Anda di halaman 1dari 11

Contoh Soal V = kecepatan air dalam saluran( m /

KP 01-07 2010 dt )
h = tinggi muka air( m )
Untuk pengairan daerah Kali Bomo b = lebar dasar saluran( m )
Blambangan ini digunakan lengkung t = kemiringan talud
tegelnya (c) sama dengan l (satu) O = Keliling basah( m )
sasuai dengan kriteria perencanaan R = jari-jari hidrolis( m )
irigasi yang dipakai di Indonesia. i = kemiringan saluran
Untuk kebutuhan air normal Cara “strickler” ini
(a) diambil 1,5 lt/dt/ha dengan dipergunakan untuk mencari dimensi
demikian kapasitass saluran dapat di saluran tersier dan saluran sekunder.
rumuskan, :
Q = a . C . A à dimana : Q=
debit kapasitas saluran (m³/dt) Cara II
a Untuk cara kedua ini kita
= Kebutuhan air normal (lt/dt/ha) harus membuat atau menentukan
A kemiringan dasar saluran terlebih
= Luas daerah yang diari (ha) dahulu ( a-line ) dengan langkah :
C - Tentukan panjang saluran
= Koefisien lengkung tegal = 1 induk
1). Pehitungan saluran tersier : - Kemiringan lereng dari
1. Sal Tersier Kd3 ka bangunan satu ke bangunan
a = 1,5 lt/dt/ha berikutnya untuk setiap salurannya ( I
c = 1,164 awal )
A = 86,28 ha - Dari beberapa I awal tersebut
Maka : Q=a.c.A di plot ke dalam grafik “Bagan
= 1,5 . 1,164 . perencanaan Saluran” bersama
86,28 = 150,64 lt/dt = 0,151 m³/dt masing-masing Q-nya.
- Tarik garis a-line dari
beberapa titik tersebut.
Cara I : - Untuk kemudian diperoleh
Untuk cara pertama kita harga I √ R dan I
sudah menentukan perbandingan b/h Langkah-langkah perhitungannya :
kemiringan talud, kecepatan rencana, 1. Cari R, dari rumus I √ R tadi.
cara ini disebut 2. cari V, V = K . R ^(2/3) . I ^(1/2)
cara “Strickler”dengan 3. A = Q / V
menggunakan rumus dan langkah- 4. Tentukan n, dan m (talud) dar
langkah sebagai berikut : tabel.
1. Q = F x V 5. A = ( m + n ) h²
2. F = ( b + t h ) h 6. Diperoleh h awal dari rumus 3 dan
3. O = b + 2 h √ ( 1 + t²) 5
4. R = F / O 7. Masukan h = ho kedalam rumus :
5. i = V / ( K . R ^ (2/3)) Vo = K ho . ( n + m ) / ( n + 2
Dimana : m² + 1 ) ^ (2/3) .i ^ (1/2)
Q = Banyaknya air tiap detik( m³ / dt 8. Luas basah : Ao = Q / Vo
) 9. h1 = Ao / ( m + n )
F = Luas penampang basah( m² ) 10. check, apakah h1 – ho < 0,005
atau = 0,005

1
Bila h1 - ho < 0,005 à h1 sebagai 1. Saluran Tersier
h rencana Tinggi muka air pada saluran
Bila h1 – ho > 0,005 à h1 sebagai tersier ditentukan oleh letak sawah
ho untuk perhitungan selanjutnya. ( tertinggi yang akan diairi pada petak
diulang terus menerus sampai tersier. Tinggi air yang tergenang
diperoleh 0,005 ) disawah di ambil 0,10 meter
Cara kedua ini dipergunakan untuk ditambah dengan panjang saluran
menetukan dimensi saluran Primer kali kemiringan.
atau saluran induk. Contoh perhitungan
a). Saluran Tersier KP3 ka
- letak sawah tertinggi :+5
Sesuai dengan kriteria perencanaan - Jarak dari pintu :0
Irigasi (Kp–04) bagiana bangunan, - Tinggi yang tergenang : 0,10
lebar standar untuk alat pintu Romijin meter
adalah 0,50 , 0,75 , 1,00 , 1,25 dan - Kemiringan : 0,342̄³
1,50 m. Maka tinggi muka air sebelah
Untuk harga-harga lebar hilir pintu pengambilan adalah :
standar ini semua pintu, kecuali satu = A + 0,10 + l . i
tipe, mempunyai panjang standar = 5 + 0,10 + 0 . 0,342̄³ = 5,10 m
mercu 0,5 m, untuk mercu horizontal Sedangkan tinggi muka air
dan jari-jari 0,10 m, untuk meja sebelah udik ditambah lagi dengan z
berujung bulat satu lagi di tambahkan (diambil 0,11) jadi :
agar sesuai dengan bangunan sadap 5,10 + 0,11 = 15,21 m
tersier yang debitnya kurang dari 1 b). Saluran Sekunder
liter/det. Lebar pintu ini 0,50 tepi menetukan tinggi muka air
mercu horizontalnya 0,33 m dan jari- pada saluran sekunder yaitu
jari 0,07 untuk ujungnya. tergantung dari pada tinggi muka air
Tabel besaran debit yang di saluran tersier yang dialiri oleh
anjurkan untuk alat ukur Romijn saluran tersebut. Tinggi muka air di
standar. hilir saluran adalah tinggi muka air
yang tertinggi dari slauran tersier
yang diambil dari saluran sekunder
tersebut.
Untuk daerah irigasi Kali Tinggi muka air di udik
Bomo pintu rominjinnya digunakan saluran adalah tinggi muka air di hilir
lebar 0,50 m karena q rata-rata tidak ditambah dengan panjang salurran
lebih dari 0,22 m³/dt (saluran kali kemiringan,
tersiernya) Contoh Perhitungan :
Perhitungan h dan z Kd3 ka KD3 ka = + 5,21 m
Q = 0,151 m³/dt b= KD3 ki = + 5,21 m
0,5 m Ambil yang tertinggi 5,21 m
Q = 1,71 . b . h ^(3/2) B+Li
h^(3/2) = Q : 1,71 . b 5,21 + 1200 . 0,262 . 10̄³
h^(3/2) = 0,177 à h = 0,315 5,21 + 0,314 = 5,524
z = 1/3 h à z = 1/3 x 0,315 = 0,105 Maka air di udik :
P = 0,21 + h = 0,21 + 0,315 = 0,525. 5,524 + 0,10 = 0,564

2
Sebagai rekapitulasi sawah = 0,197 m/dt
tertinggi dan panjang saluran dapat di Debit
lihat pada tabel 2. Q=A.V
= 2,22 . 0,197
Perhitungan Lengkung Debit = 0,438 m3/dt
Sungai Untuk perhitungan selanjutnya (h =
Karakteristik Sungai 0,2 ; h = 0,3 ; …) dapat dilihat dari
Lebar Dasar sungai (b) = 22 m tabel
Kemiringan Dasar Sungai (I) = 0,0015 Dari grafik diperoleh nilai h untuk Q =
Koefesien Kekasaran Manning (n) = 370 m3/dt, yaitu : h = 5,4 m
0,042 Jadi tinggi muka air sungai sebelum
Debit Banjir Rencana (Q100) = 37 dibendung adalah : 5,4 m
m3/dt Sehingga elevasi muka air sebelum
Bentuk tebing sungai : dibendung adalah :
Perhitungan tinggi banjir rencana = 20 + 5,4
disungai menggunakan persamaan = +25,4 m
Manning :
A = (b+z.a).h Perhitungan Elevasi Mercu
Q=V.A Bendung
Dimana : Q = Debit aliran (m3/dt) Elevasi sawah
V = Kecepatan Aliran (m/dt) tertinggi =
P = Keliling basah (m) +25
R = Jari-jari Hidrolis (m) Tinggi genangan air
b = Lebar Dasar sungai (m) sawah = 0,14
h = Tinggi air (m) Kehilangan
S = I = Kemiringan dasar sungai Tekanan
Z = Kemiringan tebing :
Untuk mencari harga h (tinggi air) dari Dari saluran Tersier ke sawah = 0.10
sungai agar diperoleh Q rencana yang Dari saluran induk ke Tersier = 0.10
mendekati harga Q100, maka harga h Sepanjang saluran = 0.10
dicoba-coba sampai diperoleh nilai h Pada Bangunan ukur = 0.40
yang sebenarnya. Pada Bangunan pengambilan = 0.15
Contoh penyelesaian : Untuk eksploitasi = 0.15
Dicoba : h = 0,1 m Elevasi puncak
b = 22 m mercu =
I = 0,0015 +26.14
n = 0,042 Sehingga Tinggi Mercu (P) = 26.14-20
z = 1,5 = 6.14 m
Luas penampang
A = (b+z.a).h Perhitungan Lebar Bendung
= (22+2.0,1). 0,1 Lebar maksimum bendung hendaknya
= 2,22 m2 tidak bole dari 1,2 kali lebar rata-rata
Keliling basah sungai pada ruas yang stabil (Standar
= 22,36 m Perencanaan Irigasi KP.02, hal.38).
Jari-jari Hidrolis Lebar sungai = 2,16 + 22 + 2,16 =
= 2,22 / 22,36 26,32 m
= 0,099 Lebar bendung = 1,2 * 26,32 =
Kecepatan aliran 31,584 m

3
Jadi lebar bendung (B) adalah Perhitungan Lebar Pintu Pembilas
: 31,584 m ≈ 32 m Lebar Pembilas ditambah tebal pilar
Lebar bendung adalah jarak tembok pembagi sebaiknya 1/6 -1/10 dari
pangkal satu dengan tembok sisi Lebar bersih Bendung (jarak antar
lainnya (B) pangkalnya) untuk sungai-sungai yang
lebar bendung sebenarnya adalah lebarnya kurang dari 100 m.
lebar bendung total yg telah dikurangi Lebar Pembilas + Tebal Pilar = 1/6 x
oleh 32 = 5,33 m ≈ 5 m
tebal pilar dan pintu penguras (LI) Diambil Pintu Pembilas 2 buah dengan
Lebar efektif adalah lebar sebenarnya lebar 1,5 m dan Tebal masing-masing
yg telah diperhitungkan dengan pilar 1m
koefisien Lebar Total = (1,5 x 2) + (1 x 2) = 5
pilar dan koefisien kontraksi (L) m ….(ok)
Rumus pada KP 02 hal.37
L = LI-2(nKp+Ka)He
LI= B-b-St Desain Mercu Bendung
Dimana : Type lengkung Bendung :
L = lebar bendung effektif (m) Dipakai Type Bulat
LI = lebar bendung sebenranya (m) Elevasi dasar Bendung = +20 m
n = jumlah pilar Elevasi puncak Mercu = +26,14 m
kp =koefisien kontraksi pilar Kemiringan punggung = 32 m
ka =koefisien kontraksi dinding
samping
H =tinggi tekanan total diatas mercu Mencari Nilai He (tinggi air diatas
bendung (m) Mercu)
B = lebar bendung (m) Bangunan ini direncanakan denga
b =lebar pintu penguras (m) memakai tipe bulat, sehingga debit yg
St = jumlah tebal pintu penguras (m) melimpah diatas mercu :
Berdasarkan Tabel 4.1. KP.02, hal 40, ( KP 02 hal. 42 )
diperoleh : Q = Cd*2/3* *Be*He1,5
Koefesien Kontraksi pilar Kp = Dengan :
0.10 (untuk Pilar ujung bulat) Q = Debit rencana yg melewati
Koefesien kontraksi pangkal bendung bendung ( m3/det)
Ka = 0,10 Cd = koefisien pengaliran
(Untuk pangkal tembok bulat dengan Be = lebar efektif bendung (m)
tembok hulu 90o kearah aliran dengan He = total energi diatas mercu (m)
0,5 He > r > 0,15 He Direncanakan dengan :
maka : r = jari-jari mercu bendung, berkisar
LI = B – b – St 0.3-0.7He
= 32 – 3 – (2.1) direncanakan dengan.4He
= 27 m Cd = koefisien debit,
L = LI-2(nKp+Ka)He Direncanakan dengan Cd= 1.3
= 27 – 2. (2.0,01 + 0,10). He g = percepatab gravitasi, g = 9.8
= 27 – 0,24 He m/det2
Diketahui dengan :
Q100 = 370 m3/det
Be = 27 – 0.240He
Maka :

4
Q = Cd*2/3* *Be*He1,5 = 4.181 m
370 = 1.3*2/3* (27-0.24He)*He1.5 Persamaan Panjang Aliran Balik :
167,025 = 27 – 0.24 He 2.5 (sumber : materi kuliah irigasi II)
dengan Trial and Error, diperoleh -x*I+h-z = 0
He = 3,441 untuk menghitung panjang aliran
Jadi tinggi energi air adalah 3,441 dari balik, maka z=0
puncak mercu – x (0.0015) + 4.181 = 0
Pengecekan nilai cd (KP 02 Hal 42) 1.345 x2 – 0.0015 x + 4.181 = 0
Cd = C0*C1*C2 dengan rumus ABC, didapatkan nilai x
r = 0.5 He :
= 0.5*3.441 x1 = 5668.922 m
= 1.721 x2 = 5483.494 m
p = ½*tinggi mercu bendung jadi panjang alirannya adalah
=1/2*6.14 5668.922 m
=3.07 m
He/r =3.441/1.721 = 2.0
P/He=3.07/3.441 = 0.892 Desain Apron
Dari grafik gambar 4.5 KP 02 hal 44, Panjang dan tebal apron dibelakang
diperoleh nilai Cd = 1.295 serta didepan bendung direncanakan
Lebar Efektif Bendung : untuk menahan gaya Uplift pada
L=LI-2(nkp+ka)He kondisi serta mengurangi hydraulic.
= 27 – 0.240He Data-data :
= 27 – 0.24*3.441 – Elevasi air dihulu pada saat
= 26.174 m banjir = Elevasi bendung + Hd
= 26.14 + 3.365
= 29.505 m
Menentukan Aliran Balik – Elevasi air dihilir pada saat
Aliran balik adalah suatu aliranyang banjir :
arahnya kehulu diakibatkan oleh = Elevasi Dasar kolam olak + y2 +
adanya bendung dibadan sungai. V2/2.g
Aliran balik ini dapat dihitung = 20 + 5.127 + 2.2552/2. 9,81
panjangnya mulai dari tubuh bendung =25.386 m
sampai ke hulu. – DH banjir = 29,505 +
Data-data yang ada : 386 = 4.119 m
– kemiringan dasar – Elevasi air normal
sungai dihulu = 26.14 m
: 0.0015 – Elevasi lantai
– kedalaman air banjir aoo th dasar = 20 m
Sebelum di bendung : 5.4 m – DH
– elevasi air Sebelum Normal =
dibendung : 6.14 m
25.4 m Harga minimum angka rembesan lane
– tinggi ar banjir max 100 th (CL) untuk berbagai jenis kondisi
Setelah pembendungan : 3.441 tanah :
h = tinggi air max mercu + elevasi – Pasir sangat halus/lanau =
mercu – elevasi air banjir Sebelum di 8.5
bendung – Pasir halus =
= 3.441+26.14- 25.4 7.0

5
– Pasir sedang = Perhitungan untuk memperoleh tinggi
6.0 jagaan digunakan rumus :
– Pasir kasar = Fb =0.6 + 0.0037 . V . d1/3
5.0 dimana :
– Kerikil halus = Fb =Tinggi jagaan (m)
4.0 v =Kecepatan aliran (m/dtk)
– Kerikil sedang = d =Kedalaman air (m)
3.5
– Kerikil kasar termasuk
berangka = 3.0 Tinggi Jagaan pada Upstream
– Bongkah dengan sedikit Bendung :
berangka dan kerikil = 2.5 Kecepatan aliran pada upstream (vo) :
-Lempung lunak = 2.0 vo =1.217 m/det
– Lempung sedang = 3.0 d=hd=3.365 m
– Lempung keras = 1.8 Fb=0.6*0.0037*1.217*3.3651/3
– Lempung sangat = 0.607 m 0.6 m
halus = 1.6
– Kondisi Tanah : Sandy Clay
Berdasarkan KP.02, hal 126, dengan Tinggi Jagaan pada Chute :
kondisi tanah Dasar diketahui angka Kecepatan aliran pada chute
rembesan Lane (CL) = 8,5 (penampang 1) :
………………(KP.02, hal 124) v1 = 1 m/det
dimana : d1=yu=0.885 m
CL = Angka rembesan Lane Fb=0.6*0.0037*13.065*0.8851/3
Lv = Jumlah panjang Vertikal = 0.646 m 0.6 m
Lh = Jumlah Panjang Horizontal
∆H = Beda tinggimuka air
Dianggap jalur Vertikal memiliki daya Ø Desain Jagaan Pada Kolam
tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat Olakan :
dari jalur horizontal. Kecepatan aliran pada kolam olak
Dengan : (v2):
Lv = 3+1.5+1.5+1.5+0.7+0.8+(1.5 v2 =2.255 m/det
x 14) +3 +1 = 34 m d1=y2 = 5.127 m
Lh = 2 + 5 +2 +2 + 2 + 2 + (1.5 x Fb = 0.6+0.0037*2.255*5.1271/3
14) = 36 m = 0.614 m 0.6 m
maka :
=
= 11.168 > 8.5 …………..(OK) 4.7. Desain Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan adalah pintu
tempat masuknya air untuk
Desain Tinggi Jagaan dialirkan kesaluran primer.
Tinggi jagaan pada bangunan Ukuran dari pintu harus sesuai
pelimpah / bendung direncanakan dengan debit rencana untuk saluran
untuk menghindari adanya limpasan irigasi
ombak, maupun benda – benda padat Berdasarkan KP 02 Hal. 84, diketahui
yang terapung pada aliran. Tinggi persamaan :
jagaan adalah jarak vertikal dari muka dimana :
air sampai keujung dinding.

6
Q = Debit rencana yang masuk untuk dengan : h = effisiensi
saluran irigasi pengaliran
m = Koefisien debit (diambil 0,8) = 0.65 = 65 %
b = Lebar bukaan Sehingga : Qkebutuhan =
a = Tinggi bukaan = 2307,692 l/det
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/dtk2 = 2.308 m3/det
z = Kehilangan tinggi energi pada Berdasarkan KP 02 hal 84 :
bukaan diambil 0,2 m ” Kapasitas pengambilan sekurang-
Elevasi dasar bangunan pengambilan kurangnya 120 % dari kebutuhan
sebaiknya 0.2 m diatas muka kantong pengambilan guna menambah
dlm keadaan penuh guna mencegah fleksibilitas agar dapat memenuhi
pengendapan kebutuhan yang lebih tinggi selama
partikel sedimen didasar pengambila umur pro yek “.
n itu sendiri Maka : Qp = Qkebutuhan . 120 %
(Petunjuk Teknis Perencanaan = 2.308*120%
Irigasi, Hal.77) = 2.769 m3/det
data – data : Qp = *b*a*
– Kebutuhan air tanam a =
– Luas daerah = 0.874 m 1,0 m
irigasi = Jadi tinggi bersih bukaan pintu
1.1 lt/det/Ha pengambilan = 1,0 m
– Luas daerah
irigasi = 350 Ha
– Direncanakan dengan pintu Desain Pintu Pembilas
pengambilan menggunakan pintu Air yang mengalir pada sungai yang
radial, dengan keuntungan tidak ada akan dibangun bendung, banyak
gesekan yang harus diperhitungkan, mengandung/ membawa sedimen.
sehingga m =0.8 Agar sedimen tersebut tidak
– Berdasarkan petunjuk teknis memasuki intake maka perlu diadakan
perencanaan irigasi hal 77. Bahwa pembilasan/penggelontoran. Dalam
elevasi dasar bangunan pengambilan penggelontoran ini sedimen yang
sebaiknya 0.2 m di atas muka mengendap dibuang ke sungai utama.
kantong lumpur dalam keadaan penuh Untuk melaksanakan pembilasan ini
guna mencegah pengendapan partikel diperlukan bangunan pembilas.
sedimen di dasar pengambilan itu Kecepatan recana yang diperlukan
sendiri sehingga kehilangan tinggi selama pembilasan dapat diambil 3,0
energi (z) diambil 0.2 m. m/dtk. (KP. 04, hal 134)dan besarnya
– Direncanakan dengan kecepatan hendaknya selalu dibawah
menggunakan 2 pintu dan lebar kecepatan kritis(Vc < 3),karena
masing- masing pintu direncanakan 1 kecepatan superkritis akan
m, karena dibuat 2 pintu maka harus mengurangi effektifitas proses
ada pilar pemisah ditengahnya, dan pengambilan (KP. 02, hal.148).
tebal pilar di rencanakan 1 m, maka : Kedalaman kritis : Kecepatan
Lebar bukaan =1+ 1 =2m kritis : Debit rencana tiap
Lebar total pengambilan = 2+1 meter lebar :
=3m hc
Maka debit yang dibutuhkan : = vc= q=
Qkebutuhan = dengan :

7
Q = Debit banjir rencana yang masuk Vc = 1/n. R2/3. I 1/2
untuk saluran irigasi (m3/dt) 10.652 =
q = Debit rencana parameter lebar I =
(m3/dt/m) I = 0.00757
L = Lebar pintu penguras = 4,0 m Jadi kemiringan lantai penguras =
Vc = Kecepatan kritis (m/dt) 0.00757
hc = Kedalaman kritis (m)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
maka : Desain Kantong Lumpur
q= Kantong lumpur adalah suatu
= = 123.33 m3/dt/m bangunan pelengkap yang mempunyai
hc = fungsi untuk mengendapkan lumpur
= = 11.578 m yang masuk ke saluran. Kantong
vc = lumpur ditempatkan dibelakang
= pintuintake kemudian
= 10.652 hasil pembilasan lumpur dibuang m
m/det > 3,0 m/dt ……….(ok) elalui saluran buang.
Langkah – langkah perencanaan
berdasarkanPetunjuk Teknis
Kecepatan pembilasan PerencanaanIrigasihal.60 adalah
V = 1.5*C* sebagai berikut :
Dimana : Menentukan ukuran partike
V = kecepatan aliran pada saat Menentukan volume kantong lumpur
pembilasan (m/det) yang diperlukan
C = koefisien, harganya material Membuat perkiraan awal luas rata –
breksi tupa, C=2.5 rata permukaan kantong lumpur
d = diameter maksimum sedimen = dengan rumus :
0.2 LB = Q/W
v = 1.5*2.5* Dimana :
= 1.677 m/det L =Panjang kantong (m)
vc > v B =Lebar rata – rata profil pembawa
10.868 m/det > 1.677…………..(OK) (m)
Q =Kebutuhan pengambilan rencana
(m3/dtk)
Kemiringan Lantai Penguras W =Kecepatan endap partikel rencana
Untuk mempertahankan agar Vkritis (m/dtk)
tetap mempunyai nilai sebesar 11.374 Menentukan kemiringan energi
m/dt, maka kemiringan lantai dikantong lumpur selama eksploitasi
penguras harus dihitung. Perhitungan normal.
dapat menggunakan rumus Manning. Vn = Ks . Kn2/3 . Sn1/2
V = 1/n . R2/3 I1/2 Qn = Vn . An
dimana : Dimana :
V =Kecepatan pada saat pembilasan Vn =Kecepatan rata – rata selama
(m/dtk) eksploitasi (m/dtk)
n =Koefisien kekasaran Manning Ks =Koefisien kekasaran
R =Jari – jari hidrolis (m) Rn =Jari – jari hidrolis
S =Kemiringan dasar saluran Sn =Kemiringan energi
Pada saat R = hc, maka V = Vc An =Luas penampang basah

8
Qn =Kebutuhan pengambilan rencana partikel d, kecepatan endap bisa
(m3/dtk) diketahui (KP. 02 hal. 143).
Menentukan kemiringan energi selama Apabila :
pembilasan dengan kolam dalam Diameter partikel = d = 0,7 mm =
keadaan kosong dengan rumus 0,07 mm dan partikel berupa pasir
Strikler. alamiah, sehingga faktor bentuk (fb)
Vs =Ks . Rs2/3 . Ss1/2 = 0,7 mm, maka berdasarkan grafik
Qs =Vs . As 7.4 hal. 143 pada KP. 02,diperoleh
Dimana : kecepatan endap partikel :
Vs =Kecepatan rata – rata selama W = 4 mm = 0.004 m
pembilasan (m/dtk) maka :
Ks =Koefisien kekasaran LB =Qn/W
Rs =Jari – jari hidrolis = 2.769/0.004 = 692.25 m2
Ss =Kemiringan energi Karena L/B > 8, maka L/B = 8
An =Luas penampang basah L . B = 692.25 m2
Qs =Debit untuk membilas 8 B.B = 692.25
As =Luas penampang basah B2 = 86.531
Menentukan dimensi kantong lumpur B = 9.301 9 m
4. Menentukan kemiringan energi (Sn)
Kecepatan aliran (Vn) diambil 0.4
Perencanaan sebagai berikut : m/dt, unutk mencegah timbulnya
Ukuran partikel rencana vegetasi dan agar partikel-partikel
Dimisalkan sample yang diambil pada yang lebih besar tidak langsung
kali sedimen rata – rata berukuran 70 mengendap di hilir pengambilan,
mm = 7 . 10-6 m Sedimen itu maka :
terangkut oleh aliran sungai sebagai Luas penampang basah (An) =
sedimen layang. = = 6.923 m2
Diasumsikan bahwa air yang dielakan Dengan harga B = 9 m, maka
mengandung 0.5% sedimen yang kedalaman air (hn) adalah :
harus diendapkan dalam kantong hn = = = 0.769 m 0.8 m
lumpur. Direncanakan kemiringan talud = 1 :
Volume kantong lumpur V bergantung 2, maka lebar dasar saluran bn :
pada jarak waktu pembilasan. bn =B – 2 (hn*2)
V = 0.0005 . Qn . T =9 – 2 (0.8*2)
Dimana : = 5.8 m ≈ 6 m
Qn =Kebutuhan pengambilan rencana Penampang melintang kantong lumpur
(m3/dtk) pada saat penuh :
T=Waktu pembilasan, direncanakan Keliling Basah (Pn) :
dengan melakukan pembilasan Pn=b+2h
1 minggu sekali =7 hari = 6 +2*0.8
V=0.0005 . 2,769 (7 . 24 . 3600) =9.578 m
= 837.345 m3 ≈ 838 m3 Jari-jari Hidrolis (Rn):
Luas rata – rata permukaan Kantong Rn=
Lumpur =
LB =Qn/W =0.723 m
Dari grafik hubungan antara
kecepatan W dgn diameter butir

9
maka : Volume Send Trap yang diperlukan ;
Kecepatan : V = 352 m3
Vn =Kn*Rn2/3*Sn1/2 dengan Kn diambil Rumus volume Sand Trap :
45 m1/2/dt V = (hs.bn.L) + ½ (L. Ss – L. Sn). bn.
0.4 =45*0.7232/3*Sn1/2 L
Sn1/2= = (0.4*6L) + ½ (L. 0.013 – L
Sn = 0.000151 .0.00015). 6L
Sehingga kemiringan energi di 352 = 2.4L + 0.0385.L2
Kantong Lunpur = 0.000151 dengan Trial and Error diperoleh :
Mnentukan Kemiringa Energi Selama L = 69.402 m ≈ 70 m
Pembilasan (Ss) Misal akan dibangun saluran irigasi
Dalam penentuan Ss, Kantong Lumpur dalam menyalurkan air untuk
dalam keadaan kosong. kebutuhan sawah dengan panjang 500
kecepatan aliran pada saat meter. Dimensi dari saluran irigasi
pembilasan (Vs) direncanakan sebesar yaitu lebar atas 1,20 meter, lebar
1,5 m/dt. bawah 1 meter dengan kedalam 1
Debit Pembilasan (Qs) meter. Tampak pada screenshot
Qs = 1,2. Qn dibawah ini.
= 1,2 * 2,769
= 3.323 m3/dt 1. Langka pertama kita hitung dimensi
Luas Penampang basah (As) luar dari saluran irigasi dengan data
As = sevagai berikut :
Lebar Dasar (bs) = bn = 6 m a. Lebar atas ( L1 ) = 1,20 m
As = bs. hs b. Lebar bawah (L2) : 1 meter
hs = c. Kedalaman saluran ( H ) : 1,10
Keliling Penampang bsah saat meter
Pembilasan (Ps) :
Ps = bs + 2. hs Rumus : ( L1 + L2 )/2 x H
= 6 + 2. 0,4 Volume 1 : ( 1,20 + 1 )/2 x 1,10 =
= 6,8 m 1,21 m
Jari-jari Hidrolis (Rs)
Rs =
maka : 2. Langka kedua hitung dimensi dalam
Vs = Ks. Rs2/3. Ss1/2 dengan data sebagai berikut :
pada saat pembilsan, koefesien a. Lebar atas ( L1 ) : 80 cm ,
kekasaran diambil 40 m1/2/dt b. Lebar bawah (L2) : 60 cm
Ss1/2 = c. Kedalaman saluran ( H ) : 90 cm
=
Ss = 0.013 Rumus : ( L1 + L2 )/2 x H
Sehingga Kemiringan energi selama Volume 2 : ( 0,80 + 0,60 )/2 x 0,90 =
Pembilasan adalah ; 0,013 0,63 m
Pada saat pembilsan, harus Catatan : ubah satuan cm
diusahakan kecapatan Alirannya Didapat volume yaitu :
dalam keadaan Sub Kritis (Fr<1), hal Volume Dimensi luar – Volume
ini untuk menghindari terangkatny Dimensi dalam : 1,21 m – 0,63 m =
asaluran akibat kecepatan aliran : 0,58 m2
Fr = ……….(ok) Diketahui Panjang Saluran Irigasi 500
Panjang Send Trap : m, maka total volume saluran adalah

10
500 m x 0,58 M2 = 290 M3. Karena di
gambar kerja bentuk saluran irigasi
Trapesium maka rumus seperti diatas.

11

Anda mungkin juga menyukai