Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas selesainya
penyusunan buku Analisis Stuktur Statik Tidak Tertentu ini.
Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa Teknik Sipil, untuk lebih
memahami materi Analisis Stuktur Statik Tidak Tertentu. Buku ini menekankan pada
analisis dengan Metode Fleksibiltas, Metode Slope Deflection, Metode Distribusi
Momen, Metode Deformasi Konsisten, dan Metode Kerja Maya. Perlu penulis
kemukakan, bahwa hanya dengan mempelajari diktat ini pengertian yang diperoleh
masih jauh dari kurang, sehingga perlu untuk membaca referensi-referensi yang lain.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan staf pengajar Fakultas
Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, yang telah membantu memberi dorongan
dan saran untuk menyusun diktat ini. Segala saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati demi perbaikan-perbaikan yang perlu.
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
I.1. Umum …………………………………………………………………….. 1
I.2. Aksi dan perpindahan ………………………………………………….…. 2
I.3. Keseimbangan ………………………………………………………..…… 4
I.4. Kesepadanan …………………………………………………..………….. 4
I.5. Ketidak-tentuan Statis ……..…………………………..…………………. 4
I.6. Ketidak-tentuan Kinematis …………………….………………………… 6
I.7. Persamaan Derajad Ketidak-tentuan ……..………………………………. 7
I.8. Metode Energi ……………………………………………………………. 9
I.9. Metode Kerja Maya ………………………………………………………. 16
iv
I. PENDAHULUAN
I.1. Umum
Secara umum struktur yang dimaksud dalam analisis struktur ialah struktur
rangka, dan dibagi menjadi : balok, rangka batang (truss) bidang dan ruang, portal
(frame) bidang dan ruang, kemudian balok grid (balok silang). Jenis struktur ini dapat
dijelaskan seperti pada gambar I.1, dan kategori ini dipilih karena masing-masing
merupakan jenis struktur yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Untuk analisis struktur
pada setiap kategori cukup berbeda, sehingga perlu dibahas secara terpisah.
Setiap struktur rangka terdiri batang-batang yang panjangnya jauh lebih besar
dibandingkan dengan ukuran penampang lintangnya. Titik kumpul ( joint) struktur dapat
berupa titik pertemuan batang, tumpuan maupun ujung bebas. Tumpuan dapat berupa
jepit, sendi atau rol, dan dalam kondisi tertentu tumpuan dapat bersifat elastis (semi
kaku).
Gambar I.1. Jenis struktur : (a) balok, (b) rangka batang bidang, (c) rangka batang
ruang, (d) balok silang, (e) portal bidang dan (f) portal ruang.
1
Pertemuan antara batang-batang (joint) dapat merupakan pertemuan yang sifatnya
kaku (rigid), dapat juga merupakan pertemuan engsel (sendi). Pada struktur balok,
portal (frame) bidang/ruang joint merupakan pertemuan yang kaku, sedangkan pada
struktur rangka batang (truss) bidang/ruang joint merupakan pertemuan sendi. Sehingga
pada struktur rangka batang (truss) gaya-gaya dalam elemen yang terjadi hanya gaya
aksial saja, sedangkan gaya-gaya yang terjadi pada struktur balok maupun portal dapat
berupa gaya aksial, momen lentur, gaya geser dan torsi.
Pada pembahasan selajutnya strutkur yang ditinjau dianggap terdiri dari batang
prismatis, atau dengan kata lain setiap batang mempunyai sumbu yang lurus, yang
seragam diseluruh panjang batangnya. Untuk struktur dengan batang tidak prismatis
akan dibahas pada analisis struktur yang lain.
I.2. Aksi dan perpindahan
Aksi dan perpindahan digunakan untuk menjabarkan konsep dasar tertentu dalam
analisis struktur. Suatu aksi (gaya) biasanya berupa gaya atau kopel tunggal, tetapi aksi
dapat jugatersebut.
aksi-aksi merupakan gabungan antara gaya dan kopel, beban merata atau gabungan
Selain aksi luar pada struktur, ada juga aksi dalam struktur, yang merupakan
resultante distribusi tegangan dalam yang meliputi : momen lentur, gaya geser, gaya
aksial dan momen puntir (torsi). Pada gambar I.2 balok kantilever dibebani pada ujung
B dalam bentuk aksi P1 dan M1, pada ujung jepit A akan terjadi gaya dan momen reaksi
yang diberi notasi RA dan MA yang digambarkan dengan tanda panah dan garis miring.
Untuk menghitung gaya aksial N, momen lentur M dan gaya geser V pada suatu
potongan balok, misalnya di tengah bentang, perlu ditinjau keseimbangan statis suatu
bagian balok, salah satu cara misalnya dengan diagram benda bebas (free body
diagram) setengah bagian kanan balok seperti pada gambar I.2.(b)
2
Tabel I.1. Perpindahan Balok Prismatis
1. 5wL 4
wL3
c A B
384EI 24 EI
2. PL3 PL2
c A B
48EI 16 EI
3. c 0 ML
A B
24 EI
4. ML2 ML
c A
16 EI 6 EI
ML
B
3EI
5. wL4
wL3
B B
8EI 6 EI
6. PL2
PL3 B
B 2 EI
3EI
ML
7. ML2 B
B EI
2 EI
Pb
8.
C
Pb A
6 EIL
L2
b2
6 EIL
L
2
b2 a a3 Pa
B
6 EIL
L 2
a2
3
I.3. Keseimbangan
Tujuan analisis struktur ialah untuk menentukan berbagai aksi pada struktur,
seperti reaksi tumpuan dari resultante tegangan (momen lentur, gaya geser dan
sebagainya). Penyelesaian yang tepat untuk besaran tersebut harus memenuhi syarat
keseimbangan statis, yang bukan hanya untuk keseluruhan struktur, tetapi juga untuk
setiap bagian struktur sebagai benda bebas.
Misalnya ditinjau benda bebas yang menahan beberapa aksi. Resultante semua aksi
ini dapat berupa gaya, kopel, atau keduanya. Jika benda bebas tersebut berada dalam
keseimbangan statis, maka resultante vektor gaya dan vektor momen harus nol. Vektor
dalam ruang dapat diuraikan dalam ketiga komponen sumbu yang saling tegak lurus,
misalnya arah X, Y dan Z. Jika resultante gaya dan resultante momen sama dengan nol,
maka persamaan keseimbangan statis adalah :
Fx = 0 Fy = 0 Fz = 0
Mx = 0 My = 0 Mz (1-1)
4
Pada umumnya struktur dalam praktek bersifat statis tak tertentu. Ketidak-tentuan
struktur dapat bersifat luar, dalam atau keduanya. Suatu struktur disebut tidak tertentu
luar apabila jumlah komponen reaksinya melebihi jumlah persamaan keseimbangan.
Oleh karena itu, pada struktur ruang akan bersifat statis tak tertentu bila jumlah
komponen reaksinya lebih dari enam, dan pada struktur bidang bersifat statis tak
tertentu jika jumlah komponen reaksinya lebih dari tiga. Gambar I.3 merupakan contoh
struktur statis tak tertentu luar.
R1
R1
R2
R3 R4
R2 R3 R4
(a) (b)
Karena jumlah persamaan keseimbangan statis hanya tiga, maka ada satu gaya kele-
bihan yang tidak dapat dihitung dengan persamaan statika, sehingga struktur pada
gambar I.3 bersifat statis tak tertentu luar.
Pada beberapa struktur dibuat sedemikian rupa, sehingga resultante tegangan pada
penampang tertentu dibuat sama dengan nol. Syarat ini menambah sebuah persamaan
keseimbangan statis, dan dapat untuk menentukan sebuah komponen reaksi yang lain.
Struktur pada gambar I.4. secara eksternal bersifat statis tertentu, tetapi secara
internal bersifat statis tak tertentu. Rangka batang (truss) pada gambar I.4(a), gaya
batangnya tidak dapat dihitung hanya dengan persamaan statika. Apabila salah satu
batang diagonal dihilangkan (dipenggal), gaya-gaya batang dapat dihitung dengan
persamaan statika. Jadi rangka batang tersebut bersifat statis tak tertentu dalam. Portal
(frame) pada gambar I.4(b) bersifat statis tak tertentu dalam berderajad tiga, dan akan
menjadi statis tertentu bila salah satu batangnya dipenggal, misalnya batang CD.
Pemenggalan batang CD ini merupakan pelepasan (release) tiga buah resultante
tegangan yaitu : gaya aksial, gaya geser dan momen lentur. Jumlah pelepasan yang
dibutuhkan agar struktur menjadi statis tertentu merupakan derajad ketidak tentuan.
5
Gambar I.4. Struktur statis tak tertentu dalam
C, dan satutiga.
berderajad derajad
Jika kebebasan
perubahan goyangan, sehingga
bentuk aksial tidakketidak-tentuan kinematisnya
diabaikan, maka keempat
perpindahan translasi tidak saling bergantung, dan derajad ketidak-tentuan
kinematisnya menjadi enam.
Ketidak-tentuan kinematis dan ketidak-tentuan statis tidak boleh dirancukan satu
dengan yang lain. Sebagai contoh portal pada gambar I.5(a) mempunyai enam
komponen reaksi di A dan D, sehingga derajad ketidak-tentuan statisnya tiga. Jika
jepitan di A diganti sendi, maka derajad ketidak-tentuan statisnya akan berkurang satu.
Tetapi hal ini akan memyebabkan terjadinya putaran sudut (rotasi) di A, sehingga
derajad ketidak-tentuan kinematisnya bertambah satu. Pada umumnya dengan pelepasan
derajad ketidak-tentuan statis akan menambah derajad ketidak-tentuan kinematis. Oleh
6
karena itu semakin besar ketidak-tentuan statis, akan semakin memudahkan dalam
analisis struktur dengan metode perpindahan.
7
Dengan demikian derajad ketidak-tentuan struktur dapat dituliskan dengan
i = (m + r) 2 j (1-5)
Pada rangka batang ruang, tiga persamaan keseimbangan ialah seperti pada
persamaan (1-1) : Fx = 0 , Fy = 0 dan Fz = 0, sedangkan jumlah persamaaan
keseluruhan adalah 3 j , dan syarat statis tertentu ialah :
3j=m+r (1-6)
Sehingga derajad ketidak-tentuannya ialah :
i = (m + r) 3 j (1-7)
Persamaan seperti (1-5) dan (1-7) dapat juga diturunkan untuk portal dengan joint
yang kaku. Pada portal bidang, setiap joint kaku mempunyai dua persamaan gaya dan
satu persamaan momen. Resultante tegangan pada setiap batangnya dapat ditentukan
bila tiga dari enam gaya ujung diketahui, sehingga tiap batang memberi-kan tiga gaya
dalam yang tidak diketahui. Suatu portal bidang yang kaku akan bersifat statis tertentu,
jika
3j=3m+r (1-8)
Derajad ketidak-tentuannya ditentukan dengan
8
i = (3 m + r) 3 j (1-9)
Dalam persamaan (1-9) ini j adalah jumlah semua joint yang kaku termasuk tumpuan,
dan m adalah jumlah batang.
Pada portal ruang, tiap joint yang kaku mempunyai tiga persamaan gaya dan tiga
persamaan momen. Resultante tegangan di setiap batang dapat ditentukan apa-bila
enam dari duabelas gaya diketahui, sehingga setiap batang memberikan enam gaya
yang tidak diketahui. Portal ruang bersifat statis tertentu apabila :
6j=6m+r (1-10)
dan derajad ketidak-tentuannya ditentukan dengan
i = (6 m + r) 6 j (1-11)
I. 8. Metode Energi
9
dU x dy dz x dx x x dx dy dz x x dv
1 1 1
(1-12)
2 2 2
dengan dv adalah volume elemen.
U o dU E x x (1-14)
dV 2 2E
x2
atau U dV (1-15)
v
2E
Pada bahan tertentu substitusi nilai tegangan pada batas proporsional ke-
persamaan (1-14) akan memberikan indeks kemampuan bahan untuk menyimpan atau
menyerap energi tanpa deformasi permanen. Besaran yang diperoleh tersebut dina-
makan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience) dan digunakan untuk mem-
bedakan bahan-bahan dengan mempertimbangkan pemakaian energi yang harus diserap
10
oleh bahan. Sebagai contoh baja yang mempunyai kuat proporsianal 200 MPa dan
modulus E = 2 . 105 MPa, akan mempunyai modulus kelentingan sebesar :
2 (200) 2
0,10 Nmm/mm3
2E 2( 2.105 )
Contoh 1-1 : Dua batang elastis yang ukurannya seperti pada gambar I.8, harus
menyerap jumlah energi yang sama akibat gaya aksial dengan mengabaikan adanya
konsentrasi tegangan.
11
2 22 2 2 2
U2 dV dV dv
v
2E 2E bawah
2E atas
2
22 AL 2 2 2
3L 5
2 A 2 AL
2E 4 2E 4 2E 8
Bila kedua elemen menyerap energi yang sama, maka U1 = U2 dan
12 22 5
( AL) AL 2 1,265 1
2E 2E 8
Pembesaran luas penampang pada sebagian elemen dalam kasus (b) sebenarnya
tidak menguntungkan, karena untuk beban energi yang yang sama, tegangan pada
batang yang diperbesar adalah 26,6 % lebih besar daripada batang yang tidak
diperbesar.
Energi regangan elastis pada balok dengan beban lentur murni dapat juga
diperoleh seperti pada balok yang dibebani aksial. Untuk kasus ini tegangan normal
diketahui bervariasi linier dari sumbu netral sampai ketepi luar balok. Pada gambar I.9
tegangan elemen adalah dx dA , dengan dx adalah panjang elemen dan dA adalah luas
penampang. Dengan menggunakan persamaan (1-15) dan mengintegralkan dalam
volume balok V , maka pernyataan energi regangan elastis dalam pada balok adalah :
2
x2 1 My
U dV dx dA
v
2E v
2E I
12
Pada elemen kecil tak berhingga yang mengalami geseran murni pernyataaan
energi regangan elastis dapat diturunkan dengan cara yang sama. Elemen kecil tak
berhingga seperti pada gambar I.10(a) bentuk deformasi akibat geser diperlihatkan
seperti pada gambar I.10(b), dengan mengandaikan bahwa bidang dasar dari lemen
tersebut berada dalam kedudukan yang tetap (karena pengandaian ini tidak membuat
ungkapan menjadi kurang berlaku umum). Setelah elemen berdeformasi, gaya pada
bidang atas mencapai nilai akhir sebesar dx dz . Pada gambar I.10(b) pergeseran total
gaya ini untuk deformasi elemen yang kecil adalah dy . Karena kerja luar yang
dilakukan elemen sama dengan energi regangan elastis dalam yang dapat pulih kembali,
maka :
1 1 1
dU dx dz ( dy ) dx dy dz dV (1-17)
2 2 2
dengan dV adalah volume elemen kecil tak berhingga.
Persamaan (1-13) seperti yang telah diberikan dapat juga diberikan untuk
tegangan-tegangan arah y dan z dan regangan-regangan arah y dan z . Untuk men-
13
jadikan bentuk persamaan seperti pada (1-18) berlaku umum dengan mengikut serta-
kan semua komponen tegangan geser yang mungkin, serta regangan-regangan geser
yang bersangkutan. Persamaan (1-18) ditulis pada sumbu koordinat x dan y , sehingga
dapat ditulis lagi sebagai (Uo)geser = xy xy / 2 . Dengan menukarkan tanda huruf
(subskrip), maka energi regangan untuk yz dan zx dapat dituliskan. Sehingga dengan
superposisi energi, energi regangan untuk tegangan tiga dimensi dapat ditulis :
dU 1 1 1 1 1 1
Uo x x y y z z xy xy yz yz zx zx (1-21)
dV 2 2 2 2 2 2
x y z xy
x xy
E E E G
x y yz
Bila : y z dan yz menurut Hukum Hooke umum,
E E E G
y zx
z Ex E Ez zx G
serta dilakukan manipulasi aljabar sederhana, maka persamaan (1-21) dapat dituliskan
menjadi :
dU 1 1
Uo
dV 2 E
E
x2 y2 z2 x y y z z x
2G
2
xy
2
yz 2
zx (1-22)
Persamaan (1-22) menyatakan energi regangan elastis per-satuan volume untuk bahan
isotropik . Apabila tidak ada tegangan geser, maka suku terakhir persamaan (1-22)
sama dengan nol, dan untuk kasus tegangan bidang dua dimensi dengan z = 0 dan
yz = zx = 0, maka persamaan (1-22) akan menjadi :
2 2
dU x2 y xy
Uo x y (1-23)
dV 2 E 2 E E 2G
Contoh 1-2 : Sebuah batang elastis dengan penampang konstan A dan panjang L
dibebani gaya P aksial. Berapakah defleksi pada ujung bebasnya ? .
14
Energi regangan dalam dari batang :
2 P2L
U AL , karena = P/A maka : U
2E 2 AE
Beban P dikerjakan secara berangsur-angsur dari nol, maka kerja luar yang dilaku-kan
adalah gaya rata-rata dikalikan dengan defleksinya ().
Sehingga : We = P/2
P P2L PL
Jika We = U maka : sehingga :
2 2 AE AE
Akibat kerja luar P yang dikerjakan secara berangsur-angsur pada balok, maka kerja
luar We = (1/2) P, dengan adalah defleksi total balok.
Energi regangan dalam terdiri dari dua bagian. Satu bagian disebabkan oleh tegangan
lentur, dan yang kedua disebabkan oleh tegangan geser. Energi regangan ini dapat di-
super-posisikan secara langsung, karena bahan elastis linier.
2
Energi regangan karena lentur : U M dx , dengan M = P x
2 EI
2
Energi regangan karena geser : dU geser dV
2G
h/2
P h
h/2 2
P P P y2
y dA Ib
Ib luas diarsir b y dy I 2 y 2
2 I 2
y y
Pada keadaan y sembarang tegangan geser ini tidak berubah sepanjang lebar b dan
sepanjang L balok tersebut. Sehingga volume dV dalam persamaan energi untuk geser
dapat diambil sebagai L b dy. Sehingga :
15
L L
U lentur
M2
dx
Px 2 dx P 2 L3
0
2 EI 0
2 EI 6 EI
2
2
1 P
h/2 h 2
U geser dV y 2 L b dy
v
2G 2G h / 2 2 I
2
2
P 2 Lb h 5 P 2 Lbh 5 12 3P 2 L
2
3
8GI 30 240G bh 5 AG
P P 2 L3 3P 2 L
2 6 EI 5 AG
PL3 6 PL
3EI 5 AG
Suku pertama dari merupakan defleksi karena lentur, sedang suku kedua merupa-kan
defleksi karena geser. Faktor (6/5) pada suku kedua nilainya berbeda-beda tergantung
bentuk penampang balok, karena faktor tersebut merupakan pernyataan distribusi
tegangan geser.
Defleksi dicoba untuk disederhanakan lagi menjadi persamaan :
PL3 2
1 3E h
3EI 10G L 2
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam, dicoba dengan memberikan nilai
E
G untuk baja dengan v = 0,25 , sehingga nilai E/G = 2,5 dan akan di-peroleh
21
2 2
= (1 rasio
apabila + 0,75 h /L dan
tinggi ) lentur . Dapat
panjang balokdilihat
sangatbahwa
besar (hpengaruh geser
mendekati L). akan sangat besar
16
Pada gambar I. 12(a) struktur dibebani oleh gaya semu F searah AB, dan
akan menyebabkan gaya dalam setiap elemen sebesar f , yang dapat diperoleh dalam
sistem statis tertentu.
Pada gambar I.12(b) dengan gaya semu yang ada pada struktur, dikerjakan
gaya luar nyata, yang akan menyebabkan deformasi nyata pada setiap elemen sebesar
L. Kerja luar oleh gaya semu F yang bergerak sejauh yang nyata dalam arah gaya
ini sama dengan kerja total yang dilakukan pada setiap elemen dalam oleh gaya f
yang bergerak dengan jarak L. Sehingga dapat dituliskan bentuk persamaan kerja
semu sebagai berikut.
F f L (1-24)
Karena semua gaya semu mencapai nilai penuh sebelum terjadi deformasi nyata
dikerjakan, maka faktor setengah tidak ada dalam persamaan (1-24) tersebut. Suatu
tanda penjumlahan (integral) pada ruas kanan menyatakan bahwa semua kerja dalam
pada setiap elemen harus tercakup.
Pada persamaan (1-24) nilai F dan f tidak perlu berupa besaran kecil tak
berhingga. Pada penggunaan selanjutnya nilai F diberikan sebesar satu satuan gaya,
sehingga persamaan (1-24) dapat dituliskan sebagai :
f L (1-25)
dengan : = defleksi nyata sebuah titik dalam arah gaya satu satuan semu
f = gaya-gaya dalam akibat gaya satu satuan semu
L = deformasi dalam yang nyata dari struktur
17
Pada struktur rangka batang ( truss) yang elastis, deformasi aksial pada masing-
masing batang ialah L = PL/(EA). Sehingga untuk struktur rangka batang persamaan
(1-25) akan menjadi :
n
i Pi Li
(1-26)
1 Ei Ai
dengan i adalah gaya aksial pada setiap batang akibat gaya satu satuan semu.
Pada struktur balok, gaya semu yang diberikan akan memberikan momen-momen
lentur pada setiap potongan balok sebesar m. Kemudian gaya nyata M akan memutar
potongan balok sebesar d yang besarnya adalah :
d2y d dy d M M
d dx (1-27)
dx 2 dx dx dx EI EI
Jadi kerja yang dilakukan pada elemen sebuah balok oleh momen semu m adalah
mM dx /(EI). Dengan mengintegralkan terhadap panjang balok akan didapat kerja luar
pada elemen- elemen dalam. Sehingga bentuk persamaan (1-25) untuk balok :
L
mM
dx (1-28)
0
EI
18
II. METODE FLEKSIBILITAS
Hubungan antara aksi A dan perpindahan D untuk pegas pada Gambar II.1 dapat
dituliskan dengan persamaan aksi yang menyatakan A dalam D :
A=S D (2-2)
Dalam persamaan ini, S adalah kekakuan pegas yang diidentifikasikan sebagai aksi
yang dibutuhkan untuk menimbulkan perpindahan satu satuan. Terlihat dari persamaan
(2-1) dan (2-2) bahwa fleksibilitas dan kekakuan pegas merupakan kebalikan (invers)
antara satu dengan lainnya, yaitu :
1 1 1 -1
F S S S= F =F (2-3)
Satuan fleksibilitas pegas ialah panjang dibagi gaya, sedang satuan kekakuan ialah
gaya dibagi panjang.
Hitungan di atas, yaitu persamaan (2-1) sampai (2-3), yang diterapkan pada pegas
juga akan berlaku bagi struktur elastis linier yang dibebani aksi tunggal. Contohnya
ialah balok bertumpuan sederhana dengan gaya terpusat A di tengah bentang pada
Gambar II. 2(a). Perpindahan D dalam gambar merupakan defleksi vertikal ke bawah di
titik tempat A bekerja pada balok. Jadi dalam contoh ini, perpindahan D tidak hanya
selaras dengan A tetapi juga diakibatkan oleh A. Persamaan aksi dan perpindahan di
atas, yaitu persamaan (2-2) dan (2-1) berlaku untuk balok pada Gambar II. 2(a), asal
19
fleksibilitas F dan kekakuan S ditentukan secara tepat. Dalam hal ini fleksibiltas F
adalah perpindahan akibat beban satu satuan seperti pada gambar II. 2(b). Sehingga :
L3
F (2-4)
48EI
Kekakuan S sama dengan invers dari fleksibilitas, adalah aksi yang dibutuhkan untuk
memberikan perpindahan satu satuan, lihat gambar II.2(c), sehingga :
48EI
S 3 (2-5)
L
20
Gambar II. 3. Balok dengan Koefisien Fleksibiltas
21
D1 = F11 A1 + F12 A2 + . . . . . . . + F1n An
D2 = F21 A1 + F22 A2 + . . . . . . . + F2n An
.. = .... +.... +....... +......
Dn = Fn1 A1 + Fn2 A2 + . . . . . . . + Fnn An (2-8)
Pada persamaan (2-8), koefisien fleksibilitas Fij adalah perpindahan ke-i (perpindahan
yang selaras dengan aksi ke-i) akibat satu satuan aksi ke-j. Koefisien tersebut bernilai
positif jika searah dengan arah positif aksi ke-i.
Dalam bentuk matrik, persamaan (2-8) dapat ditulis :
Contoh 2-1 : Sebuah balok kantilever seperti gambar II. 4. Dibebani aksi A1 dan A2 di
ujung bebas. Perpindahan yang selaras diberi notasi D dan D . Koefisien fleksibiltas
1 2
ditunjukkan pada gambar II. 4(b) dan II. 4(c) dan dapat ditentukan dengan bantuan
tabel I.1 untuk kasus 6 dan 7.
L3 L2
Akibat A1 satu satuan didapat : F11 dan F21
3EI 2 EI
L2 L
Akibat A2 satu satuan didapat : F12 dan F22
2 EI EI
22
Sehingga persamaan perpindahan dapat dituliskan :
L3 L2
D1 A1 A2
3EI 2 EI
L2 L
D2 A1 A2
2 EI EI
dan matrik fleksibiltasnya dapat dituliskan dengan :
L3 L2
F = 3EI2
2 EI
L L
2 EI EI
23
seperti pada gambar II. 5(b) dan struktur ini disebut struktur terlepas (released
structure).
Akibat beban w struktur terlepas pada joint B akan terjadi defleksi sebesar B
seperti gambar II. 5(b), yang besarnya :
5wL4
B , lihat Tabel I. 1 kasus 1
384 EI
Sebenarnya pada joint B ini tidak ada defleksi, karena joint B merupakan dukungan,
sehingga reaksi pada B harus sedemikian rupa sehingga defleksi ke atas akibat RB harus
sebesar B , lihat gambar II. 5(c). Dengan prinsip super-posisi perpindahan akhir pada
joint B pada struktur terlepas adalah resultante perpindahan akibat beban w dan reaksi
RB. Perpindahan ke atas akibat RB ialah :
RB L3
B , lihat Tabel I. 1. kasus 2
48 EI
5wL4 RB L3
(2-11)
384 EI 48 EI
5wL
Sehingga reaksi RB adalah : RB
8
Setelah reaksi RB diperoleh, maka reaksi-reaksi yang lain dapat dihitung dengan
persamaan keseimbangan statis.
Persamaan (2-11) disebut persamaan kesepadanan (compatibility), yang
menyatakan bahwa perpindahan ke bawah akibat beban w sama dengan perpindahan ke
atas akibat reaksi kelebihan.
24
Pada kasus balok dengan tiga tumpuan seperti pada gambar II. 5(a) tersebut dapat
juga diselesaikan dengan dengan pendekatan lebih umum sebagai berikut. Pertama
perpindahan akibat satu satuan RB dihitung, kemudian perpindahan ini dikalikan dengan
RB untuk menentukan perpindahan akibat RB. Prosedurnya akan lebih umum dan
sistematis bila perjanjian tandanya konsisten dengan aksi dan perpindahan di B. Jadi
dengan memberi gaya satu satuan pada joint B yang selaras dengan RB akan terjadi
perpindahan B, yang besarnya ialah :
L3
B (2-12)
48 EI
Perpindahan akibat RB yang bekerja pada struktur ialah B R B , dan perpindahan akibat
beban luar w ialah :
5wL4
B (2-13)
384 EI
Perpindahan ini tandanya negatif karena arahnya ke bawah. Superposisi perpindahan
akibat beban luar w dan reaksi RB harus menghasilkan perpindahan nol pada joint B.
Jadi persamaan kesepadanannya ialah :
B += 0B RB (2-14)
B 5wL
Sehingga akan diperoleh : RB
B 8
tanda positif artinya reaksi RB arahnya ke atas.
Pada persamaan (2-14) menyatakan bahwa B adalah perpindahan akibat satu unit
beban yang selaras dengan RB , sedangkan B adalah perpindahan akibat beban luar w.
Apabila derajad ketidak-tentuan statis struktur lebih dari satu, pendekatan dalam
contoh tersebut harus diorganisir lebih lanjut, dan notasi yang lebih umum harus
digunakan. Untuk jelasnya ditinjau pada kasus contoh 2-2 sebagai berikut.
Contoh 2-2 : Balok dengan kedua ujung dijepit pada gambar II. 6(a), dengan modulus
elastis E dan momen inersia potongan I. Momen-momen ujung diambil sebagai
redundant dengan notasi R1 dan R2 , dan akan dihitung besarnya momen-momen ujung
tersebut.
25
Gambar II. 6. Balok Contoh 2-2
L L
F11 F21
3EI 6 EI
Akibat aksi yang selaras dengan R2 , gambar II.6(d)
L L
F12 F22
6 EI 3EI
Akibat beban luar P , gambar II.6(b)
Pb
Q1
6 EIL
L
2
b2
Pa
Q2 L 2
a2
6 EIL
Analog dengan persamaan (2-14) akan diperoleh persamaan :
{Q} + [F] {R} = 0
dengan {Q} adalah matrik perpindahan akibat beban luar, [F] adalah matrik
perpindahan akibat gaya satu satuan yang selaras dengan R1 dan R2 (matrik fleksi-
biltas), dan {R} adalah matrik reaksi sebagai redundant.
26
L
L
6 EI L 2 1
Matrik fleksibiltas-nya ialah : [F] = 3EI
L L 6 EI 1 2
6 EI 3EI
Pb 2 2
L b
Matrik {Q} -nya ialah : {Q} = 6 EIL
Pa 2
6 EIL
L a2
Sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.
Pb 2 2
6 EIL L b L 2 1 R1
Pa + = 0
L2 a 2 6 EI 1 2 R2
6 EIL
atau
Pb 2 2
R1 6 EI 2 1
1
6 EIL L b
= Pa
R
2 L 1 2 L2 a 2
6 EIL
Pb 2 2
R1 2 EI 2 1 6 EIL
L b2 Pab 2
= = L
R2 L 1 2 Pa L2 a 2 Pba
2
6 EIL 2
L
2
Pab Pba 2
Jadi momen pada ujung A , MFAB = 2
momen pada ujung B , MFBA =
L L2
tanda positif berarti searah dengan arah aksi R , dan tanda negatif berarti kebalikan
Matrik [Q] :
Pada gambar II. 7(b) akibat beban luar dan dengan bantuan tabel I. 1 akan
diperoleh : Q1 akibat rotasi berlawanan arah jarum jam pada joint B batang AB dan
27
rotasi searah jarum jam pada joint B batang BC. Q2 akibat rotasi berlawanan arah
jarum jam pada joint C batang BC dan rotasi searah jarum jam pada joint C batang CD.
28
Matrik {F} :
Pada gambar II. 7(c) akibat satu unit gaya yang selaras dengan R1 pada joint B
berlawanan jarum jam dan searah jarum jam diperoleh :
L L 2(10) 20
F11 =
3EI 3EI 3EI 3 EI
L 10
F21 =
6 EI 6 EI
Pada gambar II. 7(d) akibat satu unit gaya yang selaras dengan R2 pada joint C
berlawanan jarum jam dan searah jarum jam diperoleh :
L 10
F12 =
6 EI 6 EI
L L 2(10) 20
F22 =
3EI 3EI 3EI 3EI
20 10
6 EI 1 40 10
Jadi matrik [F] = 3EI
10 20 6 EI 10 40
6 EI 3EI
1
4375
R1 40 10 3EI
6 EI
R2 10 40 1875
EI
4375
R1 EI 12 3 3EI 158,333
R2 75 3 12 1875 241,667
EI
Sehingga MB = 158,333 kNm dan MC = 241,667 kNm
29
Contoh 2-4 : Portal dengan dukungan A sendi dan dukungan D jepit dibebani seperti
pada gambar II. 8(a). EI masing-masing batang seperti tergambar, reaksi VA vertikal dan
HA horisontal diambil sebagai redundant.
Untuk menyelesaikan kasus pada contoh 2-4, pertama dihitung perpindahan yang
diakibatkan oleh beban luar pada joint A, ialah AH ( = Q1 ) dan AV ( = Q2 ). Ke-mudian
dihitung perpindahan akibat gaya satu satuan yang selaras dengan AH dan AV pada jointa
A, sehingga diperoleh [F]. Selanjutnya digunakan persamaan {Q} + [F] {R} = 0,
dengan R1=HA dan R2=VA.
R1 H A
Matrik {R} :
R2 V A
30
Tabel II.1. Luas bidang momen dan titik berat
Dengan memperhatikan kurva elastis struktur terlepas pada gambar II. 8(c) maka
dapat ditentukan.
(a) Pada batang CD, dengan metode moment area akan didapat :
C = luas bidang ( M/EI) antara C dan D
= (1/2EI) (A3 + A4) = (1/2EI) (2080 + 320) = 1200/EI
31
Menentukan Matrik [F]
Dengan memperhatikan gambar II. 8(e) dan II. 8(f) akan diperoleh perpindahan
pada joint A akibat satu satuan gaya yang selaras dengan R1 dan R2 sebagai berikut.
(a) Defleksi horisontal pada joint A akibat satu satuan gaya yang selaras dengan HA :
L
Mm
H EI
dx
0
4 5 4
1 1 1 33,778H A
3EI 0 5EI 0 2 EI 0
( H A x1 ) x1dx1 ( 4 H A )(4)dx2 ( H A x3 ) x3dx3
EI
33,778
Sehingga F11 = (ke kanan)
EI
(b) Defleksi vertikal pada joint A akibat satu satuan gaya yang selaras dengan HA :
5 4
1 1 30 H A
V 5EI ( 4 H A ) x2 dx2 2 EI 0 ( H A x3 )(5)dx3 EI
0
30
Sehingga F21 = (ke bawah)
EI
(c) Defleksi horisontal pada joint A akibat satu satuan gaya yang selaras dengan VA :
4 4
1 1 30V A
H
5 EI 0
(V A x 2 )(4) dx 2
2 EI 0
(5V A ) x 3 dx 3
EI
30
Sehingga F12 = (ke kanan)
EI
(d) Defleksi vertikal pada joint A akibat satu satuan gaya yang selaras dengan VA :
5 4
1 1 58,333V A
5EI 2 EI
V (V A x2 )( x2 ) dx2 (5V A )(5)dx3
0 0
EI
58,333
Sehingga F22 = (ke bawah)
EI
1 33,778 30
Matrik fleksibiltas [F] =
EI 30
dan inverse-nya adalah :
58,333
0,054498 0,0280276
[F]1 = EI
0,0280276 0,03155725
Sehingga persamaan {Q} + [F] {R} = 0 dapat dituliskan dengan :
32
1 3653,333 1 33,778 30 R1
0
EI 6920 EI 30 58,333 R2
Contoh 2-5 : Rangka batang pada gambar II. 9(a) semua batang mempunyai keka-
kuan aksial (EA) sama dan dibebani seperti pada gambar. Langkah-langkah untuk
menyelesaikan kasus tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Q1 PL 3,828
Jadi matrik {Q} :
Q2 EA 2
33
Gambar II. 9. Rangka Batang Contoh 2-5
34
Tanda negatif berarti arah perpindahan berlawanan dengan arah satu satuan gaya yang
diberikan.
F11 = 1 1 L/EA = { (1)( 1) + (2)(2)(2) } L/EA = 3,828 L/EA
F12 = 1 2 L/EA = { (1)( 1/2)+(2)(2)(1) } L/EA = 2,707 L/EA
F21 = 2 1L /EA = { (1)( 1/2)+(2)(2)(1) } L/EA = 2,707 L/EA
F22 = 2 2 L/EA = { (1/2)+(1/2)+(1/2)+(1/2)+2+2 } L/EA = 4,828 L/EA
35
III. METODE “SLOPE DEFLECTION”
III. 1. Umum
Untuk analisis struktur statis tak tertentu dikenal beberapa metode. Salah satunya
ialah Metode Slope Deflection, atau sering disebut dengan Metode Defleksi Lereng.
Pada prinsipnya Metode Slope Deflection ialah metode untuk menentukan momen-
momen ujung batang pada portal (frame).
Beberapa anggapan pada analisis struktur dengan Metode Slope Deflection ialah :
1. semua joint dihubungkan secara kaku ( rigid),
2. sudut pada pertemuan batang besarnya tetap sama setelah mengalami rotasi
akibat pembebanan dan sebelum adanya pembebanan (gambar III.1),
3. perubahan akibat gaya aksial dan akibat pengaruh geser diabaikan,
4. rotasi-rotasi pada joint besarnya be lum diketahui, yang merupakan bilangan anu
yang harus dihitung,
5. jumlah momen ujung pada setiap joint sama dengan nol ( M = 0), kecuali pada
tumpuan yang berdiri sendiri.
Pada setiap penampang batang akan terjadi gaya aksial, momen dan gaya geser.
Karena pengaruh gaya aksial dan gaya geser diabaikan, maka untuk analisis struktur
yang dominan adalah pengaruh momen lentur. Untuk menentukan gaya-gaya reaksi dan
tegangan dalam harus dipenuhi syarat-syarat statika dan syarat geometri, seperti yang
telah dijelaskan pada Bab I. Selanjutnya untuk analisis dengan Metode Slope Deflection
diperlukan pengertian tentang Momen Jepit Ujung (Fixed End Momen) seperti yang
akan dijelaskan di bawah ini.
36
Pada gambar III. 2(a) A = 0, karena dukungan pada A jepit. Untuk mennetukan momen
ujung A, jepitan di A dilepas, sehingga struktur se-perti pada gambar III. 2(b) dan
hubungan A1 dan B1 seperti yang diberikan pada tabel I.1 kasus nomor 8, sebagai
berikut :
Pb 2
A1
6 EIL
L b2 (3-1)
Akibat momen ujung pada A pada gambar III. 2(c), akan diperoleh hubungan seperti
pada tabel I.1 pada kasus nomor 4, sebagai berikut :
F
A 2 M AB L (3-2)
3EI
Pada A seharusnya tidak ada rotasi, karena dukungan jepit, sehingga :
=A1
0 + A2 (3-3)
Sehingga jika persamaan (3-1) dan (3-2) disubstitusikan ke persamaan (3-3) akan
diperoleh :
Pb 2 MF L
6 EIL
L b 2 AB
3EI
= 0
37
F
M AB Pb2 L2 b 2
(3-4)
2L
38