ini, sebagai akibat kekurangan informasi dan pertibangan
mengenai kondisi lapangan yang sebenarnya. Adapun pekerjaan pembersihan proyek
pembangunan kolan retensi Sirnaraga sebagai berikut:
 Pembersihan dilaksanakan pada semua jenis kotoran, tanaman, sampah dan lain-lain
yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
o Pembersihan dilaksakan secara tertib dan hati-hati sehingga:
o Tidak merusak bagian lainnya yang tidak semestinya,
o Tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personil yang terlibat dalam
pelaksanaan maupun pekerjaan sendiri.
o Material yang dibersihkan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan sesuai
petunjuk dereksi, dan
o Semua pembiayaan dan tanggung jawab dalam hal ini ditangguhkan
sepenuhnya oleh kontraktor.
 Kontraktor juga menjaga kebersihan lingkunga disekitar lokasi pekerjaan akibat
keberadaan berlangsungnya pekerjaan.
3. Pembuatan Papan Nama Proyek
Dilakukan pemasangan papan nama proyek yang bahan penyusunnya terdiri dari
baja siku, baut, dan banner. Pada awal proyek papan nama ini masih terpasang, namun
setelah dilakukan pengecoran cantilever di bagian depan kolam retensi dilepas untuk
mempermudah pelaksanaan konstruksi.
Gambar xxxx Papan Nama Proyek Yang Masih Terpasang
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

Gambar xxx Kondisi Papan Proyek Yang Sudah Tidak Ada Dikarenakan Kegiatan
Pengecoran
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
4. Penggalian tanah
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan direksi pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua
bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk pasir, batu, batu-bata, beton, pasangan
batu, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen. Pekerjaan galian harus dilaksanakan
dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan diluar batas galian.
Bilamana bahan yang terekspose pada garis formasi atau pasir dasar atau pondasi dalam
keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat direksi pekerjaan tidak memenuhi
syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan
timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan direksi pekerjaan.
1) Dilakukan pengukuran lapangan sesuai dengan gambar rencana, untuk dijadikan
acuan dan batasan penggalian tanah,
2) Penggalian menggunakan alat berat excavator berjumlah dua, serta truk yang bertugas
mengangkut sebagian tanah galian untuk dibuang, tempat pembuangan tanah galian
berada di pangkalan udara husen. Untuk sebagian dari sisa tanah hasil galian akan
digunakan kembali untuk tanah urug yang akan dipadatkan dibagian dinding
cantilever.
3) Jika terdapat tempat air menggenang dalam galian pondasi harus dipompa keluar,
sehingga pada waktu pemasangan pondasi galian pondasi dalam keadaan kering.
Pembuangan air disaluran menuju sungai citepus yang berada disamping proyek.

Gambar xxx. Pemompaan Genangan Air Menuju Sungai Citepus


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
4) Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan cukup
lebar untuk bekerja dengan leluasa.

5. Peninggian kirmir
Bersamaan dengan penggalian tanah, dilakukan peninggian kirmir karena ketinggian
kirmir exsisting sama dengan ketinggian cantilever, maka dari itu diperlukan peninggian
kirmir yang lebih tinggi dari dinding cantilever, untuk melindungi bangunan retensi dari
aliran air sungai dan agar tercapai desain yang sesuai dengan gambar perencanaan.
Peninggian kirmir sepanjang bantaran sungai yang berdekatan dengan kolam retensi. Bahan
penyusun kirmir yang digunakan terdiri dari batu kali, semen, pasir, dan air.
Gambar xxx. Kirmir Yang Sudah Ditinggikan
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
6. Pembuatan pagar proyek
Pagar proyek ini diperlukan untuk keamanan dan perlindungan terhadap pekerjaan
proyek selain dari itu agar mobilitas barang dan orang dapat dipantau dengan baik.
Menghindari pencurian barang yang terdapat di lokasi proyek. Pagar kerja yang dibangun
harus kokoh, tidak mudah roboh , serta rapih dan bersih dengan finish cat yang seragam.

Gambar xxx Pagar Proyek


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
7. Pekerjaan pengukuran
a) Pengukuran awal

b) Pengukuran lanjutan
Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
membutuhkannya antara lain:
 Untuk penetapan pemasangan bowplank mercu yang berada di inlet
 Untuk penetapan pemasangan bowplank dinding kantilever
 Untuk penetapan pemasangan bowplank pondasi
 Untuk penentuan titik breakwater
 Untuk leveling lantai struktur
 Untuk verifikasi kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya

Gambar xxxx. Pemasangan Bowplank


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

8. Pengadaan direksi kit


Kantor Proyek/Direksi Keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf dari
Kontraktor, Pengawas, maupun Pemilik Proyek dilapangan. Kantor direksi kit ini
memanfaatkan rumah warga yang berada di pemetaan pembangunan kolam retensi yang
nantinya aka dirubuhkan, hal itu dikarenakan untuk mempersingkat waktu dan biaya,
sehingga kondisinya yang kokoh dan nyaman. Sudah terdapat akses jalan exsisting sehingga
tidak diperlukan pengadaan jalan.

Gambar xxxx. Direksi Kit


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
B. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur terbagi menjadi pekerjaan dinding kantilever, pekerjaan lantai
struktur, pekerjaan pondasi, pekerjaan mercu, pekerjaan pilar, dan pekerjaan breakwater.
Dalam pekerjaan struktur perlu diperhatikan mengenai pembesian, bekisting, serta cor yang
digunakan.
 Pembesian
Proyek melakukan pemesanan besi yang berukuran diameter 16 mm, besi yang sudah ada
dibentuk sesuai desain dengan cara dilakukan pembengkokan. Pekerjaan struktur yang
membutuhkan besi D-16 yaitu pekerjaan dinding kantilever, pekerjaan pondasi, pekerjaan
pilar dan pekerjaan break water. Untuk pekerjaan lantai struktur dan pekerjaan mercu
menggunakan wiremesh dengan diameter 8 mm. Terdapat gambar kumpulan besi dengan
ukuran D16, wiremesh M-8, proses pembengkokan tulangan oleh pekerja ahli dan masing
masing bentuk tulangan yang digunakan pada pekerjaan struktur.

Gambar xxxx. Besi dengan D-16


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

Gambar xxxx. Wiremesh M-8


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

Gambar xxxx. Pembengkokan Besi


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
a)

b)

c)
Gambar xxxx. a) Bentuk Tulangan Pondasi, b) Bentuk Tulangan Kantilever, dan c) Bentuk
Tulangan Breakwater
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

 Bekisting
Pekerjaan bekisting adalah pekerjaan pembuatan cetakan beton lengkap dengan
konstruksi pendukungnya. Bekisting yang digunakan terdiri dari plywood, balok kayu,
perancah, terot, dan besi. Bekisting ini dibuat dilapangandan dapat digunakan berulang kali.
Pekerjaan struktur yang menggunakan bekisting yaitu dinding kantilever, pilar, dan
breakwater.

Gambar xxxx Bekisting Dinding Kantilever


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

Gambar xxxx Bekisting Pilar


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018

Gambar xxxx Bekisting Dinding Breakwater


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
 Beton
Untuk pengerjaan pengecoran beton menggunakan coran manual, dikarenakan akses
jalan yang tidak memadai dan jembatan yang di lewati tidak kuat menahan beban kendaraan
berat. Alat yang digunakan molen berjumlah 4, mutu beton yang gunakan yaitu K-175.

Gambar xxxx Alat Molen


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik Proyek Kolam Retensi Sirnaraga, 2018
1. Pekerjaan dinding kantilever
Berikut merupakan spesifikasi dari dinding kantilever yang digunakan pada
proyek pembangunan kolam retensi Sirnaraga.
 Beton
 Mutu Beton : K-175
 Tulangan Pokok : D-16
 Tulangan Sengkang : D-16
 Selimut Beton :
 Kawat Besi
 Bekisting
2. Pekerjaan Pondasi
Pada pelaksanaannya proses pekerjaan pilar, pekerjaan breakwater, dan pekerjaan
pondasi tidak jah berbeda dengan pekerjaan kantilever. Berikut merupakan spesifikasi dari
pondasi yang digunakan pada proyek pembangunan kolam retensi Sirnaraga.
 Pondasi Menerus
 Beton
 Mutu Beton : K-175
 Tulangan Pokok : D-16
 Tulangan Sengkang : D-16
 Selimut Beton :
 Kawat Besi
 Bekisting
 Cerucuk Bambu
Penggunaan cerucuk bambu disini bertujuan untuk memperkuat pondasi dari guling,
geser, dan amblas dan juga penghematan biaya dalam perkuatan pondasi.
3. Pekerjaan Pilar dan Breakwater
Pada pelaksanaannya proses pekerjaan pilar dan pekerjaan breakwater tidak jauh
berbeda dengan pekerjaan kantilever. Berikut merupakan spesifikasi dari pilar dan breakwater
yang digunakan pada proyek pembangunan kolam retensi Sirnaraga.
 Beton
 Mutu Beton : K-175
 Tulangan Pokok : D-16
 Tulangan Sengkang : D-16
 Selimut Beton :
 Kawat Besi
 Bekisting
 Cerucuk Bambu
4. Pekerjaan Lantai Struktur
Berikut merupakan spesifikasi dari lantai struktur yang digunakan pada proyek
pembangunan kolam retensi Sirnaraga.
 Beton
 Mutu Beton : K-175
 Tulangan : Wiremesh M-8
 Selimut Beton :
 Pasir urug
5. Pekerjaan Mercu
Berikut merupakan spesifikasi dari mercu yang digunakan pada proyek pembangunan
kolam retensi Sirnaraga.
 Beton
 Mutu Beton : K-175
 Tulangan : Wiremesh M-8
 Selimut Beton :

3.6 Kegiatan Aktual Proyek


3.6.1 Pekerjaan Pembersihan Lahan
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu lokasi proyek dibersihkan.
Pekerjaan pembersihan ini meliputi pembebasan lahan, pembersihan dari sampah
sisa pembongkaran dan pembersihan lahan dari rumputan dan pepohonan. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan keselamatan selama proses
pelaksanaan pekerjaan.
Salah satu hambatan dalam pembebasan lahan proyek Kolam Retensi
Sirnaraga yaitu banyaknya pemukiman warga dan lapangan yang berada di
wilayah pembangunan Kolam Retensi, meskipun sebenarnya lahan tersebut
merupakan lahan milik Pemerintah Kota Bandung. Sehingga untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar untuk
diadakan pemindahan lahan. Pada kenyataannya sosialisasi tersebut memakan
waktu yang cukup lama yaitu sekitar 1 bulan.

Gambar . Tampak Atas Sebelum Pembersihan Lahan


Sumber : Google Earth

3.6.2 Pekerjaan Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah merupakan salah satu konsep perkuatan tanah yang
banyak digunakan dalam pekerjaan rekayasa sipil. Dinding penahan tanah
merupakan dinding yang digunakan untuk menahan beban tanah secara vertikal
ataupun terhadap kemiringan tertentu.
Dinding-dinding penahan adalah konstruksi yang digunakan untuk
memberikan stabilitas tanah atau bahan lain yang kondisi massa bahannya tidak
memiliki kemiringan alami, dan juga digunakan untuk menahan atau menopang
timbunan tanah atau onggokan material lainnya (Bowles, 1999: 49).
Dinding penahan tanah yang terdapat pada proyek Kolam Retensi Sirnaraga
memiliki tipe yaitu Kantilever (Retaining Wall). Dinding Kantilever adalah
dinding yang terdiri dari kombinasi dinding dan beton bertulang yang berbentuk
huruf T. Ketebalan dari kedua bagian ini relatif tipis dan secara penuh diberi
tulangan untuk menahan momen dan gaya lintang yang bekerja padanya.
Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan tanah dan
berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi
sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak (hell) dan
ujung kaki tapak (toe).

Gambar . Dinding Penahan Tanah Kantilever


Sumber : Hary Christady Hardiyatmo (2010)

Dinding Kantilever yang ada di proyek Kolam Retensi Sirnaraga sendiri


memiliki tinggi 3,1 m dan lebar pondasi …m. Pada kondisi aktualnya di
lapangan, terdapat sedikit perbedaan, yaitu adanya cerucuk bambu yang dipasang
pada dinding. Fungsinya untuk menambah perkuatan dinding terhadap tekan,
geser, dan guling. Karena konsep dari bambu sendiri yaitu ketika sudah masuk ke
dalam tanah maka bambu tersebut akan berakar. Sehingga bisa menjadi penopang
pada dinding kantilever.

Gambar . Pemasangan Cerucuk Bambu pada Dinding Kantilever


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.6.3 Pekerjaan Bangunan Pelimpah (Spillway)


Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air sungai yang limpas
masuk ke dalam kolam retensi agar tidak melimpas ke pemukiman warga
sekitarnya.

Gambar . Rencana Spillway Kolam Retensi Sirnaraga


Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung

Gambar di atas merupakan rencana bangunan pelimpah pada proyek Kolam


Retensi Sirnaraga. Direncanakan tinggi bangunan pelimpahnya 2 m dan lebarnya
7 m. Namun karena di wilayah tersebut memiliki debit banjir yang cukup tinggi,
sehingga pada kondisi aktualnya terdapat perubahan, yaitu dengan menaikkan
tinggi bangunan pelimpahnya menjadi 2,8 m dan di tengah bangunan pelimpah
tersebut terdapat pilar berdiameter 60 cm sebagai tiang jembatan yang
membentang di atasnya.

3.7 Pengujian Beton


Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material yang
bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan
atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan
komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material
pembentuk. (Kardiyono Tjokrodimulyo,2007)
Proyek pembangunan kolam retensi Sirnaraga ini menggunakan pengecoran beton
dengan sistem site mix dimana proses pencampuran dan pengadukan beton dilakukan di
lapangan/di lokasi kerja menggunakan alat mixer beton. Adapun alasan mengapa tidak
menggunakan sistem ready mix yaitu :
1. Akses jalan masuk yang tidak memungkinkan masuk kelokasi.
2. Kurangnya kekuatan jembatan pada akses masuk
3. Mobilitas di lokasi proyek yang padat penduduk
3.7.1 Komposisis Takaran Beton
Pada proyek pembangunan kolam retensi Sirnaraga ini menggunakan mutu
beton K-175 dengan f’c = 14,5 MPa. Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 14,5 MPa
(K 175), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,66 berdasarkan Tata cara perhitungan harga
satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
standar nasional indonesia SNI 7394:2008 adalah sebagai berikut:

Tabel . SNI 7394:2008 Beton K-175 dalam 1 m3

Kebutuhan Satuan Indeks


Portland Cement Kg 326,000
Pasir Beton Kg 760
Bahan
Kerikil (max 30 mm) Kg 1029
Air Liter 215
Maka takaran dalam 1 m3 sebagai berikut:

Tabel . Takaran Beton K-175 dalam 1 m3

Mutu
No Semen Pasir Beton Split 1-2 Air
Beton
Bak takaran Bak takaran Liter
Zak @
Kg Kg m3 0,55 x 0,38 x Kg m3 0,55 x 0,38 x
Beton 40 kg
1 0,13 0,13
K 175 215
32 0,4 0,5
8,15 760 17,46 1029 19,83
6 7 4
Sehingga takaran dalam 1 moln dengan volume 0,25 m3 sebagai berikut:

Tabel . Takaran Beton K-175 dalam 1 moln volume 0,25 m3

Mutu
No Semen Pasir Beton Split 1-2 Air
Beton
Bak takaran Bak takaran Liter
Zak @
Kg Kg m 3 0,55 x 0,38 x Kg m 3 0,55 x 0,38 x
Beton 40 kg
1 0,13 0,13 53,7
K 175 81, 0,1 257,2 0,1 5
2,0375 190 4,37 4,96
5 2 5 3

3.7.2 Slump Test


Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran
beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan
dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan.
Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan,
atau cukup air. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton
rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering
menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak. Beton mutu f’c = 14,5
MPa (K 175) harus menghasilkan slump (12 ± 2) dengan rumus sebagai berikut:
Nilai Slump = Tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi penurunan
3.7.3 Uji Mutu dan Kinerja Beton

3.8 Bahan-Bahan Konstruksi


Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi.
Tidak hanya bahan alami yang digunakan dalam konstruksi pembangunan, tetapi juga
bahan yang berasal dari pabrik. Pemilihan bahan-bahan konstruksi harus memperhatikan
kualitas dan ketersediaan bahan yang ada di pasaran. Setelah bahan-bahan konstruksi
sampai ke lokasi proyek, perlu diperhatikan juga cara penyimpanan yang aman agar
tidak terjadi penurunan mutu bahan yang disebabkan oleh faktor cuaca, tempat
penyimpanan, maupun lamanya waktu penyimpanan di lokasi tersebut.
Berikut ini adalah bahan-bahan konstruksi yang digunakan pada proyek ini :

1. Kawat

Gambar . Kawat
Kawat pengikat digunakan untuk mengikat tulangan antar tulangan agar
kuat. Kawat pengikat terbuat dari baja lunak agar mudah untuk mengikat
tulangan-tulangan.

Gambar . Mengikat tulangan dengan kawat


2. Batu Belah
Gambar . Batu Belah
Batu belah digunakan sebagai bahan pembuatan kirmir dan mercu bendung.
3. Wiremesh

Gambar . Wiremesh
Wire Mesh adalah besi dengan bentuk seperti kawat dan dianyam menjadi
lembaran berfungsi untuk memperkuat serta menjaga lapisan semen atau cor.
Pada proyek ini menggunakan Wiremesh M8.
Berikut ini kelebihan wiremesh:

1. Pelaksanaan pekerjaan pembesian tulangan beton dapat dilakukan dengan


lebih mudah dan cepat karena tidak harus merangkai lagi, cukup digelar
saja.
2. Meningkatkan mutu dan ketepatan jarak tulangan beton.
3. Memudahkan dalam pengawasan pekerjaan pembesian di lapangan.

4. Kayu
Gambar . Kayu

5. Triplek

Gambar . Triplek

6. Pipa

Gambar . Pipa

7. Kerikil
Gambar . Kerikil

8. Tulangan

Gambar . Tulangan

9. Semen

Gambar . Semen
Semen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi
perekatan bila bercampur dengan air. Merek semen yang digunakan adalah
Holcim dengan isi 40kg.
10. Pasir

Gambar . Pasir

3.9 Alat-Alat Konstruksi


Pembuatan proyek besar selain membutuhkan bahan bangunan juga membutuhkan
peralatan kerja, baik itu peralatan berat maupun peralatan sederhana. Peranan
penggunaan peralatan ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Mempercepat penyelesaian pekerjaan,
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan,
c. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan.
Alat-alat yang digunakan pada proyek pembangunan Kolam Retensi Sirnaraga
antara lain :
3.9.1 Concrete Vibrator
Concrete Vibrator merupakan alat penggetar yang digunakan untuk
meratakan adukan beton yang dituangkan ke dalam bekisting sehingga akan
didapat adukan beton yang padat dan dapat masuk diantara sela-sela besi beton
sehingga tidak akan menimbulkan rongga pada beton. Alat ini berupa tongkat besi
dengan bagian penggetar pada ujungnya. Pemakaian alat ini dengan cara
memasukkan tongkat penggetar kedalam adukan pada bekisting, akan tetapi
ujung vibrator tidak boleh mengenai baja tulangan, karena akan berpengaruh pada
daya ikat beton dengan baja tulangan yang lama akan lepas kembali.
Cara kerja dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan Concrete
Vibrator adalah sebagai berikut :
1. Mesin diesel dihidupkan dan motor pada diesel akan memutar baja yang ada
dalam karet,
2. Ujung getar yang masuk kedalam adukan beton posisinya harus vertical, hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi pemisahan bahan-bahan penyusun beton,
tapi dalam keadaan tertentu diperbolehkan miring,
3. Ujung getar tidak boleh mengenai bekisting, beton yang sudah mengeras
maupun tulangan, karena akan mengganggu kedudukannya,
4. Ujung getar harus ditarik setelah dimasukkan ke dalam adukan beton kurang
lebih 30 detik, karena jika terlalu lama akan menyebabkan pemisahan bahan-
bahannya,
5. Penarikan ujung getar dilakukan agar bekas ujung getar terisi kembali dengan
adukan beton.

Gambar . Concrete Vibrator


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.2 Concrete Mixer


Concrete Mixer adalah alat pengaduk material beton agar lebih homogeny
campurannya. Dengan menggunakan alat ini semen dapat dipertahankan dan
diperiksa dengan baik. Pada proyek ini Concrete Mixer digunakan untuk
membuat adukan beton struktural secara manual, karena tidak terdapat jalan
untuk akses Truck Mixer yang mengangkut beton ready mix.
Alat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu motor penggerak dan bucket
pengaduk. Bucket pengaduk ini dilengkapi dengan sirip-sirip pengaduk yang
konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga saat berputar bahan susunan
dapat bercampur rata.

Gambar . Concrete Mixer


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.3 Scaffolding
Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk
menyangga bekisting plat lantai dan balok agar kuat dalam menahan beton
ataupun beban yang bekerja pada Scaffolding. Keuntungan menggunakan
Scaffolding adalah :
1. Efektif, dapat diatur sesuai dengan ukuran ketinggian yang dikehendaki,
2. Murah, karena dapat ditapaki berulang kali,
3. Mudah dan cepat waktu pemasangan dan pembongkarannya.

Gambar . Scaffolding
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.9.4 Back hoe
Back hoe merupakan salah satu jenis alat berat yang dikenal dengan istilah
excavator. Alat berat ini dipergunakan untuk menggali tanah dan batuan. Back
hoe bisa menggali tanah dengan kedalaman yang lebih dalam. Keuntungan
menggunakan back hoe adalah :
1. Mampu menggali tanah pada berbagai kondisi,
2. Manufer lebih mudah,
3. Dapat beroperasi pada areal yang lebih sempit,
4. Mempunyai jangkauan gali ke atas dan ke bawah lebih besar daripada
shovel.

Gambar . Back hoe


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.5 Kereta dorong


Kereta dorong merupakan gerobak dengan satu roda depan, dan bak angkut
yang terbuat dari baja dengan kapasitas kurang lebih setengah meter kubik.
Kereta dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari bak tamping ke
lokasi pengecoran apabila proyek tidak menggunakan Concrete pump. Kereta
dorong ini lebih efisien bila dibandingkan dengan menggunakan ember-ember
secara berantai.
Gambar . Kereta dorong
Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.6 Metal Cutting Machine


Metal Cutting Machine yang digunakan pada proyek ini digerakkan oleh
tenaga listrik, digunakan untuk memotong baja tulangan sesuai dengan ukuran
yang diinginkan. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter
besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang berdiameter kecil,
pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas
dari alat.

Gambar . Metal Cutting Machine


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.7 Generator Set (Genset)


Generator Set (Genset) merupakan alat yang mampu memberikan sumber
listrik yang cukup besar dan dapat membackup seluruh kegiatan di proyek yang
menggunakan listrik.
Prosedur proyek harus tetap berjalan sesuai dengan target yang telah tertera
di dalam perjanjian. Melihat kondisi listrik yang rentan terjadi pemandaman.
Maka sumber energi listrik Alternatif adalah genset.

Gambar . Generator Set (Genset)


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.8 Roll Meter


Roll meter adalah alat ukur panjang yang bisa digulung, dengan panjang
mulai 5 – 50 meter. Fungsi dari roll meter ini sama seperti penggaris, namun roll
meter berdimensi lebih panjang serta terbuat dari bahan yang lebih fleksibel
daripada penggaris supaya dapat digulung serta mudah dibawa ke mana-mana
maka dari itu alat ini dapat dipergunakan untuk mengukur objek yang besar
semisal tanah, bangunan dan lainnya.
Gambar . Roll Meter
Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.9 Stamper
Stamper atau istilah umum lainnya disebut stamping rammer adalah alat
mesin yang dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini merupakan alat yang
sangat membantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun maupun
pemadatan tanah asli kohesif. Disamping sebagai alat untuk pemadatan tanah
pada bangunan gedung, alat ini juga sering dipergunakan dalam pekerjaan
pemadatan jalan, dan pemadatan timbunan lainnya.
Alat mesin ini secara umum terdiri dari bagian :
1. Mesin, direncanakan sedemikian rupa oleh pabrikan sebagai sumber tenaga
untuk mengubah rotasi roda gigi untuk mendapatkan gerakan vertikal secara
timbal balik.
2. Bingkai Pelindung dan Pegangan Pengarah adalah bagian alat luar yang
dibentuk untuk melindungi bagian mesin dan juga menempatkan pegangan
untuk dijadikan sebagai pengarah gerakan secara horizontal. Biasanya
dibuatkan pegangan besi yang bisa dipegang oleh mekanik untuk
mengarahkan alat sesuai dengan tempat yang akan dipadatkan.
3. Kaki Hentak adalah bagian alat yang direncanakan sedemikian rupa
melanjutkan gerakan vertikal timbal balik dari mesin dimana dengan
menempatkan pegas yang dipasangkan bergerak turun naik sehingga terjadi
tumbukan dengan tenaga yang besar terhadap permukaan yang ditumbuk.
4. Plat Tumbuk, adalah bagian alat yang terdapat dibawah kaki hentak yang
merupakan bagian alat yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah
yang ditumbuk.

Gambar . Stamper
Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.9.10 Linggis
Linggis adalah suatu alat yang terbuat dari batang logam yang kedua
ujungnya memipih, dengan salah satunya melengkung. Terdapat pula linggis yang
melengkung di kedua ujungnya. Di ujung-ujungnya itu terdapat sela berbentuk
huruf "V" yang sering digunakan untuk mencabut paku.

Gambar . Linggis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.9.11 Theodolite
Untuk melaksanakan pengukuran dengan ketelitian yang tinggi digunakan
alat Theodolite, alat ini dapat digunakan untuk menentukan elevasi, sudut, dan
lain-lain.
Theodolite merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
pengukuran dilapangan, antara lain berfungsi untuk mengetahui kontur tanah
pada lokasi bangunan dan dapat untuk menghitung volum galian dan urugan
apabila tanah lokasi ingin diratakan. Theodolite yang dipakai dalam proyek
pembangunan Kolam Retensi Sirnaraga adalah Theodolite digital.
Gambar . Theodolite
Sumber : Dokumentasi Pribadi

DAFTAR PUSTAKA

Definisi Menurut Para Ahli. Pengertian Tender Menurut Para Ahli di


http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-tender-proyek/ (diakses 26 September
2018).

Junaida Wally. 2015. Prosedur dan Proses Pelelangan Tender di


https://junaidawally.blogspot.com/2015/06/prosedur-dan-proses-pelelangan-tender.html
(diakses 27 September 2018).

Messah, Y., 2011, “Kajian Hubungan Waste Material Konstruksi dan Oranisasi Proyek
Konstruksi “.

Fuga. 2012. Concrete Slump Test - Uji Slump Beton.


http://kuliahinsinyur.blogspot.com/2012/06/concrete-slump-test-uji-slump-
beton.html#.W7XHWRZ1PIU (diakses 04 Oktober 2018).

SNI 7394:2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan

Dita Putri MV. 2017. Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever Lokasi
Perumahan Wika Tamansari Sepinggan Balikpapan [Skripsi]. Balikpapan (ID): Politeknik
Negeri Balikpapan.
https://www.slideshare.net/afifsalim/laporan-kerja-praktek-proyek-pembangunan-gedung-
jasa-raharja-persero-semarang diakses pada tanggal (4 Oktober).

Anda mungkin juga menyukai