Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PERENCANAAN DRAINASE

Dosen Drainase Perkotaan : Sony Adiya Putra, S.T,M.T

Disusun Oleh kelompok X:

Athala Rania Putri (1822201030)

Farly Walyadin (1822201014)

Taufik Hidayat (1822201018)

Tengku Viny Elfinka (1822201006)

Ulfandri (1822201034)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUMAI

2020

Jl. Utama Karya Bukit Batrem, Dumai – Riau – 28811

Telp. 082174342828, Fax. (0765)35461


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Perencanaan Drainase,
dengan judul : ”Drainase Perkotaan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan pendidikan.

Dumai, 30 Juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Drainase perkotaan adalah adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari


kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir /
genangan akibat hujan (dan limbah cair domestik) dengan cara mengalirkan
kelebihan air permukaan ke badan air melalui saluran-saluran dalam sistem
tersebut.

Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air


secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan
aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini
jika tidak dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan
saluran drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air saluran
drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi kelebihan
air, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah Perencanaan Draninase Perkotaan
1. Mengatur dan mengalirkan air limbah dan air yang berlebihan di suatu
permukiman / perkotaan agar tidak terjadi genangan
2. Menentukan sistim dan pola dari drainase yang akan direncanakan pada daerah
yang direncanakan
3. Memahami tujuan dibuatnya drainase
C. Rumusan Masalah
1. Merancang drainase
2. Mengetahui kecepatan aliram
3. Mengethaui berapa besar debit aliran dari drainase yang direncanakan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Drainase

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari


usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan
tertentu. Drainase perkotaan adalah ilmu yang diterapkan mengkhususkan
pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan sosial yang ada di kawasan kota.

Drainase perkotaan / terapan merupakan sistem pengiringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi :

1. Pemukiman

2. Kawasan Industri

3. Kampus dan Sekolah

4. Rumah Sakit & Fasilitas Umum

5. Lapangan Olahraga

6. Lapangan Parkir

7. Pelabuhan Udara

Kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan


ada tambahan variable desain seperti :

1. Keterkaitan dengan tata guna lahan

2. Keterkaitan dengan masterplan drainasi kota

3. Keterkaitan dengan masalah sosial budaya

(H.A. Halim Hasmar : 2012)


2.2 Tujuan Drainase

a. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.

b. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan
efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.

c. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang menyebabkan


bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain, seperti : demam
berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang sehatnya lingkungan
permukiman.

d. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain : jalan,


kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan
kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.

2.3 Fungsi Drainase

a. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari


genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.

b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar


tidak membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.

c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan


untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

(H.A. Halim Hasmar 2012 : 1)

2.4 Jenis - Jenis dan Pola – Pola Drainase

2.4.1 Jenis – Jenis Drainase

A. Menurut Cara Terbentuknya

1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)


Terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan manusia
serta tidak terdapat bangunan-bangunan pelimpah, pasangan
batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain.

2. Drainase Buatan (Artificial Drainage)

Dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainasi, untuk menentukan


debit akibat hujan, kecepatan resapan air dalam tanah dan dimensi
saluran serta memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan
pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

B. Menurut Letak Saluran

1. Drainase Muka Tanah (Surface Drainage)

Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang


berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.

2. Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage)

Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan


permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa),
dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain : tuntutan
artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan 8
adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepakbola,
lapangan terbang, taman dan lain-lain

C. Menurut Fungsi

1. Single Purpose

Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja,


misalnya air hujan atau jenis air buangan lain seperti air limbah
domestik, air limbah industry dan lain-lain.

2. Multy Purpose

Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik


secara bercampur maupun bergantian.
D. Menurut Konstruksi

1. Saluran Terbuka

Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas.
Juga untuk saluran air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan
lingkungan.

2. Saluran Tertutup

Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan


lingkungan. Juga untuk saluran dalam kota.

2.4.2 Pola - Pola Drainasi

A. Siku

Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi


dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di
tengah kota.

Gambar 2.1 Jaringan Drainase Siku

B. Paralel

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan


saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek,
apabila terjadi perkembangan kot, saluran-saluran akan dapat
menyesuaikan diri.

Gambar 2.2 Jaringan Drainase Paralel

C. Grid Iron

Untuk daerah dimana sungainya terleteak di pinggir kota, sehingga


saluran - saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
Saluran Utama Saluran Cabang Saluran Utama Saluran Cabang

Gambar 2.3 Jaringan Drainase Grid Iron


D. Alamiah

Sama seperti pola siku, hanya sungai pada pola alamiah lebih besar.

Gambar 2.4 Jaringan Drainase Alamiah

E. Radial

Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala


arah. Saluran Utama Saluran Cabang Saluran Utama Saluran Cabang

Gambar 2.5 Jaringan Drainase Radial

F. Jaring-Jaring

Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan


raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Gambar 2.6 Jaringan Drainase Jaring-Jaring

 Saluran Cabang adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit


yang diperolah dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya
dibuang ke saluran utama. Saluran Utama Saluran Cabang Saluran
Cabang

 Saluran Utama adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air


buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus
membahayakan daerah yang dilaluinya.

2.5 Bentuk Penampang

Saluran Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran
irigasi pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat
membentuk dimensi yang ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan
menimbulkan permasalahan karena daya tamping yang tidak memedai. Adapun
bentuk-bentuk saluran antara lain :

A. Trapesium

Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan
cukup ruang. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 2.7 Penampang Trapesium


B. Persegi

Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini tidak
memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit yang
besar.

Gambar 2.8 Penampang Persegi

C. Segitiga

Saluran ini sangat jarang digunakan tetap mungkin digunakan dalam


kondisi tertentu.

Gambar 2.9 Penampang Segitiga

D. Setengah Lingkaran

Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan
yang telah tersedia. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan
air hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.
Gambar 2.10 Penampang Setengah Lingkaran

2.6 Sistem Jaringan Drainase

2.6.1 Sistem Drainase Mayor

Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran yang menampung dan


mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem
saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem
jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanal-kanal dan sungaisungai. Perencanaan drainase mayor
ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5-10 tahun dan
pengukuran topografi yang detail diperlukan dalam perencanaan sistem
drainase ini.

2.6.2 Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap


drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air
hujan (Catchment Area). Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem
drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran atau selokan
air hujan di sekitar bangunan, goronggorong, saluran drainase kota dan lain
sebagainya dimana debit yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
(Allafa : 2008)

2.7 Kuantitas Air Hujan

Kuantitas air hujan atau curah hujan (CH) adalah jumlah air yang jatuh di
permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
(mm) diatas permukaan horizontal bila tidak terjai evaporasi, aliran run off, dan
infiltrasi.

2.7.1 Pengukuran Hujan

Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisa hirologi


pada perencanaan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase.
Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam dengan cara ini bearti hujan
yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama 1 hari. Untuk berbagai
kepentingan perencanaan drainase 16 tertentu data hujan yang diperlukan
tidak hanya data hujan harian akan tetapi juga distribusi jam-jaman atau
menitan. Hal ini akan membawa konsekuensi dalam pemilihan data dan
dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat
ukur otomatis.
BAB III

LOKASI PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian

Bertempat si Jalan Semangka, Kecamatan Dumai Kota, Kelurahan

Rimba Sekampung.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan hari Jumat tanggal 19 Juni 2020.

3.3. Permasalahan di Lokasi Penelitian

Saat melakukan penelitian, kelompok kami memilih untuk meneliti

masalah pasang surut air laut yang terjadi di lokasi. Kondisi air pada drainase

dala kondisi lumayan naik daripada keadaan biasanya. Pasang surut air laut

yang terjadi secara berkala menyebabkan drainase menjadi penuh atau

mampet. Drainase di Jl. Semangka cenderung berukuran kecil, hal itu terjadi

karena adanya pelebaran jalan dan beberapa sisi penampang drainase

ditimbun. Penampang hanya berukuran 70 cm x 70 cm. Panjang jalan sekitar

400 cm dan bahu jalan masing-masing 100 cm. Total 600 cm.

Karena ukuran drainase yang kecil, air pasang cepat naik ke

permukaan jalan dan kondsi jalan ternyata sedikit lebih rendah daripada

drainasenya. Jika hujan deras terjadi, maka ini dapat menyebabkan banjir

yang tinggi dan berpotensi menggenangi pemukiman warga, SDN 001 dan

Jalan Cempedak.
Curah hujan Kota Dumai berkisar antara 1.600-3.200 mm selama

110-190 hari per tahun. Jumlah ini cukup tinggi dan membuat Kota Dumai

digenangi banjir jika hujan turun bersamaan dengan jadwal pasang surut air

laut.Pasang surut air laut terjadi karena Kota Dumai terletak di posisi pesisir

di tepi pantai timur Pulau Sumatera.

Jadi, inti penelitian ini membahas tentang banjir yang kerap terjadi

di sekitar Jalan Semangka karena kondisi drainase, elevasi jalan, curah hujan

yang tinggi, kestabilan aliran yang tidak stabil, sampah yang memenuhi

drainase, drainase yang kurang dalam, drainase yang aliran hulu sungai nya

lebih tinggi daripada drainase mengakibatkan banjir menjadi lama surutnya.

3.4. Solusi Masalah dari Penelitian

Sebenarnya, Jalan Semangka bisa dikurangi kemungkinan

terendam banjirnya. Walau melebarkan jalan menjadi hal yang tidak mungkin

dilakukan lagi, drainase dapat diubah kedalamannya dengan memperdalam

kedalaman drainase namun harus diperhatikan kestabilan dan keseimbangan

elevasi dari arah aliran air.

Dan juga dapat dilakukan pemeliharaan atau pembersihan drainase

secara berkala oleh warga karena mengingat banyaknya pemukiman di sekitar

Jalan Semangka dan adanya sekolah membuat drainase menjadi cepat kotor

atau mampet. Juga, harus melakukan reklamasi hulu sungai setahun dua kali

untuk mengurangi mampetnya saluran atau arah aliran air drainase.


Gambar 3.1. Lokasi Jalan Semangka

Sumber : Google Maps


BAB IV

PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Koefisien Aliran


Koefisien aliran (C) didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C
adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan (Arsyad,
2006).
Faktor utama yang mempengaruhi nilai (C) adalah laju infiltrasi tanah atau
persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan
intensitas hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju
infiltrasi turun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi
kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang juga  mempengaruhi nilai (C) adalah
air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi.
Adapun koefisien aliran (C) di daerah Dumai Barat adalah :
Tabel 3.1 Koefisien Aliran
Luas Wilayah Persentase
Tata Guna Lahan 2
C A (KM2)
(KM ) Wilayah (%)
Permukiman 50 0,5 2,31
Perkebunan 9,461 25 0,4 1,32
Hutan 25 0,03 0

4.2. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang
dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya.
Untuk perhitungan intensitas curah hujan di Dumai, digunakan beberapa
metode yaitu metode Mononobe, metode Van Breen dan metode Hasper dan der
Weduwen.
Data tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Ch Max 293,4 279,0 425,0 372,8 270,0 375,0 376,0 263,0 324,3 405,0
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Dumai

500,0

400,0
CH Max

300,0

200,0
Ch Max
100,0

0,0
2008 2009
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar Grafik curah hujan maksimum tahun 2008-2017

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pelud Pinang Kampai

4.3. Analisa Frekuensi Curah Hujan

Analisa frekuensi curah hujan dilakukan dengan menggunakan metode


Gumbel, hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah curah hujan rata-rata,
mengetahui standar deviasi, dan untuk mengetahui besarnya waktu periode ulang.
Selanjutnya nilai curah hujan dianalisa dengan menggunakan metode Gumbel,
hasil dari analisa frekuensi curah hujan dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut
ini :
Tabel 4.3. Hasil analisa frekuensi curah hujan dengan metode Gumbel

2
No. Tahun X X- X ( X-X )

1 2008 293,4 -56,5 3192,2500


2 2009 279 -70,9 5026,8100
3 2010 425 75,1 5640,0100
4 2011 488,3 138,4 19154,5600
5 2012 270 -79,9 6384,0100
6 2013 375 25,1 630,0100
7 2014 376 26,1 681,2100
8 2015 263,0 -86,9 7551,6100
9 2016 324,3 -25,6 655,3600
10 2017 405 55,1 3036,0100
Jumlah 3499
51951,840
Rata-rata 349,9

(Sumber : Hasil Perhitungan, 2017)

Tahap perhitungan hasil analisa pada tabel 4.3. tersebut adalahh sebagai
berikut :

A. Data curah hujan maksimum tahunan sebanyak 10 tahun, diurut dari tahun
2008-2017.
B. Hasil analisa data curah hujan (X) tahun 2008-2017 diurut berdasarkan nilai
tahun, intensitas curah hujan paling tinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu
3036.0100 mm
C. Mencari nilai curah hujan rata-rata ( X́ )
Dimana : X = Data curah hujan maksimum pertahun

n = Banyaknya kurun waktu yang diperlukan (tahun)

X́ =
∑X
n
X́ =

65,2 + 400,8 + 551,3 + 1774,1 + 3205,8 + 5043,8 + 5622 + 19121,3 + 6403,2 + 624
[ 10 ]
3500,2
X́ = 349,9 mm
10

Maka nilai curah hujan rata-rata ( X́ ) = 349,9 mm


D. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.3 diatas, didapat hasil untuk tahun
2013 adalah :
Untuk kolom 3 :
( X - X́ ) = ( curah hujan maksimum pertahun – curah hujan rata-rata )
( X - X́ ) = ( 375 – 349,9 ) = 25,1
Untuk kolom 4 :
( X - X́ )2 = ( curah hujan maksimum pertahun – curah hujan rata-rata ) 2
( X - X́ )2 = ( 375 – 349,9 )2 = 50,2

E. Standar Deviasi ( Sx )
51951,840
Sx = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿ = √ 10−1
= 75,976 mm

F. Menentukan Reduce Variate ( Xt )


(Yt-Yn)
Xt = X́ + Sx
Sn
Dari kriteria periode ulang untuk saluran daerah kurang penting
(perumahan) diambil kala ulang 2 tahun, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tahap perhitungan curah hujan rencana untuk kala ulang 2 tahun (Xt)
dengan nilai :
 Untuk t = 2 tahun dari Tabel 2.2. diperoleh Yt = 0,3665
 Untuk n = 10 tahun dari Tabel 2.3. diperoleh Yn = 0,4952
0,3665−0,4952
 Untuk t = 10 tahun dari Tabel 2.4. diperoleh Sn = 0,9496
0,9496

0,3665-0,4952
X2 = 349,9 + x 75,976
0,9496

= 349,9 -14,03

= 335,87 m3/jam

Maka didapat besarnya curah hujan rancangan harian (R24) = 335,87 mm

4.4. Debit
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak,2002).
Pengertian dari debit air ialah suatu  kecepatan aliran zat cait per satuan
waktu. Satuan debit ini biasanya digunakan untuk pengawasan kapasitas atau daya
tampung air yang ada pada  sungai atau pada bendungan agar air yang ada dapat
dikendalikan.
Adapun debit untuk wilayah Dumai Barat sesuai dengan data koefisien
aliran, intensitas curah hujan dan luas wilayahnya adalah :

Pemukiman :

Q1 = 0,278 . C . I . A

= 0,278 . 0,5 . 335,87 m3/jam . 2,31 km2

= 107,85 m3/dtk

Perkebunan :

Q2 = 0,278 . C . I . A

= 0,278 . 0,4 . 335,87 m3/jam . 1,32 km2

= 49,30 m3/dtk

Qtotal = Q1 + Q2
= 107,85 + 49,30
= 157,17 m3/dtk
Penelitian existing Drainase / Penampang
Diketahui :

Qtotalwilayah dumai kota = 157,15 m3/dtk

a rata-rata = 0,8 m

h rata-rata = 0,7 m

Sloof = 0,0013 (table file drainase )

n = 0,015

Luas penampang basah (A) dapat dicari dengan rumus :


A= axh

= 0,8 x 0, 7

= 0,56 m2

Keliling penampang basah (P) dapat dicari dengan rumus :

P = a + 2h

= 0,8 + 2(0,7)

= 2,2

Jari-jari hidrolik penampang (A) dapat dicari dengan rumus :

R = A/P

= 0,7 / 2,2

= 0,318 m

Kecepatan aliran penampang (V) dapat dicari dengan rumus :

1 2 /3 1 /2
V= . R .S
n

1
= .(0,292)2/ 3 . (0,0015)1 /2
0,015

3
= 66,67 √ 0,2922 . √ 0,0015

= 66,67 . 0,440. 0,0387


= 1,1353m/dtk`

Debit aliran penampang (Q) dapat dicari dengan rumus :

Q=A.V

= 0,56 m2 . 1,1353m/dtk

= 0,636 m3/dtk

4.5. Perecanaan Drainase / Penampang

Diketahui :

Jenis tanah : lempung

Lebar drainase existing : 0,8 m

Kemiringan lahan : 0,002

Debit aliran existing :0,795

Perencanaan kecepetan aliran

Jenis saluran tanah (tanpa pasangan)

Jenis tanah lempung : m: 1.5

Koefesien Kekasaran manning :0,023

Tinggi jagaan yang di ambil : 0,10

Coba aliran kecepatan dasar saluran dengan ukuran lebar 1,5m dengan tinggi
1m

Q : 1/n A R2/3 S1/2

0,636 = 1/0,023 ( 1,5 x 1,5 (1) ) (1) x { (2,333)2/3 } x 0,00131/2

0,636 = (43,4883) .(2.25) .{(2,333)2/3 x 0,00131/2

0,636 = 97,85. {(1,56).(0,00065)}

0,636 = 0,0992 m/det

Cek lebar yang di perlukan


B + 1,25h x 1,5 = 1,5 x 1 x 1 = 1,5 m OK (karena daerahnya masih bisa untuk
pelebaran drainase )

Kecepatan aliran pada dasar drainase = 0,0992 m/det ( OK tetapi terlalu rendah
alirannya untuk ukuran drainase selebar itu)
4.6 Dokumentasi Saluran Drainase

1. Menggukur kedalam drainase 2. Menggukur lebar drainase


BAB V

KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Koefisien aliran untuk wilayah Jalan Semangka dibagi menjadi dua bagian yaitu
pemukiman, perkebunan dan hutan dengan masing-masing persentase wilayah 50%,
25% dan
2. Menggunakan metode mononobe, van breen dan hasper der weduwen dalam mencari
intensitas curah hujan.
3. Luas wilayah Jalan Semangka adalah 2,31 Km2.
4. Debit total aliran di wilayah Jalan Semangka adalah 157,17 m3/dtk.
5. Debit total aliran curah hujan Qtotal adalah 157,17 m3/dtk < Q penampang saluran yang
direncanakan.
6. Untuk kecepatan aliran perencanaan penampang ialah Q = 0,0992 m/ det
7. Untuk lebar yang diperlukan 1,5 m ( masih oke karena daerah drainase masih bisa
untuk mempelebar drainase menjadi 1,5 )
8. Berdasarkan perhitungan debit yang datang melebihi kemampuan debit yang menerima
sehingga saluran penampang dapat dibuat lebih dalam daripada yang sebelumnya agar
saluran air dapat mengalir dan tertampung lebih banyak daripada kapasitas
sebelumnya.

5.2. Kritik dan saran


Saluran drainase harus sering dibersihkan agar alirannya lancar dan tidak tersumbat.
Sehingga drainase tidak meluap dan pembangunan drainase sebelumnya harus
diperhitungkan dan dibuat lebih dalam daripada drainase sebelumnya. Hal itu dapat
mengoptimalkan pembangunan drainase dan mencegah banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Website dalam bentuk PDF

http://eprints.polri.ac.id/123/3/3.%20AB%2011.pdf

Buku dan Makalah

Tugas Makalah Drainase Perkotaan 2015

Anda mungkin juga menyukai