A. Pengenalan Laston
Laston atau aspal beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari
campuran agregat dengan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan, yang
dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu.
B. Metoda AASHTO93
Salah satu metoda perencanaan untuk tebal perkerasan jalan yang sering
digunakan adalah metoda AASHTO93. Metoda ini sudah dipakai secara umum di
seluruh dunia untuk perencanaan serta di adopsi sebagai standar perencanaan di
berbagai negara. Di Indonesia digunakan Metode Bina Marga yang yang merupakan
modifikasi dari metode AASHTO 1972 revisi 1983 .
Metoda AASHTO93 ini pada dasarnya adalah metoda perencanaan yang didasarkan
pada metoda empiris. Parameter yang dibutuhkan pada perencanaan menggunakan
metoda AASHTO93 ini antara lain adalah :
Dimana :
b. Lalu Lintas
Prosedur perencanaan untuk parameter lalu lintas didasarkan pada kumulatif beban
gandar standar ekivalen (Cumulative Equivalent Standard Axle, CESA). Perhitungan
untuk CESA ini didasarkan pada konversi lalu lintas yang lewat terhadap beban
gandar standar 8.16 kN dan mempertimbangkan umur rencana, volume lalu lintas,
faktor distribusi lajur, serta faktor bangkitan lalu lintas (growth factor).
c. Reliability
d. Faktor Lingkungan
Persamaan - persamaan yang digunakan untuk perencanaan AASHTO didasarkan
atas hasil pengujian dan pengamatan pada jalan percobaan selama lebih kurang 2
tahun. Pengaruh jangka panjang dari temperatur dan kelembaban pada penurunan
serviceability belum dipertimbangkan. Satu hal yang menarik dari faktor lingkungan
ini adalah pengaruh dari kondisi swell dan frost heave dipertimbangkan, maka
penurunan serviceability diperhitungkan selama masa analisis yang kemudian
berpengaruh pada umur rencana perkerasan.
e. Serviceability
Serviceability merupakan tingkat pelayanan yang diberikan oleh sistem perkerasan
yang kemudian dirasakan oleh pengguna jalan. Untuk serviceability ini parameter
utama yang dipertimbangkan adalah nilai Present Serviceability Index (PSI). Nilai
serviceability ini merupakan nilai yang menjadi penentu tingkat pelayanan
fungsional dari suatu sistem perkerasan jalan. Secara numerik serviceability ini
merupakan fungsi dari beberapa parameter antara lain ketidakrataan, jumlah
lobang, luas tambalan, dll.
Persamaan AASHTO93
Dari hasil percobaan jalan AASHO untuk berbagai macam variasi kondisi dan jenis
perkerasan, maka disusunlah metoda perencanaan AASHO yang kemudian berubah
menjadi AASHTO. Dasar perencanaan dari metoda AASHTO baik AASHTO72,
AASHTO86, maupun metoda terbaru saat sekarang yaitu AASHTO93 adalah
persamaan seperti yang diberikan dibawah ini:
Dimana:
jalan yang ada seperti Initial Present Serviceability Index (Po), Terminal
Serviceability Index (Pt), dan Failure Serviceability Index (Pf). Masing- masing
besaran ini nilainya tergantung dari klasifikasi jalan yang akan direncanakan
antara lain urban road, country road, dll.
d. Setelah itu tentukan reliability dan standard normal deviate. Kedua
besaran ini ditentukan berdasarkan beberapa asumsi antara lain tipe
perkerasan dan juga klasifikasi jalan.
e. Menggunakan data lalu lintas, modulus elastisitas tanah dasar serta
besaran - besaran fungsional Po, Pt, dan Pf serta reliability dan standard
normal deviate kemudian bisa dihitung Structural Number yang dibutuhkan
untuk mengakomodasi lalu lintas rencana. Perhitungan ini bisa menggunakan
grafik - grafik yang tersedia atau juga bisa menggunakan rumus AASHTO93
seperti yang diberikan pada Persamaan 2 diatas.
f. Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan pembentuk lapisan
perkerasan. Masing- masing tipe bahan perkerasan mempunyai koefisien
layer yang berbeda. Penentuan koefisien layer ini didasarkan pada beberapa
hubungan yang telah diberikan oleh AASHTO93.
g. Menggunakan keofisien layer yang ada kemudian dihitung tebal lapisan
masing- masing dengan menggunakan hubungan yang diberikan pada
Persamaan 1 diatas dengan mengambil koefisien drainase tertentu yang
didasarkan pada tipe pengaliran yang ada.
h. Kemudian didapat tebal masing- masing lapisan. Metoda AASHTO93
memberikan rekomendasi untuk memeriksa kemampuan masing- masing
lapisan untuk menahan beban yang lewat menggunakan prosedur seperti
yang diberikan pada langkah berikut ini:
Dimana:
ai = Koefisien layer masing - masing lapisan
Di = Tebal masing - masing lapisan.
SNi = Structural Number masing- masing lapisan.
Keterangan : D dan SN yang mempunyai asterisk (*) menunjukkan nilai aktual
yang digunakan dan nilainya besar atau sama dengan nilai yang dibutuhkan.
Jalan percobaan berlokasi di kampus UMY di jalan Lingkar Utara Yogyakarta. Jalan
percobaan ini direncanakan untuk lalu lintas sedang dengan nilai kumulatif beban
gandar standar ekivalen sebesar 300.000 ESA. Komposisi lapisan yang
direncanakan adalah sebagai berikut :
a. Lapisan aus terdiri dari AC WC dengan Modulus Elastisitas 2,000 MPa dan layer
coefficient a = 0.40.
b. Lapis pondasi beraspal terdiri dari AC Base dengan Modulus Elastisitas 1,500 MPa
dan layer coefficient a = 0.30.
c. Lapis pondasi berbutir terdiri dari Lapis Pondasi Atas dengan CBR 90% dan
Modulus Elastisitas 200 Mpa (dari hubungan CBR dan modulus di buku AASHTO93)
dan layer coefficient 0.13.
Hasil dari perencanaan tebal perkerasan untuk lalu lintas 300,000 CESA diberikan
pada Gambar 2 sedangkan hasil perhitungan secara tabelaris diberikan pada Tabel
1 berikut ini.
Aspal beton (Asphalt Concrete) di Indonesia dikenal dengan Laston (Lapisan Aspal Beton)
yaitu lapis permukaan struktural atau lapis pondasi atas. Aspal beton terdiri atas 3 (tiga) macam
lapisan, yaitu Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete- Wearing Course atau AC-WC), Laston Lapis
Permukaan Antara ( Asphalt Concrete- Binder Course atau AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (
Asphalt Concrete- Base atau AC-Base). Ketebalan nominal minimum masing-masing 4 Cm, 5
Cm, dan 6 Cm.
Gambar 1. Konstruksi Lapisan Pondasi Atas (Base), Lapisan Pengikat (Binder Course) dan
Lapisan Permukaan (Wearing Course)
Asphalt Concrete Wearing Course
Asphalt Concrete -Wearing Course merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan
berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya
tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa
pelayanan dari konstruksi perkerasan . Spesifikasi Umum Bina Marga, Divisi 6 dapat anda
download di Rak Kode.
Asphalt Concrete Binder Course
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (Wearing Course)
dan di atas lapisan pondasi (Base Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan
cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi
tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu
Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah
stabilitas.
Asphalt Concrete Base
Lapisan ini merupakan perkerasan yang terletak di bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan
tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk
menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Perbedaan terletak pada
jenis gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan. Menurut Departemen Pekerjaan Umum
(1983) Laston Atas atau lapisan pondasi atas ( AC- Base) merupakan pondasi perkerasan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan
dalam keadaan panas. Lapis Pondasi (AC- Base ) mempunyai fungsi memberi dukungan lapis
permukaan; mengurangi regangan dan tegangan; menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi
jalan di bawahnya (Sub Grade)
Setelah memahami hal diatas, pertanyaan selanjutnya adalah dimanakah letak lapisan
aspal beton pada struktur lapisan perkerasan lentur?
Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan roda serta
memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis dibawahnya dari rembesan air.
Sebagai Lapis pembentuk pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan dan
pemeliharaan jalan
Sesuai fungsinya maka lapis aspal beton atau perkerasan lentur mempunyai kandungan agregat
dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis pondasi, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah
cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan agak kasar
jika dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi sebagai lapis aus atau lapisan permukaan.
Dari uraian singkat diatas, kita dapat mencermati konstruksi perkerasan lentur di sekitar kita.
Apakah sudah sesuai dengan hal tersebut? Jangan-jangan setelah lapisan tanah dasar, hanya
dengan lapis pondasi bawah kemudian langsung ditimpa wearing course saja, tanpa ada lapisan
pondasi atas? Lebih parah lagi jika lapisan tanah dasar tidak distabilisasi dulu atau jangan-jangan
tanah dasar tidak dipadatkan? Baca juga artikel saya tentang stabilisasi tanah.Hal tersebut akan
mempercepat kerusakan pada konstruksi jalan. Faktor yang tak kalah pentingnya dalam
menentukan keawetan jalan pada umur layannya adalah ada tidaknya drainase di kanan kiri
konstruksi jalan tersebut.
Salah siapa? Pemerintah? Benarkah? Pihak Kontraktor yang mengerjakan? Benarkah? DPR
dalam menerikan nilai anggaran? Benarkah? Jangan-jangan ada pihak -pihak yang tidak
mengetahui teknis tetapi memberikan intervensi? Ada suatu lapisan konstruksi yang diabaikan,
asalkan jalan terlihat hitam dan halus saja tanpa mempertimbangkan umur konstruksi tersebut?
Siapakah itu? Mari saling menyadari bersama-sama. Kita benahi bersama, jangan biarkan hal
tersebut berkepanjangan.
penyebab kerusakan jalan. Pada tulisan saya kali ini mencoba membahas perkerasan lentur,
yaitu jalan aspal, lebih detailnya beton aspal (Asphalt Concrete)
Menurut Bina Marga (2007), Aspal beton merupakan campuran yang homogen antara
agregat (agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi atau filler) dan aspal sebagai
bahan pengikat yang mempunyai gradasi tertentu, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan
pada suhu tertentu untuk menerima beban lalu lintas yang tinggi.
Aspal beton (Asphalt Concrete) di Indonesia dikenal dengan Laston (Lapisan Aspal Beton)
yaitu lapis permukaan struktural atau lapis pondasi atas. Aspal beton terdiri atas 3 (tiga)
macam lapisan, yaitu Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete- Wearing Course atau AC-WC),
Laston Lapis Permukaan Antara ( Asphalt Concrete- Binder Course atau AC-BC) dan Laston
Lapis Pondasi ( Asphalt Concrete- Base atau AC-Base). Ketebalan nominal minimum masingmasing 4 Cm, 5 Cm, dan 6 Cm.
Gambar 1. Konstruksi Lapisan Pondasi Atas (Base), Lapisan Pengikat (Binder Course) dan
Lapisan Permukaan (Wearing Course)
Asphalt Concrete Wearing Course
Asphalt Concrete -Wearing Course merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas
dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat
menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan . Spesifikasi Umum Bina Marga,
Divisi 6 dapat anda download di Rak Kode.
Asphalt Concrete Binder Course
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (Wearing
Course) dan di atas lapisan pondasi (Base Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung
dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk
mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di
bawahnya
yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang terpenting pada
Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan roda
serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis dibawahnya dari rembesan
air.
adalah ada
Salah siapa? Pemerintah? Benarkah? Pihak Kontraktor yang mengerjakan? Benarkah? DPR
dalam menerikan nilai anggaran? Benarkah? Jangan-jangan ada pihak -pihak yang tidak
mengetahui teknis tetapi memberikan intervensi? Ada suatu lapisan konstruksi yang
diabaikan, asalkan jalan terlihat hitam dan halus saja tanpa mempertimbangkan umur
konstruksi tersebut?
Siapakah itu? Mari saling menyadari bersama-sama. Kita benahi bersama, jangan biarkan
hal tersebut berkepanjangan.
Note : Jadilah pembaca yang baik, jika anda menganggap tulisan saya bermanfaat silahkan
dicopy atau anda sebar luaskan. Tentunya tetap mencantumkan sumbernya. Hargailah
kekayaan intelektual seseorang, maka orang lain pun akan menghormati anda.
Sumber:
Departemen Pekerjaan umum, 1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas
(Laston Atas), Direktorat Jenderal Bina Marga.
Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi 6
Perkerasan Aspal, Pusjatan-Puslitbang Pekerjaan Umum.
2.
3.
4.
1.
a.
b.
c.
d.
Balok gelagar
e.
f.
Perletakan (rol dan sendi)Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas
suatu jembatan, berfungsimenampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan
orang, kendaraan, dll,kemudian menyalurkan pada bangunan bawah.
2.
a.
b.
a.
Bangunan atas
b.
Landasan
c.
Bangunan bawah
d.
Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas
ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential
settlement
pada
sistem
strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan
untuk
diselesaikan
secara
ekonomis
sesuai
dengan
jadwal
kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan
1.
Keadaan
2.
Batasan-batasan
akibat
konstruksi
3.
Keadaan
daerah
4.
5.
Waktu
Kokoh,
dan
kaku
biaya
dan
pekerjaan
kuat
Aspal Beton (Hotmix) secara luas digunakan sebagai lapisan permukaan konstruksi
jalan dengan lalu lintas berat, sedang, ringan, dan lapangan terbang, dalam kondisi
segala macam cuaca
Kelebihan Aspal Beton Hot Mix :
Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi
waktu.
Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air.
Dapat dilalui kendaraan setelah pelaksanaan penghamparan.
Mempunyai sifat flexible sehingga mempunyai kenyamanan bagi pengendara,
Pemeliharaan yang relative mudah dan murah.
Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa
terjadinya deformasi
Karakteristik Aspal
Definisi dan Komposisi
Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral. Bitumen
adalah bahan yang berwarna coklat hingga hitam, keras hingga cair mempunyai
sifat baik larut dalam Cs2 atau CCL4 dengan sempurna dan mempunyai sifat lunak
dan tidak larut dalam air, ter adalah bahan cair berwarna hitam tidak larut dalam
air, larut sempurna dalam Cs2 atau CCL4, mengandung zat-zat organik yang terdiri
dari gugusan aromat dan mempunyai sifat kekal.
Bitumen secara kimia terdiri aromat, Naphten dan alkan sebagai komponen
terpenting dan secara kimia fisika merupakan campuran colloid dimana butir-butir
yang merupakan komponen yang padat (disebut Asphaltene) berada dalam fase
cairan yang disebut Malten. Asphlatene terdiri campuran gugusan aromat Naphten
dan Alkan dengan berat molekul yang lebih tinggi, sedangkan Malten terdiri
campuran gugusan aromat. Napthen dan alkali dengan berat molekul yang lebih
rendah.
Jenis-Jenis Aspal
Aspal yang digunakan untuk bahan perkerasan jalan terdiri dari aspal alam
dan aspal buatan.
1.
Aspal alam
Tercampur dengan mineral di Pylau Buton, Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh :
Aspal buatan
Jenis ter dibuat dari proses pengolahan minyak bumi. Jadi bahan baku yang
dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung
aspal.
Ter merupakan hasil penyulingan batu bara tidak umum digunakan untuk
perkerasan jalan karena lebih cepat mengeras, peka terhadap temperature dan
beracun.
Aspal minyak bumi dengan bahan dasar dapat dibedakan atas :
a.
Aspal Keras
Aspal keras/panas (Asphalt Cement, Ac) adalah aspal yang digunakan dalam
keadaan cair dan panas, aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan
temperatur ruang (25oC 30oC). Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung
dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokan aspal
semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasan pada
temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai Visiositasnya.
Di Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasi.
AC per 40/50
AC per 60/70
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas (lalu
lintas dengan volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah bercuaca dengan lalu lintas ber volume rendah.
Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi (60/70
dan 80/100)
b.
Aspal Cair
Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan dengan minyak bumi, dengan demikian cut back aspal berbentuk cair
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair yang lebih kental
seperti minyak tanah.
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti
solar, aspal jenis ini merupakan cut back aspal yang paling lama menguap.
Berdasarkan jenis pelarut
3.
RC dari Ac + Premium
MC dari Ac + Bensin
SC dari + Solar
Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi
berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya aspal emulsi.
Dalam aspal emulsi Kationik dan anionic, kedua golongan tersebut masih
dipecahkan lagi menurut sifat labil sebagai berikut :
a. Kationik
Disebut juga aspal elmulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus
listrik negatif. Berdasarkan sifat labil dibedakan atas :
- (ML), labil Memisah dengan cepat, tidak dapat dipergunakan untuk campuran
sebelum dihampar.
- (MS) Agak Stabil, mempunyai
(MSK)
Bekerja
Cepat
menyebabkan
jenis
digunakan
untuk
pencampuran
ini
dengan
dapat
pekerja,
bantuan
dengan
batuan
c. Nonionik
Merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi berarti tidak menghantarkan
listrik. Selain pengelompokan menurut apa yang disebut di atas aspal emulsi dibagi
juga menurut viscositasnya. Berdasarkan geologi maka pembagian aspal emulsi
akan menyangkut kadar bitumen atau kadar air dan kandungannya karena kadar air
mempengaruhi viscositas.
-
(RS) Rapid Setting aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga
(SS) Slow Setting, jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap.
Aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai
berikut :
1.
Bahan Pengisi, mengisi rongga antar butir-bitir aggregat dan pori yang
4.
5.
Berdasarkan fungsi aspal tersebut maka aspal harus mempunyai daya tahan (tidak
cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan
memberikan sifat elastis yang baik.
Spesifikasi Aspal
a.
2. Aspal keras harus mempunyai sifat sejenis, bebas air dan tidak berbusa jika
dipanaskan sampai 175oC.
3. Kadar paraffin dalam aspal tidak melebihi 2 %
b.
Spesifikasi meliputi tiga mutu aspal cair RC 70, RC 250 fan RC 800
1. Aspal cair harus berasal dari hasil minyak bumi
2. Aspal harus mempunyai sifat sejenis, bebas air dan tidak berbusa jika di
panaskan
3. Jika dipakai menunjukkan pemisahan atau penggumpalan
4. Kadar paraffin dalam aspal tidak melebihi 2 %.
Perkerasan Jalan
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan
permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk
masa hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecilkecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi
b.
Konstruksi
perkerasan
kaku
(Rigid
pavement),
yaitu
perkerasan
yang
II.1.
2.2
Agregat
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
campuran, yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan, yang termasuk di
dalamnya antara lain pasir, kerikil, agregat pecah, trak dapur tinggi, abu (debu)
agregat. Agregat dibutuhkan pada lapisan struktur perkerasan karena merupakan
bahan utama pembuatan konstruksi perkerasan jalan dan juga merupakan bahan
yang paling dominan menghimpun kekuatan campuran untuk konstruksi jalan
(Sumber : Bambang Ismanto, Perancangan Perkerasan dan Bahan, hal 22) .
b.
batu (stone crusher). Pemecahan agregat ini bagi agregat yang berasal dari
gunung,maupun dari sungai antara lain :
>0,075
mm menurut AASTHO.
Abu batu mineral filler, agregat halus yang umumnya lolos saringan no. 200.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban
lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan
permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan
konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
1.
a.
Gradasi
b.
Ukuran maksimum
c.
Kadar lempung
d.
Bentuk butir
Tekstur permukaan
Kemampuan dilapisi aspal yang dengan baik, dipengaruhi oleh :
a.
Porositas
b.
Kemungkinan basah
c.
Jenis agregat
3.
a.
b.
2.3
Tidak higroskopis.
pengikat hidrolis yang dapat mengeras jika dicampur dengan air. Dalam proses
pemakaiannya misalnya pada pembuatan beton
semen dan air ), semen dan air akan mengalami proses kimia sedangkan pasir dan
kerikil pada dasarnya hanyalah bahan tambahan karena tidak bekerja aktif
didalamnya.
Penggunaan semen sebagai hasil produksi pabrik adalah :
1.
2.
3.
a.
Kelas I
Kelas II
hidrasi.
c.
Kelas III : Semen Portland yang penggunaannya memerlukan kekuatan pada fase
permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Kelas IV
e.
Kelas V
Jenis PC ini mengandung trikalsium aluminat (C3A )tidak lebih dari 5 % ditambah
dengan beberapa mineral aktif (10 15 % )yang berfungsi untuk mengikat
trikalsium aluminat, sebelum bereaksi dengan sulfat
2.
3.
4.
5.
Pembakaran
bahan
dasar
ini
dilakukan
tanpa
pengotoran
oleh
abu-abu
Aspal Minyak
Aspal minyak yaitu aspal yang dibuat/diperoleh dari residu pengilangan
minyak bumi, berwarna hitam terdiri dari hidrokarbon solid (asphaltene) dan
medium liquid
minyak bumi bergantung pada sifat alam crude oil, karena aspal merupakan fraksi
berat yang tidak bisa diuapkan atau didestilasi.
Aspal minyak merupakan bahan hasil tambahan dari penyulingan (destilasi)
minyak bumi. Prosesnya dimulai dari minyak mentah yang dikeluarkan dari bumi,
dipanasi pada suhu 550oF. Kemudian karena pendinginan bertingkat akan didapat
beberapa jenis minyak sedang sisa endapannya (residu) diantaranya didapat aspal.
(Sumber: Bambang IsmantoPerancangan Perkerasan dan Bahan, hal 3).
Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas :
Aspal cement atau biasa disebut aspal keras atau aspal panas adalah aspal murni
yang biasa disingkat dengan AC
Menurut derajat kekerasannya, aspal semen yang umumnya dipergunakan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
penyulingan minyak bumi. Aspal cair ini tidak segera mengeras sehingga lebih
mudah disemprotkan dan mempunyai cukup waktu untuk berpenetrasi atau
meresap pada celah-celah batuan.
Aspal cair sangat dipengaruhi oleh bahan pencair yang dipakai dan cepatnya
menguap serta perubahan kekentalan akibat perubahan temperatur.
Apabila bahan pencair digunakan premium atau bensin, aspal tersebut
dinamakan Rapid Curing (RC). Bila bahan pencair yang dipakai lebih kental, seperti
minyak tanah maka aspal disebut Medium Curing (MC). Bila bahan pencair lebih
kental lagi seperti solar, maka aspal tersebut menjadi Slow Curing (SC).
Ada dua macam untuk aspal cair, sebutan tersebut didasarkan hasil
pemeriksaan Viskositas Saybolt Furol. Sebutan pertama berdasarkan nilai viskositas
pada temperatur 60C, cut back aspal dapat dibedakan atas :
RC 30 60
MC 30 60
SC 30 60
RC 70 140
MC 70 140
SC 70 140
RC 250 500
MC 250 500
SC 250 500
RC 800 1600
MC 800 1600
SC 800 1600
RC 3000 6000
MC 3000 6000
SC 300 6000
250 berarti batas kekentalan minimum 250 dan maks 500 cts
800 berarti batas kekentalan minimum 800 dan maks 1600 cts
3000 berarti batas kekentalan minimum 3000 dan maks 6000 cts
dan seterusnya.
aspal
masing-masing
mempunyai
kekentalan
tersendiri.
Untuk
Aspal emulsi katonik atau dinamakan aspal emulsi asam adalah aspal emulsi yang
dipersiapkan dengan bahan pengemulsi (pelarut) tertentu sehingga menghasilkan
butir-butir aspal dalam larutan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positf.
Aspal Emulsi Nionik merupakan aspal emulsi yang dipersiapkan dengan bahan
tertentu sehingga menghasilkan butir aspal dalam larutan emulsi yang tidak
mengalami ionisasi atau tidak menghantarkan listrik.
Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik
dan kationik.
Pada aspal emulsi anionik dikenal tiga standar variasi umum dipergunakan yaitu :
Rapid setting (RS) yaitu jenis aspal emulsi yang cepat pemecahannya, sehingga akan
lebih cepat pula terjadi pengikatannya.
Medium setting (MS) yaitu jenis aspal emulsi yang agag lambat pemecahannya,
sehingga pengikatan sedikit lebih lambat.
Slow setting (SS) yaitu jenis aspal emulsi yang lambat pemecahannya.
Pada aspal emulsi katonik juga dikenal tiga standar variasi yaitu : CRS, CMS, dan
CSS.
2.5
Beton Aspal
Beton aspal adalah campuran antara agregat dengan aspal sebagai bahan
pengikat dan bahan pengisi (filler), yang
dalam keadaan panas atau dingin dengan suhu tertentu. Beton aspal juga
merupakan campuran yang digunakan untuk lapisan permukaan jalan. Pembuatan
beton aspal dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan yang mampu
memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan
kedap air.
Lapisan beton aspal terdiri atas tiga jenis, yaitu : laston Aus (BC) untuk lapis
permukaan, mempunyai ukuran butir agregat maksimum 25,4 mm, laston Aus (WC)
untuk lapis perata atau laston atas mempunyai ukuran butir agregat maksimum
19,0 mm dan laston pondasi (ATB) untuk pondasi mempunyai ukuran butir agregat
maksimum 37,5 mm.( Sumber : Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan
Penelitian dan Pengembangan, Divisi 6, hal 6 19).
Berdasarkan fungsinya, beton aspal dapat diklasifikasikan sebagai berikut
( Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, hal 177):
-
Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan
roda serta lapisan kedap air dan dapat melindungi lapisan dibawahnya dari
rembesan air.
lapis
pembentukan
pondasi,
jika
dipergunakan
pada
pekerjaan
Campuran harus memiliki stabilitas yang tinggi, sanggup menahan beban lalu
lintas tanpa deformasi.
Tahan terhadap lenturan, tidak ada retak-retak pada lapisan campuran permukaan
Tahan lama/awet dan aus terhadap cuaca dan beban lalu lintas
Harus ekonomis.
Beton aspal terdiri dari beberapa material yang bercampur menjadi satu.
Adapun material penyusun dari pada beton aspal adalah
(Sumber DPU,
Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) Untuk Jalan Raya hal 5) :
1.
Aspal
Pada campuran beton aspal, aspal berfungsi sebagai bahan pengikat yang mengikat
agregat satu dengan agregat yang lain, sehinga agregat satu dengan agregat yang
lain dapat saling mengunci (tidak dapat terpisah). Semakin baik aspal yang
digunakan maka daya lakatnya akan semakin baik pula.
2.
Agregat
Agregat merupakan material yang memiliki porsi paling besar yang digunakan
dalam campuran beton aspal. Dengan kata lain agregat merupakan material utama
penyusun campuran beton aspal. Kandungan agregat pada campuran beton aspal
berkisar antara 90 % - 95 % dari berat total atau 75 % - 85 % agregat berdasarkan
persentase volume.
3.
2.6
tertentu
akan
menghasilkan
karakteristik
campuran
tertentu
pula.
Karakteristik yang harus dimiliki oleh campuran beton aspal adalah (Sumber : Silvia
Sukirman, Perkersana Lentur Jalan Raya hal 178):
a. Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang, alur
maupun bleeding.
Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan menjadi kaku dan cepat
mengalami
retak,
disamping
itu
karena
volume
antara
agregat
kurang,
mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah. Hal ini menghasilkan film
aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya
rendah,
dengan
demikian
stabilitas
yang
mengusahakan penggunaan :
tinggi
dapat
diperoleh
dengan
Film atau selimut aspal. Film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis beton
aspal yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadi bleeding yang tinggi.
VIM kecil sehingga hasil kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran yang
menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuk.
VMA besar sehingga, film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta
kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya bleeding besar.
Yang dimaksud dengan VIM (Void In Mix) adalah pori dalam campuran yang telah
dipadatkan atau banyaknya rongga udara yang dalam campuran beton aspal.
Sedangkan VMA (Void in Mix Agregate) adalah ruang diantara partikel agregat pada
suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidk
termasuk volume aspal yang cukup diserap agregat).
c. Fleksibilitas (kelenturan)
Fleksibilitas adalah kemampuan lapisan untuk mengikuti deformasi yang
terjadi akibat beban lalulintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan
volume.
Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil
VIM yang tinggi yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat
VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
perkerasan menjadi fleksible
f.
Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari pada
agregat bergradasi jelek
2.7
2.7.1
Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan No.4 atau 4,76 mm
dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kering, kuat, awet
dan bebas dari bahan lain yang mengganggu serta memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Sumber : DPU, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) Untuk
Jalan Raya hal 3) :
a.
Keausan yang diperiksa dengan mesin Los Angles pada 500 putaran, maksimum
40 %
b.
c.
d.
e.
f.
25%.
mm
ASTM
Batas atas
Batas tengah
Batas
bawah
20
100
100
100
12.7
100
65
30
9.5
3/8
55
27.5
4.76
No. 4
10
Sumber :
Petunjuk Pelaksanaan Lapisan Beton Aspal (LASTON) untuk jalan raya,Departemen
Pekerjaan Umum, 1987.
Gambar II.2 grafik spesifikasi agregat kasar beton aspal (campuran normal)
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu serta
mengandung partikel harus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 1% tidak boleh
digunakan.
2.7.2
Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 4 (4,76 mm) dan
tertahan saringan No. 200 (0,075 mm). Agregat halus terdiri dari pasir alam, pasir
buatan, pasir terak atau gabungan dari bahan-bahan tersebut. Agregat halus harus
bersih, kering, kuat, bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-bahan lain
yang mengganggu serta terdiri dari buitr-butir yang bersudut tajam dan mempunyai
permukaan yang kasar.
Agregat halus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Petunjuk Pelaksanaan
Lapis Aspal Beton SKBI 1987, DPU) :
a.
b.
c.
mm
ASTM
Batas atas
Batas tengah
Batas bawah
9.5
3/8
100
100
100
100
97.5
95
4.75
No. 4
1.18
No. 16
80
62.5
45
0.3
N0. 50
30
20
10
0.15
No. 100
10
2.7.3
Sumber :
Agregat Campuran
Agregat campuran harus mempunyai gradasi yang menerus dari butir yang
kasar sampai yang halus, dan apabila diperiksa dengan SNI harus memenuhi salah
satu gradasi yang tercantum pada Tabel II.4 Agregat campuran yang diperoleh dari
hasil pencampuran menurut proporsi yang diperlukan untuk rumusan campuran
kerja, harus mempunyai eqivalensi pasir minimal 50%.
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
XI
kasa
r
kasa
r
rapa
t
rapa
t
rapa
t
rapa
t
rapa
t
rapa
t
rapa
t
rapa
t
rapa
t
2040
2550
2040
2550
4065
5075
4050
2040
4065
4065
4050
Tebal
Padat(m
m)
Ukuran
% Berat Yang Lolos Saringan
Saringa
n
1
(38,1m
m)
100
100
90100
100
100
100
100
80100
82100
100
85100
85100
100
100
75100
100
80100
7290
80100
100
75100
6080
80100
7090
6090
6585
5678
7492
3555
3555
5575
5070
4865
5270
5472
6280
4565
3860
4870
2035
2035
3550
3550
3550
4056
4258
4460
3454
2747
3553
1.0
(25,4m
m)
(19,1m
m)
(12,7m
m)
3/8
(9,52m
m)
No. 4
(4,76m
m)
No. 8
(2,38m
m)
No. 30
1020
1022
1829
1829
1930
2436
2638
2840
2035
1328
1530
6-16
6-16
1323
1323
1323
1626
1828
2030
1626
9-20
1020
4-12
4-12
8-16
8-16
7-15
1018
1220
1220
1018
2-8
2-8
4-10
4-10
1-8
6-12
6-12
6-12
5-10
4-8
4-9
(0,59m
m)
No. 50
(0,279m
m)
No. 100
(0,149m
m)
No. 200
(0,074m
m)
No.
Jenis
Pemeriksaa
n
Spesifikasi
Metode
Pemeriksaan
Pen. 60 / 70
Min
Maks
Satua
n
Penetrasi (100
gr,25oC,5 dtk)
SNI 06-24561991
60
79
0.1mm
Titik lembek
SNI 06-24341991
48
58
SNI 06-24331991
200
Kehilangan
berat
SNI M-29-1990F
0.8
% berat
Daktilitas
SNI 06-24321991
100
Cm
Penetrasi
setelah
kehilangan
berat
SNI 06-24561991
54
% sml
Berat jenis
SNI 06-24411991
gr/cc
Kelekatan
SNI 03-24391991
95
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Beton aspal (LASTON) untuk jalan raya 1987
dan Panduan Praktikum Jalan Raya dan Aspal.
Ma
Lataston
Kls A &
BC
Laston
WC
Mi
BC
Bas
e
2,0
1,7
50
75
3,0
3,0
1,2
Latasir
75
112
3,5
n
Ma
x
Rongga dalam Agregat
Mi
(VMA) (%)
Mi
Mi
n
Ma
Mi
Mi
17
75
68
200
800
Mi
n
5,5
15
14
13
65
63
60
150
800
2
3
250
300
3
80
250
75
75
75
2,5
18
x
Marshall Quotient (kg/mm)
20
Mi
Pelelehan (mm)
6,0
6,0
Sumber : Divisi 6 Perkerasan Aspal, Spesifikasi Umum Bidang Umum dan Jembatan, 2005
2.8
No.378/KPTS/1987,
Direktorat
Jenderal
Bina
Marga,
Departemen
2.9
U.S Corps of
RSNI M-01-
2003.
Pengujian Marshall ( Marshall Test ) adalah suatu metode pengujian mengukur
untuk mengukur ketahanan (Stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) campuran
beraspal.
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
(cincin penguji) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pound. Proving ring
dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas
campuran, disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur
kelelehan plastis (flow).
Dari proses pemeriksaan dengan alat Marshall, diperoleh data-data sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
VIM, persen rongga dalam campuran. VIM merupakan indikator dari durabilitas,
kemungkinan bleeding.
f.
VMA, persen rongga dalam agregat, dinyatakan dalam bilangan bulat. VMA
bersama VIM merupakan indikator dari durabilitas.
g.
Quetiont Marshall, merupakan hasil bagi antara stabilitas dan flow, dinyatakan
dalam kg/mm.
h.
i.