Anda di halaman 1dari 26

1

1. Persamaan Energi Total


Energi total adalah jumlah energi karena ketinggian elevasi
(potential energy), energi tekanan (pressure energy), dan energi
kecepatan (velocity head). Prinsip energi kekal ini lebih dikenal
dengan Theorema Bernoulli dan dengan persamaan sebagai berikut
:

u2
E  z  h 
2g (01)

dengan lambang notasi :


z = tinggi tempat dari datum, (m)
h = kedalaman aliran, (m)
 = koefisien kecepatan,
u = kecepatan aliran rata-rata, (m/dt)
g = percepatan gravitasi, (m/dt2)

2. Definisi Energi Spesifik


Tinggi tenaga pada sembarang penampang saluran, diukur dari dasar
saluran.
u2
Es  h  
2g
Q
mengingat kecepatan aliran, u  , (dengan Q : debit; A : luas
A
penampang aliran) persamaan tersebut menjadi :

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
2

Q2
Es  h   (02)
2 g A2

untuk debit tertentu (debit tetap), untuk penampang saluran yang


sama, dapat dinyatakan bahwa energi spesifik Es, merupakan fungsi
dari kedalaman aliran h.
Es  f h  (03)

Hubungan antara Es dan h digambarkan dalam bentuk grafik, disebut


“Diagram Energi Spesifik”.

h Garis Es = h

h2

h1 hkr
Es min Es

Gambar 1. Diagram Energi Spesifik

Seperti ditampilkan pada Gambar 1, untuk satu harga Es, terdapat


sepasang h yaitu h1 dan h2 yang nilainya berbeda. Pasangan h1 dan h2
disebut alternate depths (kedalaman selang-seling) atau conjugate
depths (kedalaman konjugasi). Es minimum akan terjadi saat h kritis.

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
3

3. Membuat Diagram Energi Spesifik


Diagram energi spesifik akan berbeda untuk tiap-tiap bentuk
penampang saluran dan masing-masing debit. Akan dibuat diagram
energi spesifik untuk saluran persegi dengan lebar dasar saluran 3 m
dan debit 8 m3/dt
b=3m

Q = 8 m3/dt

Dihitung nilai Es untuk berbagai kedalaman h dengan rumusan sbb :


Q2
Es  h   ; =1
2 g A2

 Untuk h = 0,4 m
A = b. h = 3. 0,4 = 1.2 m2
82
Es  0,4  1 = 3,12 m
2. 9,81. 1,2 2
 dengan cara yang sama dihitung untuk nilai h yang lain

h (m) Es (m)
0.4 3.12
0.6 2.41
0.8 2.16
1 2.09
1.2 2.11
1.4 2.18
1.6 2.28
1.8 2.40
2 2.54
2.2 2.69
2.4 2.85
2.6 3.02

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
4

 membuat grafik energi spesifik adalah :

3.0 Garis Es = h

h
2.5

2.0

1.5

1.0 Es min

0.5

0.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
Es

Gambar 2. Diagram energi spesifik sal. persegi b = 3 m, Q =8 m3/dt


Untuk penampang yang sama namun dengan debit yang berbeda,
akan menghasilkan grafik sebagai berikut ini

8.0
h

7.0

6.0

5.0

4.0

3.0 Q = 12 m3/dt
Q = 8 m3/dt
2.0
Q = 4 m3/dt
1.0

0.0
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
Es

Gambar 3. Diagram energi spesifik sal. persegi b = 3 m, dengan


berbagai nilai debit

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
5

4. Energi Spesifik Minimum

Persamaan energi spesifik


Q2
Es  h  
2 g A2

untuk mencari nilai Es minimum, persamaan tersebut harus


dideferensialkan (diturunkan).
dEs Q 2 d A 2 
1
dh 2g dh

Q 2 dA
1
g A 3 dh

Q2B dA
1 ; karena = B, yaitu lebar saluran
g A3 dh
dEs
persamaan akan munimum jika = 0, sehingga
dh
Q2B
0 1
g A3

u2
0 1
g AB

u2
0 1 ; karena A B = D, yaitu kedalaman rata-
gD

rata hidrolik. Untuk penampang persegi, D = h


B

A D

Gambar 4. Kedalaman rata-rata hidrolik

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
6

u2 u2 D
 1 atau dalam bentuk  
gD 2g 2
u
1
gD 

Fr = 1
u
karena nilai adalah rumusan untuk ”Bilangan Froude, Fr”
gD 

maka dapat dinyatakan bahwa energi spesifik akan bernilai minimum


jika alirannya kritis.
D
Es min  Es kr  hkr  (04)
2
untuk penampang persegi berlaku rumusan berikut :
3
Es min  hkr
2

5. Menghitung nilai hkr


Untuk mendapatkan nilai hkr, dapat dilakukan dengan rumusan

Bilangan Froude
 u2
1
gD
 Q2
1 ; untuk saluran persegi, (D = hkr )dan (A = b. hkr)
g A 2D

 Q2
1
g b 2 hkr3

 Q2
h kr 3 (05)
gb2

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
7

6. Penggunaan Energi Spesifik dan Kedalaman Kritis


a. Penyempitan lebar saluran
Lebar suatu saluran akan dikurangi dari b1 ke b2, ketinggian
dasar saluran tetap. Kehilangan energi dari penampang 1 ke
penampang 2 diabaikan.
1 2

b1 b2 b1 b1
bkr b3

h1 h2 h1 h1 ’ h1
subkritik hkr hkr

superkritik
h1 h2 hkr Terjadi loncat air
h1
i ii iii
b2 > bkr b2 = bkr b3 < bkr
Gambar 5. Aliran melalui penyempitan (kontraksi)
Mencari lebar penyempitan sehinga menyebabkan aliran kritis
3
Es 1  hkr
2

3  Q2
Es 1  3
2 g b kr2
Q
b kr  1,84 3/2
(06)
g Es 1

Jika penyempitan saluran menjadi lebih kecil dari nilai bkr, akan
terjadi pembendungan. Pada keadaan tersebut kedalaman aliran
di hulu akan naik sementara aliran di penyempitan akan kritis.

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
8

b. Naiknya ketinggian dasar saluran, lebar saluran tetap

h1 h2 z h1 h1 ’ h1 hkr
subkritik hkr z
z

superkritik
z hkr Terjadi loncat air
h1 h2 h1 z z
i ii iii
z1 > z kr z2 = z kr z3 > z kr

Gambar 6. Aliran pada kenaikan dasar saluran


Menghitung tinggi z yang menyebabkan aliran kritis untuk
saluran persegi
E 1  E 2 kr  z kr

3 3 Q 2
E 2 kr  hkr  3
2 2 gb2

 u 12
E 1  h1 
2g

 u 12 3 Q 2
z kr  h1   3
2g 2 gb2

 u 12 3 u 12 h12
z kr  h1   3
2g 2 g

 Fr12 3 
z kr  h1  1   1,5 Fr1 2  (07)
 2 

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
9

ALIRAN PERMANEN
BERUBAH BERATURAN
(STEADY NON UNIFORM FLOW)

1. Rumus umum aliran permanen berubah beraturan


Walaupun u tidak konstan (non uniform), dianggap perubahan u
terjadi secara berangsur-angsur sehingga tidak ada energi yang hilang.

u2
2g
Kemiringan garis energi Sf
Sf .dx

Kemiringan dasar So

dx

Garis referensi (horizontal)


Gambar 7. Energi pada steady non uniform flow

Energi total pada setiap titik dalam aliran


u2
E z h 
2g

untuk mendapatkan rumusan perubahan kedalaman terhadap jarak


dh
( ), maka persamaan energi tersebut harus diturunkan (diferensial).
dx
dE dz dh d  u2 
    
dx dx dx dx  2 g 

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
10

dz dh  Q2B 
  1  

dx dx  3 
gA 
dE dz
sesuai dengan Gambar 7, = -Sf, sementara = -So sehingga :
dx dx
dh  Q2B 
 Sf   So  1  
dx  g A3 
 

dh  Q2B 
So  Sf  1  
dx  g A3 
 
dh So  Sf
 (08)
dx Q2B
1
g A3

atau dalam bentuk lain dapat ditulis


Sf
1
dh So
 So (09)
dx Q2B
1
g A3

Persamaan Chezy untuk aliran :


u  C R . Sf

u 2  C 2 R . Sf

u2
Sf  2 (10)
C R

Substitusi Pers. (10) ke Pers. (09) menghasilkan :

u2
1  2
dh C . R .So
 So (11)
dx Q2 B
1 
g A3

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
11

2. Tinjauan terhadap perubahan garis muka air


dh
Tinjauan didasarkan pada perubahan kedalaman sepanjang aliran, .
dx
dh
a. =0
dx
Kondisi ini berarti tidak ada perubahan kedalaman di sepanjang
aliran, artinya aliran bersifat permanen beraturan (steady uniform
dh
flow). Kondisi = 0 terjadi jika : (dari Pers. 11)
dx
u2
1 2  0 yang jika diuraikan menjadi sbb :
C . R .So

u2
1 2
C . R .So

u 2  C 2 . R .So

u  C R .So yang tidak lain adalah rumus Chezy dimana Sf = So


Jadi h normal terjadi jika Sf = So, pada saat itu berlaku :
Q2
1 0
2 2 A
C .A .So
P
Q2P
1
C 2 .A 3 So

Q2 A3
 (12)
C 2 So P

dh
b. =
dx
Kondisi ini berarti garis singgung muka air berdiri tegak lurus
terhadap dasar aliran. Kondisi ini terjadi pada loncat air, aliran

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
12

berubah dari superkritik menjadi subkritik. Dari Pers. 11, hal ini
terjadi jika :
Q2B
1  0 yang jika diuraikan menjadi sbb :
g A3

u2 B
1 0
gA
u2 B
1
gA

A u2

B g
u2
1 yang berarti aliran kritik, Fr = 1.
gD
Jadi h kritik terjadi jika :
Q2B
1 0
g A3

Q2 A3
 (13)
g B

dh 0
c. 
dx 0
Kondisi ini berarti seakan-akan terjadi aliran permanen beraturan
dengan h = hkr. Pada keadaan ini kemiringan dasar saluran disebut
So kritik (Sokr). Kondisi ini terjadi jika (Pers. 11) :
u2
1 2  0 yang kemudian didapat Pers. 12
C . R .So

dan
Q2B
1 3
 0 yang kemudian didapat Pers. 13.
gA

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
13

Substitusi (13) ke (12) menghasilkan rumusan untuk Sokr yaitu :


g Pkr
So kr 
C 2 B kr

atau dapat dinyatakan dalam bentuk :


g Pkr
2
 1 untuk aliran kritik, (14)
So .C B kr
g Pkr
 1 untuk aliran subkritik, (15)
So .C 2 B kr
g Pkr
 1 untuk aliran superkritik. (16)
So .C 2 B kr

untuk menghitung kecepatan kritik, ukr, dihitung dengan :


Q Q3
u kr  yang dapat diubah menjadi u kr  3
3
Akr Akr

Substitusi persamaan tersebut ke Pers. 13 didapatkan :

Q
u kr  3 g (17)
B kr

Bkr adalah lebar saluran saat terjadi kedalaman kritik, hkr.


Kedalaman kritik dihitung dengan Persamaan 5 berikut :

Q2
h kr  3
gB2

3. Klasifikasi kemiringan dasar saluran


a. Kemiringan landai (mild slope)
Dapat diidentifikasi dengan Pers. 15 :
g Pkr
1
So .C 2 B kr

Kemiringan ini menyebabkan aliran subkritik dimana kecepatan


normalnya lebih kecil dari kecepatan kritik.

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
14

Q Q

An Akr

hn > hkr

hn NDL = nourmal depth line

CDL = critical depth line


hkr

So < Sokr

b. Kemiringan kritik (critical slope)


Dapat diidentifikasi dengan Pers. 14 :
g Pkr
1
So .C 2 B kr

Kemiringan ini menyebabkan aliran kritik.


Q Q

An Akr

hn = hkr

hn CDL = NDL
hkr

So = Sokr

c. Kemiringan curam (steep slope)


Dapat diidentifikasi dengan Pers. 16 :
g Pkr
1
So .C 2 B kr

Kemiringan ini menyebabkan aliran superkritik dimana kecepatan


normalnya lebih besar dari kecepatan kritik.
Q Q

An Akr

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
15

hn < hkr

hkr CDL

NDL
hn

So > Sokr

4. Hitungan untuk beberapa bentuk saluran


Untuk menentukan jenis aliran (subkritik, kritik, superkritik), lebih
dahulu dihitung besaran kedalaman air normal, kedalaman air kritis,
kecepatan kritis dan kemiringan dasar kritis.
Persamaan umum aliran permanen tidak beraturan untuk sebarang
penampang adalah Persamaan 11 yang dapat ditulis :
Q2P
1 2 3
dh C . A .So
 So
dx Q2B
1
g A3

dengan lambang notasi :


dh = selisih kedalaman air antara 2 potongan saluran,
dx = jarak antara 2 potongan tersebut,
So = kemiringan dasar saluran,
Q = debit,
C = koefisien Chezy,
A = luas penampang saluran,
g = percepatan gravitasi,
B = lebar muka air
P = keliling basah.
Kedalaman air normal, hn dapat diperoleh dari Pers. 12
Q2 A3

C 2 So P
Kedalaman kritik, hkr diperoleh dari Pers. 13

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
16

Q2 A3

g B
Kecepatan kritik, ukr diperoleh dari Pers. 17

Q
u kr  3 g
B kr
Kemiringan kritis diperoleh dari Pers. 14
g Pkr
So kr 
C 2 B kr

a. Untuk saluran persegi


Kedalaman air normal
Q2 b 3 h3

C 2 So b  2h

Q 2 b  2h 
h 
3
(diselesaikan dengan coba ulang)
C 2 So b 3

Kedalaman kritis

Q2
h kr  3
gb2
Kecepatan kritis
Q
u kr  3 g
b
Kemiringan kritis
g b  2 h kr 
So kr 
C2 b
b. Untuk saluran persegi dengan lebar sangat besar (b >>> h)
Pada saluran ini berlaku :
Q
q 
b
q = u.h
A = b.h
P = b
HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
17

Kedalaman air normal


q2
h  2
3
C So
Kedalaman air kritis

q2
hkr  3
g
Kecepatan kritis
u kr  3 gq

Kemiringan kritis
g
So kr 
C2
c. Untuk saluran trapesium
Kedalaman air normal
Q2 b  2h 1  m 2
h  2
3
(dengan coba ulang)
C So b  m h 3
Kedalaman kritis

Q2 b  2 mhkr
hkr  (diselesaikan dengan coba ulang)
b  mhkr 3
3
g

Kecepatan kritis
Q
u kr  3 g
b  2 mhkr 
Kemiringan kritis

So kr  2

g b  2hkr 1  m
2

C b  2 mhkr

Persamaan-persamaan untuk saluran trapesium sama dengan untuk


saluran persegi dengan memasukkan nilai m = 0

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
18

5. Karakteristik garis muka air


Untuk memudahkan analisa, digunakan saluran dengan b = .
Persamaan perubahan kedalaman sepanjang aliran :
q2
1 2 3
dh C . h .So
 So
dx q2
1
g h3

kedalaman air normal dan kedalaman kritis dirumuskan :


q2 q2
hn  2
3
dan 3
hkr 
C So g

Dari ketiga persamaan tersebut dapat dirumuskan

dh h 3  hn3
 So
dx h 3  hkr3

Profil garis muka air (flow profile) dapat dibedakan menjadi dua :
a. backwater, jika kedalaman air, h bertambah searah aliran
dh
(  0)
dx
Hal ini kemungkinan terjadi pada kondisi :

i. h 3  hn3  0 yang berarti h  hn dan

h 3  hkr3  0 yang berarti h  hkr

aliran terjadi di zone 1, bersifat subkritik.

ii. h 3  hn3  0 yang berarti h  hn dan

h 3  hkr3  0 yang berarti h  hkr

aliran terjadi di zone 3, bersifat superkritik.


b. drawdown, jika kedalaman air, h berkurang searah aliran
dh
(  0)
dx

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
19

Hal ini kemungkinan terjadi pada kondisi :

i. h 3  hn3  0 yang berarti h  hn dan

h 3  hkr3  0 yang berarti h  hkr

aliran terjadi di zone 2, bersifat superkritik.

ii. h 3  hn3  0 yang berarti h  hn dan

h 3  hkr3  0 yang berarti h  hkr

aliran terjadi di zone 2, bersifat subkritik.

7. Perhitungan Aliran Berubah Berangsur-ansur (steady non


uniform flow)
a. Metode integrasi grafis
Persamaan Manning
1 2 1
Q  A R 3 Sf 2
n
Q 2 n2
Sf  4
(18)
A2 R 3

Pers. (08) kita ditulis kembali


dh So  Sf

dx Q2B
1
g A3

Substitusi Pers. (18) ke Pers. (08)


Q 2 n2
So  4
dh A2 R 3

dx Q2B
1
g A3
atau persamaan tersebut dapat kita balik menjadi

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
20

Q2B
1
dx g A3
 (19)
dh Q 2 n2
So  4
A2 R 3
Jika menggunakan Rumus Chezy
Q  AC R Sf
Q2
Sf 
A2 C 2 R

Persamaan (19) menjadi


Q2B
1
dx g A3
 (20)
dh Q2
So 
A2 C 2 R

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
21

HITUNGAN INTEGRASI GRAFIS-MANNING 1


Q2B
B dx g A3

dh Q 2 n2
Data : So  4
m=1 A2 R 3
So = 0.0001
m=1
n = 0.02 1 2 1
1 2m
hn = 1.5 m
v  R 3 S02
n
h = 3 m u
Debit konstan, dgn rumus Manning untuk h normal didapatkan Fr 
15 m 5m gD
u = 0.59 m/dt
Q = 14.64 m3/dt dx dh   dx dh 
Fr = 0.16 x  n n 1
hn 1  hn 
2

H B A P R Q 2 B Q 2
n 2
Q2B
So 
Q 2 n2 dx x Jarak
g A 3 4 1 4
(m) (m) (m2) (m) (m) A 2
R 3 g A3 2
A R 3 dh (m) (m)

3.00 31.00 64.00 33.49 1.91 0.0026 8.82E-06 0.9974 9.12E-05 10938.92 0
2800.96
2.75 30.50 56.31 32.78 1.72 0.0037 1.31E-05 0.9963 8.69E-05 11468.77 2800.96
2999.56
2.50 30.00 48.75 32.07 1.52 0.0057 2.06E-05 0.9943 7.94E-05 12527.74 5800.53
3464.75
2.25 29.50 41.31 31.36 1.32 0.0091 3.48E-05 0.9909 6.52E-05 15190.24 9265.27
1641.26
2.15 29.30 38.37 31.08 1.23 0.0113 4.39E-05 0.9887 5.61E-05 17634.97 10906.53
2014.99
2.05 29.10 35.45 30.80 1.15 0.0143 5.65E-05 0.9857 4.35E-05 22664.87 12921.53
926.90
2.00 19.00 34.00 17.83 1.91 0.0106 3.13E-05 0.9894 6.87E-05 14411.08 13848.42

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
22

Dihitung dengan h yang lebih kecil, hasil yang diperoleh akan lebih teliti

h B A P R Q 2 B Q 2
n 2
Q2B
So 
Q 2 n2 dx x Jarak
1
(m) (m) (m2) (m) (m) g A 3 A 2
R
4
3
g A3 2
A R
4
3 dh (m) (m)

3.00 31.00 64.00 33.49 1.91 0.0026 8.82E-06 0.9974 1.18E-05 84461.66 0
4778.74
2.90 30.80 60.91 33.20 1.83 0.0030 1.03E-05 0.9970 8.97E-05 11113.11 4778.74
1122.39
2.80 30.60 57.84 32.92 1.76 0.0035 1.21E-05 0.9965 8.79E-05 11334.73 5901.13
1147.85
2.70 30.40 54.79 32.64 1.68 0.0040 1.43E-05 0.9960 8.57E-05 11622.26 7048.98
1181.33
2.60 30.20 51.76 32.35 1.60 0.0048 1.71E-05 0.9952 8.29E-05 12004.35 8230.31
1226.60
2.50 30.00 48.75 32.07 1.52 0.0057 2.06E-05 0.9943 7.94E-05 12527.74 9456.92
1290.07
2.40 29.80 45.76 31.79 1.44 0.0068 2.52E-05 0.9932 7.48E-05 13273.73 10746.99
1383.52
2.30 29.60 42.79 31.51 1.36 0.0082 3.11E-05 0.9918 6.89E-05 14396.69 12130.51
1531.26
2.20 29.40 39.84 31.22 1.28 0.0102 3.90E-05 0.9898 6.10E-05 16228.44 13661.77
1793.04
2.10 29.20 36.91 30.94 1.19 0.0127 4.97E-05 0.9873 5.03E-05 19632.32 15454.81
1702.17
2.00 19.00 34.00 17.83 1.91 0.0106 3.13E-05 0.9894 6.87E-05 14411.08 17156.98
1510.93
1.90 18.80 32.11 17.69 1.82 0.0124 3.75E-05 0.9876 6.25E-05 15807.53 18667.91

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
23

Catatan : jika ingin diketahui kedalaman aliran pada jarak tertentu yang ditetapkan, penghitungan dapat dilakukan dengan coba-ulang dengan berbagai nilai h
sehingga didapat jarak yang diminta.
HITUNGAN INTEGRASI GRAFIS-CHEZY
Data : Q2B
1
B So = 0.0001 dx g A3
C = 55 m1/2/d 
dh Q2
m=1 hn = 1.5 m So 
A2 C 2 R
m=1 h = 3 m
1 2m Debit konstan, dengan rumus Chezy untuk h normal u C R So
didapatkan
u
u = 0.62 m/dt Fr 
15 m 5m Q = 15.44 m3/dt gD
Fr = 0.17
dx dh   dx dh 
x  n n 1
hn 1  hn 
2

h B A P R Q 2 B Q 2
Q2B
So 
Q2 dx x Jarak
1
(m) (m) (m2) (m) (m) g A 3 A 2
C 2
R g A3 A2 C 2 R dh (m) (m)
3.00 31.00 64.00 33.49 1.91 0.0029 1.01E-05 0.9971 8.99E-05 11087.09 0
2841.16
2.75 30.50 56.31 32.78 1.72 0.0041 1.45E-05 0.9959 8.55E-05 11642.21 2841.16
3043.88
2.50 30.00 48.75 32.07 1.52 0.0063 2.18E-05 0.9937 7.82E-05 12708.86 5885.05
3493.51
2.25 29.50 41.31 31.36 1.32 0.0102 3.50E-05 0.9898 6.50E-05 15239.19 9378.55
1633.31
2.15 29.30 38.37 31.08 1.23 0.0126 4.33E-05 0.9874 5.67E-05 17427.04 11011.86
1951.78
2.05 29.10 35.45 30.80 1.15 0.0159 5.45E-05 0.9841 4.55E-05 21608.48 12963.64
924.68
2.00 19.00 34.00 17.83 1.91 0.0117 3.57E-05 0.9883 6.43E-05 15378.67 13888.32

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
24

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
25

b. Metode tahapan standar (Standard Step)


Persamaan energi untuk dua penampang yang berjarak x

u12
2g Sf
Sf . x

h1 u 22
2g

So
h2
So. x

x

u 12 u 22
S 0 x  h1   h2   S f x
2g 2g

E 1  E 2  S f . x
Untuk rumusan Metode Tahapan Standar (Standard Step)
rumusan diatas diformulasikan sebagai berikut :
u i21
E 1  z i  1  h i 1  (21)
2g
Sf i  Sf i 1 
E 2  E1  x (22)
2

Q2
Sf  jika menggunakan Persamaan Chezy
A2 C 2 R

Q 2 n2
Sf  4
jika menggunakan Persamaan Manning
2
A R 3

H1  H 2
h  (23)
5B  2 R
1  Fr 2
i 1  Sf i 1 x
3A

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM
26

u i21
Fr 2
i 1 
A
g
B
hbaru = hlama - h

Contoh :
Sungai dengan penampang berbentuk trapesium dengan lebar
dasar 12,5 m, kemiringan dasar sungai, So = 0,0005,
kemiringan talud, m = 1 dan koefisien kekasaran Chezy, C =
70 m1/2/dt, pada bagian hilirnya berakhir dengan terjunan.
Pada saat banjir, debit sungai 200 m3/dt. Hitung kedalaman
muka air di hulu terjunan pada jarak yang ditentukan!
Penyelesaian :
Pada terjunan terjadi aliran kritis, kedalaman kritis dihitung

Q2 b  2 mhkr
dengan hkr 
b  mhkr 3
3
g

Dengan coba ulang didapatkan hkr = 2,788 m


1. Ditetapkan jarak sembarang, misal 18.44 m,
2. dicoba nilai h sembarang, misal 3 m,
3. dihitung nilai B, P, A, R,u untuk h = 3 m,
4. dihitung nilai E1 dengan Pers. (21),
5. dihitung nilai E2 dengan Pers. (22),
6. cek h  0, jika tidak maka hitung nilai hbaru,
7. hbaru = hlama - h. ulangi langkah 2 – 6 hingga h  0.

HIDROLIKA II
FAK. TEKNIK UNRAM

Anda mungkin juga menyukai