Anda di halaman 1dari 156

IRIGASI CIV 183315-02

01  PENDAHULUAN

Bambang Adi Riyanto


Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil
Universitas Katolik Parahyangan
Jln. Ciumbuleuit No. 94, Bandung
Silabus Mata Kuliah
Tujuan Mata Kuliah/Kompetensi yang Diharapkan:
Memberikan dasar pengetahuan dan kemampuan
merencanakan daerah irigasi dan berbagai jenis bangunan
air untuk keperluan irigasi.
Isi Mata Kuliah
 Pengertian irigasi menurut PP nomor 20 tahun 2006;
 Penentuan lokasi daerah irigasi;
 Jenis sumber air, ketersediaan air;
 Kebutuhan air irigasi dan tanaman, dan kehilangan air;
 Pengelolaan pembagian air irigasi: pola tanam, sistem
golongan dengan cara giliran atau rotasi dalam
pengembangan jaringan irigasi berdasarkan metode
prosida;
Silabus Mata Kuliah
Isi Mata Kuliah
 Perencanaan irigrasi mikro;
 Perancangan peta petak irigasi;
 Perancangan saluran irigasi;
 Perancangan saluran pembuang;
 Perancangan Bangunan Bagi dan Sadap;
 Perancangan Bangunan Pelengkap.
Silabus Mata Kuliah
Tugas:
 Sebelum UTS
 Analisis kebutuhan air tanaman padi dan palawija dan
perencanaan pola tanam.
 Dasar perancangan peta petak irigasi: menentukan lokasi
bendung, menetapkan trase jaringan irigasi dan saluran
pembawa serta saluran pembuang, dan menggambar
peta petak irigasi.
 Setelah UTS
 Perancangan saluran irigasi dan pembuang.
 Perancangan bangunan bagi sadap.
Silabus Mata Kuliah
Buku Wajib:
1. James, Larry G. 1988. Principles of Farm Irrigation System
and Design, John Wiley & Sons.
2. Withers. 1985. Irrigation Design and Practice. Bastford.
3. Direktorat Irigasi I. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, KP
01 - KP 07 dan Contoh Gambar (BI). CV Galang Persada.
Buku Anjuran:
1. Michael, A.M. 1975. Irrigation Theory and Practice. New
Delhi.
2. Direktorat Irigasi I. 1986. Standar Perencanaan Irigasi,
Buku Petunjuk. CV Galang Persada.
3. Garg, Santosh Khomar. 1975. Irrigation Theory and
Structures. New Delhi.
4. Leliavsky, Serge. 1960. Irrigation and Hydraulics Design.
London: Butler & Tanner Ltd.
Persyaratan dan Penilaian Kuliah

 KAT : 30 % berupa
 Tugas
 Quiz/PR
 UTS : 35 %
 UAS : 35 %
Dasar Hukum Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi di Indonesia
1. UU 11-1974 tentang Pengairan
2. PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
3. Permen PU No. 30 tahun 2007 tentang Pedoman
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif.
4. Permen PUPR 32-2007 Pedoman OP Jaringan Irigasi
5. Permen PU No. 33 tahun 2007 tentang Pedoman
Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.
6. Permen PUPR No. 8 tahun 2015 tentang Pedoman Penetapan
Garis Sempadan Jaringan Irigasi berikut lampirannya.
7. Permen PUPR No 12 tahun 2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi berikut lampirannya.
8. Permen PUPR 14 tahun 2015 Penetapan Status Daerah
Irigasi
9. Permen PUPR No. 17 tahun 2015 tentang Pedoman Mengenai
Komisi Irigasi
10. Permen PUPR No. 30 tahun 2015 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi
Definisi dan Pengertian
 Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
 Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi,
manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan
sumber daya manusia.
 Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi
pembagian, pemberian, dan penggunaan air irigasi.
 Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di
bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan
sekunder.
 Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air
dengan jumlah tertentu dari jaringan primer atau jaringan
sekunder ke petak tersier.
8
Definisi dan Pengertian
 Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air
dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat
diperlukan.
 Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase,
adalah pengaliran kelebihan air yang sudah tidak
dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
 Daerah irigasi (D.I) adalah kesatuan lahan yang mendapat
air dari satu jaringan irigasi.
 Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang
diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
 Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi
yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer,
saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. 9
Definisi dan Pengertian
 Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi
yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan
bangunan pelengkapnya.
 Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun
dan dikelola oleh masyarakat desa atau pemerintah desa.
 Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang
berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam
petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter
dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta
bangunan pelengkapnya.
 Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang
bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung
dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air maupun
petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air (P3A). 10
Definisi dan Pengertian
 Perkumpulan petani pemakai air (P3A) adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani
pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang
dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis,
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
 Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi
dan komunikasi antara wakil pemerintah kabupaten/kota,
wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi,
dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
 Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan
jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi
yang sudah ada.
 Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi
operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di
daerah irigasi.
11
Definisi dan Pengertian
 Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi
dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup
pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,
menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian
air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan
data, memantau, dan mengevaluasi.
 Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi
dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
 Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan
jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan
irigasi seperti semula.

12
Definisi dan Pengertian
 Prasarana Irigasi adalah saluran dan bangunan irigasi yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air ke lahan sawah.
 Sarana Irigasi adalah peta daerah irigasi, skema jaringan
irigasi, skema bangunan, skema operasi irigasi dan sosio hidro.
 Skema D.I. adalah gambar sketsa yang menggambarkan/
menunjukkan jumlah bangunan bagi/sadap, luas tiap petak
tersier, luas ruas saluran sekunder/primer, letak bangunan
pengambilan, serta panjang dan debit saluran.
 Skema bangunan adalah gambar sketsa jumlah saluran, jumlah
bangunan yang ada pada daerah irigasi.
 Peta iktisar adalah peta pembagian petak yang merupakan
pembesaran dari peta petak.
 Bangunan utama adalah bangunan pengambilan/ penampung-
an air yang berfungsi menyadap air pada sumbernya yang
digunakan untuk irigasi (bendungan, bendung, free intake,
13
stasion pompa)
Irigasi skala besar aliran gravitasi, Bendung dan Saluran Pembawa
El. Permukaan sawah Permukaan
tanah sawah

El. Permukaan air

Permukaan
tanah sawah

KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi


KP – 02 Bangunan Utama (Bendung)
Kuliah Bangunan Air KP – 03 Saluran
KP - 02 KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran.
Sawah

Sungai
16
Bangunan Bagi - 1

Pembilas Kantong
Lumpur

Bangunan
Pengambilan

Bangunan Bagi - 1
Jaringan Irigasi dan Daerah Irigasi (D.I)
Bendung, Petak Sawah dan Bangunan Bagi dan Bangunan
Bagi Sadap
Lay Out Bendung Barang
Skema Irigasi Bendung Barang
Skema Bangunan Bendung Barang
25
26
PP No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi
Struktur PP No. 20 Tahun 2006 sebagai berikut:
 Bab I Ketentuan Umum
 Bab II Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
 Bab III Kelembagaan Pengelolaan Irigasi
 Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab
 Bab V Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pengembangan
dan Pengelolaan Sistem Irigasi
 Bab VI Pemberdayaan
 Bab VII Pengelolaan Air Irigasi
 Bagian -1 Pengakuan atas Hak Ulayat
 Bagian -2 Hak Guna Air untuk Irigasi
 Bagian -3 Penyediaan Air Irigasi
 Bagian -4 Pengaturan Air Irigasi
 Bagian -5 Drainase
 Bagian -6 Penggunaan Air Irigasi Langsung dari Sumber Air
PP No. 20 Tahun 2006
Struktur PP No. 20 Tahun 2006 sebagai berikut:
 Bab VIII Pengembangan Jaringan Irigasi
 Bagian – 1 Pembangunan Jaringan Irigasi
 Bagian – 2 Peningkatan Jaringan Irigasi
 Bab IX Pengelolaan Jaringan Irigasi
 Bagian – 1 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
 Bagian – 2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi
 Bab X Pengelolaan Aset Irigasi
 Bab XI Pembiayaan
 Bab XII Alih Fungsi Lahan Beririgasi
 Bab XIII Koordinasi Pengelolaan Sistem Irigasi
 Bab XIV Pengawasan
 Bab XV Ketentuan Peralihan
 Bab XVI Penutup
Bab II Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi bertujuan
mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian.
 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan
lingkungan hidup,transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan
dengan pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan
pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air
tanah secara terpadu dengan mengutamakan pendayagunaan
air permukaan.
 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan
dengan prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan
pengembangan dan pengelolaan, dengan memperhatikan
kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
di bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras.
yang warna merah itu yang
utama
Bab III Kelembagaan Pengelolaan Irigasi
 Untuk mewujudkan tertib pengelolaan jaringan irigasi yang
dibangun pemerintah dibentuk kelembagaan pengelolaan
irigasi.
 Kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi instansi pemerintah
yang membidangi irigasi, perkumpulan petani pemakai air, dan
komisi irigasi.
 Petani wajib membentuk P3A secara demokratis pada setiap
daerah layanan/petak tersier atau desa.
 P3A dapat membentuk Gabungan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (GP3A) pada daerah layanan/blok sekunder,
gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.
 GP3A dapat membentuk Induk Perkumpulan Petani Pemakai
Air (IP3A) pada daerah layanan/blok primer, gabungan
beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi.
Bab III Kelembagaan Pengelolaan Irigasi
 Komisi Irigasi dibentuk untuk mewujudkan keterpaduan
pengelolaan sistem irigasi pada setiap provinsi dan
kabupaten/kota.
 Dalam sistem irigasi lintas provinsi, dapat dibentuk komisi
irigasi antarprovinsi
 Dalam sistem irigasi yang multiguna, dapat diselenggarakan
forum koordinasi daerah irigasi.
 Komisi irigasi kabupaten/kota dibentuk oleh bupati/walikota
 Keanggotaan komisi irigasi terdiri dari
 Wakil pemerintah kabupaten/kota dan
 Wakil nonpemerintah yang meliputi wakil perkumpulan
petani pemakai air dan/atau wakil kelompok pengguna
jaringan irigasi dengan prinsip keanggotaan proporsional
dan keterwakilan.
Bab III Kelembagaan Pengelolaan Irigasi
 Komisi irigasi kabupaten/kota membantu bupati/walikota
dengan tugas:
a. merumuskan kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
b. merumuskan pola dan rencana tata tanam pada daerah
irigasi dalam kabupaten/kota;
c. merumuskan rencana tahunan penyediaan air irigasi;
d. merumuskan rencana tahunan pembagian dan pemberian
air irigasi bagi pertanian dan keperluan lainnya;
e. merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan
irigasi; dan
f. memberikan pertimbangan mengenai izin alih fungsi lahan
beririgasi.
Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab
 Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah antara lain:
a. menetapkan kebijakan nasional pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi;
b. menetapkan status daerah irigasi yang sudah dibangun;
c. melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan
sekunder pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi
lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional;
d. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder
pada daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 ha atau pada
daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan
daerah irigasi strategis nasional;
Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab
 Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi
antara lain:
a. menetapkan kebijakan provinsi dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional dengan mempertimbangkan kepentingan
provinsi sekitarnya;
b. melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan
sekunder pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota;
c. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder
pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan
3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat lintas
kabupaten/kota;
Bab VII Pengelolaan Air Irigasi
 Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai air untuk
irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi.
 Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan untuk pertanian
rakyat.
 Hak guna usaha air untuk irigasi diberikan untuk keperluan
pengusahaan di bidang pertanian.
Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab
 Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota antara lain:
a. menetapkan kebijakan kabupaten/kota dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi berdasarkan
kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
nasional dan provinsi dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya;
b. melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan
sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota;
c. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan
sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota
yang luasnya kurang dari 1.000 ha;
Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab
 Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat Petani al:
a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
tersier;
b. memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan,
pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau
saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan
pendekatan partisipatif.
 Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen
irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya
manusia.
 Dengan demikian irigasi terdiri atas lima (5) pilar irigasi, yaitu:
1. Ketersediaan air;
2. Infrastruktur;
3. Pengelolaan irigasi;
4. Institusi irigasi; dan
5. Manusia pelaku.
 Pada prinsipnya irigasi adalah upaya manusia untuk
mengambil air dari sumber air, mengalirkannya ke dalam
saluran, membagikan ke petak sawah, memberikan air pada
tanaman, dan membuang kelebihan air ke jaringan pembuang.

38
 Pemberian air irigasi harus sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan prinsip Waktu RUaNG JumlAh MUtu (WARUNG
JAMU) sebagai berikut:
 Waktu : setiap fase tanaman pertumbuhan (fase pengolahan tanah,
pertumbuhan dan panen) mempunyai kebutuhan air yang berbeda.
 Tempat/Ruang: setiap daerah irigasi mempunyai karakteristik kebutuhan
air yang berbeda tergantung dari jenis tanah dan iklim (evapotranspirasi
dan curah hujan efektif), serta kehilangan air di saluran.
 Jumlah: setiap daerah irigasi memiliki luas dan usaha tani yang berbeda.
 Mutu : air irigasi harus memenuhi standar mutu irigasi (contoh: salinitas
yang sangat rendah).
 Sistem irigasi dibangun dan dikelola oleh manusia untuk tujuan
kesejahteraan manusia, sehingga manusia merupakan unsur
utama dalam pembangunan dan pengelolaan irigasi.
 Secara fisik sistem irigasi dinyatakan dalam dua pengertian,
yaitu jaringan irigasi dan daerah irigasi.
 Secara fungsional jaringan irigasi dibedakan menjadi empat
komponen utama, yaitu bangunan, saluran pembawa, saluran
39
pembuang dan petak yang diairi.
 Jenis irigasi di Indonesia:
1. Irigasi permukaan: adalah sistem irigasi dimana air digenangkan pada
tanaman dan dialirkan lewat permukaan tanah, misalnya sistem irigasi
pada sawah. Sistem irigasi ini dilakukan oleh sebagian besar petani
dalam budidaya pada sawah.

2. Irigasi air tanah: adalah sistem irigasi dimana sumber airnya dari
bawah tanah dan dialirkan jaringan irigasi permukaan atau perpipaan
dengan menggunakan pompa. Sistem irigasi ini dilakukan pada daerah
yang air permukaannya sangat terbatas.

40
3. Jaringan irigasi pompa: adalah sistem irigasi permukaan yang
pengambilan airnya di sungai atau sumber lainnya dengan menggunakan
pompa air.

41
4. Jaringan irigasi rawa : adalah sistem irigasi permukaan yang
pengambilan airnya dari rawa.

5. Jaringan irigasi tambak : adalah sistem irigasi untuk keperluan


budidaya tambak ikan.

42
Permen PU No. 30 tahun 2007
Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif

Struktur Permen PU No. 30 tahun 2007


Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif
 Bab I Ketentuan Umum
 Bab II Prinsip Partisipasi
 Bab III Partisipasi Masyarakat Petani/P3A/GP3A/IP3A Dalam
Pengembangan Sistem Irigasi
 Bagian - 1 Sosialisasi dan Konsultasi Publik
 Bagian - 2 Survei, Invesigasi, dan Desain
 Bagian - 3 Pengadaan Tanah
 Bagian - 4 Pelaksanaan Konstruksi
 Bagian - 5 Persiapan dan Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
 Bab IV Partisipasi Masyarakat Petani/P3A/GP3A/IP3A Dalam
Pengelolaan Sistem Irigasi
 Bagian - 1 Umum
 Bagian - 2 Operasi Jaringan Irigasi
 Bagian - 3 Pemeliharaan Jaringan Irigasi
 Bagian - 4 Pengamanan Jaringan Irigasi
 Bagian – 5 Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Permen PU No. 30 tahun 2007
Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif

Struktur Permen PU No. 30 tahun 2007


 Bab V Persyaratan dan Tata Laksana Partisipasi
 Bagian - 1 Persyaratan Partisipasi
 Bagian - 2 Tata Laksana Partisipasi
 Bab VI Pemantauan (Monitoring) dan Evaluasi
 Bab VII Pengawasan
 Bab VIII Ketentuan Peralihan
 Bab IX Ketentuan Penutup
Permen PUPR No. 17 tahun 2015
Komisi Irigasi
Struktur Permen PUPR No. 17 tahun 2015
 Bab I Ketentuan Umum
 Bab II Ruang Lingkup Pengaturan
 Bab III Kedudukan, Wilayah Kerja, Tugas, dan Fungsi
 Bagian - 1 Komisi Irigasi Provinsi
 Bagian - 2 Komisi Irigasi Antarprovinsi
 Bagian - 3 Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
 Bab IV Susunan Organisasi, Keanggotaan dan Tata Kerja
 Bab V Prosedur Pemilihan dan Penetapan Komisi Irigasi
 Bab VI Hubungan Kerja Antarkomisi Irigasi
 Bab VII Pembiayaan
 Bab VIII Ketentuan Peralihan
 Bab IX Ketentuan Penutup
51
Rapat KOMIR 52
Permen PUPR No 12 tahun 2015
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Struktur Permen PUPR No. 12 tahun 2015
 Bab I Ketentuan Umum
 Lampiran – I Penyelenggaraan Operasi Jaringan Irigasi
 Bab I Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
1.1. Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
1.2. Data Pendukung Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
1.3. Peran Serta P3A Dalam Operasi Jaringan Irigasi

 Bab II Tata Cara Operasi Jaringan Irigasi


2.1. Perencanaan Operasi Jaringan Irigasi
2.2. Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi
2.3. Pemanfaatan Sumber Lain
2.4. Monitoring dan Evaluasi

 Bab III Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia


3.1. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Dalam Kegiatan Operasi Yang Berada di Lapangan
3.2. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi & Pemeliharaan
3.3. Persyaratan Petugas Operasi dan Pemeliharaan
3.4. Tugas Pokok dan Fungsi P3A Dalam Operasi Jaringan Irigasi
Permen PUPR No 12 tahun 2015
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
 Lampiran – II Penyelenggaraan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
 Bab I Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
1.1. Data Pendukung Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
1.2. Jenis-jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi
1.3. Peran Serta P3A Dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi
 Bab II Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi
2.1. Inventarisasi Jaringan Irigasi
2.2. Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
2.3. Pelaksanaan Pemeliharaan
2.4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
2.5. Indikator Keberhasilan Kegiatan Pemeliharaan
 Bab III Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
3.1. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Pemeliharaan Yang Berada di Lapangan
3.2. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi & Pemeliharaan
3.3. Kompetensi Petugas Pemeliharaan
PEMELIHARAAN SALURAN IRIGASI
PENDAHULUAN
 Definisi Irigasi:
 Menurut UU No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi : Irigasi
adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan
air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
 Menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air,
(2009) : Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan
pembuatan bangunan air untuk menunjang usaha
pertanian, termasuk di dalamnya tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan.
 Definisi Umum : Irigasi merupakan upaya pemberian air
buatan untuk keperluan pertanian.
PENDAHULUAN
 Tujuan Irigasi antara lain:
 Memasok kebutuhan air tanaman
 Menjamin ketersediaan air apabila pada saat hujan kurang
 Mengatur temperatur tanah
 Memupuk atau merabuk tanah
 Mengurangi kerusakan tanaman akibat frost
 Memperbaiki struktur tanah
 Mencegah tumbuhnya rumput liar di lahan pertanian
 Kolmatase (penimbunan secara hidraulis)
 Melunakkan lapis keras tanah pada saat pengolahan tanah.
 Fungsi Irigasi:
 Memberikan air yang dibutuhkan tanam,
 Membuang air yang berlebih (drainase)
PENDAHULUAN
 Air merupakan komponen penting bagi tumbuhan.
Kekurangan air mengakibatkan terganggunya morfologi
dan proses fisiologi tanaman. Masalah kekurangan air
timbul akibat siklus hidrologi di alam yang tidak merata.
Sejarah Irigasi
 Penelitian Arkeologi telah menunjukkan bahwa Irigasi
telah dikenal sejak zaman Mesir Kuno, diperlukan saat
hujan tidak mencukupi kebutuhan tanaman.
 Irigasi yang kontinu telah dipraktekkan di Lembah
Mesopotamia dimana tanaman diairi secara reguler
melalui jalur-jalur saluran yang dibentuk di lahan
pertanian.
 Bangsa Mesir Kuno telah mempraktekkan Basin
Irrigation menggunakan banjir Sungai Nil untuk
menggenangi lahan yang dikelilingi tanggul. Air banjir
ditahan sampai sedimen yang subur mengendap
kemudian kelebihan air dibuang kembali ke badan air.
Sejarah Irigasi
 Terdapat bukti peninggalan bahwa pada zaman Fir’aun
Amenemhet III pada dinasti ke 12 (sekitar tahun 1800
SM) menggunakan danau Faiyum Oasis sebagai
tampungan untuk menyimpan kelebihan air yang
digunakan di musim kemarau. Danau ini akan diisi oleh
air banjir dari Sungai Nil.
 Irigasi terasering dijumpai di Columbia Amerika, Syria,
India, dan China. Di dalam Lembah Zana di Pegunungan
Andes Peru ditemukan 3 saluran irigasi dari zaman
Milenium ke 4 SM dan ke 3 SM dan abad ke 9 M.
Saluran-saluran ini merupakan catatan awal dari irigasi
Dunia Baru.
Sejarah Irigasi
 Sistem irigasi dan tampungan yang canggih telah dibangun oleh
penduduk di Lembah Indus (Pakistan dan India), termasuk
tampungan di Girnar pada tahun 3.000 SM dan sistem saluran
yang lebih baru dari tahun 2.600 SM.
 Sistem irigasi di Sri Langka yang dibangun pada tahun 300 SM
pada zaman Raja Pandukabhaya yang kemudian dikembangkan
terus selama ribuan tahun, merupakan salah satu sistem irigasi
yang paling komplek dari zaman kuno.
 Saluran irigasi di bawah tanah ditemukan di negara Jordania
dekat perbatasan Syria. Dibuat pada zaman Romawi kuno atau
sebelum kelahiran Nabi Isa a.s . Sebanyak 600.000 meter kubik
batu digunakan untuk membangun saluran air dimulai dari Syria
yang merentang sepanjang 64 Km di bawah tanah sebelum
keluar permukaan dalam tiga tahap sepanjang 94 Km.
Digunakan untuk mengairi perkebunan saat itu, dan Selesai
pada tahun 129 SM.
Sejarah Irigasi di Indonesia
 Di Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak
zaman nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat juga dari cara
bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian
untuk dialirkan ke sawah.
 Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan
dialirkan dengan bambu yang bersambung.
 Ada juga dengan membawa dengan ember yang terbuat dari
daun pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke
sawah dengan ember daun pinang juga.
 Di Bali, irigasi juga sudah ada sebelum tahun 1343 M, hal ini
terbukti dengan adanya sedahan atau disebut juga petugas
yang melakukan koordinasi atas subak-subak dan mengurus
pemungutan pajak atas tanah wilayahnya.
Sejarah Irigasi di Indonesia
 Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam
melaksanakan Tanam Paksa (Cultuurstelsel) pada tahun
1830.
 Pembangunan irigasi di Hindia Belanda dimulai dengan
adanya kelaparan karena gagal panen tahun 1848/49 sekitar
200.000 orang meninggal dunia di Demak (Van der Giessen,
1946), sehingga pada tahun 1859 dibangun Bendung Glapan
di S. Tuntang untuk mengairi sawah selluas 12.000 ha.
 Awal abad ke 20 lahir "politik etis" yang intinya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi
diprogramkan 3 hal yakni: (1) IRIGASI, (2) EDUKASI dan (3)
TRANSMIGRASI. Selain irigasi yang dibangun pemerintah
pada tahun 1914, sudah ada sawah beririgasi yang dibangun
masyarakat seluas 2/3 dari total sawah beririgasi.
Sejarah Irigasi di Indonesia
 Ada dua prinsip utama dalam pengelolaan irigasi:
 Pekalen Regeling: sistem pengelolaan yang didasarkan pada
pola tanam (cultuur plan) yang ditetapkan sebelumnya. Air
irigasi diperlukan untuk mendukung terlaksananya pola
tanam yang dikehendaki, suatu prinsip klasik tentang azas
kegunaan.
 Pategoean Regeling: mengadopsi prinsip pengelolaan air
pada daerah irigasi yang dibangun masyarakat sendiri yaitu
alokasi air berdasarkan kesamaan kesempatan, sedangkan
pola tanam diserahkan sendiri pada masyarakat.
Pada masa penjajahan untuk kepentingan kolonial maka
dipilih yang pertama dengan turunannya sistem Golongan,
Sistem Pasten dll
Sejarah Irigasi di Indonesia
 Sistem irigasi saat itu telah mengenal saluran primer,
sekunder, ataupun tersier. Tetapi sumber air belum memakai
sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika Serikat. Air
disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem irigasi
terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, dimana
para petani diharuskan membayar uang iuran sewa
pemakaian air untuk sawahnya.
 Tennessee Valley Authority (TVA) yang diprakasai oleh
Presiden AS Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933,
merupakan salah satu Waduk Serba Guna yang pertama
dibangun di dunia. Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930
melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu
model dalam membangun kembali ekonomi Amerika Serikat.
 Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi,
pengendalian banjir, pencegahan malaria, reboisasi, dan
kontrol erosi, sehingga di kemudian hari, Proyek TVA menjadi
salah satu model dalam menangani hal yang mirip.
85
86
87
Kentucky Dam is 22 miles upstream from the confluence of the Tennessee River with
the Ohio. The dam is the longest in the TVA system, and the reservoir—which
stretches for 184 miles across Kentucky and Tennessee—is the largest in the
eastern U.S.

88
89
Sejarah Irigasi di Indonesia
 Sejak Pelita I: komitmen rehabilitasi dan perluasan irigas
dipacu oleh kepentingan mencapai swasembada beras,
dengan bantuan kredit lunak dari IDA (International
Development Agency).
 Pada kurun waktu 1969-1984: Areal Irigasi seluas 3,4 juta
hektar dalam kondisi rusak menjadi 5,0 juta hektar kondisi
baik. Intensitas Pertanaman meningkat dari 100% menjadi
145%. produktivitas naik lebih dari 2 kali lipat (2 ton GKG/ha -
4,3 ton GKG/ha).
 Swasembada beras dicapai tahun 1984 - 1993, dan kembali
swasembada beras tahun 2004-2006. Swasembada beras
tersebut dapat dicapai dengan pengelolaan irigasi yang baik
dan teknik budidaya tanaman padi yang diterapkan petani
sesuai anjuran serta dukungan dari berbagai pihak yang
terkait.
Sejarah Irigasi di Indonesia
 Proyek Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip
dengan TVA di AS tersebut.
 Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten
Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu
dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan
panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai
dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis,
dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun
dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
 Manfaat waduk serbaguna Jatiluhur yaitu :
 Irigasi seluas 257.948 ha, di Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, dan
Indramayu
 Pengendalian banjir di sepanjang pantai utara Jawa Barat dari Bekasi sampai
Indramayu
 Pembangkit energi listrik sebesar 600.000 MWh/tahun, dengan 5 buah turbin
terpasang masing-masing 25 MW, sekarang telah ditingkatkan menjadi 6 buah
turbin, Unit I s.d V masing-masing 32,5 MW dan Unit VI 30 MW.
 Air baku untuk air bersih Kota Jakarta sebesar 16,10 m3/det.
Citarum Kaskade
BENDUNGAN JATILUHUR
BENDUNGAN CIRATA
BENDUNGAN SAGULING 97
SKEMA SUMBER AIR JATILUHUR
Sumber Air Irigasi
 Guna keperluan pertanian dibutuhkan banyak sekali air
terutama untuk tanaman padi meskipun padi bukan termasuk
tanaman air, namun selama tumbuhnya tanaman padi banyak
sekali memerlukan air.
Sumber Air Irigasi
 Sumber air untuk irigasi antara lain adalah:
 Sungai
Pengambilan air dari sungai guna keperluan pertanian pada
umunya lebih baik, karena air sungai lebih banyak mengandung
lumpur yang berguna bagi hidupnya tanaman, kecuali untuk
keperluan pengairan air sungai dapat dimanfaatkan untuk
keperluan lain misalnya untuk membangkit tenaga
listrik,industri,perikanan,keperluan sehari-hari.
 Danau
Danau merupakan kekayaan alam dimana airnya dapat
dimanfaatkan guna keperluan pengairan hanya saja karena air
danau tidak dapat dipakai untuk menambah adanya pupuk
tanah. Kecuali untuk pertanian danau juga dapat dimanfaatkan
untuk keperluan perikanan, pariwisata dan lain-lain.
 Mata Air
Mata air yang berasal dari air tanah sering pula digunakan
sebagai sumber air untuk irigasi, air bersih dll.
Sumber Air Irigasi
 Sumber air untuk irigasi antara lain adalah:
 Waduk
Waduk merupakan salah satu sumber air guna keperluan pengairan.
Waduk dibuat oleh manusia dan airnya di ambil dari sungai di kanan
kirinya, kecuali untuk keperluan pengairan waduk juga untuk digunakan
sebagai pembangkit istrik, perikanan, pariwisata dan pengendalian banjir.
Waduk merupakan suatu tandon air dengan permukaan yang lebih tinggi
(menaikkan permukaan air).
 Sumur/Air Tanah
Sumur merupakan sumber air bilamana pengairan sungai tidak ada. Cara
mengambil air di sumur tersebut dengan timba atau dengan pompa.
 Hujan
Air yang diperoleh dari bermacam-macam sumber tersebut sebenarnya
semuanya berasal dari satu sumber yakni ait hujan, di mana air hujan
meresap ke dalam tanah dan terjadi mata air , mata air dapat
menimbulkan terjadinya danau maupun sungai. Adanya hujan sangat
diprngaruhi oleh adanya iklim dan musim.
Irrigated area

IRIGASI SEBAGAI BAGIAN DAUR HIDROLOGI


Jenis Irigasi
Jenis-jenis irigasi adalah
 Irigasi Tradisional Dengan Ember
 Irigasi Dengan Penyemprotan
 Irigasi Lokal
 Irigasi Permukaan
 Irigasi Pompa Air
 Irigasi Pasang Surut
 Irigasi Tanah Kering
 Irigasi Tetes (drip irrigation)
 Irigasi Curah (sprinkler irrigation)
 Irigasi Saluran Terbuka (open ditch irrigation)
 Irigasi Bawah Permukaan (subsurface irrigation)
Irigasi Permukaan
Irigasi Pompa
Irigasi Tetes (drip irrigation)
Irigasi Curah (sprinkler irrigation)
Pemberian Air Irigasi
Cara pemberian air irigasi kepada tanaman pertanian pada
dasarnya dapat dibagi menjadi 3 macam:
 Pemberian air pada permukaan tanah (Surface Irrigation)
 Pemberian air di bawah permukaan tanah (Sub Surface
Irrigation).
 Pemberian air di atas permukaan tanah (Overhead Irrigation)
Pemberian Air Pada Permukaan Tanah
Dilakukan dengan mengalirkan air pada permukaan tanah,
di mana air tersebut akan meresap ke dalam tanah dengan
proses infiltrasi.
Ada 4 macam pemberian air pada permukaan tanah:
 Irigasi Alur (Furrow Irrigation), cocok untuk tanaman jagung,
tebu, kentang, tomat, dan buah-buahan. Kemiringan alur
minimum 0,05 %, sebaiknya 2 – 3 %. Jarak alur satu dengan
yang lainnya berkisar antara 0,3 – 2 m.
Pemberian Air Pada Permukaan Tanah
 Irigasi Gelombang (Corrugation Irrigation), sama dengan
irigasi alur, hanya lebih rendah dan lebar, dibuat
menggelombang. Cocok untuk tanaman padi-padian atau
rumput-rumputan.
 Irigasi Penggenangan Petak Jalur (Border Strip Irrigation)

 Irigasi Genangan (Check atau Basin Irrigation), Cocok


untuk tanaman padi-sawah.
Pemberian Air Di Bawah Permukaan
Pemberian air di bawah permukaan tanah dilakukan dengan
memasukkan air ke dalam tanah untuk meninggikan muka
air tanah agar lapisan akar mendapat air melalui gaya
kapiler.
Pemberian Air Di Atas Permukaan Tanah
Pemberian air di atas permukaan tanah diberikan dengan
siraman atau tetesan.
 Irigasi Siraman
 Siraman dengan Gembor, air irigasi diberikan dengan cara
siraman seperti air hujan. Cara ini lebih efektif, karena
kehilangan air lewat perkolasi dapat dikurangi dan pemberian air
dapat lebih merata.
 Siraman dengan Sprinkler, siraman dilakukan melalui air yang
mengalir dalam pipa dengan tekanan tinggi yang diujungnya
dipasang nozzle.
 Irigasi Tetesan
Dilakukan dengan tetesan air (drip irrigation) seperti cara
sprinkler, tetapi disini di ujung pipa air tidak memancar tetapi
menetes. Cocok untuk tanaman buah-buahan dan sayuran
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Lebih efektif dan
efisien, karena daerah basah hanya di bagian akar tanaman
saja.
JARINGAN IRIGASI
 Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi,
manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan
sumber daya manusia.
 Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air
dari satu jaringan irigasi.
 Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan
bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan
yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
JARINGAN IRIGASI
 Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi
yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer,
saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
 Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan
irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran
pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
JARINGAN IRIGASI
 Bangunan :
 Bangunan Utama
 Bangunan Bagi
 Bangunan Sadap
 Bangunan Bagi Sadap
 Bangunan Pengatur Muka Air
 Bangunan Pembawa
 Bangunan Pembuang dan Penguras
 Bangunan Pengukur Debit
 Bangunan Drainase
 Bangunan Pelengkap
JARINGAN IRIGASI
 Saluran :
 Saluran Pembawa
 Saluran Pembuang
 Saluran Pengendap Lumpur
TINGKAT-TINGKAT JARINGAN IRIGASI
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam
tiga tingkatan yakni:
 Sederhana
 Semiteknis, atau
 Teknis.
Ketiga tingkatan tersebut diperlihatkan pada Tabel dan Gambar
berikut
Irigasi Sederhana
 Pembagian air tidak diukur atau diatur,
 Air lebih akan mengalir ke saluran pembuang,
 Sistemnya sederhana, tidak diperlukan keterlibatan
Pemerintah,
 Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan
berkisar antara sedang sampai curam,
 Jaringan ini mempunyai kelemahan:
 Terjadi pemborosan air,
 Air terbuang pada daerah tinggi, buangan tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur,
 Terdapat banyak penyadapan, setiap desa punya penyadapan,
tidak efisien,
 Bangunan pengelak tidak permanen, umurnya pendek.
Irigasi Semi Teknis
 Bendung merupakan bangunan permanen lengkap
dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur
di bagian hilirnya,
 Bisa pula dibangun bangunan permanen di jaringan
saluran,
 Saluran irigasi dan pembuang tidak seluruhnya terpisah,
 Sistem pembagian air sama dengan jaringan irigasi
sederhana,
 Pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah
yang lebih luas dari pada daerah layanan irigasi
sederhana,
 Sistem organisasinya lebih rumit, diperlukan keterlibatan
pemerintah
Irigasi Teknis
 Pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan
pembuang,
 Petak tersier menduduki fungsi sentral. Sebuah petak
tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas 50 – 150
ha.
 Pembagian air di petak tersier diserahkan kepada
petani,
 Keuntungan:
 Pembagian dan penggunaan air efisien,
 Eksploitasi lebih baik,
 Pemeliharaan lebih murah
 Kelemahan:
 Memerlukan manajemen pengelolaan yang rumit.
Jaringan Irigasi Teknis
 Petak Tersier
 Petak menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap tersier (dikelola Dinas Pengairan)
 Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan petak tersier menjadi
tanggung jawab petani.
 Faktor penentu ukuran petak : jumlah petani dalam satu petak, jenis
tanaman dan topografi.
 Di daerah yang ditanami padi, luas petak tersier 50 – 100 ha, kadang-
kadang sampai 150 ha.
 Batas petak tersier : parit, jalan, batas desa dan sesar medan (terrain
fault)
 Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing seluas
8 – 15 ha.
 Bila topografi memungkinkan, bentuk petak sebaiknya bujur sangkar
atau segi empat,
 Petak tersier harus berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer. Bisa pula terletak agak jauh shg diperlukan saluran
muka tersier (sebaiknya dihindari).
 Panjang saluran tersier sebaiknya < 1.500 m. Panjang saluran kuarter <
500 m.
Skema Lay Out Petak Tersier
Jaringan Irigasi Teknis
 Petak Sekunder
 Terdiri atas beberapa petak tersier yang dilayani oleh satu
saluran sekunder.
 Menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer
atau sekunder.
 Batas petak berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misalnya
saluran pembuang.
 Luas petak bisa berbeda-beda, tergantung situasi daerah.
 Saluran sekunder biasanya berupa saluran punggung, tetapi
dapat pula berupa saluran garis tinggi yang mengairi lereng
medan yang lebih rendah saja.
Jaringan Irigasi Teknis
 Petak Primer
 Terdiri atas beberapa petak sekunder yang mengambil air
langsung dari saluran primer.
 Petak dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air (sungai).
 Daerah sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani
dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder.
 Bila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.
Jaringan Irigasi Teknis - Bangunan
 Bangunan Utama
 Pengambilan Bebas
 Bendung atau Bendung Gerak
 Pengambilan dari Waduk
 Stasiun Pompa
 Jaringan Irigasi
 Saluran Irigasi
 Jaringan Irigasi Utama : saluran primer, sekunder, saluran
pembawa air irigasi dari sumber lain ke jaringan irigasi primer,
saluran muka tersier
 Jaringan Saluran Irigasi Tersier
 Saluran Pembuang
 Jaringan Saluran Pembuang Tersier
 Jaringan Saluran Pembuang Utama
Pengambilan Bebas Untuk Air Minum
Pengambilan Bebas Untuk Air Minum
Pengambilan Bebas Untuk Air Irigasi
Pengambilan Bebas Untuk Air Irigasi
Pengambilan Bebas Untuk Air Irigasi
Pengambilan Bebas Untuk Air Irigasi
Bendung Tetap
Tata Letak Bendung Manganti Banjar
Bendung Gerak Manganti
Bendung Gerak Manganti
Saluran Induk Kiri dan Kanan Bendung Manganti
Tata letak Bendung Gerak Rentang
Tata letak Bendung Gerak Rentang
Pengambilan Dari Waduk Batujai Lombok
Pengambilan Dari Waduk Batujai Lombok
Irigasi Dengan Pompa

Anda mungkin juga menyukai