BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Program pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman sangat
diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan.
Kebutuhan prasarana dan sarana bidang ke-PLP-an yaitu drainase air limbah dan
persampahan saat ini sudah merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar
lagi. Kondisi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, degradasi kualitas sumber air
baku dan lingkungan merupakan indikasi kebutuhan prasarana dan sarana ke-PLP-an
tersebut. Penyehatan Lingkungan Permukiman sudah bukan merupakan hal yang
mewah lagi, sebab setiap masyarakat saat ini, apalagi yang tinggal di daerah
perkotaan (urban) sudah sangat meningkat dengan pesat, dan sudah sangat menuntut
hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. Hal lain yang perlu dicermati lagi adalah
perlunya perubahan paradigma dalam penanganan program bidang ke-PLP-an yang
mendasarkan pada pendekatan outcome dan juga dampak, serta keberpihakan pada
lingkungan.
Dalam program pembangunan bidang ke-PLP-an aspek perencanaan teknis, pilihan
teknologi merupakan daftar penentuan dalam program ke-PLP-an. Untuk itu dianggap
perlu pemerintah pusat mengantisipasi, penyediaan data teknis dengan fokus
penyediaan kriteria teknis yang perlu ditetapkan sesuai skala penanganan yang telah
ditetapkan.
Identifikasi dan mengkaji kondisi prasarana dan sarana drainase yang ada di
beberapa kota sample.
Mengkaji sistem prasarana dan sarana berdasarkan skala kebutuhan penanganan.
Menyusun kriteria teknis yang dapat diterapkan dalam perencanaan dan
pembangunan sesuai skala penanganan.
Menyajikan contoh-contoh perhitungan serta gambar teknis yang diperlukan.
Menyusun perkiraan biaya investasi secara umum untuk berbagai skala atau
sistem.
1.4 PENGERTIAN
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK Menteri PU 239
tahun 1987. menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah : Jaringan
pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota
dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang
melintas di dalam kota.
Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut ini diperlihatkan beberapa
pengertian pokok tentang drainase :
1.
2.
Drainase perkotaan : adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan
daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan
kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal,
sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan hidup manusia.
3.
4.
Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar
tidak terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan kerugian.
5.
Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima aliran dari
sistim drainase perkotaan.
6.
7.
Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak berfungsinya
sistem drainase;
8.
Daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam
saluran;
9.
Kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit banjir
rencana yang mungkin terjadi;
Berdasarkan fungsi layanan, sistem drainase kota dibagi menjadi dua bagian pokok
yaitu :
a. Sistem drainase lokal :
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu
kawasan kota tertentu seperti kompleks pemukiman, areal pasar, perkantoran, areal
industri dan komersial. Sistem ini melayani area kurang dari 10 ha. Pengelolaan
sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau
instansi lainnya.
b. Sistem drainase utama :
Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer,
sekunder, tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan
tanggung jawab peemrintah kota.
c. Pengendalian banjir (Flood Control) :
Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air
sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengeloaan pengendalian banjir merupakan
tanggung jawab dinas pengairan. (sumber daya air)
Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, tersier dan
seterusnya
a. Sistem saluran primer :
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder.
Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran perimer adalah badan penerima air.
b. Sistem saluran sekunder :
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran
tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran
primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
c. Sistem saluran tersier :
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal
URBAN
AREA
C
RURAL
AREA
Keterangan :
Saluran A
Saluran Cabang B
Saluran Cabang C
Gb. 1.2.
BAB II
ARAH KEBIJAKAN DAN TINGKAT PELAYANAN
.
2.1
ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijakan untuk pengembangan sistem drainase yaitu :
- Dalam rangka tugas Pemerintah Pusat yaitu pengaturan dan pembinaan perlu
diterbitkan produk-produk pengaturan dan perundangan, pedoman, juknis dan
kriteria teknis yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian, operasi dan
pemeliharaan penanganan drainase.
-
Prioritas penanganan perlu diutamakan pada daerah (kawasan yang secara lokal,
regional dan nasional mempunyai nilai strategis, daerah relatif padat, kumuh pro
poor, dan daerah yang secara geografis terpengaruh pengembangan (back water)
dari laut atau sungai.
Terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir, jalan kota dan persampahan dan
mendukung keseimbangan tata air.
Tahun 2000, bisa mencapai 49% tingkat pengurangan genangan dari total
genangan 84.000 Ha.
Tahun 2010, diharapkan bisa mencapai pengurangan 75% dari total genangan.
b. Pengelola :
Pengelola dan penanggung jawab adalah pengelola lingkungan
c. Pelaksana : RT/RW, Forum Masyarakat, Swasta / Pengembang,
Perumnas.
d. Kegiatan teknisnya meliputi :
Sistem drainase lokal (mikro), lengkap dengan bangunan pelengkapnya
yaitu : pintu air, gorong-gorong dll.
Pengembangan sumur-sumur resapan.
Pompa drainase skala kecil < 200 l/detik
BAB III
KRITERIA PENANGANAN DRAINASE
3.1 KRITERIA PERENCANAAN UMUM
Sistem drainase direncanakan dengan pertimbangan aspek-aspek teknis yang ditinjau,
termasuk metode perhitungan yang lazim berlaku antara lain :
Penentuan debit rencana agar dihitung melalui curva intensitas hujan, deras
hujan.
Penentuan debit rencana dan tinggi jagaan agar didasarkan pada jenis /
tipologi kala (metro, besar, sedang dan kecil), dan jenis saluran (primair,
sekundair, dan tertier) dan luas daerah pelayanan.
Tabel 1.3
Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota
> 500
Metro
2 thn
2 5 thn
5 10 thn
10 25 thn
Besar
2 thn
2 5 thn
2 5 thn
5 20 thn
Sedang
2 thn
2 5 thn
2 5 thn
5 10 thn
Kecil
2 thn
2 thn
2 thn
2 5 thn
Industri / Komersial
Pemukiman
C. Saluran Pada Jaringan Jalan
Type Jalan
25
Kala Ulang
Bebas hambatan
Arteri
Kolektor
Lokal
Type Kota
Tabel 3.2
Kriteria Disain Tinggi Jagaan (CM)
Jenis Saluran
Primer
Sekunder
Tertier
Metropolitan
90
60
30
Besar
60
40
20
Sedang
40
30
20
Kecil
30
20
15
90
mm
>
90
mm
Kecepatan maksimal aliran tidak lebih besar dari kecepatan maximum yang
diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan. Untuk saluran tanah V max = 0,7
m/det
Kecepatan minimal agar tidak lebih kecil dari kecepatan minimum yang
diizinkan agar tidak terjadi pengendapan.
Penampang saluran bisa berupa segi empat, trapezium, lingkaran bulan
atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.
Disarankan bentuk majemuk agar memudahkan pemeliharaan
Dimensi bangunan pelengkap seperti pintu air, gorong-gorong agar
ditentukan berdasarkan kriteria disain sesuai tifologi kota dan macam
saluran.
BAB IV
KRITERIA PRASARAN DAN SARANA DRAINASE
Komponen penanganan drainase didasarakan pada standar yang ada, dikaitkan dengan
lingkup skala penangannya.
Pola Grid
Pola Kipas
saluran utama
P
PA
11
Pasangan
beton
Urugan
Pasir padat
RENFORCED
CONCRETE
Pasangan
beton
COMPACTED
SAND LAYER
STONE MASONRY
COVER PLATE OF
RENFORCED CONCRETE
RENFORCED
CONCRETE
STONE MASONRY
COMPACTED
SAND LAYER
12
b. Bangunan Persilangan
DENAH
POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
13
DENAH
POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
14
KRITERIA TEKNIS
- Tipe 1 (sub merged) dipakai untuk daerah yang kemiringan relatif
besar/daerah pegunungan.
Untuk desain peta dipakai perhitungan 1,5 x Q rencana, minimal 60 cm
untuk kemudahan pemeliharaan.
- Tipe 2 (unsub merged), tidak ada pengaruh back water, dipakai pada
daerah-daerah dengan kemiringan kecil atau relatif datar, daerah pantai, dan
daerah yang banyak dipengaruhi pasang surut/back water dari laut atau
sungai besar.
GORONG-GORONG
Bangunan persilangan ini dibangun akibat adanya persilangan saluran drainase
dengan jalan, jalan kereta api, dan lain-lain. Bentuk gorong-gorong umumnya
lingkaraan atau persegi, sedapat mungkin dengan luas tampung sama dengan
saluran inletnya. Bangunan pada inlet gorong-gorong harus memperhatikan pola
aliran yang streamline, tidak bergolak akibat bneturan dua pertemuan saluran
atau lebih.
Dalam merencanakan gorong-gorong, kecepatan minimum diharapkan 0,5 - 1
m/det pada outlet, diharapkan kecepatan saluran ini dapat mengangkut sedimen
yang terjadi. Sedangkan V max diharapkan tidak akan merusak dinding sauran
yang ada.
c. Bangunan Pelengkap
Salah satu bangunan pelengkap pada skala lingkungan ini adalah bangunan pintu
air.
Pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengatur keluar atau
masuknya aliran air dari saluran ke badan air, dan menahan masuknya air agar
tidak masuk kembali ke saluran apabila muka air di badan air penerima lebih tinggi.
Pada daerah pasang surut dipakai untuk mengatur beban aliran dalam satu
saluran.
Jenis-jenis pintu air :
- Pintu air angkat (sorong)
- Pintu air bentuk klep (otomatis)
KRITERIA TEKNIS
- Pintu air angkat bahan pintu bisa dari kayu atau besi (plat). Apabila dibuat
dari besi plat biasanya kurang tahan terhadap korosi air, tetapi ringan dalam
pengoperasiannya. Sedangkan bahan dari kayu lebih tahan lama terutama
apabila terendam air, hanya pengoperasiannya relatif lebih berat.
- Pintu air klep (radial) dipakai apabila ada beda tinggi air di hulu dan hilir
relatif besar. Pintu air jenis ini disarankan dipakai di daerah yang jarang
penduduk (untuk mengoperasikannya), dan bahan sebaiknya dari besi yang
tahan karat (stainless steel)
15
PLAN
ELEVASI
PROFILE
16
d. Bangunan Pelengkap
Peresapan air merupakan suatu upaya untuk melestarikan air tanah agar tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan antara lain : intrusi air laut ke
darat, penurunan permukaan tanah dan menurunnya permukaan air. Sistem
resapan air hujan atau aliran permukaan terdiri atas 2 (dua) jenis :
- Sistem On-Site, contohnya : sumur resapan di pekarangan rumah.
- Sistem Off-Site, contohnya : kolam retensi, tandon/waduk.
Peresapan air juga dapat dilakukan melalui :
- reboisasi
- Terasering
- Mengurangi penutupan permukaan tanah di pekarangan
- Saluran resapan
- Bidang resapan pada lahan parkir, taman, dll
Manfaat sumur resapan, antara lain :
- Menampung air hujan agar tidak menggenang
- Mengurangi kapasitas banjir/genangan (dengan kata lain memperkecil runoff/aliran permukaan
- Mengurangi dimensi saluran drainase
- Menambah cadangan dan keseimbangan air tanah
Beberapa persyaratan umum sumur resapan berdasarkan ketentuan yang tertuang
di dalam standard nasional Indonesia (SK SNI T-06-1990-F), antara lain :
- sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang lulus air (poreous) dan tahan
longsor
- sumur resapan air hujan bebas dari kontaminasi/ pencemaran limbah
- air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan
- permeabilitas tanah yang dapat digunakan untuk sumur resapan minimal 2,0
cm/jam
- tinggi muka air tanah cukup rendah (kontur air tanahnya dalam, > 3 meter)
- penempatan atau jarak minimum sumur resapan air hujan dari bangunan lain
adalah sebagai berikut :
jarak terhadap tangki septik adalah 2 meter
jarak terhadap resapan tangki septik, cubluk, saluran air limbah,
pembunagn sampah, adalah 5 meter
jarak terhadap sumur resapan air hujan/sumur air bersih adalah 2 meter
17
18
E
A
19
20
21
Saluran tanah
22
b. Bangunan Persilangan
Bangunan persilangan untuk saluran drainase skala kota (perkotaan) yang ada
adalah gorong-gorong, jembatan siphon dan talang. Talang biasanya dipakai untuk
debit yang relatif kecil (biasanya untuk irigasi), sedang siphon tidak dianjurkan
karena banyak kehilangan energi (head loss)
Gorong-Gorong
Untuk skala kota yang debitnya cukup besar, minimal dipilih gorong-gorong tipe
2 (pada skala lingkungan), untuk debit yang relatif besar dan lebar saluran 6
m, dipakai tipe box culvert (tipe kotak) dari beton bertulang. Tipe ini
menguntungkan karena secara struktur bekerja secara satu kesatuan (plat,
dinding).
Jembatan
Untuk debit yang relatif besar dan lebar saluran 6 m dianjurkan untuk
membuat bangunan persilangan drainase berupa jembatan.
23
POTONGAN MELINTANG
24