Anda di halaman 1dari 202

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI TANAH 2

DOSEN PENGAJAR:
MUHAMMAD FIRDAUS, MT

JUDUL PENGUJIAN LABORATORIUM:


LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A

OLEH:
KELAS 4A
KELOMPOK 1
1. MUHAMMAD RAIHANANDI A010319021
2. MUHAMMAD RIZKI A010319022
3. MUNA NAZIAH A010319024
4. REZA ANNAFI PUTRA A010319026
5. REZQA ANNISA A010319027
6. SUKMA AMALIYANSARI A010319029
7. SYAKHSIYAH ISLAMI A010319030
8. FRANS RONALD W A010318004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK SIPIL


BANJARMASIN
2021
DOKUMENTASI ANGGOTA

Kelompok 1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM UJI TANAH 2

Yang bertanda tangan di bawah ini Dosen Pengajar Praktikum Uji Tanah 2, dengan ini
menerangkan bahwa, kelompok LPA, Kelas IV-A, Semester IV, Program Studi D III
Teknik Sipil Poliban :

DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD RAIHANANDI A010319021
2. MUHAMMAD RIZKI A010319022
3. MUNA NAZIAH A010319024
4. REZQA ANNISA A010319027
5. SUKMA AMALIYANSARI A010319029
6. SYAKHSIYAH ISLAMI A010319030
7. FRANS RONALD W A010318004

Dinyatakan telah selesai melaksanakan Praktikum Uji Tanah 2, dan laporannya


dapat diterima dengan baik.

Demikian lembar pengesahan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Banjarmasin, 25 Juli 2021


Mengesahkan,
Dosen Pengajar

Muhammad Firdaus, MT
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan kelompok Uji Tanah 2
ini dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktek kuliah offline selama dua
minggu. Laporan ini dapat selesai berkat arahan dan bimbingan dari Bapak
Muhammad Firdaus, MT selaku dosen mata kuliah Uji Tanah 2 dan Ibu Agustina
Ariyani, ST selaku teknisi.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, laporan ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar lebih baik di masa yang akan datang.

Banjarmasin, 22 Juli 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL
DOKUMENTASI ANGGOTA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
METODE PENGUJIAN
1. Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
2. Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
3. Metode Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles
4. Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
5. Metode Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah
6. Metode Uji CBR Laboratorium
7. Penyelidikan Nilai CBR Dengan Dynamic Cone Penetrometer
8. Metode Uji Densitas Tanah di Tempat (lapangan) dengan Alat Konus
Pasir
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp. 0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052 / 3307757 E-mail : geotra.poliban@yahoo.com

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS


(SNI 1970 : 2008)

Pekerjaan : Pembangunan Jalan Sp. Handil Bakti (Sp. Serapat) - Bts. Kota Banjarmasin
Material : Abu Batu Quarry Katunun
Item Pekerj. : Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Tanggal

Sampel Sampel
No Kegiatan
A B
1 Mengukur Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh 500.00 500.00
2 Mengukur Benda Uji Kering Oven ( Bk ) 496.20 496.70
3 Megukur Berat Piknometer diisi air ( B ) 1244.80 1254.60
4 Mengukur Berat Piknometer + Benda Uji + Air ( Bt ) 1557.00 1566.70
5 Berat Piknometer 254.70 265.50

Sampel Sampel
No URAIAN Rata - rata
A B
1 Berat Jenis Bk / ( B+ 500 - Bt )
2 Berat Jenis Permukaan Jenuh 500 / ( B + 500 - Bt )
3 Berat Jenis Semu Bk / ( Bk+B - Bt )
4 Penyerapan (500 - Bk )/Bk x 100%
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
SNI 1969:2008

Badan Standardisasi Nasional


Standar Nasional Indonesia

ICS 91.100.15; 91.010.30


“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1969:2008

Daftar isi

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi ........................................................................................................................ i
Prakata .......................................................................................................................... ii
Pendahuluan .................................................................................................................. iii
1 Ruang lingkup ......................................................................................................... 1

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif .................................................................................................... 2
3 Istilah dan definisi ................................................................................................. 2
4 Peralatan ............................................................................................................. 3
5 Pengambilan contoh dan persiapan contoh uji ..................................................... 4
6 Langkah kerja ...................................................................................................... 5
7 Perhitungan ......................................................................................................... 5
8 Laporan ................................................................................................................ 6
9 Ketelitian dan penyimpangan .............................................................................. 7

Lampiran A (Informatif) ................................................................................................ 8


Lampiran B (Informatif) ................................................................................................ 9
Lampiran C (Informatif) ................................................................................................ 10

i
SNI 1969:2008

Prakata

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan judul Cara uji berat jenis penyerapan air agregat
kasar adalah revisi dari SNI 03 - 1969 - 1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan
air agregat kasar.

Adapun perbedaan SNI sebelumnya, terdapat uraian-uraian yang sifatnya berupa informasi
atau ketentuan baru, dan penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci dan cukup berarti

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
mengenai beberapa hal dalam SNI 03 – 1969 – 1990. Hal-hal yang dimaksud adalah:

1. perhitungan berat jenis kering, jenuh kering permukaan dan semu, pada temperatur air
230C / temperatur agregat 230C, (sebelumnya pada suhu 250 C).

2. saringan ukuran 4,75 mm (No.4), (sebelumnya saringan berdiameter 4,75 mm (saringan


No.4)).

3. setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi
jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air,
yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C, (sebelumnya
rendam berat uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam).

4. dinginkan contoh uji pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai
agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-
kira 50OC), (sebelumnya dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1- 3 jam).

5. penjelasan mengenai persyaratan pengambilan contoh dan persiapan contoh uji


(sebelumnya tidak lengkap penjelasannya)

6. uraian mengenai ketelitian dan penyimpangan (sebelumnya tidak ada).

Di samping hal-hal tersebut di atas terdapat juga beberapa catatan berkaitan dengan uraian
yang bersangkutan, yang dengan adanya catatan-catatan itu akan lebih memperjelas
bagaimana seharusnya menerapkan cara uji ini tanpa adanya kesalahan-kesalahan.

Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia Teknis
Rekayasa Jalan dan Jembatan.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 (PSN
08:2007) dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 5 Mei 2006 di Puslitbang
Jalan dan Jembatan Bandung dengan melibatkan elemen stakeholder terkait.

ii
SNI 1969:2008

Pendahuluan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Cara uji penyerapan air agregat kasar ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan dan arahan
bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian air agregat kasar. Cara uji
ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh dan persiapan contoh uji, langkah
kerja, perhitungan, laporan, ketelitian dan penyimpangan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum

iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1969:2008

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup

1.1 Umum

Standar ini untuk menentukan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Agregat kasar

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm (Saringan No.4). Berat
jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering, berat jenis curah pada kondisi jenuh
kering permukaan atau berat jenis semu. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) dan
penyerapan air berdasarkan pada kondisi setelah (24+4) jam direndam di dalam air. Cara uji
ini tidak ditujukan untuk digunakan pada pengujian agregat ringan.

Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai
standar.

Standar ini dapat menyangkut penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang
berbahaya. Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan serta peraturan dan batasan-batasan dalam
menggunakan standar ini.

1.2 Arti dan kegunaan

Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan
dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang
mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu
pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering
atau diasumsikan kering. Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari bahan
padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebut
dapat dimasuki oleh air.

Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat
air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat
kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air
sehingga air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh
setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang
diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih besar apabila
digunakan, bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat apabila
digunakan mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
kondisi terendam selama (24+4) jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan
terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan
dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji
AASHTO T 255.

Prosedur umum yang digambarkan dalam cara uji ini cocok untuk digunakan dalam
menentukan penyerapan agregat yang dikondisikan dengan cara uji yang berbeda dengan
perendaman selama (24+4) jam, seperti penggunaan pompa hampa udara atau kondisi air

1 dari 10
SNI 1969:2008

mendidih. Namun nilai yang didapat untuk penyerapan akan berbeda, berat jenis curah pada
kondisi jenuh kering permukaan.

Pori pada agregat ringan mungkin tidak dapat benar-benar terisi dengan air atau sebaliknya

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
setelah perendaman selama (24+4) jam. Pada kenyataannya beberapa jenis agregat, tetap
saja tidak akan mencapai potensi penyerapan yang sebenarnya walaupun setelah direndam
selama beberapa hari. Oleh karena itu, cara uji ini tidak untuk digunakan dalam pemeriksaan
agregat ringan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif

SNI 03 – 1970 –1990, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 03 – 1974 – 1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03 – 4804 – 1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 03 – 6388 – 2000, Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan
lapis permukaan
SNI 03 – 6414 – 2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
SNI 13 – 6717 – 2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat
SNI 03 – 6866 – 2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian
SNI 03 – 6885 – 2002, Tata cara pelaksanaan program uji untuk penentuan presisi metode
uji bahan konstruksi
SNI 03 – 6889 – 2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
AASHTO M 132, Terms relating to density and specific gravity of solids, liquids and gases
AASHTO R 1, Use of the international system of units
AASHTO T 255, Total evaporable moisture content of aggregate by drying
ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregates
ASTM Designation C 127-88 (1993), Standard method of test for specific gravity and
absorption of coarse aggregate.

3 Istilah dan definisi

3.1
agregat ringan
agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat isi sebesar 1 100 kg/m 3
atau kurang

3.2
agregat halus
pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4)

3.3
agregat kasar
kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40
mm (No. 1½ inci)

2 dari 10
SNI 1969:2008

3.4
berat jenis
perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi

3.5
berat jenis curah kering
perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang
ermeable e dan ermeable di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu

3.6
berat jenis curah (jenuh kering permukaan)
perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di
dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam, tetapi tidak termasuk rongga antara
butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu

3.7
berat jenis semu (apparent)
perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang impermiabel pada
suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperatur tertentu

3.8
penyerapan air
penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi
belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai
persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu
temperatur (110±5) oC dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh
kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap)

4 Peralatan

4.1 Timbangan

Timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03 – 6414 – 2002. Timbangan
harus dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk menggantung Wadah contoh uji
didalam air pada bagian tengah-tengah alat penimbang

4.2 Wadah contoh uji

Suatu keranjang kawat 3,35 mm (Saringan No. 6) atau yang lebih halus, atau ember dengan
tinggi dan lebar yang sama dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk agregat dengan ukuran
nominal maksimum 37,5 mm (Saringan No.1 ½ inci) atau lebih kecil, dan wadah yang lebih
besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum agregat yang lebih besar. Wadah
harus dibuat agar dapat mencegah terperangkapnya udara ketika wadah ditenggelamkan.

4.3 Tangki Air

3 dari 10
SNI 1969:2008

Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh uji dan wadahnya akan ditempatkan dengan
benar-benar terendam ketika digantung di bawah timbangan, dilengkapi dengan suatu
saluran pengeluaran untuk menjaga agar ketinggian air tetap.

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
4.4 Alat penggantung (kawat)

Kawat untuk menggantung wadah haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk
memperkecil seluruh kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang
terendam.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
4.5 Saringan 4,75 mm (No. 4)

Saringan atau ukuran yang lain jika dibutuhkan ( Pasal 5).

5 Pengambilan contoh dan persiapan contoh uji

a) Pengambilan contoh harus disesuaikan dengan SNI 03 – 6889 – 2002.

b) Campur agregat secara menyeluruh dan kurangilah sampai mendekati jumlah yang
diperlukan dengan menggunakan prosedur yang sesuai dengan SNI 13 – 6717 – 2002.
Pisahkan semua material yang lolos saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dengan
penyaringan kering, kemudian cuci secara menyeluruh untuk menghilangkan debu atau
material lain dari permukaan agregat. Jika agregat kasar mengandung sejumlah bahan
yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dalam jumlah yang substansial,
seperti agregat ukuran 2,36 mm (No. 8) dan Saringan ukuran No. 9 (dalam AASHTO M
43), gunakan saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) sebagai pengganti saringan ukuran 4,75
mm (No.4). Sebagai pilihan, pisahkan material yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75
mm (No.4) dan ujilah material tersebut menurut SNI 03 - 1970 - 1990.

c) Berat contoh uji minimum untuk digunakan disajikan di bawah ini. Di dalam banyak
kejadian mungkin saja diinginkan untuk menguji suatu agregat kasar dalam beberapa
ukuran terpisah per fraksi; dan jika contoh uji mengandung lebih dari 15 persen yang
tertahan di atas saringan ukuran 37,5 mm (No. 1½ inci), maka ujilah material yang lebih
besar dari 37,5 mm di dalam satu atau lebih ukuran fraksi secara terpisah dari ukuran
yang lebih kecil. Apabila suatu agregat diuji dalam ukuran fraksi yang terpisah, berat
contoh uji minimum untuk masing-masing fraksi harus merupakan perbedaan antara berat
yang telah ditentukan untuk ukuran minimum dan maksimum dari fraksi tersebut.

Tabel 1 Berat contoh uji minimum untuk tiap ukuran nominal maksimum agregat

Ukuran nominal maksimum Berat minimum dari contoh uji


mm inci kg
150 (6) 125
125 (5) 75
112 (4 ½) 50
100 (4) 40
90 (3 ½) 25
75 (3) 18
63 (2 ½) 12
50 (2) 8
37,5 (1 ½) 5
25,0 (1) 4
19,0 (3/4) 3
4 dari 10
SNI 1969:2008

12,5 atau kurang (½) atau kurang 2

d) Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran (gradasi)

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
contoh sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan yang dipergunakan untuk
memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam menghitung persentase material dalam
setiap ukuran, abaikanlah jumlah material yang lebih halus dari pada saringan ukuran
4,75 mm (No.4) atau saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang
dijelaskan pada pasal 5.butir b.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
5 Langkah kerja

a) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur (110±5)0C,
dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam untuk contoh uji dengan
ukuran maksimum nominal 37,5 mm (Saringan No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang
lebih besar sampai agregat cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada
temperatur (kira-kira 500C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada
temperatur kamar selama (24+4) jam. Pada saat menguji agregat kasar dengan ukuran
maksimum yang besar, akan memerlukan contoh uji yang lebih besar, dan akan lebih
mudah di uji dalam dua atau lebih contoh yang lebih kecil, kemudian nilai-nilai yang
diperoleh digabungkan dengan perhitungan-perhitungan pada pasal 7.

b) Apabila nilai-nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam menentukan
proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada kondisi alaminya, maka
persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap dapat dihilangkan, dan jika
permukaan partikel butir contoh terjaga secara terus-menerus dalam kondisi basah,
perendaman sampai (24+4)jam juga dapat dihilangkan. Sebagai catatan nilai-nilai untuk
penyerapan dan berat jenis curah (jenuh kering permukaan) mungkin lebih tinggi untuk
agregat yang tidak kering oven sebelum direndam dibandingkan dengan agregat yang
sama tetapi diperlakukan seperti pada pasal 6 butir a. Hal ini jelas, khususnya untuk
partikel butiran yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) karena air tidak mungkin mampu
masuk sampai pusat butiran dalam waktu perendaman seperti yang disyaratkan.

c) Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu lembaran penyerap
air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang. Keringkan air dari butiran yang besar
secara tersendiri. Aliran udara yang bergerak dapat digunakan untuk membantu
pekerjaan pengeringan. Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari
pori-pori agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua berat yang
sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat dari berat contoh, pilihlah
nilai yang lebih besar.

d) Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi
jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air,
yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C. Hati-hatilah
sewaktu berusaha menghilangkan udara yang terperangkap sebelum menentukan berat
tersebut, menggoncangkan wadah dalam kondisi terendam. Wadah tersebut harus
terendam dengan kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama penentuan
berat. Kawat yang menggantungkan kontainer tersebut harus memiliki ukuran praktis
yang paling kecil untuk memperkecil kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang
kawat yang terendam.

e) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur (110±5)0C, dinginkan
pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai agregat telah dingin

5 dari 10
SNI 1969:2008

pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50OC),
kemudian tentukan beratnya. Gunakan berat ini dalam proses perhitungan pada pasal 7.

7 Perhitungan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
7.1 Berat jenis curah kering

Lakukanlah perhitungan berat jenis curah kering (Sd), pada temperatur air 230C / temperatur
agregat 230C dengan rumus berikut ini:

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
A
Berat Jenis Curah Kering = .............................................................................. (1)
(B − C )
dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram);
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
C adalah berat benda uji dalam air (gram);

7.2 Berat jenis curah (jenuh kering permukaan)

Lakukanlah perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss), pada temperatur air
230C / temperatur agregat 230C dalam basis jenuh kering permukaan dengan rumus berikut
ini:
B
Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) = ………………………................. (2)
(B − C )
dengan :
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
C adalah berat benda uji dalam air (gram).

7.3 Berat jenis semu

Lakukanlah perhitungan berat jenis semu (Sa), pada temperatur air 230C / temperatur
agregat 230C dengan cara berikut ini:
A
Berat jenis semu = ........................................................................................ (3)
(A − C )
dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram);
C adalah berat benda uji dalam air (gram).

7.4 Penyerapan air

Hitunglah persentase penyerapan air (Sw) seperti dengan cara:

⎡ B − A⎤
Penyerapan air = ⎢ ⎥ x100 % ................................................................................ (4)
⎣ A ⎦

dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram);
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);

8 Laporan

6 dari 10
SNI 1969:2008

a) Laporkan hasil berat jenis dengan ketelitian 0,01 yang terdekat dan penyerapan dengan
ketelitian 0,1 persen. Terdapat pendekatan matematis serta tiga jenis berat jenis dan
penyerapan di dalam lampiran yang dapat digunakan, dan mungkin berguna dalam
memeriksa tingkat konsistensi data atau menghitung nilai-nilai yang tidak dilaporkan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
dengan menggunakan data laporan yang lain.

b) Jika agregat kasar diuji pada kondisi kelembaban alaminya, tidak dengan dikeringkan
terlebih dahulu di dalam oven dan direndam selama (24+4) jam di dalam air, laporkan
sumber benda uji dan prosedur yang dipakai untuk mencegah kekeringan sebelum diuji.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
9 Ketelitian dan penyimpangan

Karena tidak ada material acuan yang cocok untuk menentukan penyimpangan untuk
prosedur dalam mengukur penyerapan agregat kasar, maka tidak ada pernyataan mengenai
penyimpangan.

7 dari 10
SNI 1969:2008

Lampiran A
(Informatif)

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Hubungan antara berat jenis dengan penyerapan seperti yang ditentukan dalam cara uji SNI
03 – 1969 –1990 dan SNI 03 – 1970 –1990

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Dengan :
Sd adalah berat jenis curah (kering),
Ss adalah berat jenis curah (jenuh kering permukaan),
Sa adalah berat jenis semu (apparent), dan
Sw adalah penyerapan (dalam persen)

maka :

S s = (1 + Sw / 100)S d .......................................................................................................... (5)

1 Sd
Sa = = ............................................................................................. (6)
1 Sw Sw.S d
− 1−
S d 100 100

atau :

1 Ss
Sa = = ........................................................................ (7)
1 + Sw / 100 Sw
− 1−
Sw
(S s − 1)
Ss 100 100

⎛S ⎞
Sw = ⎜⎜ S − 1⎟⎟.100 ............................................................................................................. (8)
⎝ Sd ⎠

⎛ S − Ss ⎞
Sw = ⎜⎜ a ⎟⎟.100 ....................................................................................................... (9)
(
⎝ a s
S S − 1) ⎠

8 dari 10
SNI 1969:2008

Lampiran B
(Informatif)

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Istilah-istilah dalam pengujian berat jenis

Specific Gravity Berat Jenis


Bulk Specific Gravity Berat Jenis Curah

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Absorption Penyerapan air
Apparent Specific Gravity Berat Jenis Semu
Saturated Surface Dry (SSD) Jenuh Kering Permukaan (JKP)
Density Kerapatan
Air Weight Berat ketika ditimbang di udara.
Unit Weight Berat Isi

9 dari 10
SNI 1969:2008

Lampiran C
(Informatif)

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Formulir uji dan contoh perhitungan

Surat Permohonan :
No. Kode Pengujian :

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Lampiran :
Dibuat Untuk :
Penerimaan Contoh Uji :
Jenis Contoh Uji :
Jumlah Contoh Uji :
Kemasan Contoh Uji :
Tanggal Penerimaan :
Tanggal Pengujian :
Pengujian Dilakukan Sesuai Metode Uji :

Pengujian Notasi I II Satuan


Berat benda uji kering oven A 1215,25 1195,10 gram
Berat benda uji jenuh kering permukaan di udara B 1232,10 1211,20 gram
Berat benda uji dalam air C 749,86 740,69 gram

Perhitungan Notasi I II Rata-rata


A
(B − C )
Berat jenis curah kering (Sd) 2,52 2,54 2,53

B
(B − C )
Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) 2,55 2,54 2,54

A
(A − C )
Berat jenis semu (Sa) 2,61 2,63 2,62

Penyerapan air (Sw) ⎡ B − A⎤ 1,39 1,35 1,37


⎢ A ⎥ x100 %
⎣ ⎦

.................., ..........................
Pemeriksa, Penguji,

( ) ( )

10 dari 10
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008

Badan Standardisasi Nasional


Cara uji keausan agregat dengan
mesin abrasi Los Angeles
Standar Nasional Indonesia

ICS 93.020
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008

Daftar isi

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .....................................................................................................................................ii
1 Ruang lingkup ................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif .................................................................................................................. 1

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
3 Istilah dan definisi............................................................................................................. 1
4 Ketentuan.......................................................................................................................... 2
4.1 Peralatan ........................................................................................................................ 2
4.2 Benda uji ........................................................................................................................ 2
5 Pelaksanaan ..................................................................................................................... 3
5.1 Persiapan benda uji........................................................................................................ 3
5.2 Cara pengujian ............................................................................................................... 3
6 Perhitungan....................................................................................................................... 4
7 Laporan ............................................................................................................................. 4
Lampiran A (normatif) .............................................................................................................. 5
Lampiran B (normatif) Formulir pengujian ............................................................................... 6
Lampiran C (informatif) Contoh pengisian formulir pengujian ................................................. 7
Bibliografi ................................................................................................................................. 9

Gambar A.1 Peralatan mesin abrasi Los Angeles................................................................. 5

Tabel 1 Daftar gradasi dan berat benda uji ............................................................................ 3

i
SNI 2417:2008

Prakata

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang “Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi
Los Angeles” adalah revisi dari SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat
dengan mesin abrasi Los Angeles.
Adapun perubahannya antara lain:
a) dalam penyiapan bahan, jumlah contoh uji yang disiapkan ditambahkan berat interval;

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
b) ditambahkan metode pengujian untuk material yang mempunyai kekerasan homogen,
pengujian dilakukan dengan 100 putaran, dan hasil pengujian antara 100 putaran dengan
500 putaran tidak boleh lebih besar dari 0,20 yang tertahan di atas saringan No.12 (1,70
mm) tanpa pencucian;
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan
dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 08:2007 dan dibahas dalam forum konsensus
yang diselenggarakan pada tanggal 19 April 2006 di Bandung, yang melibatkan para
narasumber, pakar dan lembaga terkait.

ii
SNI 2417:2008

Pendahuluan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui
angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap
berat semula dalam persen.
Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
atau konstruksi beton.
Peralatan yang digunakan adalah mesin abrasi Los Angeles, saringan No.12, timbangan,
bola-bola baja, oven, alat bantu pan dan kuas.
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam mesin abrasi, putar
mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah putaran untuk masing-masing
gradasi berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan
dikeringkan dalam oven sampai berat tetap.

iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup

Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan
ukuran 75 mm (3 inci) sampai dengan ukuran 2,36 mm (saringan No.8) dengan
menggunakan mesin abrasi Los Angeles.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif

SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program uji antar laboratorium untuk penentuan
presisi metode uji bahan konstruksi
SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 13-6717-2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat
ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregate
ASTM C 131-01 atau AASHTO T 96-02, Standard Test Method for Resistance to
Degradation of Small-Size Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles
Machine
ASTM C 535-96, Standard Test Method For Resistance to Degradation of Large Size Coarse
Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine

3 Istilah dan definisi

3.1
bola baja
besi bulat dan masif dengan ukuran dan berat tertentu yang digunakan sebagai beban untuk
menggerus agregat pada mesin abrasi

3.2
gradasi A
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci) sampai dengan
agregat ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)

3.3
gradasi B
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 19,0 mm (3/4 inci) sampai dengan agregat
ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)

3.4
gradasi C
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 9,5 mm (3/8 inci) sampai dengan agregat
ukuran butir 4,75 mm (saringan No. 4)

3.5
gradasi D
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 4,75 mm (saringan No.4) sampai
dengan agregat ukuran butir 2,36 mm (saringan No.8)

1 dari 9
SNI 2417:2008

3.6
gradasi E
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 75 mm (3 inci) sampai dengan agregat

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
ukuran butir 37,5 mm (1½ inci)
3.7
gradasi F
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 50 mm (2,0 inci) sampai dengan agregat
ukuran butir 25,0 mm (1,0 inci)

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
3.8
gradasi G
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci) sampai dengan
agregat ukuran butir 19,0 mm (3/4 inci)

3.9
keausan
perbandingan antara berat bahan yang hilang atau tergerus (akibat benturan bola-bola baja)
terhadap berat bahan awal (semula)

3.10
mesin abrasi Los Angeles
alat simulasi keausan dengan bentuk dan ukuran tertentu terbuat dari pelat baja berputar
dengan kecepatan tertentu

3.11
saringan No.12 (1,70 mm)
besarnya lubang saringan adalah 1,70 mm atau dalam 1 inci persegi terdapat 12 lubang

4 Ketentuan

4.1 Peralatan

Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:


a) mesin abrasi Los Angeles (Lampiran A);
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter dalam
711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci); silinder bertumpu pada dua poros
pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar; silinder berlubang untuk
memasukkan benda uji; penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 89 mm (3,5 inci);
b) saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya;
c) timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5 gram;
27
d) bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 /32 inci) dan berat masing-masing
antara 390 gram sampai dengan 445 gram;
e) oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai dengan
110°C ± 5°C;
f) alat bantu pan dan kuas.

4.2 Benda uji

2 dari 9
SNI 2417:2008

Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:


1) gradasi dan berat benda uji sesuai Tabel 1;
2) bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C sampai

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
berat tetap.
5 Pelaksanaan

5.1 Persiapan benda uji

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Persiapan benda uji terdiri atas:
a) cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap;
b) pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan dan lakukan penimbangan;
c) gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki;
d) catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.

5.2 Cara pengujian

Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:


a) pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah
satu dari 7 (tujuh) cara dalam berikut:

Tabel 1 Daftar gradasi dan berat benda uji

Ukuran saringan Gradasi dan berat benda uji ( gram)


Lolos Tertahan
A B C D E F G
saringan saringan
mm inci mm inci
75 3,0 63 2 1/2 - - - - 2500±50 - -
63 2 1/2 50 2,0 - - - - 2500 ± 50 - -
50 2,0 37,5 1 1/2 - - - - 5000 ± 50 5000 ± 50 -
37,5 11/2 25 1 1250± 25 - - --- - 5000 ± 25 5000 ± 25
25 1 19 3/4 1250±25 - - - - - 5000 ± 25
19 3/4 12,5 1/2 1250±10 2500±10 - - - - -
12,5 1/2 9,5 3/8 1250±10 2500±10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 ¼ - - 2500±10 - - - -
6,3 1/4 4,75 No.4 - - 2500±10 2500±10 - - -
4,75 No. 4 2,36 No. 8 - - - 2500±10 - - -
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25

b) benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles;
c) putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah putaran
gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500 putaran dan untuk gradasi E,
gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran;
d) setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap;
e) jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 putaran, dan
setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian.

3 dari 9
SNI 2417:2008

Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di
atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20;
f) metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode ASTM C
535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to Degradation of Large-Size Coarse

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
aggregate by Abrasion and impact in the Los Angeles Machine.

6 Perhitungan

Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
a−b
Keausan = X 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1)
a

dengan pengertian:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b adalah berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan dalam gram.

7 Laporan

Keausan dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari dua pengujian yang dinyatakan sebagai
bilangan bulat dalam persen.

4 dari 9
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008

Gambar A.1 Peralatan mesin abrasi Los Angeles


Lampiran A
(normatif)

5 dari 9
SNI 2417:2008

Lampiran B
(normatif)

Formulir pengujian

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Formulir pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
No. Contoh : ............................ Tanggal : ...............................
Pekerjaan : ............................ Dikerjakan : ...............................
Diperiksa : ...............................

Gradasi pemeriksaan Jumlah putaran = putaran


Ukuran saringan I II
Lolos Tertahan Berat (a) Berat (a)
76,2 (3”) 63,5 (2 ½”)
63,5 (2 ½”) 50,8 (2”)
50,8 (2”) 36,1 (1 ½“)
36,1 (1 ½“) 25,4 (1”)
25,4 (1”) 19,1 (3/4”)
19,1 (3/4”) 12,7 ( ½”)
12,7 ( ½ ”) 9,52 (3/8”)
9,52 (3/8”) 6,35 (1/4”)
6,35 (1/4”) 4,75 (No. 4)
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)
Jumlah berat
Berat tertahan saringan No. 12 sesudah
percobaan (b)

I. a = gram II. a = gram


b = gram b = gram
a-b = gram a-b = gram

a−b a−b
Keausan I = x 100% = Keausan II = x 100% =
a a

Keausan rata – rata =


..................., .....................................

Penyelia, Teknisi,

................................ .................................

6 dari 9
SNI 2417:2008

Lampiran C
(informatif)

Contoh pengisian formulir pengujian

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Formulir pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
(100 putaran)

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
No. Contoh : Agregat Kasar Tanggal : 8 Agustus 2005
Pekerjaan : Campuran beraspal Dikerjakan : Paidjo
Diperiksa : Wayan Dharmayasa

Gradasi pemeriksaan Jumlah putaran = 100 putaran


Ukuran saringan I II
Lolos Tertahan Berat (a) Berat (a)
76,2 (3”) 63,5 (2 ½”)
63,5 (2 ½”) 50,8 (2”)
50,8 (2”) 36,1 (1 ½“)
36,1 (1 ½“) 25,4 (1”)
25,4 (1”) 19,1 (3/4”)
19,1 (3/4”) 12,7 ( ½”) 2500 2500
12,7 ( ½ ”) 9,52 (3/8”) 2500 2500
9,52 (3/8”) 6,35 (1/4”)
6,35 (1/4”) 4,75 (No. 4)
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)
Jumlah Berat 5000 5000
Berat tertahan saringan No. 12 sesudah
4027,7 3950,5
percobaan (b)

I. a = 5000 gram II. a = 5000 gram


b = 4027,7 gram b = 3950,5 gram
a-b = 972,3 gram a-b = 1049,5 gram

a−b a−b
Keausan I = x 100% = 19,45% Keausan II = x 100% = 20.99%
a a

Keausan rata – rata = (19,45 + 20,99)/2


= 20,22% dibulatkan 20%
Bandung, 8 Agustus 2005

Penyelia, Teknisi,

( Wayan Dharmayasa, ST ) ( Paijo )

7 dari 9
SNI 2417:2008

Formulir pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles


(500 putaran)

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
No. Contoh : Agregat Kasar Tanggal : 8 Agustus 2005
Pekerjaan : Campuran beraspal Dikerjakan : Paidjo
Diperiksa : Wayan Dharmayasa

Gradasi pemeriksaan Jumlah putaran = 500 putaran

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Ukuran saringan I II
Lolos Tertahan Berat (a) Berat (a)
76,2 (3”) 63,5 (2 ½”)
63,5 (2 ½”) 50,8 (2”)
50,8 (2”) 36,1 (1 ½“)
36,1 (1 ½“) 25,4 (1”)
25,4 (1”) 19,1 (3/4”)
19,1 (3/4”) 12,7 ( ½”) 2500 2500
12,7 ( ½ ”) 9,52 (3/8”) 2500 2500
9,52 (3/8”) 6,35 (1/4”)
6,35 (1/4”) 4,75 (No. 4)
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)
Jumlah Berat 5000 5000
Berat tertahan saringan No. 12 sesudah 4025,7 3935
percobaan (b)

I. a = 5000 gram II. a = 5000 gram


b = 4025.7 gram b = 3935 gram
a-b = 974.3 gram a-b = 1065 gram

a−b a−b
Keausan I = x 100% = 19,49% Keausan II = x 100% = 21.30%
a a

Keausan rata – rata = (19,49 + 21,30) / 2

= 20,40% dibulatkan 20%

Bandung, 8 Agustus 2005

Penyelia, Teknisi,

( Wayan Dharmayasa, ST ) ( Paijo )

8 dari 9
SNI 2417:2008

Bibliografi

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.
ASTM C 131-01 atau AASHTO T 96-02, Standard test method for resistance to degradation
of small-size coarse aggregate by abrasion and impact in the los angeles machine
ASTM C 535-96, Standard test method for resistance to degradation of large size coarse

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
aggregate by abrasion and impact in the los angeles machine.

9 dari 9
SNI SNI 03-1968-1990
Standar Nasional Indonesia

Metode pengujian analisis saringan


Agregat halus dan kasar

ICS 91.100.20 Badan Standarisasi Nasional BSN


DAFTAR ISI

Halaman
Keputusan menteri pekerjaan umum nomor.306/KPTS/1989 ........... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... v

BAB I DESKRIPSI............................................................................. 1
1.1 maksud dan tujuan ........................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup ................................................................. 1
1.3 Pengertian........................................................................ 1

BAB II CARA PELAKSANAAN.......................................................... 2


2.1 Peralatan.......................................................................... 2
2.2 Benda Uji.......................................................................... 2
2.3 Cara Pengujian ................................................................ 2
2.4 Perhitungan...................................................................... 3
2.5 Laporan ............................................................................ 3

Lampiran A : daftar nama dan lembaga............................................ 4


Lampiraan B : Lain-Lain.................................................................... 10
Bab I

DESKRIPSI

1.1 Maksud dan tujuan


1.1.1 Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan
untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan
agregat kasar dengan menggunakan saringan.
1.1.2 Tujuan
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran
atau jumlah persentase butiran baik agregat halus dan agregat
kasar.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel atau grafik.
1.2 Ruang lingkup
Metode pengujian jenis tanah ini mencangkup jumlah dan jenis-
jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar, yang
persyaratanya tercantum dalam 2.2.
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dapat
digunakan antara lain :
1) Penyelidikan quarry agregat;
2) Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.

1.3 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka
persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Bab II

CARA PELAKSANAAN

2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda
uji;
2) Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”);
37,5 mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5
mm (3/8”); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm);
No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm);
No.200 (0,075 mm);
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5) 0C ;
4) Alat pemisah contoh ;
5) Mesin pengguncang saringan ;
6) Talam-talam ;
7) Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.

2.2 Benda uji


Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
banyak: benda uji disiapkan berdasar standar yang berlaku dan
terkait kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200 tidak
perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
1) Agregat halus terdiri dari :
1. ukuran maksimum 4,76 mm ;
berat minimum 500 gram
2. ukuran maksimum 2,38 mm ;
berat minimum 100 gram
2) Agregat kasar terdiri dari :
1. ukuran maks. 3,5” ; berat minimum 35,0 kg
2. ukuran maks. 3” ; berat minimum 30,0
3. ukuran maks. 2,5” ; berat minimum 25,0
4. ukuran maks. 2” ; berat minimum 20,0
5. ukuran maks. 1,5” ; berat minimum 15,0
6. ukuran maks. 1” ; berat minimum 10,0
7. ukuran maks. ¾” ; berat minimum 5,0
8. ukuran maks. ½” ; berat minimum 2,5
9. ukuran maks. 3/8” ; berat minimum 1,0
3) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat
kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan
saringan No.4 ; Selanjutya agregat halus dan agrgat kasar
disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas
.
2.3 Cara pengujian
Urutan proses dalam penyajian ini adalah sebagai berikut :
1) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) 0C,
sampai berat tetap.
2) Sering benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling aatas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15
menit.

2.4 Perhitungan
Hitnglah persentase benda berat uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.
2.5 Laporan
Laporan meliputi :
1) Jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau
jumlah persentase diatas masing-masing saringan dalam
bilangan bulat ;
2) Grafik kumulatif ;
3) Modulus kehalusan (finess modulus).
LAMPIRAN A

1) PEMRAKARSA
Pusat penelitian dan pengembangan jalan, badan penelitian dan
pengembangan PU.
2) PENYUSUN
NAMA LEMBAGA
Adimar Adin, M.Sc. Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Ir.syarifuddin alambai Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Drs. Oemar wazir Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Sri. Astuti, B.E. Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Soejoto, S.H. Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Budiarto, BRE. Direktorat Pembangunan Jalan
(s.d 1976)
Dra. Rosmina achmad Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Alan rachlan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
(s.d 1989)
Ir. Suhaimin daud Pusat Litbang Jalan
(mulai 1989)
Ir. Soemartono mulyadi Pusat Litbang Jalan
(mulai 1989)
3) SUSUNAN PANITIA TETAP SKBI
JABATAN EX-OFFICIO NAMA
Ketua Kepala badan litbang 1) Ir. Karman
PU somawijaya
(s.d 1989)
2) Ir. Suryatin
sastromijoyo
Sekretaris (mulai 1989)
Sekretaris badan Dr.Ir. bambang
Anggota litbang PU soemitroadi
Kepala pusat litbang Ir. Soedarmanto
Anggota jalan darmonegoro
Ir. Soelastri
Anggota Kepala pusat litbang djenoeddin
pengairan Ir. SM. Ritonga
Anggota Kepala pusat litbang
permukiman 1) Ir. Soelistijo
Sekretaris ditjen cipta tjitromidjodjo, BAE.
karya (s.d 1989)
2) Ir. Soeratmo
notodiputro
Anggota (mulai 1989)
Ir. Satrio
Anggota Sekretaris ditjen bina
marga Ir. Mamad ismail
Anggota Sekretaris ditjen
pengairan 1) Ir. Wanargo M.
(s.d 1989)
Kepala biro sarana 2) Ir. Nuzwar N.
Anggota perusahaan (mulai 1989)
1) Soediro, S.H.
Anggota (s.d 1989)
Kepala biro hukum 2) Ali muhamad, S.H.
(mulai 1989)

4) SUSUNAN PANITIA KERJA SKBI


JABATAN NAMA LEMBAGA
Ketua Ir. Rachmadi B.S. Direktorat bina
program jalan
Ditjen bina marga
Sekretaris Ir. Soedarmanto Pusat litbang jalan
darmonegoro
Anggota Ir. Sunardi Pusat litbang jalan
Anggota Ir. Soemartono M. Pusat litbang jalan
Anggota Ir. Irman nurdin Pusat litbang jalan
Anggota Ir. Indraswari H. Direktorat pelaksana
barat ditjen bina marga
Anggota Ir. Sawarso W. Himpunan ahli teknik
tanah indonesia
Anggota Ir. Aziz jajaputera, Institute teknologi
M.Sc.E. bandung
Anggota Ikatan nasional
Ir. Sumarliah ichary konsulan indonesia
Anggota Pusat litbang jalan
Anggota Alan rachlan, M.Sc. Pusat litbang jalan
Anggota Ir. P. Sitanggang Pusat litbang jalan
Anggota Ir. Salim mahmud Pusat litbang jalan
Anggota Ir. Sjahnadul, M.Sc. Pusat litbang jalan
Anggota Ir. Asep tatang D. Direktorat bina
Ir. Yayan suryana program jalan
Anggota Direktorat pelaksana
Ir. Jafisham Dj. barat ditjen bina marga
Anggota Pusat litbang
Ir. Carlina pengairan
Anggota sutjiono, Dipl.HE.
Anggota Ir. Nensi rosalina, Pusat litbang
M.Eng. pengairan
Anggota Nyoman parka, Dipl. B4 teknik, Dep.
ACT. Perindustrian
Anggota Ir. Hartomi Dj. Kantor wilayah PU
prop.Jabar
Anggota Tarya, Grad.Dip. Kantor wilayah PU
Anggota prop.Jabar
Anggota Ir. Santoso U.G. M.Sc. Universitas
Ir. Agus sidharta, parahyangan
Anggota M.Eng. Universitas
Drs. Eman mawardi tarumanegara
Himpunan ahli teknik
Ir. Hidayat dachlan hidraulik indonesia
Gabungan pelaksana
konstruksi nasional
indonesia
5) PESERTA PRA KONSENSUS
NAMA LEMBAGA
Ir. Soedarmanto darmonegoro Pusat Litbang Jalan
Ir. Sunardi Pusat Litbang Jalan
Drs. Eddy sunardi Pusat Litbang Jalan
Ir. Gandhi harahap, M.Eng. Pusat Litbang Jalan
Ir. Soetantyo sunardi Pusat Litbang Jalan
Ir. Irman nurdin Pusat Litbang Jalan
Ir. Soemartono mulyadi Pusat Litbang Jalan
Ir. P.Sitanggang Pusat Litbang Jalan
Ir. Saroso B.S. Pusat Litbang Jalan
Soejoto S.H. Pusat Litbang Jalan
Ir. Adyawati Pusat Litbang Jalan
Ir. Djoko utomo Pusat Litbang Jalan
Ir. Wawan witarnawan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Widjanarko, B.E. Pusat Litbang Jalan
Wajan darmayasa, B.E. Pusat Litbang Jalan
Ir. M.Sjahdanul irwan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. Prikamto Pusat Litbang Jalan
Drs. Oemar wazir, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. Asep tatang dachlan Pusat Litbang Jalan
Ir. Soehartono Ditjen Bina Marga
Ir. Sukawan M. Ditjen Bina Marga
Ir. Hartom, M.Sc. Ditjen Bina Marga
Ir. Bambang W. Ditjen Bina Marga
Ir. Apo abdul wahab Ditjen Bina Marga
Ir. Indraswari hardjono Ditjen Bina Marga
Ir. Peter sepang Ditjen Bina Marga
Soejoto B.E. Ditjen Bina Marga
Ir. Djoko herliantoro Ditjen Bina Marga
Ir. Rahardjo, M.Sc. Ditjen Bina Marga
Ir. Azhar aziz Bidang Litbang PU

6) PESERTA KONSENSUS
NAMA LEMBAGA
Ir. Soenardi H. Pusat Litbang Jalan
Ir. P. Sitanggang Pusat Litbang Jalan
A.Salendu Pusat Litbang Jalan
Ir. M.Sjahdanul irwan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. Asep tatang dachlan Pusat Litbang Jalan
Purbosanto, B.E. Pusat Litbang Jalan
Ir. Irman nurdin Pusat Litbang Jalan
Alan rachlan M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. Carlina sutjiono, Dipl.HE. Pusat Litbang Pengairan
Ir. Nensi rosalina, M.Eng. Pusat Litbang Pengairan
Tarya, Grad.Dipl. Kantor wilayah PU prop. Jabar
Ir. Hartomi djohan Kantor wilayah PU prop. Jabar
Ir. Jafisham djadjaputra Ditjen Bina Marga
Ir. Yayan suryana Ditjen Bina Marga
Ir. Indraswari hardjono Ditjen Bina Marga
Ir. Aziz djayaputra, M.Sc.E. Institut Teknologi Bandung
Dr. Ir. Boedi susilo Unuversitas Indonesia
Ir. Santoso U.G., M.Sc. Unuversitas Parahyangan
Ir. Agus sidharta, M.Eng. Unuversitas Tarumanegara
Ir. Sawarso wignjosajono Himpunan ahli teknik tanah
Drs. Eman mawardi indonesia
Ir. Sumarilah ichary Himpunan ahli teknik hidraulik
indonesia
Ikatan Nasional Konsultan
Indonesia
7) PESERTA PEMUTAKHIRAN KONSEP SKBI
NAMA LEMBAGA
Ir suryatin sastromidjodjo Badan Litbang PU
Dr. Ir. Bambang soemitroadi Badan Litbang PU
Drs. Muhd. Muhtadi Badan Litbang PU
Ir. Soedarmanto darmonegoro Pusat Litbang Jalan
Drs. Eddy sumardi Pusat Litbang Jalan
Alan rachlan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. KGS Ahmad Pusat Litbang Jalan
Ir. Saroso B.S. Pusat Litbang Jalan
Soejoto, S.H. Pusat Litbang Jalan
Ir. Soelastri djenoedin Pusat Litbang Pengairan
Ir. S.M. ritonga Pusat Litbang Pemukiman
Ir. Ramil djohan Ditjen Pngairan
Ir. Sukawan M. Ditjen Bina Marga
Purwanto, S.H. Ditjen Cipta Karya
Djoko sulistyo, S.H. Biro Hukum Dep. PU
Ir. Siti widyastuti Biro Bina Sarana Perusahaan
Ir. Boetje sinay Badan Litbang Pu
Dr. Ir. DJ.A. Smarmata Badan Litbang Pu
Ir. Lolly M. Badan Litbang Pu
LAMPIRAN B
LAIN-LAIN

1) Contoh isian formulir pengujian analisa saringan agregat halus dan


kasar
..........................................................................................................

Lampiran surat/Laporan No. : . . . . . . . . . . Dikerjakan : . . . . . . . . . . . . . .


Nomor contoh : 03/054/002 Dihitung :..............
Pekerjaan : G.N.Gaujaga/t3/BGR Digambar : . . . . . . . . . . . . . .
Diperiksa : . . . . . . . . . . . . . .

TABEL PENGUJIAN ANALISA SARINGAN


AGREGAT HALUS DAN KASAR

Berat bahan kering : 2500 gram


Saringan Berat Jumlah JUMLAH PERSEN
tertahan berat Tertahan
tertahan
76,2 (3”)
63,5 (2 3/2”)
50,8 (2”)
36,1 (1 ½”)
25,4 (1”)
19,1 (“) 9,97 9,97 40 96,00
12,7 (“)
9,52 (3/8”) 22,95 32,9 43,20 86,80
No. 4 43,54 76,46 30,6 69,40
No. 8 49,58 126,04 50,40 49,60
No. 20 33,07 469,11 63,60 36,40
No. 30
No. 40 18,49 177,54 71,00 29,00
No. 50
No. 80 17,19 194,73 77,90 22,10
No. 100 2,76 197,49 79,00 21,00
No. 200 3,31 200,80 80,30 19,70
PAN
LAMPIRAN B
LAIN-LAIN

2) Grafik pembagian butir


..........................................................................................................
(nama instansi/jawatan)

Lampiran surat/Laporan No. : . . . . . . . . . . Dikerjakan : . . . . . . . . . . . . . .


Nomor contoh : 03/054/002 Dihitung :..............
Pekerjaan : G.N.Gaujaga/t3/BGR Digambar : . . . . . . . . . . . . . .
Diperiksa : . . . . . . . . . . . . . .

GAMBAR
Grafik Pembagian Butir
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008

Badan Standardisasi Nasional


Cara uji kepadatan berat untuk tanah
Standar Nasional Indonesia

ICS 91.010.30; 93.020


Kembali ke Daftar
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008

Daftar isi

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .....................................................................................................................................ii
Pendahuluan............................................................................................................................ iii
1 Ruang lingkup.................................................................................................................... 1

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4 Ketentuan .......................................................................................................................... 2
4.1 Peralatan ........................................................................................................................ 2
4.2 Cara pengujian ............................................................................................................... 4
4.3 Contoh uji........................................................................................................................ 4
5 Cara pengerjaan ................................................................................................................ 5
5.1 Cara A............................................................................................................................. 5
5.1.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air ................................................................................................................ 5
5.1.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air ................................................................................................................ 6
5.2 Cara B............................................................................................................................. 7
5.3 Cara C ............................................................................................................................ 7
5.3.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air ................................................................................................................ 7
5.3.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air ................................................................................................................ 7
5.4 Cara D ............................................................................................................................ 8
6 Perhitungan dan pelaporan ............................................................................................... 8
6.1 Perhitungan .................................................................................................................... 8
6.2 Penggambaran grafik...................................................................................................... 9
6.3 Pelaporan ....................................................................................................................... 9
Lampiran A (normatif) Gambar .............................................................................................. 10
Lampiran B (normatif) Contoh formulir isian .......................................................................... 13
Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir ........................................................................ 14

Gambar A.1 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 101,60 mm) ............................... 10
Gambar A.2 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 152,40 mm) ............................... 11
Gambar A.3 Cara melakukan penumbukan pada cetakan berdiameter 102 mm (4 inci)
untuk satu lapisan, sebanyak 25 tumbukan ................................................... 12
Gambar A.4 Palu penumbuk .............................................................................................. 12

Tabel 1 Cara uji kepadatan berat untuk tanah........................................................................ 4

i
SNI 1743:2008

Prakata

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008 Cara uji kepadatan berat untuk tanah adalah revisi dari SNI 03-1743-1989
Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah, didalamnya terdapat perbaikan dan atau
penambahan ketentuan penggunaan cara pemadatan (cara A, cara B, cara C atau cara D)
dan cara pemadatan berdasarkan mudah atau tidaknya tanah menyerap air serta mudah
atau tidaknya butiran tanah pecah apabila dipadatkan berulang kali.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 dan
dibahas dalam forum Konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 26 April 2006 di
Bandung, yang melibatkan unsur pemerintah, pkara, produsen, konsumen dan lembaga
terkait.

ii
SNI 1743:2008

Pendahuluan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk
menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.
Peralatan yang digunakan adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda uji,
timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Cara uji untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
digunakan adalah uji kepadatan ringan (standard). Cara tersebut dibagi menjadi 4 cara, yaitu
cara A, cara B, cara C dan cara D (lihat Tabel 1).
Cara tersebut dibagi berdasarkan sifat tanah dan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan
tanah yang akan diuji, jika tidak gunakan ketentuan A.
- Cara A dan cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No.4
sebesar 40% atau kurang.
- Cara C dan cara D digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm
sebesar 30% atau kurang

iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008

Cara uji kepadatan berat untuk tanah

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup

Cara uji ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah
yang dipadatkan di dalam sebuah cetakan berukuran tertentu dengan penumbuk 4,54 kg
yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm. Cara uji ini mencakup ketentuan-

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
ketentuan mengenai peralatan, cara pengujian dan contoh uji, cara pengerjaan, perhitungan,
dan pelaporan.

2 Acuan normatif

AASHTO T 180 - 01, Moisture-Density Relations of Soils Using a 4,54 kg (10 lb) Rammer
and a 457 mm (18 in) Drop.
ASTM D 2168, Calibration of laboratory mechanical-rammer soil compactors
BS 1377: Part 4: 1990, Compaction-related test
SNI 03-1964-1990, Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990, Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990, Metode pengujian batas plastis tanah
SNI 03-1967-1990, Metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03-1976-1990, Metode koreksi untuk pengujian pemadatan tanah yang mengandung
butir kasar
SNI 03-4804-1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 03-6414-2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
SNI 07-6866-2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian

3 Istilah dan definisi

3.1
benda uji
contoh uji yang telah dipadatkan dan diratakan sesuai ukuran cetakan

3.2
berat jenis butir
perbandingan antara massa isi butir tanah dan masaa isi air

3.3
contoh uji
contoh tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan lolos saringan 19,0 mm (3/4”) yang telah
dicampur dengan air

3.4
kadar air
perbandingan antara massa air dan massa kering tanah
1 dari 14
SNI 1743:2008

3.5
kadar air optimum
kadar air yang paling cocok untuk cara pemadatan tertentu yang menghasilkan kepadatan

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan

3.6
kepadatan basah
perbandingan antara massa benda uji basah dan volume

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
3.7
kepadatan kering
perbandingan antara massa benda uji kering dan volume

3.8
kepadatan kering jenuh
perbandingan antara massa kering tanah dan volume total pada kondisi jenuh air (rongga
berisi udara nol)

3.9
kepadatan maksimum
kepadatan kering yang paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan

4 Ketentuan

4.1 Peralatan

a) Cetakan.
Cetakan harus dari logam berdinding teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran dan
kapasitas yang sesuai di bawah ini. (lihat Gambar A.1 dan Gambar A.2) Cetakan harus
dilengkapi dengan leher sambung yang dibuat dari bahan yang sama dengan cetakan,
dengan tinggi kurang lebih 60 mm. Cetakan dan leher sambung harus dipasang kuat-
kuat pada keping alas yang dibuat dari bahan yang sama dan dapat dilepaskan.
1) Sebuah cetakan diameter 101,60 mm mempunyai kapasitas 943 cm3 ± 8 cm3 dengan
diameter dalam 101,60 mm ± 0,41 mm dan tinggi 116,43 mm ± 0,13 mm (lihat
Gambar A.1).
2) Sebuah cetakan diameter 152,40 mm mempunyai kapasitas 2124 cm3 ± 21 cm3
dengan diameter dalam 152,40 mm ± 0,66 mm dan tinggi 116,43 mm ± 0,13 mm
(lihat Gambar A.2).
3) Cetakan yang telah aus karena dipergunakan terus menerus, sehingga tidak
memenuhi syarat toleransi pembuatan di atas, masih dapat dipergunakan apabila
toleransi-toleransi yang dilampaui tidak lebih dari 50% dan volume cetakan dikalibrasi
sesuai SNI 03-4804-1998, yang kemudian digunakan dalam perhitungan.
CATATAN 1: Jenis cetakan lain dengan kapasitas seperti ditentukan di atas dapat digunakan,
asalkan hasil uji dikorelasikan dengan hasil uji dari beberapa jenis tanah yang sama dengan yang
menggunakan cetakan berdinding teguh. Catatan korelasi tersebut harus selalu tersedia dan
mudah diperoleh apabila diperlukan.
b) Alat penumbuk.
1) Alat penumbuk tangan (manual). Penumbuk dari logam dengan massa 4,536 kg ±
0,009 kg dan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan rata, diameter 50,80 mm

2 dari 14
SNI 1743:2008

± 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak boleh kurang dari 50,42
mm. Penumbuk harus dilengkapi dengan selubung yang dapat mengatur jatuh bebas
setinggi 457 mm ± 2 mm di atas permukaan tanah yang akan dipadatkan. Selubung
harus mempunyai paling sedikit 4 buah lubang udara berdiameter tidak kurang dari

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
9,50 mm dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua ujung.
Selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak
terganggu.
2) Alat penumbuk mekanis. Alat penumbuk mekanis dari logam, dilengkapi alat
pengontrol tinggi jatuh bebas 457 mm ± 2 mm di atas permukaan tanah yang akan

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dipadatkan dan dapat menyebarkan tumbukan secara merata di atas permukaan
tanah (lihat catatan 2). Alat penumbuk harus mempunyai massa 4,536 kg ± 0,009 kg
dan mempunyai permukaan tumbuk berbentuk bundar dan rata, berdiameter
50,80 mm ± 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak boleh kurang dari
50,42 mm. Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi sesuai ASTM D 2168.
3) Alat penumbuk yang digunakan harus berpenampang bulat dengan diameter
50,80 mm. Penampang berbentuk sektor dapat juga digunakan apabila luasnya sama
dengan alat penumbuk yang berpenampang bulat dan harus dinyatakan di dalam
laporan.
CATATAN 2: Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi terhadap beberapa macam jenis tanah
dan massa penumbuk disesuaikan agar mendapatkan hubungan kadar air dengan kepadatan
kering yang sama apabila dipadatkan dengan alat penumbuk manual. Tidak praktis untuk
mengatur tinggi jatuh alat penumbuk mekanis setiap kali alat penumbuk tersebut dijatuhkan,
seperti pada alat penumbuk yang dioperasikan secara manual. Untuk mengatur tinggi jatuh alat
penumbuk mekanis, sejumlah contoh uji lepas di dalam cetakan yang akan ditumbuk pertama kali
ditekan secara pelan-pelan dengan alat penumbuk dan dari kedudukan tersebut ketinggian 457
mm diukur. Tumbukan-tumbukan berikutnya dapat dilakukan dengan menjatuhkan penumbuk dari
ketinggian 457 mm dari permukaan tanah yang ditekan tadi atau bila alat penumbuk sudah
dilengkapi pengatur ketinggian jatuh, setiap penumbukan mempunyai tinggi jatuh bebas 457 mm,
diukur dari permukaan tanah yang ditumbuk sebelumnya. Cara kalibrasi yang lebih detail untuk
alat penumbuk mekanis yang digunakan pada pemadatan tanah di laboratorium dapat dilihat pada
ASTM D 2168.
c) Alat pengeluar benda uji (extruder).
Terdiri dari sebuah dongkrak, pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai.
d) Timbangan.
Tiga buah timbangan masing-masing berkapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 1 gram,
kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan kapasitas 311 gram dengan ketelitan 0,01
gram.
e) Oven pengering.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur sampai 110°C ± 5°C untuk
mengeringkan contoh tanah basah.
f) Pisau perata.
Dibuat dari baja yang kaku dengan panjang minimum 25 cm. Salah satu sisi memanjang
pisau perata harus tajam dan sisi lainnya datar. Batas toleransi pisau perata yang
dihitung pada kelurusan sisi memanjang tidak boleh melebihi 0,1% dari panjang.
g) Saringan.
Saringan 50 mm, saringan 19 mm dan saringan No.4 (4,75 mm), sesuai persyaratan
SNI 07-6866-2002.
h) Alat pencampur.
Terdiri dari baki, sendok pengaduk, sekop, spatula dan alat-alat bantu lainnya atau alat
pencampur mekanik yang sesuai untuk mencampur contoh tanah dan air secara merata.

3 dari 14
SNI 1743:2008

i) Cawan.
Dibuat dari bahan tahan karat dan massanya tidak akan berubah akibat pemanasan dan
pendinginan yang berulang kali. Cawan harus dilengkapi penutup yang dapat dipasang
dengan rapat untuk mencegah hilangnya air dari benda uji sebelum penentuan massa

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
awal dan untuk mencegah penyerapan air dari udara terbuka setelah pengeringan dan
sebelum penentuan massa akhir.

4.2 Cara pengujian

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
a) Ditetapkan 4 pilihan cara uji yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D, sebagai berikut;

Tabel 1 Cara uji kepadatan berat untuk tanah

Uraian Cara A Cara B Cara C Cara D


Diameter cetakan (mm) 101,60 152,40 101,60 152,40
Tinggi cetakan (mm) 116,43 116,43 116,43 116,43
Volume cetakan (cm3) 943 2124 943 2124
Massa penumbuk (kg) 4,54 4,54 4,54 4,54
Tinggi jatuh penumbuk (mm) 457 457 457 457
Jumlah lapis 5 5 5 5
Jumlah tumbukan per lapis 25 56 25 56
Bahan lolos saringan No. 4 No. 4 19,00 mm 19,00 mm
(4,75 mm) (4,75 mm) (3/4”) (3/4”)

b) Masing-masing cara tersebut di atas dibagi lagi berdasarkan sifat tanah, sebagai berikut:
1) butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air. Contoh tanah
semacam ini adalah jenis contoh tanah berbutir kasar yang bersifat keras;
2) butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang
tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air. Butiran contoh tanah
yang mudah pecah umumnya jenis tanah berbutir kasar yang bersifat lunak (seperti
batu pasir dan batu kapur), sedangkan contoh tanah yang tidak mudah menyerap air
adalah jenis tanah berbutir halus (lanau dan lempung).
CATATAN 3: Jika terjadi keraguan dalam menentukan apakah butiran contoh tanah termasuk
butiran contoh tanah yang mudah pecah atau tidak, semua contoh tanah berbutir kasar dapat
dianggap sebagai contoh tanah berbutir yang mudah pecah.
c) Cara yang digunakan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah yang akan diuji.
Jika tidak, gunakan ketentuan cara A.
d) Cara A atau cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No. 4 (4,75
mm) sebesar 40% atau kurang dan cara C atau cara D digunakan untuk campuran tanah
yang tertahan saringan 19,00 mm sebesar 30% atau kurang. Bahan yang tertahan
saringan-saringan tersebut harus dinyatakan sebagai butiran kasar.
e) Jika contoh tanah yang diuji mengandung butiran kasar sebesar 5% atau lebih dan hasil
uji kepadatannya digunakan untuk pengontrolan kepadatan hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan, koreksi harus dibuat berdasarkan SNI 03-1976-1990, untuk membandingkan
kepadatan lapangan dengan kepadatan contoh yang dipadatkan di laboratorium.

4.3 Contoh uji

a) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah atau lembab,
contoh tanah tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu sehingga menjadi gembur.
Pengeringan dapat dilakukan di udara atau dengan alat pengering lain dengan
4 dari 14
SNI 1743:2008

temperatur tidak lebih dari 600C. Kemudian gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk
sedemikian rupa untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau pecah.
CATATAN 4: Tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan alat pengering.

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
b) Saring sejumlah tanah gembur yang mewakili dengan saringan No.4 (4,75 mm) untuk
cara A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm (3/4”) untuk cara C dan cara D.
c) Contoh tanah yang telah disaring dipersiapkan dengan jumlah yang sesuai dengan cara
ujinya.
1) Untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, siapkan 1 contoh
tanah paling sedikit 3 kg untuk cara A, 7 kg untuk cara B, 5 kg untuk cara C dan 11
kg untuk cara D.
2) Untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, siapkan paling
sedikit 5 contoh tanah masing-masing 2,5 kg untuk cara A, 5 kg untuk cara B, 3 kg
untuk cara C dan 6 kg untuk cara D.
d) Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai merata.
1) Untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, penambahan air
dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, penambahan air diatur sedemikian
rupa sehingga kadar airnya 2% sampai dengan 6% di bawah kadar air optimum.
Penambahan air tahap berikutnya dilakukan setelah pemadatan dan pemecahan
kembali benda uji. Perbedaan kadar air pada masing-masing tahap sekitar 1%
sampai dengan 3%.
2) Untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, penambahan air
diatur sedemikian rupa sehingga 1 contoh mempunyai kadar air mendekati kadar air
optimum, 2 contoh di bawah kadar air optimum dan 2 contoh lainnya di atas kadar air
optimum. Perbedaan kadar air masing-masing sekitar 1% sampai dengan 3%.
e) Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik atau wadah lainnya dan
ditutup rapat, kemudian didiamkan selama: 3 jam (kerikil dan pasir kelanauan/
kelempungan); 12 jam (lanau) dan 24 jam (lempung) sedangkan untuk contoh uji berupa
kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan.

5 Cara pengerjaan

5.1 Cara A

5.1.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air

a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur
diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg yang
diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk sampai
merata.

5 dari 14
SNI 1743:2008

d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5 lapis dengan
ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-kira 125 mm.
Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit melebihi 1/5

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat
penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara
merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan
menggunakan alat penumbuk dengan massa 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas
dari ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali;

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2) lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5 dengan cara yang sama
seperti untuk lapis 1.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan ratakan
permukaannya menggunakan pisau perata, sehingga betul-betul rata dengan permukaan
cetakan.
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan ketelitian 1
gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat
pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian yang
sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk
pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990.
CATATAN 5: Untuk tanah terdrainase bebas seperti pasir seragam dan kerikil yang
memungkinkan terjadi rembesan pada bagian bawah cetakan dan keping alas, contoh yang
mewakili untuk pengujian kadar air lebih baik diambil dari bak pencampur.
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan campurkan
dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya
meningkat 1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk
sampai merata.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir 5.1.1 a) sampai dengan 5.1.1
h) di atas beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.

5.1.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air

a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang diuraikan dalam 5.1.1 a) dan 5.1.1 i).
b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan kadar air yang
mendekati kadar air optimum) dan lakukan seperti yang diuraikan dalam 5.1.1 c) sampai
dengan 5.1.1 g).
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam 5.1.2 a) dan 5.1.2 b) di atas untuk
contoh uji ke 2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai massa benda uji berkurang atau
tetap.
CATATAN 6: Sebaiknya pemadatan dilakukan secara berturut-turut, mulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum kemudian dilanjutkan dengan contoh uji dengan
kadar air yang lebih besar. Hal tersebut dimaksudkan, apabila berat benda uji dengan kadar air
paling besar belum berkurang atau tetap dibandingkan berat benda uji sebelumnya, contoh uji
dengan kadar air yang paling kecil ditambahkan air melebihi kadar air yang semula paling besar.
Apabila berat benda uji masih menunjukkan peningkatan setelah semua contoh uji dipadatkan,
siapkan contoh tanah yang baru dan tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya 1%
sampai dengan 3% di atas kadar air benda uji yang paling besar.

6 dari 14
SNI 1743:2008

5.2 Cara B

Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam 5.1 (cara A) kecuali cetakan yang
digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
5.3 Cara C

5.3.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur
diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg yang
diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk sampai
merata.
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5 lapis dengan
ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-kira 125 mm.
Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit melebihi 1/5
dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat
penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara
merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan
menggunakan alat penumbuk massa 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali;
2) lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5 dengan cara yang sama
seperti untuk lapis 1.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan ratakan
permukaannya, sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan ketelitian 1
gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat
pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian yang
sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk
pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990.
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,00 mm dan 90% gumpalan
tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), kemudian campurkan dengan sisa contoh uji di
dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai
dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir 5.3.1 a) sampai dengan 5.3.1
h) di atas beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.

5.3.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air

a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang diuraikan dalam 5.3.1 a) dan 5.3.1
b).

7 dari 14
SNI 1743:2008

b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan kadar air yang
mendekati kadar air optimum) dan lakukan seperti yang diuraikan dalam 5.3.1 c) sampai
dengan 5.3.1 g).
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam 5.3.2 a) dan 5.3.2 b) di atas untuk

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
contoh uji ke 2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai massa benda uji berkurang atau
tetap.
CATATAN 7: Sebaiknya pemadatan dilakukan secara berturut-turut, mulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum kemudian dilanjutkan dengan contoh uji dengan
kadar air yang lebih besar. Hal tersebut dimaksudkan, apabila berat benda uji dengan kadar air

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
paling besar belum berkurang atau tetap dibandingkan berat benda uji sebelumnya, contoh uji
dengan kadar air yang paling kecil ditambahkan air melebihi kadar air yang semula paling besar.
Apabila berat benda uji masih menunjukkan peningkatan setelah semua contoh uji dipadatkan,
siapkan contoh tanah yang baru dan tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya 1%
sampai dengan 3% di atas kadar air benda uji yang paling besar.

5.4 Cara D

Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam 5.3 (cara C), kecuali cetakan yang
digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.

6 Perhitungan dan pelaporan

6.1 Perhitungan

a) Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut:


(B − B )
ρ= 2 1 ………………………………………………………………………………..… (1)
V
dengan pengertian:
ρ adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3;
B1 adalah massa cetakan dan keping alas, dinyatakan dalam gram;
B2 adalah massa cetakan, keping alas dan benda uji, dinyatakan dalam gram;
V adalah volume benda uji atau volume cetakan, dinyatakan dalam cm3.

b) Hitung kadar air benda uji dengan rumus sebagai berikut:


(A − B)
w= X 100% ……………………………………………...…………………………… (2)
(B − C)
dengan pengertian:
w adalah kadar air, dinyatakan dalam %;
A adalah massa cawan dan benda uji basah, dinyatakan dalam gram;
B adalah massa cawan dan benda uji kering, dinyatakan dalam gram;
C adalah massa cawan, dinyatakan dalam gram.
c) Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut:
(ρ )
ρ = X 100% ……………………………………………………………………… (3)
d (100 + w)
dengan pengertian:
ρd adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3;
ρ adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3;

8 dari 14
SNI 1743:2008

w adalah kadar air, dinyatakan dalam %.


d) Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% dengan rumus sebagai
berikut:

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
(Gs.ρ )
ρ = w X 100% ……………………………………..…………………………… (4)
d (100 + Gs.w)
dengan pengertian:
ρd adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3;

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Gs adalah berat jenis tanah;
ρw adalah kapadatan air, dinyatakan dalam gram/cm3;
w adalah kadar air, dinyatakan dalam %.

6.2 Penggambaran grafik

a) Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X) dan kadar air
(sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian gambarkan sebuah kurva yang
halus yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan,
tentukan kepadatan kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
b) Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air pada derajat
kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak boleh memotong garis jenuh dan
pada harga kadar air yang tinggi grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh
tersebut.

6.3 Pelaporan

a) Cara yang digunakan (cara A, cara B, cara C atau cara D).


Apabila cara C atau cara D yang digunakan, laporkan apakah bahan tertahan saringan
19,0 mm dibuang atau diganti.
b) Kadar air optimum dinyatakan dalam persen bilangan bulat.
c) Kepadatan kering maksimum, dibulatkan sampai 2 angka desimal.
d) Bentuk penampang alat penumbuk mekanis.

9 dari 14
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Gambar A.1 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 101,60 mm)
Lampiran A
(normatif)

10 dari 14
Gambar
SNI 1743:2008
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008

Gambar A.2 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 152,40 mm)

11 dari 14
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Gambar A.3 Cara melakukan penumbukan pada cetakan berdiameter 102 mm (4 inci)
untuk satu lapisan, sebanyak 25 tumbukan

Gambar A.4 Palu penumbuk

12 dari 14
SNI 1743:2008
SNI 1743:2008

Lampiran B
(normatif)

Contoh formulir isian

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Proyek / Pekerjaan : Dikerjakan :
No. Contoh/kedalaman : Dihitung :
Lokasi Contoh : Diperiksa :
Jenis Contoh : Tanggal :

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
PENGUJIAN KEPADATAN BERAT
(Cara …)
Persiapan Contoh Uji :
massa tanah basah (gr)
Kadar air awal (%)
Penambahan air (%)
Penambahan air (cc)

Kepadatan :
massa tanah basah + cetakan (gr)
Massa cetakan (gr)
Massa tanah basah (gr)
3
Isi cetakan (cm )
3
Kepadatan basah, ρ (gr/cm )
3
Kepadatan kering, ρd (gr/cm )

Kadar air :
No. cawan
Massa tanah basah + cawan (gr)
Massa tanah kering + cawan (gr)
Massa air (gr)
Massa cawan (gr)
Massa tanah kering (gr)
Kadar air (%)
Kepadatan kering (gr/cm3)

Kadar air (%)

Beart jenis =
Kadar air optimum (w opt) = %
3
Kepadatan kering maksimum (ρd maks.) = gr/cm

13 dari 14
SNI 1743:2008

Lampiran C
(informatif)

Contoh isian formulir

dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Proyek / Pekerjaan : Dikerjakan :
No. Contoh/kedalaman : Dihitung :
Lokasi Contoh : Diperiksa :
Jenis Contoh : Tanggal :

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
PENGUJIAN KEPADATAN BERAT
(Cara A)
Persiapan Contoh Uji :
massa tanah basah (gr) 3000 3000 3000 3000 3000
Kadar air awal (%) 12 12 12 12 12
Penambahan air (%) 12 14 16 18 20
Penambahan air (cc) 240 300 360 420 480

Kepadatan :
massa tanah basah + cetakan (gr) 5970 6060 6180 6160 6100
Massa cetakan (gr) 4405 4405 4405 4405 4405
Massa tanah basah (gr) 1565 1685 1775 1755 1695
3
Isi cetakan (cm ) 944 944 944 944 944
3
Kepadatan basah, ρ (gr/cm ) 1,66 1,78 1,88 1,86 1,80
3
Kepadatan kering, ρd (gr/cm ) 1,39 1,47 1,52 1,47 1,39

Kadar air :
No. cawan A B C D E
Massa tanah basah + cawan (gr) 264,0 260,2 265,0 268,0 260,0
Massa tanah kering + cawan (gr) 229,1 221,6 222,7 221,5 212,0
Massa air (gr) 39,4 38,6 42,3 46,5 48,0
Massa cawan (gr) 45,4 40,0 45,2 43,9 41,1
Massa tanah kering (gr) 183,7 181,6 177,5 177,6 166,9
Kadar air (%) 19,0 21,3 23,8 26,2 28,8

1.60
Garis jenuh
ρ d maksimum
Kepadatan kering (gr/cm 3)

1.55 (ZAVL)

1.50

1.45

1.40

1.35 Kadar air optimum


(w opt)
1.30
18.0 20.0 22.0 24.0 26.0 28.0 30.0
Kadar air (%)

Beart jenis = 2.62


Kadar air optimum (w opt) = 23,9 %
3
Kepadatan kering maksimum (ρd maks.) = 1,52 gr/cm

14 dari 14
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 1744:2012

Metode uji CBR laboratorium

Badan Standardisasi Nasional


Standar Nasional Indonesia

ICS 93.020
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2012

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................................... i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
Pendahuluan............................................................................................................................ iii
1 Ruang lingkup ................................................................................................................. 1
2 Acuan normatif................................................................................................................ 1
3 Istilah dan definisi ........................................................................................................... 2
4 Arti dan kegunaan........................................................................................................... 3
5 Peralatan ........................................................................................................................ 3
6 Contoh material............................................................................................................... 4
7 Hubungan kadar air dan densitas ................................................................................... 4
8 Cara pengerjaan ............................................................................................................. 5
9 Perhitungan .................................................................................................................... 7
10 Laporan......................................................................................................................... 10
Lampiran A (normatif) Gambar peralatan pengujian CBR laboratorium.................................11
Lampiran B (informatif) Gambar alat uji penetrasi CBR laboratorium ....................................16
Lampiran C (informatif) Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya ..............................17
Lampiran D (normatif) Contoh formulir isian...........................................................................18
Lampiran E (normatif) Grafik penentuan CBR desain ............................................................19
Lampiran F (informatif) Contoh isian formulir .........................................................................20
Lampiran G (informatif) Contoh penentuan CBR desain ........................................................22
Bibliografi ................................................................................................................................23

Gambar 1 - Kurva hubungan antara beban dan penetrasi...................................................... 8


Gambar 2 - Penentuan CBR desain untuk contoh uji yang dipadatkan pada kadar air
optimum ............................................................................................................... 9
Gambar 3 - Penentuan CBR desain untuk pemadatan contoh uji pada suatu rentang kadar
air tertentu.......................................................................................................... 10

Gambar A.1 - Peralatan uji CBR laboratorium....................................................................... 14

Tabel A.1 - Dimensi dan ukuran peralatan CBR.................................................................... 15

© BSN 2012 i
SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Prakata

Standar Nasional Indonesia tentang Metode uji CBR laboratorium adalah revisi dari SNI 03-
1744-1989, Metode Pengujian CBR Laboratorium. Standar ini mengacu pada AASHTO
Designation: T 193-99 (2007), The California Bearing Ratio dengan beberapa modifikasi,
lihat Lampiran C. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan beberapa
kekurangan yang terdapat pada versi sebelumnya, lihat Lampiran B.

SNI ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja
Geoteknik Jalan.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) No.8 Tahun
2007 dan dibahas dalam forum Konsensus tanggal 15 September 2009 di Bandung, dengan
melibatkan para narasumber, pakar, dan lembaga terkait.

© BSN 2012 ii
SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Pendahuluan

Pengujian CBR (California Bearing Ratio) laboratorium yang dimaksudkan pada standar ini
adalah penentuan nilai CBR contoh material tanah, agregat atau campuran tanah dan
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air sesuai yang ditentukan.

Pengujian CBR digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar,
fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan dan
lapangan terbang.

Pengujian CBR laboratorium dilakukan terhadap beberapa benda uji, umumnya tergantung
pada kadar air pemadatan dan densitas kering yang ingin dicapai. Secara umum pengujian
CBR laboratorium ini (sesuai tahapannya) mencakup penyiapan peralatan, contoh material
dan contoh uji, pemadatan, penentuan massa basah dan kadar air benda uji, perendaman,
uji penetrasi, penggambaran kurva hubungan antara beban dan penetrasi, dan penentuan
nilai CBR. CBR desain juga dapat ditentukan melalui pengujian CBR ini, yaitu dengan
menggunakan kurva hubungan antara CBR dan densitas kering dari setiap benda uji.

© BSN 2012 iii


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Metode uji CBR laboratorium

1 Ruang lingkup

a) Standar ini menetapkan cara untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) material
lapis tanah dasar, fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang
untuk perkerasan jalan dan lapangan terbang, yang dipadatkan di laboratorium. Standar
ini terutama dimaksudkan, tetapi tidak terbatas, untuk mengevaluasi kekuatan material
kohesif dengan ukuran butir maksimum kurang dari 19,0 mm (3/4 inci);
b) Apabila material yang diuji mempunyai ukuran butir maksimum lebih besar dari 19,0 mm
(3/4 inci), standar ini menetapkan cara memodifikasi gradasi material sehingga semua
material yang digunakan untuk pengujian lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci), sedangkan
jumlah fraksi tertahan saringan 4,75 mm (No. 4) dan lolos saringan 75 mm (3 inci) tetap
sama. Walaupun secara tradisional, cara mempersiapkan contoh material tersebut telah
digunakan untuk menghindari kesalahan dalam pengujian material yang mengandung
material berukuran besar di dalam peralatan uji CBR, kemungkinan material yang
dimodifikasi mempunyai sifat kekuatan yang berbeda secara signifikan dibandingkan
material asli. Akan tetapi berdasarkan pengalaman, cara memodifikasi gradasi material
ini telah umum digunakan, dan cara desain yang memuaskan diperoleh berdasarkan
hasil pengujian sesuai cara ini;
c) Studi terdahulu menunjukkan bahwa CBR material yang mengandung sejumlah
persentase partikel tertahan saringan 4,75 mm (No. 4) lebih bervariasi dibandingkan
dengan material yang lebih halus. Untuk material tersebut, diperlukan lebih banyak
percobaan (mínimum tiga kali percobaan) untuk menentukan nilai CBR yang dapat
dipercaya;
d) Standar ini menetapkan cara penentuan CBR material pada kadar air optimum atau
pada rentang kadar air dan densitas kering yang ditentukan sesuai hasil uji densitas.
Densitas kering umumnya dinyatakan sebagai persentase dari densitas kering
maksimum sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008;
e) Kadar air atau rentang kadar air dan densitas kering yang diperlukan untuk pengujian
CBR ini harus ditentukan;
f) Kecuali jika ditentukan lain atau jika tidak berpengaruh terhadap hasil pengujian, semua
benda uji harus direndam di dalam air terlebih dahulu sebelum dilakukan uji penetrasi;
g) Satuan yang digunakan dalam standar ini dinyatakan dalam SI.

2 Acuan normatif

SNI 1965:2008, Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan.
SNI 1742:2008, Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 1743:2008, Cara uji kepadatan berat untuk tanah.
SNI 3423:2008, Cara uji analisis ukuran butir tanah.

© BSN 2012 1 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut:

3.1
benda uji
contoh uji yang telah dipadatkan dan diratakan sesuai ukuran cetakan

3.2
CBR (California Bearing Ratio)
perbandingan antara beban penetrasi suatu jenis material dan beban standar pada
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama

3.3
contoh uji
contoh material lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci) yang telah dicampur dengan air

3.4
densitas basah
perbandingan antara massa benda uji basah dan volume total

3.5
densitas kering
perbandingan antara massa benda uji kering dan volume total

3.6
densitas kering maksimum
densitas kering yang paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan

3.7
energi pemadatan (compaction effort)
energi (jumlah tumbukan per lapis) yang dibutuhkan untuk memadatkan contoh uji pada
kadar air tertentu untuk mencapai densitas yang ditentukan

3.8
kadar air
perbandingan antara massa air dan massa tanah kering konstan

3.9
kadar air optimum
kadar air yang paling cocok untuk cara pemadatan tertentu yang menghasilkan densitas
kering paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan

3.10
pengembangan
perubahan tinggi benda uji setelah direndam dalam air untuk jangka waktu tertentu sesuai
yang ditentukan

© BSN 2012 2 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
4 Arti dan kegunaan

a) Standar ini digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar,
fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan
dan lapangan terbang. Nilai CBR yang diperoleh dapat digunakan sebagai salah satu
parameter desain perkerasan;
b) Jika pengaruh kadar air pemadatan terhadap CBR kecil, seperti pada material bersifat
kurang kohesif (cohesionless), material berbutir kasar, atau jika perbedaan kadar air
pemadatan diperbolehkan dalam desain, CBR harus ditentukan pada kadar air optimum
sesuai energi pemadatan yang ditentukan. Densitas kering yang ditentukan umumnya
dinyatakan dalam persentase minimum densitas kering yang diizinkan sesuai
persyaratan densitas kering lapangan;
c) Jika pengaruh kadar air pemadatan terhadap CBR tidak diketahui atau jika pengaruh
kadar air pemadatan perlu diperhitungkan, CBR harus ditentukan pada suatu rentang
kadar air, umumnya pada rentang kadar air yang diizinkan sesuai persyaratan pekerjaan
pemadatan di lapangan;
d) Kriteria untuk mempersiapkan benda uji material yang bersifat semen (self-cementing)
atau material lain, seperti material yang distabilisasi, yang kekuatannya tergantung
waktu, harus didasari evaluasi ahli geoteknik. Benda uji material tersebut harus dirawat
(cured) sebelum dilakukan uji penetrasi (untuk CBR tanpa direndam) atau sebelum
direndam (untuk CBR direndam).

5 Peralatan

a) Cetakan - Cetakan berupa silinder dari logam dengan ukuran diameter bagian dalam
(152,40 ± 0,66) mm dan tinggi (177,80 ± 0,46) mm. Cetakan harus dilengkapi leher
sambung (extension collar) dengan tinggi ± 50 mm dan keping alas yang berlubang
banyak yang dapat dipasang pas (tidak bergerak) pada kedua ujung cetakan, lihat
Lampiran A. Setiap pengujian, paling kurang disediakan tiga cetakan;
b) Keping pemisah - Sebuah keping pemisah dari logam, berpenampang bundar (lingkaran)
dengan diameter (150,80 ± 0,80) mm dan tinggi (61,37 ± 0,25) mm, lihat Lampiran A dan
CATATAN 1;
CATATAN 1 - Apabila menggunakan cetakan dengan tinggi 177,80 mm, diperlukan keping alas
dengan tinggi 61,37 mm untuk menghasilkan ketebalan atau tinggi benda uji padat 116,43 mm
sesuai SNI 1742 : 2008 atau SNI 1743 : 2008.
c) Penumbuk - Alat penumbuk yang digunakan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008;
d) Peralatan pengukur pengembangan - Terdiri dari keping pengembangan dengan
tangkai/batang yang dapat diatur, lihat Lampiran A, dan sebuah kaki tiga (tripot) untuk
dudukan arloji ukur pengembangan. Keping pengembangan harus dibuat dari logam
dengan diameter (149,20 ± 1,60) mm dan dibuat berlubang banyak dengan diameter
lubang 1,60 mm. Kaki tiga yang digunakan untuk dudukan arloji ukur pengembangan
dipasang pada permukaan cetakan atau jika diperlukan, pada permukaan leher
sambung;
e) Arloji ukur - Dua arloji ukur, masing-masing harus berkapasitas 25 mm dengan ketelitian
pembacaan sampai 0,02 mm;
f) Keping beban - Keping beban dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan
lubang berdiameter ± 54,00 mm di tengah-tengahnya atau berupa keping terpisah
(belah). Diameter keping beban (149,20 ± 1,60) mm dengan massa setiap keping (2,27 ±
0,04) kg, lihat Lampiran A dan CATATAN 2;

© BSN 2012 3 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
CATATAN 2 - Jika menggunakan keping yang terpisah, massa total (sepasang) keping tersebut
harus (2,27 ± 0,04) kg.
g) Piston penetrasi - Sebuah piston dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan
diameter (49,63 ± 0,13) mm, luas penampang 1935 mm2 (3 inci2) dan panjang tidak
kurang dari 102 mm, lihat Lampiran A;
h) Peralatan pembebanan - Sebuah peralatan tekan yang mampu memberikan
peningkatan beban yang seragam pada kecepatan penetrasi piston ke dalam benda uji
sebesar 1,27 mm/menit. Kapasitas peralatan tekan ini harus melebihi kapasitas
kekuatan material yang diuji;
i) Bak perendam - Sebuah bak perendam yang sesuai untuk mempertahankan tinggi air 25
mm di atas permukaan benda uji;
j) Oven pengering - Sebuah oven pengering yang dilengkapi pengatur suhu, mampu
mempertahankan suhu (110 ± 5) °C untuk mengeringkan contoh basah;
k) Cawan kadar air - Cawan kadar air sesuai SNI 1965:2008;
l) Peralatan bantu - Peralatan bantu seperti bak pencampur (baki), sendok pengaduk,
pisau pemotong, alat perata (straightedge), kertas filter dan timbangan.

6 Contoh material

Contoh material harus ditangani dan benda uji harus dipersiapkan sesuai cara D dari SNI
1742:2008 atau SNI 1743:2008 (untuk pemadatan contoh uji menggunakan cetakan 152,40
mm), kecuali:
a) Jika semua material lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci), semua material tersebut dapat
digunakan untuk pengujian tanpa modifikasi. Jika ada material yang tertahan saringan
19,0 mm (3/4 inci), material tersebut dipisahkan dan diganti dengan material yang lolos
saringan 19,0 mm (3/4 inci) dan tertahan saringan 4,75 mm (No. 4). Jumlah material
pengganti harus sama dengan jumlah material yang digantikannya, yang diperoleh dari
jenis material yang sama yang telah dipisahkan sebelumnya dari contoh yang tidak
digunakan untuk pengujian;
b) Untuk CBR pada kadar air optimum, harus dipersiapkan contoh material sebanyak 35 kg
atau lebih, dan pilih contoh material yang mewakili ± 11 kg untuk pengujian hubungan
antara kadar air dan densitas kering (uji densitas) dan sisa contoh material dibagi
menjadi tiga bagian, masing-masing ± 6,8 kg untuk pengujian CBR;
c) Untuk CBR pada suatu rentang kadar air tertentu, harus dipersiapkan contoh material
sebanyak 113 kg atau lebih, dan pilih contoh material yang mewakili paling kurang lima
contoh, masing-masing ± 6,8 kg untuk setiap uji densitas dan sekaligus sebagai benda
uji CBR.

7 Hubungan kadar air dan densitas

a) CBR pada kadar air optimum - Menggunakan 11 kg contoh material yang dipersiapkan
sesuai butir 6 b), tentukan kadar air optimum dan densitas kering maksimum sesuai SNI
1742:2008 atau SNI 1743:2008. Jika sebelumnya telah dilakukan uji densitas, kadar air
optimum dan densitas kering maksimum dapat mengacu pada hasil uji densitas tersebut,
kecuali jika contoh mengandung material tertahan saringan 19,0 mm (3/4 inci), material
tanah dipersiapkan sesuai butir 6 a), lihat CATATAN 3);
CATATAN 3 - Densitas kering maksimum yang diperoleh dari uji densitas yang menggunakan
cetakan berdiameter 101,60 mm (4 inci) kemungkinan sedikit lebih tinggi daripada densitas kering

© BSN 2012 4 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
maksimum yang diperoleh dari uji densitas menggunakan cetakan berdiameter 152,40 (6 inci)
atau cetakan CBR.
b) CBR untuk suatu rentang kadar air tertentu - Menggunakan contoh material yang telah
dipersiapkan sesuai butir 6 c), kemudian tentukan kadar air optimum dan densitas kering
maksimum sesuai cara D dari SNI 1742:2008 atau SNI 1743 : 2008 kecuali jika cetakan
yang digunakan adalah cetakan CBR dan setiap benda uji dilakukan uji penetrasi untuk
menentukan nilai CBR. Hubungan antara kadar air dan densitas kering untuk energi
pemadatan 25 tumbukan per lapis dan 10 tumbukan per lapis juga harus ditentukan dan
setiap benda uji dilakukan uji penetrasi untuk menentukan nilai CBR. Semua pemdatan
dilakukan dalam cetakan CBR apabila densitas kering ditentukan pada atau mendekati
100 % densitas kering maksimum, diperlukan uji densitas dengan energi pemadatan
lebih besar dari 56 tumbukan per lapis, lihat CATATAN 4.
CATATAN 4 - Kurva hubungan antara densitas kering dan energi pemadatan umumnya
berbentuk garis lurus (linear) apabila digambarkan dalam bentuk kurva semilogaritma dengan
energi pemadatan (J/m3) digambarkan pada skala logaritma. Kurva ini berguna untuk
menetapkan energi pemadatan dan jumlah tumbukan per lapis yang dibutuhkan untuk
memperoleh densitas kering dan rentang kadar air yang ditentukan.
Jika CBR direndam yang akan ditentukan, contoh material yang mewakili diambil untuk
menentukan kadar air pada saat memulai dan setelah pemadatan benda uji, masing-
masing satu contoh uji kadar air. Uji kadar air dilakukan sesuai SNI 1965:2008. Jika CBR
tanpa direndam yang akan ditentukan, benda uji kadar air diambil sesuai SNI 1742:2008
atau SNI 1743:2008 jika kadar air rata-rata diperlukan.

8 Cara pengerjaan

8.1 Pembuatan benda uji

8.1.1 CBR pada kadar air optimum

a) Umumnya, tiga contoh uji (lihat CATATAN 5 dan CATATAN 6) harus dipadatkan
sedemikian sehingga densitas kering berkisar antara 95 % (atau lebih kecil) sampai 100
% (atau lebih besar) dari densitas kering maksimum yang ditentukan sesuai butir 7 a);
CATATAN 5 - Umumnya kira-kira 10, 30 dan 65 tumbukan per lapis diperlukan untuk
memadatkan contoh uji 1, 2 dan 3. Lebih dari 56 tumbukan per lapis umumnya diperlukan untuk
memadatkan contoh uji CBR sampai 100 % densitas kering maksimum sesuai SNI 1742:2008
atau SNI 1743:2008.
CATATAN 6 - Beberapa institusi (laboratorium) memilih pengujian hanya dilakukan terhadap satu
contoh uji yang dipadatkan sampai mencapai densitas kering maksimum pada kadar air optimum
sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008.
b) Pasang cetakan CBR pada keping alas, dikunci dan ditimbang sampai 5 g terdekat.
Masukkan keping pemisah ke dalam cetakan dan pasang kertas filter kasar pada
permukaan keping pemisah. Pasang leher sambung pada permukaan cetakan dan
dikunci pada batang/tangkai dari keping alas;
c) Campur setiap contoh material yang telah dipersiapkan sesuai butir 6 b) dengan
sejumlah air yang sesuai untuk mencapai kadar air optimum sesuai butir 7 a);
d) Padatkan contoh uji pertama dari tiga contoh uji di dalam cetakan, dengan pola
pemadatan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008, sebagai berikut:
1) Jika densitas kering maksimum ditentukan sesuai SNI 1742:2008, pemadatan
dilakukan dalam tiga lapis yang sama, setiap lapis 10 tumbukan, menggunakan alat
penumbuk yang sesuai untuk mendapatkan ketebalan padat total sekitar 125 mm;

© BSN 2012 5 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
2) Jika densitas kering maksimum ditentukan sesuai SNI 1743:2008, pemadatan
dilakukan dalam lima lapis yang sama, setiap lapis 10 tumbukan, menggunakan alat
penumbuk yang sesuai untuk mendapatkan ketebalan padat total sekitar 125 mm.
Pemadatan setiap lapis dengan jumlah tumbukan paling sedikit dimaksudkan untuk
mendapatkan densitas kering ≤ 95 % densitas kering maksimum.
e) Tentukan kadar air material yang dipadatkan (kadar air sebelum direndam). Massa
contoh kadar air minimum 100 g untuk material berbutir halus dan 500 g untuk material
berbutir kasar. Penentuan kadar air harus dilakukan sesuai SNI 1965:2008;
f) Buka leher sambung, potong kelebihan benda uji dengan pisau pemotong dan ratakan
permukaannya sampai rata dengan permukaan cetakan menggunakan alat perata.
Permukaan yang tidak beraturan atau berlubang harus diisi dengan material halus,
kemudian dipadatkan dan diratakan;
g) Keluarkan keping pemisah dari dalam cetakan, pasang kertas filter kasar di atas keping
alas berlubang banyak, kemudian cetakan berisi benda uji yang telah dibalik dan
tempatkan di atas kertas filter sehingga benda uji yang telah dipadatkan terletak di atas
kertas filter. Pasang keping alas berlubang banyak pada cetakan dan kemudian pasang
leher sambung dan dikunci. Timbang cetakan berisi benda uji (untuk menentukan massa
benda uji) sampai 5 g terdekat;
h) Lakukan pemadatan untuk contoh uji kedua dan ketiga sesuai langkah d) sampai
dengan g), kecuali untuk contoh uji kedua diperlukan 30 tumbukan per lapis dan untuk
contoh uji ketiga diperlukan 65 tumbukan per lapis, lihat CATATAN 5.

8.1.2 CBR pada suatu rentang kadar air tertentu

Persiapkan benda uji sesuai butir 7 b). Lakukan semua pemadatan di dalam cetakan CBR.
Semua benda uji yang telah dipersiapkan harus diuji penetrasi (CBR). Apabila densitas
kering ditentukan sampai atau mendekati 100 % densitas kering maksimum, diperlukan
contoh uji yang dipadatkan dengan energi pemadatan lebih dari 56 tumbukan per lapis.

8.2 Perendaman

a) Pasang leher sambung pada permukaan cetakan dan dikunci pada batang/tangkai
keping alas (jika diperlukan). Pasang keping pengembangan dengan batang atau
tangkai pengatur di atas benda uji di dalam cetakan dan pasang keping beban untuk
menghasilkan intensitas pembebanan yang sama dengan massa lapis material
perkerasan di atas material yang diuji. Massa total keping beban minimum 4,54 kg
(ekuivalen dengan tebal perkerasan sekitar 150 mm). Jika massa keping beban
ditingkatkan, peningkatan harus dilakukan setiap (2,27 ± 0,04) kg;
b) Pasang kaki tiga dengan arlorji ukur pengembangan pada permukaan cetakan atau leher
sambung (jika digunakan), atur dan tentukan pembacaan awalnya;
c) Masukkan cetakan berisi benda uji ke dalam air dan biarkan air meresap atau masuk
secara bebas dari permukaan dan dasar benda uji. Selama perendaman, pertahankan
permukaan air di dalam cetakan dan bak perendaman sekitar 25 mm di atas permukaan
benda uji. Rendam benda uji sekitar 96 jam (4 hari), lihat CATATAN 7;
CATATAN 7 - Periode perendaman lebih singkat (tidak kurang dari 24 jam) dapat digunakan
untuk material agregat tanah yang terdrainase dengan cepat jika pengujian memperlihatkan
bahwa periode perendaman yang lebih singkat tidak berpengaruh terhadap hasil pengujian.
Untuk beberapa tanah lempung, periode perendaman lebih dari 4 hari mungkin diperlukan.
d) Setelah perendaman selama 96 jam, tentukan pembacaan akhir arloji pengembangan
dan hitung pengembangan, dinyatakan sebagai persentase tinggi benda uji awal,
sebagai berikut:
© BSN 2012 6 dari 23
SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
h1 − h0
Δh = x 100 …………………………………………………………………… (1)
h0
Keterangan:
Δh adalah pengembangan, dinyatakan dalam persen (%)
h0 adalah tinggi awal benda uji (= 116,43 mm)
h1 adalah tinggi akhir benda uji setelah perendaman, dinyatakan dalam mm

e) Keluarkan benda uji dari bak perendam, tuangkan air dari permukaan benda uji dan
biarkan selama 15 menit. Lakukan secara hati-hati, permukaan benda uji tidak boleh
terganggu selama penuangan air. Setelah air dituangkan, keluarkan keping beban
beserta keping berlubang banyak.
CATATAN 8 - Massa benda uji dapat ditentukan setelah penuangan air apabila diperlukan untuk
menentukan rata-rata densitas basah benda uji yang direndam dan dikeluarkan airnya.

8.3 Uji penetrasi

a) Pasang keping beban di atas benda uji dengan massa yang sama dengan keping beban
yang digunakan selama perendaman. Pemasangan keping beban ini dilakukan per
keping. Untuk mencegah naiknya material lunak melalui lubang pada keping beban,
setelah pemasangan satu keping beban, atur piston penetrasi sampai menyentuh
permukaan benda uji dan berikan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg). Setelah
pengaturan piston penetrasi, keping beban lainnya yang tersisa dipasang di sekeliling
piston;
b) Atur piston penetrasi dengan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg), kemudian atur arloji
pengukur penetrasi dan arloji beban pada posisi nol;
c) Berikan beban pada piston penetrasi sedemikian sehingga kecepatan penetrasi seragam
pada 1,27 mm/menit. Catat beban apabila penetrasi menunjukkan 0,32 mm (0,0125
inci); 0,64 mm (0,025 inci); 1,27 mm (0,050 inci); 1,91 mm (0,075 inci); 2,54 mm (0,10
inci); 3,81 mm (0,15 inci); 5,08 mm (0,20 inci); dan 7,62 mm (0,30 inci). Pembacaan
beban pada penetrasi 10,16 mm (0,40 inci) dan 12,70 mm (0,50 inci) dapat ditentukan
apabila diperlukan.
CATATAN 9 - Kadar air pada lapisan sampai setebal 25 mm dari permukaan benda uji dapat
ditentukan setelah uji penetrasi (kadar air setelah direndam, jika diperlukan). Contoh untuk
pengujian kadar air paling kurang 100 g untuk material butiran halus dan 500 g untuk material
yang mengandung butiran kasar.

9 Perhitungan

9.1 Kurva beban - penetrasi

Gambarkan kurva hubungan antara beban dan penetrasi setiap benda uji sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1. Dalam beberapa hal, terutama pada awal pembacaan, beban
meningkat tidak sebanding dengan peningkatan penetrasi sehingga kurva yang diperoleh
cenderung berbentuk cekung. Untuk mendapatkan kurva hubungan antara beban dan
penetrasi yang benar, koreksi bagian kurva yang berbentuk cekung tersebut sampai
mendekati bentuk kurva standar dengan mengatur atau memperpanjang bagian garis lurus
dari kurva hubungan beban penetrasi dan penetrasi yang diperoleh ke bawah sampai
memotong sumbu X atau absis. Misalnya, titik X0 adalah perpotongan antara perpanjangan
kurva dan sumbu X dengan jarak a dari titik penetrasi 0,00 mm (0,00 in), lihat garis putus-
putus pada kurva 2. Selanjutnya, titik penetrasi 2,54 mm (0,10 inci) dan 5,08 mm (0,20 inci)

© BSN 2012 7 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
digeser ke kanan masing-masing dengan jarak a dari titik semula (titik X1 dan X2) sehingga
beban berubah menjadi Y1 untuk penetrasi X1 dan Y2 untuk penetrasi X2.

Gambar 1 - Kurva hubungan antara beban dan penetrasi

9.2 CBR

Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji pada penetrasi 2,54 mm (0,10
inci) dan 5,08 mm (0,20 inci). Nilai CBR, dinyatakan dalam persen, diperoleh dengan
membagi nilai beban terkoreksi pada penetrasi X22,54 mm (0,10 inci) dan 5,08 mm (0,20 inci)
dengan beban standar secara berurutan sebesar 13 kN (3000 lbs) dan 20 kN (4500 lbs),
dan kalikan dengan 100, lihat persamaan (2).
Beban terkoreksi
CBR = X100 …………………………………………………………….…….. (2)
Beban standar
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inci). Jika CBR pada penetrasi 5,08 mm
(0,20 inci) lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inci), pengujian CBR harus
diulang. Jika setelah diulang, tetap memberikan hasil yang serupa, CBR pada penetrasi 5,08
mm (0,20 inci) harus digunakan.

© BSN 2012 8 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
9.3 CBR desain untuk pemadatan pada kadar air optimum

Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk kurva seperti ditunjukkan
pada Gambar 2. CBR desain ditentukan pada persentase densitas kering maksimum yang
diperlukan, umumnya pada persentase minimum yang disyaratkan sesuai spesifikasi.

125

65 tum buk an/lapis


100
C B R direndam (% )

75

25 tum buk an/lapis


CB R des ain = 52 %
50

25

10 tum buk an/lapis

0
1 ,8 9
1,68 1,76 1,84 1,92 2,00 2,08

3
D e nsitas ke ring (g/cm )

Contoh:
Jika densitas kering maksimum = 1,99 g/cm3, tentukan CBR pada densitas kering 95 % densitas
kering maksimum
Solusi: 95 % dari 1,986 g/cm3 = 1,89 g/cm3
Pada densitas kering = 1,89 g/cm3, CBR = 52 %

Gambar 2 - Penentuan CBR desain untuk contoh uji yang dipadatkan pada kadar air
optimum

9.4 CBR desain untuk pemadatan pada rentang kadar air tertentu

Data hasil pengujian yang diperoleh dengan menggunakan 3 energi pemadatan


digambarkan dalam bentuk kurva sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Data yang
digambarkan tersebut menunjukkan respons tanah pada suatu rentang kadar air yang
ditentukan. Untuk pelaporan, pilih CBR yang paling kecil dalam rentang kadar air yang
ditentukan dengan densitas kering antara minimum yang ditentukan dan densitas kering
yang dihasilkan melalui pemadatan dalam rentang kadar air yang ditentukan. Dari kurva
hubungan antara densitas kering dan CBR terkoreksi, diperoleh CBR desain = 10,5 %.

© BSN 2012 9 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Keterangan:

o 56 tumbukan per lapis


† 25 tumbukan per lapis
Δ 10 tumbukan per lapis

Catatan: Pembebanan untuk perendaman dan uji penetrasi = 22,73 kg. Semua benda uji direndam
selama 4 hari. Semua benda uji dipadatkan dalam 5 lapis di dalam cetakan CBR, menggunakan
penumbuk 4,5 kg dengan tinggi jatuh 457 mm.

Gambar 3 - Penentuan CBR desain untuk pemadatan contoh uji pada suatu rentang
kadar air tertentu

10 Laporan

Laporan harus mencakup informasi berikut untuk setiap benda uji:


a) Energi pemadatan (jumlah tumbukan per lapis);
b) Kadar air pemadatan, (%);
c) Densitas kering, (g/cm3);
d) Pengembangan, (%);
e) CBR, (%).

© BSN 2012 10 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran A
(normatif)
Gambar peralatan pengujian CBR laboratorium

Tampak atas

Tampak depan

Cetakan dengan leher sambung

© BSN 2012 11 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lanjutan

Tampak atas

Tampak depan

Keping pemisah

Tampak depan

Tangkai/batang pengatur dan keping


(pelat) alas
Pegangan untuk keping pemisah

© BSN 2012 12 dari 23


“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

Tampak samping

Kaki tiga untuk menentukan pengembangan

13 dari 23
Tampak atas

Tampak depan
SNI 1744:2012

© BSN 2012
Lanjutan
SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lanjutan

Tampak depan

Tampak atas

Keping beban

Tampak depan

Piston penetrasi

Tampak atas

Tampak depan

Keping beban

Gambar A.1 - Peralatan uji CBR laboratorium

© BSN 2012 14 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tabel A.1 - Dimensi dan ukuran peralatan CBR

Kaki tiga untuk menentukan pengembangan


Dimensi A B C D E F G H I J K
Ukuran, mm 6,3 12,7 63,5 120,6 9,5 1,6 152,4 190,5 76,2 95,2 19,0
Toleransi
Keping beban
Dimensi L M
Ukuran, mm 54,0 149,2
Toleransi 1,6

Keping pemisah
Dimensi N P
Ukuran, mm 150,8 61,37
Toleransi 0,8 0,25
Cetakan dan leher sambung
Dimensi A E F G O P Q T U V W X Y Z
Ukuran, mm 6,3 9,5 1,6 152,40 177,80 61,37 88,9 158,0 238,1 165,1 212,7 23,8 33,3 50,8
Toleransi 0,66 0,46 0,25
Piston
Dimensi A R S
Ukuran, mm 6,3 69,8 49,63
Toleransi 0,13
Tangkai/batang dan keping pengatur
Dimensi c d e f g h K m n p r s t
Ukuran, mm 5,6 11,9 3,2 46,04 50,8 69,8 75,4 19,0 28,6 9,5 6,3 107,9 149,2
Toleransi 1,6

© BSN 2012 15 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran B
(informatif)
Gambar alat uji penetrasi CBR laboratorium

Gambar B.1 - Tipikal alat uji penetrasi CBR laboratorium

© BSN 2012 16 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran C
(informatif)
Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya

Uraian / Pasal/Sub
SNI 03-1744-1989 RSNI 1744:2012
Pasal
Sistematika - Sesuai Pedoman
penulisan Standardisasi Nasional (PSN)
08 : 2007
Ruang lingkup Tidak diuraikan secara khusus Diuraikan secara khusus pada
butir 1
Standar acuan Tidak diuraikan Terdiri dari beberapa standar,
termasuk standar –standar
pengujian berkaitan dengan
AASHTO T 193-99 (2007)
Kegunaan Tidak diuraikan secara detail Diuraikan lebih detail (terinci)
(terinci)
Peralatan Gambar peralatan tidak lengkap Gambar peralatan lebih
lengkap
Contoh material Jumlah contoh material Jumlah contoh material yang
(campuran tanah dan agregat) dipersiapkan untuk setiap
yang dipersiapkan untuk setiap benda uji adalah ± 6,8 kg.
benda uji adalah 5 kg atau lebih
untuk tanah dan 5,5 kg untuk
campuran tanah dan agregat
Metode uji Ditetapkan satu metode Ditetapkan dua metode, yaitu
pengujian, yaitu metode penentuan CBR material pada
penentuan CBR material pada kadar air optimum dan pada
kadar air optimum, Tiga contoh rentang kadar air sesuai kadar
uji dipadatkan dengan jumlah air dan densitas kering yang
tumbukan per lapis 10 kali, 35 ditentukan. Untuk CBR pada
kali dan 75 kali kadar air optimum,
dipersiapkan 3 contoh uji yang
dipadatkan dengan jumlah
tumbukan per lapis 10 kali, 30
kali dan 65 kali, dan untuk
CBR pada rentang kadar
tertentu, dipersiapkan paling
kurang 5 contoh uji,
dipadatkan dengan jumlah
tumbukan per lapis 56 kali

© BSN 2012 17 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran D
(normatif)
Contoh formulir isian

Nama laboratorium penguji :


Proyek/pekerjaan : No. contoh :
Lokasi contoh tanah : Jenis contoh tanah :

UJI CBR LABORATORIUM


SNI 1744 : 200xx
Sebelum Sesudah
Pengembangan, kalibrasi arloji ukur = ...... mm Densitas, No. Cetakan …… direndam direndam
Tanggal Massa benda uji + cetakan, g
Jam Massa cetakan, g
Pembacaan, dev Massa benda uji basah, g
3
Perubahan, dev Isi cetakan, cm
3
Pengembangan, % Densitas basah (ρ), g/cm
3
Densitas kering (ρd), g/cm

Penetrasi, kalibrasi proving ring, k = … kN (=……. lb)


Pembacaan Beban penetrasi = P e n e tra si (in ci)
Waktu Penetrasi arloji ukur pembacaan arloji
(menit) beban ukur beban x k
mm in devisi kN lb
0 0 0
1/4 0,32 0,0125
1/2 0,64 0,025
1 1,27 0,050
1 1/2 1,91 0,075
2 2,54 0,10
3 3,81 0,15
4 5,08 0,20
6 7,62 0,30
8 10,16 0,40
10 12,70 0,50

Beban (lb)
Beban (kN)

Sebelum Sesudah
Kadar air direndam direndam
No. cawan
Massa tanah basah + cawan, g
Massa tanah kering + cawan, g
Massa a i r, g
Massa cawan, g
Massa tanah kering, g
Kadar air (w), %

Nilai CBR, %
2,54 mm 0,10 in
…… ……
x 100 x 100
13,35 3000
= …… = ……
5,08 mm 0,20 in
…… ……
x 100 x 100
20,02 4500 P e n e tra si (m m )
= …… = ……
Catatan: Jumlah tumbukan/lapis = …..
….………, …………….……

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa oleh Penyelia


Tanggal : Tanggal :
Tanda tangan : Tanda tangan :

Nama : Nama :

© BSN 2012 18 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran E
(normatif)
Grafik penentuan CBR desain

Nama laboratorium penguji :


Proyek/pekerjaan : No. contoh :
Lokasi contoh tanah : Jenis contoh tanah :

PENENTUAN CBR DESAIN UNTUK CONTOH UJI YANG DIPADATKAN PADA KADAR AIR
OPTIMUM
SNI 1744 : 200xx

Hasil pengujian CBR:


Jumlah tumbukan/lapis
CBR, %
Densitas kering (ρd), g/cm3
(% )
CBR

De n sita s ke rin g (g /cm 3 )

Cara pemadatan : Sesuai SNI …


Kadar air optimum (w opt) : %
Densitas kering maksimum (ρd maks) : g/cm3
Densitas kering desain (95% ρd maks) : g/cm3
CBR desain : %

………, ………………….…

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa oleh Penyelia


Tanggal : Tanggal :
Tanda tangan : Tanda tangan :

Nama : Nama :

© BSN 2012 19 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran F
(informatif)
Contoh isian formulir

A. Jumlah tumbukan 65 per lapis (tanpa koreksi)

Nama laboratorium penguji : Balai Geoteknik Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung
Proyek/pekerjaan : Jalan Kompleks Perumahan PU, Bandung No. contoh :1
Lokasi contoh tanah : Ciganea, Purwakarta Jenis contoh tanah : Pasir kelempungan

UJI CBR LABORATORIUM


SNI 1744 : 20xx
Sebelum Sesudah
Pengembangan, kalibrasi arloji ukur = 0,01 mm Densitas, No. Cetakan B direndam direndam
Tanggal 17/6-08 18/6-08 19/6-08 20/6-08 21/6-08 Massa tanah + cetakan, g 10950 11000
Jam 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 Massa cetakan, g 6943 6943
Pembacaan, dev 0 11 15 16 17 Massa tanah basah, g 4007 4057
3
Perubahan, dev 0 11 15 16 17 Isi cetakan, cm 2122 2125
3
Pengembangan, % 0,2 Densitas basah (ρ), g/cm 1,89 1,91
3
Densitas kering (ρd), g/cm 1,50 1,48

Penetrasi, kalibrasi proving ring, k = … kN (=1,093 lb)


Pembacaan Beban penetrasi = P e n e t r as i ( in c i)
Waktu Penetrasi arloji ukur pembacaan arloji
(menit) beban ukur beban x k 0,0 0 0 ,10 0 ,2 0 0,3 0 0 ,40 0 ,5 0
mm in devisi kN lb 4 ,4 10 0 0
0 0 0 0 0,0
1/4 0,32 0,0125 53 57,9
4 ,0 90 0
1/2 0,64 0,025 98 107,1
1 1,27 0,050 163 178,2
1 1/2 1,91 0,075 218 238,3 3 ,6 80 0
2 2,54 0,10 262 286,4
3 3,81 0,15 332 362,9
4 5,08 0,20 384 419,7 3 ,1 70 0
6 7,62 0,30 451 492,9
8 10,16 0,40 487 532,3
10 12,70 0,50 502 548,7 2 ,7 60 0
Beban (kN)

Beban (lb)
Sebelum Sesudah
Kadar air direndam Direndam 2 ,2 50 0
No. cawan GH52 GH29
Massa'tanah basah + cawan, g 128,9 130,0
1 ,8 40 0
Massa'tanah kering + cawan, g 106,3 105,0
Massa a i r, g 22,6 25,0
Massa cawan, g 18,0 18,1
1 ,3 30 0
Massa tanah kering, g 88,3 86,9
Kadar air (w), % 25,6 28,8
0 ,9 20 0

Nilai CBR, %
2,54 mm 0,10 in 0 ,4 10 0
…… 286
X 100 X 100
13 3000
= …… = 9,5 0 ,0 0
5,08 mm 0,20 in 0,0 0 2 ,54 5 ,0 8 7,6 2 1 0 ,1 6 1 2 ,7 0
…… 420 Pe n e tr as i (m m )
X 100 X 100
20 4500
= …… = 9,3
Catatan: : Jumlah tumbukan/lapis = 65
Bandung, 10 Agustus 2009

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa oleh Penyelia


Tanggal : 5 Agustus 2009 Tanggal : 10 Agustus 2009
Tanda tangan : Tanda tangan :

Nama : A. Jainudin Nama : Sumarno, BE

© BSN 2012 20 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
B. Jumlah tumbukan 65 per lapis (dengan koreksi)

Nama laboratorium penguji : Balai Geoteknik Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung
Proyek/pekerjaan : Jalan Kompleks Perumahan PU, Bandung No. contoh :1
Lokasi contoh tanah : Ciganea, Purwakarta Jenis contoh tanah : Pasir kelempungan

UJI CBR LABORATORIUM


SNI 1744 : 20xx
Sebelum Sesudah
Pengembangan, kalibrasi arloji ukur = 0,01 mm Densitas, No. Cetakan D direndam direndam
Tanggal 17/6-08 18/6-08 19/6-08 20/6-08 21/6-08 Massa tanah + cetakan, g 10750 10840
Jam 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 Massa cetakan, g 6745 6745
Pembacaan, dev 0 19 23 25 25 Massa tanah basah, g 4005 4095
3
Perubahan, dev 0 19 23 25 25 Isi cetakan, cm 2122 2126
3
Pengembangan, % 0,2 Densitas basah (ρ), g/cm 1,89 1,93
3
Densitas kering (ρd), g/cm 1,51 1,49

Penetrasi, kalibrasi proving ring, k = … kN (=1,093 lb)


Pembacaan Beban penetrasi = P e n e t r a s i ( in c i)
Waktu Penetrasi arloji ukur pembacaan arloji
(menit) beban ukur beban x k 0,0 0 0 ,10 0 ,2 0 0,3 0 0 ,40 0 ,5 0
mm in devisi kN lb 4 ,4 10 0 0
0 0 0 0 0,0
1/4 0,32 0,0125 5 5,5
1/2 0,64 0,025 12 13,1 4 ,0 90 0
1 1,27 0,050 40 43,7
1 1/2 1,91 0,075 92 100,6
3 ,6 80 0
2 2,54 0,10 160 174,9
3 3,81 0,15 246 268,9
4 5,08 0,20 300 327,9
3 ,1 70 0
6 7,62 0,30 374 408,8
8 10,16 0,40 422 461,3
10 12,70 0,50 466 509,3 2 ,7 60 0

Sebelum Sesudah
Beban (kN)

Beban (lb)
Kadar air direndam Direndam 2 ,2 50 0
No. cawan GH94 HK99
Massa'tanah basah + cawan, g 126,1 125,3
Massa'tanah kering + cawan, g 104,0 101,1 1 ,8 40 0
Massa a i r, g 22,1 24,2
Massa cawan, g 18,2 18,3
Massa tanah kering, g 85,8 82,8 1 ,3 30 0
Kadar air (w), % 25,7 29,3

0 ,9 20 0
Nilai CBR, % 5 ,0 8 mm
2,54 mm 0,10 in 2 ,5 4 mm
…… 250 0 ,4 10 0
X 100 X 100 Titik p e n tr a s i 0 ,0 0 s ete la h
13 3000
= …… = 8,3 d ikor e ks i
5,08 mm 0,20 in 0 ,0 0
…… 362 0 ,0 0 2 ,54 5 ,0 8 7,6 2 1 0 ,1 6 1 2 ,7 0
X 100 X 100
20 4500 P e n e t r as i ( m m )
= …… = 8,0
Catatan: : Jumlah tumbukan/lapis = 65
Bandung, 10 Agustus 2009

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa oleh Penyelia


Tanggal : 5 Agustus 2009 Tanggal : 10 Agustus 2009
Tanda tangan : Tanda tangan :

Nama : A. Jainudin Nama : Sumarno, BE

© BSN 2012 21 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran G
(informatif)
Contoh penentuan CBR desain

Nama laboratorium penguji : Balai Geoteknik Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung
Proyek/pekerjaan : Jalan Kompleks Perumahan PU, Bandung No. contoh :1
Lokasi contoh tanah : Ciganea, Purwakarta Jenis contoh tanah : Pasir kelempungan

PENENTUAN CBR DESAIN UNTUK CONTOH UJI YANG DIPADATKAN PADA KADAR AIR
OPTIMUM
SNI 1744 : 20xx

Hasil pengujian CBR:


Jumlah tumbukan/lapis 10 30 65
CBR, % 3,5 6,0 9,5
Densitas kering (ρd), g/cm3 1,20 1,42 1,50
10
65 tum buk an/lapis

8
(% )

CB R des ain = 6,5 %


6
30 tum buk an/lapis
CB R d ire n d a m

95 %   ρ d   m ax = 1,43 g/c m 3

10 tum buk an/lapis

0
1 ,1 0 1 ,2 0 1 ,3 0 1 ,4 0 1 ,5 0 1 ,6 0

Dens itas k ering (g/c m 3 )

Cara pemadatan : Sesuai SNI 1742 : 2008


Kadar air optimum : 27,5 %
Densitas kering maksimum (ρd maks) : 1,50 g/cm3
Densitas kering desain (95% ρd maks) : 1,43 g/cm3
CBR desain : 6,5 %

Bandung, 10 Agustus 2009

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa oleh Penyelia


Tanggal : 5 Agustus 2009 Tanggal : 10 Agustus 2009
Tanda tangan : Tanda tangan :

Nama : A. Jainudin Nama : Sumarno, BE

© BSN 2012 22 dari 23


SNI 1744:2012

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi

SNI 1966:2008, Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah
SNI 1967:2008, Cara uji penentuan batas cair tanah
SNI 03-1975-1990, Metode mempersiapkan contoh tanah dan tanah mengandung agregat
SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 03-6797-2002, Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat untuk konstruksi
jalan
SNI 03-6866-2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian

© BSN 2012 23 dari 23


Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
No. 04/SE/M/2010

tentang

Pemberlakukan Pedoman Cara Uji California Bearing


Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


Jakarta, 25 Februari 2010

Kepada yang terhormat,


1) Gubernur di seluruh Indonesia
2) Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia
3) Seluruh Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum
4) Seluruh Pejabat Eselon II di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum

Perihal : Pemberlakuan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR)


dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

SURAT EDARAN
Nomor : 04/SE/M/2010

Dalam rangka melaksanakan Pasal 78 ayat (1), Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, perlu penetapan pedoman
penyelenggaraan jalan mengenai cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) dengan Surat Edaran Menteri sebagai berikut:

I. UMUM

Surat Edaran ini diterbitkan untuk menjadi acuan bagi perencana, pelaksana, dan
pengawas dalam melakukan evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan
dengan prosedur yang cepat.

Tujuan ditetapkan pedoman ini untuk dapat digunakan oleh perencana, pelaksana, dan
pengawas dalam melaksanakan evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan
dengan suatu prosedur yang cepat, yaitu dengan menggunakan Dynamic Cone
Penetrometer (DCP).

Pemberlakuan Surat Edaran ini bagi Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum untuk digunakan sebagaimana mestinya, sedangkan bagi
Gubernur dan Bupati / Walikota di seluruh Indonesia agar dapat digunakan sebagai
acuan sesuai kebutuhan.

II. MATERI MUATAN

Pedoman cara uji CBR dengan DCP meliputi:


a. Pendahuluan.
b. Tata cara penulisan dalam lampiran Surat Edaran Menteri ini sesuai ketentuan
Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8 Tahun 2007.

1
c. Peralatan utama yang digunakan dalam evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis
fondasi jalan adalah alat DCP. Selain itu diperlukan pula alat bantu, antara lain
seperti cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill dan lain-lain.
d. Dalam pelaksanaan pengujian CBR dengan DCP, diperlukan 3 (tiga) orang
teknisi.
e. Pelaksanaan pengujian dimulai dengan persiapan alat dan lokasi pengujian,
kemudian dilakukan pengujian dengan DCP dan penentuan nilai CBR.

Pedoman cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dimuat secara
lengkap dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Surat
Edaran Menteri ini

Demikian atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

2
LAMPIRAN
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 04/SE/M/2010
TANGGAL: 25 Februari 2010

PEDOMAN CARA UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) DENGAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
Daftar isi

Daftar isi ................................................................................................................................. i


Prakata .................................................................................................................................. ii
Pendahuluan .........................................................................................................................iii
1 Ruang lingkup .................................................................................................................. 1
2 Istilah dan definisi ............................................................................................................ 1
3 Peralatan dan personil ..................................................................................................... 1
3.1 Peralatan utama......................................................................................................... 1
3.2 Alat bantu................................................................................................................... 2
3.3 Personil ...................................................................................................................... 2
4 Persiapan alat dan lokasi pengujian................................................................................. 2
5 Cara pengujian................................................................................................................. 3
6 Cara menentukan nilai CBR............................................................................................. 3
Lampiran A Gambar-gambar alat penetrometer konus dinamis (DCP) .................................. 5
Lampiran B Formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)...................................... 7
Lampiran C Formulir hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi ........................ 8
Lampiran D Hubungan nilai DCP dengan CBR ...................................................................... 9
Lampiran E Contoh isian formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP) ................ 10
Lampiran F Contoh isian hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi ................ 11
Bibliografi............................................................................................................................. 12

i
Prakata

Pedoman Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini disusun untuk
dijadikan acuan bagi perencana, pelaksana, dan pengawas dalam melakukan evaluasi
kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan dengan prosedur yang cepat.
Pedoman ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan
dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8
Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 8 Juli 2008 di Bandung yang
melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

ii
Pendahuluan

Cara uji ini merupakan suatu prosedur yang cepat untuk melaksanakan evaluasi kekuatan
tanah dasar dan lapis fondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer,
(DCP). Cara uji ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian CBR lapangan tidak bisa
dilakukan.
Pengujian tersebut memberikan kekuatan lapisan bahan sampai kedalaman 90 cm di bawah
permukaan yang ada dengan tidak melakukan penggalian sampai kedalaman pada
pembacaan yang diinginkan.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi dari konus
(kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan fondasi karena pengaruh penumbuk
kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan penetrometer diubah
menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR.
Pedoman ini mencakup ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, peralatan, cara
pengujian dan cara perhitungan untuk menentukan nilai CBR.

iii
Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

1 Ruang lingkup

Pedoman ini menetapkan cara uji kekuatan atau daya dukung (CBR) di lapangan secara
cepat dengan menggunakan alat penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone
Penetrometer, DCP). Peralatan dan prosedur yang diuraikan dibatasi untuk pengujian tanah
dasar dan atau lapis fondasi jalan dengan ukuran butir maksimum 4 cm.

2 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang digunakan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:

2.1
California Bearing Ratio (CBR)
rasio beban penetrasi suatu bahan dengan piston standar yang mempunyai luas 1935 mm (3
inci persegi) terhadap beban standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi 1,27
mm/menit (0,05 inci per menit)

2.2
konus
logam terbuat dari baja keras, yang bagian ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 30
untuk bahan granular. Untuk hal-hal khusus seperti tanah berbutir halus digunakan kerucut
dengan sudut 60, penggunaan sudut konus akan menentukan pula rumus atau grafik
hubungan nilai DCP dan CBR yang harus digunakan untuk menentukan nilai CBR (gambar
pada Lampiran A)

2.3
lubang uji (test pits)
pengujian dengan membuat lubang uji yang umumnya berukuran 60 cm x 60 cm untuk
mengetahui jenis lapisan perkerasan sampai kedalaman tertentu atau tanah dasar

3 Peralatan dan personil

3.1 Peralatan utama

Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga bagian utama yang satu sama lain
harus disambung sehingga cukup kaku, seperti telihat pada Lampiran A

3.1.1 Bagian atas

a) Pemegang;
b) Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-jatuh setinggi 575 mm;
c) Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.

1 dari 12
3.1.2 Bagian tengah

a) Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja;


b) Cincin peredam kejut;
c) Pegangan untuk pelindung mistar penunjuk kedalaman.

3.1.3 Bagian bawah

a) Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter 16 mm;


b) Batang penyambung, panjang antara 40 cm sampai dengan 50 cm, diameter 16 mm
dengan ulir dalam di bagian ujung yang satu dan ulir luar di ujung lainnya;
c) Mistar berskala, panjang 1 meter, terbuat dari plat baja;
d) Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di bagian ujung, diameter 20 mm, sudut
60 atau 30;
e) Cincin pengaku.

3.2 Alat bantu

Peralatan bantu adalah cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill, dan untuk
pengujian pada lapisan perkerasan beraspal, alat ukur yang digunakan panjang/pita ukur
yang bisa dikunci, kunci pas, formulir lapangan dan alat tulis.

3.3 Personil

Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi, yaitu:


a) satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang dengan tegak;
b) satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan penumbuk;
c) satu orang untuk mencatat hasil.

4 Persiapan alat dan lokasi pengujian

Persiapan alat dan lokasi pengujian, sebagai berikut:


a) sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan batang atas
dengan landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah tersambung dengan
kokoh;
b) tentukan titik pengujian, catat Sta./Km., kupas dan ratakan permukaan yang akan diuji;
c) buat lubang uji pada bahan perkerasan yang beraspal, sehingga didapat lapisan tanah
dasar;
d) ukur ketebalan setiap bahan perkerasan yang ada dan dicatat.

2 dari 12
5 Cara pengujian

a) Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
b) Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar yang rata dan
stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;
c) Mencatat jumlah tumbukan;
1) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh
batas pegangan;
2) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
3) Lakukan langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) di atas, catat jumlah tumbukan
dan kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(a) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang tidak
keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk setiap 1 tumbukan
atau 2 tumbukan;
(b) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka
harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan sampai
dengan 10 tumbukan.
4) Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3 tumbukan.
Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik tersebut sampai
mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
d) Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm dari titik uji
satu ke titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah pengujian;
1) Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;
2) Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga
menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan tanah;
3) Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan alat dari
kotoran dan simpan pada tempatnya;
4) Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.

6 Cara menentukan nilai CBR

Pencatatan hasil pengujian dilakukan menggunakan formulir pengujian penetrometer konus


dinamis (DCP), seperti terlihat pada Lampiran B.
a) Periksa hasil pengujian lapangan yang terdapat pada formulir pengujian penetrometer
konus dinamis (DCP) dan hitung akumulasi jumlah tumbukan dan akumulasi penetrasi
setelah dikurangi pembacaan awal pada mistar penetrometer konus dinamis (DCP);
b) Gunakan formulir hubungan kumulatif (total) tumbukan dan kumulatif penetrasi pada
Lampiran C, terdiri dari sumbu tegak dan sumbu datar, pada bagian tegak menunjukkan
kedalaman penetrasi dan arah horizontal menunjukkan jumlah tumbukan;
c) Plotkan hasil pengujian lapangan pada salib sumbu di grafik pada Lampiran C.
d) Tarik garis yang mewakili titik-titik koordinat tertentu yang menunjukkan lapisan yang
relatif seragam;
e) Hitung kedalaman lapisan yang mewakili titik-titik tersebut, yaitu selisih antara
perpotongan garis-garis yang dibuat pada 6.d), dalam satuan mm;

3 dari 12
f) Hitung kecepatan rata-rata penetrasi (DCP, mm/tumbukan atau cm/tumbukan) untuk
lapisan yang relatif seragam;
Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan selisih tumbukan.
g) Gunakan gambar grafik atau hitungan formula hubungan nilai DCP dengan CBR dengan
cara menarik nilai kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal ke atas sehingga
memotong garis tebal untuk sudut konus 60 atau garis putus-putus untuk sudut konus
30;
h) Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga nilai CBR dapat diketahui.

4 dari 12
Lampiran A Gambar-g amb ar alat p en etrom eter konus din am is (DCP)

(normatif)
Gambar-gambar alat penetrometer konus dinamis (DCP)

Gambar A.1 - Penetrometer konus dinamis (DCP)

5 dari 12
Pegangan
Pegangan

Ulir masuk ke
3,5 cm pegangan

Batang Sekunder
(57,5+ H) cm

(57.5+H) cm
Baja keras  16 mm
Penumbuk
H
3,5 cm
Ulir untuk Landasan

6,5 cm
3,5 cm
Landasan
3,.5 cm
Ulir untuk Landasan
Batang Utama baja
Batang Utama Keras  16 mm,
100 cm dengan skala baca
dalam mm

1,5 cm Ulir Untuk Konus


Konus
2 cm
BATANG-BATANG
1,5 cm Ta
Ulir Untuk Batang Utama
1,0 cm

11,5 cm 1,2 cm

H cm 1,6 cm
8,5 cm

0,7 cm

Ukuran seperti
ditentukan agar KONUS
PALU mendapatkan
berat Palu 8 Kg
5 CM

10 CM

Gambar A.2 - Bagian dari penetrometer konus dinamis (DCP)

6 dari 12
Lampiran B Formulir p engujian pen etro met er konu s din amis (DCP)

(normatif)
Formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)

Nama Instansi Penguji

PENGUJIAN PENETROMETER KONUS DINAMIS (DCP)

Proyek : Dikerjakan :
Lokasi : Dihitung :
Km/Sta : Tanggal :
0 0
Ukuran Konus : 30 / 60

Penetrasi Kumulatif DCP


Banyak Kumulatif Penetrasi CBR
Tumbukan Tumbukan .
(mm) (mm) (mm/tumbukan) (%)

Diperiksa oleh penyelia, Dikerjakan oleh teknisi,


Tanggal : . . . . . . . . . . . . . . Tanggal : . . . . . . . . . . . . .

(........................) (........................)

7 dari 12
Lampiran C Formulir hubu ngan ku mulatif tumb ukan d an kum ulatif penetr asi

(normatif)
Formulir hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi

Nama Instansi Penguji

PENGUJIAN PENETROMETER KONUS DINAMIS (DCP)

Proyek : Dikerjakan :
Lokasi : Dihitung :
Km/Sta : Tanggal :
0 0
Ukuran Konus : 30 / 60

Komulatif Jumlah Tumbukan


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0

100
200
Komulatif Penetrasi (mm)

300

400

500
600

700

800
900

1000

Diperiksa oleh penyelia, Dikerjakan oleh teknisi,


Tanggal : . . . . . . . . . . . . . . Tanggal : . . . . . . . . . . . . .

(........................) (........................)

8 dari 12
Lampiran D Hubungan nilai DCP d eng an CBR

(normatif)
Hubungan nilai DCP dengan CBR

1000 1000

DCP Konus 60O


Log10 (CBR) = 2.8135 - 1.313 Log10(mm/tumbukan)

100 100
DCP Konus 30O
Log10 (CBR) = 1.352 - 1.125 Log10(cm/tumbukan)
CBR (persen)

10 10

1 1
0.1 1 10 100

0
0 1 10 100
DCP (mm/tumbukan)

9 dari 12
Lampiran E Contoh isian formulir p engujian p enet rom eter kon us din amis (DC P)

(informatif)
Contoh isian formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jalan AH. Nasution 264, Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251-3, Fax (022) 7802726 – Bandung 40294, e-mail : pusjal@melsa.net.id

PENGUJIAN PENETROMETER KONUS DINAMIS (DCP)

Proyek : Aplikasi Tailing Dikerjakan : Yani


Lokasi : Jalan Agimuga Timika Dihitung : Ngadiman
Km/Sta : 1+850 (Badan Jalan) Tanggal : 4 Febr 2006
0
Ukuran konus : 60

Banyak Kumulatif Kumulatif


Penetrasi DCP CBR
Tumbukan Tumbukan Penetrasi
(mm) (mm) (mm/tumbukan) (%)
0 0 40 0
5 5 180 140
16.80 16.02
5 10 242 202
5 15 292 252
5 20 315 275
5 25 350 310
5 30 375 335
5.09
5 35 393 353 76.92
5 40 415 375
5 45 440 400
5 50 470 430
5 55 560 520
5 60 625 585
5 65 680 640
5 70 750 710 13.43 21.50
5 75 795 755
5 80 860 820
5 85 940 900

Diperiksa oleh Penyelia : Dikerjakan oleh Teknisi :

Tanggal : 4 Februari 2006 Tanggal : 4 Februari 2006

( Yani ) ( Ngadiman )

10 dari 12
Lampiran F Contoh isian hubung an kumu lat if tumbu kan dan kumulatif p en etrasi

(informatif)
Contoh isian hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jalan AH. Nasution 264, Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251-3, Fax (022) 7802726 – Bandung 40294, e-mail : pusjal@melsa.net.id

PENGUJIAN PENETROMETER KONUS DINAMIS (DCP)

Proyek : Aplikasi Tailing Dikerjakan : Yani


Lokasi : Jalan Agimuga Timika Dihitung : Ngadiman
Km/Sta : 1+850 (Badan Jalan) Tanggal : 4 Febr 2006
0
Ukuran Konus : 60

Komulatif Tumbukan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0

-100

-200
Komulatif Penetrasi (mm)

-300

-400

-500

-600

-700

-800

-900

-1000

Diperiksa oleh Penyelia : Dikerjakan oleh Teknisi :

Tanggal : 4 Februari 2006 Tanggal : 4 Februari 2006

( Yani ) ( Ngadiman )

11 dari 12
Bibliografi

SNI 03-1744, Metode pengujian CBR laboratorium.


SNI 03-4153, Metode pengujian penetrasi dengan SPT (Standar Penetration Tests).
Overseas Road Note 31 (1993), A guide to the structural design of bitumen-surfaced roads in
tropical and sub-tropical countries. Transport Research Laboratory, United Kingdom.
Austroads (1992). Pavement Design. A Guide to the structural design of roads pavements.

12 dari 12
SNI 2828:2011

Standar Nasional Indonesia

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan)


dengan alat konus pasir

ICS 75.140; 93.020 Badan Standardisasi Nasional


SNI 2828:2011

Daftar isi

Daftar isi ................................................................................................................................. i


Prakata ...................................................................................................................................ii
1 Ruang lingkup .................................................................................................................. 1
2 Acuan normatif ................................................................................................................. 1
3 Istilah dan definisi............................................................................................................. 1
4 Peralatan ......................................................................................................................... 2
4.1 Peralatan densitas ........................................................................................................ 2
4.2 Takaran untuk menentukan berat isi pasir..................................................................... 2
4.3 Pasir.............................................................................................................................. 2
4.4 Timbangan .................................................................................................................... 2
4.5 Peralatan pengering ...................................................................................................... 2
4.6 Alat bantu lainnya.......................................................................................................... 3
5 Penentuan faktor koreksi konus dan berat isi pasir .......................................................... 3
5.1 Pengisian pasir dalam botol alat.................................................................................... 3
5.2 Penentuan berat isi pasir (DB) ....................................................................................... 4
6 Prosedur .......................................................................................................................... 5
7 Perhitungan...................................................................................................................... 6
Lampiran A (normatif) Formulir pengujian metode uji densitas tanah di tempat (lapangan)
dengan alat konus pasir ......................................................................................................... 7
Lampiran B (informatif) Contoh pengisian formulir pengujian metode uji densitas tanah di
tempat (lapangan) dengan alat konus pasir ........................................................................... 8
Lampiran C (informatif) Deviasi teknis dan keterangan .......................................................... 9
Bibliografi ............................................................................................................................. 10

Gambar 1 - Alat uji densitas tanah dengan konus pasir ......................................................... 3

Tabel 1 - Volume minimum lubang uji dan berat contoh untuk kadar air
berdasarkan ukuran butir maksimum .................................................................... 5

© BSN 2011 i
SNI 2828:2011

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan)
dengan alat konus adalah revisi dari SNI 03-2828-1992 tentang Metode pengujian
kepadatan lapangan dengan alat konus pasir. SNI Revisi ini hasil adopsi dari AASHTO
T191-02; Density of soil in place by the sand-cone method, edisi Tahun 2004 part II Test.
Modifikasi yang dimaksud meliputi penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia, format
penulisan, dan beberapa deviasi teknis.
Hal-hal yang ditambah antara lain perlunya koreksi kepadatan akibat adanya butir kasar
dalam contoh uji sesuai dengan SNI 03-1976-1991, serta disajikan tabel tentang kedalaman
minimum lubang uji dan jumlah contoh tanah untuk uji kadar air.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan
dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8
Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 22 Juli 2008 di Bandung yang
melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

© BSN 2011 ii
SNI 2828:2011

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) menggunakan alat
konus pasir. Peralatan yang diuraikan di sini dibatasi untuk pengujian tanah yang
mengandung partikel berbutir dengan diameter tidak lebih dari 50 mm.
Hasil perhitungan dalam pengujian ini dibulatkan ke unit terdekat, sesuai dengan ketentuan
pembulatan nilai dalam SNI 19-6408.

2 Acuan normatif

Dokumen referensi yang terkait dengan standar ini:


SNI 03-1742, Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 03-1965.1, Metode pengujian kadar air tanah dengan alat speedy.
SNI 03-1965, Metode pengujian kadar air tanah.
SNI 03-1976, Metode koreksi untuk pengujian pemadatan tanah yang mengandung butir
kasar.
SNI 03-4804, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat.
SNI 03-6414, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan.
SNI 19-6408, Tata cara penentuan suku bilangan yang signifikan terhadap nilai batas yang
dipersyaratkan
ASTM D 4643, Test method for determination of water (moisture) content of soil by
microwave oven method.
ASTM D 4959, Test method for determination of water (moisture) content of soil by direct
heating method.

3 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut:

3.1
berat isi tanah kering
massa tanah per satuan volume dalam keadaan tanah tidak mengandung air, dalam satuan
gr/cm3

3.2
berat isi tanah
massa tanah per satuan volume dalam keadaan tanah masih mengandung air, dalam satuan
gr/cm3

© BSN 2011 1 dari 10


SNI 2828:2011

3.3
derajat densitas
perbandingan berat isi kering tanah dipadatkan di lapangan dengan berat isi kering tanah
dipadatkan di laboratorium yang dinyatakan dalam persen

3.4
massa tanah
massa tanah dalam keadaan tanah asli masih mengandung air, dalam satuan gram

4 Peralatan

4.1 Peralatan densitas

a) Botol transparan, kapasitas ± 4 liter (1 galon) dan corong yang dilengkapi dengan lubang
katup silinder pengatur berdiameter 12,7 mm untuk saluran pasir, dan mempunyai
corong di bagian ujungnya;
b) Katup mempunyai kran yang dapat dibuka untuk mengalirkan pasir dan dapat ditutup
untuk menghentikan aliran pasir atau bila aliran pasir telah berhenti mengalir dalam
corong konus;
c) Peralatan harus disesuaikan dengan persyaratan yang tertulis dalam Gambar 1.
Peralatan lain yang proporsi alatnya sama dapat digunakan sejauh prinsip dasar
penentuan volume pasir teramati;
d) Pelat dasar atau pelat corong untuk mengkalibrasi dan menguji (lihat Gambar 1).

4.2 Takaran untuk menentukan berat isi pasir

Kontainer atau silinder penakar adalah takaran untuk kalibrasi yang telah diketahui isinya
(VC). Dimensi takaran kira-kira sesuai dengan volume lubang terbesar yang akan digali.
Takaran harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03-4804.
CATATAN 1 - Diameter bagian dalam takaran harus sama dengan atau sedikit lebih kecil dari pada
diameter lubang pelat dasar yang digunakan bersama konus pasir.

4.3 Pasir

Pasir curah yang bersih, kering, bulat bebas mengalir (ukuran sama, sejenis), tidak
mengandung bahan pengikat, berukuran butir lolos saringan No. 10 (2,00 mm ) dan tertahan
saringan No. 200 (0,075 mm). Untuk memilih pasir yang dapat digunakan, dilakukan
penentuan beberapa berat isi pasir curah. Pasir dapat digunakan bila berdasarkan hasil
penentuan berat isi pasir curah tersebut, mempunyai variasi tidak lebih dari 1%.
CATATAN 2 - Pasir yang sudah digunakan dan tercampur dengan lempung, bila diperlukan boleh
digunakan kembali setelah dibersihkan atau dicuci dan dikeringkan.

4.4 Timbangan

Sebuah timbangan sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03-6414, Kelas G 20.

4.5 Peralatan pengering

Kompor atau oven atau peralatan lainnya yang dapat digunakan untuk mengeringkan contoh
uji.

© BSN 2011 2 dari 10


SNI 2828:2011

4.6 Alat bantu lainnya

a) Linggis kecil, palu, pahat, atau sendok tembok untuk menggali lubang uji;
b) Wajan penggoreng diameter 254 mm, atau alat lainnya untuk menggoreng contoh tanah;
c) Wadah dengan tutupnya, kantung plastik, atau lainnya untuk menampung contoh uji,
contoh tanah basah, atau pasir masing-masing untuk uji densitas;
d) Saringan No. 4, No. ¾”, No. 10 dan No. 200;
e) Kuas kecil, mistar penyipat, dan buku catatan.

± 4000 mL

Gambar 1 - Alat uji densitas tanah dengan konus pasir

5 Penentuan faktor koreksi konus dan berat isi pasir

5.1 Pengisian pasir dalam botol alat

a) Letakkan botol alat yang masih kosong di atas permukaan yang datar, tutup katup dan
isi corong dengan pasir;
b) Buka katup dan jaga corong berisi setengahnya selama pengisian pasir. Bila pasir
berhenti mengalir ke dalam botol, tutup katup dengan kuat dan kosongkan kelebihan
pasir dalam corong (lihat Catatan 3);
c) Tentukan dan catat berat botol terisi pasir (m1);
d) Letakkan pelat dasar corong pada permukaan dasar yang bersih, datar dan rata.
Balikkan botol alat terisi pasir dan dudukkan mulut corong di atas lubang pelat dasar;

© BSN 2011 3 dari 10


SNI 2828:2011

e) Buka katup corong, biarkan pasir mengalir sampai pasir berhenti mengalir (lihat Catatan
3);
f) Tutup katup corong dengan segera, pindahkan botol dan tentukan berat alat dengan sisa
pasir dalam botol (m2);
g) Berat pasir yang mengisi konus dan pelat dasar dihitung dengan perbedaan antara berat
awal, m1 (lihat langkah pada 5.1.c), dan berat akhir, m2 (lihat langkah pada 5.2.c). Catat
beratnya sebagai koreksi konus (CC);
CC = m1 – m2 ………………………………………..………………… (1)
Keterangan:
m1 adalah berat botol alat terisi pasir
m2 adalah berat botol alat dan sisa pasir
h) Untuk hasil yang lebih teliti, setiap kali pengujian dapat dilakukan penentuan koreksi
konus di atas permukaan yang akan diuji.
CATATAN 3 - Selama pengisian pasir ke dalam botol, getaran dapat menyebabkan penambahan
berat isi pasir yang diukur dan mengurangi ketelitian. Batasi waktu sesingkat mungkin antara
penentuan berat isi pasir dan penggunaannya di lapangan karena dapat menghasilkan perubahan
berat volume, akibat adanya perubahan kadar air atau pemadatan pasir.
CATATAN 4 - Setiap wadah/kantong pasir mempunyai koreksi konus dan faktor kalibrasi pasir yang
berbeda. Setiap satu set konus pasir dan pelat dasar corong konus juga dapat memiliki koreksi konus
dan berat isi yang berbeda. Jika memiliki lebih dari satu alat konus pasir, maka konus pasir dan pelat
dasar harus ditandai dan masing-masing dicatat faktor koreksi atau berat isinya.

5.2 Penentuan berat isi pasir (DB)

a) Ganti jumlah pasir yang terpakai dalam corong sesuai dengan 5.1, tutup katup corong,
dan tentukan berat botol alat berikut pasir (m3);
b) Letakkan posisi kontainer atau takaran kalibrasi di atas permukaan yang bersih, rata dan
datar. Letakkan pelat dasar di atas takaran kalibrasi (lihat Catatan 3). Balikkan botol alat
dan dudukkan mulut corong pada ceruk pelat dasar;
c) Buka katup corong dan jaga sampai pasir berhenti mengalir (lihat Catatan 3);
d) Tutup katup corong dengan kuat, pindahkan botol alat dan tentukan berat botol dan sisa
pasir (m4);
e) Hitung berat pasir yang mengisi kontainer, corong dan pelat dasar. Nyatakan beratnya
(langkah pada 5.2.a), dan berat awal (langkah pada 5.2.d);
f) Tentukan berat pasir dalam kontainer saja, dengan menghitung berat koreksi konus
(langkah pada 5.2.a) dari berat total pasir dalam kontainer, corong dan pelat dasar;
g) Tentukan berat isi pasir yang dikalibrasi (faktor kalibrasi pasir). Bagi berat pasir dalam
kontainer (langkah pada 5.2.f), dengan volume kontainer yang ditentukan sesuai dengan
SNI 03-4804, dengan rumus:
(m 3 - m 4 - C C )
DB = ………………………..........………………………… (2)
VC
Keterangan:
m3 adalah berat botol alat terisi pasir;
m4 adalah berat botol alat dan sisa pasir;
Cc adalah koreksi konus;
Vc adalah volume kontainer;
h) Catat berat isi ini untuk acuan pengujian berikutnya (lihat CATATAN 4).

© BSN 2011 4 dari 10


SNI 2828:2011

6 Prosedur

a) Isi botol alat dengan pasir sesuai dengan 5.1. Catat berat total (m51).
b) Siapkan permukaan pada tempat yang akan diuji sehingga pada posisi rata dan datar.
c) Dudukkan pelat dasar di atas permukaan yang sudah disiapkan. Gali lubang di bawah
lubang pelat dasar dengan hati-hati, untuk mencegah gangguan terhadap tanah yang
akan diambil. Tanah yang mengandung bahan berbutir perlu penggalian yang ekstra
hati-hati. Masukkan tanah yang lepas-lepas dengan hati-hati ke dalam sebuah wadah,
agar tidak hilang. Selama penggalian perlu hati-hati untuk menghindari kehilangan kadar
air tanah yang sedang diambil.
d) Letakkan botol alat di atas pelat dasar, buka katup corong. Setelah pasir berhenti
mengalir, tutup katup corong (lihat Catatan 3).
e) Timbang botol alat termasuk sisa pasir (m6) dan catat.
f) Timbang tanah basah yang telah diambil dari lubang uji.
g) Aduk tanah basah dengan sempurna, sisihkan sebagian sesuai Tabel 1 dan timbang
contoh uji untuk penentuan kadar air tanah.
h) Keringkan dan timbang contoh tanah untuk menentukan kadar air tanah, sesuai dengan
SNI 03-1965, atau cara uji cepat sesuai dengan SNI 03-1965.1, ASTM D 4959 atau
ASTM D 4643. Hasil kadar air yang diperoleh menggunakan uji cepat harus dikoreksi
terhadap nilai yang diuji dengan SNI 03-1965. Hitung kadar air tanah sampai 0,1 persen
terdekat.
CATATAN 5 - Volume minimum lubang uji untuk penentuan kepadatan tanah di tempat disajikan
dalam Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan berat minimum untuk contoh uji kadar air, sesuai dengan
ukuran butir maksimum dalam campuran tanah.

Tabel 1 - Volume minimum lubang uji dan berat contoh untuk kadar air berdasarkan
ukuran butir maksimum

Ukuran butir Volume Perkiraan kedalaman Berat minimum


maksimum lubang uji galian (mm) pada contoh uji untuk
minimum lubang uji diameter kadar air tanah,
mm Alternatif
cm3 150 mm gr
4,75 No. 4 710 40 100
12,5 ½“ 1415 80 250
25,0 1” 2125 120 500
50,0 2” 2830 240 1.000

© BSN 2011 5 dari 10


SNI 2828:2011

7 Perhitungan

a) Hitung volume lubang uji tanah (VH);


(m 5 - m 6 - C C )
VH = ………………......……………………………………… (3)
DB
Keterangan:
VH adalah volume lubang uji;
m5 adalah berat awal botol alat dan pasir;
m6 adalah berat akhir botol alat dan pasir;
CC adalah koreksi konus, dan
DB adalah berat isi pasir.
Hitung volume lubang uji sampai 1 cm3 terdekat.

b) Hitung berat tanah kering dari lubang uji dengan rumus sebagai berikut;
M WS
MDS = .............................................................................................(4)
æ w ö
1 + çç ÷÷
è 100 ø
Keterangan:
MDS adalah berat kering tanah dari lubang uji;
MWS adalah berat contoh tanah basah dari lubang uji, dan;
w adalah persentase kadar air tanah dari lubang uji.
Hitung berat tanah kering sampai 1 g terdekat.

c) Hitung densitas tanah kering di tempat, dengan rumus sebagai berikut.


MDS
DD = …………………………………….………………………………… (5)
VH
Keterangan:
DD adalah densitas tanah kering di tempat dari lubang uji;
MDS adalah berat kering tanah dari lubang uji (lihat prosedur 6);
VH adalah volume lubang uji (lihatTabel 1).
Hitung densitas tanah sampai 1 g/cm3 terdekat.

© BSN 2011 6 dari 10


SNI 2828:2011

Lampiran A
(normatif)
Formulir pengujian metode uji densitas tanah di tempat (lapangan)
dengan alat konus pasir

Nama instansi penguji

Lampiran surat No :
Nomor titik : Dikerjakan oleh :
Pekerjaan : Diperiksa oleh :
Lokasi Tanggal Pengujian :

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Nomor Titik
No Uraian Rumus dan Simbol
1 2
1 Koreksi konus pasir (CC):
Berat botol alat + pasir (gr) m1
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m2
Koreksi konus (gr) CC = m1 – m2
2 Berat isi pasir (DB):
Volume kontainer kalibrasi; (cm3) VC
Berat botol alat + pasir (gr) m3
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m4
Berat isi pasir DB = (m3 – m4 – CC) / VC
3 Kepadatan tanah kering (DD)
Berat botol alat + pasir (gr) m5
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m6
Berat tanah basah dari lubang uji (gr) MWS
Kadar air, % a) w
Volume lubang uji, cm3 VH = (m5 – m6 – CC) / DB
Berat tanah kering dari lubang uji (gr) MDS = MWS / {1 + (w/100)}
Densitas tanah kering; (g/cm3) b) MDS / VH

Keterangan:
a)
Kadar air dapat ditentukan sesuai dengan SNI 03-1965.1, dengan faktor koreksi terhadap hasil SNI 03-1965..
b)
Bila ditemukan butir kasar dapat dikoreksi sesuai dengan SNI 03-1976.

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa Penyelia

Tanggal: : Tanggal: :
Tanda tangan : Tanda tangan :

(........................................) (........................................)

© BSN 2011 7 dari 10


SNI 2828:2011

Lampiran B
(informatif)
Contoh pengisian formulir pengujian metode uji densitas tanah di tempat
(lapangan) dengan alat konus pasir

Lampiran surat No : :
Nomor titik : 24 Dikerjakan oleh : Andi
Pekerjaan : Survei kepadatan Diperiksa oleh :
tanah dasar
Lokasi : Subang-Cikamurang, Tanggal pengujian : 21 Juli 2000
Jawa barat

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Nomor Titik
No Uraian Rumus dan Simbol
1 2
1 Koreksi konus pasir (CC):
Berat botol alat + pasir (gr) m1 7520
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m2 4375
Koreksi konus (gr) CC = m1 – m2 3145
2 Berat isi pasir (DB):
Volume kontainer kalibrasi; (cm3) VC 2016
Berat botol alat + pasir (gr) m3 7400
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m4 1120
Berat isi pasir DB = (m3 – m4 – CC) / VC 1,56 1,56
3 Kepadatan tanah kering (DD)
Berat botol alat + pasir (gr) m5 7250 7250
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m6 1890 2200
Berat tanah basah dari lubang uji (gr) MWS 1880 1900
Kadar air, % a) w 15 15
Volume lubang uji, cm3 VH = (m5 – m6 – CC) / DB 1420 1221
Berat tanah kering dari lubang uji (gr) MDS = MWS / {1 + (w/100)} 1635 1652
Densitas tanah kering; (g/cm3) b) MDS / VH 1,151 1,353

Keterangan:
c)
Kadar air dapat ditentukan sesuai dengan SNI 03-1965.1,dengan faktor koreksi terhadap hasil SNI 03-1965.
d)
Bila ditemukan butir kasar dapat dikoreksi sesuai dengan SNI 03-1976.

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa Penyelia


Tanggal: : 21 Juli 2000 Tanggal: : 22 Juli 2000
Tanda tangan : Tanda tangan :

Andi Maman

© BSN 2011 8 dari 10


SNI 2828:2011

Lampiran C
(informatif)
Deviasi teknis dan keterangan

No Unsur Lama Baru


1 Judul Metode pengujian Metode uji densitas tanah di tempat
kepadatan lapangan (lapangan) dengan alat konus pasir.
dengan alat konus pasir
2 Pasal 1: Ruang Ditambahkan cara pembulatan yang
lingkup mengacu pada SNI 19-6408
3 Pasal 2: Acuan Dicantumkan daftar acuan normatif.
Normatif
Seluruh referensi dalam AASHTO T
191-02, dan acuan ASTM, diganti
dengan SNI, kecuali yang belum
ada SNI-nya yaitu D 4959 dan D
4643.
4 Pasal 5: Faktor Faktor koreksi konus dihitung
Koreksi Konus tersendiri (berat isi pasir hasil
kalibrasi).
5 Pasal 6: Prosedur Disajikan Tabel 1 tentang volume
lubang uji minimum atau kedalaman
galian minimum pada lubang uji
berdiameter 15 cm, dan jumlah
contoh tanah minimum untuk uji
kadar air berdasarkan ukuran
partikel contoh tanah yang akan
diuji
6 Lampiran A Dalam contoh perhitungan,
ditambahkan keterangan koreksi
nilai kepadatan terhadap adanya
butir kasar dalam contoh uji, sesuai
dengan SNI 03-1976.

© BSN 2011 9 dari 10


SNI 2828:2011

Bibliografi

ASTM D 1556-64 (1982), Density of soil in-place by the sand-cone method


Badan Standardisasi Nasional (1998). Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat
konus pasir. SNI 03-2828-1992.

© BSN 2011 10 dari 10


LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

KESIMPULAN PEMERIKSAAN MATERIAL

Pekerjaan : LPA
Material : Batu Pecah Blendingan
Tanggal : 15 Juli 2021
Di Kerjakan : KELOMPOK 1

NO MACAM PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN SPESIFIKASI METODE


1 Berat Jenis Agregat Halus Gs SNI 03-1970-1990
Abu batu 2,667 min. 2.5
Tanah
2 Berat Jenis Agregat Kasar Gs SNI 03-1969-1990
Material : Blendingan 2,620 min. 2.5

3 Berat Jenis Agregat Gabungan Gs min. 2.5

4 Batas Cair LL % 0 - 35 SNI 03-1967-1990

5 Batas Plastis PL % SNI 03-1966-1990

6 Indeks Plastis PI

7 Gradasi ( analisa saringan ) SNI 03-1968-1990


No. saringan % Lolos
2" 50 mm 100 100
1 1/2 37,5 mm 100 100
1" 25 mm 72 89 - 100
3/8" 9,5 mm 31 55 - 90
No. 4 4,75 mm 25 40 - 75
No. 10 2 mm 19 26 - 59
No. 40 0,425 mm 7 12 - 33
No. 200 0,08 mm 0 4 - 22

8 Abrasi % 24 0 - 40 % SNI 03-2417-1991

9 Pemadatan Modifikasi SNI 03-1743-1989


Kadar Air Optimum % 8,03
Kepadatan Kering Maksimum gr/cm³ 1,88

10 C.B.R Direndam SNI 03-1744-1989


Nilai CBR 1" % 43 min. 50 %
2" % 46
Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Halus
Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

A. Peralatan
- Timbangan
- Piknometer
- Cetakan
- Batang Penumbuk
- Oven
- Alat Pengukur Temperatur
- Talam
- Bejana Tempat Air

B. Pengambilan contoh
Pengambilan contoh agregat harus menggunakan prosedur yang sesuai dengan
SNI 03 – 6889 – 2002.

C. Persiapan contoh uji


a) Siapkan kira-kira 1 kg agregat halus dari contoh uji menggunakan
prosedur yang sesuai dengan SNI 13 – 6717 – 2002.
b) Keringkan dalam wadah yang sesuai sampai beratnya tetap, pada
temperatur (110+5)oC. Biarkan mendingin sampai temperatur yang dapat
dikerjakan, basahi dengan air, baik dengan cara melembabkan sampai 6%
atau merendamnya, biarkan (24+4) jam.
c) Sebagai alternatif dari langkah di atas, dimana nilai berat jenis dan
penyerapan digunakan dalam menghitung campuran beton dengan
agregat dalam kondisi lapangan seadanya, persyaratan untuk pengeringan
awal sampai berat tetap dapat diabaikan dan apabila permukaan partikel
telah terjaga dalam kondisi basah, perendaman selama (24+4) jam dapat
diabaikan.
d) Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilangnya
butiran yang halus, tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang
rata dan tidak menyerap air, beri aliran udara yang hangat dan perlahan,
aduk untuk mencapai pengeringan yang merata bias dipakai bantuan alat
pengaduk. Bila dianggap pada percobaan pertama masih terdapat air,
lanjutkan pengeringan dengan mengaduk dan menggosok dengan tangan.
Apabila pada saat pertama melakukan percobaan kerucut, terlihat kondisi
tidak ada lagi kelembaban permukaan, dapat dipastikan bahwa kondisi
jenuh kering permukaan telah terlewati.
e) Lakukan pengujian kerucut untuk memeriksa kelembaban permukaan.
Letakkan cetakan di atas permukaan rata dengan lubang kerucut yang
besar berada di bawah. Masukkan sebagian agregat halus yang sedang
diperiksa ke dalam kerucut sampai penuh dan meluber, ratakan bagian
yang meluber tadi dengan tetap menjaga posisi kerucut. Padatkan agregat
yang berada di dalam kerucut secara perlahan dan merata sebanyak 25
kali dengan penumbuk, lakukan setiap tumbukan dengan penumbukan
penumbuk 5 mm dari permukaan agregat yang dipadatkan. Kemudian
angkat kerucut dengan arah vertikal secara hati-hati, jika kondisi jenuh
kering permukaan belum tercapai maka pasir akan berbentuk seperti
cetakan. Apabila cetakan pasir runtuh sedikit demi sedikit maka kondisi
jenuh kering permukaan telah tercapai.
f) Pengujian alternative
− Pengujian kerucut lainnya dapat dilakukan seperti prosedur diatas
namun pemadatan hanya 10 kali, kemudian penuhkan kembali kerucut
dan padatkan kembali sebanyak 10 kali. Terakhir isi kembali dan
padatkan sebanyak 2 kali. Angkat kerucut dan amati keruntuhannya.

D. Langkah Kerja
a) Perhatikan seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram.
b) Isi piknometer dengan air sebagian. Setelah itu masukkan ke dalam
piknometer (500+10) gram agregat halus dalam kondisi jenuh kering
permukaan. Tambahkan kembali air sekitar 90 % kapasitas piknometer,
guncangkan piknometer untuk menghilangkan gelembung udara yang di
dalam air. Sesuaikan temperatur piknometer, air dan agregat pada (23+2) o
C , Kemudian penuhkan piknometer dan timbang berat piknometer, benda
uji dan air.
− Cara alternatif menentukan berat dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi piknometer pada temperatur
yang ditentukan secara volumetrik dengan menggunakan buret yang
ketelitiannya 0,15 mL. Hitung berat total piknometer, benda uji dan air
dengan rumus: C = 0,9975.Va+S+ W
Dengan :
C = berat piknometer, benda uji dan air pada batas pembacaan
(gram)
Va = volume air yang dimasukkan ke dalam piknometer (mL)
S = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
W = berat piknometer kosong (gram).
c) Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat
tetap pada temperatur (110+5)o C, dinginkan pada temperatur ruang
selama (1,0+0,5) jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan dan
menimbang berat benda uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh uji
dalam kondisi jenuh kering permukaan digunakan untuk menimbang
berat kering ovennya. Benda ini harus diambil pada saat yang bersamaan
dan selisih beratnya hanya 0,2 gram.
d) Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas
pembacaan yang ditentukan pada (23+2)o C.
- Cara alternatif menentukan berat dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi piknometer kosong pada
temperatur yang ditentukan secara volumetrik dengan menggunakan
buret yang ketelitiannya 0,15 mL. Hitung berat total piknometer dan air
dengan rumus: B = 0,9975.V + W
Dengan :
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
B = berat piknometer dengan air pada batas pembacaan (gram)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
W = berat piknometer
POLITEKNIK kosong (gram).
NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 30 Juni 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1

Sampel Sampel
No kegiatan
D B
1 Mengukur berat benda uji kering permukaan jenuh 500,00 500,00

2 Mengukur berat benda uji Oven ( Bk ) 496,50 496,80

3 Mengukur berat Piknometer diisi air ( B ) 1269,00 1247,20

4 Mengukur berat Piknometer + Benda uji + Air ( Bt ) 1581,50 1559,70

5 Berat Piknometer 276,10 254,70

Sampel Sampel
No Uraian Rata-rata
A B

1 Berat Jenis Bk / B+500-Bt) 2,648 2,650 2,649

2 Berat Jenis permukaan jenuh 500 / (B+500-Bt) 2,667 2,667 2,667

3 Berat Jenis Semu Bk / (Bk+B-Bt) 2,698 2,696 2,697


Penyerapan
4 (500-Bk)/Bk x 100% 0,70 0,64 0,67
DISKUSI KELOMPOK
Pengujian ini untuk mencari nilai Gs atau berat jenis dari tanah yang akan diuji, jika
sesuai pedoman Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan maka nilai berat jenis tanah (Gs) minimum 2,5. Karena nilai Gs kami
melebihi batas standar minimum. Maka campuran Lapis Pondasi Agregat Kelas A
menunjukkan hasil yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan dalam campuran
aspal.
Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

A. Peralatan
- Timbangan
- Wadah Contoh Uji
- Tangki Air
- Alat Penggantung (kawat)
- Saringan 4,75 mm (No. 4)

B. Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh harus disesuaikan dengan SNI 03 – 6889 – 2002.
b) Campur agregat secara menyeluruh dan kurangilah sampai mendekati
jumlah yang diperlukan dengan menggunakan prosedur yang sesuai
dengan SNI 13 – 6717 – 2002. Pisahkan semua material yang lolos
saringan ukuran 4,75 mm (No.4) kemudian cuci secara menyeluruh untuk
menghilangkan debu. Jika agregat kasar mengandung sejumlah bahan
yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dalam jumlah yang
substansial, seperti agregat ukuran 2,36 mm (No. 8) dan Saringan ukuran
No. 9 (dalam AASHTO M 43), gunakan saringan ukuran 2,36 mm (No.
8) sebagai pengganti saringan ukuran 4,75 mm (No.4). Sebagai pilihan,
pisahkan material yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4)
dan ujilah material tersebut menurut SNI 03 - 1970 - 1990.
c) Jika contoh uji mengandung lebih dari 15 persen yang tertahan di atas
saringan ukuran 37,5 mm (No. 1½ inci), maka ujilah material yang lebih
besar dari 37,5 mm di dalam satu atau lebih ukuran fraksi secara terpisah
dari ukuran yang lebih kecil.
d) Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran
(gradasi) contoh sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan
yang dipergunakan untuk memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam
menghitung persentase material dalam setiap ukuran, abaikanlah jumlah
material yang lebih halus dari pada saringan ukuran 4,75 mm (No.4) atau
saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang
dijelaskan pada pasal 5 butir b.

C. Langkah Kerja
a) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur
(110±5)0 C, dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga
jam untuk contoh uji dengan ukuran maksimum nominal 37,5 mm
(Saringan No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih besar sampai
agregat cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada
temperatur (kira-kira 500oC). Sesudah itu rendam agregat tersebut di
dalam air pada temperatur kamar selama (24+4) jam. Nilai yang diperoleh
digabungkan dengan perhitungan-perhitungan pada pasal 7.
b) Apabila nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam
menentukan proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada
kondisi alaminya, persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap
dapat dihilangkan, dan jika permukaan partikel butir contoh terjaga secara
terus-menerus dalam kondisi basah, perendaman sampai (24+4) jam juga
dapat dihilangkan. Nilai untuk penyerapan dan berat jenis mungkin lebih
tinggi untuk agregat yang tidak kering oven sebelum direndam
dibandingkan dengan agregat yang sama tetapi diperlakukan seperti pada
pasal 6 butir a. Khususnya untuk partikel butiran yang lebih besar dari 75
mm (3 inci) karena air tidak mungkin mampu masuk sampai pusat butiran
dalam waktu perendaman.
c) Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu
lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang.
Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang
bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan pengeringan.
Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori
agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan
semua berat yang sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang
terdekat dari berat contoh, pilihlah nilai yang lebih besar.
d) Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada
dalam kondisi jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu
tentukan beratnya di dalam air, yang mempunyai kerapatan (997±2)
kg/m3 pada temperatur (23±2)0 C. Wadah harus terendam dengan
kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama penentuan berat.
Kawat yang menggantungkan kontainer tersebut harus memiliki ukuran
praktis yang paling kecil untuk memperkecil kemungkinan pengaruh
akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
e) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur
(110±5)0 C, dinginkan pada temperatur-kamar selama 1 – 3 jam, atau
sampai agregat telah dingin
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 1 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1

SAMPEL
No. URAIAN RATA-RATA
1 2

1 Berat benda uji kering oven BK 2131,9 2465,5 2298,7

2 Berat benda uji kering permukaan jenuh BJ 2170,9 2483,1 2327

3 Berat benda uji dalam air Ba 1344,7 1532,6 1438,65

4 Berat jenis (Bulk) BK/(BJ-Ba) 2,580 2,594 2,587

5 Berat jenis kering permukaan jenuh BJ/(BJ-Ba) 2,628 2,612 2,620

6 Berat Jenis semu (Apparent) Bk/(BK-Ba) 2,708 2,643 2,676

7 Penyerapan (Absorpsi) (Bj-Bk)/Bk x 100% 1,829 0,714 1,272


DISKUSI KELOMPOK
Pengujian ini untuk mencari nilai Gs atau berat jenis dari tanah yang akan diuji, jika
sesuai pedoman Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan maka nilai berat jenis tanah (Gs) minimum 2,5. Karena nilai Gs kami
melebihi batas standar minimum. Maka campuran Lapis Pondasi Agregat Kelas A
menunjukkan hasil yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan dalam campuran
aspal.
Metode Uji Keausan Agregat dengan Mesin
Abrasi Los Angeles
Metode Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles

A. Peralatan
- Mesin Abrasi Los Angeles
- Saringan No. 12 (1,70 mm)
- Timbangan, ketelitian 0,1 atau 5 gram
- Bola – bola Baja Ø 4,68 cm (1 27/32 inchi) dan berat 320 gram – 445
gram
- Oven (110°C ± 5°C)
- Pan dan Kuas

B. Benda Uji
a) Gradasi dan berat benda uji sesuai tabel 1.
b) Benda uji dibersihkan dan dikeringkan dalam oven.

C. Persiapan Benda Uji


a) Cuci dan keringkan agregat temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap.
b) Pisah agregat ke dalam fraksi dengan penyaringan timbang.
c) Gabungkan kembali fraksi agregat sesuai grading.
d) Catat berat contoh dengan ketelitian 1 gram.

D. Cara Pengujian
a) Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles.
b) Putar Mesin dengan kecepatan 30 rpm – 33 rpm. Jumlah putaran Gradasi
A, B, C, dan D adalah 500 putaran sedangkan Gradasi E, F, dan G adalah
1000 putaran.
c) Keluarkan benda uji kemudian saring dengan saringan No. 12 (1,70mm),
butiran yang tertahan dicuci bersih, selanjutnya keringkan dalam oven
pada temperatur 110°c ± 5°c sampai berat tetap.
d) Jika material uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100
putaran, setelah disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa
pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500
putaran agregat tertahan di atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa
pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20.
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

ABRASION TEST BY USE OF LOS ANGELES MACHINE

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 30 Juni 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1

Sieve Size (mm) Weigh and Grading of Test Sample (gram)


Passing Retained A B C D E F G
76,2 63,5
63,5 50,8
50,8 37,5
37,5 25,4 1250
25,4 19 1250
19 12,5 1250
12,5 9,5 1250
9,5 6,3
6,3 4,75
4,75 2,38
Total 5000,00

Original Weight of Sample Final Weight Sample Persent of Wear


(gram) (gram) %
5000 3800 24
DISKUSI KELOMPOK
Dari hasil pemeriksaan untuk pengujian keausan dengan pencampuran agregat
blendingan hasil dengan nilai keausan agregat sebesar 24 %. Karena nilai abrasi
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai abrasi standar oleh Bina Marga yaitu
≤ 40 %. Berarti sampel yang diuji layak untuk digunakan sebagai bahan campuran
aspal untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
Metode Pengujian Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar
Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

A. Peralatan

- Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;

- Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”); 37,5
mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm (3/8”);
No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600
mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm)

- Oven (110 + 5) 0C

- Alat pemisah contoh

- Mesin pengguncang saringan

- Talam

- Kuas, sikat kuningan dan sendok

B. Benda uji
a) Agregat halus terdiri :

1. Ukuran maksimum 4,76 mm ; berat minimum 500 gram


2. Ukuran maksimum 2,38 mm ; berat minimum 100 gram

b) Agregat kasar terdiri :

1. Ukuran maks. 3,5” ; berat minimum 35,0 kg

2. Ukuran maks. 3” ; berat minimum 30,0

3. Ukuran maks. 2,5” ; berat minimum 25,0

4. Ukuran maks. 2” ; berat minimum 20,0

5. Ukuran maks. 1,5” ; berat minimum 15,0


6. Ukuran maks. 1” ; berat minimum 10,0

7. Ukuran maks. ¾” ; berat minimum 5,0

8. Ukuran maks. ½” ; berat minimum 2,5

9. Ukuran maks. 3/8” ; berat minimum 1,0

c) Bila agregat campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4 dan sediakan
sebanyak jumlah seperti diatas.

C. Cara pengujian

a) Benda uji dikeringkan dalam oven (110 + 5) 0C, sampai berat tetap.
b) Sering benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas dan diguncang selama 15 menit.
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 1 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1

Berat % Berat % Kumulatif


Ukuran Ayakan
Bt. Pecah Tertahan Bt. Pecah Kelas A

ASTM Opening (mm) (gr) Bt. Pecah Tertahan Lolos


2" 50 0,00 0 0 100 100 100
1 1/2" 37,5 0,00 0 0 100 100 100
1" 25 459,10 28 28 72 79 85
3/8" 9,5 669,20 41 69 31 44 58
No. 4 4,75 97,3 5,94 74,82 25,18 29 44
No.10 2 99,9 6,10 80,92 19,08 17 30
No.40 0,425 200,10 12,22 93,13 6,87 7 18
No.200 0,075 107,90 6,59 99,72 0,28 2 8
Pan 4,60 0,28 100,00 0
Total berat sampel 1638,10

Kurva Distribusi Ukuran Butiran


Diameter (mm)
0,075 0,75 7,5 75
100
90
Jumlah Lewat saringan (%)

80
70 Lolos

60 Batas Atas

50 Batas Bawah
40
30
20
10
0
Metode Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah
Metode Uji Kepadatan Berat untuk Tanah

A. Peralatan

a) Alat pengeluar benda uji (extruder)

b) Cetakan

c) Timbangan

d) Oven pengering

e) Pisau perata

g) Saringan

h) Alat pencampur

i) Cawan

B. Cara Pengujian
a) Ditetapkan 4 pilihan cara uji yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D
Tabel 1 Cara uji kepadatan berat untuk tanah

b) Cara tersebut dibagi menjadi sifat tanah :


1. Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan
dan contoh tanah yang mudah menyerap air. Tanah ini jenis contoh
tanah berbutir kasar yang bersifat keras
2. Butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan
contoh tanah yang tidak mudah menyerap air. Jenis tanah berbutir
kasar yang bersifat lunak, sedangkan contoh tanah yang tidak
mudah menyerap air jenis tanah berbutir halus (lanau dan lempung).
c) Cara yang digunakan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah
yang akan diuji.
d) Cara A atau cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan
saringan No. 4 (4,75 mm) sebesar 40% atau kurang dan cara C atau cara
D digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm
sebesar 30% atau kurang.
e) Jika contoh tanah yang diuji mengandung butiran kasar sebesar 5% atau
lebih dan hasil uji kepadatannya digunakan untuk pengontrolan kepadatan
hasil pekerjaan pemadatan di lapangan dengan di laboratorium.

C. Cara Pengerjaan
Cara A
Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1)
serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci
dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari
100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5
lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah
dipadatkan kira-kira 125 mm.
1. Untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang
sedikit melebihi 1/5 dari ketebalan padat total, sebarkan secara
merata dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain
yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada
seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan
menggunakan alat penumbuk dengan massa 4,54 kg yang
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm di atas permukaan
contoh ujiersebut sebanyak 25 kali.
2. Lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5
dengan cara yang sama seperti untuk lapis 1.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata,
sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1 gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder).
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm)
dan campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan di atas beberapa kali
sampai massa benda uji berkurang atau tetap.

Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air

a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang diuraikan diatas


b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum)
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan di atas untuk contoh uji ke
2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai massa benda uji berkurang atau
tetap.

Cara B

Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam (cara A) kecuali cetakan
yang digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.
Cara C

Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang
mudah menyerap air

a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1)
serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci
dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari
100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5
lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah
dipadatkan kira-kira 125 mm.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan ratakan permukaannya, sehingga betul-betul rata dengan
permukaan cetakan.
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1 gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder).
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,00 mm dan
90% gumpalan tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), kemudian
campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir di atas
beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak
mudah menyerap air
a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang sudah diuraikan
b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum)
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam 5.3.2 a) dan 5.3.2
b) di atas untuk contoh uji ke 2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai
massa benda uji berkurang atau tetap.

Cara D

Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam (cara C), kecuali cetakan
yang digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

PERCOBAAN PEMADATAN
AASTHO T-27-74
(COMPACTION TEST)

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 1 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1 Diameter Mold = 15,14 cm
Tinggi Mold = 11,45 cm

MODIFIED METODE D Volume Mold : 2060,28


Berat Jenis : 2,643 Berat penumbuk :
4.54 kg
Kepadatan Kering Maksimum : 1,880 Gr/Cm3 Jumlah Pukulan Per Lapisan : 56 tumbukan
Kadar Air Optimum : 8,030 % Jumlah Lapisan : 5 Lapis

2% 3% 4% 5% 6%
Berat Mold + Tanah Basah Gr 8004 8124 8190 8178 8108
Berat Mold Gr 4006 4006 4006 4006 4006
Berat Tanah Basah Gr 3998 4118 4184 4172 4102
Volume Mold Cm3 2060,28 2060,28 2060,28 2060,28 2060,28
Kepadatan Gr/Cm3 1,94 2,00 2,03 2,02 1,99
Kepadatan Kering Gr/Cm3 1,821 1,863 1,877 1,856 1,818

Berat Cawan + Tanah Basah Gr 97,9 106,3 94,8 116,4 93,9


Berat Cawan + Tanah Kering Gr 92,5 99,7 88,4 107,5 86,6
Berat Air Gr 5,4 6,6 6,4 8,9 7,3
Berat Cawan Gr 9,9 9,3 10,3 9,7 9,7
Berat Tanah Kering Gr 82,6 90,4 78,1 97,8 76,9
Kadar Air % 6,538 7,301 8,195 9,100 9,493
2,3

2,25

2,2

2,15
Kepadatan Kering (Gr/Cm3)

2,1

2,05

1,95 γd : 1.88 gr/cm³

1,9 ZAV

1,85

1,8
OMC : 8.03 %
1,75

1,7
6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10 10,5 11 11,5
Kadar Air (%)

GS Gabungan w Z.A.V
6,538 0,065 2,254
2,643329967 7,301 0,073 2,216
8,195 0,082 2,173
9,1 0,091 2,131
9,493 0,095 2,113
DISKUSI KELOMPOK
Berdasarkan hasil pengujian kepadatan menunjukkan gambar grafik Zero Air Void
(ZAV) berada di atas kurva hasil pemadatan, kurva ini menunjukkan posisi tingkat
kepadaaan tanah maksimal teoritis yang dapat dicapai jika tanah tersebut sangat padat
dan tanpa rongga udara.
Metode Uji CBR Laboratorium
Metode Uji CBR Laboratorium

A. Peralatan
a) Cetakan, berupa silinder dari logam dengan ukuran diameter bagian
dalam (152,40 ± 0,66) mm dan tinggi (177,80 ± 0,46) mm. Cetakan harus
dilengkapi leher sambung (extension collar) dengan tinggi ± 50 mm dan
keping alas yang berlubang.

b) Keping pemisah dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan


diameter (150,80 ± 0,80) mm dan tinggi (61,37 ± 0,25) mm.

c) Alat penumbuk yang digunakan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI


1743:2008.

d) Peralatan pengukur pengembangan, dari keping pengembangan dengan


tangkai/ batang yang dapat diatur. Keping pengembangan harus dibuat
dari logam dengan diameter (149,20 ± 1,60) mm dan dibuat berlubang
banyak dengan diameter lubang 1,60 mm. Kaki tiga yang digunakan
untuk dudukan arloji ukur pengembangan dipasang pada permukaan
cetakan atau jika diperlukan, pada permukaan leher sambung.

e) Arloji ukur, dua arloji ukur berkapasitas 25 mm dengan ketelitian


pembacaan sampai 0,02 mm.

f) Keping beban, dari logam berpenampang bundar (lingkaran) dengan


lubang berdiameter ± 54,00 mm di tengah atau berupa keping terpisah
(belah). Diameter keping beban (149,20 ± 1,60) mm dengan massa setiap
keping (2,27 ± 0,04) kg.

g) Piston penetrasi, sebuah piston dari logam, berpenampang bundar


(lingkaran) dengan diameter (49,63 ± 0,13) mm, luas penampang 1935
mm2 (3 inci2) dan panjang tidak kurang dari 102 mm.

h) Peralatan pembebanan, sebuah peralatan tekan yang mampu memberikan


peningkatan beban yang seragam pada kecepatan penetrasi piston ke
dalam benda uji sebesar 1,27 mm/ menit. Kapasitas peralatan tekan ini
harus melebihi kapasitas kekuatan material yang diuji.

i) Bak perendam, sebuah bak perendam yang sesuai untuk mempertahankan


tinggi air 25 mm di atas permukaan benda uji.

j) Oven pengering, sebuah oven pengering yang dilengkapi pengatur suhu


(110 ± 5)oC untuk mengeringkan contoh basah.

k) Cawan kadar air

l) Peralatan bantu, seperti bak pencampur (baki), sendok pengaduk, pisau


pemotong, alat perata (straightedge), kertas filter dan timbangan.

B. Cara pengerjaan
1. Pembuatan benda uji

1.1 CBR pada kadar air optimum


a) Umumnya, tiga contoh uji harus dipadatkan sedemikian sehingga
densitas kering berkisar antara 95 % sampai 100 % dari densitas
kering maksimum yang ditentukan sesuai butir 7a).

CATATAN - Umumnya 10, 30 dan 65 tumbukan per lapis


diperlukan untuk memadatkan contoh uji 1, 2 dan 3. Lebih dari 56
tumbukan per lapis umumnya diperlukan untuk memadatkan contoh
uji CBR sampai 100 %.

CATATAN - Beberapa institusi memilih pengujian hanya


dilakukan terhadap satu contoh uji yang dipadatkan sampai
mencapai densitas kering maksimum pada kadar air optimum.

b) Pasang cetakan CBR pada keping alas, dikunci dan ditimbang


sampai 5g. Masukkan keping pemisah ke dalam cetakan dan
pasang kertas filter kasar pada permukaan keping pemisah. Pasang
leher sambung pada permukaan cetakan dan dikunci pada batang/
tangkai dari keping alas.

c) Campur setiap contoh material yang telah dipersiapkan sesuai


butir 6b) dengan sejumlah air yang sesuai untuk mencapai kadar
air optimum sesuai butir 7 a).

d) Padatkan contoh uji pertama dari tiga contoh uji di dalam cetakan,
dengan pola pemadatan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI
1743:2008:

1) Jika densitas kering maksimum ditentukan sesuai SNI


1742:2008, pemadatan dilakukan dalam tiga lapis yang
sama, setiap lapis 10 tumbukan, menggunakan alat
penumbuk yang sesuai untuk mendapatkan ketebalan padat
total sekitar 125 mm.

2) Jika densitas kering maksimum ditentukan sesuai SNI


1743:2008, pemadatan dilakukan dalam lima lapis yang sama,
setiap lapis 10 tumbukan, menggunakan alat penumbuk yang
sesuai untuk mendapatkan ketebalan padat total sekitar 125
mm.

Pemadatan setiap lapis dengan jumlah tumbukan paling sedikit


dimaksudkan untuk mendapatkan densitas kering ≤ 95 % densitas
kering maksimum.

e) Tentukan kadar air material yang dipadatkan (kadar air sebelum


direndam). Massa contoh kadar air minimum 100 g untuk material
berbutir halus dan 500 g untuk material berbutir kasar.

f) Buka leher sambung, potong kelebihan benda uji dengan pisau


pemotong dan ratakan permukaannya sampai rata. Permukaan yang
tidak beraturan harus diisi dengan material halus, kemudian
dipadatkan.
g) Keluarkan keping pemisah dari dalam cetakan, pasang kertas filter
kasar di atas keping alas berlubang banyak, kemudian cetakan berisi
benda uji yang telah dibalik dan tempatkan di atas kertas filter
sehingga benda uji yang telah dipadatkan terletak di atas kertas
filter. Pasang keping alas berlubang banyak pada cetakan dan
kemudian pasang leher sambung dan dikunci. Timbang cetakan
berisi benda uji sampai 5 g terdekat.

h) Lakukan pemadatan untuk contoh uji kedua dan ketiga sesuai


langkah d) sampai g), kecuali untuk contoh uji kedua diperlukan 30
tumbukan per lapis dan untuk contoh uji ketiga diperlukan 65
tumbukan per lapis.

1.2 CBR pada suatu rentang kadar air tertentu


Persiapkan benda uji sesuai butir 7 b). Semua benda uji yang telah
dipersiapkan harus diuji penetrasi (CBR). Apabila densitas kering
ditentukan sampai atau mendekati 100 % densitas kering maksimum,
diperlukan contoh uji yang dipadatkan dengan energi pemadatan lebih
dari 56 tumbukan per lapis.

2. Perendaman
a) Pasang leher sambung pada permukaan cetakan dan dikunci pada
batang/ tangkai keping alas. Pasang keping pengembangan dengan
batang pengatur di atas benda uji di dalam cetakan dan pasang
keping beban untuk menghasilkan intensitas pembebanan yang
sama dengan massa lapis material perkerasan di atas material yang
diuji. Massa total keping beban minimum 4,54 kg (ekuivalen
dengan tebal perkerasan sekitar 150 mm). Jika massa keping beban
ditingkatkan, peningkatan harus dilakukan setiap (2,27 ± 0,04) kg.

b) Pasang kaki tiga dengan arlorji ukur pengembangan pada


permukaan cetakan atau leher sambung, atur dan tentukan
pembacaan awalnya.

c) Masukkan cetakan berisi benda uji ke dalam air dan biarkan air
meresap atau masuk secara bebas dari permukaan dan dasar benda
uji. Selama perendaman, pertahankan permukaan air di dalam
cetakan dan bak perendaman sekitar 25 mm di atas permukaan
benda uji. Rendam benda uji sekitar 96 jam.

d) Setelah perendaman selama 96 jam, tentukan pembacaan akhir


arloji pengembangan dan hitung pengembangan, dinyatakan sebagai
persentase tinggi benda uji awal.

e) Keluarkan benda uji dari bak perendam, tuangkan air dari


permukaan benda uji dan biarkan selama 15 menit. Setelah air
dituangkan, keluarkan keping beban beserta keping berlubang
banyak.

C. Uji Penetrasi
a) Pasang keping beban di atas benda uji dengan massa yang sama dengan
keping beban yang digunakan selama perendaman. Pemasangan keping
beban ini dilakukan per keping. Setelah pemasangan satu keping beban,
atur piston penetrasi sampai menyentuh permukaan benda uji dan
berikan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg).

b) Atur piston penetrasi dengan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg),


kemudian atur arloji pengukur penetrasi dan arloji beban pada posisi nol.

c) Berikan beban pada piston penetrasi sehingga kecepatan penetrasi


seragam 1,27 mm/ menit. Catat beban penetrasi menunjukkan 0,32 mm
(0,0125 inci); 0,64 mm (0,025 inci); 1,27 mm (0,050 inci); 1,91 mm
(0,075 inci); 2,54 mm (0,10 inci); 3,81 mm (0,15 inci); 5,08 mm (0,20
inci); dan 7,62 mm (0,30 inci). Pembacaan beban penetrasi 10,16 mm
(0,40 inci) dan 12,70 mm (0,50 inci) dapat ditentukan apabila diperlukan.

CATATAN - Kadar air pada lapisan sampai setebal 25 mm dari


permukaan benda uji dapat ditentukan setelah uji. Contoh untuk
pengujian kadar air paling kurang 100 g untuk material butiran halus dan
500 g untuk material yang mengandung butiran kasar.
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

PEMERIKSAAN C.B.R (LAB)

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 2 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok I
LCR : 28,67 lb/divisi

Berat isi kering yang dikehendaki : 1,88 Gr/Cm3 Jumlah Tumbukan 10 Kali Sebelum Sesudah
Kadar air yang dikehendaki : 8,03 % Berat Tanah + Mold (Gr) 7656 7781
Berat Mold (Gr) 3376 3376
PENGEMBANGAN Berat tanah basah (Gr) 4280 4405

Tanggal Isi Mold (Cm3) 2120,56 2120,56

Jam Berat isi basah (Gr/Cm3) 2,02 2,08

Pembacaan Berat isi kering (Gr/Cm3) 1,89 1,83

Perubahan %

PENETRASI GRAFIK C.B.R


Waktu Penurunan Pembacaan Beban (Lb) 3000

(menit) (inchi) Atas Bawah Atas Bawah


0 0,0000 0 0
2749,453
0,25 0,0125 4,8 137,616

0,5 0,0250 8,9 255,163

1 0,0500 18,9 541,863 2500


1,5 0,0750 26,5 759,755

2 0,1000 33,8 969,046


2290,733
3 0,1500 44,5 1275,815

4 0,2000 51,5 1476,505

6 0,3000 65 1863,55
2000
8 0,4000 79,9 2290,733
1863,55
10 0,5000 95,9 2749,453

KADAR AIR
BEBAN (Lb)

Sebelum Sesudah 1500


1476,505
Tanah Basah + Cawan 99,5 96,1
Tanah Kering + Cawan 93,7 85,7
1275,815
Berat Cawan 8,8 10
Air 5,8 10,4
Tanah Kering 84,9 75,7
1000
Kadar air (%) 6,83 13,74 969,046

C.B.R 759,755
Harga C.B.R (%)
0,1 " 0,2 " 541,863
500
Atas % (()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100
(()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100 255,163
Bawah %
32,30 32,81
137,616

Diameter Mold 15,28 cm 0 0


0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Tinggi Mold 11,57 cm PENURUNAN (Inchi)
Blow 10 blow

Diskusi kelompok : Berdasarkan pemeriksaan C.B.R. lab. 10 tumbukan, terdapat


perbedaan kadar air dari yang dikehendaki sebelumnya yaitu 8,03%. Kepadatan
kering yang dihasilkan sebelum di rendam adalah 1,88 Gr/Cm3. Setelah di rendam
kadar air yang dihasilkan senilai 13,74 % dengan kepadatan kering senilai 1,03
Gr/Cm3. Sedangkan Harga CBR yang dihasilkan yaitu, pada 0.1" = 32,30 % dan 0.2"
= 32,81 %.
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

PEMERIKSAAN C.B.R (LAB)

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 2 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok I
LCR : 28,67 lb/divisi

Berat isi kering yang dikehendaki : 1,88 Gr/Cm3 Jumlah Tumbukan 30 Kali Sebelum Sesudah
Kadar air yang dikehendaki : 8,03 % Berat Tanah + Mold (Gr) 8766 8864
Berat Mold (Gr) 4072 4072
PENGEMBANGAN Berat tanah basah (Gr) 4694 4792

Tanggal Isi Mold (Cm3) 2104 2104

Jam Berat isi basah (Gr/Cm3) 2,23 2,28

Pembacaan Berat isi kering (Gr/Cm3) 2,08 2,03

Perubahan %

PENETRASI GRAFIK C.B.R


Waktu Penurunan Pembacaan Beban (Lb) 5500

(menit) (inchi) Atas Bawah Atas Bawah


0 0,0000 0 0 5160,6

0,25 0,0125 4,5 129,015 5000

0,5 0,0250 8,5 243,695 4730,55


1 0,0500 24 688,08
4500
1,5 0,0750 50,2 1439,234
4300,5
2 0,1000 74 2121,58
3 0,1500 113,2 3245,444 4000
4 0,2000 130 3727,1
6 0,3000 150 4300,5 3727,1

8 0,4000 165 4730,55 3500


10 0,5000 180 5160,6
3245,444

KADAR AIR 3000


BEBAN (Lb)

Sebelum Sesudah
Tanah Basah + Cawan 102,4 111,8
Tanah Kering + Cawan 96,3 100,9 2500

Berat Cawan 9,7 9,8


Air 6,1 10,9 2121,58
2000
Tanah Kering 86,6 91,1
Kadar air (%) 7,04 11,96
1500
C.B.R 1439,234

Harga C.B.R (%)


0,1 " 0,2 " 1000

Atas % (()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100


688,08

(()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100 500


Bawah %
70,72 124,24
243,695
129,015
Diameter Mold 15,24 cm 0 0
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Tinggi Mold 11,54 cm PENURUNAN (Inchi)
Blow 30 blow

Diskusi kelompok : Berdasarkan pemeriksaan C.B.R. lab. 30 tumbukan, terdapat


perbedaan kadar air dari yang dikehendaki sebelumnya yaitu 8,03%. Kepadatan
kering yang dihasilkan sebelum di rendam adalah 1,88 Gr/Cm3. Setelah di rendam
kadar air yang dihasilkan senilai 11,96 % dengan kepadatan kering senilai 2,03
Gr/Cm3. Sedangkan Harga CBR yang dihasilkan yaitu, pada 0.1" = 70,72 % dan 0.2"
= 124,24 %.
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

PEMERIKSAAN C.B.R (LAB)

Pekerjaan : Lapis Pondasi Agregat kelas A


Material : Batu pecah blendingan
Tanggal : 2 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok I
LCR : 28,67 lb/divisi

3
Berat isi kering yang dikehendaki : 1,88 Gr/Cm Jumlah Tumbukan 65 Kali Sebelum Sesudah
Kadar air yang dikehendaki : 8,03 % Berat Tanah + Mold (Gr) 8784 8923
Berat Mold (Gr) 4022 4022
PENGEMBANGAN Berat tanah basah (Gr) 4762 4901

Tanggal Isi Mold (Cm3) 2120,56 2120,56

Jam Berat isi basah (Gr/Cm3) 2,25 2,31

Pembacaan Berat isi kering (Gr/Cm3) 2,12 2,11

Perubahan %

PENETRASI GRAFIK C.B.R


Waktu Penurunan Pembacaan Beban (Lb) 6000

(menit) (inchi) Atas Bawah Atas Bawah


0 0,0000 0 0
0,25 0,0125 21,2 607,804
5303,95
0,5 0,0250 45 1290,15
1 0,0500 96 2752,32 5000 5045,92

1,5 0,0750 105 3010,35


4730,55
2 0,1000 117 3354,39
3 0,1500 135 3870,45
4 0,2000 148 4243,16 4243,16
6 0,3000 165 4730,55 4000
8 0,4000 176 5045,92 3870,45

10 0,5000 185 5303,95

3354,39
KADAR AIR
BEBAN (Lb)

Sebelum Sesudah 3000 3010,35


Tanah Basah + Cawan 85,6 85,7
2752,32
Tanah Kering + Cawan 81,4 79,1
Berat Cawan 9,9 9,3
Air 4,2 6,6
Tanah Kering 71,5 69,8
2000
Kadar air (%) 5,87 9,46

C.B.R
Harga C.B.R (%) 1290,15
0,1 " 0,2 "
1000
Atas % (()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100
607,804
(()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100
Bawah %
111,81 94,29

Diameter Mold 15,28 cm 0 0


0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Tinggi Mold 11,57 cm PENURUNAN (Inchi)
Blow 65 blow

Diskusi kelompok : Berdasarkan pemeriksaan C.B.R. lab. 65 tumbukan, terdapat


perbedaan kadar air dari yang dikehendaki sebelumnya yaitu 8,03%. Kepadatan
kering yang dihasilkan sebelum di rendam adalah 1,88 Gr/Cm3. Setelah di rendam
kadar air yang dihasilkan senilai 9,46% dengan kepadatan kering senilai 2,11
Gr/Cm3. Sedangkan Harga CBR yang dihasilkan yaitu, pada 0.1" = 111,81 % dan
0.2" = 94,29 %.
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

Hasil Pengujian C.B.R:


Jumlah pertumbukan/lapis 10 30 65
0,1 0,1 0,1
C.B.R Laboratorium (%)
32,30 70,72 111,81
Densitas kering, gram/cm3 1,83 2,03 2,11

Hasil Pengujian pemadatan:


Penambahan Kepadatan Kadar Air Kadar Air Z.A.V Cara pemadatan SNI 03-1743-2008
GS Gabungan
Kadar air Kering (Y) (X) 6,538 0,065 2,254 Kadar air optimum 8,03
2 1,821 6,538 7,301 0,073 2,216 Densitas kering maksimum 1,88
3 1,863 7,301 2,643 8,195 0,082 2,173 CBR desain 0.1
4 1,877 8,195 9,100 0,091 2,131
5 1,856 9,100 9,493 0,095 2,113
6 1,818 9,493

GRAFIK ϒd MAKS & W OPTIMUM Chart Title


2,500 2,50

2,400 2,40

2,300 2,30

2,200 2,20

2,100 2,10

2,000 2,00

1,900 1,90

1,800 1,80

1,700 1,70
6,000 6,500 7,000 7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Axis Title C.B.R (%)

Kesimpulan : 43%
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id

Hasil Pengujian C.B.R:


Jumlah pertumbukan/lapis 10 30 65
0,2 0,2 0,2
C.B.R Laboratorium (%)
32,81 124,24 94,29
Densitas kering, gram/cm3 1,83 2,03 2,11

Hasil Pengujian pemadatan:


Penambahan Kepadatan Kadar Air Kadar Air Z.A.V Cara pemadatan SNI 03-1743-2008
GS Gabungan
Kadar air Kering (Y) (X) 6,538 0,065 2,254 Kadar air optimum 8,03
2 1,821 6,538 7,301 0,073 2,216 Densitas kering maksimum 1,88
3 1,863 7,301 2,643 8,195 0,082 2,173 CBR desain 0.2
4 1,877 8,195 9,100 0,091 2,131
5 1,856 9,100 9,493 0,095 2,113
6 1,818 9,493

GRAFIK ϒd MAKS & W OPTIMUM Chart Title


2,500 2,50

2,400 2,40

2,300 2,30

2,200 2,20

2,100 2,10

2,000 2,00

1,900 1,90

1,800 1,80

1,700 1,70
6,000 6,500 7,000 7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00
Axis Title Axis Title

Kesimpulan : 46%
DISKUSI KELOMPOK:

Berdasarkan pengujian daya dukung C.B.R Laboratorium Lapis Pondasi Agregat


Kelas A (LPA) yang direndam (soaked) dengan menggunakan 3 kali percobaan
penumbukan dengan jumlah 10, 30 dan 65 kali tumbukan dengan mendapatkan hasil
C.B.R Design 0.1 sebesar 43 % dan C.B.R Design 0.2 sebesar 46%. Dimana
spesifikasi dari Bina Marga standar minimum untuk C.B.R Design adalah 90 %,
artinya hasil pengujian tersebut tidak masuk dalam spesfikasi. Hal ini menunjukan
bahwa gradasi Batas Tengah memiliki parameter mekanis yang lebih rendah daripada
gradasi Batas Bawah. Hal ini disebabkan distribusi ukuran butiran gradasi Batas
Tengah tidak mampu mengisi rongga/pori sehingga kepadatan menurun daripada
kepadatan gradasi Batas Bawah.
Penyelidikan Nilai CBR
Dengan Dynamic Cone Penetrometer
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

PENYELIDIKAN NILAI CBR


DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

TITIK / STA : 1 Dikerjakan : Kelompok 1


TANGGAL : 6 Juli 2021

KUMULATIF
BANYAK KUMULATIF PENETRASI DCP
PENETRASI CBR (%)
TUMBUKAN TUMBUKAN (mm) (mm/tumbukan)
(mm)
0 0 0 0
5 5 390 390 78 2,133928121
5 10 426 426
5 15 457 457
5 20 487 487 10
5 25 508 508
5,628571429 67,33287946
5 30 527 527
5 35 551 551
5 40 587 587
5 45 658 658
15,1 18,42906357
5 50 738 738

CBR
KUMULATIF TUMBUKAN
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0

100
KUMULATIF PENETRASI (mm)

200

300

400

500

600

700

800
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

PENYELIDIKAN NILAI CBR


DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

TITIK / STA : 2 Dikerjakan : Kelompok 1


TANGGAL : 6 Juli 2021

KUMULATIF
BANYAK KUMULATIF PENETRASI DCP CBR
PENETRASI
TUMBUKAN TUMBUKAN (mm) (mm/tumbukan) (%)
(mm)
0 0 0 0
115,3333333 1,276889
3 3 346 346
3 6 394 394
3 9 417 417
3 12 428 428
3 15 434 434
3 18 442 442
5,2 74,71153
3 21 451 451
3 24 463 463
3 27 478 478
3 30 490 490
3 33 502 502
3 36 517 517
3 39 540 540
3 42 567 567
9,529411765 33,72766
3 45 600 600
3 48 637 637
2 50 664 664

CBR
KUMULATIF TUMBUKAN
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 50
0

100
KUMULATIF PENETRASI (mm)

200

300

400

500

600

700
LOG LOG
CBR CBR

0,32918 0,106153

1,828227 1,873388

1,265503 1,527986
Metode Uji Densitas Tanah di Tempat
(lapangan) dengan Alat Konus
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id

METODE UJI DENSITAS TANAH DI TEMPAT (LAPANGAN) DENGAN ALAT KONUS PASIR

Pekerjaan :
Material :
Tanggal : 6 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1

Nomor Titik
No Uraian
1
1 Berat Isi Pasir Dengan Botol Alat (AIR)
Berat botol + corong w₁ 2056
Berat botol + corong + air w₂ 5817,7
Isi botol + corong kecil w₂ - w₁ 3761,7
Berat botol + corong + pasir w₃ 6811
Berat isi pasir ϒp = (w₃ - w₁)/(w₂ - w₁) 1,264

2 Berat Isi Pasir dengan Takaran


A. Berat Pasir dalam Corong (DITUMPAH DILAB)
Berat botol + corong + pasir w₄ 6811
Berat botol + corong + sisa pasir w₅ 5363
Berat pasir dalam corong w₄ - w₅ 1448
B. Berat Pasir dalam Takaran (CONTAINER BIRU)
Isi Takaran Vk = 1/4 x 3,14 x D² x t 1177,5
Berat Container + Pasir w₁₁ 3739
Berat Container + Air w₁₂ 3220
Berat Container w₁₃ 2056
C. Berat Isi Pasir ϒp = (w₁₁ - w₁₃)/(w₁₂ - w₁₃) 1,446

3 Kepadatan Tanah (DATA LAPANGAN)


Berat tanah + wadah w₈ 3541
Berat wadah w₉ 1
Berat tanah w₈ - w₉ 3540
Berat botol + corong + pasir w₆ 6374
Berat botol + corong + sisa pasir w₇ 2056
Berat pasir dalam tabung w₁₀ = (w₆ - w₇)-(w₄ - w₅) 2870
Isi lubang Ve = 1/4 x 3,14 x D² x t 2137,163
Berat isi tanah ϒs = (w₈ - w₉)/Ve 1,6564
Berat isi kering tanah ϒd lap = ϒs/(1+Wc) 1,3980
Keterangan:
Corong dimaksudkan corong besar dan kecil
Hasil perhitungan:
Kadar air, Wc = 18,48341 %
Kepadatan lapangan (ϒd lap) = 1,3980
KADAR AIR
Nomor Cawan 1
Berat contoh basah + cawan Gr 85
Berat contoh kering + cawan Gr 73,3
Berat cawan Gr 10,00
Berat air Gr 11,7
Berat contoh kering Gr 63,30
Kadar Air % 18,483

Diskusi Kelompok:
Dari uji kepadatan tanah dengan alat konus pasir di peroleh nilai kepadatan lapangan
yaitu= 1,3980 dan kadar air = 18,48341%
BERAT JENIS AGREGAT HALUS
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
UJI KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
ANALISA SARINGAN
KEPADATAN
PENYELIDIKAN NILAI CBR DENGAN DYNAMIC CONE
PENETROMETER
METODE UJI DENSITAS TANAH DI TEMPAT (LAPANGAN)
DENGAN ALAT KONUS PASIR
CBR

Anda mungkin juga menyukai