Anda di halaman 1dari 119

Kata Pengantar

Memenuhi kontrak kerja antara PPK Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai
Bangka Belitung dengan PT Hegar Daya mengenai pelaksanaan pekerjaan Survey
Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka
Tengah, Propinsi Bangka Belitung, berikut ini kami sampaikan Laporan Interim.

Laporan Draft Final ini akan disajkan dalam 5 Bab yang terdiri dari :
 Pendahuluan
 Gambaran Umum Lokasi
 Pengumpulan Data
 Pengolahan dan Analisis Data
 Alternatif Penanganan

Demikian Laporan Interim ini kami buat dan laporkan, semoga dapat memenuhi
tujuan dan kebutuhan yang diharapkan.

Bandung, Oktober 2010

Ketua Tim

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah i
Daftar Isi

Halaman:
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1-1
1.2 Maksud dan Tujuan 1-2
1.3 Lokasi Pekerjaan 1-2
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan 1-3
1.4.1 Tahap Persiapan 1-3
1.4.2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan 1-4
1.4.3 Tahap Pekerjaan Analisa 1-9
1.4.4 Pelaksanaan Penyusunan Perencanaan Teknis Dan
Laporan (Pekerjaan Studio/Kantor) 1-10
1.5 Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan 1-10
1.6 Biaya Pelaksanaan 1-10
1.7 Sistematika Pembahasan 1-10

Bab 2 Gambaran Umum Lokasi


2.1 Kondisi Geografis 2-1
2.2 Luas Wilayah 2-2
2.3 Kondisi Topografi 2-3
2.4 Kondisi Aliran Sungai 2-4
2.5 Tata Guna Lahan 2-4
2.6 Kondisi Geologi 2-5
2.7 Sumber Daya Air 2-7
2.8 Kependudukan 2-10
2.9 Pendidikan 2-11
2.10 Potensi Daerah 2-12
2.11 Perekonomian 2-17

Bab 3 Pengumpulan Data


3.1 Pengumpulan Data Sekunder 3-1
3.1 Pengumpulan Data Sekunder 3-1
3.2 Pengumpulan Data Primer 3-3

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah ii
3.3 Survei Topografi 3-3
3.4 Survei Hidrometri 3-8
3.4.1 Pengukuran Batimetri 3-8
3.4.2 Pengukuran Pasang Surut 3-13
3.4.3 Pengukuran Arus 3-19
3.4.4 Pengambilan Contoh Sedimen 3-20
3.5 Analisis Permasalahan 3-21
3.5.1 Umum 3-21
3.5.2 Permasalahan di Sungai Penyak 3-23

Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data


4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4-1
4.1.1 Pengolahan Data Hidrologi 4-1
4.1.2 Intensitas Curah Hujan 4-7
4.1.3 Perhitungan IDF 4-10
4.1.4 Debit Rencana 4-14
4.1.5 Waktu Konsentrasi 4-14

4.2 Analisis Hidrolika 4-19


4.2.1 Klasifikasi Aliran 4-24
4.2.2 Bilangan Reynold 4-26
4.2.3 Kecepatan Aliran 4-27

4.3 Pemodelan Matematik dengan Perangkat Lunak HEC-RAS 4-28


4.3.1 Umum 4-28
4.3.2 Teori Dasar 4-28
4.3.3 Input Data 4-30

4.4 Pasang Surut 4-38

4.5 Analisis Gelombang 4-43

Bab 5 Alternatif Penanganan


5.1 Metodologi dan Pendekatan 5-1
5.1.1 Penyebab Banjir 5-1
5.1.2 Strategi Umum Mengurangi Kerugian Akibat Banjir 5-2

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah iii
5.1.3 Penanganan Pengendalian Banjir Non-struktur dan
Struktur 5-3
5.1.4 Langkah Penyusunan Pola Pengendalian Banjir Sungai
Prioritas 5-4
5.1.5 Analisa dan Evaluasi 5-5
5.1.6 Pemilihan Alternatif 5-6
5.1.7 Pemilihan Alternatif 5-6

5.2 Jenis-jenis Alternatif Penanganan 5-7

5.3 Pemilihan Alternatif 5-8

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah iv
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bangka Tengah 2-2

Gambar 3.1 Bagan alir rencana kerja. 3-2


Gambar 3.2 Pengukuran jarak pada permukaan miring. 3-5
Gambar 3.3 Pengukuran sudut antar dua patok. 3-6
Gambar 3.4 Pengukuran waterpass. 3-7
Gambar 3.5 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding. 3-9
Gambar 3.6 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri. 3-10
Gambar 3.7 Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu. 3-10
Gambar 3.8 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi
kedalaman. 3-11
Gambar 3.9 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut. 3-14

Gambar 3.10 Hasil perbandingan data pengukuran dan peramalan pasang


surut. 3-16
Gambar 3.11 Survei kecepatan aliran atau pengukuran arus. 3-19
Gambar 3.12 Lokasi Genangan di Desa Penyak 3-23
Gambar 3.13 Kondisi pengaliran air hujan di lokasi banjir 3-24
Gambar 3.14 Sketsa Solusi mengatasi Banjir di Desa Penyak 3-24

Gambar 4.1 Grafik batang curah hujan maksimum harian Stasiun


Pangkal Pinang. 4-2
Gambar 4.2 Grafik analisis frekuensi curah hujan untuk distribusi
Normal. 4-3
Gambar 4.3 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal. 4-3
Gambar 4.4 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Pearson. 4-4
Gambar 4.5 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson. 4-4
Gambar 4.6 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Gumbel. 4-5
Gambar 4.7 Curah hujan harian maksimum untuk perioda ulang tertentu
dengan berbagai distribusi. 4-6
Gambar 4.8 Grafik IDF hasil Formula Talbot 4-12
Gambar 4.9 Grafik IDF hasil Formula Sherman 4-13
Gambar 4.10 Grafik IDF hasil Formula Ishiguro 4-13
Gambar 4.11 Grafik IDF hasil Formula Sherman untuk perioda ulang Tr5. 4-15
Gambar 4.12 Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak 4-17

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah v
Gambar 4.13 Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak 4-18
Gambar 4.14 Jenis Aliran Permukaan (a), bebas pada saluran terbuka
(b). bebas pada saluran tertutup (c). dan aliran tertekan
atau dalam pipa. 4-20
Gambar 4.15 Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka 4-21
Gambar 4.16 Tipikal penampang saluran drainasi di Desa Penyak 4-21
Gambar 4.17 Profil Aliran Subkritis 4-25
Gambar 4.18 Profil Aliran Kritis 4-25
Gambar 4.19 Profil Aliran Kritis 4-25
Gambar 4.20 Empat jenis keadaan aliran pada saluran terbuka 4-27
Gambar 4.21 Persamaan momentum dan kontinuitas. 4-29
Gambar 4.22 Skema jaringan saluran Drainase. 4-31
Gambar 4.23 Tipikal potongan melintang saluran drainase. 4-32
Gambar 4.24 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 2 th 4-32
Gambar 4.25 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 5 th 4-33
Gambar 4.26 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 10 th 4-33
Gambar 4.27 Elevasi muka air di saluran 4-34
Gambar 4.28 Elevasi muka air di saluran 4-34
Gambar 4.29 Elevasi muka air di saluran 4-35
Gambar 4.30 Elevasi muka air di saluran 4-35
Gambar 4.31 Grafik kecepatan aliran di saluran 4-36
Gambar 4.32 Rating Curve 4-36
Gambar 4.33 Kedalaman aliran di saluran 4-37
Gambar 4.34 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang
surut laut 4-38
Gambar 4.35 Perbandingan data pasang surut pengukuran dengan hasil
penaksiran. 4-40
Gambar 4.36 Harga probabilitas dan prosentase elevasi-elevasi acuan. 4-41
Gambar 4.37 Windrose lokasi Penyak. 4-43
Gambar 4.38 Fetch lokasi Penyak. 4-44
Gambar 4.39 Waverose lokasi Penyak. 4-45

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah vi
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangka Belitung. 2-3


Tabel 2.2 Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah 2-3
Tabel 2.3 Desa-desa di Kecamatan Koba 2-4
Tabel 2.4 Desa-desa di Kecamatan Pangkalan Baru 2-4
Tabel 2.5 Desa-desa di Kecamatan Sungai Selan 2-4
Tabel 2.6 Desa-desa di Kecamatan Simpang Katis 2-5
Tabel 2.7 Desa-desa di Kecamatan Lubuk 2-5
Tabel 2.8 Desa-desa di Kecamatan Namang 2-5
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi
Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2005 2-9
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamindi Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2006 2-9

Tabel 3.1 Curah Hujan Maksimum 3-3


Tabel 3.2 Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut 3-14
Tabel 3.3 Data Pasang Surut di Penyak. 3-15
Tabel 3.4 Komponen Pasang Surut Pesisir Pantai Penyak 3-17
Tabel 3.5 Tipe Pasang Surut 3-17
Tabel 3.6 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm). 3-18
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran di 2 Lokasi 3-19
Tabel 3.8 Hasil Analisa Sedimen Layang di 2 Lokasi 3-20
Tabel 3.9 Hasil Rekapitulasi Analisa Sedimen Dasar di 2 Lokasi 3-20

Tabel 4.1 Curah Hujan Maksimum Harian Stasiun Pangkal Pinang Tahun
1998-2009. 4-2
Tabel 4.2 Resume Analisis Frekwensi Curah Hujan Maksimum Harian 4-5
Tabel 4.3 Resume Uji Kecocokan Distribusi 4-6
Tabel 4.4 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan 4-7
Tabel 4.5 Intensitas Hujan dalam dengan Distribusi Gumbel 4-9
Tabel 4.6 Intensitas Hujan dengan berbagai perioda ulang. 4-10
Tabel 4.7 Perhitungan harga suku untuk persamaan Talbot 4-10
Tabel 4.8 Perhitungan harga suku untuk persamaan Sherman 4-11
Tabel 4.9 Perhitungan harga suku untuk persamaan Ishiguro 4-11

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah vii
Tabel 4.10 Perbandingan Kecocokan rumus-rumus intensitas hujan 4-12
Tabel 4.11 Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) dan Intensitas Hujan (I) 16
Tabel 4.12 Hasil perhitungan Debit (Qr) dengan Rumus Metoda Rasional
USSCS 4-16
Tabel 4.13 Harga koefisien kekasaran Manning, n 4-19
Tabel 4.14 Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran. 4-20
Tabel 4.15 Pemilihan Tipikal Penampang Saluran 4-22
Tabel 4.16 Hasil perhitungan Debit dengan Rumus Manning 4-23
Tabel 4.17 Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan
saluran. 4-27
Tabel 4.18 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut di Penyak 4-39
Tabel 4.19 Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan. 4-40
Tabel 4.20 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm) 4-42
Tabel 4.21 Kecepatan aning untuk berbagai perioda ulang 4-43
Tabel 4.22 Panjang Fetch lokasi Penyak 4-44
Tabel 4.23 Periode Ulang Gelombang 4-45

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah viii
Laporan Draft Final
Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah

Bab 1
Pendahuluan
Bab 1
Pendahuluan

Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di


Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung

1.1 Latar Belakang

Dalam usaha pembangunan dan pengembangan kota secara menyeluruh dan


terpadu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini, Pemerintah Kabupaten
Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung akan mereview kebijakan pembangunan
prasarana dasar Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah dan terkait dengan
program Dinas Pekerjaan Umum Bangka Tengah, dan termasuk di dalam program
tersebut adalah sektor Drainase dan Pengendalian Banjir .

Permasalahan drainase di Kabupaten Bangka Tengah yang disebabkan oleh aspek


hidrologi, aspek morfologi sungai Penyak dan erosi tebing sungai yang membawa
material sedimen sehingga kecepatan aliran pada ruas pertemuan Sungai Penyak
menjadi sangat kecil. Kondisi ini berakibat pada proses pengendapan yang berjalan
sangat intensif.

Beberapa studi dan perencanaan yang berkenaan dengan drainase dan


pengendadlian banjir di Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah telah
dilaksanakan, namun semua perencanaan diatas masih bersifat parsial, sehingga
belum dapat menuntaskan permasalahan drainase dan pengendalian banjir
Kabupaten Bangka Tengah secara menyeluruh dan terpadu.

Perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terpadu tersebut sedang direncanakan


untuk dilaksanakan pada tahun Anggaran 2010.

Permasalahan saat ini adalah adanya genangan banjir yang terjadi sepanjang
Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah sehingga berakibat pada produktivitas
lahan, panen mengalami kegagalan dan rusaknya infrastruktur sehingga
menghambat laju pembangunan. Kejadian banjir ini hampir terjadi setiap tahun
dan genangan yang terjadi umumnya berkisar antara 0,5-1,00 meter tersebar di
sepanjang aliran Sungai Penyak.

Laporan Draft Final  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-1
Bab 1 Pendahuluan

Untuk itulah maka Pemerintah memandang sangat mendesak untuk dikaji lebih
jauh mengenai penyebab banjir, paramater-parameter alam yang menjadi
penyebab banjir melalui “Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir
Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung”.

Berdasarkan kondisi topografi daerah aliran sungai di bagian tengah (Kabupaten


Bangka Tengah) umumnya relatif datar. Pada perkembangannya Sungai Penyak
saat ini lahan-lahan di sepanjang bantaran sungai dan beberapa tempat tergenang
cukup luas saat musim penghujan dan pasang air laut. Kondisi ini terjadi mengingat
proses sedimentasi yang sangat aktif di sepanjang Sungai Penyak khususnya pada
segmen aliran Sungai Penyak.

Mengingat banjir dan longsoran tebing sungai dan pengendapan yang sangat aktif
dari Sungai Penyak menyebabkan terjadinya banjir, keadaan ini sudah rutin terjadi
maka perlu diadakan penanganan banjir secara khusus dengan cara melakukan
Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten
Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung sehingga genangan terhadap lahan-lahan
disekitarnya dapat dihilangkan/diminimalkan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di


kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mendapatkan
hasil studi dan perencanaan yang optimum, yaitu setelah dilaksanakan pekerjaan
ini maka dapatlah diantisipasi solusi yang efektif untuk penanganan pengendalian
banjir dan longsoran tebing sungai yang selama ini terjadi dan penanganan daerah
genangan banjir sehingga lahan akan menjadi produktif yang akhirnya kegiatan
masyarakat dapat lancar kembali sehingga memberikan pelayanan secara
maksimal, dengan biaya relatif murah serta memenuhi persyaratan teknis.

Hasil selengkapnya dari pekerjaan ini ditujukan untuk memberikan gambaran yang
jelas dan dapat dijadikan pedoman untuk mempersiapkan dan melaksanakan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

1.3 Lokasi Pekerjaan

Daerah kajian meliputi aliran sungai Penyak khususnya di daerah genangan banjir
sepanjang segmen Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah. Daerah kajian
dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dari ibukota propinsi Bangka Belitung
dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-2
Bab 1 Pendahuluan

1.4 Nama dan Organisasi Pemberi Pekerjaan

Pejabat Pembuat Komitmen Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Bangka


Belitung SNVT Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Sumatera VIII Provinsi
Bangka Belitung.

1.5 Sumber Dana

Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 550.000.000
(Lima Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) termasuk PPN dibiayai APBN Tahun Anggaran
2010.

1.6 Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 180 hari atau 6 ( enam ) bulan

1.7 Ruang Lingkup Pekerjaan

Pada dasarnya lingkup kegiatan dan urutan tahapan pekerjaan Survey Investigasi
dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah,
Propinsi Bangka Belitung, secara umum terbagi (empat) tahapan, yaitu :
 Tahap Persiapan
 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan (Survey)
 Tahap Pengolahan dan Analisa
 Tahap Penyusunan Disain Rinci (Detail Design)
 Tahap Penggambaran

1.7.1 Tahap Persiapan

Sebelum team survey lapangan diberangkatkan maka perlu ada pekerjaan


persiapan yang meliputi :

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari pekerjaan pengumpulan data sekunder untuk


mempelajari kondisi awal daerah proyek guna tindak lanjut tahap berikutnya.

Data yang dikumpulkan meliputi :


 Data laporan hasil studi yang dihasilkan pada tahap sebelumnya baik berupa
studi identifikasi, feasibility studi maupun kegiatan lainnya jika ada.
 Data peta topografi atau hasil pengukuran yang telah ada.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-3
Bab 1 Pendahuluan

 Data informasi lapangan dari instansi yang terkait antara lain : dari Bagian
Proyek Pembinaan dan Perencanaan , Proyek Pengendalian Banjir dan Perbaikan
Sungai Bangka Belitung, serta Bappeda Kabupaten Bangka Tengah.

Hasil pengumpulan data sekunder tersebut dipelajari dan kemudian didiskusikan


dengan pihak Bappeda Kabupaten Bangka Tengah, Dinas Pengairan Kabupaten
Bangka Tengah, Direksi dan Supervisi Dengan demikian sebelum survey lapangan
telah dapat disusun rencana kerja yang lebih baik.

B. Pembuatan Rencana Kerja

Setelah mengkaji data dan melakukan diskusi, maka konsultan membuat rencana
kerja, baik untuk lapangan maupun untuk pekerjaan di kantor. Rencana kerja ini
terdiri dari :
 Metoda penanganan proyek.
 Struktur organisasi serta personalia untuk penanganan proyek
 Rencana tata kala penugasan personalia serta peralatan yang nyata digunakan.
 Pembuatan laporan persiapan ke lapangan dan rencana kerja survey lapangan.

C. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Setelah rencana kerja lapangan tersebut disepakati bersama dengan Direksi dan
Tim supervisi, maka disusun rencana keberangkatan, termasuk pengajuan biaya
lapangan dari tim kerja konsultan ke Direksi Konsultan, pengumpulan tenaga kerja
lapangan dan pemberian penjelasan tentang metoda kerja lapangan dengan syarat-
syaratnya, serta melakukan pengecekan peralatan, baik di kantor maupun di
lapangan.

1.7.2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan

A. Orientasi Lapangan

Tujuan dari orientasi lapangan adalah untuk mengenal kondisi/situasi lapangan,


yang meliputi :

 Metoda pencapaian lokasi yang paling efisien.


 Sarana transportasi di lapangan.
 Ketersediaan tenaga lokal untuk survey.
 Penentuan lokasi-lokasi untuk :
 Pemasangan BM dan jalur pengukuran.
 Pengumpulan data hidrologi dan Pengamatan hidrometri.
 Pengeboran tanah.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-4
Bab 1 Pendahuluan

 Informasi tentang keadaan iklim, kondisi banjir dan genangan yang terjadi dan
sebagainya dari penduduk yang terlanda bahaya banjir sebagai informasi
tambahan.
 Laporan kepada pejabat pemerintah setempat tentang akan adanya rencana
survey, serta menjelaskan maksud dan tujuan pekerjaan tersebut.

B. Pelaksanaan Survey Lapangan

Survey lapangan dilaksanakan setelah orientasi lapangan dan masukan-masukan


yang diperoleh dimanfaatkan agar pelaksanaan survey besar dapat berjalan dengan
lancar.

Survey utama tersebut berupa :

B.1 Pengukuran dan Pemetaan Topografi

Pada garis besarnya lingkup pekerjaan survey topografi adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Lapangan
3. Inventarisasi dan Pemasangan Benchmark (BM) baru
4. Pengukuran kerangka dasar horizontal dan vertikal, situasi, penampang
memanjang dan melintang
5. Pekerjaan perhitungan dan penggambaran
6. Perhitungan draft di lapangan – perhitungan definitif
7. Penggambaran situasi detail skala 1 : 5.000 dengan interval kontur 0,25 m
8. Penggambaran penampang memanjang skala panjang 1 : 2.000 dan skala
tinggi 1 : 100 dilengkapi gambar situasi skala 1 : 5.000
9. Penggambaran penampang melintang skala panjang 1 : 100 dan skala tinggi
1 : 100
10. Penggambaran situasi tapak lokasi kritis digambar pada skala 1 : 2.000
11. Pekerjaan pembuatan Laporan.

B.2 Metoda dan Standar Pelaksanaan


Pemetaan pada proyek ini akan dilakukan dengan menggunakan metoda
“Pemetaan cara Tachimetry” yang mana pekerjaannya meliputi :

a. Pemasangan Bench Mark


Bench mark merupakan tanda-tanda di lapangan yang berguna kelak dalam
kegiatan pelaksanaan konstruksi pada periode lanjutan. Oleh karena itu
pemasangan benchmark harus dilakukan memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Konstruksi cukup 1/tahun untuk jangka waktu yang lama.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-5
Bab 1 Pendahuluan

 Pemasangan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah dicari
kembali bila diperlukan. Direncanakan dipasang 10 buah BM.
 Pemasangan pada tanah yang stabil.

b. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal


Kerangka dasar merupakan titik dasar untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya
seperti pengukuran situasi detail dan pengukuran penampang melintang dan
memanjang. Oleh karena itu pengukuran kerangka dasar harus memiliki
ketelitian yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dikehendaki.
Metoda yang dipilih untuk penetapan kerangka daasar horizontal ini dipilih
metoda pengukuran poligon (loop/kring tertutup, mencakup tidak lebih dari 25
Ha masing-masing), dibuat beberapa loop oleh konsultan. Secara umum teknis
pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
 Sasaran pengukuran adalah sudut dan jarak horizontal
 Alat ukur sudut yang digunakan adalah theodolit
 Sistem pembacaan sudut satu seri.
 Pengukuran jarak jika memungkinkan menggunakan alat ukur jarak
meetband baja dan diukur 2 kali . Sebagai arah dan kontrol ukuran sudut
dilakukan dengan pengamatan astronomi atau Gyro Compas.
 Jumlah titik poligon antara dua kontrol azimut maksimum 50 titik.
 Jaringan poligon adalah loop (kring) tertutup

c. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Untuk mendapatkan titik-titik kerangka dasar vertikal digunakan metoda
pengukuran sifat datar dengan teknis pengukuran adalah sebagai berikut :
 Sasaran adalah beda tinggi (selisih tinggi antara dua titik ketinggian yang
diteliti)
 Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sifat datar optis, seperti Zeiss
Ni.2
 Peengukuran profil melintang dilakukan dengan interval penampang jarak
500 meter.

B.3 Pengumpulan Data Hidrologi dan Survey Hidrometri.

Uraian Kegiatan (D) Pekerjaan Hidrologi/Hidrometri mencakup kegiatan pekerjaan:

B.3.1 Pekerjaan Persiapan.

 Pengumpulan data iklim dari station terdekat yang meliputi data curah hujan,
suhu udara, kelembaban nisbi udara, penyinaran matahari, kecepatan dan arah
angin, radiasi, Eto-Penman, dengan waktu pengambilan data lebih dari 10 tahun
untuk curah hujan dan 5 tahun untuk data iklim

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-6
Bab 1 Pendahuluan

 Pengukuran Muka air saat pasang besar dan pasang kecil .


 Pengukuran Debit Aliran pada titik titik yang akan ditentukan kemudian yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dengan menggunakan Currenmeter untuk
mengukuran kecepatan arus .
 Menyiapkan peta-peta lokasi daerah survey, untuk menentukan lokasi
pengukuran dan macam pengukuran.
 Menyiapkan alat-alat yang akan dipakai untuk survey yang meliputi :
 Current meter untuk mengukur kecepatan arus.
 Botol sample, untuk mengambil sample air
 Waterpas (Wp) untuk leveling
 Range finder untuk penentuan jarak

B.3.2 Pekerjaan Lapangan.

 Pra Survey yang terdiri dari team inti yang bertujuan untuk :
 Mengenal kondisi serta situasi daerah survey dan sekelilingnya.
 Pengamatan Pendahuluan kondisi hidrologi dan faktor sekelilingnya bagi
team survey.

 Pekerjaan yang dilakukan dilapangan :


 Pengukuran ketinggian muka air berdasarkan fluktuasi (musim Hujan dan
Kemarau) .
 Pengukuran debit rata-rata
 Pengukuran kecepatan aliran selama 30 jam tiap 3 jam sekali.
 Pengukuran profil sungai/saluran
 Levelling antara papan ukur dan Bench Marks.
 Pengambilan contoh air (bottle sample)

B.4 Survey dan Penyelidikan Mekanika Tanah.

B.4.1 Maksud Survey Mekanika Tanah

Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah


sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang
efisien, berupa:
 Analisa kestabilan lereng.
 Besaran konsolidasi dan settlement.
 Sifat-sifat pemadatan.
 Daya dukung tanah.

B.4.2 Pekerjaan Lapangan

a. Orientasi Lapangan

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-7
Bab 1 Pendahuluan

Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksa¬naan


survey dan penyebaran titik-titik pengamat serta persiapan tenaga lokal dan
peralatan penunjang.

b. Pekerjaan Lapangan
Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja
dilapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan kondisi tanah setempat
berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan dan pengamatan
visual tanah dilokasi

b.1 Pemboran Tanah (12 titik)


Dilakukan pengambilan sample tanah tidak terganggu pada setiap lapisan
tanah. Selain itu dicatat diskripsi/textur lapisan tanah berdasarkan
penga¬matan visual.
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger)
dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai
kedalaman kurang lebih 8,00 meter sampai kedalaman suatu lapisan keras
dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil
contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan
dianalisa dilaboratorium mekanika tanah.

b.2 Test Pit. (10 titik)


Ukuran lubang uji (test pits) adalah 1.25 m x 1.25 m dengan kedalaman
penggalian yanah diusahakan mencapai posisi muka air tanah dangkal, yang
umumnya (1.50 – 2.00) m di bawah muka tanah. Pada kedalaman muka air
tanah dangkal, lubang uji di ganti dengan percobaan pemboran dengan
menggunakan bor tangan sampai kedalaman 1 sampai 5.00 meter, pada tiap
lubang uji diambil contoh tanah terganggu kurang lebih (10-20) kg untuk diuji
sipat–sipat pemadatannya (compaction test) di laboratorium untuk
mengetahui karasteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan.
berupa deskripsi tanah dan lubang uji tersebut. Test Pit akan dilakukan pada
12 titik kritis.

c. Penyelidikan di Laboratorium
Semua penyelidikan dilaboratorium dilakukanb menurut prosedur ASTM dengan
berbagaimodipikasiyang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

c.1 Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) :


Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak tidak terganggu yang diambil dari
pemboran meliputi :

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-8
Bab 1 Pendahuluan

 Penyelidikan sifat fisik tanah :


 Kadar tanah : D.2216-71.
 Berat jenis tanah (specifik gravity) :D.854-72.
 Berat polume tanah (volume unit weight) : D.2937.
 Atterberg limits : D.423-66 : D.424-74 ; D.427-74.
 Gradasibutiran (grain size analisys) : D.421-72 : d.422 –72.
 Penyelidikan sifat mekanis tanah :
 Pengujian komprensi tiga sumbu (triaxial compression test) dengan jenis CU
Test : D.2850-70.
 Kuat tekan bebas (Uncofined compresion test) : D.2166-72.

c.2 Contoh tanah terganggu (disturbed sample) :


Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji
meliputi:

 Penyelidikan sifat fisik tanah :


 Berat jenis tanah . D.854-72.
 Atterberg limits : D.423-66 : D.424-74 : D.427-74.
 Penyelidikan sifat tanah dal;am hubungannya dengan perencanaan tanggul :
 Percobaan pemadatan (compection test) : D.698-70.
 Uji gaya geser langsung (direct shesr test) : D.3080-79.

B.5 Survey Inventarisasi Permasalahan Sepanjang sungai Sungai Penyak

Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui permaslahan segmen demi segmen


sepanjang Sungai Penyak, kerusakan tanggul, longsoran tebing dan kejadian banjir
pada setiap station Sungai Penyak.

C. Pengolahan Data dan Pembuatan Pra-Rencana (Pembuatan Sistem Pengendalian


Banjir )

Pengolahan data lapangan di lokasi adalah sangat penting terutama untuk


pekerjaan topografi. Pengolahan data tersebut sangat penting agar dapat langsung
diketahui apabila terjadi kesalahan atau ketelitiannya tidak terpenuhi. Apabila hal
ini terjadi maka akan dapat segera diadakan pengukuran ulang. Hal lain yang
mungkin terjadi adalah perubahan tata guana lahan sepanjang segmen Sungai
Penyak. sehubungan dengan permasalahan genangan yang terjadi, kebutuhan
untuk jalur hijau dan kebutuhan untuk short cut, pelebaran ataupun pendalaman
Sungai Penyak itu sendiri.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-9
Bab 1 Pendahuluan

1.7.3 Tahap Pekerjaan Analisa

Analisa data dari lapangan tersebut dilaksanakan dikantor pusat dengan


menggunakan perangkat keras peralatan perhitungan dan perangkat lunak. Analisa
tersebut antara lain adalah :
 Perhitungan dan penggambaran peta situasi.
 Analisa kemiringan lahan dan peta genangan banjir.
 Analisa hidrologi dan potensi sumber daya air.
 Analisa data hidrometri dan data laboratorium (kualitas air/sedimen).
 Analisa sifat karakteristik sungai alam yang ada.
 Analisa laboratorium data pengeboran tanah (mekanika tanah, tanah pertanian).
 Analisa daya dukung tanah, kestabilan lereng rencana saluran, tanggul dan
perhitungan-perhitungan lain yang diperlukan seperti perhitungan struktur,
pondasi dan bangunan hidraulis (pintu air)

Semua pekerjaan analisa tersebut dilakukan di kantor pusat dan didiskusikan


dengan pihak Direksi. Hasil dari analisa ini berupa nilai atau besaran perencanaan
(design value) yang dapat digunakan masukan utama guna menentukan langkah
perhitungan perencanaan dan penggambaran serta penyusunan laporan dan
dokumen untuk perencanaan teknis.

1.8 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dari Laporan Pendahuluan dari pekerjaan Studi


Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka
Tengah ini terdiri dari:

Bab 1 Pendahuluan
Menyajikan latar belakang, tujuan dan maksud pekerjaan, lokasi
pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
dan sistematika pembahasan

Bab 2 Gambaran Umum Lokasi


Menyajikan gambaran umum lokasi pekerjaan yang berhasil dikumpulkan
baik dari instansi terkait maupun pengumpulan dari internet.

Bab 3 Pengumpulan Data


Menyajikan proses pengumpulan data baik data sekunder berupa data-data
hasil pengumpulan ke instansi-instansi terkait maupun data primer berupa
kegiatan survei pengukuran di lapangan.

Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-10
Bab 1 Pendahuluan

Merupakan proses pengolahan terhadap data-data hasil pengukuran di


lapangan yang mencakup data topografi, hidrometri, hidrologi yang
kemudian akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan perencanaan yang
akan diterapkan di lokasi pekerjaan.

Bab 5 Alternatif Penanganan


Menyajikan proses dari mulai inventarisasi hingga identifiasi permasalahan
di lapangan yang berhasil dikumpulkan. Kemudian akan dilakukan
pembobotan (matrikulasi) terhadap alternatif penanganan yang paling
cocok dan memungkinkan untuk diterapkan di lokasi studi.

Bab 6 Rencana Anggaran Biaya


Menyajikan biaya yang harus disiapkan untuk membangun suatu
konstruksi yang merupakan alternatif terpilih dalam menanggulangi
masalah banjir yang terjadi di lapangan.

Bab 7 Kesimpulan
Menyajikan beberapa kesimpulan akhir yang bisa diambil pada pekerjaan
pengendalian banjir yang mencakup alternatif penanganan yang diambi
dan biaya pembangunannya.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 1-11
Laporan Draft Final
Pekerjaan:
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir
Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah

Bab 2
Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan
Bab 2
Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di


Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung

2.1 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Kabupaten Bangka Tengah merupakan bagian dari Provinsi Bangka Belitung yang
terbagi menjadi 6 kecamatan. Ibukota Kabupaten Bangka Tengah adalah Koba
yang berjarak 56 km dari Pangkalpingang sebagai ibukota provinsi Bangka
Belitung.

Timah menjadi jantung pemacu ekonomi daerah ini. Industri yang dimotori
perusahaan pemurnian timah milik PT Koba Tin menjadi penyangga utama
terhadap total kegiatan ekonomi. Industri-industri lainnya yang berskala kecil
misalnya industri gula aren dan karosesi mobil di kabupaten ini masih minim
jumlahnya. Umumnya, industri-industri kecil ini berada di Kecamatan Pangkalan
Baru yang berada di dekat Kota Pangkalpinang. Setelah industri, kegiatan tambang
yang sebagian besar merupakan penambangan timah menjadi kontributor kedua
terbesar terhadap kegiatan ekonomi daerah ini. Meski timah menjadi andalan,
pemerintah kabupaten berusaha menyiapkan alternatif bila penambangan dan
peleburan timah tidak bisa diandalkan lagi. Salah satunya adalah usaha
perkebunan. Tanaman lada bisa ditemukan di seluruh kecamatan yang ada di
Bangka Tengah. Jenis tanaman lain adalah kelapa sawit yang dikembangkan
menjadi perkebunan dengan sistem plasma inti sehingga ikut menguntungkan
warga sekitar. Hanya saja karena di daerah ini belum ada pengolahan sawit, tandan
buah segar sawit di bawa ke wilayah tetangga di Kabupaten Bangka Barat. Hal ini
menunjukkan bahwa peluang dibukanya industri pengolahan kelapa sawit masih
terbuka lebar.

Laporan Interem  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-1
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bangka Tengah

Selain pertanian, garis pantai sepanjang 195 kilometer dan pulau kecil sebanyak 12
buah di tepi timur dan barat kabupaten menyimpan peluang besar. Diperkirakan
terdapat potensi tangkap di Laut Cina Selatan sebesar 1,2 juta ton pertahun.
Komoditas yang mendatangkan untung besar adalah ikan kerapu. Ikan-ikan ini
dikirim ke Pangkal Pinang, lalu diekspor ke negara-negara lain.

Kabupaten Bangka Tengah berhadapan dengan dua perairan berbeda di sisi barat
dan timur. Di bagian barat daratan kabupaten ini berbatasan langsung dengan
Selat Bangka, sedangkan di timur menghadap Laut Natuna. Oleh karena itu,
tidaklah aneh pula jika kabupaten ini memiliki sejumlah lokasi pantai yang
menawan sehingga masih menyimpan potensi yang sangat besar bagi para
investor.

Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan


Bangka Belitung, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka yang resmi
dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2003.

2.1.1 Luas Wilayah

Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 2028,13 km2. Wilayah Kabupaten Bangka
Tengah memiliki 16 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai ± 195 km.
Secara geografis terletak pada 2o11’–2o46’ LS dan 105o48’–106o51’ BT.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-2
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Batas batas wilayah Kabupaten Bangka Tengah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang.


Sebelah Timur : Laut Cina Selatan.
Sebelah Selatan : Kabupaten Bangka Selatan.
Sebelah Barat : Selat Bangka.
Keenam belas pulau-pulau kecil tersebut dapat dilihat pada Tabel C.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangka Belitung.


No NAMA PULAU LUAS (Ha) LUAS (Km2)
1 DS. KURAU 171.53 1.72
2 BEBUAR 40.12 0.40
3 KETAWAI 92.40 0.92
4 GUSUNG ASAM 20.00 0.20
5 KETUGAR 19.01 0.19
6 DS. TANJUNG PURA 366.48 3.66
7 NANGKA 344.52 3.45
8 PELEPAS 9.31 0.09
9 TIKUS 3.34 0.03
10 GADUNG 9.31 0.09
11 DS. TANJUNG GUNUNG 356.60 3.57
12 PANJANG 316.60 3.17
13 SEMUJUR 40.00 0.40
14 DS. BATU BERIGA 90.26 0.90
15 KELASA 90.26 0.90
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

2.1.2 Pembagian Wilayah

Secara administratif Kabupaten Bangka Tengah terbagi menjadi 6 kecamatan.


Keenam kecamatan tersebut adalah Koba, Pangkalan Baru, Sungai Selan, Simpang
Katis, Lubuk dan Namang.

Rincian dari keenam kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel C.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah

Kecamatan Luas (km2) Kelurahan Desa Dusun


Koba 932.56 5 6 11
Pangkalan Baru 282.27 1 9 16
Sungai Selan 694.00 1 10 20
Simpang Katis 246.94 - 10 10
Lubuk 156.40 - 7 5
Namang 197.55 - 8 8
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-3
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Dengan demikian secara total terdapat 7 kelurahan, 50 desa dan 70 dusun di


Kabupaten ini. Dari total 50 desa dan 7 kelurahan tersebut, 16 desa diantaranya
merupakan desa pesisir pantai.

Berikut di bawah ini rincian desa-desa dan kelurahan dari keenam kecamatan di
Kabupaten Bangka Tengah.

Tabel 2.3 Desa-desa di Kecamatan Koba

No. Nama Desa Luas (km2)


1 KOBA 4.06
2 BEROK 2.88
3 PADANG MULYA 31.69
4 SP. PERLANG 7.24
5 ARUNG DALAM 19.06
6 NIBUNG 63.11
7 GUNTUNG 77.44
8 TERENTANG 68.80
9 PENYAK 40.72
10 KURAU 12.41
11 KURAU BARAT 6.62
Total 334.04
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Tabel 2.4 Desa-desa di Kecamatan Pangkalan Baru

No. Nama Desa Luas (km2)


1 BELULUK 6.34
2 MANGKOL 4.62
3 PEDINDANG 6.90
4 PADANG BARU 5.08
5 JERUK 8.85
6 AIR MESU 37.08
7 BENTENG 3.70
8 TANJUNG GUNUNG 8.60
9 BATU BELUBANG 6.34
10 DUL 13.94
Total 101.45
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Tabel 2.5 Desa-desa di Kecamatan Sungai Selan

No. Nama Desa Luas (km2)


1 SUNGAI SELAN 94.33
2 S.SELAN ATAS 29.64
3 TANJUNG PURA 69.53

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-4
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

4 LAMPUR 41.33
5 SARANG MANDI 57.88
6 KERANTAI 26.78
7 KEMINGKING 71.24
8 MUNGGU 20.43
9 KERETAK 55.85
10 KARAKAS 37.77
11 ROMODHON 60.00
Total 564.81
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Tabel 2.6 Desa-desa di Kecamatan Simpang Katis

No. Nama Desa Luas (km2)


1 SIMPANG KATIS 10.28
2 PUPUT 38.13
3 CELUAK 24.88
4 SUNGKAP 34.95
5 TERU 54.34
6 TERAK 14.05
7 PASIR GARAM 10.70
8 BERUAS 19.86
9 PINANG SEBATANG 11.35
10 KATIS 5.20
Total 223.75
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Tabel 2.7 Desa-desa di Kecamatan Lubuk

No. Nama Desa Luas (km2)


1 LUBUK BESAR 132.15
2 LUBUK PABRIK 60.45
3 LUBUK LINGKUK 64.09
4 BATU BERIGA 107.15
5 PERLANG 144.75
6 KULUR 9.72
7 TRUBUS 74.24
8 KULUR ILIR 8.57
Total 601.12
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-5
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Tabel 2.8 Desa-desa di Kecamatan Namang

No. Nama Desa Luas (km2)


1 CAMBAI 34.36
2 JELUTUNG 25.50
3 NAMANG 37.69
4 BELILIK 83.96
5 KAYU BESI 6.14
6 BASKARA BHAKTI 7.18
7 BUKIT KIJANG 8.13
Total 202.97
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

2.1.3 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Wilayah Kabupaten Bangka Tengah Tengah terletak di Pulau Bangka dengan luas
lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha. Secara administratif wilayah
Kabupaten Bangka Tengah berbatas-an langsung dengan daratan wilayah
kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan
wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan.

2.1.4 Keadaan Alam

A. Keadaan Iklim

Kabupaten Bangka Tengah beriklim Tropis Type A dengan variasi curah hujan
antara 72,2 hingga 410,2 mm tiap bulan untuk tahun 2005, dengan curah hujan
terendah pada bulan Februari. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Tengah
berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjuk-kan variasi
antara 25,70 Celcius hingga 27,70 Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi
antara 78 hingga 87 persen pada tahun 2005. Sementara intensitas penyinaran
matahari pada tahun 2005 rata-rata bervariasi antara 19,0 hingga 57,3 persen dan
tekanan udara antara 1008,9 hingga 1011,4 mb.

B. Keadaan Tanah

Tanah di daerah Kabupaten Bangka Tengah mempunyai PH rata-rata di bawah 5,


didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti: Pasir
Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah
sebagai berikut:  4% berbukit seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395
meter dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik
Coklat Kekuning-kuningan dan Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam.  51%

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-6
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuning-


kuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik
Masam.  20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Podsolik
berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit.  25% rawa dan bencah/datar dengan
jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu
Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

C. Hidrologi

Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka Tengah berhulu di


daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai
yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Tengah adalah: Sungai Selindung,
Sungai Mesu, Sungai Selan, Sungai Kurau dan lain-lain. Sungai-sungai tersebut
berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan
perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada
dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Tengah tidak ada danau alam, hanya ada
bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti
danau buatan yang disebut kolong.

D. Fauna

Di kawasan hutan terdapat binatang liar seperti: Rusa, Beruk, Monyet, Lutung,
Babi, Tringgiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit, Kalong, Elang, Ayam
Hutan, dan tidak terdapat binatang buas seperti Gajah, Harimau dan lain-lain
sebagainya.

E. Flora

Tumbuhan hutan terdapat bermacam-macam kayu seperti: Kayu Ramin, Meranti,


Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Bitanggor, Meranti Rawa, Cempedak Air, Mahang,
Bakau dan lain-lain sebagainya.

2.1.5 Data kependudukan

Data terakhir hasil registrasi penduduk Kabupaten Bangka Tengah pada tahun
2005 menunjukan jumlah penduduk mencapai 132.123 jiwa. Tersebar di
Kecamatan Koba sebanyak 45.936 jiwa (34,77%), Kecamatan Pangkalan Baru
sebanyak 42.703 jiwa (32,32%), Kecamatan Sungai Selan sebanyak 24.563 jiwa
(18,59%), dan Kecamatan Simpang Katis 18.921 jiwa (14,32%).

Berdasarkan data yang tersedia pada tahun 2005, jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Bangka Tengah relatif sama banyak yakni, penduduk laki-

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-7
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

laki sebanyak 68.717 jiwa atau sekitar 52,00% dari seluruh penduduk dan
penduduk perempuan sebanyak 63.406 jiwa atau 48,00% dari seluruh penduduk
atau berbeda hanya 4,00%.

Kabupaten Bangka Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk, 61 orang per


km2 pada tahun 2005.

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi
Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2005

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total


0-4 3776 3892 7668

5-9 6920 6699 13619


10-14 6974 6909 13883
15-19 8552 8473 17025

20-24 7902 2237 10139

25-29 6512 6804 13316


30-34 5606 5341 10947
35-39 4939 4978 9917

40-44 4469 4736 9205

45-49 3917 3699 7616


50-54 2995 2442 5437
55-59 2232 1932 4164

60-64 1567 1565 3132

65-69 1462 1767 3229


70-74 588 1237 1825
75+ 306 520 826
Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-8
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi
Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2006

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total


0-4 3924 4115 8035

5-9 7191 7083 14271


10-14 7247 7305 14547

15-19 8887 8958 17840

20-24 8212 2365 10624

25-29 6767 7194 13953

30-34 5826 5647 11471

35-39 5133 5263 10391


40-44 4644 5007 9645

45-49 4071 3911 7980

50-54 3112 2582 5697


55-59 2319 2043 4363

60-64 1628 1655 3282


65-69 1519 1868 3383

70-74 611 1308 1912

75+ 318 550 866


Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008

2.1.6 Perekonimian

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ada, kehidupan ekonomi
daerah ini sangat ditopang sektor industri 38,78 persen, sektor pertanian 15,10
persen dan pertambangan 26,03 persen. Hampir 41 persen potensi ekonomi di
daerah ini dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

Sumbangan terbesar terhadap PDRB yang ada adalah industri pengolahan dan sub-
sektor perkebunan. Sumbangan sektor industri pengolahan paling dominan adalah
pengolahan biji timah yang hasilnya mencapai 2.990.640 ton. Konsentrasi
pengolahan biji timah terutama di Kecamatan Koba dan Pangkalan Baru.

2.1.7 Pertanian

Sedangkan sektor pertanian, terutama sub-sektor perkebunan yang cukup besar


adalah lada, karet dan kelapa sawit yang masing-masing mencapai 11.257 ton,
12.299 ton, dan 21.704 ton. Untuk kelapa sawit terkonsentrasi di Kecamatan Koba
dan Simpang Katia yang dikelola PT Swarna Nusa Sentosa, PT Bumi Permai Surya

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-9
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Lestari dan PT Bumi Bangka Lestari. Daerah ini kurang subur untuk tanaman padi,
jagung, ketela, ubi jalar, kedelai, sayuran dan buah-buahan.

2.1.8 Perkebunan

Sub-sektor perkebunan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten


Bangka Tengah karena sektor ini dapat menjadi asset jangka panjang bagi
masyarakat perkebunan. Pasca era keemasan komoditi timah perkebunan menjadi
sandaran utama bagi pengembangan perekonomian daerah ini. Situasi ini
diproyeksikan dan dijabarkan dalam bentuk penyiapan masyarakat guna
mengantisipasi era pasca timah.

Pada tahun anggaran 2006 telah dilaksanakan kegiatan pengadaan bibit karet
kepada 458 KK dengan jumlah bibit 470 batang. Selain itu, telah disebarkan bibit
kelapa sawit siap tanam kepada 549 KK sebanyak 143.000 batang. Untuk
memaksimalkan hasil itu telah dilakukan pelatihan, penyuluhan, pembinaan dan
pendampingan kepada petani karet, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Koba,
Namang, Lubuk, Pangkalan Barru, Sungai Salam, dan Simpang Katis.

2.1.9 Perikanan

Sementara untuk sub sektor perikanan daerah ini potensial karena dikelilingi laut
yang memiliki sumberdaya perikanan laut potensial. Hasil produksi perikanan
mencapai 15.551 ton meliputi ikan darat, ikan payau dan ikan laut, dengan nilai
mencapai Rp 32,896 milyar. Hasil perikanan terkonsentrasi di Kecamatan
Pangkalan Baru, Sungai selam, Lubuk, Koba, dan Simpang Katis.

Dengan demikian, untuk klaster daerah ini di luar tambang timah, hasil perkebunan
lada, karet, kelapa sawit dan perikanan laut layak dipertahankan. Selain itu,
potensi wisata laut dan bahari juga sangat menjanjikan. Termasuk industri olahan
hasil perkebunan, perikanan laut dan industri pengolahan biji timah. Semua itu,
potensial untuk menambah pundi-pundi keuangan daerah.

2.1.10 Pos dan Telekomunikasi

Pos dan komunikasi merupakan kegiatan pelayanan lalu lintas berita, uang dan
barang serta merupakan jaringan yang penting di setiap daerah. Bidang ini
mempunyai jangkauan terhadap perkembangan kehidupan manusia dan menjadi
faktor yang mempengaruhi proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Pembangunan pos dan komunikasi memegang peranan yang penting dalam


mempercepat arus informasi dan memahami nilai informasi yang lebih cepat dan

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-10
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

tepat, ini semua berkaitan dengan kegiatan pos dan komunikasi yang akan semakin
meningkat seiring dengan makin meningkatnya kemajuan ekonomi dan taraf
kesejahteraan masyarakat.

Pada tahun 2005 jumlah surat biasa yang dikirim dan diterima relatif meningkat
dibandingkan tahun 2004. Tahun 2004 jumlah surat yang dikirim hanya sebanyak
3.900 pucuk yang seluruhnya merupakan surat dalam negeri. Sedangkan surat
biasa yang diterima sebanyak 1.532 pucuk yang berasal dari dalam negeri. Pada
tahun 2005 jumlah surat yang dikirim sebanyak 6.073 pucuk yang terdiri dari 6.072
pucuk surat berasal dari dalam negeri dan 1 pucuk surat berasal dari luar negeri.
Sedangkan surat biasa yang diterima sebanyak 2.879 pucuk yang berasal dari
dalam negeri.

Demikian pula halnya dengan surat kilat dan terdaftar/tercatat, jumlah surat pos
kilat yang dikirim dan diterima pada tahun 2005 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2005 jumlah surat yang dikirim sebanyak
7.773 pucuk yang terdiri dari 2.981 pucuk surat kilat biasa dan 4.792 pucuk surat
kilat khusus. Surat yang diterima sebanyak 11.118 pucuk yang terdiri dari 6.907
pucuk surat kilat biasa dan 4.211 pucuk surat kilat khusus. Pada tahun 2004
jumlah surat yang dikirim sebanyak 5.640 pucuk yang terdiri dari 1.506 pucuk
surat kilat biasa dan 4.134pucuk surat kilat khusus. Surat yang diterima sebanyak
1.032 pucuk yang terdiri dari 268 pucuk surat kilat biasa dan 764 pucuk surat kilat
khusus.

Pada tahun 2005 jumlah pengiriman paket pos sebanyak 2.496 yang seluruhnya
paket pos dalam negeri, adapun jumlah paket pos yang diterima sebanyak 1.774
paket pos yang seluruhnya juga dari dalam negeri.

Untuk telekomunikasi, hingga tahun 2005 di Kabupaten Bangka Tengah terdapat 9


warung telekomunikasi, dengan jumlah SST sejumlaj 6 unit.

2.1.11 Sejarah Kabupaten Bangka Tengah

Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan


Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Bersama-sama dengan pembentukan
Kabupaten Bangka Tengah, dibentuk pula Kabupaten Bangka Selatan, Bangka
Barat dan Belitung Timur. Wilayah Kabupaten Bangka Tengah Tengah terletak di
Pulau Bangka. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Tengah berbatas-an
langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka,
dan Bangka Selatan. Pembentukan Kabupaten Bangka Tengah tidak semata-mata
karena kebutuhan pengembangan wilayah propinsi, tetapi juga karena keinginan

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-11
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

masyarakat di dalamnya, serta upaya untuk mempercepat pembangunan daerah


dan terciptanya pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien.

Pada awal berdirinya, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah lebih kurang
2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha dengan wilayah administrasi 4 kecamatan, 1
kelurahan, 39 desa dan 74 dusun. Untuk kepentingan akselerasi pembangunan
daerah, pada tahun 2006 beberapa wilayah administrasi mengalami peningkatan
status sehingga wilayah administrasi menjadi 6 kecamatan, 7 kelurahan, 50 desa
dan 70 dusun. Data terakhir hasil registrasi penduduk Kabupaten Bangka Tengah
pada tahun 2005 menunjukan jumlah penduduk mencapai 132.123 jiwa. Tersebar
di Kecamatan Koba sebanyak 45.936 jiwa (34,77%), Kecamatan Pangkalan Baru
sebanyak 42.703 jiwa (32,32%), Kecamatan Sungai Selan sebanyak 24.563 jiwa
(18,59%), dan Kecamatan Simpang Katis 18.921 jiwa (14,32%).Berdasarkan data
yang tersedia pada tahun 2005, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di
Kabupaten Bangka Tengah relatif sama banyak yakni, penduduk laki-laki sebanyak
68.717 jiwa atau sekitar 52,00% dari seluruh penduduk dan penduduk perempuan
sebanyak 63.406 jiwa atau 48,00% dari seluruh penduduk atau berbeda hanya
4,00%.Kabupaten Bangka Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk, 61 orang
per km2 pada tahun 2005

Sejak dibentuk, roda pemerintahan penyesuaian. Selama kurun waktu 2003 –


2007, telah dilaksanakan beberapa pengangkatan/pelantikan pejabat pemerintahan
sebagai berikut :

1. Pelantikan pejabat Bupati Bangka Tengah Drs. H. Abu Hanifah pada tanggal 24
Mei 2003 oleh Mendagri RI yang diangkat dengan SK No.131.28-250 tahun 2003
tentang Pengangkatan Pejabat Bupati Bangka Tengah Prov. Kep. Bangka-
Belitung tanggal 21 Mei 2003.

2. Pelantikan PJ Bupati pada tanggal 1 Pebruari 2005 atas nama Drs. Iskandar
Zulkarnaen berdasarkan SK Mendagri No. 131.29-3 Tahun 2005 tanggal 6
Januari 2005 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Bupati Bangka
Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Pelantikan Drs. H. Abu Hanifah sebagai Bupati dan H. Erzaldi Rosman Djohan
SE.MM, srbagai Wakil Bupati Bangka Tengah periode 2005-2010 berdasarkan SK
Mendagri No. 131.29-498 tahun 2005 tentang Pemberhentian Pejabat Bupati
dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Bangka Tengah, hasil pilkada tahun 2005.

Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah secara bertahap telah melengkapi sarana


dan prasarana pemerintahan antara lain dengan dibangunnya kantor Bupati; kantor
DPRD; 17 unit kantor Dinas/Badan; 30 unit perumahan dinas,gedung diklat, 2

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-12
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

kantor Camat, kantor Kepala Desa. Disamping itu terus menerus secara bertahap
melengkapi peralatan kantor dan sarana lain yang diperlukan. Pengadaan/
pembiayaan prasarana di Bagi pemerintahan lainnya, kantor Camat, kantor Kepala
Desa dilanjutkan tahun-tahun mendatang.

Kebijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah saat ini menyasar


sektor yang sangat mendasar dan menjadi skala prioritas, yakni sektor pendidikan,
kesehatan, sarana dan prasarana pemerintah, serta sarana dan prasarana
perhubungan darat (jalan/jembatan). Sektor ini sangat penting karena terkait
dengan kebutuhan elemen dasar masyarakat.

Diusia yang sangat muda, Kabupaten Bangka Tengah terus berkembang menjadi
daerah penting di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya di Kabupaten
Bangka. Dengan wilayahnya yang strategis dan bentang alam yang bervariatif,
Bangka Tengah terus berpacu dengan waktu untuk menjadi poros utama
pembangunan daerah di propinsi ini.

Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 2-13
Laporan Draft Final
Pekerjaan:
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir
Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah

Bab 3
Pengumpulan Data
Bab 3
Pengumpulan Data

Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di


Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung

Rencana tahapan pekerjaan “Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Penyak Kabupaten Bangka Tengah” ditampilkan pada bagan alir seperti
pada Gambar 3.1. Untuk tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu
pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer. Semua jenis data
tersebut sangat penting bagi kelancaran pekerjaan karena metodologi pekerjaan
bisa dilaksanakan jika data telah tersedia secara baik dan lengkap.

3.1 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilaksanakan untuk melengkapi data-data primer yang


telah dikumpulkan di lapangan pada saat yang bersamaan. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan mengumpulkan semua jenis data yang dibutuhkan
berdasarkan dari hasil studi atau pekerjaan terdahulu atau hasil dari pekerjaan lain
yang membutuhkan data yang sejenis. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan
dapat diuraikan sebagai berikut:
 Data hidrologi: Data hidrologi yang berhasil dikumpulkan adalah data hujan
harian selama 10 tahun (1998-2009) yang berasal dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Pangkalan Udara Depati Amir.
 Data atau peta topografi untuk seluruh wilayah pekerjaan dengan skala 1 :
50.000 atau yang lebih rinci.
 Data administrasi pemerintahan, data kependudukan & lingkungan hidup, dan
data sosial budaya.
 Data sarana dan prasarana pengendalian banjir yang dimiliki saat ini dan data
bangunan air yang sudah ada dan bangunan air yang masih direncanakan.
 Data atau peta genangan banjir, terutama untuk daerah perkotaan yang
mempunyai kegiatan dengan nilai ekonomi tinggi.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-1
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

M ULAI

P ER S IA P A N IN S T A N S I T ER K A IT

- P engurus an A dm inis tras i P roy ek - D irek torat Jenderal S D A , K im pas w il


- P eny us unan M etodologi P elak s anaan - B iro P us at S tatis tik
P ek erjaan - B adan P ertanahan N as ional
- P ers iapan A lat & P ers onil - Dinas Pekerjaan
P us litbang Umum Pangkalpinang
P engairan, B andung
- P em buatan R enc ana K erja - B appeda
- P em da

S T U D I P EN D A H U L U A N

- S urvai P endahuluan
- P engum pulan D ata & Laporan Terdahulu

K o n se p L a p o ra n P e n d a h u lu a n

R evis i

D is k us i
Tidak

Ya

F IN A L L A P O R A N P EN D A H U L U A N

S U R V EY L A P A N G A N

BANG UNAN P RAS ARANA & L A N D C O V ER , T A T A R U A N G


D A ER A H R A W A N B A N JIR & S O S IA L EK O N O M I
S A R A N A P EN G EN D A L I B A N JIR
S U M B ER D A YA A IR
- U s aha / P erek onom ian - Tanggul - B udiday a P ertanian / P erik anan - S ek tor F orm al & Inform al
- Ins tans i / Ins titus i - S aluran P engelak - H utan S ek under - P egaw ai
- P erm uk im an - P intu A ir - H utan P rim er - P etani
- B udiday a P ertanian / P erik anan - B endungan - D ll - D ll
- C ek ungan / R aw a / K os ong - D ll
- D ll

A N A L IS A & EV A L U A S I

K o n se p L a p o ra n K e m a ju a n

R evis i

D is k us i
Tidak

Ya

F IN A L L A P O R A N K EM A JU A N

P EN YU S U N A N P R IO R IT A S P EM B A N G U N A N

- P rogram P em bangunan
P ras arana & S arana P engendali B anjir
- S trategi P em bangunan
P ras arana & S arana P engendali B anjir
- P rioritas P em bangunan
P ras arana & S arana P engendali B anjir

R EK O M EN D A S I S T U D I

L a p o ra n A kh ir S e m e n ta ra

R evis i

D is k us i
Tidak

Ya

F IN A L L A P O R A N A K H IR

- Laporan U tam a
- Laporan P rioritas P em bangunan
P ras arana & S arana P engendali B anjir

S EL ES A I

Gambar 3.1 Bagan alir rencana kerja.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-2
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Tabel 3.1 Curah Hujan Maksimum


No. Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Max
1 1998 67.7 68.1 33.6 101 28.6 44.8 78.9 40.4 52.7 77.8 48.9 37.4 101
2 1999 55.6 30.9 51 37.4 36.7 33.5 36 90.4 84.5 56.6 45.4 90.7 90.7
3 2000 73.1 78.9 23 92.2 96.4 25.2 25 28.9 12.8 34.7 65.3 50.3 96.4
4 2001 83.4 27.2 35.6 77.9 53.9 42 99 66 27.2 42.6 40 41.5 99
5 2002 63.1 48 40 75.6 9.8 33.3 31.4 21.3 12 14.4 55.8 26.2 75.6
6 2003 42.8 93.6 50.4 67.1 20.4 26 71.9 21.2 23.5 86.6 38 90.4 93.6
7 2004 37.5 52.1 44 40 48 20.1 30.5 2.4 1 54.7 43.9 52 54.7
8 2005 68.5 34 61.5 49.8 40 38.5 41 55.7 122 43.4 54.4 84 122
9 2006 58.7 80 38.8 60.7 49.5 27 35.7 16.5 26.4 16.5 18.5 75.7 80
10 2007 149 47.8 45.8 52.2 66.8 44.2 56 25.4 29.2 59.9 55 46.7 149
11 2008 107 39.3 47.5 49.7 30.6 29.8 40.6 39.8 47 32.4 63.2 39 107
12 2009 36.2 10.8 64.4 39.6 92 35.6 27.3 22 10 35 27.4 53.6 92
Max. Bulanan 149 93.6 64.4 101 96.4 44.8 99 90.4 122 86.6 65.3 90.7

3.2 Pengumpulan Data Primer

Dalam pekerjaan ini, semua data dikumpulkan di lapangan melalui suatu survei
pekerjaan yang berlangsung beberapa lama. Dalam kegiatan ini dibagi menjadi tiga
jenis pekerjaan yaitu: survei topografi, survei hidrometri, dan survei mekanika
tanah. Survei mekanika tabah belum dilaksanakan, karena menunggu hasil diskusi
dengan pemilik pekerjaan untuk menentukan titik penyelidikan. Di bawah ini akan
diuraikan mengenai survei topografi dan survei hidrometri yang telah dilaksanakan,
berikut hasilnya.

3.3 Survei Topografi

Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah yang
berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada di areal lokasi
pekerjaan beserta areal sekitarnya. Areal survei seluas 1,5 hektar, kurang dari
ketentuan KAK karena pemilik tanah belum mengijinkan dilakukan pengukuran
sebelum adanya kepastian pembelian lahan. Hasilnya kemudian akan dipetakan
dengan skala dan interval kontur tertentu.

A. Peralatan Survei
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain meliputi:
i. Wild T-0 Theodolit (2 buah)
ii. Wild Nak.1 Waterpass (1 buah)
iii. Rambu ukur (4 set)
iv. Pita ukur 50 m (2 buah)

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-3
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

v. Rol meter 3 m (3 buah)


vi. Calculator (3 unit)

B. Pengamatan Azimuth Astronomis

Penentuan sudut jurusan awal (azimuth awal) dengan menggunakan GPS (global
positioning system).

C. Pembuatan Titik Tetap (Bench Mark)

Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM)
dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili
kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama,
yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).

Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam


pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi
nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan.
Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat
sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun
elevasinya.

D. Penentuan Kerangka Dasar Horizontal

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik polygon) dilaksanakan dengan cara


mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran polygon ini,
titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran.

Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut
yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal
akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut
magnetis.

i. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter. Tingkat


ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung pada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.

Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.1.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-4
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

d1
d2

A 1

d3

2
Jarak AB = d1 + d2 + d3 B

Gambar 3.2 Pengukuran jarak pada permukaan miring.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai koreksi dilakukan juga
pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur dengan theodolit.

ii. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan diilustrasikan pada Gambar 3.2.
= Sudut mendatar
AB = Bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = Bacaan skala horisontal ke target patok C

Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
Jarak antara titik-titik polygon adalah 100 m.
Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan 5” (lima detik).
Ketelitian jarak linier (Kl) ditentukan dengan rumus berikut.

2 2
fx fy
KI 1 : 5 . 000
d

dimana: fx = jumlah X dan fy = jumlah Y


Bentuk geometris polygon adalah loop.

Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dalam


bentuk spreadsheet sehingga koreksi perhitungan dapat dilakukan dengan tepat
dan merata. Hasil perhitungan tersebut diplot dalam bentuk gambar grafik polygon
pengukuran.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-5
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

AB
B

AC

A
C

Gambar 3.3 Pengukuran sudut antar dua patok.

E. Penentuan Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur polygon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti
diilustrasikan pada Gambar 3.3.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-6
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 3.4 Pengukuran waterpass.

Spesifikasi Teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :


i. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
ii. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
iii. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
iv. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap
Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah.
v. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
vi. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
vii. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
viii. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:

T 8 D mm

dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km

Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan


menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil
pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok
terhadap Benchmark acuan. Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya
akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut
(Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol
(+0.00).

F. Pengukuran Situasi Rinci

Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-7
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis


kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.

Pengukuran rinci/situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri dengan cara


mengukur besar sudut dari polygon (titik pengamatan situasi) kearah titik rinci
yang diperlukan terhadap arah titik polygon terdekat lainnya, dan juga mengukur
jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada metoda tachymetri ini didapatkan
hasil ukuran jarak dan beda tinggi antara stasiun alat dan target yang diamati.
Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut :
i. Azimuth magnetis
ii. Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
iii. Sudut zenith atau sudut miring
iv. Tinggi alat ukur

Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :


i. Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur
ray, dimana setiap ray terikat pada titik-titik polygon sehingga membentuk
jalur polygon dan waterpass terikat sempurna.
ii. Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Gundukan tanah,
batu-batu besar yang mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik.
Juga bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain
akan diambil posisinya.

3.4 Survei Hidrometri

Survey hidrometri meliputi pengukuran batimetri, pengukuran pasang surut,


pengukuran arus dan pengambilan contoh sedimen.

3.4.1 Pengukuran Batimetri

Pengukuran batimetri atau seringkali disebut dengan pemeruman (sounding)


dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam
pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur
memanjang dan jalur melintang untuk cross check. Penentuan posisi-posisi
kedalaman dilakukan menggunakan GPS MAP. Berdasarkan KAK panjang
pengukuran batimetri adalah 35 km dengan jarak lintasan sounding 100 m, untuk
daerah kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian tertentu jarak lintasannya 50 m.

Metodologi pelaksanaan survei batimetri ini adalah sebagai berikut:

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-8
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

A. Penentuan Jalur Sounding

Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik
awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang
digunakan adalah 100 m. Pada bagian kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian
tertentu, jalur sounding dibuat dengan jarak 50m. Untuk tiap jalur sounding
dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan
akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat
pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan
perahu sepanjang jalur sounding. Contoh jalur sounding pada kawasan pengukuran
dapat dilihat pada Gambar 3.4.

P e n g u k u ra n
P e n g ik a ta n K e B M
R am bu
W a te rp a s G P S (B a s e )

R am bu
Pasut
BM

25 m
Ja
lu r
Pe D G P S (D iffe re n tia l G P S )
ng
uk
u ra
50 m n S
ou
nd
in g
P o s is i F ix
75 m

100 m
G P S (R o v e r)

S o u n d in g

Gambar 3.5 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.

B. Peralatan Survei

Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah :

i. Echo Sounder GPSMap dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS
(Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka
horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam
kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain
fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman
perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar
perairan. Gambar alat ini disajikan pada Gambar 3.5, sedangkan penempatan
alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat di Gambar 3.6.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-9
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

ii. Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang
di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.
iii. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran
menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya,
perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
iv. Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih
baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
v. Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.
vi. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
vii. Papan duga. Papanduga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka
air di laut.
viii. Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama
kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.

Gambar 3.6 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.

SATELIT

TAMPAK SAMPING TAMPAK BELAKANG

READER
ANTENA ANTENA

Permukaan Air Laut

TRANDUSER TRANDUSER

DASAR LAUT

Gambar 3.7 Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-10
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

C. Pengolahan Data Batimetri

Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara tranducer alat ke dasar
perairan. Tranducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah
permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan
suatu koreksi kedalaman terhadap jarak tranducer ke permukaan air dan koreksi
kedalaman terhadap pasang surut.

Gambar 3.7 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat


dalam proses koreksi tersebut.

PAPAN DUGA

T A M P A K S A M P IN G
READER
ANTENA

P e rm u k a a n A ir L a u t

A
EMA

TRANDUSER
0 .0 0

D ASAR LAU T

Gambar 3.8 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi


kedalaman.

Keterangan gambar:

EMA = Elevasi muka air diukur dari nol papan duga.

Z = Kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke


tranducer)

A = Jarak tranducer ke muka air

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-11
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung dari nol
papan duga adalah (ED):

ED Z A EMA

B. Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi

Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak tranducer ke muka air
dan terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap
nol papan duga. Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang
dihitung pada pengolahan data pasang surut.

Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan


berikut ini:

ED LWS ED ELWS

Ket: EDLWS = Elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL

ED = Elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga

ELWS = Elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga

Dengan demikian LLWL berada pada elevasi + 0.00m.

Hasil pengukuran topografi dan batimetri dapat dilihat di bawah ini.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-12
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3.4.2 Pengukuran Pasang Surut

Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari berturut-turut dengan


interval pembacaan setiap jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang
secara teknis memenuhi syarat.

Langkah pengolahan data pasang surut adalah dengan mencari harga elevasi-
elevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah pekerjaan. Untuk mencari harga
elevasi-elevasi tersebut, digunakan hasil pengukuran pasang surut lapangan yang
telah dilaksanakan di Muara Sungai.

Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana dan
mengetahui tipe pasang surut yang terjadi serta meramalkan fluktuasi muka air
laut. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut :

Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi


muka air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik
penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen.
Metode yang biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang
surut adalah metode Admiralty. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil
pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada, adapun
deskripsi komponen harmonik pasang surut adalah seperti pada tabel berikut:

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-13
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Tabel 3.2 Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut

P eriod e
K om p on en S im b ol K eteran gan
(jam )

U tam a bulan M2 12.4106


U tam a m atahari S2 12.0000
P asang S urut S em i D iurnal
B ulan akibat variasi bulanan jarak bum i-bulan N2 12.6592
M atahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi m atahari-bulan K2 11.9673

M atahari-bulan K1 23.9346
U tam a bulan O1 25.8194 P asang S urut D iurnal
U tam a m atahari P1 24.0658

U tam a bulan M4 6.2103


P erairan D angkal
M atahari-bulan M S4 6.1033

Dari pengukuran pasang surut di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut
untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah
tersebut. Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LWS
sebagai elevasi nol acuan. Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur
sebagaimana disajikan pada Gambar 3.10. Perhitungan konstanta pasang surut
dilakukan dengan menggunakan metode Admiralty. Hasil pencataan diambil dengan
interval 1 jam sebagai input untuk Admiralty dan konstanta pasang surut.

Data Pasut

Admiralty

Komponen Pasang
Surut Jenis Pasang Surut

Peramalan Pasang Peramalan Pasang


Surut 29 Hari Surut 20 Tahun

Perbandingan Hasil Elevasi Penting Probabilitas Kejadian


Ramalan dengan Pasang Surut Tiap Elevasi Penting
Pengukuran Lapangan Pasang Surut

Gambar 3.9 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-14
Tabel 3.3 Data Pasang Surut di Penyak.

Waktu ( jam )
Tanggal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

26-Jul-10 200 210 200 190 180 160 140 120 90 80 70 70 70 80 90 100 120 130 140 150 160 170 180 200
27-Jul-10 210 220 220 210 200 180 160 140 110 90 70 70 70 70 80 90 90 100 120 130 150 160 180 190
28-Jul-10 210 230 230 230 220 200 180 160 130 110 90 70 70 70 70 70 80 80 100 110 130 140 160 180
29-Jul-10 200 220 240 240 230 210 200 170 150 130 110 90 80 80 70 70 70 70 80 90 100 120 140 170
30-Jul-10 190 210 230 230 230 220 210 190 170 150 130 110 100 90 90 80 70 70 70 80 90 100 120 150
31-Jul-10 170 190 210 220 230 220 210 190 180 160 150 140 120 110 100 100 90 80 70 70 80 90 110 130
Bab 3

1-Aug-10 150 170 190 210 210 210 200 190 180 170 160 150 140 130 130 120 100 90 80 80 80 90 100 110
2-Aug-10 130 150 170 180 190 190 190 180 180 170 170 160 160 150 140 140 130 110 100 90 90 90 100 110
3-Aug-10 120 140 150 160 170 170 170 170 160 160 160 160 160 160 160 150 150 130 120 110 110 110 110 110
4-Aug-10 120 130 140 150 150 150 150 140 140 150 150 150 160 160 170 160 160 150 140 140 130 130 130 130

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah
5-Aug-10 130 130 140 140 140 130 120 120 120 120 130 140 150 150 160 170 170 160 160 150 150 150 150 150
6-Aug-10 150 150 140 140 130 120 110 100 100 100 110 120 130 140 150 160 170 170 170 170 170 170 170 180
7-Aug-10 170 170 160 150 140 120 100 90 80 80 90 100 110 120 130 140 160 160 170 170 170 180 190 200
8-Aug-10 200 190 180 170 150 130 110 90 70 70 70 80 90 100 110 130 140 150 160 170 170 190 200 210

9-Aug-10 220 220 210 190 170 150 120 100 80 60 60 60 70 80 90 110 120 130 140 150 170 180 200 220

3-15
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Catatan :
Hasil Penaksiran
Perbandingan Hasil Pengamatan dan Penaksiran
270 MSL = 136.5 cm
Hasil Pengamatan

230

190

150
Bab 3

Elevasi Muka Air (cm)


110

70

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah
30
26-July-10 29-July-10 01-August-10 04-August-10 07-August-10 10-August-10
Waktu

Gambar 3.10 Hasil perbandingan data pengukuran dan peramalan pasang surut.

3-16
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Tabel 3.4 Komponen Pasang Surut Pesisir Pantai Penyak

Konstituen Amp (cm) Fasa (derajat)


M2 7.90 148.25
S2 9.99 400.28
N2 2.74 197.02
K2 2.70 400.28
K1 70.54 208.00
O1 48.23 230.75
P1 25.65 208.00
M4 2.06 151.60
MS4 2.37 56.92
S0 132.41 0.00

dimana:
A : amplitudo,
g : beda fase,
M2 : komponen utama bulan (semi diurnal),
S2 : komponen utama matahari (semi diurnal),
N2 : komponen eliptis bulan,
K2 : komponen bulan,
K1 : komponen bulan,
O1 : komponen utama bulan (diurnal),
P1 : komponen utama matahari (semi diurnal),
M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan
MS4 : komponen utama matahari-bulan.

Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan
penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut :

K1 O1
NF
M2 S2

Berdasarkan konstanta-konstanta utama pasang surut di atas diketahui bahwa tipe


pasang surut di Ternate adalah Tipe Diurnal dengan harga NF sama dengan 6,64.

Dengan konstanta di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20
tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan
elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana
disajikan pada Tabel 4.3.

Dimana tipe pasut untuk setiap nilai F seperti pada Tabel 3.5.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-17
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Tabel 3.5 Tipe Pasang Surut


Bilangan Tipe Pasang Surut Keterangan
Formzall (F)

F < 0,25 Pasang Harian Ganda (Semidiurnal) Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2
kali air surut dengan ketinggian yang
hampir sama dan terjadi berurutan secara
teratur. Periode pasang surut rata-rata
adalah 12 jam 24 menit

0,25 < F < Campuran, condong ke Semi Diurnal Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2
1,5 kali air surut dengan ketinggian dan periode
yang berbeda.

1,5 < F < 3,0 Campuran, condong ke Diurnal Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2
kali air surut dengan ketinggian yang
berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air
pasang dalam 1 hari dengan perbedaan
yang besar pada tinggi dan waktu.

F > 3,0 Pasang Harian Tunggal (Diurnal) Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1
kali air surut. Periode pasang surut adalah
24 jam 50 menit

Tabel 3.6 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm).

No Elevasi Terhadap Terhadap Terhadap


Acuan Peilschaal MSL LWS
1 HHWL 337.238 187.09 354.13
2 MHWS 300.597 150.45 317.49
3 MHWL 238.59 88.44 255.49
4 MSL 150.15 0.00 167.05
5 MLWL 69.454 -80.70 86.35
6 MLWS 18.557 -131.59 35.45
7 LLWL -16.896 -167.05 0.00

Keterangan :
HHWL : Highest High Water Level
MHWS : Mean High Water Spring
MHWL : Mean High Water Level
MSL : Mean Sea Level
MLWL : Mean Low Water Level
MLWS : Mean Low Water Spring
LLWL : Lowest Low Water Level

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-18
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3.4.3 Pengukuran Arus

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan di 3 titik lokasi. Pengukuran kecepatan


aliran tiga kedalaman, dilaksanakan pada kedalaman 0.2 d, 0.6 d, dan 0.8 d (lihat
Gambar 3.12) dari permukaan air dan kecepatan aliran rata-ratanya dinyatakan
dengan rumus :

(V 0.2 V 0.8 )
V V 0.6 x 0.5
2

dimana:
V : kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertikal (m/detik)
V0.2 : kecepatan pada titik 0.2 d (m/detik)
V0.6 : kecepatan pada titik 0.6 d (m/detik)
V0.8 : kecepatan pada titik 0.8 d (m/detik)

handset
perahu muka air sungai/saluran

0,2d; 0,6d; dan 0,8d

d
currentmeter

pemberat

dasar sungai/saluran

Gambar 3.11 Survei kecepatan aliran atau pengukuran arus.

Hasil pengukuran kecepatan aliran disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran di 2 Lokasi

Kondisi Pasang Purnama Kondisi Pasang Perbani


Lokasi
Arus (m/dt) Arah ( ) Arus (m/dt) Arah ( )
Penyak 1
Arus Maksimum 0,250 065 0,212 075
Arus Minimum 0,077 260 0,077 260
Penyak 2
Arus Maksimum 0,239 010 0,238 015
Arus Minimum 0,053 180 0,048 185

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-19
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3.4.4 Pengambilan Contoh Sedimen

Hasil survei sedimen layang telah diteliti dalam laboratorium, untuk mendapatkan
konsentrasi sedimen pada tiap-tiap lokasi. Hasil analisa sedimen layang dapat
dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.8 Hasil Analisa Sedimen Layang di 2 Lokasi

Sedimen Layang
Lokasi Salinitas (%o)
(mg/l)
Penyak.1 105 13,5
Penyak.2 132 17,5

Sedimen dasar juga diteliti dalam laboratorium untuk mendapatkan distribusi


ukuran sedimen dari tiap-tiap lokasi. Hasil rekapitulasi analisa sedimen dasar dapat
dilihat pada Tabel 3.9, dari tabel dibawah diketahui bahwa sedimen dasar
didominasi oleh pasir (sand).

Tabel 3.9 Hasil Rekapitulasi Analisa Sedimen Dasar di 2 Lokasi

Grain Size Analysis


Gs
Lokasi # 200 Gravel Sand Silt Clay
(t/m3)
(%) (%) (%) (%) (%)
Penyak.1 2.555 0 7 76 16 0

Penyak.2 2.562 0 18 71 11 0

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-20
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3.5 Analisis Permasalahan

3.5.1 Umum
Secara umum masalah banjir merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia.
Sebab-sebab terjadinya masalah banjir ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu terjadi
secara alami dan terjadi akibat tindakan manusia.

Masalah banjir yang terjadi secara alami dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
Iklim.
Iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim hujan dari Oktober
sampai dengan Maret dan musim kemarau dari April sampai September. Hujan
lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup berarti di
Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk di
daerah genangan banjir.

Pengaruh morfologi.
Kondisi morfologi setiap sungai umumnya berbeda-beda. Di pulau Bangka
Tengah pada umumnya kemiringan dasar sungai lebih landai, dengan sungai
yang relative pendek.

Sedimendasi di sungai.
Pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai,
mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut
sungai, dan memperbesar resiko banjir.

Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi. Erosi
yang berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di sungai-sungai, dimana
hasil erosi diendapkan pada bagian hilir sungai. Sedimentasi di sungai ini
menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan meningkatkan resiko
banjir. Kapasitas daerah pengaliran sungai untuk menahan air dengan infiltrasi
tergantung pada kondisi fisik daerah pengaliran sungai, khususnya tanaman
penutup. Penebangan hutan mengurangi infiltrasi yang dapat meningkatkan
aliran permukaan.

Drainase daerah dataran banjir yang tidak memadai.


Modifikasi daerah dataran banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai
pada dataran dan pada akhirnya akan mempertinggi elevasi banjir. Apabila

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-21
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

suatu daerah mempunyai drainase dataran banjir yang kurang memadai, maka
daerah tersebut akan menjadi langganan banjir di musim hujan.

Pengaruh air pasang.


Air pasang laut juga mempunyai efek yang berarti pada masalah banjir,
khususnya jika puncak banjir bersamaan dengan air pasang tinggi.

Masalah banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia, yaitu:

Perubahan daerah pengaliran sungai.


Perubahan daerah pengaliran sungai seperti penggundulan hutan,
pengembangan pertanian, dan perkotaan dapat memperburuk masalah banjir
yang ditandai dengan meningkatnya aliran debit banjir. Perubahan dari hutan
menjadi lahan pertanian dapat menimbulkan masalah. Penebangan hutan juga
menyebabkan perubahan daerah pengaliran sungai yang merugikan. Sungai-
sungai di Kalimantan dipengaruhi oleh perubahan daerah pengaliran sungai
karena penggundulan hutan, pengolahan hutan, dan penebangan yang tidak
terkontrol.

Pengembangan daerah dataran banjir dan tataguna lahan.


Pengembangan daerah perkotaan dan pedesaan telah melampui batas
genangan alam di sepanjang sungai, yang dahulu merupakan tampungan alam
dari air banjir. Pengembangan pemukiman, perniagaan, dan industri dapat
meningkatkan banjir karena mengurangi tampungan banjir, yang juga
meningkatkan kerusakan akibat banjir.

Kawasan kumuh.
Perumahan kumuh sepanjang alur sungai dapat menjadi penghambat aliran.
Masalah kawasan kumuh ini dikenal sebagai penyebab penting terhadap
masalah banjir daerah perkotaan.

Sampah.
Pembuangan sampah, kotoran dan reruntuhan yang dihasilkan dari penimbunan
sembarangan dari material ke dalam alur-alur drainase akan meninggikan
elevasi banjir, karena menghalangi aliran dan drainase.

Drainase lahan.
Drainase lahan untuk pengembangan daerah pertanian di daerah dataran banjir
dakan mengurangi sebagian besar daerah tersebut sehingga dapat
menyebabkan banjir dengan kapasitas besar di dalam sistem sungai tersebut.

Bangunan di sungai.
Jembatan dan bangunan pada sungai dapat meningkatkan elevasi banjir karena
efek pembendungan pada penyempitan dan halangan.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-22
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3.5.2 Permasalahan di Sungai Penyak

Genangan yang terjadi lebih dikarenakan air hujan yang tidak dapat mengalir ke
sungai. Walaupun elevasi Sungai Penyak lebih tinggi dari pemukiman yang
tergenang, luapan sungai ini tidak sampai ke pemukiman. Jarak pemukiman
dengan Sungai Penyak ± 2,5 km.

Luas Areal Pemukiman ± 50 Ha dengan luas 20 Ha sudah memiliki saluran drainase

Saluran drainase eksisting sudah banyak yang tersumbat baik oleh tumbuhan dan
tanah maupun oleh tumpukan sampah. Perlu dilakukan pembenahan sistem
drainase dengan arah aliran ke laut di Timur Laut.

Pembenahan yang dimaksud adalah :


Pembuatan saluran drainase terutama di samping jalan-jalan utama di Desa
Penyak.
Pembersihan terhadap saluran eksisting yang sudah tertutup baik oleh tanah
maupun sampah.

ARAH
ALIRAN LOKASI
GENANGAN

ARAH
ALIRAN

Gambar 3.12 Lokasi Genangan di Desa Penyak

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-23
Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

ARAH PEMBUANGAN
YANG MEMUNGKINKAN

Gambar 3.13 Kondisi pengaliran air hujan di lokasi banjir

Gambar 3.14 Sketsa Solusi mengatasi Banjir di Desa Penyak

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 3-24
Laporan Draft Final
Pekerjaan:
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir
Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah

Bab 4
Pengolahan dan Analisis Data
Bab 4
Pengolahan dan Analisis Data
Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di
Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung

Bab ini menguraikan metode pengolahan dan analisis data atas data yang telah
dikumpulkan. Uraian mengenai kegiatan pengumpulan data telah diberikan pada
bab sebelumnya.

Pengolahan dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan meliputi:


Pengolahan data curah hujan harian selama 12 tahun (1998-2009) yang berasal
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pangkalpinang.
Pengolahan data hidrometri yang diperoleh dari survai lapangan yaitu data
tinggi muka air (pasang surut).
Pemodelan hidrolika sungai ditinjau ke dalam bentuk model numerik untuk
mendapatkan alternatif yang paling optimum dari segi hidrolisnya. Pemodelan
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS.

4.1 Pengolahan Data Hidrologi

4.1.1 Pengolahan Data Hidrologi


Data hidrologi berupa data curah hujan harian diperoleh dari Badan Meteorologi
dan Geofisika Pangkal Pinang dari tahun 1998 sampai dengan 2009. Data berupa
curah hujan maksimum harian untuk stasiun tersebut disajikan dalam lampiran.
Berikut ini disajikan data curah hujan harian maksimum untuk stasiun tersebut.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-1
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.1 Curah Hujan Maksimum Harian Stasiun Pangkal Pinang Tahun
1998-2009.

No. Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Max
1 1998 67.7 68.1 33.6 101 28.6 44.8 78.9 40.4 52.7 77.8 48.9 37.4 101
2 1999 55.6 30.9 51 37.4 36.7 33.5 36 90.4 84.5 56.6 45.4 90.7 90.7
3 2000 73.1 78.9 23 92.2 96.4 25.2 25 28.9 12.8 34.7 65.3 50.3 96.4
4 2001 83.4 27.2 35.6 77.9 53.9 42 99 66 27.2 42.6 40 41.5 99
5 2002 63.1 48 40 75.6 9.8 33.3 31.4 21.3 12 14.4 55.8 26.2 75.6
6 2003 42.8 93.6 50.4 67.1 20.4 26 71.9 21.2 23.5 86.6 38 90.4 93.6
7 2004 37.5 52.1 44 40 48 20.1 30.5 2.4 1 54.7 43.9 52 54.7
8 2005 68.5 34 61.5 49.8 40 38.5 41 55.7 122 43.4 54.4 84 122
9 2006 58.7 80 38.8 60.7 49.5 27 35.7 16.5 26.4 16.5 18.5 75.7 80
10 2007 149 47.8 45.8 52.2 66.8 44.2 56 25.4 29.2 59.9 55 46.7 149
11 2008 107 39.3 47.5 49.7 30.6 29.8 40.6 39.8 47 32.4 63.2 39 107
12 2009 36.2 10.8 64.4 39.6 92 35.6 27.3 22 10 35 27.4 53.6 92
Max. Bulanan 149 93.6 64.4 101 96.4 44.8 99 90.4 122 86.6 65.3 90.7
Sumber: Stasiun Meteorologi Pangkalpinang

160

140

120
Curah Hujan (mm)

100

80

60

40

20

0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Gambar 4.1 Grafik batang curah hujan maksimum harian Stasiun Pangkal
Pinang.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-2
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Distribusi Normal Stasiun Pangkal Pinang


160

140 Data Aktual

Distribusi

120
Curah Hujan (mm)

100

80

60

40
0% 25% 50% 75% 100%
Probabilitas Weibull

Gambar 4.2 Grafik analisis frekuensi curah hujan untuk distribusi Normal.

Distribusi Log Normal Stasiun Pangkal Pinang


160

140 Data Aktual

Distribusi

120
Curah Hujan (mm)

100

80

60

40
0% 25% 50% 75% 100%
Probabilitas Weibull

Gambar 4.3 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-3
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Distribusi Pearson Stasiun Pangkal Pinang


160

140 Data Aktual

Distribusi

120
Curah Hujan (mm)

100

80

60

40
0% 25% 50% 75% 100%
Probabilitas Weibull

Gambar 4.4 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Pearson.

Distribusi Log Pearson Stasiun Pangkal Pinang


160

140 Data Aktual

Distribusi

120
Curah Hujan (mm)

100

80

60

40
0% 25% 50% 75% 100%
Probabilitas Weibull

Gambar 4.5 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-4
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Distribusi Gumbell Stasiun Pangkal Pinang


160

140 Data Aktual

Distribusi

120
Curah Hujan (mm)

100

80

60

40
0% 25% 50% 75% 100%
Probabilitas Weibull

Gambar 4.6 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Gumbel.

Tabel 4.2 Resume Analisis Frekwensi Curah Hujan Maksimum Harian

PERIODE CURAH HUJAN (mm)


ULANG Normal Log Normal Pearson Log Pearson Gumbel
Tr 200 156.87 166.88 178.39 160.23 212.47
Tr 100 151.05 158.69 167.34 154.73 195.66
Tr 50 144.68 150.07 156.01 148.48 178.80
Tr 25 137.60 140.87 144.29 141.27 161.81
Tr 10 126.64 127.42 127.89 129.68 138.90
Tr 5 116.36 115.60 114.34 118.49 120.78
Tr 3 106.78 105.25 103.20 107.94 106.38
Tr 2 96.71 95.03 92.96 96.88 93.40
Tr 1 42.37 49.67 59.16 44.33 47.66

Maximum 156.87 166.88 178.39 160.23 212.47


Rerata 134.28 137.83 141.64 137.26 159.26
Minimum 106.78 105.25 103.20 107.94 106.38
Standar Deviasi 18.47 22.74 27.80 19.34 39.23

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-5
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.3 Resume Uji Kecocokan Distribusi

Harga D Stasiun
MetodeDistribusi Kesimpulan
Pangkalpinang

Normal 18.58% TIDAK OK!!

Log Normal 17.14% TIDAK OK!!

Pearson 15.88% TIDAK OK!!

Log Pearson 15.30% TIDAK OK!!

Gumbel 10.12% OK!!

Do Syarat (<) 10.49%

Jika dilihat dari hasil uji kecocokan harga D untuk semua distribusi lebih besar dari Do
yang disyaratkan oleh karena itu maka diambil harga D yang terkecil. Harga D yang
terkecil dimiliki oleh distribusi dengan metoda Gumbel, yaitu 10,12%.
Dari hasil-hasil tersebut bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Curah hujan masimum metoda Gumbel memberikan nilai hasil uji kecocokan distribusi
terkecil diantara metoda lainnya, hal ini berarti bahwa metoda gumbel ini memberikan
pola distribusi yang paling cocok antara data asli dan data perkiraan.
Curah hujan masimum yang akan dipakai pada proses selanjutnya adalah curah hujan
masimum terpilih dari metoda Gumbel.

Grafik Batang Tinggi Curah Hujan Vs Metode Distribusi


250

200
Tinggi Curah Hujan (mm)

Tr 200
150
Tr 100
Tr 50
Tr 25
100 Tr 10
Tr 5
Tr 2

50

0
Normal Log Normal Pearson Log Pearson Gumbel

Metode Distribusi

Gambar 4.7 Curah hujan harian maksimum untuk perioda ulang tertentu
dengan berbagai distribusi.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-6
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

4.1.2 Intensitas Curah Hujan


Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan perencanaan hidrologi
meliputi :
• lntensitas i, (mm/jam)
• Durasi hujan t, (jam).
• Curah hujan d, dalam mm.
• Frekuensi adalah frekuensi kejadian dan biasanya dinyatakan dengan kala ulang
(return period) T, misalnya sekali dalam 2 tahun.
• Luas adalah luas geografis daerah sebaran hujan.
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut.
t
t
d i .dt i. t
0
0

Sedangkan intensitas rata-rata i dapat dirumuskan sebagai berikut. - d


d
i
t
Secara kualitatif, intensitas curah hujan disebut juga derajad curah hujan,
sebagaimana diperlihatkan dalam Table 3.1.

Tabel 4.4 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan

Derajat curah hujan Intensitas curah Kondisi


hujan (mm/jam)
Hujan sangat lemah < 1,20 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
Hujan lemah 1,20 - 3,00 Tanah menjadi basah semuanya, tetapi
sulit membuat puddel
Hujan normal 3,00 - 18,0 Dapat dibuat puddel dan bunyi hujan
kedengaran
Hujan deras 18,0 - 60,0 Air tergenang di seluruh permukaan
tanah dan bunyi keras hujan terdengar
berasal dari genangan
Hujan sangat deras > 60,0 Hujan sepcrti ditumpahkan, sehingga
saluran dan drainase meluap.

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung
makin tinggi dan makin besar periade ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Hubungan antara intensitas, durasi hujan, dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan
dalam kurva Intensitas-Durasi-Frekuensl (IDF = Intensity-Duration-Frequency
Curve).

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-7
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Untuk membentuk IDF diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10
menit, 30 menit, 60 menit, dan jam-jaman. Terdapat 3 Formula yang bisa
digunakan untuk membentuk kurva IDF, yaitu:
1. Talbot, rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan a dan
b ditentukan dengan harga-harga yang terukur
a
I
t b
dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = durasi hujan (jam)
a dan b =konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
2 2
I t I I t I
a 2
N I I I
2
I I t N I t
b 2
N I I I

2. Sherman, rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
lamanya lebih dari 2 jam.
a
I n
t
I = Intensitas Hujan (mm/jam).
t = lamanya hujan (jam)
n = konstanta
2
log I log t log t log I log t
log a 2
N log t log t log t

log I log t N log t log I


n 2
N log t log t log t
3. Ishiguro
a
I
t b

I = Intensitas Hujan (mm/jam)


t = durasi hujan (jam)
a dan b =konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
2 2
I t I I t I
a 2
N I I I
2
I I t N I t
b 2
N I I I

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-8
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

[ ] = Jumlah angka-angka dalam tiap suku


N = Banyaknya data
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan
harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan Formula Mononobe :
2
3
d 24
I
24 t

Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = durasi hujan (jam)
d = curah hujan (mm)

Tabel 4.5 Intensitas Hujan dalam dengan Distribusi Gumbel

Intensitas Curah Hujan (mm/jam)


Tahun
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
1998 184 116 89 56 43 35 22 17 11 7
1999 165 104 79 50 38 31 20 15 10 6
2000 176 111 84 53 41 33 21 16 10 6
2001 180 114 87 55 42 34 22 17 10 7
2002 138 87 66 42 32 26 17 13 8 5
2003 170 107 82 52 39 32 20 16 10 6
2004 100 63 48 30 23 19 12 9 6 4
2005 221 139 106 67 51 42 27 20 13 8
2006 146 92 70 44 34 28 17 13 8 5
2007 271 170 130 82 62 52 32 25 16 10
2008 195 123 94 59 45 37 23 18 11 7
2009 167 105 80 51 39 32 20 15 10 6

Kemudian dari data tersebut dilakukan perhitungan probabilitas untuk periode


ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun dengan menggunakan Distribusi Normal,
Log-normal, Pearsen, Log –Pearson dan Gumbel.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-9
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.6 Intensitas Hujan dengan berbagai perioda ulang.

Intensitas Hujan (mm/jam)


PERIODE
ULANG Durasi (menit)
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
Tr 2 170.1 107.2 81.7 51.6 39.4 32.3 20.4 15.6 9.9 6.2
Tr 5 219.9 138.3 105.6 66.7 50.7 41.9 26.3 20.2 12.9 8.0
Tr 10 252.8 159.0 121.5 76.7 58.3 48.2 30.2 23.3 14.8 9.2
Tr 25 294.5 185.1 141.5 89.4 67.8 56.2 35.1 27.2 17.3 10.8
Tr 50 325.4 204.4 156.4 98.7 74.8 62.2 38.8 30.1 19.1 11.9
Tr 100 356.1 223.6 171.2 108.1 81.8 68.1 42.4 32.9 21.0 13.0
Tr 200 386.6 242.8 185.9 117.3 88.8 74.0 46.0 35.8 22.8 14.2

Karena kegiatan merupakan perencanaan drainase maka intensitas yang digunakan


adalah intensitas dengan Perioda Ulang 5 Tahunan Tr5.

4.1.3 Perhitungan IDF


Lengkung IDF akan dicari dengan menggunakan Rumus Talbot, Sherman dan
Ishiguro. Berikut di bawah ini tabel perhitungan harga tiap suku untuk Perioda
Ulang 5 tahunan.

Tabel 4.7 Perhitungan harga suku untuk persamaan Talbot

No t I I.t I2 I2.t
1 5 170 850 28920 144602
2 10 107 1072 11481 114811
3 15 82 1225 6673 100099
4 30 52 1548 2662 79846
5 45 39 1772 1551 69785
6 60 32 1936 1041 62442
7 120 20 2444 415 49792
8 180 16 2810 244 43861
9 360 10 3560 98 35212
10 720 6 4464 38 27677
534 21681 53123 728128

21681 53123 728128 534


a = 3103
10 53123 534 534

534 21681 10 728128


b = 17
10 53123 534 534
Maka persamaan rumus Talbot menjadi:

3103
I
t 17

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-10
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.8 Perhitungan harga suku untuk persamaan Sherman

No t I log t log I log t.log I (log t)2


1 5 170 0.6990 2.2306 1.5591 0.4886
2 10 107 1.0000 2.0300 2.0300 1.0000
3 15 82 1.1761 1.9122 2.2489 1.3832
4 30 52 1.4771 1.7126 2.5297 2.1819
5 45 39 1.6532 1.5953 2.6373 2.7331
6 60 32 1.7782 1.5087 2.6826 3.1618
7 120 20 2.0792 1.3090 2.7216 4.3230
8 180 16 2.2553 1.1934 2.6914 5.0863
9 360 10 2.5563 0.9952 2.5440 6.5347
10 720 6 2.8573 0.7924 2.2641 8.1643
534 17.5316 15.2793 23.9089 35.0569

15 , 2793 35 , 0569 23 ,9089 17 ,5316


log a =2,6957
10 35 , 0569 17 ,5316 17 ,5316
2,6957
a = 10 = 496,22
15 , 2793 17 ,5316 10 23 ,9089
n = 0,6661
10 35 , 0569 17 ,5316 17 ,5316

Maka persamaan rumus Sherman menjadi:


496 , 22
I 0 , 6661
t

Tabel 4.9 Perhitungan harga suku untuk persamaan Ishiguro

No t I t0,5 I.t0,5 I2.t0,5


1 5 170 2.2361 380.27 64667.99
2 10 107 3.1623 338.84 36306.50
3 15 82 3.8730 316.38 25845.41
4 30 52 5.4772 282.57 14577.79
5 45 39 6.7082 264.17 10402.98
6 60 32 7.7460 249.88 8061.29
7 120 20 10.9545 223.14 4545.41
8 180 16 13.4164 209.43 3269.20
9 360 10 18.9737 187.65 1855.85
10 720 6 26.8328 166.36 1031.45
534 99.3801 2618.70 170563.87

2618 , 70 53123 170563 534


a =195,22
10 53123 534 534

534 2618 , 7 10 170563 ,87


b =-1,248
10 53123 534 534
Maka persamaan rumus Ishiguro menjadi:
195 , 22
I
t 1, 248

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-11
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.10 Perbandingan Kecocokan rumus-rumus intensitas hujan

Intensitas Hujan (mm/jam) Deviasi


No t I
Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro
1 5 170 138 170 56 -32.12 -0.194 -114
2 10 107 113 107 44 5.70 -0.098 -63
3 15 82 95 82 38 13.79 0.025 -44
4 30 52 65 51 29 13.74 -0.092 -23
5 45 39 50 39 25 10.27 -0.070 -15
6 60 32 40 32 22 7.78 0.195 -11
7 120 20 23 20 16 2.20 0.084 -4
8 180 16 16 16 13 0.10 0.003 -2
9 360 10 8 10 10 -1.67 -0.051 0
10 720 6 4 6 7 -1.99 0.001 1
s 17.78 0.20 274.57
s 1.78 0.02 27.46

Yang memiliki rata-rata deviasi terkecil adalah hasil Formula Sherman maka
seterusnya rumus tersebut yang akan digunakan untuk mencari dan memplot
grafik IDF.

300

250 Tr2
Tr5
Tr10
Intensitas Hujan (mm/jam)

200
Tr25
Tr50
Tr100
Tr200
150

100

50

0
0 120 240 360 480 600 720

Durasi Hujan (menit)

Gambar 4.8 Grafik IDF hasil Formula Talbot

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-12
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

400

350
Tr2
Tr5
300
Tr10
Intensitas Hujan (mm/jam)

Tr25
250
Tr50
Tr100
200 Tr200

150

100

50

0
0 120 240 360 480 600 720
Durasi Hujan (menit)

Gambar 4.9 Grafik IDF hasil Formula Sherman

150

Tr2
Tr5
Tr10
Intensitas Hujan (mm/jam)

100 Tr25
Tr200
Tr50
Tr100

50

0
0 120 240 360 480 600 720
Durasi Hujan (menit)

Gambar 4.10 Grafik IDF hasil Formula Ishiguro

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-13
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

4.1.4 Debit Rencana


Perhitungan Debit Rencana untuk tiap-tiap saluran memakai memakai Metoda
Rasional USSCS (1973). Metoda ini cukup simpel dan dapat digunakan untuk
areal berukuran kecil, yaitu lebih kecil dari 300 Ha. Hal ini cukup sesuai dengan
areal yang ditinjau yaitu sekitar 150 Ha.
Persamaan matematik metoda rasional tersebut adalah :

Qr 0 , 002778 .C . I . A

Dimana :
Qr = Debit Rencana (m3/detik)
C = Koefisien aliran permukaan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas Daerah Tangkapan hujan (Ha)
Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang terjadi
mempunyai intesitas seragam dan merata di seluruh daerah tangkapan selama
hujan berlangsung.
Koefisien aliran permukaan berbeda-beda tergantung dari tipe lahan yang
ditunjukan pada Tabel 4.11.

4.1.5 Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang
jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik
kontrol). Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus
yang dikembangkan oleh Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai berikut :
0 , 385
2
0 ,87 L
tc
1000 S

tc = Waktu konsentrasi dalam jam


L = Panjang saluran dalam km (diambil yang terpanjang)
S = Kemiringan Saluran
Panjang saluran utama sekitar 1.000 m dengan kemiringan 0,001 sehingga didapat
waktu konsentrasi tc sekitar 60 menit.
Pada analisis Curah Hujan didapat bahwa metoda yang paling cocok untuk
mendistribusikan curah hujan adalah Metoda Gumbel. Maka pada analisis intensitas
ini Metoda Gumbel digunakan kembali. Untuk perencanaan drainase biasanya
Intensitas yang dipakai adalah pada perioda ulang 5 tahun (Tr5). Maka dari Tabel
4.6 didapat intensitas sebesar 41,9 mm/jam.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-14
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

250

200

Intensitas Hujan (mm/jam)


150

100

50

0
0 120 240 360 480 600 720
Durasi Hujan (menit)

Gambar 4.11 Grafik IDF hasil Formula Sherman untuk perioda ulang Tr5.
Di lokasi studi Desa Penyak akan direncanakan 4 titik inlet dan 12 segmen saluran
utama yaitu,
1. Inlet O1
2. Inlet O2
3. Inlet C1
4. Inlet C2
5. Saluran O1 - A1
6. Saluran O2 - A2
7. Saluran A2 - B1
8. Saluran A3 - B2
9. Saluran A1 - D1
10. Saluran A4 - D3
11. Saluran C1 - D1
12. Saluran C2 - D2
13. Saluran D3 - E2
14. Saluran D2 - E1
15. Saluran E2 - F2
16. Saluran E1 - F1
Berikut di bawah ini tabel perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) yang

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-15
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.11 Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) dan Intensitas Hujan (I)

Saluran Lc (m) tc (jam) tc (menit) I


O1 500 0.43 26 60
O2 500 0.43 26 60
O1 - A1 500 0.43 26 95
O2 - A2 500 0.25 15 95
A2 - B1 300 0.29 17 80
A3 - B2 300 0.29 17 80
A1 - D1 600 0.49 29 56
A4 - D3 600 0.49 29 56
C1 200 0.21 13 95
C2 200 0.21 13 95
C1 - D1 300 0.29 17 80
C2 - D2 300 0.29 17 80
D3 - E2 600 0.34 21 56
D2 - E1 600 0.49 29 56
E2 - F2 200 0.21 13 95
E1 - F1 200 0.15 9 95

Tabel 4.12 Hasil perhitungan Debit (Qr) dengan Rumus Metoda Rasional
USSCS

Saluran C A (Ha) I Qr
O1 0.2 2.55 60 0.085
O2 0.2 5.48 60 0.183
O1 - A1 0.2 5.48 95 0.374
O2 - A2 0.2 4.96 95 0.444
A2 - B1 0.2 3.00 80 0.578
A3 - B2 0.2 2.20 80 0.098
A1 - D1 0.2 5.59 56 0.548
A4 - D3 0.2 2.80 56 0.087
C1 0.2 2.72 95 0.144
C2 0.2 2.67 95 0.141
C1 - D1 0.2 3.45 80 0.297
C2 - D2 0.2 4.16 80 0.326
D3 - E2 0.2 3.22 56 1.032
D2 - E1 0.2 6.59 56 0.531
E2 - F2 0.2 1.21 95 0.595
E1 - F1 0.2 0.41 95 1.054

Hasil perhitungan debit diatas kemudian akan dicheck dengan menggunakan


Rumus Manning.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-16
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Sg
O -A
Sg
O -A

tm r
b rt
A

Sg
A -D
Sg

tm r
A -D
b rt

Sg
A -D
tm
r
Sg
A -D
b rt

Sg
D-
E
tm
r
Sg
F
D-
br t E
C -D br
Sg t
tm r
C -D

tm r
Sg

E -F

b rt
E -F
Sg

Sg
C
E

Gambar 4.12 Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-17
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 4.13 Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-18
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

4.2 Analisis Hidrolika

Perhitungan hidrolika menggunakan Formula Manning (1889) sebagai berikut:


1 2
3
1
2
V R S
n
Dimana:
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/detik)
R = Radius Hidrolik (m)
S = Kemiringan Saluran.
n = Koefisien Manning

Tabel 4.13 Harga koefisien kekasaran Manning, n

Harga n
No. Tipe Saluran dan Jenis Bahan
Minimum Normal Maximum
1 Beton
Gorong-gorong Iurus dan bebas dari kotoran 0,010 0,011 0,013
Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit 0,011 0,013 0,014
kotoran/gangguan
Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
Saluran pembuang dengan bak kontrol 0,013 0,015 0,017
2 Tanah, lurus dan seragam
Bersih baru 0,016 0,018 0,020
Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
Berkerikil 0,022 0,025 0,030
Berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu 0,022 0,027 0,033
3 Saluran alam
Bersih Iurus 0,025 0,030 0,033
Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,080
Dataran banjir berumput pendek - tinggi 0,025 0,030 0,035
Saluran di belukar 0,035 0,050 0,070
Sumber : Open Channel Hydraulics oleh Ven Te Chow

Bentuk Peampang saluran rencana biasanya diambil 2 tipe:


1. Penampang Persegi
2. Penampang Trapesium dengan kemiringan, m = 1 atau 1,5.
Luas Penampang :
Aw B 2 my ' my y

Dimana :
Aw = Luas Penampang Basah
B = Lebar Saluran Bagian Atas.
m = Kemiringan lereng saluran
y = Elevasi muka air
y’ = Elevasi muka air setelah ditambah freeboard.
Suatu sistem pembawa bisa terdiri saluran tertutup saluran tertutup (closed
conduits) atau terbuka bagian (open channels). Sungai, saluran irigasi, selokan,

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-19
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

estuari merupakan saluran terbuka, sedangkan terowongan, pipa, aquaduct,


gorong-gorong, dan siphon merupakan saluran tertutup.

Gambar 4.14 Jenis Aliran Permukaan (a), bebas pada saluran terbuka (b). bebas
pada saluran tertutup (c). dan aliran tertekan atau dalam pipa.

Untuk saluran drainase pada lokasi pekerjaan ini dipilih saluran terbuka dengan
bentuk penampang trapesium dan persegi.
Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada
dinding dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa:
Saluran alamiah atau buatan, yang terdiri dari:
Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan
Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain,
Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau
tidak beraturan.
Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran buatan maupun alamiah, yang dapat
kita jumpai diperlihatkan pada Gambar 4.13.

4.1.1.1 Freeboard (Tinggi Jagaan).

Besarnya tinggi bisa diambil dari berbagai kriteria. Sebagian teknisi menghitung
dari persentase tinggi muka air. Untuk mencari besarnya tinggi jagaan pada
saluran drainase diambil acuan pada besarnya debit yang terjadi disaluran. Harga-
harga tinggi jagaan berdasarkan debit saluran bisa dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4.14 Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran.

Q (m3/det) Tinggi Jagaan (m)


< 0,5 0,40
0,5 – 1,5 0,50
1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 – 15,0 0,85
> 15,0 1,00

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-20
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 4.15 Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka

Potongan melintang saluran drainase untuk Desa Penyak adalah sebagai berikut

Potongan Tipe 1
0 .5 0

Potongan Tipe 2
0 .7 0

Potongan Tipe 3
1 .0 0

Gambar 4.16 Tipikal penampang saluran drainasi di Desa Penyak

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-21
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.15 Pemilihan Tipikal Penampang Saluran

Inlet Tipe
O1 Tipe 1
O2 Tipe 1
O1 - A1 Tipe 1
O2 - A2 Tipe 1
A2 - B1 Tipe 2
A3 - B2 Tipe 2
A1 - D1 Tipe 3
A4 - D3 Tipe 3
C1 Tipe 1
C2 Tipe 1
C1 - D1 Tipe 1
C2 - D2 Tipe 1
D3 - E2 Tipe 3
D2 - E1 Tipe 3
E2 - F2 Tipe 3
E1 - F1 Tipe 3

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-22
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.16 Hasil perhitungan Debit dengan Rumus Manning

y+fb Qmanning
Segmen n i B (m) b(m) y (m)
(m)
m Aw Asal Pw R (m) Vmanning Fr
(m3/det)
Qr

O1 0.020 0.002 1.50 1.00 0.139 0.50 0.50 0.18 0.88 1.81 0.10 0.477 0.41 0.085 0.085
O2 0.020 0.002 1.50 1.00 0.241 0.50 0.50 0.30 0.88 2.04 0.15 0.618 0.40 0.183 0.183
O1 - A1 0.020 0.002 1.50 1.00 0.433 0.50 0.50 0.49 0.88 2.47 0.20 0.762 0.37 0.374 0.374
O2 - A2 0.020 0.008 1.50 1.00 0.280 0.50 0.50 0.34 0.88 2.13 0.16 1.314 0.79 0.444 0.444
A2 - B1 0.020 0.002 1.50 0.80 0.689 0.70 0.50 0.69 1.30 3.04 0.23 0.834 0.32 0.578 0.578
A3 - B2 0.020 0.002 1.50 0.80 0.153 0.70 0.50 0.20 1.30 1.84 0.11 0.501 0.41 0.098 0.098
A1 - D1 0.020 0.002 1.50 0.50 0.644 1.00 0.50 0.66 2.00 2.94 0.23 0.828 0.33 0.548 0.548
A4 - D3 0.020 0.002 1.50 0.50 0.142 1.00 0.50 0.18 2.00 1.82 0.10 0.481 0.41 0.087 0.087
C1 0.020 0.002 1.50 1.00 0.201 0.50 0.50 0.25 0.88 1.95 0.13 0.571 0.41 0.144 0.144
C2 0.020 0.002 1.50 1.00 0.199 0.50 0.50 0.25 0.88 1.94 0.13 0.567 0.41 0.141 0.141
C1 - D1 0.020 0.002 1.50 1.00 0.354 0.50 0.50 0.41 0.88 2.29 0.18 0.716 0.38 0.297 0.297
C2 - D2 0.020 0.002 1.50 1.00 0.383 0.50 0.50 0.44 0.88 2.36 0.19 0.735 0.38 0.326 0.326
D3 - E2 0.020 0.005 1.50 0.50 0.828 1.00 0.50 0.78 2.00 3.35 0.23 1.332 0.47 1.032 1.032
D2 - E1 0.020 0.002 1.50 0.50 0.620 1.00 0.50 0.64 2.00 2.89 0.22 0.823 0.33 0.531 0.531
E2 - F2 0.020 0.002 1.50 0.50 0.716 1.00 0.50 0.71 2.00 3.10 0.23 0.837 0.32 0.595 0.595
E1 - F1 0.020 0.005 1.50 0.50 0.861 1.00 0.50 0.79 2.00 3.42 0.23 1.332 0.46 1.054 1.054

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-23
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

4.2.1 Klasifikasi Aliran


Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung
kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan kecepatan
mengikuti fungsi waktu, maka aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady)
dan tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan fungsi ruang, maka aliran
dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan tidak seragam (non-uniform).

4.1.1.2 Bilangan Froude

Keadaan aliran pada saluran terbuka bisa dipengaruhi kecepatan aliran dan gaya
gravitasi. Gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan
aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis,
sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, maka
alirannya disebut superkritis.
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah perbandingan
antara kecepatan dan gaya gravitasi, yang dinyatakan dengan bilangan Froude
(Fr). Bilangan Froude untuk saluran berbentuk persegi didefinisikan sebagai :
V
Fr
g.y

Dimana:
V = Kecepatan Aliran
g = Percepatan Grafitasi
y = Kedalaman aliran
Berdasarkan bilangan Froude, aliran dapat dibagi kedalam 3 jenis aliran, yaitu:
 Aliran subkritis Bilangan Froude < 1.
 Aliran Kritis Bilangan Froude = 1.
 Superkritis Bilangan Froude > 1.
Dan berikut ini adalah profil aliran subkritis dan juga aliran kritis pada saluran.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-24
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 4.17 Profil Aliran Subkritis

Gambar 4.18 Profil Aliran Kritis

Gambar 4.19 Profil Aliran Kritis

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-25
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

4.2.2 Bilangan Reynold


Keadaan suatu aliran bisa juga dipengaruhi kekentalan. Jenis aliran yang
dipengaruhi keadaan ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Aliran Laminar, terjadi apabila gaya kekentalan lebih besar daripada gaya
gravitasinya. Aliran laminar biasanya hanya terjadi pada saluran-saluran di
laboratorium.
Aliran Turbulen, terjadi apabila gaya gravitasi sangat dominant bila dibandingkan
dengan gaya kekentalannya.
Angka yang menentukan jenis aliran ini dikenal dengan Bilangan Reynold.
VL
Re

Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan aliran (meter/detik)
L = Panjang karakteristik (m)
= Kekentalan kinematik (m2/det)
Jenis aliran menurut Angka Reynold :
 Aliran laminar memiliki angka Reynold antara 0 sampai dengan 500.
 Aliran peralihan memiliki antara 500 dengan 2000.
 Aliran turbulen memiliki angka Reynold lebih besar dari 2000.
Jika dipadukan dengan keadaan jenis aliran berdasarkan pengaruh kecepatan dan
gravitasinya, maka akan dikenal 4 jenis keadaan aliran:
1. Aliran Laminar -Subkritis
2. Aliran Laminar -Superkritis
3. Aliran Turbulen-Subkritis
4. Aliran Turbulen -Superkritis

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-26
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 4.20 Empat jenis keadaan aliran pada saluran terbuka

Untuk saluran terbuka jenis aliran yang biasa terjadi adalah aliran turbulen. Aliran
laminer sangat jarang terjadi di saluran terbuka, walaupun ada hanya terjadi pada
saluran yang sangat dangkal dengan kecepatan yang sangat rendah.
Aliran yang perpaduan antara jenis subkritis dengan turbulen (Turbulen-Subkritis).

4.2.3 Kecepatan Aliran


Kecepatan aliran pada suatu saluran harus dibatasi dan itu tergantung kepada
struktur bangunan saluran itu sendiri. Pada Tabel di bawah ini dikemukakan
besarnya kecepatan yang diizinkan untuk beberapa jenis saluran.

Tabel 4.17 Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan saluran.

Jenis Bahan Kecepatan (m/dtk)


Pasir Halus 0,45
Lempung Kepasiran 0,50
Lanau Alluvial 0,60
Kerikil Halus 0,75
Lempung Keras 0,75
Lempung Padat 1,10
Kerikil Kasar 1,20
Batu-batu Besar 1,50
Beton-beton Bertulang 1,50

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-27
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

4.3 Pemodelan Matematik dengan Perangkat Lunak HEC-RAS

4.3.1 Umum
Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik dari suatu masalah rekayasa air, baik
berupa masalah mekanika fluida, hidrolika ataupun hidrologi diperlukan suatu
model pendekatan yang dapat mewakili permasalahan yang sedang dihadapi
semirip mungkin. Model pendekatan ini dapat berupa model numerik/matematik
atau model fisik.
Pada pekerjaan ini digunakan model numerik untuk menyelesaikan permasalahan
hidrolik. Model matematik yang digunakan adalah model yang dikenal dengan HEC-
RAS. Meski hasil outputnya tidak seakurat jika dibandingkan dengan menggunakan
model fisik tetapi model matematik memiliki keunggulan dalam hal penghematan
waktu, biaya dan tenaga.

4.3.2 Teori Dasar


Program HEC-RAS merupakan solusi numerik dari persamaan aliran tak-langgeng
satu dimensi untuk saluran terbuka baik alami ataupun buatan. Yang diturunkan
dari prinsip kekekalan energi dan kekekalan massa. Secara singkat berikut ini akan
diuraikan mengenai dasar teori yang digunakan dalam program HEC-RAS.
Persamaan momentum untuk aliran tak-langgeng:

Q H Qv gQQ 2
gA 2
b w co s
t x x C AR
Persamaan kontinuitas untuk aliran tak-langgeng:
Q H
B 0
x t
Hubungan Q, v, dan A adalah sebagai berikut:
Q v A

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-28
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

1 2
B

x
datum

Gambar 4.21 Persamaan momentum dan kontinuitas.

dimana :
t = waktu
x = jarak yang diukur pada as saluran
H(x,t) = elevasi permukaan air
v(x,t) = kecepatan rata-rata aliran air
Q(x,t) = debit
R(x,H) = jari-jari hidraulik
A(x,H) = luas aliran
b(x,H) = lebar aliran
B(x,H) = lebar tampungan aliran
g = percepatan grafitasi
C(x,H) = koefisien De Chezy
w(t) = kecepatan angin
(t) = sudut arah angin terhadap utara
(t) = sudut arah aliran terhadap utara
(x) = koefisien konfersi angin
= faktor koreksi kecepatan untuk aliran tidak seragam
A 2
2
v y, z dydz
Q

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-29
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

4.3.3 Input Data

Data-data yang di dapat dari kondisi fisik di Sungai Penyak, Desa Penyak,
Kabupaten Bangka Tengah:
 Sistem aliran berupa saluran dengan kedalaman 0,5 -1,0 m
 Saluran tidak terpengaruh oleh pasang surut.
 Panjang Total Saluran Rencana = 6.400 m.
 Rata-rata lebar saluran = 1,5 m.
 Daerah Tangkapan Hujan = ± 50,0 Ha
 Kemiringan talud = 2.0
 Kemiringan saluran = 0,001 - 0,005
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk menjalankan program Hec-
Ras diperlukan data-data input sebagai berikut ini:
 Skema Jaringan Saluran.
 Penampang Melintang Saluran.
 Debit Aliran dan Kondisi Batas.
 Data-data Bangunan Air.
Program HEC-RAS digunakan untuk mendapatkan perilaku hidrolis aliran tak
langgeng. Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dengan program
HEC-RAS akan diuraikan berikut ini.
1. Skema Jaringan Saluran
Pada HEC-RAS, data untuk skema jaringan sungai atau saluran dimasukan
melalui modul Geometric Data. Pada modul ini kita memasukan sistem jaringan
dari saluran dimana kita bisa memasukan anak sungai atau saluran lain yang
masuk.
Skema Jaringan dapat dilihat pada Gambar 4.22 di bawah ini.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-30
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Gambar 4.22 Skema jaringan saluran Drainase.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-31
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010

.01 5 .01 5 .01 5


7 .0
Lege nd

G ro u nd

6 .5 B an k Sta

6 .0
E lev at ion (m )

5 .5

5 .0

4 .5

4 .0
0 .0 0 .5 1 .0 1 .5 2 .0 2 .5

S ta ti on (m)

Gambar 4.23 Tipikal potongan melintang saluran drainase.

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010


P Penyak B-K Penyak D3-F2 Penyak A2-D3
e Penyak C2-F1 P Penyak C1-D1 Penyak O1-D1
10 e
n Legend
y n
a y EG Tr2
k a
k WS Tr2
B
- D Crit Tr2
G 1
9 - Ground
D
2 LOB

ROB

8
E le v at io n (m )

5
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

M ain Channel Distance (m)

Gambar 4.24 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 2 th

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-32
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010


P Penyak B-K Penyak D3-F2 Penyak A2-D3
e Penyak C2-F1 P Penyak C1-D1 Penyak O1-D1
10 e
n Legend
y n
a y EG Tr5
k a
k WS Tr5
B
- D Crit Tr5
G 1
9 - Ground
D
2 LOB

ROB

8
E le v at io n (m )

5
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

M ain Channel Distance (m)

Gambar 4.25 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 5 th

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010


P Penyak B-K Penyak D3-F2 Penyak A2-D3
e Penyak C2-F1 P Penyak C1-D1 Penyak O1-D1
10 e
n Legend
y n
a y EG Tr10
k a
k WS Tr10
B
- D Crit Tr10
G 1
9 - Ground
D
2 LOB

ROB

8
E le v at io n (m )

5
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

M ain Channel Distance (m)

Gambar 4.26 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 10 th

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-33
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010

.015 .015 .015


7.0
Legend

EG T r10

6.5 WS T r10

EG T r5

WS T r5
6.0
EG T r2
E le v at io n (m )

WS T r2

5.5 Crit T r10

Crit T r5

Crit T r2
5.0
Ground

Bank Sta

4.5

4.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Station (m)

Gambar 4.27 Elevasi muka air di saluran

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010

.015 .015 .015


9.4
Legend

EG T r10

9.3 WS T r10

EG T r5

WS T r5
9.2
EG T r2
E le v at io n (m )

WS T r2

9.1 Ground

Bank Sta

9.0

8.9

8.8
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Station (m)

Gambar 4.28 Elevasi muka air di saluran

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-34
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010

.015 .015 .015


Legend

EG T r10

WS T r10
6.8
EG T r5

WS T r5

EG T r2
6.6
E le v at io n (m )

WS T r2

Ground

Bank Sta
6.4

6.2

6.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Station (m)

Gambar 4.29 Elevasi muka air di saluran

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010

.015 .015 .015


9.4
Legend

EG T r10

9.2 WS T r10

EG T r5

WS T r5
9.0
EG T r2
E le v at io n (m )

WS T r2

8.8 Ground

Bank Sta

8.6

8.4

8.2
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Station (m)

Gambar 4.30 Elevasi muka air di saluran

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-35
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010


P Penyak B-K Penyak D3-F2 Penyak A2-D3
e Penyak C2-F1 P Penyak C1-D1 Penyak O1-D1
n e Legend
y n
a y Vel Chnl Tr10
k a
k Vel Chnl Tr5
B
- D Vel Chnl Tr2
1.5
G 1
- Vel Left Tr10
D
2 Vel Right T r10
V e l L e ft (m / s) , Ve l C hn l (m / s) , V e l R ig ht (m / s )

1.0

0.5

0.0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

M ain Channel Distance (m)

Gambar 4.31 Grafik kecepatan aliran di saluran

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010

Legend

9.05
W.S. Elev

9.00
(m )

8.95
W . S. E le v

8.90

8.85

8.80

8.75
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20

Q T otal (m 3/s)

Gambar 4.32 Rating Curve

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-36
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Penyak Plan: Plan 01 10/12/2010


P Penyak B-K Penyak
PenyakO2-B1
D3-F2 Penyak A2-D3
e Penyak C2-F1 P Penyak C1-D1 Penyak O1-D1
0.8 e
n Legend
y n
a y Hydr Depth C T r10
k a
k Hydr Depth C T r5
0.7
B
- D Hydr Depth C T r2
G 1
- Hydr Depth L T r10
H y dr D e pt h L (m ) , Hy d r De p th C (m ), H y d r D e p th R ( m )

D
0.6 2 Hydr Depth R T r10

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0.0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

M ain Channel Distance (m)

Gambar 4.33 Kedalaman aliran di saluran

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-37
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

4.4 Pasang Surut

Pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana disajikan oleh Gambar
4.21. Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode
Least Square. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk
Least Square dan konstanta pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang
ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut
rumus berikut :

K1 O1
NF
M2 S2

dimana jenis pasut untuk nilai NF:


0 - 0,25 = semi diurnal
0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)
1,5 - 3,0 = mixed type (diurnal dominant)
>3,0 = diurnal

Data Pasut

Admiralty

Komponen Pasang Jenis Pasang Surut


Surut

Penaksiran Pasang Surut Penaksiran Pasang Surut


15 Hari 20 Tahun

Perbandingan Hasil Elevasi Acuan Pasang Probabilitas Kejadian tiap


Taksiran dengan Surut Elevasi Acuan Pasang
Pengukuran Lapangan Surut

Gambar 4.34 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut laut

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-38
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Tabel 4.18 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut di Penyak

Waktu ( jam )
Tanggal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
26-Jul-10 200 210 200 190 180 160 140 120 90 80 70 70 70 80 90 100 120 130 140 150 160 170 180 200

27-Jul-10 210 220 220 210 200 180 160 140 110 90 70 70 70 70 80 90 90 100 120 130 150 160 180 190
28-Jul-10 210 230 230 230 220 200 180 160 130 110 90 70 70 70 70 70 80 80 100 110 130 140 160 180

29-Jul-10 200 220 240 240 230 210 200 170 150 130 110 90 80 80 70 70 70 70 80 90 100 120 140 170

30-Jul-10 190 210 230 230 230 220 210 190 170 150 130 110 100 90 90 80 70 70 70 80 90 100 120 150

31-Jul-10 170 190 210 220 230 220 210 190 180 160 150 140 120 110 100 100 90 80 70 70 80 90 110 130
1-Aug-10 150 170 190 210 210 210 200 190 180 170 160 150 140 130 130 120 100 90 80 80 80 90 100 110

2-Aug-10 130 150 170 180 190 190 190 180 180 170 170 160 160 150 140 140 130 110 100 90 90 90 100 110

3-Aug-10 120 140 150 160 170 170 170 170 160 160 160 160 160 160 160 150 150 130 120 110 110 110 110 110
4-Aug-10 120 130 140 150 150 150 150 140 140 150 150 150 160 160 170 160 160 150 140 140 130 130 130 130
5-Aug-10 130 130 140 140 140 130 120 120 120 120 130 140 150 150 160 170 170 160 160 150 150 150 150 150

6-Aug-10 150 150 140 140 130 120 110 100 100 100 110 120 130 140 150 160 170 170 170 170 170 170 170 180
7-Aug-10 170 170 160 150 140 120 100 90 80 80 90 100 110 120 130 140 160 160 170 170 170 180 190 200

8-Aug-10 200 190 180 170 150 130 110 90 70 70 70 80 90 100 110 130 140 150 160 170 170 190 200 210
9-Aug-10 220 220 210 190 170 150 120 100 80 60 60 60 70 80 90 110 120 130 140 150 170 180 200 220

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-39
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut yang dipilih bersamaan dengan


masa pengukuran yang dilakukan di lokasi pekerjaan. Hasil peramalan tersebut
dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya,
terlihat pada Gambar 3.13.

Hasil Penaksiran
Perbandingan Hasil Pengamatan dan Penaksiran
270 MSL = 136.5 cm
Hasil Pengamatan

230

190
Elevasi Muka Air (cm)

150

110

70

30
26-July-10 29-July-10 01-August-10 04-August-10 07-August-10 10-August-10
Waktu

Gambar 4.35 Perbandingan data pasang surut pengukuran dengan hasil


penaksiran.

Langkah selanjutnya dari pengolahan data pasang surut adalah mencari harga
elevasi-elevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah proyek. Untuk mencari
harga elevasi-elevasi tersebut, digunakan nilai-nilai komponen pasang surut dari
hasil peramalan seperti disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 4.19 Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan.

Konstituen Amp (cm) Fasa (derajat)


M2 2.30 204.84
S2 4.77 66.89
N2 2.14 268.68
K2 8.33 86.31
K1 43.44 225.18
O1 49.46 -82.39
P1 13.47 213.93
M4 0.92 262.08
MS4 1.83 143.14
S0 141.12

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-40
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Dimana :
A : amplitudo
g : beda fase
M2 : komponen utama bulan (semi diurnal)
S2 : komponen utama matahari (semi diurnal)
N2 : komponen eliptis bulan
K2 : komponen bulan
K1 : komponen bulan
O1 : komponen utama bulan (diurnal)
P1 : komponen utama matahari (semi diurnal)
M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal)
MS4 : komponen utama matahari-bulan

Berdasarkan konstanta-konstanta utama pasang surut di atas diketahui bahwa tipe


pasang surut di lokasi pekerjaan adalah Tipe Diurnal, dengan nilai Bilangan
Formzahl, NF = 13,14.

Dengan konstanta di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20
tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan
elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.3.

Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai MLWS sebagai
elevasi nol acuan. Disamping itu dari peramalan untuk masa 20 tahun ke depan
akan didapatkan nilai probabilitas dan prosentase dari masing-masing elevasi acuan
di bawah. Harga probabilitas dan prosentase dapat dilihat pada Gambar 3.14.

1.5

HWS = 1.13

1.0 MHWS = 0.86

MHWL = 0.51
0.5
Elevasi Muka Air (m)

MSL = 0
0.0

MLWL = -0.47
-0.5

MLWS = -1.12
-1.0
LWS = -1.43

-1.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Prosentase Probabilitas (%)

Gambar 4.36 Harga probabilitas dan prosentase elevasi-elevasi acuan.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-41
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

Tabel 4.20 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm)

No Elevasi Terhadap Terhadap Terhadap


Acuan Peilschaal MSL LLWL
1 HHWL 257.94 121.44 231.87
2 MHWS 236.49 99.99 210.42
3 MHWL 189.91 53.41 163.84
4 MSL 136.5 0.00 110.43
5 MLWL 86.37 -50.13 60.30
6 MLWS 46.46 -90.04 20.39
7 LLWL 26.07 -110.43 0.00

HHWL : Highest High Water Level


MHWS : Mean High Water Spring
MHWL : Mean High Water Level
MSL : Mean Sea Level
MLWL : Mean Low Water Level
MLWS : Mean Low Water Spring
LLWL : Lowest Low Water Level

Tunggang pasang (cm) : 231,87 cm.

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-42
Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei

4.5 Analisis Gelombang

Dari hasil pengolahan data angin diperoleh windrose, waverose dan periode ulang
gelombang sebagai berikut.

D is trib u s i K e c e p a ta n d a n A ra h A n g in Ja m -ja m a n
2 0 0 0 -2 0 0 9
L o k a s i: P e n y a k

BL U TL

12%

9%

6%

3%

0%

B T

BD S TG

T id a k B e ra n g in = 4 8 .3 5 % T id a k T e rc a ta t = 0 .0 0 %

Je n is to n g k a t m e n u n ju k k a n k e c e p a ta n a n g in d a la m k n o t.
P a n ja n g to n g k a t m e n u n ju k k a n p e rs e n ta s e k e ja d ia n .

Gambar 4.37 Windrose lokasi Penyak.

Tabel 4.21 Kecepatan aning untuk berbagai perioda ulang

Periode Kec. Angin Nilai


Ulang (tahun) Ekstrim (knot)
1 13.2
2 19.9
3 22.2
5 24.9
10 28.4
25 33.0
50 36.7
100 40.4
200 44.3

LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-43
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 4.38 Fetch lokasi Penyak.

Tabel 4.22 Panjang Fetch lokasi Penyak

Fetch Effektif (m)


Arah
PENYAK
N 142971
NE 200000
E 187543
SE 26940
S 0
SW 0
W 0
NW 0

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-44
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data

D is trib u s i T in g g i d a n A ra h G e lo m b a n g d i L e p a s P a n ta i P e n y a k
D ira m a l B e rd a s a rk a n D a ta A n g in Ja m -ja m a n d i P a n g k a lp in a n g
T o ta l 2 0 0 0 -2 0 0 9

BL U TL

12%

9%

6%

3%

0%

B T

BD S TG

C a lm = 6 9 .2 5 % T id a k T e rc a ta t = 0 .0 0 %

Je n is to n g k a t m e n u n ju k k a n tin g g i g e lo m b a n g d a la m m e te r.
P a n ja n g to n g k a t m e n u n ju k k a n p e rs e n ta s e k e ja d ia n .

Gambar 4.39 Waverose lokasi Penyak.

Tabel 4.23 Periode Ulang Gelombang

Periode Nilai Ekstrim Nilai Ekstrim


Ulang (tahun) Tinggi Gel. (m) Perioda Gel. (det)
1 0.66 3.22
2 1.08 4.08
3 1.22 4.33
5 1.39 4.61
10 1.60 4.93
25 1.89 5.34
50 2.12 5.65
100 2.35 5.94
200 2.59 6.22

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 4-45
Laporan Draft Final
Pekerjaan:
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir
Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah

Bab 5
Alternatif Penanganan
Bab 5
Alternatif Penanganan

Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di


Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung

5.1 Metodologi dan Pendekatan

5.1.1 Penyebab Banjir

Ada 3 faktor penting penyebab banjir di sungai:


a. Kondisi alam yang bersifat natural
Geografi
Topografi
Geomorfologi alur sungai seperti ; kemiringan, meandering, penyempitan,
ambal alam dan sedimentasi
b. Kegiatan manusia bersifat dinamis seperti ;
Pemanfaatan dataran banjir, tata ruang peruntukan lahan, pembabatan hutan
c. Peristiwa alam bersifat dinamis seperti ;
Curah hujan, pasang surut, erosi tanah, amblas tanah, gempa bumi, gunung
meletus, pasang surut, tsunami dan pendangkalan

Pengendalian banjir termasuk bagian dari daya rusak air dalam pasal 51 UU No.7
tahun 2004, tentang SDA. Kegiatan - kegiatan pengendalian mencakup kegiatan
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. UU lebih mengutamakan kegiatan
pencegahan melalui perencanaan pengendalian banjir yang disusun terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan Sumber Daya Air. Maka dalam studi ini
konsultan akan menjabarkan bentuk-bentuk kegiatan pengendalian banjir yang
mencakup keperluan pencegahan, penanggulan dan pemulihan banjir.

Sejalan dengan tujuan studi adalah Conference 12th of Rhine Ministers, Januari 22,
1998 di Rotterdam, Belanda. Perinsip Pencegahan Banjir secara umum adalah:
1. Air adalah bagian dari “natural ecology” atau “ecologycal circle” yang harus
diperhitungkan dalam penyusunan tata ruang, land use dll.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-1
Bab 5 Alternatif Penanganan

2. Air sedapat mungkin disimpan di catchment area dan disepanjang sungai


sebanyak-banyaknya. Upayakan daerah-daerah sebagai parkir air atau
retention areas baik dihulu, ditengah maupun dihilir dan perlambat turunya air
(run-off). Artinya selain menampung di waduk - waduk juga mempertahankan
situ - situ yang ada dan juga memperlambat run-off dilakukan dengan vegetasi
yaitu dengan menghutankan kembali serta mengatur tata ruang.
3. Biarkan sungai melebar secara alamiah sehingga run-off bisa diperlambat dan
tidak akan membahayakan. Ini artinya jangan mengganggu bantaran sungai
agar run-offnya dapat diperhitungkan sesuai dengan debit banjir yang memang
sudah diperhitungkan.
4. Sadar akan bahaya. Karena banjir itu bisa datang sewaktu-waktu. Peningkatan
kesadaran dan informasi dapat mengurangi bahaya akibat banjir dan resiko
yang akan ditimbulkan.
5. Integrasi kegiatan dalam catchment area, yaitu dengan mengikut sertakan
semua sektor terkait dalam pengelolaan daerah tangkapan air, karena ini
adalah kunci sukses dalam mengatasi atau penanganan terhadap masalah
banjir.

Kegiatan pencegahan adalah kegiatan sebelum terjadi banjir, kegiatan


penanggulangan adalah melakukan mitigasi atau mengurangi daya rusak ketika
sedang terjadi banjir, sedangkan pemulihan adalah cara mengembalikan fungsi
sesuatu yang rusak akibat terjadi banjir (sesudah terjadi banjir).

5.1.2 Strategi Umum Mengurangi Kerugian Akibat Banjir

Strategi umum mencegah kerugian akibat banjir dapat dikelompokan menjadi 4


kategori yang harus dilakukan.
Pengaturan pada dataran banjir
a. Pengaturan pemanfaatan lahan
1. pengaturan pengembangan
2. pengaturan reklamasi lahan
b. Pengaturan elevasi lantai bangunan
c. Mengasuransikan setiap yang dibangun
Aktifitas bersifat tanggap darurat
a. Desiminasi atau penyuluhan tentang informasi banjir
b. Melawan banjir dengan persiapan bahan-bahan banjiran
c. Menangani tanda-tanda tentang evakuasi
d. Mempersiapkan satuan pengaman khusus banjir

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-2
Bab 5 Alternatif Penanganan

e. Mempersiapkan material atau bahan-bahan yang dapat meringankan


kerugian akibat banjir
Memperlambat jalannya aliran permukaan air
a. Konsevasi daerah hulu (upper)
1. pengaturan pengembangan daerah hulu
2. penghutanan kembali daerah gundul (daerah tanpa vegetasi)
b. Pembangunan resevoar / waduk
c. Menyimpan air pada cekungan rendah
d. Membuat fasilitas penampung air hujan
Merawat dan memperbaiki palun / badan sungai
a. Membuat tanggul dan dinding penangkis banjir
b. Menormalisasi profil aliran
c. Menbuat flood way atau membagi aliran
d. Membuat krib, bronjong, retaining wall
e. Pelurusan sungai / sodetan

Kegiatan strategi umum pengurangan kerusakan akibat banjir dapat dikelompokan


menjadi 2 cara yaitu :
a. Secara Nonstruktur
b. Secara Struktur

Sedangkan kapan dan dimana pengaturan tersebut diterapkan sesuai dengan


kondisi topografi ruas sungai dan pertimbangan teknik persungaian. Kondisi
topografi ruas sungai dapat diklasifikasikan 3 (tiga) bagian pokok sbb:
Upper atau bagian hulu biasanya kemiringan sungai lebih terjal, agak lurus,
tampang melintang berbetuk V, dengan palung dalam, kecepatan aliran tinggi,
tebing dan atau dasar sungai tergerus/tererosi
Middle atau daerah bagian tengah kemiringan agak landai, mulai berkelok-
kelok, gerusan tebing dan atau dasar sungai berkurang, mulai ada tumpukan /
endapan sedimen, kecepatan arus sedang
Lower atau bagian hilir sampai muara kelandaian relatif datar, banyak
berkelok-kelok, terbentuk meadering, sedimentasi tinggi, sering terbentuk
pulau-pulau pasir dari tumpukan / endapan sedimen

5.1.3 Penanganan Pengendalian Banjir Non-struktur dan Struktur

Strategi umum pengurangan kerugian akibat banjir dapat dikelompokkan menjadi 2


(dua) sistem penanganan yaitu secara :

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-3
Bab 5 Alternatif Penanganan

Nonstruktur / Nonfisik

Diantaranya kegiatan seperti :


a. Mengatur daerah hulu (Upper Watershed Management)
b. Peramalan banjir (Flood Forecasting System)
c. Pengaturan Dataran Banjir (Floodplain Management)
d. Pengaturan zone-zone tertentu (Flood Zoning System)
e. Aktifitas yang bersifat tanggap darurat dll.
f. Pembinaan dan penyuluhan
g. Pengamanan, pengawasan antara lain tentang bantaran sungai
h. Pemasangan papan-papan pengumuman / larangan / peringatan

Struktur / dengan fisik

Diantaranya kegiatan seperti :


a. Menyimpan air di daerah hulu (Bendungan/dam dan Reservoar)
b. Flood way menghidarkan lokasi dari aliran sungai atau membagi volume air
ketempat lain, sehingga muka air dapat diturunkan
c. Retention Basin, bagian daerah rendah / cekungan atau rawa-rawa di dalam
catchment area dijadikan tempat-tempat penyimpanan air.
d. Pembuatan tanggul, berguna untuk menghalangi genangan banjir tidak meluas
di bantaran sungai
e. Pembuatan tanggul
f. Pembuatan tanggul, polder dan pompa biasanya di daerah muara sungai yang
relatif rendah seperti kota Jakarta.
g. Pelurusan sungai / sodetan
h. Pembuatan krib, bronjong, retaining wall

5.1.4 Langkah Penyusunan Pola Pengendalian Banjir Sungai Prioritas

1. Pengumpulan data teknis dan non teknis, peta dan informasi


2. Identifikasi permasalahan banjir
a. Topografi, Morfologi sungai dan bentuk DAS sungai
b. Tutupan lahan (land cover) catchment area (data hutan, perkebunan
dan lain-lain)
c. Historis Penyebab banjir
d. Data peil muka air dan debit sungai
e. Data hujan
f. Data banjir

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-4
Bab 5 Alternatif Penanganan

g. Kinerja masyarakat dalam antisipasi bahaya banjir


h. Latar belakang kehidupan sosial, ekonomi dan budaya msyarakat
i. Pertumbuhan penduduk
j. Faktor-fakror dominan penyebab banjir
k. Geologi dan pemanfaatan lahan
l. Kondisi hidrologi dan klimatogi
m. Kondisi Oceonografi muara sungai
n. Catatan kejadian, intensitas dan kecendrungan terjadi banjir
o. Macam / jenis lahan yang tergenang banjir
p. Kencendrungan perluasan pemukiman dan faktor penggerak / pemicu
yang dominan perluasan
q. Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan kepedulian
dalam hal antisipasi bahaya banjir
r. Tingkat keberhasilan usaha yang dilakukan Pemerintah
s. Tingkat kecendrungan besarnya kerugian akibat bahaya banjir
t. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya banjir
u. dan lain-lain

Pengumpulan data diatas menjadi dasar-dasar masukan untuk membuat Analisis


permasalahan dan membuat solusi pola pengendalian banjir yang terdiri dari 3 hal
yaitu pencegahan, penanggulangan, pengendalian.

5.1.5 Analisa dan Evaluasi

a. Perhitungan debit banjir


b. Analisis angkutan sedimen dan erosi lahan
c. Analisis pengaruh pasang surut
d. Analisis topografi daerah genangan
e. Evaluasi daerah genanangan
f. Evaluasi kondisi badan sungai
g. Evaluasi kondisi lahan DAS

Alternatif bentuk penanganan pengendalian banjir ditinjau dari:


a. Kondisi topografi, morfologi, hidrologi, klimatogi, geologi, sedimentasi, erosi,
pemanfaatan lahan dan kondisi hutan
b. Sosial, Ekonomi dan budaya
c. Teknis pengendalian banjir

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-5
Bab 5 Alternatif Penanganan

5.1.6 Pemilihan Alternatif

Pemilihan alternatif penanganan mengacu pada UU No.7 tahun 2004, tentang SDA
yaitu berupaya membuat keseimbangan hulu dan hilir sungai, serta pertimbangan
non teknis seperti budaya masyarakat yang selama ini telah hormonis dengan alam
tempat tinggalnya. Hanya kemungkinan ada hal-hal yang menyimpang dari tingkah
laku masyarakat memanfaakan alam yang perlu dibetulkan seperti membakar
hutan untuk peladangan, berkebun dilereng yang terjal, perlu disosialisasikan
tentang dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaanya selama ini.

Alternatif penanganan pengendalian banjir dikelompokan sebagai berikut :


Secara Nonstruktur / Non-fisik
Secara Struktur / fisik
Bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong non-fisik/non-struktur dan sebaliknya yang
tergolong fisik/struktur telah diuraikan diatas. Pengalaman yang panjang haruslah
menjadi pelajaran bagi pengambil keputusan, terutama pengalaman di Pulau Jawa.
Biaya untuk membenahi alam telah menjadi sangat besar terutama akibat
perencanaan pemenfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung alam
serta lingkungan lainya, amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, yang baru
disyahkan cukup memadai memperhatikan atau peduli terhadap kondisi alam,
maka harus segera disosialisaikan, agar tidak terlambat berpacu dengan bencana
terutama pengaturan tentang tata ruang yang mengacu pada natural sistem.

5.1.7 Pemilihan Alternatif

Pemilihan alternatif penanganan mengacu pada UU No.7 tahun 2004, tentang SDA
yaitu berupaya membuat keseimbangan hulu dan hilir sungai, serta pertimbangan
non teknis seperti budaya masyarakat yang selama ini telah hormonis dengan alam
tempat tinggalnya. Hanya kemungkinan ada hal-hal yang menyimpang dari tingkah
laku masyarakat memanfaakan alam yang perlu dibetulkan seperti membakar
hutan untuk peladangan, berkebun dilereng yang terjal, perlu disosialisasikan
tentang dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaanya selama ini.

Alternatif penanganan pengendalian banjir dikelompokan sebagai berikut :


Secara Nonstruktur / Non-fisik.
Secara Struktur / fisik.
Bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong non-fisik/non-struktur dan sebaliknya yang
tergolong fisik/struktur telah diuraikan diatas. Pengalaman yang panjang haruslah
menjadi pelajaran bagi pengambil keputusan, terutama pengalaman di Pulau Jawa.
Biaya untuk membenahi alam telah menjadi sangat besar terutama akibat

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-6
Bab 5 Alternatif Penanganan

perencanaan pemenfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung alam


serta lingkungan lainya, amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, yang baru
disyahkan cukup memadai memperhatikan atau peduli terhadap kondisi alam,
maka harus segera disosialisaikan, agar tidak terlambat berpacu dengan bencana
terutama pengaturan tentang tata ruang yang mengacu pada natural sistem.

5.2 Jenis-jenis Alternatif Penanganan

Konsultan mengusulkan beberapa alternative pananganan yang akan dibahas pada


bab ini, yaitu:

A. Alternatif-1: Pembangunan Sodetan

Pembuatan sodetan merupakan suatu cara untuk mengalihkan aliran sungai


sehingga tidak melewati suatu areal rendah yang dapat menimbulkan banjir pada
saat hujan dikarenakan naiknya muka air sungai. Selain itu pembuatan sodetan
akan memperpendek jarak tempuh aliran menuju hilir.

Pembuatan sodetan biasanya memakan biaya yang sangat besar selain itu akan
mempengaruhi morfologi sungai apalagi bila perencanaannya tidak sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.

Apabila dilakukan sodetan terhadap Sungai Penyak maka total panjang trase
sodetan sekitar 2.000 m. Biaya pengerukan dengan alat berat berkisar Rp
200.000/m3. Dengan dimensi yang paling minimal yaitu lebar saluran 20 m,
kedalaman 2 m dan kemiringan saluran 1:1 maka akan memakan biasa sampai
sekitar 12 Milyar Rupiah.

B. Alternatif-2 : Tanggul

Salah satu upaya paling sederhana untuk menghindari terjadinya banjir akibat
luapan air sungai pada suatu daerah adalah dengan menaikkan tinggi tebing sungai
alami/eksisting yang akan memperbesar kapasitas pengaliran. Hal ini dapat
dilakukan dengan membangun tanggul di sepanjang kedua sisi sungai.

Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul


merupakan bangunan menerus yang sangat penting serta membutuhkan bahan
urugan yang volumenya sangat besar. Bahan tanah biasanya diperoleh dari hasil
galian di kanan kiri trase rencana tanggul atau dapat diperoleh dari hasil pekerjaan
normalisasi sungai, berupa galian pelebaran alur sungai, yang biasanya
dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan tanggul. Selain itu tanah

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-7
Bab 5 Alternatif Penanganan

merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi


tanggul sangat mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang
tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah
dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan
tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di beberapa
tempat terjadi kerusakan tanggul, perbaikannya sangat mudah dan cepat
menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi kerusakan.

Biaya konstruksi tanggul pasangan batu berkisar antara 300 ribu - 400 ribu per m3.
Dengan tinggi tanggul 2 m maka akan didapat harga permeter lari sekitar 600-800
ribu. Tanggul sepanjang 2000 m akan memakan biaya sekitar 1,3 Milyar Rupiah.

C. Alternatif-3 : Pembangunan Sistem Drainase

Penyebab banjir yang paling umum terjadi di suatu pemukiman terutama perkotaan
adalah tidak berfungsinya saluran drainase yang ada. Hal tersebut bisa disebabkan:
1. Tertutupnya saluran karena tebing saluran runtuh
2. Berkurangnya daya tampung saluran karena timbunan sedimen
3. Berkurangnya daya tampung saluran karena timbunan sampah
4. Kemiringan saluran yang tidak memadai.
5. Curah Hujan yang melebihi kapasitas saluran

5.3 Pemilihan Alternatif

Dari ketiga alternative di atas maka akan dibuat criteria pemilihan alternative untuk
memperoleh yang paling efektif. Kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut.

Untuk hasil penilaian berdasarkan criteria di atas adalah sebagai berikut.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-8
Tabel 5.1 Kriteria Pemilihan Alternatif

Jenis Alternatif
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
No. Aspek yang Ditinjau Bobot
Pembangunan Sodetan Tanggul Pasangan Batu 2000 m Pembangunan Sistem Drainase

1 Biaya Pelaksanaan 30 Total panjang trase sodetan sekitra 2.000 m. Biaya Biaya konstruksi tanggul pasangan batu berkisar Biaya Pembangunan Sistem Saluran Drainase
pengerukan dengan alat berat berkisar Rp antara 300 ribu - 400 ribu per m3. Dengan tinggi pada suatu pemukiman seluas 300 Ha adalah
200.000/m3. Dengan dimensi yang paling minimal tanggul 2 m maka akan didapat harga permeter sekitar 7 Milyar Rupiah
yaitu lebar saluran 20 m, kedalaman 2 m dan lari sekitar 600-800 ribu. Tanggul sepanjang 2000
kemiringan saluran 1:1 maka akan memakan biasa m akan memakan biaya sekitar 1,3 Milyar Rupiah.
sampai sekitar 12 Milyar Rupiah.

2 Kemudahan Pelaksanaan 20 Pelaksanaan akan lebih sulit karena harus terlebih Secara konstruksi akan lebih mudah Secara konstruksi adalah paling mudah untuk
dahulu memindahkan penduduk yang terlewati oleh dilaksanakan, hanya elevasi muka air di Sungai dilaksanakan
trase saluran sodetan tersebut Penyak akan memberikan sedikit kendala

3 Aspek Sosial 20 Dilihat dari aspek sosial akan cukup berat Tidak akan menimbulkan efek terhadap aspek Tidak akan menimbulkan efek terhadap aspek
konsekuensinya karena pemindahan bukan hanya sosial sosial
memindahkan tanah dan rumah saja tetapi harus
diperhatikan aspek keberlanjutannya

4 Kemampuan menahan sedimentasi dan banjir 20 Sedimentasi dan banjir akan teratasi atau paling Sedimentasi dan banjir akan terus terjadi di lokasi Banjir di pemukiman akan teratasi karena volume
tidak pada musim-musim basah akan tereduksi karena bangunan yang dikonstruksi bukan air hujan dan aliran air masuk dari Sungai Penyak
dengan angka yang cukup signifikan bertujuan untuk menahan sedimentasi dan banjir akan langsund dialirkan langsung ke laut

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah
Bab 5

5 Operasi dan Pemeliharaan 10 Saluran harus dipelihara terhadap sedimentasi Pemeliharaan meliputi perbaikan tanggul yang Hanya akan ada kegiatan pemeliharaan terhadap
rusak saluran

JUMLAH 100

*) Skala Bobot:
3 : Sangat Penting
2 : Penting
1 : Cukup Penting

5-9
Alternatif Penanganan
Tabel 5.2 Hasil Penilaian Pemilihan Alternatif

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Tanggul Pasangan Batu Pembangunan Sistem


No. Aspek yang ditinjau Bobot Pembangunan Sodetan
2 KM Drainase
Nilai x Nilai x Nilai x
Nilai Nilai Nilai
bobot bobot bobot
1 Biaya Pelaksanaan 30 1 30 3 90 2 60

2 Kemudahan Pelaksanaan 20 1 20 2 40 3 60

3 Aspek Sosial 20 1 20 3 60 3 60

4 Kemampuan menahan sedimentasi dan banjir 20 1 20 2 40 3 60

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah
5 Operasi dan Pemeliharaan 10 3 30 2 20 2 20
Bab 5

JUMLAH 120 250 260

*) Skala Nilai:
3 : Sangat Baik
2 : Baik
1 : Kurang

5-10
Alternatif Penanganan
Bab 5 Alternatif Penanganan

Dari hasil matrikulasi pemilihan alternative di atas, alternative-3 mempunyai nilai


lebih besar daripada 3 alternatif lainnya, sehingga konsultan menyarankan adanya
Pembangunan Sistem Drainase (Alternatif-3) untuk solusi penangan banjir di
Desa Penyak.

LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah 5-11

Anda mungkin juga menyukai