BAB 4
A A S H T 0 ‘93
4.1. UMUM.
Pedoman ini meliputi beberapa modifikasi terhadap pedoman AASHTO 1972.
Analysis Period adalah periode waktu saat mana analisis dilakukan. Analysis Period analog
dengan Design Life.
Dulu, perkerasan secara tipikal didesain dan dianalisis untuk umur rencana 20 tahun. Sekarang
direkomendasikan untuk menggunakan umur analisis yang lebih panjang karena akan lebih
tepat jika mengevaluasi strategi jangka panjang berdasarkan “life-cycle costs”. Umur analisis
harus meliputi satu kali rehabilitasi.
4.2.2. LALU-LINTAS.
Prosedur desain untuk jalan raya (highway) dan jalan volume rendah didasarkan atas kumulatif
ekivalen beban sumbu tunggal 18 kip (ESAL) yang diharapkan selama umur analisis (W18).
Umumnya lalu-lintas yang diprediksi oleh perencana adalah kumulatif ESAL 18-kip per dua
arah, sedangkan perancang perkerasan membutuhkan jumlah sumbu pada lajur rencana.
Karena itu perancang harus mendistribusikan beban lalu-lintas pada masing-masing arah dan
pada lajur rencana.
W18 = DD x DL x W18
Dengan: DD = faktor distribusi arah (DD = 0,3 – 0,7), pada umumnya 0,5.
DL = faktor distribusi lajur.
W18 = jumlah lalu-lintas pada lajur rencana.
W18 = kumulatif ESAL-18 kip per dua arah selama periode analisis.
4.2.3. RELIABILITAS.
Konsep reliabilitas berdasarkan atas pemahaman bahwa di dalam proses desain telah
dipertimbangkan derajat kepastian (degree of certainty) agar lebih meyakinkan bermacam-
macam desain dapat memenuhi umur analisis. Untuk itu, maka telah dipersiapkan Tingkat
Reliabilitas (Level of Reliability) (R) untuk bermacam-macam kelas jalan.
Pemilihan PSI terendah yang diijinkan atau terminal serviceability index (p t) didasarkan atas
index terendah yang dapat ditoleransi sebelum rehabilitasi, resurfacing atau rekonstruksi
diperlukan.
pt > 2,5 diusulkan untuk jalan raya utama.
pt = 2,0 diusulkan untuk jalan raya dengan volume lalu-lintas rendah.
Kriteria lain untuk menetapkan pt minimum adalah penerimaan masyarakat (public acceptance).
Penelitian atas data AASHO Road Test menunjukkan hasil seperti Tabel 4.4.
Untuk Jalan Minor, yang didominasi faktor ekonomi, dianjurkan untuk menurunkan periode
desain atau volume lalu-lintas total daripada mendesain dengan pt kurang dari 2,0.
Dari AASHO Road Test : p0 = 4,2.
∑ u f = 3. 72 =0 .31
uf = n 12
Modulus Resilient Efektif Tanah Dasar, Mr = 5000 psi.
Koefisien struktur lapis permukaan beton aspal bergradasi rapat didasarkan atas modulus
elastis (resilient) (EAC) pada temperature 680 F (= 200 C). Direkomendasikan untuk berhati-hati
jika memakai nilai modulus yang lebih besar dari 450.000 psi. Meskipun modulus beton aspal
yang lebih besar akan menghasilkan beton aspal yang lebih kaku dan lebih tahan terhadap
lentur, namun bahan itu lebih peka terhadap temperatur dan retak kelelahan.
31
Koefisien Struktur lapis base dapat diestimasi dari empat hasil tes laboratorium atas material
base berbutir, termasuk diantaranya adalah modulus resilient. Hubungan antara koefisien lapis
base dengan modulus resilient dinyatakan sebagai berikut:
Jika digunakan material beraspal pada lapis base, maka koefisien struktur lapis base dapat
diestimasi dari modulus elastis, EBS, atau alternatif lain yaitu dari nilai stabilitas Marshall.
32
Koefisien Struktur lapis sub-base diestimasi seperti koefisien lapis base, yaitu dari empat hasil
tes laboratorium atas material sub-base berbutir, termasuk diantaranya adalah modulus
resilient.
Hubungan antara koefisien lapis sub-base dengan modulus resilient dinyatakan sebagai berikut:
4.4.3. DRAINASE.
Perancang dapat mengidentifikasi tingkat atau kualitas drainase yang diharapkannya dari satu
kondisi drainase tertentu yang dipilihnya.
Tingkat drainase yang diharapkan pada perkerasan lentur dicapai dengan memodifikasi
koefisien lapisan. Faktor untuk memodifikasi koefisien lapisan dinyatakan dengan nilai m i dan
diintegrasikan ke dalam persamaan SN sebagai berikut:
SN = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3.
SN = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3.
Dengan:
a.. = koefisien lapisan.
D..= tebal aktual.
m..= koefisien drainase.
Tebal lapisan perkerasan harus dibulatkan ke ½ inci terdekat dan dalam pemilihan nilainya
perlu mempertimbangkan keefektifan biaya konstruksi dan batasan-batasan pemeliharaan
untuk menghindarkan kemungkinan menghasilkan desain yang tidak praktis.
35
Dari sudut pandang keefektifan biaya, jika ratio biaya lapis 1 dan lapis 2 lebih kecil dari ratio
koefisien lapis dikalikan koefisien drainase 1 dan 2, maka desain ekonomis yang optimum
adalah desain yang menggunakan tebal base yang minimum.
Karena pada umumnya tidak praktis dan tidak ekonomis memakai tebal lapis permukaan, base
dan sub-base lebih kecil dari tebal minimum, maka berikut ini adalah tebal minimum praktis
untuk tiap lapis perkerasan.
Harus dipahami juga bahwa prosedur ini tidak boleh untuk menentukan nilai SN yang
diperlukan di atas material base dan sub-base yang mempunyai modulus resilient yang lebih
besar dari 40.000 psi. Untuk kasus tersebut, tebal lapisan di atas material bermodulus tinggi
harus dihitung berdasarkan efektifitas biaya dan pertimbangan tebal praktis minimum.
Tanah Dasar
36
SN 1
D1 ≥
SN 1 =a 1 D 1 ≥SN 1
¿
a1 >>>>>>> >>>>>>>
¿ ¿
SN 2 −SN 1 ¿
D2 ≥
SN 1 +SN 2 ≥SN 2
¿
a 2 m2 >>>>>>>>>
¿ ¿
SN 3 −( SN 1 + SN 2 )
¿ ¿
D3 ≥
¿
a3 m 3 .
Dengan:
a. a, D,m, dan SN adalah nilai minimum yang diperlukan.
b. Tanda bintang (*) pada D dan SN menyatakan nilai aktual.
1. Jika informasi beban sumbu bisa diperoleh dari stasion timbang yang diasumsikan mewakili
lalu-lintas untuk perkerasan yang akan didesain, faktor beban truk dapat dihitung langsung.
Sebagai contoh, asumsikan data pada Tabel 4.8 merupakan hasil penimbangan 165 truk
semi-trailer 5-sumbu pada suatu stasion timbang. Perlu dicatat bahwa faktor beban truk ini
didasarkan atas terminal serviceability pt = 2,5 dan angka struktur SN = 5,0.
SumbuTandem:
<6.000 0,0100 0 0,000
6.000 – 11.999 0,0100 14 0,140
12.000 – 17.999 0,0440 21 0,924
18.000 – 23.999 0,1480 44 6,512
24.000 – 29.999 0,4260 42 17,892
30.000 – 32.000 0,7530 44 33,132
32.001 – 32.500 0,8850 21 18,585
32.501 – 33.999 1,0020 101 101,202
34.000 – 35.999 1,2300 43 52,890
Total Ekivalen Beban Sumbu 18 kip = 255,151
Faktor Beban Truk = 255,151 / 165 = 1,5464.
37
2. Jika informasi beban tidak dapat diperoleh langsung dari stasion timbang, perlu
menggunakan nilai representatif bagi tiap-tiap kelas truk. Di sini, tidak ada penyesuaian
pelayanan ataupun tebal. Metode ini paling sering digunakan.
Jika contoh total ESAL desain pada Tabel 4.9 diasumsikan untuk jalan rural utama 4 lajur/2
arah, dan faktor distribusi arah dan distribusi lajur adalah 0,5 dan 0,9 berturut-turut, maka
estimasi lalu-lintas pada lajur rencana dihitung sebagai berikut:
0,5 x 0,9 x 43.772.314 = 19.697.541 ESAL 18 kip.