Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya teknologi dan perkembangan industri yang semakin
pesat yang beriringan dengan memasuki era globalisasi, banyak penemuan yang
didapat lewat penelitian yang dilakukan oleh para ahli dan engineer dengan
maksud untuk mengetahui nilai-nilai ataupun koefisien dalam lingkup fluida.
Salah satu penelitian yang dilakukan para ahli dan engineer adalah
Hidrolika. Hidrolika merupakan salah satu cabang ilmu Teknik Sipil yang
mempelajari tentang perilaku zat cair. Pemanfaatan ilmu ini antara lain untuk
pembuatan pipa saluran air, pipa tambang, minyak, sungai, kolam, pelabuhan,
pengendalian banjir, dan irigasi pertanian.
Dalam sejarah dunia, kemampuan menginstalasi pipa sudah ada ribuan
tahun silam. Awal mulanya,sistem perpipaan digunakan untuk keperluan irigasi
pertanian oleh masyarakat China pada tahun 3000-2000 tahun sebelum Masehi.
Pakistan dan bagian utara India yang dahulu dikenal dengan nama Indus Valley
sudah terkenal keahlian penduduknya dalam merangkai sistem perpipaan pada
tahun 2500 sebelum Masehi. Pada saat itu mereka masih menggunakan bambu
atau kayu.
Pipa adalah suatu komponen berbentuk silindris yang digunakan untuk
menyalurkan fluida bertekanan yang di desain sedemikian rupa sesuai dengan
spesifikasi material tertentu.
Selain itu, di era sekarang ini kebutuhan perpipaan semakin beragam.
Kebutuhan perpipaan, misalnya di kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk
menyalurkan air, di industri digunakan untuk minyak, uap, dan juga gas.
Sistem perpipaan ini merupakan suatu cara yang paling efisien dan banyak
ditemukan untuk menyalurkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya. Setiap
sistem perpipaan memiliki peluang untuk menjadi jalur pipa kritis. Jalur pipa

1
kritis merupakan jalur pipa yang memiliki kemungkinan besar mengalami
tegangan
melebihi batas kekuatan izin material. Oleh karena itu, sistem perpipaan harus
mampu menahan semua beban-beban yang bekerja.
Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari
sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem perpipaan bercabang yang
sangat kompleks. Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal
sampai dengan lokasi tujuan.
Beberapa komponen dasar yang khas dari sistem perpipaan meliputi pipa itu
sendiri, berbagai sambungan yang digunakan untuk menyambung masing-masing
pipa guna membentuk sistem yang di inginkan, peralatan pengatur laju aliran dan
pompa-pompa yang menambah energi untuk mengalirkan fluida tersebut.
Komponen tersebut masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Dalam perancangan sistem perpipaan banyak hal yang perlu diperhatikan,
seperti material yang digunakan, standar code yang sesuai untuk diaplikasikan,
perhitungan dan pemilihan ketebalan pipa, serta cara sistem perpipaan di
koneksikan.
Berdasarkan uraian diatas, kami dari kelompok lima perlu melakukan
percobaan tata pipa untuk memudahkan penentuan dan pengaplikasian tata pipa
dalam kehidupan sehari-hari nantinya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana menentukan tingginya tekanan dan kehilangan energi yang
diakibatkan oleh pengaruh gesekan dan pengaruh lokal pada pipa?
2) Bagaimana menentukan koefisien pengaliran dengan bilangan Reynolds
pada aliran melalui pipa pengamatan?
3) Bagaimana menentukan hubungan antara (H1 ukur) dan (H1 hitung)?

1.3 Tujuan Pratikum


Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.

2
1) Untuk menentukan kehilangan energi yang diakibatkan oleh pengaruh
gesekan dan pengaruh lokal.
2) Untuk menentukan koefisien pengaliran (Cd) dengan bilangan Reynold (Re)
pada aliran melalui pipa pengamatan.
3) Untuk menentukan hubungan antara (H1 ukur) dan (H1 hitung).

1.4. Manfaat Pratikum


Adapun manfaat percobaan ini adalah sebagai berikut.
1) Pratikan dapat menentukan kehilangan energi yang diakibatkan oleh
pengaruh gesekan dan pengaruh lokal.
2) Pratikan dapat menentukan koefisien pengaliran (Cd) dengan bilangan
Reynold (Re) pada aliran melalui pipa pengamatan.
3) Pratikan dapat menentukan hubungan antara (H1 ukur) dan (H1 hitung).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aliran Fluida Dalam Pipa

Aliran air dalam suatu pipa dapat berupa aliran saluran-terbuka (open
channel flow) maupun aliran pipa (pipe-flow). Kedua jenis aliran itu banyak
memilikii kesamaan tetapi juga banyak memiliki perbedaan. Jika dibandingkan,
aliran saluran terbuka harus memiliki permukaan bebas (free surface), sedangkan
aliran pipa tidak memiliki itu karena aliran harus mengisi seluruh saluran.

2.1.1 Berdasarkan Cara Bergerak Partikel Zat Cair

a. Aliran Turbulen

Aliran turbulen adalah gerakan fluida yang ditandai dengan perubahan


kekacauan dalam tekanan dan kecepatan aliran. Aliran turbulen disebabkan oleh
energi kinetik yang berlebihan di bagian aliran fluida, yang mengatasi efek
redaman dari viskositas fluida. Permulaan aliran turbulen dapat diprediksi oleh
bilangan Reynolds yang tidak berdimensi, rasio energu kinetik terhadap rendaman
viskos dalam aliran fluida.

Turbulensi disebabkan oleh energi kinetik yang berlebihan di bagian aliran


fluida, yang mengatasi efek redaman dari viskositas fluida.

b. Aliran Laminier

4
Aliran Laminier adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-
lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sam lain.
Aliran relatif mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar dan
mepunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Aliran laminar mempunyai
Bilangan Reynolds yang lebih kecil.

2.1.2 Berdasarkan Bentuk Partikel Zat Cair

Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua


bentuk persamaan Bernoulli yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan
(incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan
(compressible flow).

a. Aliran tak termampatkan

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak


berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut.Contoh fluida tak- termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah
sebagai berikut:

1
P+ ρgh+ + ρ v 2 = KONSTAN (2.1)
2

keterangan:
v : kecepatan fluida
g : percepatan gravitasi bumi
h : ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p : tekanan fluida
ρ : densitas fluida

b. Aliran Termanpatkan

5
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh
fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk
aliran termampatkan adalah sebagai berikut:

V
+ ∅+ ω=KONSTAN (2.2)
2
Keterangan:
∅ : energi potensial gravitasi per satuan massa;
jika gravitasi konstan maka ∅=gh ,
ω : entalpi fluida per satuan massa

2.1.3 Berdasarkan Cara Pengalirannya

a. Aliran Mantap (steady flow)

Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik
tertentu setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya
akan selalu konstan. Hal ini barati pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu
titik tertentu adalah tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan
itu berubah/berbeda. Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang
memiliki kedalaman yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan
yang kecil.

Aliran mantap terjadi jika di sembarang titik, kecepatan partikel-partikel


fluida yang bersifat sama pada jangka waktu yang berurutan. Jadi, kecepatannya
tetap terhadap waktu atau dv/dt = 0, tapi bisa berubah-ubah pada titik-titik yang
berbeda-bedaatau terhadap jarak.

b. Aliran Tidak Mantap

Aliran air dikatakan tidak mantap (unsteady) apabila kecepatan pada setiap
tempat tertentu dan setiap saat tidak konstan. Hal ini berarti bahwa pada aliran ini
kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.Dalam aliran ini elemen penyusun air akan

6
selalu berusaha menggabungkan diri satu sama lain dengan elemen air di
sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan berlangsung dengan lancar.

2.2 Bilangan Reynolds

Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tanpa dimensi yang menganalisa


suatu gaya inersia fluida. Bilangan Reynnolds berfungsi sebagai pembeda aliran
turbulen, laminar, dan transisi. Rumus bilangan Reynolds umumnya sebgai berikut

ρ. μ . L ϑ . L
ℜ= = (2.3)
μ v

Keterangan:
Re :Bilangan Reynolds

ρ : Rapat jenis (kg/m³)

V : Kecepatan aliran (m/s)

ϑ : viskositas kinematic (kg/m.s)

L :Panjang pipa (m)

μ : Viskositas Absolut

2.3 Viskositas Kinematik

Viskositas adalah suatu cara untuk menerangkan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan kepada suatu cairan. Kebanyakan dari viscometer
dipergunakan untuk  mengukur kecepatan suatu cairan yang mengalir melalui pipa
gelas (gelas kapiler). Definisi yang lain dari viskositas adalah ukuran yang
menyatakan kekentalan  dari suatu cairan atau fluida.

7
Kekentalan adalah sifat cairan yang masih berhubungan erat dengan
hambatan agar  mengalir. Viskositas cairan itu akan menyebabkan gesekan antar
bagian atau lapisan cairan yang bergerak bersama yang benda lainya. Hambatan
atau gesekan yang terjadi adalah hasil dari gaya kohesi dalam zat cair (Yazid,
2005).

Tabel 2.1 Beberapa Harga Viskositas

Viskositas minyak Vikositas air Viskositas udara


Temperatur (◦c)
jarak (poise) (centipoise) (mikropoise)
0 53 1,792 171
20 9,86 1,005 181
40 2,31 0,656 190
60 0,8 0,469 200
80 0,3 0,357 209
100 0,17 0,284 218

2.4 Debit Aliran atau Air


Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak,2002).
Debit aliran atau debit air dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran
dengan rumus debit aliran dapat dicari dengan menggunakan persamaan Bernoulli
berikut:

Q=V.A (2.4)
1
Dimana = A: πD2
4
Keterangan :
Q : debit aliran( m3/det)
V : kecepatan aliran (m/det)
t : waktu (det)
A : luas penampang (m2)
D : diameter (m)

8
2.5 Kehilangan Energi Pada Pipa

Kehilangan energi merupakan faktor yang mempengaruhi kapasitas pipa


sebagai sarana penghantar aliran baik air maupun minyak. Kehilangan energi
menyebabkan terjadinya pengurangan debit aliran.

Kehilangan energi yang terjadi pada perpipaan disebabkan oleh :

- akibat gesekan pipa dengan fluida/air (kehilangan energi primer)

- akibat perubahan penampang pipa, belokan dan perubahan arah aliran pada pipa
(kehilangan energi sekunder)

2.5.1 Mayor Losses/Kehilangan Energi Primer

Mayor Losses adalah kerugian pada aliran dalam pipa yang


disebabkan oleh friksi yang terjadi di sepanjang aliran fluida yang
mengalir terhadap dinding pipa. Secara teoritis kehilangan energi primer dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan yang menurut White (1986), adalah
persamaan yang disebut dengan Persamaan Darcy-Weisbach, yaitu:

9
Gambar 2.1 kehilangan Tenaga

Sumber :( https://sanggapramana.wordpress.com)

L V2
hl = f (2.5)
d 2g

keterangan :
hl :koefisien tinggi tekanan akibat gesekan
f : koefisien gesekan (m)
L : panjang pipa (m)
d : diameter pipa (m)
v : kecepatan fluida (m/s)
g: percepatan gravitasi (m/s2)
Untuk menentukan koefisien gesekan (f), Balsius memberikan persamaan
koefisein gesek untuk pipa halus pada batasan angka bilangan Reynolds tertentu.

2.5.2 Minor Losses / Kehilangan Energi Sekunder

Kehilangan energi sekunder adalah kehilangan energi yang disebabkan


karena sambungan, belokan, katup, pembesaran / pengecilan penampang, dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan seperti berikut;

ℎ1= ℎ0+ℎ𝑏+ℎ𝑐 (m) (2.6)

a. Kehilangan Tinggi Tekan pada Pipa Lurus


Suatu pipa lurus dengan diameter (D) yang tetap, akan mempunyai
kehilangan tinggi tekan akibat gesekan sepanjang pipa (L) sebesar:
ℎ𝐿 = 𝑓 𝐿V 2 /2 DG (2.7)

dimana:

hL :kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)

10
f : koefisien gesek (tidak berdimensi)

L : panjang pipa (m)

D : diameter pipa (m)

v : kecepatan aliran (m/detik)

g : percepatan gravitasi (m/detik2 )

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Darcy-Weisbach dengan f


sebagai konstanta tidak berdimensi yang merupakan fungsi dari bilangan
Reynolds dari aliran dan kekasaran permukaan pipa.

b. Kehilangan Tenaga Akibat Perubahan Pipa Penampang

Disamping adanya kehilangan energi akibat gesekan, terjadi pula


kehilangan energi yang disebabkan oleh perubahan penampang. Pada pipa
panjang kehilangan energi akibat gesekan biasanya jauh lebih besar dari pada
kehilangan energi akibat perubahan penampang, sehingga pada keadaan
tersebut kehilangan energi akibat perubahan penampang dapat diabaikan. Pada
pipa pendek, kehilangan energi akibat perubahan penampang harus
diperhitungkan. Untuk memperkecil kehilangan energi akibat perubahan
penampang, perubahan penampang dibuat secara beransur-ansur. Untuk rumus
kehilangan tenaga di perubahan penampang bisa menggunakan rumus sebagai
berikut:

v2
h=k (2.8)
2g

dimana:
h : tinggi tenaga yang hilang
k : Koefisien Weisbach
v2
: tinggi kecepatan
2g

11
Pada pembesaran penampang nilai K bisa diperoleh menggunakan rumus
sebagai berikut:
K=¿ (2.9)

Untuk pengecilan penampang menurut Triatmodjo, B (2010) nilai K bisa


diperoleh dengan rumus:
K=¿ (2.10)
c. Pipa 30°

Pipa ini banyak digunakan pada kebutuhan pembuangan air kotor dan
saluran air bersih. Dibandingkan dengan pipa 90 tekanan pada pipa 30 lebih kecil
dari pada pipa 90, sedangkan untuk kecepatan aliran pipa 30 relatif lebih cepat
dari pipa 90. Untuk pengujian head loss juga pipa 30 relatif lebih kecil dari pada
pipa 90.

Kehilangan tinggi tekan akibat tikungan dapat dibedakan menjadi dua


macam,yaitu :
1. Kehilangan energi tekan akibat perubahan dari geometri pipa dengan
(koefisien kehilangan energi )
1
2. Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada tikungan lingkaran dengan
4
koefisien kehilangan tinggi tekan.
V2
hl = k (2.11)
2g

keterangan :
hl : kehilangan energy akibat tikungan (m)
k :koefisien kehilangan tinggi tekan
g :percepatan gravitasi (m/s2)
v : kecepatan aliran (m/s)

d. Pipa 45°

12
Kehilangan energi sekunder dapat diabaikan karena adanya perubahan
belokan pipa. Besarnya kehilangan energi sekunder dapat dirumuskan sebagai
berikut :
V2
he = k (2.12)
2g
keterangan :
he : kehilangan energy sekunder (m)
k : koefisien kehilangan energy
v : kecepatan aliran (m/s)
g : percepatan gravitasi (m/s2)

e. Pipa 90°
Pipa jenis ini termasuk pipa yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Pipa jenis ini mempunyai head loss tentunya. Secara umum rumus
kerugian head loss adalah :

f . v2
hf = (2.13)
2g

Untuk belokan lengkung


3,5

[ D
f = 0.131+1.847 2 R ( ) ]( 90θ ) (2.14)

Untuk belokan patah

θ θ (2.15)
f =0.946 sin 2 + 2.046 sin 4
2 2

Keterangan :

13
f : Koefisien gesekan
D : Diameter (m)
R : Jari – jari (m)
g : Gravitasi (m/s2)

2.6 Persamaan Kontinuitas


Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan kecepatan
fluida dalam dari satu tempat ke tempat lain. Pada umumnya, fluida yang
mengalir masuk ke dalam suatu volume yang dilingkupi permukaan di titik
tertentu akan ke luar di titik lain. Anggap suatu fluida masuk ke dalam sebuah
pipa, massa yang masuk ke salah satu ujung pipa harus sama dengan massa fluida
yang keluar di ujung lainnya walaupun memiliki diameter yang berbeda, atau
dapat dikatakan bahwa massa yang masuk dan massa yang ke luar adalah konstan.

Berdasarkan prinsip kontinuitas dan kekekalan massa, maka:

m1=m2
ρV1=ρV2
A1L1=A2L2
A1v1Δt=A2v2Δt
A1v1=A2v2
Keterangan :

A1 : luas penampang ujung pipa dengan diameter besar (m2)

A2 : luas penampang ujung pipa dengan diameter kecil (m2)

v1 : kecepatan aliran fluida pada bagian pipa berdiameter besar (m/s2)

v1 : kecepatan aliran fluida pada bagian pipa berdiameter kecil (m/s2)

L : jarak tempuh fluida (m)

T : waktu tempuh fluida (s)

14
2.7 Persamaan Bernoulli

Hukum Bernoulli dinamakan dari Daniel Bernoulli yang pertama kali


mencetuskan hukum ini berdasarkan bukunya yang berjudul ‘Hydrodynamica’
yang diterbitkan pada tahun 1738. Hukum Bernoulli dapat diaplikasikan pada
berbagai jenis aliran fluida dengan beberapa asumsi.Hukum Bernoulli
menyatakan bahwa kenaikan kecepatan aliran fluida akan menyebabkan
penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan energi potensial fluida
tersebut. Intinya adalah tekanan akan menurun jika kecepatan aliran fluida
meningkat.

Agar hukum bernoulli dapat dipakai dan diterapkan, maka diperlukan


asumsi-asumsi yang mengenai fluida kerjanya, diantaranya adalah:

Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible).

1. Fluida tidak memiliki viskositas (inviscid).


2. Aliran Fluida tidak berubah terhadap waktu (steady).
3. Aliran fluida laminar (bersifat tetap, tidak ada pusaran).
4. Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding.
5. Tidak ada kehilangan energi akibat turbulen.
6. Tidak ada energi panas yang ditransfer pada fluida baik sebagai
keuntungan ataupun kerugian panas.

Persamaan Bernoulli berdasarkan kekekalan energi mekanik dan tekanan di


mana:

Tekanan+Ekinetik+Epotensial=konstan

sehingga,

15
1 1
p1+ ρv12+ρgh1=p2+ ρv 222+ρgh2 (2.16)
2 2

Gambar 2.2 Persamaan Bernoulli


Sumber : (https://www.zenius.net)

dengan:

P : tekanan pada ujung pipa (Pa)

ρ : massa jenis fluida (kg/m3 kg/m^3 kg/m3)

v : kecepatan aliran fluida (m/s)

g : percepatan gravitasi (m/s2 m/s^2 m/s2 )

h : ketinggian (m)

2.8 Pengaplikasian Tata Pipa

Adapun pengaplikasian tata pipa dalam kehidupan sehari-hari sebagai


berikut.

16
2.8.1 Instalasi Pipa Dalam PDAM

Gambar 2.3 Instalasi pipa dalam PDAM


Sumber : (https://jabar.tribunnews.com/2019/11/08/)

Dalam penyediaan air bersih, PDAM di Indonesia menggunakan 3 metode


pengolahan yaitu Intake Building, Water Treatment Plant (WTP), dan Reservoir.
Adapun Intake Building merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi
sebagai tempat pertama kalinya air dari sumber air masuk. Water Treatment Plant
(WTP) merupakan bangunan utama pengolahan air bersih. Dan terakhir Reservoir
merupakan tempat penampungan sementara sebelum di distribusikan ke tempat-
tempat.

2.8.2 Instalasi Pipa Gas Oksigen

Instalasi pipa gas oksigen merupakan salah satu aplikasi tata pipa yang
berada di rumah sakit. Pipa-pipa di Rumah Sakit in harus diatur dengan baik agar

17
satu tabung oksigen yang menjadi sumber oksigen dapat dialirkan dan digunakan
oleh beberapa pasien yang membutuhkan.

Gambar 2.4 Instalasi pipa Gas Oksigen


Sumber : (https://www.fres.co.id/)

2.8.3 Instalasi Tempat Penyimpanan Air (Tandon)


Tempat penyimpanan air (tandon) merupakan tempat penampungan air yang
biasa digunakan di daerah perumahan. Air berasal dari sumuran yang dialirkan
menggunakan pompa air menuju tandon, dan dari tandon ke bak mandi dalam
rumah. Sambungan pipa yang biasa digunakan dalam tata pipa ini adalah
sambungan T, belokan 90° dan sambungan besar ke kecil.

18
Gambar 2.5 Instalasi Tempat Penyimpanan Air (Tandon)
Sumber : (http://www.ranahsolusi.web.id/)

2.8.4 Instalasi Pipa Minyak

Gambar 2.6 Instalasi Pipa Minyak

Sumber : (https://omc.proxsisgroup.com)
Instalasi pipa minyak berfungsi untuk menghantarkan minyak dari suatu
negara ke negara lain menggunakan jalur bawah laut.

2.8.5 Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran

19
Gambar 2.7 Instalasi Pipa Pemadam Kebakara

Sumber : (https://patigeni.com)

Ruang pompa hydrant atau rumah pompa hydrant atau ruang hydrant
merupakan suatu bangunan atau ruangan yang berfungsi untuk memindahkan air
dari reservoir (penampungan air) ke jaringan hydrant. 

2.8.6 Intalasi Pipa Gas

Instalasi pipa gas berfungsi untuk mengisi gas LPG yang kemudian di
salurkan ke rumah warga atau pedagang pedagang gas.

20
Gambar 2.8 Instalasi Pipa Gas

Sumber : (https://rejeki-teknik.com )

21

Anda mungkin juga menyukai