com
DAFTAR ISI
BAGIAN I
: SISTEM DRAINASE
BAGIAN II
: RENCANA INDUK
BAGIAN III
: STUDI KELAYAKAN
BAGIAN IV
BAGIAN V
BAGIAN VI
BAGIAN VII
BAGIAN VIII
: KELEMBAGAAN
BAGIAN IX
BAGIAN X
: CONTOH DISAIN
PENGERTIAN-PENGERTIAN
KATA PENGANTAR
Buku Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan ini disusun sebagai
panduan bagi para pengelola prasarana drainase perkotaan agar dapat memahami,
menangani atau melaksanakan masalah drainase perkotaan sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku.
Buku panduan ini diharapkan mampu untuk menunjang prioritas tujuan program drainase
kota yaitu mengurangi kerusakan dan kerugian akibat genangan atau banjir yang terjadi
di dalam kota atau daerah urban. Sehingga untuk pembangunan sistem drainase, yang
diutamakan
adalah
mengoptimalkan
saluran
rehabilitasi.
Harapan bahwa buku ini dapat memberikan konstribusi positip bagi pengelolaan
drainase perkotaan, maka segala kritik dan saran membangun sangat dibutuhkan guna
penyempurnaan penyusunan buku panduan ini.
Jakarta, Nopember 2003
I-1
(1)
Pengertian
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam
SK Menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang
dimaksud drainase kota adalah : jaringan pembuangan air yang
berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota
dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun
luapan sungai yang melintas didalam kota.
Kolam
Retensi
POLDER
SYSTEM
Saluran Primer
Pengendali Banjir
untuk
mengendalikan
atau
mengeringkan
kelebihan
air
tidak
mengganggu
masyarakat
dan
dapat
I-2
b.
I-3
SK
SNI
T-07-1990-F,
tentang
Cara
Perencanaan
Umum
Drainase
Perkotaan
I-4
(2)
2.1
Mengendalikan
kelebihan
air
permukaan
yang
dapat
I-5
2.2
Sistem Drainase
Lokal
Sistem Drainase
Utama
primer,
sekunder,
tersier
beserta
bangunan
masyarakat.
Pengelolaan
sistem
drainase
utama
Pengendali Banjir
Flood Control
mengendalikan
sungai,
sehingga
tidak
mengganggu
air
manusia.
Pengelolaan
pengendalian
banjir
I-6
2.3
Saluran Sekunder
Pengendali
Banjir
drainase lokal.
Saluran
Tersier
I-7
2.4
Menurut definisi, banjir adalah sejumlah besar air yang menutupi wilayah lahan yang biasanya sering, sebagai hasil dari aliran air
sungai atau laut yang melebihi diatas batas umumnya, rusaknya bendungan, gelombang pasang surut, atau angin kencang
yang menimbulkan ombak besar di sekitar pulau.
Penggenangan adalah kata kerja transitif dari banjir atau tindakan menggenangi. Penggenangan lebih berhubungan dengan
besarnya banjir, sebagai contoh kedalaman penggenangan atau luas areal penggenangan.
Suatu sistem pengendalian banjir adalah suatu sistem drainase yang memanfaatkan keseluruhan drainase dari suatu area
(kota). Pekerjaan ini pada umumnya dibangun untuk mengurangi banjir di wilayah perkotaan yang ada dan dapat meliputi
suatu saluran terbuka, saluran pembuangan air hujan, fasilitas peresapan air hujan, fasilitas penampungan air hujan
(kolam/waduk), dan / atau stasiun pompa drainase atau suatu kombinasi dari komponen sistem ini.
Peresapan
Aliran air
permukaan
WADUK
KANAL
POLDER
LAUT
I-8
SALURAN PEMBUANG
POMPA
kemudian.
LAUT
TANDON / POLDER
SUNGAI
I-9
POLDER SISTEM
saat
limpasan air tinggi. Pintu pengendali bisa otomatis atau pintu gerak ,
atau yang dioperasikan secara manual, yakni pintu geser.
e. Penggunaan peralatan pompa
f. Penyediaan suatu cekungan penahan yang volumenya cukup dan
kapasitas
pintu
keluar
disetiap
keluaran
kompartemen
untuk
menyimpan sementara air limpasan dari hujan badai yang kritis sampai
air tersebut dapat dilimpahkan pada suatu periode yang cocok dari
daur pasang (Kolam detensi).
I - 10
(3)
Tahapan Perencanaan
Untuk mewujudkan fungsi drainase perkotaan yang optimal,
perencanaan
drainase
perkotaan
harus
dilakukan
secara
Induk
perencanaan
Sistem
menyeluruh
Drainase
sistem
perkotaan
drainase
adalah
pada
satu
yang
dirumuskan
oleh
I - 11
3.2
Study Kelayakan
Study
Kelayakan
Sistem
Drainase
Perkotaan
adalah
diarahkan
pada
daerah
prioritas
yang
telah
I - 12
3.3.
Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah
mempunyai study kelayakan atau rencana kerangka (Outline
Plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun.
Rencana teknis harus memuat persyaratan teknis dan gambar
teknis, kriteria perencanaan dan langkah-langkah perencanaan
konstruksi sistem drainase didaerah perkotaan.
Kriteria Drainase adalah parameter kebijakan bagi sistem drainase
yang dikembangkan, dirancang dan dibangun agar dapat
memberikan perlindungan terhadap banjir sesuai dengan yang
diharapkan. Parameter-parameter ini dapat juga meliputi yang
kriteria desain yang pada umumnya dijelaskan pada Master
Drainage Plan, laporan Studi Kelayakan atau Outline Plan dan
memberikan
bimbingan
kepada
engineer/designer
untuk
I - 13
(4)
Prinsip-prinsip Utama
Beberapa prinsip utama yang harus diletakkan sebagai dasar pembangunan sistem drainase perkotaan, antara lain :
4.1
Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang dialirkan kebadan penerima air (laut, sungai)
atau yang diserapkan kedalam tanah. Bilamana kapasitas tidak mencukupi, maka sistem akan menemui
kegagalan, dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk mencapai kapasitas sistem yang memadai, dilakukan
berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.
4.2
Tata letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam
pelaksanaannya harus diperhatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lain.
4.3
Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan
pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip struktural yang harus dipenuhi, termasuk bentuk
struktur yang memudahkan operasi dan pemeliharaan.
I - 14
4.4
Mengalirkan secara gravitasi, sistem drainase perkotaan sedapat mungkin menggunakan sistem pengaliran secara
gravitasi, mengingat cara ini lebih ekonomis dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Penggunaan system
pompa hanya pada situasi-situasi khusus yang keadaan medannya memang tidak memungkinkan untuk diterapkan
system gravitasi.
4.5
Minimalisasi pembebasan tanah, pengembangan sistem drainase perkotaan harus diusahakan mencari jalur
terpendek kebadan penerima air. Hal ini agar pembebasan tanah dapat ditekan sekecil mungkin.
I - 15
Saluran Tersier
Kolam
Retensi
Saluran Primer
Saluran
Sekunder
Pintu Air
POLDER
SYSTEM
Saluran Primer
Pintu Air
Pengendali Banjir
I - 16
I - 17
II - 1
pembangunan
sistem
drainase
perkotaan
(Fungsi Rencana Induk : mengkoordinasikan
keseluruhan jaringan drainase)
b. Merupakan perencanaan menyeluruh sistem
drainase pada satu perkotaan, untuk waktu
kembali
disesuaikan
dengan
2
3
II - 2
TUJUAN PENYUSUNAN :
URUTAN PENYUSUNAN :
1.
2.
1.
3.
4.
hilirnya.
menentukan :
a.
b.
c.
d.
4.
5.
6.
b.
c.
d.
II - 3
INFORMASI
yang diperlukan :
II - 4
PERLUNYA
memperbaharui Rencana Induk ( Master Plan )
Karena struktur dan perilaku masyarakat yang dilayani beserta
lingkungannya berubah secara berkesinambungan, maka MP itu secara
berkala harus dievaluasi kembali, dibenahi dan disesuaikan dengan
perkembangan yang ada.
II - 5
Kriteria Pelayanan
Tipe drain
a. Saluran hujan didaerah perumahan
tahunan
tahunan
20
tahunan
B.
20-50 tahunan
Kriteria Keamanan
Keamanan adalah pertimabngan penting dalam pendesainan system drainase daerah perkotaan
dan pengembangan perkotaan pada dataran banjir dari suatu sungai.
Kriteria keamanan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan terali pengaman dimuka inlet dan saluran drainase yang panjang dan tertutup.
b. Menggunakan penutup yang kuat dan aman dipasang bila penutup itu dipakai untuk jalan.
c. Menggunakan pagar terali ditepi bangunan yang terletak diatas air yang mengalir cepat,
atau salurannya dalam dan umum mudah mencapainya.
II - 6
Ad 3
Berkaitan dengan kriteria desain teknik dan penggunaan lahan yang diusulkan..
Ad 4
Kenali konsep pemecahan masalah yang bisa menanggulangi ketidak-mampuan system drainase yang ada.
Jenis penyelesaian dasar
1. Peningkatan
2. Penahanan
3. Pengalihan / Pembelokan
4. Pompa
Contoh
Pengubahan suatu alur alami
menjadi saluran drainase yang permukaannya dilapisi pasangan.
Cekungan atau ceruk penahan
bendungan pengurangan atau
pengendalian banjir
Pengalihan / pembelokan sebagian /
Pembagian tadahan ke saluran lain, pembelokan aliran
yang berlebihan
Pembuatan stasion Pompa pengendali banjir
II - 7
Cara Penanggulangan
1. Pencemaran
II - 8
II - 9
2
3
10
II -
Penyusunan
studi
kelayakan
drainase
dilakukan berdasarkan
Tahap awal dalam penyusunan studi kelayakan drainase adalah melakukan pengumpulan data dan informasi
serta penyusunan usulan kegiatan proyek.
III - 1
III - 2
1. Umum :
a. Rencana induk;
b. Studi-studi yang terkait;
c. Data-data kependuduk, sosial ekonomi.
2. Teknis :
a.
b.
data hidrologi,
c.
data hidraulik,
d.
3. Sosial-Ekonomi :
a. data aspek sosial ekonomi
b. data kerugian langsung yang diakibatkan oleh genangan
c. data kerugian tidak langsung yang ditimbulkan karena adanya
genangan, gangguan kesehatan dan terganggunya aktifitas ekonomi;
d. data partisipasi masyarakat
c.
III - 3
1. Analisis Permasalahan :
a. lakukan evaluasi terhadap kapasitas sistem saluran
berdasarkan data primer dan sekunder yang tersedia,
b. lakukan evaluasi permasalahan:
frekuensi genangan,
tinggi, lamanya genangan serta luasnya genangan,
kapasitas saluran yang tidak memadai,
sedimentasi,
bangunan pelengkap yang tidak berfungsi,
pemeliharaan yang tidak memadai
2. Analisis Kebutuhan :
a. tentukan lokasi prioritas yang akan ditangani, berdasarkan arah
perkembangan kota dan permasalahan yang ada,
b. buat rencana perbaikan dan pemeliharaan yang disesuaikan dengan
kondisi setempat,
c. buat rencana pembangunan baru sistem drainase yang dibutuhkan,
d. hitung debit rencana untuk masing-masing sistem saluran dan
bangunan pelengkapnya,
e. hitung besaran penampang saluran dan besaran fasilitas
bangunan pelengkapnya,
f. buat kebutuhan pembebasan lahan yang diperlukan,
g. lakukan kajian teknis terhadap rencana kegiatan dan
tentukan kelayakannya berdasarkan kriteria kelayakan teknis,
h. tentukan rencana teknik untuk masing-masing saluran
dan bangunan pelengkapnya, dengan prioritas produksi dalam negeri,
i. buat rencana kerja pembangunan masing-masing usulan.
III - 4
Perhitungan hidrologi dan hidrolika dilakukan untuk mendapat debit rencana dan dimensi saluran
dengan memperhatikan ketentuan;
a tinggi jagaan disesuaikan dengan besaran debit, dan jenis material tanggul,
b debit maksimum bangunan perlintasan (gorong-gorong) = 1,5 kali debit maksimum saluran,
c Kecepatan aliran maksimum dalam saluran Vmak = 1,5 m/detik, dan minimum = 0,3 m/detik.
Usulan pembangunan sistem drainase harus dibuat minimal 2 alternatif dengan ketentuan:
a. meminimalkan pembebasan tanah;
b. semaksimal mungkin memakai sistem drainase aliran gravitasi
kelayakan teknis
a. memenuhi persyaratan kekuatan struktur,
b. kemudahan mendpatkan material yang dibutuhkan
c. dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada (tenaga, peralatan),
d. operasi dan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan mudah.
Kelayakan ekonomi dilaksanakan sebagai berikut :
a. hitung biaya kerugian akibat banjir atau genangan,
b. hitung rencana biaya pembangunan operasi dan pemeliharaan,
c. buat analisis ekonomi dan keuangan (besaran EIRR, NPV, dan BCR);
d. tentukan kelayakan proyek berdasarkan kriteria yang berlaku,
e. tentukan sumber pembiayaan untuk pembangunan,
Kelayakan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
a. buat klasifikasi kegiatan yang memerlukan Amdal dan yang tidak memerlukan Amdal;
b. buat RKL dan RPL untuk kegiatan yang memerlukan kegiatan Amdal (sesuai dengan
ketentuan yang berlaku);
c. buat UPL dan UKL untuk kegiatan yang tidak memerlukan Amdal (sesuai dengan tata
cara penyusunan UKL dan UPL drainase perkotaan);
d. buat Amdal untuk kegiatan yang memerlukan Amdal.
III - 5
Analisis biaya
Analisa biaya dilakukan dengan memperhatikan pengaruh langsung dan tidak langsung, biaya
pembangunan serta biaya operasi dan pemeliharaan :
1.
2.
biaya proyek dihitung dari biaya pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan,
3.
4.
pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan sistem drainase yang rusak,
pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan prasarana dan sarana kota lainnya yang rusak,
pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan bangunan dan rumah-rumah yang rusak,
III - 6
ii
iii
iv
biaya administrasi;
biaya pajak;
vi
biaya tidak terduga yang tidak lebih dari 10% biaya konstruksi.
peralatan;
ii
upah;
iii
material;
iv
penyusutan.
ii
iii
III - 7
a. kegiatan persiapan
b. kegiatan pembebasan tanah
USULAN
KEGIATAN
PROYEK
c.
kegiatan konstruksi
f.
III - 8
USULAN
PRIORITAS
PROGRAM
III - 9
Untuk melakukan pengurutan tersebut dibuat suatu sistem scoring. Scoring ini dibuat
berdasarkan perbandingan manfaat yang di dapatkan dari masing masing program.
Manfaat yang di dapatkan dihitung dari jumlah bangunan yang diamankan disebabkan
atas berkurangnya kejadian banjir. Caranya adalah sebagai berikut ini.
Manfaat dihitung melalui jumlah bangunan yang dibebaskan dari kebanjiran.
Bisa dibuat dengan per m2 luasan banguna, ataupun per m2 luasan tanahnya.
Masing masing bangunan / tanah dihargai menurut harga bangunan / tanahnya.
III - 10
Kemudian diurutkan, yang termahal mendapat urutan nomer satu dan seterusnya.
Cara yang lain adalah dengan menghitung berkurangnya kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya banjir.
Sedangkan pengurutan yang disusun berdasarkan atas pengurangan frekuensi banjir dilakukan
dengan cara membandingkan besar pengurangan frekuensi yang bisa dilakukan oleh adanya program tersebut.
Sebagai contoh skoring, dapat diambil perhitungan berikut :
Tingkat pengaruh program :
0:
1:
2:
3:
4:
5:
tak ada
kecil
sedang
besar
sangat besar
Sedangkan program itu sendiri dibobot sesuai dengan kemampuanya memberikan keindahan pada
lingkungan. Pembobotan yang diberikan kepada masing masing kemampuan adalah sebagai berikut :
III - 11
mampu memberikan
keindahan.
Pengurutan Terpadu
Setelah pengurutan ditinjau dari masing masing aspek tersebut telah
didapatkan maka langkah berikutnya adalah memadukan hasilnya agar
didapatkan
Kebijaksanaan Pembangunan
Kebijaksanaan pembangunan setiap awal lima tahun rencana pembangunan merupakan suatu acuan yang selalu
PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN
III - 12
perlu di ikuti. Oleh karena itu walaupun secara pendekatan ekonomi, sosial dan lingkungan telah kita dapatkan suatu
urutan priorita, namun urutan tersebut masih perlu disesuaikan dengan program pemerintah.
Misalnya di dalam kebijaksanaan tersebut tercantum bahwa yang perlu diprioritaskan lama pengerjaan dan biaya
perlu mendapatkan bobot yang terbesar. Sehingga pengurutan prioritas tersebut masih perlu ditambah dengan
pengurutan menurut lama pembangunan yang diperlukan oleh setiap program.
Kemudian seringkali ada pengarahan sebagai berikut : bahwa yang perlu diprioritaskan adalah program yang
terletak di daerah dimana masyaraktnya mampu berpartisipasi terhadap pembangunan. Apabila demikian halnya,
maka perlu di studi lagi bentuk keterlibatan masyarakat di dalam program tersebut, dan apakah sudah ada indikasi
yang menunjukan keterlibatanya.
Misalnya partisipasi berbentuk mampu membayar kembali. Maka yang perlu diurutkan adalah pendapatan rata
rata penduduk di daerah yang bersangkutan. Apabila partisipasi berbentuk kemampuan / kemauan memperbaiki
lingkungannya sendiri, maka yang perlun di indikasikan adalah bentuk bentuk perbaikan lingkungan swadaya yang
telah dilakukan.
Kemudian pengarahan tersebut juga sering diprioritaskan adalah program perbaikan / rehabilitasi atau yang
diteruskan ( bukan program baru ). Dengan demikian maka program program tersebut perlu dikelompokan menjadi
program baru dan program rehabilitasi atau program yang diteruskan.
III - 13
terjadi.
III - 14
b).
c).
d).
IV - 1
a). Sitem
drainase lokal
b).Sistiem
drainase utama
c). Pengendalian
banjir
(Flood Control)
d).
Sungai
Gambar
SISTEM DRAINASE KOTA
IV - 2
2.
Bentuk-bentuk Saluran
Saluran terbuka
IV - 3
e) Bentuk Kombinasi
Bentuk kombinasi umumnya digunakan agar dapat menampung
dan mengalirkan debit air yang besar dan dapat pula mengalirkan
debit air yang kecil (debit minimum).
e.1. Kombinasi trapesium dengan segi empat.
e.2 Kombinasi trapesium dengan setengah lingkaran.
e.3 Kombinasi trapesium dengan trapesium.
e.4 Kombinasi trapesium dengan segi tiga.
e.5 Kombinasi segi empat dengan segi empat.
e.6 Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran.
IV - 4
2.1.2
Saluran tertutup
Kerugiannya :
IV - 5
Kerugiannya :
-
Kerugiannya :
-
Mahal.
IV - 6
3.
Material Konstruksi
Berdasarkan material konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan ats beberapa macam, yaitu :
1. Saluran tanah
2. Saluran pasang batu
3. Saluran beton
4. Saluran dengan perkuatan kayu
3.1.1
Saluran Tanah
IV - 7
3.2
IV - 8
3.3
IV - 9
IV - 10
4. Bangunan Pelengkap
Disamping fungsi, bentuk dan jenis material saluran seperti diuraikan diatas, saluran drainase berhubungan erat dengan
bangunan pelengkapnya diantaranya :
a)
Gorong-gorong
b)
c)
d)
e)
Bangunan terjunan
f)
g)
h)
Resapan Air
IV - 11
a). Gorong-gorong
Gorong-gorong merupakan suatu konstruksi yang dibangun akibat adanya
persimpangan antara jalan atau jalan kereta api dengan saluran. Bentuk
gorong-gorong umumnya lingkaran (buis beton) atau persegi empat (beton
bertulang).
Ukuran gorong-gorong minimum sama dan sebangun dengan tampang
saluran inletnya. Bangunan pada inlet gorong-gorong harus memperhatikan
Gorong-gorong
Kekecilan
Ideal : Tampang
Gorong-gorong
Sama dengan
Tampang Saluran
SALAH
PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN
BENAR
IV - 12
IV - 13
Pompa Ulir /
Screw Pump
Pompa Centrifugal
IV - 14
kesempatan
IV - 15
terjunan
digunakan
untuk
mengurangi
i%
10
L (m)
16
10
i%
Cascade
system
IV - 16
diletakkan
di
muka
inlet
gorong-gorong
lubang
pemeriksaan
merupakan
suatu
IV - 17
Sumur
Resapan
Reboisasi
Terasering
Saluran resapan
IV - 18
Pengertian-2
Yang dimaksud dengan :
1)
Drainase perkotaan adalah drainase diwilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,
sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
2)
3)
4)
5)
Saluran tanah adalah saluran terbuka yang seluruh material konstruksinya menggunakan tanah.
6)
Saluran tanah yang dipadatkan adalah saluran terbuka yang seluruh material konstruksinya menggunakan tanah
yang dipadatkan secara mekanis.
7)
Saluran pasangan batu adalah saluran yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan potongan batu kali
atau batu gunung tanpa diberi pembesian.
IV - 19
8)
Saluran beton adalah saluran terbuka atau tertutup yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan
campuran beton dengan pembesian.
9)
Saluran dengan perkuatan kayu adalah saluran terbuka yang ketiga sisinya diberi lapisan papan yang diberi
perkuatan.
10)
Gorong-gorong adalah suatu konstruksi yang dibangun akibat adanya persilangan antara jalan atau jalan kereta api
dengan saluran.
11)
Bangunan pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengatur keluar atau masuknya aliran air dari saluran
atau polder ke badan penerima air.
12)
Pompa adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahklan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih
tinggi.
13)
14)
Bangunan terjunan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengurangi kemiringan saluran dan kecepatan aliran
air.
15)
Bangunan Penyaring sampah adalah suatu konstruksi yang dibagun di bagian muka gorong-gorong yang berfungsi
untuk menyaring sampah dari saluran air.
IV - 20
16)
Lubang pemeriksaan adalah sebuah konstruksi yang dibangun pada saluran tertutup yang berfungsi untuk mengetahui
kotoran yang terbawa air didalam saluran, dan untuk jalan masuk dan keluarnya pekerja pemeriksa saluran.
17)
Bangunan penangkap pasir adalah suatu konstruksi pada sistem saluran yang berfungsi untuk mengendapkan partikel
pasir yang ikut di dalam aliran air.
18)
Erosi adalah proses lepasnya butiran tanah yang terjadi pada saluran akibat aliran air.
19)
20)
21)
Kemiringan talud (m) adalah kemiringan dinding saluran yang dihitung dari perbandingan antara arah vertikal dan
horizontal.
22)
23)
Kemiringan dasar saluran adalah kemiringan arah memanjang saluran yang diatur untuk mendapatkan kecepatan
aliran yang diizinkan.
24)
Riprap adalah kumpulan batu tanpa perekat yang diatur sedemikian yang berfungsi untuk melindungi dasar saluran
dari gerusan air.
IV - 21
25)
Tinggi jagaan (F) adalah batas tinggi maksimum permukaan air pada suatu penampang saluran dengan puncak
tanggul.
26)
Badan penerima air adalah pembuangan akhir saluran drainase dapat berupa sungai, danau dan laut serta di bawah
permukiman tanah berupa air tanah di dalam akifer.
IV - 22
PERANCANGAN WADUK
Pada dasarnya pembangunan waduk, tandon, atau polder untuk menangani banjir, bukanlah suatu
keharusan, bahkan sebaiknya jika bisa untuk dihindari, karena waduk untuk menangani banjir biasanya harus
dilengkapi dengan pompa yang rumit / sulit serta mahal biaya investasi, operasi dan pemeliharaannya.
Pilihan membangun waduk untuk menangani banjir harus dilakukan apabila saluran drainase utama harus
bermuara pada lokasi yang sulit, seperti;
ke laut, dimana memiliki kondisi pasang yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan aliran air untuk langsung
dibuang ke laut, karena akan ada efek back water (arus balik).
ke sungai, dimana memiliki muka banjir yang lebih tinggi dari saluran drainase utama, sehingga tidak
memungkinkan air langsung dibuang ke sungai tersebut, karena juga akan ada efek back water (arus balik).
Pada kondisi-kondisi tersebut di atas akan terjadi efek back water, ditambah lagi bila debit puncak pada
saluran drainase bersamaan dengan pasang air laut, atau pasang/banjir sungai, hal ini akan mengakibatkan
terjadinya banjir (gambar a).
V- 1
Pada keadaan ini untuk menurunkan muka air akibat back water dapat dibuat tandon (waduk) banjir di muara
sungai, bila perlu dibuat pintu air dan pompa untuk memompa air tandon langsung ke-laut atau sungai besar pada
saat air pasang (Gambar 2).
Tetapi pembangunan tandon bukan merupakan suatu keharusan. Dapat juga dilakukan normalisasi sungai
(dilebarkan dan/atau diperdalam).
V- 2
PERHITUNGAN TANDON/WADUK
UNTUK MENANGANI BANJIR
Berikut ini akan dijelaskan suatu perhitungan tandon banjir yang dilengkapi dengan fasilitas pompa.
GAMBAR - 3.
Denah Daerah Aliran Drainase KLMNO
V- 3
GAMBAR - 4.
Gambar Waduk 3D
V- 4
CONTOH PERHITUNGAN
Diketahui suatu daerah seperti yang ada di Gambar - 3. Suatu areal di kota besar luas A=50 ha merupakan
daerah aliran drainase KLMNO dengan koefisien pengaliran 0.8, waktu pengaliran di sepanjang saluran (td)=60 menit.
Sedangkan waktu konsentrasi (tc)=70 menit. Keadaan tata guna lahan yang mengakibatkan angka pengaliran
(c)=0.8, muka air (MA) saluran 3.50 meter lebih rendah dari MA tertinggi pada badan air penerima.
Kondisi intensitas hujan dapat dilihat pada Gambar- 5
Penyelesaian :
Langkah 1
Mencari desain optimal antara besaran waduk dan pompa
a.
Asumsi perhitungan
b.
Prosedur perhitungan
(1) Debit maksimum aliran masuk pada titik K
Cs =
2tc
2 70
=
= 0.7
2tc + td (2 70) + 60
V- 5
Kota besar dengan A=500 ha, periode ulang yang digunakan adalah 5 tahunan, maka menurut Gambar - 5,
tc=70 I=180 liter/detik-ha
Perhitungan Debit puncak (Qp).
Cs =
2te
2 100
=
= 0,77
2te + td (2 100) + 60
V- 6
(6) Hasil kumulatif tabel W1 dan W2 di plot pada grafik kumulatif aliran pada Gambar - 4. Terlihat bahwa tidak
terjadi aliran krisis pada kondisi daerah aliran tersebut yang lebih besar dari perencanaan aliran berdasarkan
waktu konsentrasi, maka dasar hydrograf yang diambil adalah yang sesuai dengan waktu konsentrasi (time of
consentration).
(7) Mencoba memplot outflow untuk beberapa kapasitas pompa 5m3/detik, 10m3/detik, 15m3/detik, 20m3/detik.
Terdapat kombinasi-kombinasi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
V- 7
Nilai kolom ini pada Tabel W2 diperoleh dengan cara mengeplotnya pada Gambar - 7 (lihat garis biru), bila waktu
kumulatif=40 menit maka Aliran masuk=22
Kolom 3
Nilai pada kolom ini diperoleh dengan cara merata-ratakan nilai aliran masuk.
Contoh :
Pada Tabel W1 Untuk memperoleh nilai pada kolom 3 (14,4 + 28,8)/2=21,6
Pada Tabel W2 caranya sama.
Kolom 4
Nilai pada kolom ini merupakan nilai selang waktu dari kolom 1. Nilai selang waktunya adalah 20 menit = 20 x 60 = 1200
detik.
Kolom 5
Nilai pada kolom ini diperoleh dengan :
Rata-rata nilai Aliran masuk x At
Contoh :
Pada Tabel W1 21,6 x 1200 = 25920
Kolom 6
Diperoleh dengan menjumlahkan nilai volume.
Contoh :
Pada Tabel W1 baris ke-3 Diperoleh dari:
0 + 8640 + 25920 = 34560
V- 8
Setelah memperoleh nilai-nilai kumulatif volume dari Tabel W1 dan Tabel W2, kemudian buatlah grafik hubungan
antara kumulatif waktu dengan kumulatif volume. (Lihat Gambar - 8 garis melengkung berwarna biru tua dan
ungu. Garis biru tua menerangkan kumulatif QP yang diperoleh dari Tabel W1, dan garis ungu menerangkan
kumulatif QP1 yang diperoleh dari Tabel W2).
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai kumulatif volume terbesar adalah grafik kumulatif QP yang
berwarna biru tua. Sehingga untuk memperoleh kapasitas waduk, grafik ini yang akan digunakan, karena memiliki
nilai kumulatif tertinggi)
Setelah memperoleh grafik kumulatif waktu dengan kumulatif volume, tentukan jenis-jenis pompa yang akan
digunakan (ditentukan pompa yang akan digunakan antara lain berkapasitas 5 m3/detik, 10 m3/detik, 15
m3/detik, 20 m3/detik).
Hitunglah besar volume air yang dapat di pompa per satuan waktu.
Hasil perhitungan pada Tabel W3, diplot pada Gambar W8 (lihat garis putus-putus pada Gambar W8)
V- 9
Karena kumulatif volume tertinggi adalag grafik kumulatif QP, maka untuk mencari volume waduk dilakukan
dengan mencari jarak terjauh antara grafik Kumulatif QP dengan grafik volume masing-masing pompa.
Contoh :
Berapa besar volume waduk yang bila kapasitas pompa yang digunakan adalah 5m3/detik?
Maka besar volume waduk diperoleh dengan cara mencari garis tegak lurus terhadap sumbu datar terpanjang
antara grafik Kumulatif QP dengan grafik volume pompa berkapasitas 5m3/detik. (ingat: cari garis tegak lurus
terpanjang antara grafik kumulatif QP dengan volume pompa berkapasitas 5m3/detik).
Dari garis terpanjang tersebut membentang sejajar sumbu tegak antara volume 180.000 m3 sampai 270.000 m3.
Sehingga dapat dilihat besarnya volume waduk bila kapasitas pompa 5m3/detik adalah :
Volume waduk = 270.000 m3 180.000 m3 = 90.000 m3.
V - 10
Kumulatif Waktu
(menit)
Aliran Masuk
(m3/detik)
At (detik)
Volume (m3)
Kumulatif Volume
(m3)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0
14.4
28.8
43.2
46.522
38.768
31.014
23.26
15.506
7.752
0
7.2
21.6
36
44.861
42.645
34.891
27.137
19.383
11.629
3.876
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
8640
25920
43200
53833.2
51174
41869.2
32564.4
23259.6
13954.8
4651.2
0
8640
34560
77760
131593.2
182767.2
224636.4
257200.8
280460.4
294415.2
299066.4
V - 11
Kumulatif Waktu
(menit)
Aliran Masuk
(m3/detik)
At (detik)
Volume (m3)
Kumulatif Volume
(m3)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
230
0
11
22
33
38.5
38.5
32.571
26.647
20.723
14.799
8.875
2.951
0
5.5
16.5
27.5
35.75
38.5
35.5355
29.609
23.685
17.761
11.837
5.913
1.4755
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
6600
19800
33000
42900
46200
42642.6
35530.8
28422
21313.2
14204.4
7095.6
1770.6
0
6600
26400
59400
102300
148500
191142.6
226673.4
255095.4
276408.6
290613
297708.6
299479.2
V - 12
Debit Pompa
5 m3/detik
Kumulatif
Waktu (menit)
10 m3/detik
15 m3/detik
20 m3/detik
20
6000
12000
18000
24000
40
12000
24000
36000
48000
60
18000
36000
54000
72000
80
24000
48000
72000
96000
100
30000
60000
90000
120000
120
36000
72000
108000
144000
140
42000
84000
126000
168000
160
48000
96000
144000
192000
180
54000
108000
162000
216000
200
60000
120000
180000
240000
220
66000
132000
198000
264000
230
69000
138000
207000
276000
V - 13
220
200
600
180
550
500
160
Intensitas (mm/jam)
450
140
400
120
350
100
300
80
250
60
200
Series1
100
40
10 tahunan
5 tahunan
20
2 tahunan
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
V - 14
60
50
40
tc = 70 menit
td = 60 menit
30
20
10
0
0
10
20
30
40
tc
50
60
70
80
90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
tc+td
Waktu (menit)
V - 15
45
40
35
30
tc = 70 menit
td = 60 menit
te = 100 menit
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tc
te
tc+td
Waktu (menit)
V - 16
240.000 m 3
180.000 m 3
90.000 m 3
320000
310000
300000
290000
280000
270000
260000
250000
240000
230000
220000
210000
200000
190000
180000
170000
160000
150000
140000
130000
120000
110000
100000
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
135.000 m 3
Kumulatif QP
Kumulatif QP1
Pompa 5 m^3/detik
Pompa 10 m^3/detik
Pompa 15 m^3/detik
Pompa 20 m^3/detik
V - 17
PEMILIHAN POMPA
Fungsi pompa dalam system drainase perkotaan adalah untuk melayani aliran banjir yang cukup besar. Ciri khas
pompa drainase adalah keperluan head tekan yang rendah dengan debit yang besar.
Archemidian Screw
b.
Rotodynamic Pumps
Pompa Ulir /
Screw Pump
V - 18
Pompa Centrifugal ( aliran radial ) : umumnya bercirikan kapasitas aliran sedang dengan kuatan desak yang
cukup tinggi
2.
Pompa Axial : memiliki kapasitas besar dengan tinggi desak (tekan) yang rendah sampai sedang.
Pompa Centrifugal
V - 19
TINGGI TEKAN
(m)
1. Archemidian
KAPASITAS
KETERANGAN
( m3/det. )
0,5 6
2. Aliran Radial
20 - 60
0,5 - 1,5
3. Aliran Campur
0,5 - 10
- 10
V - 20
di
perkotaan,
kerap
berdampak
terjadinya
jalur
volume
limpasan
air
permukaan
yang
dapat
VI - 1
Kolam
Retensi
Tandon /
Waduk /
Polder
Kolam
Retensi
Saluran
Retensi
VI - 2
a. Menampung
air
hujan
agar
tidak
menggenang
Tanpa System
Sumur Resapan
Saluran
Kosong
Dengan System
Sumur Resapan
VI - 3
Sistem resapan air hujan atau aliran permukaan terdiri atas 2 (dua) jenis :
1.
2.
Halaman Rumah
Taman Parkir
VI - 4
Kolam
Retensi
Reboisasi
Terasering
Saluran resapan
Tandon /
Waduk /
Polder
Dll
VI - 5
sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang lulus air
TINGGI
MUKA
AIR
< 3 meter
> 3 meter
c.
d.
PERMEABILITAS
< 2 cm/jam
>2
cm/jam
PERSYARATAN
JARAK
Tidak memenuhi
SUMUR RESAPAN
AIR HUJAN
SISTEM PENAMPUNBGAN
AIR HUJAN TERPUSAT
( WADUK, dll )
VI - 6
47 % menguap
38 % menguap
38 % menguap
30 % menguap
VI - 7
SUMUR RESAPAN
Air Hujan Dari Talang
Lapisan
Penutup
Batu Bata
Kosong
Saluran /
Pipa Masuk
Batu Kali
Kosong
Potongan Melintang
Sumur Resapan
Tanah Asli
VI - 8
VI - 9
VI - 10
1
PENGANTAR
Dengan berkembangnya daerah hunian diperkotaan, sistem drainase
harus disusun dan dibuat secara terencana. Untuk menjaga lingkungan
permukiman di perkotaan tetap aman terhadap genangan atau aliran
yang tidak terkendali, maka kegiatan operasi dan pemeliharaan
merupakan
kegiatan
penting
untuk
memelihara
agar
tetap
dapat
mempersiapkan
dan
melakukan
operasi
dan
VII - 1
2
PERENCANAAN
Untuk dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan maka sebelum melaksanakan kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan diperlukan perencanaan, pemrograman dan perhitungan biaya untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.
PERHATIKAN : !
DATA-2
LENGKAP
BAIK
RELEVAN
Jenis
data
dan
sumber
Frekuensi
dan
metode
pengumpulan data
-
PERENCANAAN
PRAO &P
PROGRAM
PEMBIAYAAN
PENYAMPAIAN
INFORMASI
SISTEM
INFORMASI
MANAJEMEN -
Tepat Waktu !
Penanggungjawab
pengelolanya.
VII - 2
yang
mendayagunakan
lain,
yaitu
sumber-sumber
merencanakan
daya / resources
VII - 3
3
SISTEM OPERASI
Sistem drainase tersusun atas berbagai macam prasarana aktif dan pasif yang letaknya tersebar ke seluruh kota dalam
jumlah sangat bervariasi, sehingga di perlukan suatu langkah operasi agar mencapai manfaat maksimal. Dalam kata lain
di perlukan suatu pengaturan yang baik
agar prasarana yang satu dapat menunjang prasarana yang lain dan ada
INPUT
DATA
Sistem
Operasi
Dan lain-lain
Mencapai
Manfaat
Maksimal
VII - 4
Drainase perkotaan beroperasinya berdasarkan berfungsinya sub -sistem yang lain, seperti misalnya:
a.
Saluran, bekerja untuk menyalurkan air dari suatu tempat ke tempat lain. Ada dua sistem saluran, yaitu saluran terbuka dan
saluran tertutup. Saluran terbuka berpenampang bisa trapesium, bujur sangkar dsb. Saluran tertutup bisa berbentuk bulat
(pipa) atau bujur sangkar (Box Culvert).
b.
Bangunan perlintasan, untuk menyalurkan air dari satu saluran ke saluran lain yang melintasi bangunan lain. Misalnya goronggorong yang melintasi jalan raya.
c.
Bangunan terjun dipakai untuk mendapatkan kemiringan memanjang saluran yang relatif kecil sehingga batas kecepalan
maksimum dapat dipertahankan.
d.
Tanggul, berfungsi memisahkan aliran atau genangan dari satu lokasi dengan lokasi lain.
e.
Pompa dan rumah pompa, untuk mengangkat air dari ketinggian yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. Atau
memindahkan aliran dari satu aliran ke aliran lain.
f.
Pintu air, untuk mencegah suatu aliran masuk ke suatu sistem aliran lain atau suatu kawasan.
g.
Kolam tandon, adalah kolam untuk menampung air sementara waktu sebelum air ini dialirkan ke lokasi lain, bisa
dikombinasikan dengan sistem pompa atau sistem pintu air.
h.
Polder, adalah kombinasi antara sistem tanggul, sistem pintu air, dan sistem pompa. Pada sistem polder, areal pelayanan di
lokalisir dengan tanggul sehingga aliran dari daerah lain tidak dapat masuk, begitu juga sebaliknya. Pinlu air dipergunakan
untuk mencegah masuknya aliran dari bawah pada saat air pasang, sedangkan pada air surut pintu dapat dibuka dan aliran
dapat dilakukan secara gravitasi. Pada saat pasang, aliran dikeluarkan dengan memakai pompa.
VII - 5
4
SISTEM PEMELIHARAAN
4.1
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu
saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau
kapasitas rancangannya dan efisiensinya.
Pemeliharaan dari pekerjaan drainase kota dapat dibedakan menjadi dua kategori utama:
a.
Pemeliharaan Pencegahan
Ini meliputi semua aktivitas yang dilaksanakan untuk memelihara fungsi optimum dari suatu fasilitas dan komponen-komponennya
menurut suatu program pro-jadwal/pre-scheduled. Pemeliharaan pencegahan meliputi: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan
Berkala dan Pekerjaan Reparasi ( Overhauling alat alat berat ).
b.
Pemeliharaan Koreksi
Tindakan ini dilaksanakan untuk mencegah munculnya kembali kegagalan dan kerusakan suatu fasilitas. Aktivitas ini diambil atas
dasar dari suatu analisa dari kegagalan sebelumnya. Pemeliharaan Koreksi bisa meliputi: Pemeliharaan Khusus, Rehabilitasi,
Perbaikan Kapasitas ( Normalisasi )
Pemeliharaan Keadaan darurat
Aktivitas ini meliputi pekerjaan mendesak dimana dibutuhkan sebagai hasil dari kegagalan suatu komponen sistem saluran dalam
kaitan dengan runtuhnya dinding saluran, erosi, robohnya struktur, dll.
VII - 6
4.2
Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan drainase dapat digambarkan menurut sketsa diatas berikut yang
terdiri atas empat bagian :
Sistem
Pemeliharaan
a)
b)
c)
d)
Inspeksi
Rutin
Pembaruan
Edisi
Dokumentasi
Penyusunan
Program
Pemeliharaan
Supervisi
Pelaksanaan
Program
VII - 7
4.2.1
Inspeksi
Kegiatan
Inspeksi
Penyusunan Program
Operasi & Pemeliharaan
Konfirmasi Peralatan
Berat & Peralatan lainnya
Kegiatan Inspeksi :
Inventarisasi sarana drainase, dan dokumentasi atas hasil inventarisasi tersebut. Misalnya : panjang saluran, penampang melintang pada
beberapa tempat, keberadaan gorong-gorong, kondisi pintu air, atau kesiapan pompa-pompa yang ada.
Inventarisasi peralatan atau prasarana yang menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan, misalnya : alat berat untuk pembersih lumpur,
pompa sementara, gambar-gambar yang menunjukkan keberadaan saluran, dsb.
Inventarisasi peran serta masyarakat yang dapat diharapkan dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan, misalnya : untuk pembersihan
saluran secara rutin, pengawasan untuk mencegah pembuangan sampah ke badan saluran.
Menilai sampai sejauh mana kepatuhan masyarakat atas peraturan yang berlaku, apakah masih banyak penduduk yang membangun
kios atau tempat tinggal di bantaran sungai atau saluran.
Mencatat sampai
sejauh
mana ada kerja sama dengan pemeliharaan prasarana kota lain, seperti misalnya masihkah para penyapu
VII - 8
a)
Saluran Terbuka
b)
Saluran Tertutup
beberapa
tindakan
pengamanan,
agar
tidak
timbul
kecelakaan.
Bilamana saluran tertutup ini amat kecil ukurannya, sehingga tak dapat
dimasuki oleh Inspektur, maka bagian dalam saluran dapat diperiksa
dengan mempergunakan cermin dengan pengaturan ada cermin yang
menyorotkan cahaya, ada yang menerima gambar.
VII - 9
c)
Gorong-gorung
d)
Man Hole
Sama halnya dengan inlet saluran, maka man hole juga perlu diberi
Gorong - gorong
Pintu Air
Hal-hal penting yang harus dicatat pada inspeksi pintu air, yaitu :
1.
2.
3.
Pintu air mulai tidak rapat atau renggang, sehingga ada bocoran.
Pintu Air
VII - 10
f)
Tanggul
h)
Pemeriksaan truk merupakan hal yang rutin, seperti kendaraan lain pada
umumnya, contoh pemeriksaan pada : keausan roda, keadaan rem,
jadwal penggantian oli, dan kelengkapan perlengkapan kendaraan
lainnya.
i)
Tenaga Kerja
Hal penting adalah jumlah, kualifikasi dan pengaturan tenaga kerja yang
ada atau yang perlu direkrut. Pada kegiatan inspeksi ini pencatatan juga
dilakukan terhadap produktivitas dan jadwal kerja tenaga yang ada dan
yang akan direkrut.
VII - 11
4.2.3
Dokumentasi
Dokumentasi adalah upaya untuk mencatat hasil-hasil dari inspeksi sistim drainase perkotaan. Dokumentasi ini memerlukan suatu peta yang
memperlihatkan lokasi seluruih sistem saluran dan bangunan pelengkapnya. Untuk kepentingan pencatatan ini, sebaiknya seluruh sistem saluran
dan bangunan pelengkap yang ada diberi nama atau nomor sehingga keadaan dari sarana dan prasarana yang ada dapat dicatat dalam
suatu tabel,.
Hasil-2
Kegiatan
Inspeksi
Kegiatan
Dokumentasi
Pemetaan Sistem
Saluran Drainase
&
Kelengkapannya
Penamaan
&
Penomoran
Nama Saluran
Nomor Saluran
Ukuran Saluran
Jenis Saluran
Lain-2
VII - 12
4.3
Pokok Perhatian
VII - 13
f.
Penyuluhan
Team operasi pemeliharaan harus dapat memberikan
pengertian kepada masyarakat agar mengetahui
fungsi saluran drainase sehingga dapat berperan serta
dalam pemeliharaan dan menjaga kelangsungan
fungsi sistem drainase.
VII - 14
5
ORGANISASI
OPERASI dan PEMELIHARAAN
Pengelompokkan kegiatan organisasi operasi dan pemeliharaan berdasarkan tanggungjawab pengelolanya yaitu:
5.1
Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase utama (major drainage system) yang merupakan tanggung jawab dari
5.2
saluran primer
saluran sekunder
saluran tersier
Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase lokal (minor drainage system) dikelola oleh masyarakat di lingkungan yang
saluran-saluran di dalam komplek perumahan, real-estate, kawasan pabrik dll, berikut bangunan-bangunan
pelengkapnya.
Untuk menjaga agar pembagian daerah dan tanggung jawab pengelolaan tidak menimbulkan hambatan, perlu batas-batas
yang jelas daerah wewenangnya masing-masing, dan program serta koordinasi pelaksanaan pekerjaan.
VII - 15
Tabel 5.1
LEMBAGA
DRAINASI MAYOR
DRAINASI MINOR
NON RE/BTN
REAL ESTATE/BTN
PENGARAHAN & BIMBINGAN
PEM. PUSAT
PENGARAHAN &
BIMBINGAN
PEMDA TKT I
PEMANTAUAN
PEMDA TKT
II
-SURVAI
-INVESTIGASI -DESAIN
-BEBASKAN TANAH
-PENGAWAS
-PELAKSANAAN
-OPERASI
-PEMELIHARAAN
-SURVAI
-INVESTIGASI -DESAIN
-BEBASKAN TANAH
-PENGAWAS
-PELAKSANAAN
-OPERASI
-PEMELIHARAAN
-BIMBINGAN PERENCANAAN
-PEMANTAUAN
-OPERASI
-PEMELIHARAAN
SWASTA/
BUMN/
BUMD/
KOPERASI
PENGGUNA
- PENGGUNA
- OPERASI DAN
PEMELIHARAAN
-SURVAI
-INVESTIGASI -DESAIN
-BEBASKAN TANAH
-PENGAWAS
-PELAKSANAAN
-OPERASI
-PEMELIHARAAN
MASYARAKAT
-PENGGUNA
-PENGGUNA
-OPERASI
-PEMELIHARAAN
-PENGGUNA
-OPERASI
-PEMELIHARAAN
PEMANTAUAN
VII - 16
VII - 17
Pengertian
Untuk dapat melakukan pekerjaan operasi dan pemeliharaan prasarana drainase, perlu mengetahui beberapa pengertian pokok
sekitar operasional prasarana drainase tersebut :
1)
2)
Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin fungsi sarana dan prasarana drainase bekerja sesuai dengan
rencana.
3)
Sarana drainase perkotaan adalah seluruh bangunan utama yang memungkinkan sistem drainase berfungsi, misalnya :
saluran, pintu air, pompa, tanggul, gorong-gorong, dsb.
4)
Prasarana drainase perkotaan adalah bangunan atau peralatan yang mendukung berfungsinya bangunan utama sistem
drainase, misalnya : alat berat untuk pembersih saluran, bangunan filter, penangkap sampah, penangkap pasir, bangunan
terjunan, dan bangunan penunjang lainnya.
5)
Penanggung-jawab saluran adalah instansi yang mendapat wewenang menangani suatu saluran drainase, atau bangunan
pelengkap yang ada.
6)
Penanggungjawab pembangunan adalah Pimpinan Proyek beserta stafnya yang mendapat tugas dan wewenang dalam
kegiatan pembangunan.
7)
Pelaksana Pembangunan adalah Kontraktor yang mendapat tugas melaksanakan pekerjaan konstruksi.
8)
Pengawas Lapangan adalah staf Pemimpin Proyek yang mendapat tugas melaksanakan pengawasan pembangunan
sehari-hari atas nama Pemimpin Proyek.
9)
Manhole adalah lubang yang dipergunakan untuk pekerja masuk ke saluran tertutup atau pipa. Manhole biasanya
ditempatkan pada jarak-jarak tertentu dan berpenutup, dan mudah dijangkau, misalnya di pinggir jalan.
VII - 18
PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMBANGUNAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
ini
dimaksudkan
agar
pelaksana
pembangunan
drainase
dapat
IX - 1
masyarakat
merupakan
bagian
integral
dari
proses
pembangunan
masyarakat , dalam hal ini melalui program kegiatan pembangunan sistem drainase
perkotaan.
2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan prasarana drainase dilingkungannya
yang akan dan telah dibangun.
3. Pemberdayaan masyarakat menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan.
4. Pemberdayaan masyarakat berusaha membantu masyarakat mengenal potensinya dan
mengembangkan potensi-potensi lainnya yang ada menjadi berdaya guna.
5. Pemberdayaan masyarakat berusaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat
yang produktif, kreatif, dan mampu secara mandiri berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan.
6. Pemberdayaan masyarakat memberikan kepercayaan, kesempatan dan keleluasaan
kepada masyarakat dalam mengembangkan potensinya.
7. Pemberdayaan masyarakat mengembang tumbuhkan partisipasi masyarakat yang
berupa tenaga, pikiran dan materi.
8. Pemberdayaan masyarakat diilandasi filsafat menolong dirinya sendiri dan partisipasi
anggota masyarakat.
PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN
IX - 2
HARAPAN /
TUJUAN
YANG
HENDAK
DICAPAI
DAMPAK
PARTISIPASI
AKTIF
MASYARAKAT
IX - 3
IX - 4
1.
2. Pemberdayaan
masyarakat
berorientasi
pada
pembangunan
IX - 5
Dari
D
O
U
Oleh
dan
Untuk
M
k t
IX - 6
IX - 7
PROSES PEMBERDAYAAN
MODEL
PEMBERDAYAAN
PROSES
KEBUTUHAN
HASIL
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
TINDAK LANJUT
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
TINDAK LANJUT
PELAKSANAAN
TINDAK LANJUT
PELAKSANAAN
HASIL
IX - 8
EDUKATIF
( Pendidikan, Pembelajaran )
STIMULATIF
( Perangsangan )
3. KOMUNIKATIF
Program pemberdayaan masyarakat menciptakan kesepahaman diantara
seluruh warga masyarakat dan atau antar lembaganya yang pada gilirannya
membuat transparansi, saling membantu.
4.
PARTISIPATIF ( Peran-serta )
Keiga sifat diatas bermuara pada partisipasi
masyarakat, artinya partisipasi tidak akan muncul
dari masyarakat jika ketiga sifat diatas tidak
nampak pada program aksi pemberdayaan.
IX - 9
SIFAT-SIFAT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
WARGA
MASYARAKAT
EDUKATIF
STIMULATIF
PARTISIPATIF
BERDAYA
KOMUNIKATIF
LEMBAGA
MASYARAKAT
IX - 10
IX - 11
Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan
Penentuan Lokasi
Partisipasi Masyarakat
Instansi
Penjelasan/penyuluhan
Ijin lokasi
Menyerahkan Lokasi
Ijin mengukur
Ikut menyuluh
Ikut partisipasi / penyuluhan
Format dan Bangunan
Dinas,
Pemda,
Masyarakat
Pemda dan
Masyarakat
Pemda
2.
3.
Perencanaan
4.
Pelaksanaan
Pengerahan tenaga
Dinas, Pemda
5.
Operasional dan
Pemeliharaan
Pengerahan tenaga
Pemda,
Masyarakat
IX - 12
Inventarisasi data
Bahan Koordinasi
Evaluasi kegiatan
Kebijakan tingkat
Kelurahan - Kecamatan
IX - 13
IX - 14