Anda di halaman 1dari 24

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Program pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman sangat
diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan.
Kebutuhan prasarana dan sarana bidang ke-PLP-an yaitu drainase air limbah dan
persampahan saat ini sudah merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar
lagi. Kondisi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, degradasi kualitas sumber air
baku dan lingkungan merupakan indikasi kebutuhan prasarana dan sarana ke-PLP-an
tersebut. Penyehatan Lingkungan Permukiman sudah bukan merupakan hal yang
mewah lagi, sebab setiap masyarakat saat ini, apalagi yang tinggal di daerah
perkotaan (urban) sudah sangat meningkat dengan pesat, dan sudah sangat menuntut
hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. Hal lain yang perlu dicermati lagi adalah
perlunya perubahan paradigma dalam penanganan program bidang ke-PLP-an yang
mendasarkan pada pendekatan outcome dan juga dampak, serta keberpihakan pada
lingkungan.
Dalam program pembangunan bidang ke-PLP-an aspek perencanaan teknis, pilihan
teknologi merupakan daftar penentuan dalam program ke-PLP-an. Untuk itu dianggap
perlu pemerintah pusat mengantisipasi, penyediaan data teknis dengan fokus
penyediaan kriteria teknis yang perlu ditetapkan sesuai skala penanganan yang telah
ditetapkan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Modul ini dimaksudkan sebagai panduan bagi perencana, pelaksana, serta masyarakat
dalam penentuan kriteria kriteria teknis yang diperlukan dalam penanganan sub.
Bidang Drainase Permukiman.
Tujuan
Penyediaan data dan informasi kriteria teknis bidang drainase sesuai skala
penanganan yang dibutuhkan.

1.3 LINGKUP PEKERJAAN

Identifikasi dan mengkaji kondisi prasarana dan sarana drainase yang ada di
beberapa kota sample.
Mengkaji sistem prasarana dan sarana berdasarkan skala kebutuhan penanganan.
Menyusun kriteria teknis yang dapat diterapkan dalam perencanaan dan
pembangunan sesuai skala penanganan.
Menyajikan contoh-contoh perhitungan serta gambar teknis yang diperlukan.
Menyusun perkiraan biaya investasi secara umum untuk berbagai skala atau
sistem.

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

1.4 PENGERTIAN
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK Menteri PU 239
tahun 1987. menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah : Jaringan
pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota
dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang
melintas di dalam kota.
Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut ini diperlihatkan beberapa
pengertian pokok tentang drainase :
1.

Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan


air atau ke bangunan resapan buatan.

2.

Drainase perkotaan : adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan
daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan
kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal,
sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan hidup manusia.

3.

Drainase berwawasan lingkungan : pengelolaan drainase yang tidak


menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat 2 pola yang
dipakai :
a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam
penampungan.
b. Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat sumur resapan,
bidang resapan atau kolam resapan.

4.

Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar
tidak terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan kerugian.

5.

Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima aliran dari
sistim drainase perkotaan.

6.

Bangunan Pelengkap adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan


sistem aliran aor hujan agar aman dan mudan melewati jalan, belokan, daerah
curam, bangunan tersebut seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan
terjunan, jembatan, street inlet, pompa, pintu air.

7.

Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak berfungsinya
sistem drainase;

8.

Daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam
saluran;

9.

Kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit banjir
rencana yang mungkin terjadi;

Fungsi drainase perkotaan :


Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif.
Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat secepatnya
Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik
Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air)

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

Berdasarkan fungsi layanan, sistem drainase kota dibagi menjadi dua bagian pokok
yaitu :
a. Sistem drainase lokal :
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu
kawasan kota tertentu seperti kompleks pemukiman, areal pasar, perkantoran, areal
industri dan komersial. Sistem ini melayani area kurang dari 10 ha. Pengelolaan
sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau
instansi lainnya.
b. Sistem drainase utama :
Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer,
sekunder, tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan
tanggung jawab peemrintah kota.
c. Pengendalian banjir (Flood Control) :
Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air
sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengeloaan pengendalian banjir merupakan
tanggung jawab dinas pengairan. (sumber daya air)
Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, tersier dan
seterusnya
a. Sistem saluran primer :
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder.
Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran perimer adalah badan penerima air.
b. Sistem saluran sekunder :
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran
tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran
primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
c. Sistem saluran tersier :
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

URBAN
AREA

C
RURAL
AREA

Sungai (Bagian dari Sistem Pengendalian Banjir/Flood Control)


Major Drainase
Minor Drainase
Batas Perkotaan

Keterangan :
Saluran A

sungai yang berfungsi sebagai pengendalian banjir (Flood


controll) yang penanganannya dibawah sektor Pengairan

Saluran Cabang B

saluran utama drainase (Major Drainage) perkotaan dibawah


tanggung jawab penanganan sektor drainase perkotaan
(Cipta Karya) yang berfungsi melayani dari drainase lokal
(minor draniage)

Saluran Cabang C

saluran drainase lokal (minor drainage) perkotaan yang


berfungsi melayani (KIP, Estate, dsb) penanganannya
menjadi tanggung jawab masyarakat, developer/investor)

Gb. 1.1. Batasan Sistem Drainase Perkotaan

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

RIVER (Flood Control) / Pengairan


Major Drainase (Urban Drainase Sektor) / Cipta Karya
Minor Drainase (KIP, Estates, Local, Institution, etc) Masyarakat atau Investor
Road Crossing Drainase (tanggung jawab sektor drainase perkotaan dan sektor
jalan)/Cipta Karya. Vs. Bina Marga
Jaringn Drainase Jalan (tanggung jawab sektor jalan)/Bina Marga
Kawasan Terbangun

Gb. 1.2.

Perbedaan Urban Major Drainage System, Minor Drainage System


dan Road Drainage System

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

BAB II
ARAH KEBIJAKAN DAN TINGKAT PELAYANAN
.
2.1

ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijakan untuk pengembangan sistem drainase yaitu :
- Dalam rangka tugas Pemerintah Pusat yaitu pengaturan dan pembinaan perlu
diterbitkan produk-produk pengaturan dan perundangan, pedoman, juknis dan
kriteria teknis yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian, operasi dan
pemeliharaan penanganan drainase.
-

Prioritas penanganan perlu diutamakan pada daerah (kawasan yang secara lokal,
regional dan nasional mempunyai nilai strategis, daerah relatif padat, kumuh pro
poor, dan daerah yang secara geografis terpengaruh pengembangan (back water)
dari laut atau sungai.

Pengembangan sistem drainase perlu mendasarkan pada konsep pembangunan


berwawasan lingkungan dalam rangka konservasi sumber daya air.

Terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir, jalan kota dan persampahan dan
mendukung keseimbangan tata air.

Pengembangan sistem drainase hendaknya berdasar master plan drainase untuk


kota-kota metro, ibukota propinsi, kota besar dan sedang yang potensial atau
strategis.

Meningkatkan kapasitas pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana


drainase dari berbagai sumber pendanaan.

2.2 TINGKAT PELAYANAN DRAINASE

Tahun 2000, bisa mencapai 49% tingkat pengurangan genangan dari total
genangan 84.000 Ha.
Tahun 2010, diharapkan bisa mencapai pengurangan 75% dari total genangan.

2.3 SKALA PENGELOLAAN


Pada penanganan sub bidang drainase skala pengelolaan dapat dikategorikan atas :

2.3.1 Skala Kawasan / Lingkungan


a. Batasan / cakupan pelayanan
Merupakan penanganan yang berbasis masyarakat dengan luas
pelayanan < 10 ha.
Biaya investasi di subsidi Pemerintah Daerah, LSM ataupun secara
mandiri terutama untuk operasi dan pemeliharaan.
Pilihan teknologi dapat diterima masyarakat dan disesuaikan dengan
daya dukung lingkungan. (misalkan : sumur resapan). Menekan biaya
investasi dengan penyesuaian kriteria tebus/desain, tapi memenuhi
persyaratan tebus.

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

b. Pengelola :
Pengelola dan penanggung jawab adalah pengelola lingkungan
c. Pelaksana : RT/RW, Forum Masyarakat, Swasta / Pengembang,
Perumnas.
d. Kegiatan teknisnya meliputi :
Sistem drainase lokal (mikro), lengkap dengan bangunan pelengkapnya
yaitu : pintu air, gorong-gorong dll.
Pengembangan sumur-sumur resapan.
Pompa drainase skala kecil < 200 l/detik

2.3.2 Skala Kota


a. Batasan / Cakupan Pelayanan
- Batasan pelayanan untuk kota dengan genangan > 10 ha, penanganan
diutamakan untuk drainase utama (makro).
- Daerah genangan di kawasan strategis, pusat kegiatan ekonomi, daerah
kumuh (pro poor).
- Biaya investasi dari anggaran Pemda Kota/Kab, Stimulan Pemerintah
Pusat, swasta/pengembang, dan bantuan luar negeri.
b. Pengelola :
Pengelola dan penanggung jawab adalah pemerintah kabupaten/kota
c. Pelaksana :
Pelaksana kegiatan penanganan drainase skala kota ini adalah pengelola
drainase kota, pihak ketiga / swasta.
d. Kegiatan teknis meliputi :
- Pengembangan sistem drainase antara lain rehabilitasi, normalisasi
saluran dan pembangunan baru.
- Kolam-kolam retensi
- Sistem polder = waduk + pompa > 200 l/detik
- Peralatan untuk pengelolaan
- Pintu-pintu air

2.3.3 Skala Regional / Nasional


a. Batasan / Cakupan Pelayanan
- Daerah pelayanan / Catchments meliputi 2 kota atau lebih.
- Prinsipnya
keterpaduan
dengan
sistem
pengendalian
banjir/penanganan sungai. Komponen perairan ditempatkan di lokasi
yang sama, sehingga ada keterkaitan fungsi.
b. Pengelola :
Pemerintah propinsi, pemerintah pusat
c. Pelaksana :
Pemerintah pusat, propinsi dan bekerjasama dengan pihak ketiga,
swasta/pengembang.
d. Kegiatan teknis meliputi :
- Normalisasi saluran
- Pembuatan sodetan / interceptor
- Pintu-pintu air pengendali banjir
- Waduk + rumah pompa, pompa > 200 l / detik
- Kolam kolam retensi di hulu dan hilir
- Bangunan pengendali sedimen / penangkap pasir.

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

BAB III
KRITERIA PENANGANAN DRAINASE
3.1 KRITERIA PERENCANAAN UMUM
Sistem drainase direncanakan dengan pertimbangan aspek-aspek teknis yang ditinjau,
termasuk metode perhitungan yang lazim berlaku antara lain :

3.1.1 Aspek Hidrologi


-

Penentuan debit rencana agar dihitung melalui curva intensitas hujan, deras
hujan.
Penentuan debit rencana dan tinggi jagaan agar didasarkan pada jenis /
tipologi kala (metro, besar, sedang dan kecil), dan jenis saluran (primair,
sekundair, dan tertier) dan luas daerah pelayanan.
Tabel 1.3
Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota

A. Sistem Drainase Utama (Major Drainage)


Daerah Pelayanan (Ha)
Type Kota
< 10
1 100
100 500

> 500

Metro

2 thn

2 5 thn

5 10 thn

10 25 thn

Besar

2 thn

2 5 thn

2 5 thn

5 20 thn

Sedang

2 thn

2 5 thn

2 5 thn

5 10 thn

Kecil

2 thn

2 thn

2 thn

2 5 thn

B. Sistem Drainase Lokal (Mikro Drainage)


Daerah Pelayanan (Ha)
Type Kawasan
10 100
> 100

Industri / Komersial

Pemukiman
C. Saluran Pada Jaringan Jalan
Type Jalan

25

Kala Ulang

Bebas hambatan

Arteri

Kolektor

Lokal

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

Type Kota

Tabel 3.2
Kriteria Disain Tinggi Jagaan (CM)
Jenis Saluran
Primer

Sekunder

Tertier

Metropolitan

90

60

30

Besar

60

40

20

Sedang

40

30

20

Kecil

30

20

15

Untuk spesifik kriteria drainase sebagai berikut :


Intensitas hujan periode hujan 2 6 jam
<
30
mm
30

90
mm
>
90
mm

Pengaruh kemiringan pada area topografi


01%
13%
>3%
Pengaruh pasang dan arus balik (back water)
- Daerah rendah
< 00 mm
- Daerah sedang
10 100 mm
- Daerah tinggi
> 100 mm

3.1.2 Aspek Hidrolik


-

Kecepatan maksimal aliran tidak lebih besar dari kecepatan maximum yang
diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan. Untuk saluran tanah V max = 0,7
m/det
Kecepatan minimal agar tidak lebih kecil dari kecepatan minimum yang
diizinkan agar tidak terjadi pengendapan.
Penampang saluran bisa berupa segi empat, trapezium, lingkaran bulan
atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.
Disarankan bentuk majemuk agar memudahkan pemeliharaan
Dimensi bangunan pelengkap seperti pintu air, gorong-gorong agar
ditentukan berdasarkan kriteria disain sesuai tifologi kota dan macam
saluran.

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

3.1.3 Aspek Struktur


-

Jenis bahan konstruksi yang dipilih agar disesuaikan dengan persyaratan


disain, mudah diperoleh dan tersedia banyak.
Kekuatan dan kestabilan struktur agar diperhitungkan sesuai dengan unsur
layanan yang ditentukan.

3.2 KRITERIA KEGIATAN PENANGANAN DRAINASE


Kriteria kegiatan penanganan drainase secara garis besar dibagi dalam 2 kategori :
a. Penanganan sistem drainase utama (Major Drainage)
Prioritas penanganan sistem ini cakupannya skala regional dan skala kota. Kriteria
tingkat pelayanan diprioritaskan :
- Tinggi genangan rata-rata > 30 cm
- Lama genangan lebih dari 2 jam
- Frekuensi genangan terjadi lebih dari 2 kali / tahun
- Luas genangan lebih dari 10 Ha
b. Penanganan sistem drainase lokal (Mikro Drainage)
Penanganan sistem ini diutamakan untuk cakupan skala lingkungan.
Kriteria tingkat pelayanan diprioritaskan lokasi sebagai berikut :
- Tinggi genangan lebih kecil dari 30 cm
- Lama genangan < 2 jam
- Frekuensi genangan yang terjadi maksimal 2 kali / tahun.
Kriteria perencanaan untuk penanganan drainase tersebut di atas sudah dibahas
dalam bab terdahulu.

3.3 URUTAN PRIORITAS PENANGANAN DRAINASE


Urutan penanganan drainase dimaksudkan untuk mengoptimalkan sistem prasarana
dan sarana yang ada, baru dilanjutkan dengan pengembangan sistem.
Urutan penanganan :

Pemeliharaan rutin dan berkala


Pemeliharaan rutin (mingguan, bulanan) bertujuan agar menjamin sistem existing
berfungsi secara optimal dengan mengikuti prosedur operasi dan pemeliharaan.
Rehabilitasi sistem
Bertujuan agar sistem existing berfungsi optimal dan berfungsi sesuai kapasitas
semula.
Peningkatan sistem
Peningkatan sistem baik secara kualitas dan kuantitas, normalisasi, peningkatan
teknologi bertujuan dengan adanya perubahan-perubahan perkembangan daerah
pengaliran sejalan dengan pembangunan, maka sistem eksisting diharapkan
berfungsi optimal sesuai dengan yang direncanakan.
Pembangunan Baru
Pembangunan baru, baik pengembangan sistem eksisting maupun pembangunan
sistem baru bertujuan untuk :
- Melayani daerah pelayanan tang tidak terjangkau sistem eksisting
- Menunjang pertumbuhan ekonomi dengan mengarahkan perkembangan kota
sesuai peruntukannya, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
- Diprioritaskan untuk daerah-daerah yang dapat menunjang cost recovery
sistem eksisting.
10

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

BAB IV
KRITERIA PRASARAN DAN SARANA DRAINASE

Komponen penanganan drainase didasarakan pada standar yang ada, dikaitkan dengan
lingkup skala penangannya.

4.1 SKALA LINGKUNGAN


a.
b.
c.
d.
e.

Sistem saluran drainase


Bangunan persilangan (gorong-gorong, duiker)
Bangunan pelengkap (pintu air)
Sumur resapan
Pompa air Q < 200 l / det.

a. Saluran drainase / air hujan


- Saluran drainase / air hujan yang dibuat dari resapan batu kali, batu bata atau
beton umumnya kedap air. Bila diharapkan dapat meresapkan sebagian air
hujan kedalam tanah, maka pada jarak-jarak tertentu (saluran tertier setiap
jarak 25 m, saluran sekunder setiap 50 m, kedalaman 1-1,5 m) dibuat sumur
sumur resapan untuk meresapkan air hujan kedalam tanah.
Pola pengaliran air hujan bisa dengan pola grid atau pola kipas, bisa juga
sistem radial (jarang dipakai).
- Pada lokasi yang relatif lebih rendah dari muka air tinggi sungai perlu dilengkapi
pintu air + pompa.

Pola Grid

Pola Kipas

saluran utama

P
PA

Gb. 4.1 Sisstem Drainase Skala Lingkungan

11

Pasangan
beton

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

Urugan
Pasir padat

Pas. Batu kali

RENFORCED
CONCRETE

Plat beton bertulang

Pasangan
beton

Pas. Batu kali

COMPACTED
SAND LAYER

STONE MASONRY

COVER PLATE OF
RENFORCED CONCRETE

Urugan Pasir padat

RENFORCED
CONCRETE
STONE MASONRY

COMPACTED
SAND LAYER

Gb. 4.2 Tipe Tipe Saluran


KRITERIA TEKNIS
- Tipe-tipe saluran pasangan batu kali, beton dipilih sesuai kemudahan mendapatkan
bahan
- Dipakai di lokasi yang lahannya terbatas, dan menahan beban
- Kecepatan minimum yang diguanakan = 0,7 m/det, agar tidak terjadi pengendapan
- Kekasaran dinding dan saluran seperti yang telah ditetapkan sesuai bahannya.
- Kapasitas saluran dan talud harus cukup untuk aliran utama.
- Batas tinggi banjir harus ditentukan, agar wilayah banjir dapat dibatasi pada daerah
tertentu.

12

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

b. Bangunan Persilangan

DENAH

POTONGAN A-A

POTONGAN B-B

Gb. 4.3 Gorong Gorong Tipe 1

13

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

DENAH

POTONGAN A-A

POTONGAN B-B

Gb. 4.4 Gorong Gorong Tipe 2

14

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

KRITERIA TEKNIS
- Tipe 1 (sub merged) dipakai untuk daerah yang kemiringan relatif
besar/daerah pegunungan.
Untuk desain peta dipakai perhitungan 1,5 x Q rencana, minimal 60 cm
untuk kemudahan pemeliharaan.
- Tipe 2 (unsub merged), tidak ada pengaruh back water, dipakai pada
daerah-daerah dengan kemiringan kecil atau relatif datar, daerah pantai, dan
daerah yang banyak dipengaruhi pasang surut/back water dari laut atau
sungai besar.
GORONG-GORONG
Bangunan persilangan ini dibangun akibat adanya persilangan saluran drainase
dengan jalan, jalan kereta api, dan lain-lain. Bentuk gorong-gorong umumnya
lingkaraan atau persegi, sedapat mungkin dengan luas tampung sama dengan
saluran inletnya. Bangunan pada inlet gorong-gorong harus memperhatikan pola
aliran yang streamline, tidak bergolak akibat bneturan dua pertemuan saluran
atau lebih.
Dalam merencanakan gorong-gorong, kecepatan minimum diharapkan 0,5 - 1
m/det pada outlet, diharapkan kecepatan saluran ini dapat mengangkut sedimen
yang terjadi. Sedangkan V max diharapkan tidak akan merusak dinding sauran
yang ada.
c. Bangunan Pelengkap
Salah satu bangunan pelengkap pada skala lingkungan ini adalah bangunan pintu
air.
Pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengatur keluar atau
masuknya aliran air dari saluran ke badan air, dan menahan masuknya air agar
tidak masuk kembali ke saluran apabila muka air di badan air penerima lebih tinggi.
Pada daerah pasang surut dipakai untuk mengatur beban aliran dalam satu
saluran.
Jenis-jenis pintu air :
- Pintu air angkat (sorong)
- Pintu air bentuk klep (otomatis)
KRITERIA TEKNIS
- Pintu air angkat bahan pintu bisa dari kayu atau besi (plat). Apabila dibuat
dari besi plat biasanya kurang tahan terhadap korosi air, tetapi ringan dalam
pengoperasiannya. Sedangkan bahan dari kayu lebih tahan lama terutama
apabila terendam air, hanya pengoperasiannya relatif lebih berat.
- Pintu air klep (radial) dipakai apabila ada beda tinggi air di hulu dan hilir
relatif besar. Pintu air jenis ini disarankan dipakai di daerah yang jarang
penduduk (untuk mengoperasikannya), dan bahan sebaiknya dari besi yang
tahan karat (stainless steel)

15

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

PLAN

ELEVASI

PROFILE

4.5 Contoh Pintu Air Angkat dan Pintu Klep

16

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

d. Bangunan Pelengkap
Peresapan air merupakan suatu upaya untuk melestarikan air tanah agar tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan antara lain : intrusi air laut ke
darat, penurunan permukaan tanah dan menurunnya permukaan air. Sistem
resapan air hujan atau aliran permukaan terdiri atas 2 (dua) jenis :
- Sistem On-Site, contohnya : sumur resapan di pekarangan rumah.
- Sistem Off-Site, contohnya : kolam retensi, tandon/waduk.
Peresapan air juga dapat dilakukan melalui :
- reboisasi
- Terasering
- Mengurangi penutupan permukaan tanah di pekarangan
- Saluran resapan
- Bidang resapan pada lahan parkir, taman, dll
Manfaat sumur resapan, antara lain :
- Menampung air hujan agar tidak menggenang
- Mengurangi kapasitas banjir/genangan (dengan kata lain memperkecil runoff/aliran permukaan
- Mengurangi dimensi saluran drainase
- Menambah cadangan dan keseimbangan air tanah
Beberapa persyaratan umum sumur resapan berdasarkan ketentuan yang tertuang
di dalam standard nasional Indonesia (SK SNI T-06-1990-F), antara lain :
- sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang lulus air (poreous) dan tahan
longsor
- sumur resapan air hujan bebas dari kontaminasi/ pencemaran limbah
- air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan
- permeabilitas tanah yang dapat digunakan untuk sumur resapan minimal 2,0
cm/jam
- tinggi muka air tanah cukup rendah (kontur air tanahnya dalam, > 3 meter)
- penempatan atau jarak minimum sumur resapan air hujan dari bangunan lain
adalah sebagai berikut :
jarak terhadap tangki septik adalah 2 meter
jarak terhadap resapan tangki septik, cubluk, saluran air limbah,
pembunagn sampah, adalah 5 meter
jarak terhadap sumur resapan air hujan/sumur air bersih adalah 2 meter

17

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

Gb. 4.6 Sumur Resapan

18

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

e. Pompa Air Q 200 liter/det


Pompa air adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari tempat
yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, Pada sistem drainase lingkungan yang
dikelola masyarakat debitnya relatif kecil Q 200 liter/det.
Sistem pemompaan ini relatif mahal investasi maupun operasi dan
pemeliharaannya, sehingga pemilihan sistem ini sangat selektif terutama biaya
pengoperasiannya harus bisa dibiayai oleh masyarakat lingkungan tersebut.
Idealnya ada kolam penampungan air sementara yang berfungsi :
- penampung sementara agar tidak banjir
- sebagai kolam pengumpul untuk menaikkan tinggi muka air minimum yang
dibutuhkan pompa

E
A

DENAH STATION POMPA

Gb. 4.7 Pompa Air Skala Lingkungan Q 200 l/det

19

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

4.2 SKALA KOTA


Komponen penanganan drainase untuk skala kota harus merupakan suatu pendekatan
sistem, yang idealnya suatu penanganan drainase harus mengikuti semua tahapan
yang telah direncanakan dimulai dari masterplan/outletpan, studi kelayakan dan
perencanaan detail. Komponen penanganan drainase skala perkotaan terdiri dari :
a. Sistem saluran drainase (primer, sekunder, dan tersier)
b. Bangunan persilangan
c. Bangunan pelengkap
d. Waduk dan kolam retensi
e. Pompa air
a. Sistem Saluran drainase
a.1 Saluran Terbuka
Saluran terbuka primer dan sekunder adalah saluran yang menerima aliran air
hujan dari kumpulan saluran sekunder di sebelah hulu damn membuang ke
badan air yang dapat berupa sungai, waduk, kolam, atau laut.
i. Ukuran Saluran Primer dan Sekunder
Ukuran panjang saluran tidak dapat distandarisasi, sebab tergantung dari
bentuk dan besar kecilnya Catchment Area.
- Catchment Area berbentuk daun lonjong akan menyebabkan saluran
primer menjadi lebih panjang
- Catchment Area berbentuk daun bundar menyebabkan saluran primer
menjadi lebih pendek
ii. Ukuran Penampang Saluran Primer dan Sekunder
Penampang saluran tidak dapat distandarisasi, tergantung dari :
- Luas dan bentuk daerah pengalirannya
- Periode ulang (return period)
- Intensitas curah hujan
- Tata Guna Lahan (menetapkan koefisien pengaliran)
iii. Bentuk Penampang Saluran Primer dan Sekunder
- Trapesium
Bentuk trapesium adalah bentuk penampang saluran yang terbentuk
secara alami dimana kemiringan talud mengikuti kemiringan dari jenis
tanah asli.
Bentuk saluran trapesium :
saluran trapesium dengan perkuatan talud dengan pasangan batu
kali
saluran trapesium dengan perkuatan plat beton dan balok beton
saluran trapesium dengan turap kayu
- Segi empat
Bentuk penampang saluran segi empat adalah bentuk yang dibuat,
dengan syarat perkuatan talud, kecuali tanah padas.
Jenis saluran segi empat :
perkuatan dari pasangan batu kali
perkuatan talud dari beton bertulang
perkuatan talud dari dengan sheet pile beton bertulang
perkuatan dengan tiang pancang
iv. Saluran Terbuka Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang menerima aliran dari rumah di sekitar
saluran dan mengalirkan air ke saluran sekunder, juga merupakan saluran

20

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

kiri kanan jalan yang biasanya dapat distandarisasi dengan ukuran


tertentu tergantung dari daerah pengaliran saluran/jalan.
- Penampang saluran tersier adalan penampang saluran terkecil
dibandingkan dengan saluran lainnya dan berfungsi mengalirkan aliran
air hujan dari jalan dan rumah-rumah
- Saluran tersier umumnya dibuat dari pasangan batu bata, batu pecah,
dan plat beton
- Bentuk penampang saluran adalah segi empat dengan lantai
berbentuk setengah lingkaran atau trapesium
a.2 Saluran Tertutup
Saluran tertutup merupakan bagian dari saluran sistem drainase yang pada
tempat tertentu seperti kawasan pasar, perdagangan, dsb yang tanah
permukaannya tidak memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka.
Pada saluran tertutup dapat dibedakan menjadi 2 macam :.
i. Saluran tertutup
ii. Saluran terbuka yang ditutup.
Keuntungan dan kerugian saluran tertutup :
- Keuntungan adalah bagian atas dari saluran tertutup dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan
- Kerugiannya adalah pemeliharaan saluran tertutup jauh lebih sulit, apalagi
kondisi kesadaran masyarakat Indonesia masih rendah dalam hal
pembuangan sampah.
Fasilitas penunjang yang ada adalah pada saluran dilengkapi dengan lubang
kontrol atau manhole, dan terdapat saringan sampah di mulut saluran sebelah
hulu.

21

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

Saluran tanah

Pas. Batu kali

Gb. 4.8 Contoh Tipe Saluran Skala Kota

22

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

b. Bangunan Persilangan
Bangunan persilangan untuk saluran drainase skala kota (perkotaan) yang ada
adalah gorong-gorong, jembatan siphon dan talang. Talang biasanya dipakai untuk
debit yang relatif kecil (biasanya untuk irigasi), sedang siphon tidak dianjurkan
karena banyak kehilangan energi (head loss)
Gorong-Gorong
Untuk skala kota yang debitnya cukup besar, minimal dipilih gorong-gorong tipe
2 (pada skala lingkungan), untuk debit yang relatif besar dan lebar saluran 6
m, dipakai tipe box culvert (tipe kotak) dari beton bertulang. Tipe ini
menguntungkan karena secara struktur bekerja secara satu kesatuan (plat,
dinding).

Jembatan
Untuk debit yang relatif besar dan lebar saluran 6 m dianjurkan untuk
membuat bangunan persilangan drainase berupa jembatan.

Gb. 4.9 Gorong Gorong Tipe Kotak

23

Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase

TAMPAK & POTONGAN

POTONGAN MELINTANG

Gb. 4.10 Jembatan


c. Bangunan Pelengkap (Pintu Air)
Pintu air merupakan bangunan pelengkap dari saluran atau bangunan persilangan,
kolam retensi dan bangunan bagi. Umumnya pada drainase perkotaan bangunan
air dipasangh pada inlet gorong-gorong, inlet dan outlet waduk (kolam retensi) dan
di ujung saluran yang berhubungan dengan badan air.
Jenis pintu air dibagi menjadi :
i. Tempat pintu sorong dan saringan sampah, dipasang di :
- di waduk pada saluran masuk (inlet) dan keluar waduk (outlet)
- di ujung saluran primer dimana muka air sungai atau badan air lebih tinggi
dari muka air di saluran pada waktu sungai banjir dipasang pintu klep.
ii. Macam pintu air
- Pintu air angkat (sorong)
- Pintu otomatis/pintu klep
Berikut contoh gambar pintu air dan saringan sampah yang dipasang pada inlet
saluran yang masuk ke saluran yang lebih besar.

24

Anda mungkin juga menyukai