Anda di halaman 1dari 104

MODUL 4 1

PERENCANAAN SISTEM
POLDER DAN KOLAM RETENSI

Diklat Penanganan
Drainase Jalan
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PEMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR WILAYAH
Nama
Ir. SAKTYANU P S DERMOREDJO, MEngSc.
2
Latar Bekerja di Ditjen Bina Marga Dept. PU,
Belakang Dalam Perencanaan & Supervisi Jalan sejak 1980
S1 Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung. 1979
Pasca Sarjana Jalan Raya PU-ITB. Bandung 1980
Pendidikan S2 Geoteknik, University of New South
Wales, Sydney, Australia. 1992

Jabatan • Widyaiswara Madya Bidang Jalan & Sejak 2007


Saat ini Jembatan
Alamat saktyanu54@yahoo.com 0811875557
Riwayat • Staf Teknik di Subdit Teknik Jalan & Jbt. 1981-1994
Jabatan • Kepala Seksi Perencanaan Geometrik. 1994-1998
• Kepala Seksi Diseminasi Standar 1998-1999
• Analis Kebijakan, Kementerian Negara PU. 1999-2001
• Pejabat Fungsional Teknik Jln & Jbt Madya 2001-2007
• Tenaga Fungsional pada BPJT 2005-2007
• Widyaswara Madya Bid Jalan & Jembatan 2007- sekarang
3

I. DRAINASE
SISTEM POLDER
4
SISTEM DRAINASE KHUSUS 5
Latar Belakang
• Lahan yang biasanya perlu dilakukan drainase
khusus ialah tempat yang praktis selalu
tergenang air. Dengan demikian tanah
mempunyai sifat kurang matang (tidak subur),
ada kendala-kendala tertentu seperti
kemungkinan terdapatnya pirit di bawah
permukaan tanah yang biasa menjelma
menjadi tanah sulfat masam kalau ada drainase
yang berlebihan. Daya dukung tanah kecil
hingga sebagai perletakan pondasi kurang
menguntungkan.
PENGERTIAN 6
 Polder :
suatu kawasan atau lahan reklamasi dengan kondisi awal
mempunyai muka air tanah tinggi yang diisolasi secara
hidrologis dari daerah di sekitarnya dan kondisi muka air
(air permukaan dan air tanah) dapat dikendalikan.
Kondisi lahannya sendiri dibiarkan pada elevasi asalnya
atau sedikit ditinggikan.

 Polder
adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi
oleh embankment / timbunan atau tanggul yang
membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang
berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar selain
yang dialirkan melalui perangkat manual.
7
8
Sistem Polder
Elevasi dibiarkan pada ketinggian aslinya,
sedangkan airnya diturunkan atau dikeringkan
dengan sistem pengontrolan dengan tanggul dan
pompa atau manajemen lainnya. Artinya bidang
tanah tersebut harus diisolasi dari pengaruh
pemberatan air dari sekitarnya, yaitu dengan
membuat tanggul keliling. Satu-satunya jalan
untuk mengeringkan lahan tersebut dengan
demikiain harus dipompa. Namun sebaliknya
tidak boleh terjadi drainase berlebihan karena
inipun akan menyebabkan kerusakan tanah.
SIFAT-SIFAT POLDER 9

 Polder merupakan daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air


yang berasal dari luar kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan
(dan kadang-kadang air rembesan) pada kawasan itu sendiri yang
dikumpulkan.

 Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah
tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi dengan bangunan
pengendali pada pembuangannya (dengan penguras atau pompa)
untuk mengendalikan aliran ke luar.

 Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air bawah


permukaan) tidak bergantung pada permukaan air di daerah
sekitarnya dan dinilai berdasarkan elevasi lahan, sifat-sifat tanah,
iklim, dan tanaman.
Gambaran Sistem Polder 10
Gambaran Sistem Polder 11
KOMPONEN-KOMPONEN 12
SISTEM POLDER
1. Tanggul keliling dan atau pertahanan laut (sea defense)
atau konstruksi isolasi lainnya
2. Sistem drainase lapangan (field drainage system)
3. Sistem pembawa (conveyance system)
4. Kolam penampung dan stasiun pompa (outfall system)
5. Badan air penerima (reciving waters)
Mengapa perlu dikembangkan 13
Sistem Polder?
 Perlu upaya peningkatan atau pengembangan
aspek teknologi dan manajemen untuk
pengendalian banjir dan ROB di kota-kota
pantai di indonesia. Dengan demikian sistem
polder dikembangkan karena menggunakan
paradigma baru, diantaranya berwawasan
lingkungan (environ
mentoriented),pendekatan kewilayahan
(regional based),dan pemberdayaan
masyarakat pengguna.
Apa keunggulan Sistem Polder? 14

 Sistem Polder mampu mengendalikan banjir dan genangan


akibat aliran dari hulu, hujan setempat naiknya muka air laut
(ROB). Selain dapat mengendalikan air, sistem polder juga
dapat digunakan sebagai obyek wisata atau rekreasi, lahan
pertanian, perikanan, dan lingkungan industri serta
perkantoran
Apa kelemahan Sistem Polder? 15
 Sistem kerja pada polder sangat bergantung pada pompa. Jika pompa mati,
maka kawasan akan tergenang. Sehingga diperlukan adanya pengawasan
pada pompa. Selain itu, biaya operasi dan pemeliharaannya relatif mahal.
 Pengadaan Tanah untuk Kolam Retensi cukup mahal apalagi diperkotaan
Karakteristik Sistem Polder 16

 Muka air di dalam sistem polder tidak bergantung pada


permukaan air di daerah sekitarnya karena polder
mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air
dari luar kawasan tidak dapat masuk ke dalam sistem
polder.
Manajemen Polder 17
 Sistem polder merupakan bangunan yang beresiko
tinggi, sehingga perlu manajemen yang memadai.
 Manajemen polder yang menyangkut operasi dan
pemeliharaan, ditujukan untuk mencegah penurunan
fungsi dari semua elemen yang ada di dalam sistem
polder, yang meliputi tanggul, jaringan drainase,
kolam tandon, dan stasiun pompa, .
ELEMEN – ELEMEN 18
SISTEM POLDER
1. Sistem drainase lapangan (field drainage system)
2. Tanggul keliling dan atau pertahanan laut (sea defense)
atau konstruksi isolasi lainnya
3. Kolam penampung (Retensi)
4. dan stasiun pompa (outfall system)
Elemen-elemen Sistem Polder 19
1). Jaringan Drainase :
Merupakan sarana drainase lateral berupa pipa, saluran tertutup dan saluran terbuka
Berdasarkan cara kerjanya saluran drainase terbagi dalam beberapa jenis, yaitu saluran
pemotong, saluran pengumpul dan asaluran pembawa.
Untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik,
diperlukan bangunan- bangunan pelengkap yaitu :
Bangunan Silang;
misalnya gorong-gorong atau siphon
Bangunan Pintu Air ;
misalnya pintu geser atau pintu otomatis
Bangunan peresap (infiltrasi )
misalnya sumur resapan
2). Tanggul
Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air 20atau
daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar
kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan
air yang berasal dari luar kawasan.
Jenis – jenis tanggul, antara lain :
Tanggul alamiah, tanggul timbunan, tanggul beton dan tanggul infrastruktur.

3). Kolam Retensi


Kolam/waduk penampungan air hujan dalam jangka waktu tertentu. Fungsinya
untuk memotong puncak banjir yang terjadi dalam badan air/sungai.
Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu
Kolam alami dan kolam non alami.
4). Stasiun Pompa
 Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber 21
tenaga, baik itu listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau
sungai/banjir kanal.

 Biasanya pompa digunakan pada suatu daerah dengan dataran rendah atau keadaan
topografi atau kontur yang cukup datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak
mampu mengalir secara gravitasi.

 Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam stasiun pompa harus
disesuaikan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan.

 Pompa yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal,
sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar
adalah pompa submersible
Recipient waters
22
-1,5
-1,25

-2,5
-1,15

-1,5

Stasiun pompa Tanggul


Reciving
Stasiun pompa
waters
23
Detail Sistem Polder

Sal. Induk

Sal. Cabang

Tanggul Keliling

I MAT
K II MAR

Keterangan :
P = pompa Potongan Memanjang
D = duiker (gorong-gorong yang dapat dibuka tutup)
K = kolam
I = duiker ditutup
II = duiker dibuka
24
25

SISTEM POLDER
dan
TIPE KOLAM
RETENSI
Gambar.1 Sistem Polder 26
Gambar 2 : Kolam retensi tipe di samping badan sungai 27
Gambar 3 : kolam retensi tipe di dalam badan sungai 28
Gambar 4 : Kolam retensi tipe storage memanjang
29
30
ASPEK TEKNIS SISTEM 31
POLDER
1. Pembangunan tanggul laut

2. Penurunan tanah

3. Konservasi pantai

4. Manajemen polder
32
33

1. Pembangunan Tanggul Laut


 Tanggul laut dalam sistem polder merupakan pembatas
hidrologi yang melindungi daerah di dalam sistem polder
dari pengaruh air laut (pasang surut dan gelombang).
 Pembuatan tanggul laut harus memperhatikan kondisi
tanah setempat. Banyak tanggul laut harus dibuat pada
lokasi yang kondisi tanahnya sangat lunak, sehingga
resiko kegagalan lereng (slope failure) sering terjadi.
2. Penurunan Tanah 34

 Banyak sistem polder yang dikembangkan di


daerah endapan alluvial, dengan kondisi tanah
lunak yang cukup tebal, sehingga penurunan
jangka panjang akibat proses konsolidasi sangat
berpengaruh terhadap elevasi akhir, dan dapat
menyebabkan kerusakan pada bangunan-
bangunan.
3. Konservasi Pantai 35
 Kawasan pantai merupakan daerah yang sangat
potensial untuk dikembangkan.

 Keanekaragaman pemanfaatan kawasan pantai


yang melibatkan berbagai pihak dapat
menimbulkan konflik dan permasalahan bagi
pengguna maupun pengambil keputusan.

 Perencanaan setiap prasarana harus dilakukan


secara terpadu/integral.
4. Manajemen Polder 36

 Sistempolder merupakan bangunan yang


beresiko tinggi, sehingga perlu manajemen yang
memadai.

 Manajemen polder yang menyangkut operasi dan


pemeliharaan, ditujukan untuk mencegah
penurunan fungsi dari semua elemen yang ada di
dalam sistem polder, yang meliputi tanggul,
jaringan drainase, kolam tandon, stasiun pompa,
dan receiving waters.
Polder di 37
Belanda
38

Polder Tawang,
Semarang
39

Polder Banger,
sedang
dibangun di
Semarang.

1. Tanggul keliling untuk melindungi dari rob


2. Dam untuk membendung sungai. Dam
merupakan bagian dari tanggul keliling.
3. Stasiun pompa, untuk mengalirkan air hujan
dan menjaga tinggi muka air dalam polder
4. Kolam retensi
40
41

Sistem Polder
• Polder Rakyat : Pekacangan dlsb.
Kecil & akrab Lingkungan
• Polder Teknis : Alabio dan Mentaren
Luas & mengendalikan Alam

Untuk pengembangannya perlu kajian


khusus dan serba cakup memuat kearifan
lokal.
42
43

Sistem Timbunan (land filing)


Sistem timbunan merupakan cara pemanfaatan
dataran rendah dengan cara menimbun lahan
dengan material tanah sehingga mencapai
elevasi aman, di atas muka air laut pasang dan
gelombang laut atau muka air sungai tertinggi,
daerah menjadi aman dari pengaruh pasang
surut dan banjir, sekaligus dapat
dikembangkan sistem drainase air hujan
maupun air limbah secara gravitasi.
44
45

Faktor yang menjadi


pertimbangan
• Penggunaan lahan baru yang direklamasi
• Faktor keamanan yang disyaratkan
• Ketersediaan Material
• Biaya
46

Keadaan Tanah
• tanah jelek (berawa)
• tanah mentah
• pada kedalaman 2 meter terdapat pirit (‘cat
clay’)
47
48

PLG Sejuta Hektar, Kalteng


49
50

Kondisi Hidrotopografi
Watun 1: Tanam pertengahan/akhir Mei, panen
pertengahan/akhir Agustus
Watun 2: Tanam pertengahan/akhir Juni, panen
pertengahan/akhir September
Watun 3&4: Tanam pertengahan Juli/pertengahan
Agustus, panen pertengahan Oktober/pertengahan
November. Banjir umumnya terjadi pada bulan
Oktober s/d Januari, sehingga Watun 3 & 4
mempunyai resiko tinggi gagal panen karena
banjir.
51
52

Konsep Pembagian Watun


Pembagian Watun

Pompa

Tanggul

POLDER

Sungai
53
54

Rumah Pompa Intake Polder Alabio Pintu Intake Polder Alabio

Sungai Nagara di Depan Lodasi Pintu Intake


Saluran Intake dari Sungai Nagara
55
56
KOLAM RETENSI DAN POLDER
B A B IV
PERENCANAAN TEKNIK
P E R H IT U N G A N K O L A M R E T E N SI & P O LD E R
57
58

4.1 Tahap Peren canaan D aerah K olam R eten si dan Polder


1) Pastikan daerah genangan dan param eter genangan yang m eliputi luas
genangan, tinggi genangan, lam anya genangan dan frekuensi genangan;
2) Pastikan bahw a elevasi m uka air di m uara saluran lebih tinggi dari elevasi
m uka tanah di daerah genangan;
3) Tentukan lokasi Kolam R etensi yang akan dijadikan tem pat penam pungan
kelebihan air perm ukaan dan perkirakan batas luas Kolam R etensi tersebut;
4) Tentukan daerah pengaliran saluran prim er (D PSA L) yang m engalir ke
Kolam R etensi m elalui peta topografi.

5) Tentukan sistem dan arah aliran inlet, outlet dan stasiun pom pa
6) M uka air di kolam retensi / kolam polder direncanakan dari dasar m uka
tanah terendah di daerah perencanaan dan ditarik dengan lam anya tertentu
sesuai dengan kem iringan lahan.
7) Alternatif tipe kolam retensi, antara lain :
59

G a m b a r 2 K ola m rete n si tip e di sa m pin g b a d a n su n g ai


60

G a m b a r 3 kola m rete n si tip e di d ala m b a d a n su n g a i


61

G a m b a r 4 K ola m rete n si tip e stora g e m e m a nja n g


62

G am bar 5 Sistem polder dengan po m pa dan kolam di


sam ping badan saluran/sungai
63

G am bar 6 Sistem polder dengan pom pa dan kolam di dalam badan


saluran/sungai
64

Gambar 7 Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage


memanjang
Rumah Pompa dan Kolam Retensi 65
Kolam Retensi 66
Rumah Pompa 67
Inlet Pompa Pipa dia 12,5” 68
Inlet dan Outlet dengan Pintu Air
69
Saluran Pembawa 70
Pompa di samping saluran
71
72
73
74
75
PEMBANGUNAN SISTEM DRAINASE JALAN
BERKELANJUTAN dan BERWAWASAN 76
LINGKUNGAN
LIMPASAN AIR PERMUKAAN SAAT INI :
(Bagian Besar)
77

Banjir
Pembukaan
Lahan Baru

Permukiman
JALAN dan
LINGKUNGAN
Vegetasi

Industri Drainase Jalan

APA YANG BISA KITA KONTROL ?


Sistem Drainase Jalan Harus Memenuhi Empat 78
Kriteria Utama Sepanjang Umur Rencana
1. MEMINIMALKAN GANGGUAN DARI KONSEP DRAINASE
ALAMI.

2. MENGURANGI AIR PERMUKAAN DAN AIR BAWAH


PERMUKAAN BADAN JALAN, DENGAN CARA
MEMINIMALKAN DEBIT DAN ENERGI YANG BESAR.

3. SISTEM DRAINASE YANG DIUSULKAN BISA


MENGURANGI RISIKO;
 kerusakan,
 polusi, dan
 banjir daerah itu sendiri dan tempat lain.
Sistem Drainase Jalan Harus Memenuhi Empat 79
Kriteria Utama Sepanjang Umur Rencana

4. TERMANFAATKAN ALIRAN AIR PERMUKAAN DARI HULU


SAMPAI HILIR.

5. DITERIMA SECARA SOSIAL DAN LAYAK SECARA FINANSIAL .


80
81
82
SISTEM DRAINASE JALAN
KONVENSIONAL
83
84
85
PERENCANAAN TEKNIK
PERHITUNGAN KOLAM RETENSI
DAN SISTEM POLDER
86
4.1 Tahap Perencanaan Daerah Kolam Retensi dan Polder
1) Pastikan daerah genangan dan param eter genangan yang meliputi luas
genangan, tinggi genangan, lam anya genangan dan frekuensi genangan;
2) Pastikan bahw a elevasi muka air di muara saluran lebih tinggi dari elevasi
muka tanah di daerah genangan;
3) Tentukan lokasi Kolam Retensi yang akan dijadikan tempat penam pungan
kelebihan air permukaan dan perkirakan batas luas Kolam R etensi tersebut;
4) Tentukan daerah pengaliran saluran primer (DPSAL) yang mengalir ke
Kolam Retensi m elalui peta topografi.

5) Tentukan sistem dan arah aliran inlet, outlet dan stasiun pompa
6) Muka air di kolam retensi / kolam polder direncanakan dari dasar muka
tanah terendah di daerah perencanaan dan ditarik dengan lamanya tertentu
sesuai dengan kemiringan lahan.
7) Alternatif tipe kolam retensi, antara lain :
B A B IV
PERENCANAAN TEKNIK
P E R H IT U N G A N K O L A M R E T E N S I & P O LD E R
87
1. Parameter Penentuan Prioritas Penanganan88

1) Parameter genangan, meliputi tinggi genangan,


luas genangan, dan lamanya genangan terjadi.
2) Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap
tahunnya.
3) Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian
atas fasilitas ekonomi yang ada, seperti : kawasan
industri, fasum, fasos, perkantoran, perumahan,
daerah pertanian dan pertamanan.
4) Parameter gangguan sosial, seperti : kesehatan
masyarakat, keresahan sosial dan kerusakan
lingkungan.
2. Data Teknis Dan Informasi Yang Diperlukan
1)
89
Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, temperatur
dari BMG (Badan Meterologi dan Geofisika) terdekat.
2) Data hidrologi terdiri dari data tinggi muka air sungai, debit, laju
sedimen, peil banjir, pengaruh back water, karakteristik daerah
aliran, data pasang surut sungai / laut.
3) Data sistem drainase yang ada yaitu daerah genangan / banjir
serta, permasalahannya yang dihasilkan dari hasil studi rencana
induk sistem.
4) Data peta yang terdiri dari peta dasar, peta sistem drainase,
sistem jaringan jalan, peta tata guna lahan, peta topografi
dengan skala antara 1 : 5000 sampai dengan 1 : 50.000
disesuaikan dengan tipologi kota.
5) Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju
pertumbuhan dan penyebarannya serta data kepadatan
bangunan.
3. Kala Ulang Untuk Desain Kolam Retensi &
90
Polder Harus Memenuhi Kriteria
1). Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran
(catchment area), tipologi kota yang akan direncanakan kolam
retensi / polder.
Tabel 1 Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran
Cathcment Area ( Ha )
Tipologi Kota
< 10 10 - 100 100 - 500 > 500

Kota Metropolitan 2 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn 10 - 25 thn

Kota Besar 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 20 thn

Kota Sedang / 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn


Kecil

2) Perhitungan curah hujan berdasarkan data hujan paling sedikit 10 tahun


yang berurutan.
3) Bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan saluran
dimana bangunan pelengkap itu berada.
4. Kriteria Perencanaan Hidrologi
91
Hujan
1) Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap
data curah hujan harian maksimum tahunan, dengan lama pengamatan
paling sedikit 10 tahun yang berurutan.
2) Analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode Log
Pearson tipe III, atau metode Gumbel sesuai dengan kala ulang 1, 2, 5, 10
dan 25 tahun (mengacu pada tata cara perhitungan debit desain saluran).
3) Untuk pengecekan data hujan, lazimnya digunakan metode lengkung
masa ganda atau yang sesuai.
4) Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode
Mononobe.
92
4.2 Debit banjir
1) Debit banjir rencana dihitung dengan metode
Rasional yang telah dimodifikasi (lihat pada
lampiran A.6)
2) Koefisien limpasan (run off) ditentukan
berdasarkan tata guna lahan daerah tangkapan.
3) Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu
pengaliran di permukaan dan waktu drainase.
4) Koefisien penyimpangan dihitung dari
perbandingan waktu konsentrasi dan waktu
drainase.
5. Kriteria Perencanaan Hidrolika
93
1) Kapasitas saluran dihitung dengan rumus Manning atau
yang sesuai.
2) Saluran drainase yang terpengaruh oleh pengempangan
(back water effect) perlu diperhitungkan pasang surutnya
dengan metode Standard Step Method.
3) Kecepatan maksimum (V) ditentukan oleh kekasaran
dinding dan dasar saluran. Untuk saluran tanah V = 0,7
m/dt, pasangan batu kali V = 2 m/dt dan pasangan beton V
= 3 m/dt.
4) Kecepatan minimum untuk saluran drainase ditentukan V =
0,4 m/det, kecuali untuk saluran storage memanjang
kecepatan minimumnya bisa mencapai 0,1 m/det dengan
konsekuensi terjadi endapan di saluran tersebut.
CONTOH :
PERHITUNGAN HIDROLOGI DAN HIDROLIKA, 94
KAPASITAS KOLAM RETENSI DAN POMPA
Langkah-langkah :
1)Tentukan Luas catchment area (A)
2)Panjang saluran (L)
3)Data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun
4)Menentukan Kala Ulang
5)Menganalisa Hujan Rencana : Metode Gumbel dan Metode
Log Pearson Type III
6)Menganalisa Intensitas Hujan
7)Analisa Debit Banjir: Metode Rasional dan Metode
Modifikasi Rasional serta Waktu Konsentrasi
Operasi Dan Pemeliharaan 95
Sitem Polder
1) Uji Coba Dan Pengoperasian Pompa
2) Pemeliharaan Stasiun Pompa
3) Pengoperasian Pintu Air Inlet, Outlet Dan
Pembagi
4) Pemeliharaan Pintu Air Inlet, Outlet Dan
Pembagi
5) Pemeliharaan Kolam Retensi
96

PENANGANAN
DRAINASE UNDERPASS
Kementrian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III

97

CONTOH KASUS
PEKERJAAN PEMBANGUNAN
UNDERPASS
SIMPANG PATAL PUSRI
PALEMBANG
98
99

Pipa PDAM

Halte Bis

UTILITAS
(STA.1+174– 0+831 AKBP CEK AGUS – MP MANGKUNEGARA) SISI BARAT
UTILITAS STA 1+174 100
N FASILITAS YANG TERKENA FOTO DOKUMENTASI
O
1 1. TIANG BALIHO
2. PAGAR RUMAH MESS
SEMEN BATURAJA
3. TIANG TELKOM
4. TIANG PLN
5. POHON PELINDUNG JALAN
2 BATANG
UTILITAS STA 1+400 10
N FASILITAS YANG TERKENA FOTO DOKUMENTASI 1
O
37 1. KIOS PENJUAL BUNGA
2. PENJUAL BUNGA
3. TIANG TELPON
4. TIANG PLN
5. POHON PELINDUNG JALAN
6. PAGAR RUMAH
for better roads ...
102

TERIMAKASIH
Soal - Soal 103
Data perencanaan yang digunakan sebagai berikut :
• Luas catchment area (A) = 600 Ha = 6 Km2
• Panjang saluran (L) = 4000 m
• Data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun (1986 s/d
2005)
• Koefisien pengaliran (C) = 0,73
• Waktu awal (t0) = 15 menit
• Waktu pengaliran sepanjang saluran (td), dihitung
• Kecepatan rata-rata/velocity (V) = 1,5 m/det
• Hujan rencana kala ulang 25 tahunan (Rt) = 238 mm/hari (lihat
tabel12)
Pertanyaan : 104

1)Tentukan
kala ulang rencana untuk saluran di daerah
Bandung dengan luas catchment area seluas 600 Ha.
2)Tentukan debit banjir saluran drainase hujan periode
ulang 25 tahunan
3)Hitung volume kolam retensi dan kapasitas pompa.

Anda mungkin juga menyukai