Anda di halaman 1dari 27

ALIRAN PERMUKAAN

Pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau


sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area
method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan
aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller
dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang akan mencatat jumlah
putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan
ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.Bagian ekor alat
tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan lairan
air sunagi.Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran per
detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan
rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu..Pengukuran dilakukan
dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian dengan
leber permukaan yang berbeda.Kecepatan aliran sungai pada setiap
bagian diukur sesuai dengan kedalaman. (Prjitno, 1994)
Cara pengukuran lainnya selain dengan menggunakan alat Current
meter, dalam pengukuran kecepatan aliran sungai juga dapat dilakukan
dengan metode apung (floating method). Caranya dengan menempatkan
benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak
tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut
bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah
ditentukan.Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada
dasarnya adalah benda apa saja sapanjang dapat terapung dalam aliran
sungai.Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya pada bagian sungai yang
relatiflurus dengan tidak banyak arus tidak beraturan.Jarak antara dua titik
pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang-sekurangnya yang
memberikan waktu perjalanan selama 20 detik (Sosrodarsono, 1999)

1. Pengukuran dengan pelampung


Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung
permukaan, dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih
teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan debit
dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi
aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran
dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak
tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh

untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih
panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan
berdasarkan rata rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak
tersebut. Sedang kecepatan rata rata didekati dengan pengukuran
kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung
dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. (Harsoyo, 1997)
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu
pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan
kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan,
keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan
pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit
aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata rata kali luas
penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling
sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis
tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur
pada waktu bersama sama disusun berimpitan, penampang lintang ratarata didapat dengan menentukan titik titik pertengahan garis garis
horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang
melintang, maka mula mula dibuat penampang melintang rata rata
antara penampang melintang rata rata yang diperoleh dari penampang
lintang teratas dan terbawah. (Purnomo 2008)
Pengukuran dengan pelampung prinsip pengukurannya dengan
metode kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung, luas
penampang

basah

(A)

ditetapkan

berdasarkan

pengukuran

lebar

permukaan air dan kedalaman air. Persamaan debit yang diperoleh adalah
Q=AxkxU
Keterangan :
Q

= debit aliran (m3/dt)

= luas penampang basah (m2)

= kecepatan pelampung (m/dt)

= koefisien pelampung

Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang digunakan, nilai


tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Y.B. Francis)
sebagai berikut:
k = 1 0,116 ( 1 - - 0,1)
Keterangan :

= kedalaman tangkai (h) per kedalaman air (d), yaitu kedalaman


bagian pelampung yang tenggelam dibagi kedalaman air

(Richards, 1998)

ALIRAN PERMUKAAN
Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran permukaan
adalah current meter. Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit.
Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca
pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeler maupun
langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang tidak langsung
menunjukkan kecepatan aliran, aliran di hitung terlebih dahulu dengan
memasukkan dalam rumus yang sudah di buat oleh pembuat alat untuk tiap-tiap
propeler.
Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya
diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapkan pada masingmasing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : (i)
mangkok, (ii) bilah, dan (iii) sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan
dengan besar kecilnya aliran yang akan diukur.
Debit aliran dihitung dari rumus : Q = V.A, dengan V = kecepatan aliran, dan A =
luas penampang. Dengan demikian dalam pengukuran tersebut di samping
harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya.
Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi
kecepatan tergantung pada : (i) bentuk saluran, (ii) kekasaran saluran, dan (iii)
kondisi kelurusan saluran. Dalam penggunaan curent meter pengetahuan
mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan
penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan
pada bidang tersebut.
Dari hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran
(stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai
berikut :
1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk
parabolik
2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran
3. Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman di bawah permukaan air
4. Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan
5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran
secara mendetail ke arah vertical dengan menggunakan integrasi dari
pengukuran-pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya .
Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan :
a.
mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan ratarata = kecepatan pada titik tersebut
b.
mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman,
dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + kecepatan
pada 0,8h)
c.
mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6h dan
0,8h., dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2
kecepatan pada 0,6 + kecepatan pada 0,8h)

Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran ; Jumlah titik


pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :
Tabel 5.1. Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman

Kedalaman
saluran (h)
dalam m

Jumlah
titik
pengukur
an

Titik kedalaman
pengukuran

0,0 0,6

0,6 h

0,6 3,0

0,2 h; 0,8 h

3,0 6,0

0,2 h; 0,6 h; 0,8 h

> 6,0

0,2 h; 0,6 h; 0,8 h


dan pada dasarnya

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil


penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah
horizontal (lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran).
Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segment) dari profil yang
terbuat. Pada tiap bagian tersebut diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan
yang telah diterangkan dimuka).
Debit aliran di segment (Qi) = Ai.Vi
dimana :

Qi = debit aliran pada segment i


Ai = luas aliran pada segment 2i
Vi = kecepatan aliran pada segment i

Qtot Qi
i 1

Debit aliran (Qtot) = jumlah debit untuk tiap segment


(5.1)

Untuk memperoleh hitungan luas dan debit pada tiap segment, garis pengukuran
dalamnya air 2 kali banyaknya garis pengukuran kecepatan, akan diperoleh hasil
seperti pada gambar berikut :

b
c

Vd
b
d

b = interval pengukuran kedalaman air


c,d,e= dalamnya air tiap pengukuran
Vd = kecepatan rata-rata pada garis pengukuran

dasar saluran

= garis pengukuran kedalaman


air
= garis pengukuran kecepatan
aliran

Maka luas untuk segment tersebut (Fd) :


Fd b x

c 2d e
2

Debit aliran pada segment tersebut (Qd) :


Qd = Fd x Vd

Pengukuran luas penampang tergantung pada stabilitas dasar sungai. Pada


dasar sungai yang stabil, hasil suatu pengukuran dapat dipakai untuk 3 5 kali
pengukuran debit. Apabila dasar sungai tidak stabil, pengukuran luas
penampang harus dilakukan setiap kali pengukuran debit. Jika dasar sangat tidak
stabil dimana deformasi terjadi pada waktu pengukuran kecepatan aliran, maka
pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah pengukuran kecepatan
aluran dan kedalaman di tentukan dari hasil rata-rata kedua pengukuran
tersebut.

2. Pengukuran dengan pelampung


Terdapat dua type pelampung yang digunakan yaitu : (i) pelampung permukaan,
dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibanding dengan
type pelampung permukaan. Pada pengukuran debit dengan pelampung dipilih

bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan
pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada
angin.
Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang
ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling
sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan
ditentukan berdasarkan rata-rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak
tersebut. Sedang kecepatan rata-rata didekati dengan pengukuran kecepatan
permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan
antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sbb :
B/H

10

15

20

30

40

Vm/V
s

0,98

0,95

0,92

0,90

0,87

0,85

Keterangan :
B

= lebar permukaan aliran

= kedalaman air

Vm

= kecepatan rata-rata

Vs

= kecepatan pada permukaan

Pada pelampung tangkai koefisien kecepatan dapat dihitung dengan rumus


Francis :

V
1 0,116 1 0,1
u

dimana :

= koefisien

V = kecepatan rata-rata
u = kecepatan pelampung

kedalaman tangkai pelampung


dalamnya air

Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya,


pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat
dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan; keadaan stabil akan dicapai
5 sekon sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat
dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan

kecepatan rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelapung,


dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran
penampang melintang ini dicarai penampang melintang rata-ratanya, dengan
jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang
diukur pada waktu bersama-sama disusun berimpitan; penampang lintang ratarata didapat dengan menentukan titik-titik pertengahan garis-garis horizontal
dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka
mula-mula dibuat penampang melintang rata-rata antara penampang yang
ditengah dengan penampang melintang rata-rata yang diperoleh dari
penampang lintang teratas dan terbawah.
Debit aliran kecepatan rata-rata :

Q = C.Vp.Ap .. (5.2)

dimana :
Q = debit aliran
C = Koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
Vp = kecepatan rata-rata pelampung
Ap = luas aliran rata-rata

1.

METODE PENGUKURAN DEBIT AIR

Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah horisontal maupun arah
vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan
aliran dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada
Dasar alur.

Distribusi Kecepatan Aliran


A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu
Menurut mayong.(situs mayong)
Ada beberapa metode pengukuran debit aliran sungai yaitu :

Area-velocity method

Fload area method

Metode kontinyu

1) Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang basah (A)
diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat
pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter
dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current
meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi
kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran
kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan
beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode
tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
2) Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Jenis-jenis pelampung dapat dilihat pada Gambar dibawah ini..
Prinsip :
kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman saluran
(D)
debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta
Q=AxkxU
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung

Pengukuran Debit dengan Current-meter


Prinsip :
kecepatan diukur dengan current-meter
luas penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air.
Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran :
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Cara Pengukuran Kecepatan Aliran
Keterangan :

Vs di ukur 0,3 m dari permukaan air


Vb di ukur 0,3 m di atas dasar sungai

Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya (N =
putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai kalibrasi alat current meter.
Hitung jumlah putaran dan waktu putaran baling-baling (dengan stopwatch).

3) Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu


Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari
permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari
permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.

Namun menurut Chay asdak metode pengukuran debit air di bagi dalam 4 katagori
1.

Pengukuran air sungai.

Biasanya dilakukan untuk aliran air (sungai) lambat. Pengukuran debit dengan cara ini dianggap
paling akurat, terutama untuk debit aliran lambat seperti pada aliran mata air. Cara
pengukurannya dilakukan dengan menentukan waktu yang di perlukan untuk mengisi kontainer
yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang biasa dilakukan untuk pengukuran debit dengan
cara pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil (atau alat semacam weir) disalah
satu bagian dari badan aliran air yang akan diukur. Gunanya adalah agar aliran air dapat
terkonsentrasi pada satu outlet. Di tempat tersebut pengukuran volume air dilakukan.
Pembuatan dam kecil harus sedemikian rupa sehingga permukaan air di belakang dam tersebut
cukup stabil. Besarnya debit aliran dihitung dengan cara:
Q=

/t

Q = debit (m3/dt)

= volume air (m )
3

t = waktu pengukuran (detik)


2.

Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang
melintang sungai.

Yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai
pengukur debit melalui pendekatanvelocity-area method paling banyak dipraktikan dan berlaku
untuk kebanyakan aliran sungai.
3.

pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam aliran
sungai.

Sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan (turbulence). Untuk
maksud-maksud pengukuran hidrologi, bahan-bahan penelusur (tracers),

4.

1.

Mudah larut dalam aliran sungai

2.

Bersifat stabil

3.

Mudah dikenali pada kosentrasi rendah.

4.

Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak (negatif) yang
permanen pada badan perairan.

5.

Relatif tidak terlalu mahal harganya.

pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran lambat) atau
aliran air cepat.

Persoalan yangsering muncul ketika melakukan pengukuran debit sungai mendorong para ahli
hidrologi mengembangkan alat/bangnan pengontrol aliran sungai untuk tujuan pengukuran
debit.bangnan tersebut antara lain, weir dan flume. Cara kerja banganunan pengukur debit
tersebut diatas adalah dengan menggunakan kurva aliran untuk mengubah kedalaman aliran air
menjadi debit. Perbedaan pemakaian kedua alat tersebut adalah bahwa flume digunakan untuk
mengukur debit pada sungai dengan debit aliran besar, sering disertai banyak sampah atau
bentuk kotoran lainnya. Sedangkan aliran air kecil atau dengan ketinggian aliran (h) tidak
melebihi 50 cm. Biasanya dipakai weir. Aliran yang melewati lempengan weir akan menunjukan
besar kecilnya debit di tempat tersebut. Kegunaan utama alat tersebut adalah untuk mengurani
kesalahan dalam menentukan hubungan debit (Q) dan tinggi muka air.
Perkiraan debit empiris

Dibanyak negara berkembang, terutama di daera-daerah terpencil alat pencatat aliran air sangat
terbatas dan kalau tersedia sering kali dalam kondisi kurang memadai. Namun demikian, terlepas dari
segala kekurangan yang ada, prakiraan besarnya aliran air, betapapun kasarnya, sangat diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan DAS atau untuk merancang bangunan pengairan, terutama dalam
kaitannya pengendali banjir. Untuk mengatasi permasalahan seperti tersebut diatas, berikut ini akan
dikemukan teknik atau metoda untuk memprakirakan besarnya debit dengan menggunakan persamaan
empiris.
Pada tempat-tempat seperti tersebut diatas, karena keterbatasan alat ukur debit, besarnya debit
biasanya ditentukan secara tidak langsung(indirect measurement). Cara yang sering digunakan untuk
memprakirakan besarnya debit dalam kasus ini adalah melelui pendekatan slope-area method. Salah
satu metoda yang sering digunakan untuk mengukur kecepatan aliran air melalui pendekatan slope-area
method adalah persamaan Manning. Bentuk persamaan Manning untuk memperoleh angka kecepatan

aliran pada saluran terbuka adalah, seperti yang disajikan pada gambar tabel di bawah ini;

Hidrograf Aliran
Konsep unit hidrograf (UHG) memberikan dasar berbagai model hidrologi yang lebih rumit dan
pemakaian yang lebih luas dibandingkan dengan metoda rasional. Kegunaan utama metoda UHG adalah
untuk menganalisa proyek-proyek pengendalian banjir. Dua faktor utama untuk menentukan bentuk
hidrograf adalah karateristek Das dan iklim. Unsur iklim yang perlu diketahui adalah jumlah curah hujan
total, intensitas hujan, dan suhu.

Sherman (19320 memperkenalkan metoda untuk memperkirakan dan menelusuri debit sungai yang
kemudian dikenal sebagai metoda UHG. UHG dibentuk dari data aliran sungai dari suatu Das sebagai
respon curah hujan. Sherman mendefenisikan UHG sebagai berikut:
Dengan kata lain. UHG mewakili 1 inch (2.5 cm) air larian (direct runoff) suatu DAS. Debit puncak dan
lama waktu aliran tidak berubah untuk curah hujan yang jatuh dalam selang waktu tertentu. Selang
waktu biasanya dipilih antara seperempat sampai setengah dari waktu yang diperlukan untuk
tercapainya debit puncak (Qp). Curah hujan efektif (exess rainfall) biasanya dianggap sebagai curah
hujan total dikurangi air infiltrasi. Sedang sisanya, air larian, akan memerlukan waktu sama dengan
waktu konsentrasi Tc untuk mencapai lokasi pengamatan (outlet). UHG berhenti ketika air larian terakhir
dari tempat yang paling jauh mencapai lokasi pengamatan.

ACARA 4
PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN DEBIT ALIRAN PERMUKAAN
( SUNGAI )
1.
I.
TUJUAN
Mahasiswa dapat mengukur debit saluran atau sungai dengan menggunakan
berbagai cara, diantaranya adalah:
1.
2.
1.

Velocity Area Method (current meter dan pelampung)


Slope Area Method
II.
ALAT DAN BAHAN
current meter
meteran
pelampung
selang

ember plastik
yallon
stopwatch

1.
III.
DASAR TEORI
Debit adalah jumlah aliran air (volume) yang mengalir melalui suatu penampang
dalam waktu tertentu, umumnya dinyatakan dalam satuan volume/waktu yaitu
(m /detik). Pengukuran debit pada waktu-waktu tertentu dapat digunakan sebagai
bahan analisis. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin teliti datanya, akan
tetapi dalam menentukan jumlah pengukuran tergantung dari tujuan, kepekaan
sungai, dan ketelitian yang akan dicapai.
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi
pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk
perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama
pada musim kemarau pamjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan
gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran
sungai.
3

Penentuan tempat untuk pengukuran debit dapat dipertimbangkan berdasarkan:


1.
2.

Kondisi tempat
Yang dipertimbangkan adalah:
Ketelitian pengukuran
Kestabilan penampang sungai

1.

Kondisi tempat
Dapat dipakai untuk mengukur aliran rendah sampai tinggi
Pada bagian yang relatif lurus
Penampang sungai reguler
Penampang sungai stabil
Tidak ada pengaruh alir balik, jauh dari cabang sungai atau muara
Tidak ada tumbuhan air
Perubahan tinggi muka air nyata

1.
Jaringan stasiun pengukuran
Untuk pemasangan stasiun aliran perlu memperhatikan kondisi tempat dan jaringan
stasiun:
1.
Mempertimbangkan tujuan penelitian
2.
Mempertimbangkan kerekayasaan
3.
Memperhatikan tipe stasiun (stasiun utama, sekunder, khusus)
4.
Kepadatan stasiun aliran
Pengukuran debit dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu pengukuran secara
langsung dan tidak langsung.
Pengukuran Secara Langsung
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara volumetric dan cara ambang ukur. Cara
volumetric merupakan cara yang paling sederhana. Aliran dimasukkan dalam bejana
ukur, dan dicatat waktunya, sehingga didapat Q = V/T. Cara ambang ukur dapat
menggunakan bangunan air yang mempunyai hubungan tertentu tergantung dari
dimensinya. Acara ini tidak membahas pengukuran secara langsung.
Pengukuran Secara Tidak Langsung
1.
1. Velocity Area Method
Pada prinsipnya untuk mengetahui debit suatu aliran, dilakukan pengukuran
kecepata aliran dan penampang basah sungai. Rumus yang digunakan adalah:
Q = A V

..(1)
dimana:
Q
= debit aliran (m /dt)
3

A
V

= luas penampang basah (m )


= rerata kecepatan aliran (m/detik)
2

Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan
aliran dapat diukur dengan metode current meter dan metode apung
1.
a. Pengukuran dengan pelampung
Metode ini dapat dilakukan pada kondisi:

Kecepatan aliran tidak dapat diukur atau belum dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur arus karena darurat atau keadaan aliran membahayakan.
Kecepatan aliran melebihi kemampuan spesifikasi alat menurut jenis dan tipe
alat ukur arus yang digunakan.

Diperlukan untuk penyelidikan debit sesaat pada saat survey

pendahuluan.
Pada metode ini, diperoleh persamaan debitnya adalah sebagai berikut:
Q = A k V

(2)
dimana:
Q = debit aliran (m /dt)
A = luas penampang basah (m )
k = koefisien
3

V = kecepatan pelampung (m/dt)


Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai, dan dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

k = 1 0,116 ( - 0,1)

.(3)

a
= kedalaman tangkai (h) per kedalam air (d) yaitu kedalaman bagian
pelampung yang tenggelam di bagian kedalam air
1.
b. Pengukuran dengan current meter
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Distribusi kecepatan
aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horizontal sehingga
pengukuran kecepatan dengan alat ini tidak cukup pada satu titk saja. Prinsipnya
adalah makin cepat aliran, maka makin cepat putaran baling-baling pada alat.
Kecepatan dihitung atas dasar jumlah putaran baling-baling dan waktu putaran.
Setiap current meter mempunyai rumus kecepatan yang sudah pasti, dengan rumus
adalah:

V = a + bN

..(4)
dengan:
V
= kecepatan aliran
N
= jumlah putaran per waktu putaran dihitung dengan alat penghitung putaran
dan waktu dihitung dengan stopwatch.
a & b = konstanta tergantung dari jenis current meter dan diameter baling-baling
Pengambilan titik pengukuran dengan current meter berdasarkan kedalam air.
Mengingat bahwa kecepatan aliran sungai tidak merata pada kedalam yang berbeda
maka kedalaman vertikal yang diukur biasanya adalah pada kedalaman 0,2 dan 0,8
dari permukaan aliran untuk mencari kecepatan aliran rata-rata penampang vertikal
sungai. Sedangkan cara pengukuran dapat dilakukan dengan metode (1), (2), (3),
dan (5) titik
a
Slope Area Method
Cara slope area dapat digunakan untuk menghitung debit secara tidak langsung,
yaitu setelah banjir surut dengan menggunakan data bekas banjir pada tebing sungai
atau pelekat yang dipasang pada jarak tertentu. Cara ini menggunakan rumus
hidraulika, yaitu rumus Manning atau Cherry

V =

(5)
dengan:
Q
= AV
V

= kecepatan aliran (m/dt)

= koefisien kekasaran Manning menurut Cowan

= radius hidraulik = A/P

A
P

= luas penampang basah (m )


= panjang dasar penampang basah (m)

= kemiringan permukaan air

1.

IV.
PERHITUNGAN
Current Meter

Luas

=
= 2.7 m
1.
a.
20 %
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.6
2

= 1.62 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.7
3

= 1.89 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.6
3

= 1.62 m /dtk
Qrata
=
=
3

= 1.71 m /dtk
1.
b.
80 %
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.4
3

= 1.08 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.6
3

= 1.62 m /dtk
Q
= Luas penampang x V
= 2.7 x 0.4
3

= 1.08 m /dtk
Qrata =
=
3

= 1.26 m /dtk

Pelampung
3

1.
A

a.

Gabus
= Luas penampang

= 2.7 m
V
=
2

=
= 1.15 m/dtk
Q

=AxV

= 2.7 x 1.15
= 3.105 m /dtk
3

1.
h

b.

Pasir
= 12 cm

= 50 cm

=
= 0.26
K

=1 0.1116 - 0.1

= 0.67
A

= 2.7

=
= 0.62 m/dtk
Q

=AxKxV

= 2.7 x 0.67 x 0.62


= 1.12158 m /dtk
1.
c.
Kerikil
h
= 18.5 cm
3

=
= 0.37

= 50 cm
=

=1 0.1116 -1)

= 1 0.116 (0.69)
= 0.612996
A

= 2.7

=
= 0.70 m/dtk
Q

=AxKxV

= 2.7 x 0.612996 x 0.70


= 1.15 m /dtk
1.
V.
PEMBAHASAN
Pada percobaan yang di lakukan kali ini yaitu menentukan debit aliran sungai yang
mana dalam pengukuran debit aliran ini dapat di lakukan dengan menggunkan dua
cara yaitu:
3

Pengukuran debit dengan menggunakan cara pelampung


Pengukuran debit dengan menggunakan alat current meter

Pada pengukuran debit dengan menggunakan pelampung sangat sederhana sebab


hanya menggunakan botol aqua yang memang praktikan siapkan sebelumnya, dan
botol aqua tersebut di masukkan pasir dan krikil. Kemudian mencatat waktu dengan
menggunakan stopwatch untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
botol tersebut di lemparkan dari titik nol yang telah di tentukan sampai titik yang
telah di tentukan juga yaitu 10 meter. Dan sebaiknya di lakukan pada bagian sungai
yang relatif lurus sehingga dapat dengan mudah di lakukan pengukuran, dan
sewaktu melemparkan botol praktikan harus memperhatikan dengan seksama
karena botol harus tetap berada dalam posisi tegak sewaktu botol di lempar, dan
apabila posisi botol setelah di lempar miring atau tidak berdiri tegak maka waktu
tidak di anggap sah dan harus di ulangi sampai botol berdiri tegak. Dalam
menghitung debit, parameter yang di gunakan antara lain : luas penampang,

koefisien (K) tergantung dari jenis pelampung yang di gunakan dalam pengamatan
dan kedalaman sungai.
Dari hasil percobaan yang di lakukan dengan menggunakan pelampung yang berisi
pasir di peroleh hasil pengukuran debit pada pelampung berisi pasir adalah 1.12158
m /dtk, pelampung yang berisi krikil debitnya sebesar 1.15 m /dtk, dan gabus
debitnya sebesar 3.105 m /dtk. Dari hasil perhitungan yang di peroleh nilai debit di
pengaruhi oleh kecepatan pelampung pada arus sungai, arah aliran sungai, dan jenis
alat pemberatnya. Jika kecepatan pelampung yang semakin besar maka debit yang di
peroleh juga besar dan sebaliknya. Jika kecepatan pelampung kecil maka debit yang
di peroleh juga kecil. Sehingga semakin berat pelampung maka akan mempengaruhi
kecepatan arus sungainya.
Sebelum menghitung debit sungai, terlebih dahulu menghitung luas penampang
sungai. Luas penampang sungai dipengaruhi oleh lebar sungai dan
kedalaman sungai itu sendiri. Jika salah satu atau keduanya dari dua variabel
tersebut mengalami perubahan maka luas penampang sungai akan mengalami
perubahan.
3

1.

VI.
KESIMPULAN
Dalam praktikum yang di lakukan dua cara dalam mengukur debit sungai

yaitu dengan menggunakan cara pelampung dan manggunakan alat berupa


current meter.
Besarnya nilai debit pada pengukuran yang di lakukan tergantung dari

kecepatan pelampung dan waktu yang di perlukan.


Dalam menghitung debit, parameter yang di gunakan antara lain : luas

penampang, koefisien (K) tergantung dari jenis pelampung yang di gunakan


dalam pengamatan dan kedalaman sungai.
Dari hasil percobaan yang di lakukan dengan menggunakan pelampung yang

berisi pasir di peroleh hasil pengukuran debit pada pelampung berisi pasir adalah
1.12158 m /dtk, pelampung yang berisi krikil debitnya sebesar 1.15 m /dtk, dan
gabus debitnya sebesar 3.105 m /dtk, jadi debit adalah jumlah aliran air (volume)
yang mengalir melalui suatu penampang dalam waktu tertentu (m /dtk).
Dalam menggunakan cara pelampung pengukuran yang di lakukan pada

bagian sungai yang relatif lurus sehingga lebih efektif dalam melakukan
pengukuran.
Jika kecepatan pelampung yang semakin besar maka debit yang di peroleh

juga besar dan sebaliknya, Jika kecepatan pelampung kecil maka debit yang di
peroleh juga kecil.

Semakin berat pelampung maka akan mempengaruhi kecepatan arus

sungainya.
Besar kecilnya nilai debit yang di peroleh di pengaruhi oleh besar kecilnya
kecepatan pelampung.

Anda mungkin juga menyukai