Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor industri dan transportasi merupakan sektor-sektor penghasil polusi
udara yang terbesar. Namun di Indonesia, emisi gas buang kendaraan dari sektor
transportasi menempati posisi tertinggi sebagai sumber pencemaran udara di
perkotaan yaitu sekitar 85 persen. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya
populasi kendaraan bermotor dari tahun ke tahun. Berdasarkan Data Korps Lalu
Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, pada tahun 2013
mencapai 104,211 juta unit atau naik 11% dari tahun sebelumnya (2012) yang
cuma 94,299 juta unit (Gusnita, 2012).
Sektor transportasi merupakan penyumbang 80% pencemaran udara di
daerah perkotaan di Indonesia. Pencemaran udara yang berasal dari kendaraan
bermotor antara lain adalah NO2, SO2, CO, Pb, hidrokarbon, dan partikulat
(Mukono, 1997). Pada pengukuran tahun 2007, konsentrasi debu di beberapa
lokasi masih melebihi batas baku mutu udara ambien. Untuk konsentrasi gas yang
melebihi batas yaitu gas NO2 pada bulan April 2007 yang mencapai angka 0,0667
ppm. Angka tersebut melebihi nilai baku mutu udara ambien yaitu 0,05 ppm
(BTKL, 2007).
Polutan udara tersebut dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan
kesehatan terutama gangguan pada saluran pernafasan. Polutan udara yang dapat
mengakibatkan gangguan pada saluran pernafasan adalah gas NO2, SO2,
formaldehid, ozon, dan partikel debu. Polutan tersebut bersifat mengiritasi saluran
pernafasan yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Gas SO2 dapat
menimbulkan efek iritasi pada saluran pernafasan bagian atas karena mudah larut
dalam air yang mengakibatkan produksi lendir meningkat sehingga terjadi
penyempitan pada saluran pernafasan. Nitrogen dioksida bersifat iritan dan
radikal. Gas NO2 termasuk salah satu gas utama dalam reaksi kimia di atmosfer
karena dapat menghasilkan ozon di lapisan troposfer setelah bereaksi dengan sinar
ultraviolet (Anonim, 2006). Masyarakat yang berisiko terkena pencemaran udara
yaitu masyarakat pengguna jalan raya, masyarakat yang tinggal di tepi jalan raya,
maupun masyarakat yang bekerja di ataupun dekat jalan raya, misalnya polisi lalu
lintas, penyapu jalan, pedagang kaki lima, pedagang asongan ataupun anak
jalanan yang biasa mengamen atau meminta-minta di persimpangan jalan
Sebagai negara berkembang, Indonesia terus berfokus pada percepatan
pembangunan infrastruktur, khususnya pada infrastruktur jalan. Meningkatnya
arus mobilitas masyarakat memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang
memadai, aman, dan nyaman. Hal ini kemudian mendorong peningkatan jumlah
kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Pembangunan jalan dapat
meningkatkan kenyamanan pengguna jalan terutama dalam mengurai kemacetan
dan memperindah lingkungan perkotaan, serta menunjang pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator untuk mengukur
kinerja ekonomi suatu negara. Negara akan mengalami kesulitan untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat tanpa adanya pertumbuhan yang positif.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi tidak senantiasa menjamin terciptanya keadilan
dan kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Pembangunan yang hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi semata berpotensi melahirkan ketidakadilan yang berujung
pada ketimpangan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya tidak dapat dianggap sebagai tujuan
akhir pembangunan (Sukwika, 2018).
Namun, peningkatan jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan banyaknya
jumlah pergerakan yang melewati ruas jalan sehingga berdampak pada kondisi
lalu lintas hingga dampak terhadap lingkungan. Kualitas udara di Indonesia,
khususnya wilayah perkotaan menunjukkan kecenderungan menurun dalam
beberapa tahun terakhir. Penurunan kualitas udara ini disebabkan oleh
pencemaran udara karena emisi yang berasal dari kendaraan bermotor yang
melampaui daya dukung lingkungan. Asap kendaraan bermotor dapat
mengganggu kualitas udara, aktivitas sosial, serta kenyamanan hidup masyarakat
yang bermukim di sekitar jalan raya. Selain itu, efeknya juga berpengaruh
terhadap kesehatan yang dapat berdampak buruk dalam jangka panjang. Hadirnya
substansi di udara dalam konsentrasi yang membahayakan kesehatan manusia
serta merusak ekosistem dan material bernilai sosial lainnya, seperti material dan
struktur yang disebut dengan pencemaran udara (Vallero, 2015).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018-2020,
jumlah kendaraan bermotor di Kota Kendari terus meningkat. Pada tahun 2018,
jumlah total kendaraan bermotor berjumlah 313.965. Pada tahun 2019, jumlah
total kendaraan bermotor berjumlah 331.132. Pada tahun 2020, jumlah kendaraan
bermotor berjumlah 552.936. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan
peningkatan kendaraan bermotor yang sangat pesat setiap tahunnya. Hal ini
merupakan faktor penyebab utama dari pencemaran udara yang terus terjadi dan
terus mengalami peningkatan. Tidak adanya tindakan nyata dapat memperburuk
kondisi pencemaran udara di lingkungan sekitar khususnya Kota Kendari.
Oleh karena itu, kami dari kelompok 6 melakukan uji kualitas udara pada
hari Sabtu, 13 November 2021 yang bertempat di jalan Jendral Ahmad Yani
depan ACE INFORMA. Lokasi ini memiliki arus lalu lintas kendaraan yang
cukup padat sehingga pengujian kualitas udara dan parameter pencemaran udara
sangat baik diuji di lokasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum uji kualitas udara adalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana cara menganalisis tingkat pencemaran udara dengan
menggunakan metode malkamah ?
2) Bagaimana tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang di
analisis ?
3) Bagaimana perbandingan hasil tingkat pencemaran udara yang di analisis
terhadap baku mutu udara Ambien nasional sesuai dengan peraturan RI
Nomor 41 Tahun 1999 ?
4) Bagaimana pengaruh tingkat kepadatan lalu lintas dan kecepatan kendaraan
terhadap kualitas udara di lokasi praktikum ?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum uji kualitas udara adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui cara menganalisis tingkat pencemaran udara dengan
menggunakan metode malkamah.
2) Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang di
analisis.
3) Untuk mengetahui perbandingan hasil tingkat pencemaran udara yang di
analisis terhadap baku mutu udara Ambien nasional sesuai dengan peraturan
RI Nomor 41 Tahun 1999.
4) Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepadatan lalu lintas dan kecepatan
kendaraan terhadap kualitas udara di lokasi praktikum.

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum uji kualitas udara terdiri dari beberapa
aspek yaitu sebagai berikut.

1.4.1 Umum
a. Dapat mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang di
analisis.
b. Dapat mengetahui perbandingan hasil tingkat pencemaran udara yang di
analisis terhadap baku mutu udara Ambien nasional sesuai dengan peraturan
RI Nomor 41 Tahun 1999.

1.4.2 Diri Sendiri


Dengan adanya praktikum uji kualitas udara ini, dapat menambah wawasan
saya mengenai adanya pengaruh tingkat kepadatan arus lalu lintas dan kecepatan
kendaraan terhadap kualiatas udara.

1.4.3 Ilmu Pengetahuan


Dengan adanya praktikum ini kita dapat mengetahui besar konsentrasi
senyawa kimia yang bereaksi dengan udara sehingga suatu dapat dijadikan
referensi ilmiah dan bahan kerajinan.
1.4.4 Instansi
Dengan adanya hasil praktikum ini, dapat di jadikan sebagai acuan dalam
pengembangan suatu cara dalam kegiatan penyehatan lingkungan oleh instansi
yang berwenang.

Anda mungkin juga menyukai