Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Umum
Bendungan adalah sebuah bangunan yang dibangun melintang pada badan sungai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu untuk mendapatkan efek berupa
tampungan yang dinamakan waduk
Pada hakikatnya, bendungan merupakan suatu bangunan yang dibangun dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumberdaya air, baik untuk kebutuhan air
irigasi, air baku, industri, kebutuhan rumah tangga dll.
2.2 Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel)
Pada sebuah bendungan yang sedang dilakukan konstruksi melintang sungai perlu
mempertimbangkan pengalihan/ pengelakan dari aliran sungai di sekitar atau melalui site
bendungan selama masa konstruksi. Tingkat variasi dari masalah pengelakan aliran tersebut
tergantung dari besar dan potensi banjir dari aliran sungai. Pada beberapa site bendungan,
pengelakan aliran bisa jadi menjadi mahal dan memakan waktu yang berakibat pada
pengaturan jadwal aktifitas konstruksi. Meskipun demikian, masalah pengelakan aliran pasti
terjadi pada semua site bendungan dimanapun, kecuali yang dibangun di luar aliran sungai
(off stream), dan pemilihan rencana pengelakan aliran yang paling tepat itu penting bagi nilai
ekonomis dari suatu bendungan.
Rencana pengelakan aliran biasanya dipilih pada lokasi yang menggambarkan suatu
keseimbangan antara biaya konstruksi fasilitas pengelak dan nilai resiko yang terjadi.
Rencana pengelakan aliran yang baik akan meminimalisasikan kemungkinan dari kerusakan
akibat banjir pada hasil konstruksi yang sedang dilakukan pada jumlah yang minimum pula.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan rencana pengelakan terbaik
adalah :
a. Karakterisitik aliran
b. Besar dan frekuensi banjir yang terjadi
c. Metode pengelakan aliran
d. Spesifikasi yang diinginkan.

2.3. Terowongan (Tunnels)


Biasanya tidak cocok untuk melakukan pekerjaan pondasi yang cukup besar pada
ngarai yang menyempit (narrow canyon) sebelum aliran telah terelakkan. Dalam kondisi ini

9
10

penggunaan terowongan terbuki paling cocok untuk pengelakkan aliran, baik untuk
bendungan tipe urugan maupun beton. Aliran sungai dilewatkan/ diteruskan mengelilingi
area konstruksi melalui terowongan di satu atau kedua pangkal bendungan (abutment). Jika
terowongan pelimpah atau terowongan outlet akan dibuat pada desain bendungan,
penggunaan terowongan pelimpah/ outlet sudah terbukti nilai ekonomis dari
penggunaannya dalam perencanaan bangunan pengelak. Jika bagian hulu dari terowongan
permanen berada di atas elevasi dasar sungai, sebuah saluran pengelak sementara
(temporary adit) di hillir bisa dibuat untuk menghasilkan sebuah terusan muka air (stream-
level bypass). Gambar 2.1 Menunjukkan sebuah saluran (adit), yang dikonstruksi di
Seminoe Dam yang dibuat untuk mengelakkan air melewati terowongan pelimpah.

Gambar Saluran Pengelak dan Cofferdam Hulu di Seminoe Dam


Sumber : Design of Small Dams, 1987; 496
Jika ada bangunan terowongan outlet pada sungai, terutama pada bendungan tipe
urugan, pada umumnya digunakan untuk pengelak.. normalnya, bangunan terowongan
pengelak diletakkan pada elevasi di dekat level elevasi sungai. Jika tower atau drop inlet
digunakan, maka saluran sementara (temporary adit) di hulu sebagai dasar dari struktur
intake perlu dibuat. Setelah fungsi pengelakan selesai, saluran (adit) ini ditutup dengan
pintu atau sekat, dan penyumbat dari beton yang dipasang di struktur intake sebagai penutup
permanen.
2.4 Analisis Hidrolika Pada Saluran Pengelak
Untuk analisis hidrolika pada saluran pengelak ini dibahas mengenai kapasitas
pengaliran melalui saluran pengelak, baik melalui terowongan maupun conduit karena
11

prinsip dasar dari ke-dua pengelak tersebut adalah sama. Kapasitas pengaliran saluran ini
dibedakan menjadi dua kondisi yaitu, pada saat aliran bebas (free flow) yaitu pada saat sifat
hidrolik yang terjadi berupa hidrolika saluran terbuka dan kondisi pada saat aliran tertekan
yaitu pada saat sifat hidrolik yang terjadi berupa hidrolika saluran tertutup.
tampungan. Bentuk inlet bersudut menghasilkan konstraksi yang diinginkan tanpa
mengurangi kapasitas debit utama. Konstraksi pada inlet dapat terbentuk (tetapi pada
kapasitas hidrolik yang dikurangi) dengan inlet yang diproyeksikan, dengan mengubah sudut
inlet dengan menyamakan dengan kemiringan hilir, dengan bentuk gelang orifice yang lebih
kecil dari diameter terowongan, atau dengan menutup dinding muka bagian atas dari mulut
masukan terowongan.
Jika terowongan diizinkan untuk mengalir penuh total hingga tinggi muka air yang
lebih tinggi, kontrolnya akan terjadi pada outlet dan geometri inlet akan berpengaruh lebih
kecil. Pada kasus ini inlet harus dibentuk untuk meminimalisasikan konstraksi pancar untuk
mencegah abrasi dari aliran masuk dari tubuh terowongan karena aliran pipa penuh total
diinginkan pada semua kondisi kecuali ketika inlet tidak tenggelam. Bentuk yang lebih
streamline akan mengurangi kehilangan pada mulut masukan untuk kondisi penuh total.
Penghilangan konstraksi dicapai dengan membulatkan inlet atau dengan membuat sudut
transisi bertahap menuju ke tubuh terowongan.

Gambar Model Kondisi Aliran pada Terowongan dengan Kemiringan/ Slope Landai dan
Curam.
Sumber: Design of Small Dams, 1987:423
12

2.5 Aliran Bebas (free flow)


Dalam hal ini diasumsikan bahwa akan terjadi aliran bebas apabila tinggi muka air di
waduk (H) ≤ 1,5diameter pengelak (D). Untuk menentukan besarnya debit yang lewat
pengelak pada keadaan aliran bebas dapat digunakan rumus Manning bila aliran adalah
subkritis.

Gambar 2.14 Hidrolika Aliran dalam Pengelak Pada Aliran Bebas


Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, Ven Te Chow, 1997; 446
1 2 / 3 1/ 2
v = R S (3-1)
n
Q = A. v (3-2)
dimana:
v = kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kecepatan manning (untuk beton n= 0,014)
R = jari-jari hidrolis =A/P (m)
A = luas penampang basah (m2)
S = kemiringan alur pengelak
Untuk memeriksa pada kedalaman berapa terjadi pengaliran kritis digunakan rumus :

g. A 3 z
Qc = (3-3)
B
v
F = (3-4)
g .H
Dimana:
Qc = debit yang melewati pengelak dalam kondisi kritis (m3/detik)
g = percepatan gravitasi (= 9,81 m/detik2)
A = luas penampang basah (m2)
F = bilangan Froude
H = kedalaman aliran (m)
13

Kondisi aliran tersebut sangat perlu untuk diketahui, karena dengan demikian dapat
diketahui karakteristik hidrolisnya. Bila kondisi aliran pada berbagai kedalaman air
superkritis (Q > Qc atau F > 1), maka rumus Manning tidak berlaku dan harus digunakan
rumus dalam kondisi kritis sebagai berikut:

Gambar 2.15 Hidrolika Aliran Dalam Pengelak pada Kondisi Superkritis


Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, Ven Te Chow, 1997; 446

vc = g.H c (3-5)

Yc = 2/3 H (3-6)

2
vc = gH (3-7)
3

2
Qc = A gH (3-8)
3
Dimana:
Hc = kedalaman aliran kritis (m)

2.6 Aliran Tekan (Pressure Flow)


Diasumsikan bahwa aliran tekan ini akan terjadi bila tinggi air di waduk (H) > 1,5
diameter pengelak (D). Pada keadaan demikian digunakan rumus:

Gambar 2.16 Hidrolika Aliran Dalam Pengelak Pada Aliran Tekan


Q = A. v (3-9)
14

2 g ( H  L.sin   D / 2)
v = (3-10)
(1  C )
dimana:
H = kedalaman air waduk dihitung dari dasar inlet pengelak (m)
D = tinggi pengelak (m)
L = panjang pengelak (m)
θ = sudut yang dibentuk oleh alur pengelak
c = jumlah koefisien kehilangan energi
Untuk jumlah kehilangan energi dapat dihitung berdasarkan desain saluran yang
dibuat oleh perencana.

2.7 Macam Bentuk Terowongan pada Bendungan


2.7.1 Terowongan pada Bendungan dengan Penampang Lingkaran
Desain awal terowongan pengelak ini adalah berupa terowongan persegi. Bentuk
lingkaran diajukan sebagai alternatif desain pada tulisan ini karena strukturnya dianggap
lebih ekonomis (pembetonan yang lebil tipis) serta dapat mengalirkan air yang lebih stabil
dibanding terowongan dengan bentuk persegi. Meski perencanaan bentuk persegi mampu
menahan beban-beban yang bekerja, namun struktur berbentuk lengkung lebih stabil dan
dengan tebal yang lebih tipis pun dapat menahan beban-beban yang bekerja.
Perhitungan gaya-gaya dalam pada perencanaan menggunakan bantuan Program
STAADPro 2004 yang menggunakan konsep metode elemen hingga. Pada penyelesaian ini
struktur terowongan dimodelkan sebagai struktur plat yang menahan beban-beban seperti
beban mati, beban batuan, tekanan tanah kondisi normal dan gempa, beban grouting, tekanan
air dalam dan tekanan air luar.
Alternatif bentuk lingkaran direncana dengan diameter terowongan pengelak
mencapai 3,2m , setelah dilakukan perhitungan dapat disimpulkan dimensi yang direncana
mampu menampung debit banjir Q20 sebesar 92 m3/det.
15

Gambar Konstruksi Diversion Tunnel


Dalam Perencanaan Terowongan pada bendungan dengan bentuk lingkaran,terdapat
kapasitas air yang melewati terowongan.Kapasitas air ini di bagi menjadi 2 kategori yaitu :
a. Aliran bebas
Yaitu merupakan aliran saluran terbuka,hal ini terjadi bila terowongan tidak terisi penuh,atau
ujung udik terowongan tidak tenggelam (H/D≤1,2)
b. Aliran tekan
Yaitu berupa aliran pada saluran tertutup,hal ini terjadi bila terowongan terisi penuh
(H/D≥1,5) sedangkan transisi H/D = 1,2 – 1,5
Adapun kondisi dari kapasitas pada terowongan bentuk lingkaran beserta rumusnya :
16

Tabel Rumus Terowongan Penampang Lingkaran


17

Tabel Aliran Seragam pada Terowongan Berpenampang Lingkaran


18
19

Survei Geologi Amerika Serikat,telah mengembangkan suatu prosedur terinci yang


dapatdigunakan untuk perhitungan hidrolik perancangan terowongan.Untuk keperluan
praktis,dapat digunakan suatu penyelesaian pendekatan dengan menggunakan grafik sebagai
berikut :

Grafik untuk nilai air atas pendekatan pada terowongan berbentuk lingkaran dengan
saluran masuk bujur sangkar,aliran sebagian penuh.

2.7.2 Terowongan pada Bendungan dengan Penampang Persegi


Untuk pengembangan sumber daya air guna pemenuhan kebutuhan irigasi di
Magetan, maka dibangunlah Bendungan Gonggang. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu
sistem pengelak berupa terowongan Pengelak (Diversion Tunnel) untuk memindahkan aliarn
air sungai. Setelah bangunan bendungan selesai, terowongan pengelak akan ditutup
dengan Stoplog. Desain awal terowongan pengelak ini adalah berupa terowongan persegi.
Penentuan Rumus Untuk Terowongan berbentuk Segi empat :
20

 Energi spesifik dapat ditulis


1
E = y + 2𝑔(Q/A)2 , dengan :

A = luasan penampang sebagai fs(y), tergantung bentuk penampang dan persamaan


energi spesifik menjadi
1
E = y + 2𝑔(Q/ fs(y))2

 Bila dicari energi minimum (pada saat kedalaman kritis)


𝑑𝐸 𝑑𝐴
= 1 + (Q2/2g) (-2A-3 𝑑𝑦 )
𝑑𝑦
𝑑𝐴
Dari gambar di atas : dA = b dy , sehingga = b, dimana :
𝑑𝑦

b = lebar saluran air pada saluran pengelak


1 = Q2/2g . -2A-3 . b
g/ Q2 = b. A-3
g/ Q2 = b/ A3
Q2 = g A3/ b
Qc = √(g 𝐴3 / b)
Adapun dalam terowongan berbentuk lingkaran juga terdapat Survei Geologi
Amerika Serikat,telah mengembangkan suatu prosedur terinci yang dapat digunakan untuk
perhitungan hidrolik perancangan terowongan.Untuk keperluan praktis,dapat digunakan suatu
penyelesaian pendekatan dengan menggunakan grafik sebagai berikut :
Jenis H/d < 1,0 1,0 < H/d < 1,5 H/d > 1,5
Lingkaran 0,87 H/d 0,87 H/d 1,09 + 0,10 H/d
Kotak 1,00 H/d 0,36 + 0,64 H/d 0,62 + 0,46 H/d
21

Grafik untuk nilai air atas pendekatan pada terowongan berbentuk segi empat ,dengan
Satuan untuk segi empat,Aliran sebagian penuh.

2.7.3 Terowongan pada Bendungan dengan Penampang Tapal Kuda


Bentuk yang paling umum untuk sebuah terowongan aliran bebas adalah tipe tapal
kuda, portal bulat dan bulat. Bentuk tapal kuda dan portal bulat tersebut memiliki
karakteristik hidrolis yang bagus untuk kondisi aliran bebas. Jagaan dapat diperoleh tanpa
terlalu banyak kehilangan luas potongan melintang, dan langit-langit yang bulat memberikan
penyangga bangunan.
Perencanaan struktur terowongan pengelak berbentuk tapal kuda dengan
menggunakan metode Kolom Analogi (Analogy Column). Teori column analogy digunakan
untuk menganalisis suatu bentukan plane frame lengkung tertutup, dimana strukturnya
termasuk statis tak tentu dengan derajat kurang dari tiga. Analisis yang digunakan adalah
metode gaya, dengan suatu redundants dipilih pada sutu titik yang disebut clastic center,dan
menyertakan perhitungan seperti pada analisa column cross sectiontertekan, guna
mengkombinasikan gaya momen yang terjadi dengan gaya normalnya. Sehingga untuk
perhitungan dan analisa pembebanan, distribusi momen, pemodelan statika pada struktur
terowongan, serta perilaku perpindahannya (displacement) mengacu pada teori column
analogy tersebut.
Terowongan tapal kuda dapat dipakai untuk terowongan yang digali di dalam batuan
terbaik tanpa retakan, dan juga untuk terowongan-terowongan yang mampu berdiri cukup
lama untuk pemasangan penyangga tanpa mengendorkan batu besar yang bisa menyebabkan
22

keruntuhan bangunan. Pasangan yang diperlukan untuk tipe terowongan pada umumnya ini
adalah beton tumbuk.
23

Tabel Terowongan Berpenampang Tapal Kuda


24

Tabel Aliran Seragam pada Terowongan Berpenampang Tapal Kuda


25

Anda mungkin juga menyukai