untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih
panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan
berdasarkan rata rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak
tersebut. Sedang kecepatan rata rata didekati dengan pengukuran
kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung
dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. (Harsoyo, 1997)
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu
pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan
kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan,
keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan
pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit
aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata rata kali luas
penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling
sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis
tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur
pada waktu bersama sama disusun berimpitan, penampang lintang ratarata didapat dengan menentukan titik titik pertengahan garis garis
horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang
melintang, maka mula mula dibuat penampang melintang rata rata
antara penampang melintang rata rata yang diperoleh dari penampang
lintang teratas dan terbawah. (Purnomo 2008)
Pengukuran dengan pelampung prinsip pengukurannya dengan
metode kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung, luas
penampang
basah
(A)
ditetapkan
berdasarkan
pengukuran
lebar
permukaan air dan kedalaman air. Persamaan debit yang diperoleh adalah
Q=AxkxU
Keterangan :
Q
= koefisien pelampung
(Richards, 1998)
ALIRAN PERMUKAAN
Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran permukaan
adalah current meter. Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit.
Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca
pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeler maupun
langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang tidak langsung
menunjukkan kecepatan aliran, aliran di hitung terlebih dahulu dengan
memasukkan dalam rumus yang sudah di buat oleh pembuat alat untuk tiap-tiap
propeler.
Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya
diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapkan pada masingmasing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : (i)
mangkok, (ii) bilah, dan (iii) sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan
dengan besar kecilnya aliran yang akan diukur.
Debit aliran dihitung dari rumus : Q = V.A, dengan V = kecepatan aliran, dan A =
luas penampang. Dengan demikian dalam pengukuran tersebut di samping
harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya.
Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi
kecepatan tergantung pada : (i) bentuk saluran, (ii) kekasaran saluran, dan (iii)
kondisi kelurusan saluran. Dalam penggunaan curent meter pengetahuan
mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan
penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan
pada bidang tersebut.
Dari hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran
(stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai
berikut :
1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk
parabolik
2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran
3. Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman di bawah permukaan air
4. Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan
5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran
secara mendetail ke arah vertical dengan menggunakan integrasi dari
pengukuran-pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya .
Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan :
a.
mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan ratarata = kecepatan pada titik tersebut
b.
mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman,
dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + kecepatan
pada 0,8h)
c.
mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6h dan
0,8h., dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2
kecepatan pada 0,6 + kecepatan pada 0,8h)
Kedalaman
saluran (h)
dalam m
Jumlah
titik
pengukur
an
Titik kedalaman
pengukuran
0,0 0,6
0,6 h
0,6 3,0
0,2 h; 0,8 h
3,0 6,0
> 6,0
Qtot Qi
i 1
Untuk memperoleh hitungan luas dan debit pada tiap segment, garis pengukuran
dalamnya air 2 kali banyaknya garis pengukuran kecepatan, akan diperoleh hasil
seperti pada gambar berikut :
b
c
Vd
b
d
dasar saluran
c 2d e
2
bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan
pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada
angin.
Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang
ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling
sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan
ditentukan berdasarkan rata-rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak
tersebut. Sedang kecepatan rata-rata didekati dengan pengukuran kecepatan
permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan
antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sbb :
B/H
10
15
20
30
40
Vm/V
s
0,98
0,95
0,92
0,90
0,87
0,85
Keterangan :
B
= kedalaman air
Vm
= kecepatan rata-rata
Vs
V
1 0,116 1 0,1
u
dimana :
= koefisien
V = kecepatan rata-rata
u = kecepatan pelampung
Q = C.Vp.Ap .. (5.2)
dimana :
Q = debit aliran
C = Koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
Vp = kecepatan rata-rata pelampung
Ap = luas aliran rata-rata
1.
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah horisontal maupun arah
vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan
aliran dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada
Dasar alur.
Area-velocity method
Metode kontinyu
1) Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang basah (A)
diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat
pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter
dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current
meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi
kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran
kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan
beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode
tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
2) Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Jenis-jenis pelampung dapat dilihat pada Gambar dibawah ini..
Prinsip :
kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman saluran
(D)
debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta
Q=AxkxU
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung
Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya (N =
putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai kalibrasi alat current meter.
Hitung jumlah putaran dan waktu putaran baling-baling (dengan stopwatch).
Namun menurut Chay asdak metode pengukuran debit air di bagi dalam 4 katagori
1.
Biasanya dilakukan untuk aliran air (sungai) lambat. Pengukuran debit dengan cara ini dianggap
paling akurat, terutama untuk debit aliran lambat seperti pada aliran mata air. Cara
pengukurannya dilakukan dengan menentukan waktu yang di perlukan untuk mengisi kontainer
yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang biasa dilakukan untuk pengukuran debit dengan
cara pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil (atau alat semacam weir) disalah
satu bagian dari badan aliran air yang akan diukur. Gunanya adalah agar aliran air dapat
terkonsentrasi pada satu outlet. Di tempat tersebut pengukuran volume air dilakukan.
Pembuatan dam kecil harus sedemikian rupa sehingga permukaan air di belakang dam tersebut
cukup stabil. Besarnya debit aliran dihitung dengan cara:
Q=
/t
Q = debit (m3/dt)
= volume air (m )
3
Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang
melintang sungai.
Yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai
pengukur debit melalui pendekatanvelocity-area method paling banyak dipraktikan dan berlaku
untuk kebanyakan aliran sungai.
3.
pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam aliran
sungai.
Sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan (turbulence). Untuk
maksud-maksud pengukuran hidrologi, bahan-bahan penelusur (tracers),
4.
1.
2.
Bersifat stabil
3.
4.
Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak (negatif) yang
permanen pada badan perairan.
5.
pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran lambat) atau
aliran air cepat.
Persoalan yangsering muncul ketika melakukan pengukuran debit sungai mendorong para ahli
hidrologi mengembangkan alat/bangnan pengontrol aliran sungai untuk tujuan pengukuran
debit.bangnan tersebut antara lain, weir dan flume. Cara kerja banganunan pengukur debit
tersebut diatas adalah dengan menggunakan kurva aliran untuk mengubah kedalaman aliran air
menjadi debit. Perbedaan pemakaian kedua alat tersebut adalah bahwa flume digunakan untuk
mengukur debit pada sungai dengan debit aliran besar, sering disertai banyak sampah atau
bentuk kotoran lainnya. Sedangkan aliran air kecil atau dengan ketinggian aliran (h) tidak
melebihi 50 cm. Biasanya dipakai weir. Aliran yang melewati lempengan weir akan menunjukan
besar kecilnya debit di tempat tersebut. Kegunaan utama alat tersebut adalah untuk mengurani
kesalahan dalam menentukan hubungan debit (Q) dan tinggi muka air.
Perkiraan debit empiris
Dibanyak negara berkembang, terutama di daera-daerah terpencil alat pencatat aliran air sangat
terbatas dan kalau tersedia sering kali dalam kondisi kurang memadai. Namun demikian, terlepas dari
segala kekurangan yang ada, prakiraan besarnya aliran air, betapapun kasarnya, sangat diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan DAS atau untuk merancang bangunan pengairan, terutama dalam
kaitannya pengendali banjir. Untuk mengatasi permasalahan seperti tersebut diatas, berikut ini akan
dikemukan teknik atau metoda untuk memprakirakan besarnya debit dengan menggunakan persamaan
empiris.
Pada tempat-tempat seperti tersebut diatas, karena keterbatasan alat ukur debit, besarnya debit
biasanya ditentukan secara tidak langsung(indirect measurement). Cara yang sering digunakan untuk
memprakirakan besarnya debit dalam kasus ini adalah melelui pendekatan slope-area method. Salah
satu metoda yang sering digunakan untuk mengukur kecepatan aliran air melalui pendekatan slope-area
method adalah persamaan Manning. Bentuk persamaan Manning untuk memperoleh angka kecepatan
aliran pada saluran terbuka adalah, seperti yang disajikan pada gambar tabel di bawah ini;
Hidrograf Aliran
Konsep unit hidrograf (UHG) memberikan dasar berbagai model hidrologi yang lebih rumit dan
pemakaian yang lebih luas dibandingkan dengan metoda rasional. Kegunaan utama metoda UHG adalah
untuk menganalisa proyek-proyek pengendalian banjir. Dua faktor utama untuk menentukan bentuk
hidrograf adalah karateristek Das dan iklim. Unsur iklim yang perlu diketahui adalah jumlah curah hujan
total, intensitas hujan, dan suhu.
Sherman (19320 memperkenalkan metoda untuk memperkirakan dan menelusuri debit sungai yang
kemudian dikenal sebagai metoda UHG. UHG dibentuk dari data aliran sungai dari suatu Das sebagai
respon curah hujan. Sherman mendefenisikan UHG sebagai berikut:
Dengan kata lain. UHG mewakili 1 inch (2.5 cm) air larian (direct runoff) suatu DAS. Debit puncak dan
lama waktu aliran tidak berubah untuk curah hujan yang jatuh dalam selang waktu tertentu. Selang
waktu biasanya dipilih antara seperempat sampai setengah dari waktu yang diperlukan untuk
tercapainya debit puncak (Qp). Curah hujan efektif (exess rainfall) biasanya dianggap sebagai curah
hujan total dikurangi air infiltrasi. Sedang sisanya, air larian, akan memerlukan waktu sama dengan
waktu konsentrasi Tc untuk mencapai lokasi pengamatan (outlet). UHG berhenti ketika air larian terakhir
dari tempat yang paling jauh mencapai lokasi pengamatan.
ACARA 4
PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN DEBIT ALIRAN PERMUKAAN
( SUNGAI )
1.
I.
TUJUAN
Mahasiswa dapat mengukur debit saluran atau sungai dengan menggunakan
berbagai cara, diantaranya adalah:
1.
2.
1.
ember plastik
yallon
stopwatch
1.
III.
DASAR TEORI
Debit adalah jumlah aliran air (volume) yang mengalir melalui suatu penampang
dalam waktu tertentu, umumnya dinyatakan dalam satuan volume/waktu yaitu
(m /detik). Pengukuran debit pada waktu-waktu tertentu dapat digunakan sebagai
bahan analisis. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin teliti datanya, akan
tetapi dalam menentukan jumlah pengukuran tergantung dari tujuan, kepekaan
sungai, dan ketelitian yang akan dicapai.
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi
pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk
perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama
pada musim kemarau pamjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan
gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran
sungai.
3
Kondisi tempat
Yang dipertimbangkan adalah:
Ketelitian pengukuran
Kestabilan penampang sungai
1.
Kondisi tempat
Dapat dipakai untuk mengukur aliran rendah sampai tinggi
Pada bagian yang relatif lurus
Penampang sungai reguler
Penampang sungai stabil
Tidak ada pengaruh alir balik, jauh dari cabang sungai atau muara
Tidak ada tumbuhan air
Perubahan tinggi muka air nyata
1.
Jaringan stasiun pengukuran
Untuk pemasangan stasiun aliran perlu memperhatikan kondisi tempat dan jaringan
stasiun:
1.
Mempertimbangkan tujuan penelitian
2.
Mempertimbangkan kerekayasaan
3.
Memperhatikan tipe stasiun (stasiun utama, sekunder, khusus)
4.
Kepadatan stasiun aliran
Pengukuran debit dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu pengukuran secara
langsung dan tidak langsung.
Pengukuran Secara Langsung
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara volumetric dan cara ambang ukur. Cara
volumetric merupakan cara yang paling sederhana. Aliran dimasukkan dalam bejana
ukur, dan dicatat waktunya, sehingga didapat Q = V/T. Cara ambang ukur dapat
menggunakan bangunan air yang mempunyai hubungan tertentu tergantung dari
dimensinya. Acara ini tidak membahas pengukuran secara langsung.
Pengukuran Secara Tidak Langsung
1.
1. Velocity Area Method
Pada prinsipnya untuk mengetahui debit suatu aliran, dilakukan pengukuran
kecepata aliran dan penampang basah sungai. Rumus yang digunakan adalah:
Q = A V
..(1)
dimana:
Q
= debit aliran (m /dt)
3
A
V
Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan
aliran dapat diukur dengan metode current meter dan metode apung
1.
a. Pengukuran dengan pelampung
Metode ini dapat dilakukan pada kondisi:
Kecepatan aliran tidak dapat diukur atau belum dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur arus karena darurat atau keadaan aliran membahayakan.
Kecepatan aliran melebihi kemampuan spesifikasi alat menurut jenis dan tipe
alat ukur arus yang digunakan.
pendahuluan.
Pada metode ini, diperoleh persamaan debitnya adalah sebagai berikut:
Q = A k V
(2)
dimana:
Q = debit aliran (m /dt)
A = luas penampang basah (m )
k = koefisien
3
k = 1 0,116 ( - 0,1)
.(3)
a
= kedalaman tangkai (h) per kedalam air (d) yaitu kedalaman bagian
pelampung yang tenggelam di bagian kedalam air
1.
b. Pengukuran dengan current meter
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Distribusi kecepatan
aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horizontal sehingga
pengukuran kecepatan dengan alat ini tidak cukup pada satu titk saja. Prinsipnya
adalah makin cepat aliran, maka makin cepat putaran baling-baling pada alat.
Kecepatan dihitung atas dasar jumlah putaran baling-baling dan waktu putaran.
Setiap current meter mempunyai rumus kecepatan yang sudah pasti, dengan rumus
adalah:
V = a + bN
..(4)
dengan:
V
= kecepatan aliran
N
= jumlah putaran per waktu putaran dihitung dengan alat penghitung putaran
dan waktu dihitung dengan stopwatch.
a & b = konstanta tergantung dari jenis current meter dan diameter baling-baling
Pengambilan titik pengukuran dengan current meter berdasarkan kedalam air.
Mengingat bahwa kecepatan aliran sungai tidak merata pada kedalam yang berbeda
maka kedalaman vertikal yang diukur biasanya adalah pada kedalaman 0,2 dan 0,8
dari permukaan aliran untuk mencari kecepatan aliran rata-rata penampang vertikal
sungai. Sedangkan cara pengukuran dapat dilakukan dengan metode (1), (2), (3),
dan (5) titik
a
Slope Area Method
Cara slope area dapat digunakan untuk menghitung debit secara tidak langsung,
yaitu setelah banjir surut dengan menggunakan data bekas banjir pada tebing sungai
atau pelekat yang dipasang pada jarak tertentu. Cara ini menggunakan rumus
hidraulika, yaitu rumus Manning atau Cherry
V =
(5)
dengan:
Q
= AV
V
A
P
1.
IV.
PERHITUNGAN
Current Meter
Luas
=
= 2.7 m
1.
a.
20 %
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.6
2
= 1.62 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.7
3
= 1.89 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.6
3
= 1.62 m /dtk
Qrata
=
=
3
= 1.71 m /dtk
1.
b.
80 %
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.4
3
= 1.08 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.6
3
= 1.62 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.4
3
= 1.08 m /dtk
Qrata =
=
3
= 1.26 m /dtk
Pelampung
3
1.
A
a.
Gabus
= Luas penampang
= 2.7 m
V
=
2
=
= 1.15 m/dtk
Q
=AxV
= 2.7 x 1.15
= 3.105 m /dtk
3
1.
h
b.
Pasir
= 12 cm
= 50 cm
=
= 0.26
K
=1 0.1116 - 0.1
= 0.67
A
= 2.7
=
= 0.62 m/dtk
Q
=AxKxV
=
= 0.37
= 50 cm
=
=1 0.1116 -1)
= 1 0.116 (0.69)
= 0.612996
A
= 2.7
=
= 0.70 m/dtk
Q
=AxKxV
koefisien (K) tergantung dari jenis pelampung yang di gunakan dalam pengamatan
dan kedalaman sungai.
Dari hasil percobaan yang di lakukan dengan menggunakan pelampung yang berisi
pasir di peroleh hasil pengukuran debit pada pelampung berisi pasir adalah 1.12158
m /dtk, pelampung yang berisi krikil debitnya sebesar 1.15 m /dtk, dan gabus
debitnya sebesar 3.105 m /dtk. Dari hasil perhitungan yang di peroleh nilai debit di
pengaruhi oleh kecepatan pelampung pada arus sungai, arah aliran sungai, dan jenis
alat pemberatnya. Jika kecepatan pelampung yang semakin besar maka debit yang di
peroleh juga besar dan sebaliknya. Jika kecepatan pelampung kecil maka debit yang
di peroleh juga kecil. Sehingga semakin berat pelampung maka akan mempengaruhi
kecepatan arus sungainya.
Sebelum menghitung debit sungai, terlebih dahulu menghitung luas penampang
sungai. Luas penampang sungai dipengaruhi oleh lebar sungai dan
kedalaman sungai itu sendiri. Jika salah satu atau keduanya dari dua variabel
tersebut mengalami perubahan maka luas penampang sungai akan mengalami
perubahan.
3
1.
VI.
KESIMPULAN
Dalam praktikum yang di lakukan dua cara dalam mengukur debit sungai
berisi pasir di peroleh hasil pengukuran debit pada pelampung berisi pasir adalah
1.12158 m /dtk, pelampung yang berisi krikil debitnya sebesar 1.15 m /dtk, dan
gabus debitnya sebesar 3.105 m /dtk, jadi debit adalah jumlah aliran air (volume)
yang mengalir melalui suatu penampang dalam waktu tertentu (m /dtk).
Dalam menggunakan cara pelampung pengukuran yang di lakukan pada
bagian sungai yang relatif lurus sehingga lebih efektif dalam melakukan
pengukuran.
Jika kecepatan pelampung yang semakin besar maka debit yang di peroleh
juga besar dan sebaliknya, Jika kecepatan pelampung kecil maka debit yang di
peroleh juga kecil.
sungainya.
Besar kecilnya nilai debit yang di peroleh di pengaruhi oleh besar kecilnya
kecepatan pelampung.