Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Debit aliran air adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah
satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS).Satuan debit yang digunakan adalah
meter kubik per detik (m³/s). Debit aliran adalahlaju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu pnampang melintangsungai per satuan waktu (Asdak, 1995). Debit sungai dapat diperoleh setelah
melakukan pengukuran kecepatan aliran sungai dan kemudian mengalikan dengan luas penampangnya
(Sosrodarso dan Taminango, 1984).

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu(sungai /saluran
/mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air :

1. dibagian sungai yang relatif lurus,


2. Jauh dari pertemuan cabang sungai
3. Tidak ada tumbuhan air,
4. Aliran tidak turbelen,
5. Aliran tidak melimpah melewati tebing sungai

Penentuan debit sungai dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran aliran dan cara analisis.
Pelaksanaan pengukuran debit sungai dapat dilakukan secara langsung dan cara tidak langsung, yaitu
dengan melakukan pendataan terhadap parameter alur sungai dan tanda bekas banjir. Dalam hidrologi
masalah penentuan debit sungai dengan cara pengukuran termasuk dalam bidang hidrometri, yaitu ilmu
yang mempelajari masalah pengukuran air atau pengumpulan data dasar untuk analisis mencakup data
tinggi muka air, debit dan sedimentasi.
4.1 Debit secara Langsung ( debit sesaat)

Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang
langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang
telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:

1. Alat Ukur Pintu Romijn

Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,yaitu
dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan
menggunakan rumus:

Q= 1,71 b h3/2

Keterangan:

Q = debit air

b = lebar ambang

h = tinggi permukaan air

2.Sekat Ukur Thompson


Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya
sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan
dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:

Q= 0,0138

Keterangan:

Q = debit air

h = tinggi permukaan air

3.Alat Ukur Parshall Flume

Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air
diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar
yang direndahkan.

4.Bangunan Ukur Cipoletti


Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis.
Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head
dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q
dapat dinyatakan dengan:

Q=k.H.n

Keterangan:

Q = debit air

H = head

k dan n = konstanta

Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada
penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan
dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh
garis hubungan H – Q yang paling sesuai untuk masing – masing jenis bangunan ukur.

Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur


romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu
dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.

5.Pengukuran Debit dengan Metode Hidrograf

Hidrograf merupakan suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara tinggi muka air dan waktu
sehingga dari data tersebut dapat diketahui besarnya debit. Hidrograf tinggi muka air dihasilkan dari
rekaman alat yang disebut Automatic Water Level Recorder (AWLR)
Hidrograf Tinggi Muka Air dan Curah Hujan

Bentuk DAS akan mempengaruhi kecepatan aliran yang menyebabkan perbedaan nilai Debit, Gambar 9.
merupakan pengaruh bentuk DAS Terhadap hidrograf yang dihasilkan

Sumber Gambar : Seyhan, 1990

Selain pengaruh dari bentuk DAS yang mempengaruhi TC dan bentuk lengkung hidrograf, arah hujan
juga menentukan besarnya TC dan bentuk lengkung hidrograf. seperti pada gambar 10. dibawah ini
Sumber Gambar : Seyhan, 1990

4.2 Pengukuran debit air secara tidak langsung:

Besarnya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan tergantung pada luas tampang aliran
dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan dengan cara mengukur tampang
aliran dan mengukur kecepatan aliran tersebut. Cara ini merupakan prosedur umum dalam pengukuran
debit sungai secara langsung. Pengukuran luas tampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka
air dan lebar dasar alur sungai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, pengukuran tinggi muka air
dapat dilakukan pada beberapa titik pada sepanjang tampang aliran. Selanjutnya debit aliran dihitung
sebagai penjumlahan dan semua luasan pias tampang aliran yang terukur. Pengukuran kecepatan aliran
dilakukan dengan alat ukur kecepatan arus.

Pengukuran secara tidak langsung dapat menggunakan tiga cara, yaitu velocity area method,
slope area method dan dilution method.

1) Velocity Method

Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang
basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan
tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode
current-meter dan metode apung.

1.Pelampung

Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii)
pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada
permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran
seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin.
Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk
jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran.
Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata – rata yang diperlukan pelampung menempuh
jarak tersebut. Sedang kecepatan rata – rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan
suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. Koefisien
kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut:

B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’

Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Keterangan:

B = lebar permukaan aliran

H = kedalaman air

Vm = kecepatan rata – rata

Vs = kecepatan pada permukaan

Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung
tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru
dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil
baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata
– rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2
penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang rata –
ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada
waktu bersama – sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan
titik – titik pertengahan garis – garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga
penampang melintang, maka mula – mula dibuat penampang melintang rata – rata antara penampang
melintang rata – rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran
kecepatan rata – rata:

Q = C . Vp Ap

Keterangan:

Q = debit aliran

C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan

Vp = kecepatan rata – rata pelampung

Ap = luas aliran rata – rata

2. Pengukuran dengan Current Meter


Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan
terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari
propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan
memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis
yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor
koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat
berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya
aliran yang diukur.

Debit aliran dihitung dari rumus :

Q = V x A

dimana :

V = Kecepatang aliran

A = Luas penampang

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran,
diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama,
distribusi kecepatan tergantung pada :

Ø Bentuk saluran

Ø Kekasaran saluran dan

Ø Kondisi kelurusan saluran

Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting.
Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan
pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran
(stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:

a. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.

b. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari
permukaan aliran.

c. Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.

d. Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.

e. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail
kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-
ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang


melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta l(lebar aliran) dan ke arah
vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang
terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya.

Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x Vi

Keterangan : Qi : Debit aliran segmen i

Ai : Luas aliran pada segmen i

Vi : Kecepatan aliran pada segmen ini

2) Slope Area Method

Cara slope area dapat digunakan untuk menghitung debit secara tidak langsung, yaitu setelah banjir
surut dengan menggunakan data bekas banjir pada tebing sungai atau pelekat yang dipasang pada jarak
tertentu. Cara ini menggunakan rumus hidraulika, yaitu rumus Manning atau Cherry

V =

………………(5)

dengan:

Q = A´V

V = kecepatan aliran (m/dt)


N = koefisien kekasaran Manning menurut Cowan

R = radius hidraulik = A/P

A = luas penampang basah (m2)

P = panjang dasar penampang basah (m)

S = kemiringan permukaan air

3) Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu

Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari
permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.

a. Metode Kemiringan Luas (Slope Are Method)


Metode ini meliputi perhitungan debit banjir pada saluran terbuka atau sungai dengan menggunakan karakteristik
penampang yang representatif, kemiringan muka air, dan koefisien kekasaran.
Ringkasan Metode
Metode Kemiringan Luas digunakan untuk menentukan debit secara tidak langsung dari suatu ruas saluran, biasanya
setelah banjir terjadi dengan menggunakan tanda bekas banjir dan karakteristik fisik penampang melintang ruas
saluran tersebut.
Survei lapangan dilakukan untuk menentukan jarak antara dan elevasi tanda bekas banjir dan menetapkan
penampang sungai.Data itu selanjutnya digunakan menghitung beda tinggi muka air diantara dua penampang
melintang yang berdekatan dan untuk menetapkan sifat-sifat tertentu dari penampang tersebut. Informasi tersebut
digunakan bersama dengan nilai n Manning untuk menghitung debit.
b. Metode Darcy-Weisbach
Metode ini meliputi perhitungan debit banjir pada saluran terbuka atau sungai yang dasarnya berbatu-batu dengan
menggunakan karakteristik penampang yang representatif, kemiringan muka air, dan koefisien resistensi Darcy-
Weisbach.
Ringkasan Metode
Metode Darcy-Weisbach digunakan untuk menentukan debit banjir cara tidak langsung dari suatu ruas sungai,
biasanya setelah banjir terjadi dengan menggunakan tanda bekas banjir dan karakteristik fisik penampang melintang
ruas sungai tersebut. Persamaan Darcy-Weisbach yang digunakan untuk menghitung debit (Q).
4. Pengambilan Sampel Sedimen Terlarut
Besarnya debit sedimen terlarut/suspensi dapat dihitung melalui pengukuran debit dan pengambilan sampel
sedimen. Sampel sedimen suspensi yang diambil dari suatu lokasi pos duga air dilakukan setelah pengukuran debit.
Lokasi pengambilan sampel harus memenuhi syarat sebagaimana yang berlaku pada pengukuran debit.
Peralatan yang digunakan adalah :
 Alat pengambil sampel sedimen jenis USDH 48 yang digunakan pada saat pengukuran debit dengan merawas
 Alat pengambil sampel sedimen jenis USD 59 untuk pengukuran debit menggunakan perahu, sisi
jembatan, cable car dan winch cable way.
 Botol sampel isi 500 ml lengkap dengan etiketnya
 Seperangkat peralatan pengukuran debit lengkap

DAFTAR PUSTAKA

http://sumiharjons09.student.ipb.ac.id/2012/04/17/definisi-peta-batimetri-dan-peta-batimetri/

https://raharjabayu.wordpress.com/2011/06/13/pengukuran-debit-dan-pengambilan-sampel/

Anda mungkin juga menyukai