Anda di halaman 1dari 33

LAPISAN

PERKERASAN
KAKU
Prosedur perancanaan perkerasan kaku

didasarkan atas perencanaan yang

dikembangkan oleh NAASRA (National

Association of Australian State Road

Authorities).
Susunan lapisan pada perkerasan kaku
umumnya seperti pada gambar 1 :

PLAT BETON
(CONCRETE SLAB)

LAPISAN PONDASI BAWAH


(SUB BASE COURSE)

LAPISAN TANAH DASAR


(SUBGRADE)

Gambar Susunan lapisan perkerasan kaku


Metoda perencanaan yang menentukan tebal
lapisan didasarkan pada perkiraan sebagai
berikut :

 Kekuatan lapisan tanah dasar yang dinamakan nilai CBR atau


Modulus Reaksi Tanah Dasar (k).
 Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan.
 Prediksi volume dan komposisi lalu-lintas selama usia rencana.
 Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah (sub base) yang
diperlukan untuk menopang konstruksi, lalu-lintas, penurunan
akibat air dan perubahan volume lapisan
Jenis Perkerasan Kaku.
Ada beberapa Jenis Perkerasan kaku, Yaitu :

1. Perkerasan Beton Semen. Didefinisikan sebagai


perkerasan yang mempunyai dasar beton dari
Porland Cement (PC). Menurut NAASRA ada lima
jenis perkerasan beton semen, yaitu :
 Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan.
 Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
 Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
 Perkerasan beton semen tulangan serat baja (fiber).
 Perkerasan beton semen pratekan.
2. Perkerasan Kaku Dengan Permukaan Aspal.
Jenis perkerasan kaku dengan permukaan aspal
adalah salah satu dari jenis komposit. Ketebalan
rencana permukaan aspal pada perkerasan kaku
dihitung dengan :

 Menentukan ketebalan dari jenis perkerasan


beton semen yang tidak lazim.
 Mengurangi ketebalan perkerasan beton semen
setebal 10 mm untuk setiap 25 mm permukaan
aspal yang digunakan.
Faktor Untuk Menentukan Ketebalan.
Ada beberapa faktor untuk dapat menentukan
ketebalan. Yaitu :
1) Kekuatan Lapisan Tanah Dasar. Untuk
perencanaan tebal perkerasan kaku, daya dukung
tanah dasar diperoleh dengan nilai CBR, seperti
hal nya pada perencanaan perkerasan lentur,
meskipun pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan nilai (k) yaitu modulus reaksi tanah
dasar. Nilai k, dapat diperoleh dengan pengujian
“Plate Bearing”. Jika nilai k pada perencanaan
belum dapat diukur, maka dapat digunakan nilai k
hasil korelasi seperti pada tabel berikut ini :
Lebar perkerasan ( L ) Jumlah Lajur ( n)

L < 5,50 m 1 Lajur


5,50 m L < 8,25 m 2 Lajur
8,25 m L < 11,25 m 3 Lajur
11,50 m L < 15,00 m 4 Lajur
15,00 m L < 18,75 m 5 Lajur
18,75 m L < 22,00 m 6 Lajur

Tabel Jumlah Lajur berdasarkan lebar perkerasan


Untuk menentukan Modulus Reaksi Tanah Dasar
(k) rencana yang mewakili suatu seksi jalan,
dipergunakan rumus sebagai berikut:

= -2S Untuk jalan Tol

= - 1.64 S Untuk jalan Arteri

= - 1.28 S Untuk jalan kolektor/lokal


Faktor keseragaman (Fk) :

x 100 % < 25 % (dianjurkan)

Dimana : = Modulus reaksi tanah dasar yang mewakili suatu reaksi


= Σ k Modulus reaksi tanah dasar rata-rata dalam
n suatu seksi jalan.
K = Modulus reaksi tanah dasar tiap titik didalamseksi
jalan
n = Jumlah data k
Standart Deviasi :
2) Kekuatan Beton
Liat uraianberikut ini :
3) Lalu-Lintas Rencana. Lalu-lintas rencana, dapat
diuraikan sebagai berikut :

a. Konfigurasi sumbu.
b. Lajur rencana.
c. Usia rencana.
d. Angka pertumbuhan.
e. Metode perhitungan lalu-lintas.
4) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base). Alasan
dan keuntungan menggunakan lapisan pondasi
bawah (sub base) dibawah perkerasan kaku,
adalah sebagai berikut :
• Menambah daya dukung tanah dasar.
• Menyediakan lantai kerja yang stabil untuk
peralatan konstruksi.
• Untuk Mendapatkan permukaan daya dukung
yang seragam.
• Untuk mengurangi lendutan pada sambungan.
• Untuk membantu menjaga perubahan volume
lapisan tanah
• Untuk mencegah keluarnya air pada
sambungan.
Ketebalan minimum lapisan pondasi bawah
dapat dilihat paga grafik berikut ini :
Lapisan pondasi bawah (sub base) terdapat
beberapa bagian, yaitu :
A. Lapisan Pondasi Bawah Agregat Lepas. Untuk
lapisan tanah dasar dengan daya dukung lunak
atau lalu-lintas tinggi maka lapisan ini tidak bisa
mencegah “pumping”

Gambar Susunan lapisan perkerasan kaku


B. Lapisan Pondasi Bawah Terikat. Bahan
pengikat yang sering digunakan adalah semen,
kapur, atau aspal yang digunakan pada jalan
dengan beban lalu-lintas tinggi.

o Penyaluran beban ke agregat dapat lebih


bertahan jika lendutan dibatasi.
o Jika terjadi retak akibat beban lalu-lintas, maka
tingkat kerusakan perkerasan relatif lambat jika
terdapat daya dukung lapisan pondasi yang
tinggi.
o Keruntuhan pada sambungan dapat dijaga
secara efektif.
C. Lapisan Pondasi Bawah Beton. Lapisan pondasi
beton dengan campuran abu-abu atau sejenisnya
harus mempunyai kuat tekan minimum 28 hari
sebesar 5 MPa untuk meminimalkan penyusutan.
Beberapa alternatif lapisan pondasi beton yang
dapat digunakan adalah :
 Beton giling.
 Aspal.
 Bahan yang distabilisasi dengan semen, kapur atau
abu-abu.
Lalu lintas Rencana Untuk Perkerasan
Kaku.
Metoda penentuan beban lalu-lintas rencana
untukperencanaan tebal perkerasan kaku
dilakukandengan cara mengkumulasikan jumlah
beban sumbu (dalam rencana lajur selama usia
rencana), untuk masing-masing jenis kelompok
sumbu termasuk distribusi beban ini.
Tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
1) Karakteristik Kendaraan :
a) Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga
dengan berat total minimum 5 ton.
b) Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada 3 macam, yaitu :
1. Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
2. Sumbu tunggal roda ganda (STRG).
3. Sumbu tandem/ganda roda ganda (SGRG).
2) Tatacara Perhitungan Lalu-Lintas Rencana :
a. Hitung volume lalu-lintas (LHR) yang diperkirakan pada akhir
usia rencana, sesuaikan dengan kapasitas jalan.
b. Untuk masing-masing jenis kelompok sumbu kendaraan niaga,
diestimasi angka LHR awal dari kelompok sumbu dengan
beban masing-masing kelipatan 0,5 ton (5 ----- 5,5), (5,5 ----- 6),
(6 ----- 6,5), dst.
c. Mengubah beban trisumbu ke beban sumbu tandem
didasarkan bahwa trisumbu setara dengan dua sumbu tandem.
d. Hitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama rencana
usia rencana.
JSKN = 365 x JSKNH x R
dimana : JSKN = Jumlah Sumbu Kendaraan maksimum.
JSKNH =Jumlah Sumbu Kendaraan maksimum
Harian, pada saat tahun ke 0.
R = Faktor pertumbuhan lalu-lintas yang
besarnya berdasarkan faktor pertumbuhan
lalu-lintas tahunan (i) dan usia rencana (n)
Untuk (i ≠ 0)

Untuk (i≠ 0), jika setelah m tahun pertumbuhan lalu-lintas tidak terjadi lagi.

+ (n – m) (1+i)

Untuk (i` ≠ 0), jika setelah n tahun pertumbuhan lalu-lintas berbeda dengan
sebelumnya (i` / tahun)

+
e. Hitung persentase masing-masing kombinasi konfigurasi
beban sumbu terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga
harian.
f. Hitung jumlah repetisi kumulatif tiap kombinasi konfigurasi
/ beban sumbu pada lajur rencana :
JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd
dimana : Cd = Koefisien Distribusi (liat pada tabel).

Jumlah Kendaraan Niaga Peranan Faktor


Lajur 1 arah 2 arah Jalan kemanan

1 Lajur 1,00 1,00 Jalan Tol 1,2


2 Lajur 0,70 0,50 Jalan Arteri 1,1
3 Lajur 0,50 0,475 Jalan Lokal
1,0
4 Lajur - 0,45 Tabel Faktor Keamanan

5 Lajur - 0,425
6 Lajur - 0,4
Tabel Koefisien Distribusi Kendraan Niaga Pada Lajur
Rencana
TataCara Perencanaan Ketebalan.
Dalam hal ini digunakan tatacara (prosedure)
dimana kebutuhan tebal perkerasan ditentukan dari
jumlah kendaraan niaga selama usia rencana.
Perencanaan tebal pelat didasarkan pada total
fatigue mendekati atau sama dengan 100 %.
Tahapan Perencanaan adalah sebagai berikut :
1) Tebal Pelat. Prosedure penencanaan :
a) Pilih suatu tebal pelat tertentu.
b) Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta harga
k tertentu maka :
1. Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dari grafik
pada bagian Lampiran Perkerasan.
2. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur
yang terjadi pada pelat dengan modulus keruntuhan lentur beton ( ).
3. Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan
harga perbandingan tegangan.
c) Persentase fatigue untuk tiap kombinasi ditentukan dengan
membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan jumlah
pengulangan beban ijin.
d) Cari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari
seluruh kombinasi konfigurasi / beban sumbu.
e) Langkah-langkah diatas (a – d ) diulangi hingga didapatkan
tebal pelat terkecil dengan total fatigue lebih kecil atau sama
dengan 100 %. Perhatikan lah gambar tabel berikut ini :

Keterangan pada tabel : Tegangan akibat beban dibagi dengan kuat lentur tarik (modulus of
Rupture).

Untuk perbandingan tegangan ≤ 0,50 jumlah pengulangan beban


adalah tidak terhingga.
Perbandingan Jumlah Pengulangan Perbandingan Jumlah Pengulangan
Tegangan Beban Ijin Tegangan Beban Ijin

0.51 400.000 0.69 2.500


0.52 300.000 0.70 2.000
0.53 240.000 0.71 1.500
0.54 180.000 0.72 1.100
0.55 130.000 0.73 850
0.56 100.000 0.74 650
0.57 75.000 0.75 490
0.58 57.000 0.76 360
0.59 42.000 0.77 270
0.60 32.000 0.78 210
0.61 24.000 0.79 160
0.62 18.000 0.80 120
0.63 14.000 0.81 90
0.64 11.000 0.82 70
0.65 8.000 0.83 50
0.66 6.000 0.84 40
0.67 4.500 0.85 30
0.68 3.500

Tabel Perbandingan Tegangan Dan Jumlah


Pengulangan Beban Yang DiIjinkan
2) Dasar Penentuan Ketebalan.
a) Perkerasan Bersambung. Perencanaan ketebalan beban pada
perkerasan bersambung merupakan dasar dari penentuan
ketebalan. Maksud dari pemasangan tulangan pada perkerasan
bersambung adalah untuk memperbolehkan penggunaan pelat
yang panjang untuk menghemat biaya.
b) Perkerasan Bertulang Menerus. Ketebalan perkerasan beton
bertulang menerus hanya membutuhkan 85 % dari ketebalan
perkerasan beton bertulang bersambung.
c) Perkerasan Kaku dengan Permukaan Aspal. Uraian mengenai
perkerasan kaku dengan permukaan aspal dapat diliat pada
slide enam ( 6 ).
3) Tebal Perkerasan Minimum. Ketebalan minimum
semua jenis perkerasan kaku yang akan dilalui
kendraan niaga, tidak boleh kurang dari 150 mm kecuali
perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa ruji
(dowel), tebal minimum harus 200 mm.
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Akan direncanakan tebal perkerasan untuk jalan baru dengan
ketentuan :
 Peranan Jalan : Jalan Arteri.
 Tipe Jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)
 Usia rencana : 20 tahun.
 Rencana Jenis Perkerasan : Kaku (rigid)
Penyelesaian :
1) MUTU BETON RENCANA :
Akan digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm
= 350/10,2 = 34 Mpa (minimum yang disarankan)
= 0,62 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (minimum yang disarankan)
2) BEBAN LALU-LINTAS RENCANA |:
a) Jumlah Sumbu Kendraan Niaga :

Jenis Jumlah Beban Sumbu (ton) Kofigurasi Sumbu

Kendraan Kendraan Sumbu Depan Belakang Depan Belakang

Bus 450 900 3 5 STRT STRG

Truk 10 ton 90 180 4 6 STRT STRG

Truk 20 ton 45 90 6 14 STRT STRG

Jumlah 585 1170

 Dari rumus JSKN = 365 x JSKNH x R

 Dari rumus R= = 37,876

Maka JSKN = 365 x 1170 x 37,876 = 16.174.945,8 buah


 Dari rumus JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd dengan Cd = 0,4 (dari
tabel slide dua puluh dua (tabel koefisien distribusi kendraan niaga pada Lajur
rencana) diperoleh harga repetisi kumulatif dari tiap kombinasi konfigurasi / beban
sumbu pada lajur rencana seperti ditampilkan pada tabel perhitungan dibawah.
b) Jumlah Repetisi Beban :

Konfigurasi Beban Persentase Konfigurasi Jumlah Repetisi


Sumbu Sumbu (ton) Sumbu (%) Selama Usia Rencana
STRT 3 450 : 1170 = 38,46 24,88 x
STRT 4 90 : 1170 = 7,69 4,98 x
STRG 5 450 : 1170 = 38,46 24,88 x
STRT 6 45 : 1170 = 3,85 2,49 x
STRG 6 90 : 1170 = 7,69 4,98 x
STRG 14 45 : 1170 = 3,85 2,49 x
3) KEKUTAN TANAH DASAR :
Dari data tanah yang sama dengan Contoh Perhitungan
diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,4 %
Dari grafik pada gambar slide delapan (8), diperoleh k = 22 Kpa
/ mm untuk CBR 2,4 %
4) KEKUTAN PELAT BETON (Tebal = 18 cm ) :
Sebagai langkah awal diperkirakan tebal pelat beton (rencana
dengan dowel) = 180 mm > 150 mm (minimum yang
disyaratkan).
Dengan bantuan grafik pada lampiran perkerasan, diperiksa
apakah estimate tebal pelat cukup atau tidak, dari jumlah
persentase fatigue yang terjadi (disyaratkan ≤ 100 % )
Koef. Beban Beban Repetisi Tegangan Perbandingan Jlh Repetisi Persentase
Sumbu Sumbu Rencana Beban Yang Terjadi Tegangan Beban Fatigue
(ton) FK = 1,1 ( ) (Mpa) Yg Diijinkan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8

STRT 3 3,3 24,88 - - - -

STRT 4 4,4 4,98 1,65 - - -

STRG 5 5,5 24,88 1,45 - - -

STRT 6 6,6 2,49 2,25 0,625 16.000 1.556

STRG 6 6,6 4,98 1,80 - - -

STRG 14 15,4 2,49 2,30 0,640 11.000 2.264

Jumlah 3.820
Keterangan Tabel Perhitungan :
Kolom – 3 : perkalian kolom 2 dengan FK
Kolom – 5 : Dari grafik NAASRA (pada lampiran perkerasan) dengan nilai k = 22 kPa / mm
Kolom – 6 : kolom 5 dibagi dengan nilai Fr
Kolom – 7 : dari tabel perbandingan tegangan dan jumlah pengulangan beban yang diijinkan dari slide dua puluh lima (25)
dengan nilai dari kolom 6
Kolom – 8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikalikan 100
Dengan tabel pelat = 18 cm, ternyata jumlah Fatigue 3.820 > 100 %,
maka perhitungan harus diulang dengan tebal pelat = 20 cm (dicoba).
5) KEKUATAN PELAT BETON (Tebal = 20 cm)

Koef. Beban Beban Repetisi Tegangan Perbandingan Jlh Repetisi Persentase


Sumbu Sumbu Rencana Beban Yang Terjadi Tegangan Beban Fatigue
(ton) FK = 1,1 ( ) (Mpa) Yg Diijinkan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8

STRT 3 3,3 24,88 - - - -

STRT 4 4,4 4,98 1,40 - - -

STRG 5 5,5 24,88 1,40 - - -

STRT 6 6,6 2,49 1,88 0,52 300.000 83

STRG 6 6,6 4,98 1,54 - - -

STRG 14 15,4 2,49 1,65 - - -

Jumlah 83

Dengan tabel pelat = 20 cm, ternyata jumlah Fatigue 83 > 100 %, maka
perhitungan tebal pelat minimal yang harus digunakan = 20 cm.

Anda mungkin juga menyukai