UJI TANAH 2
DOSEN PENGAJAR:
MUHAMMAD FIRDAUS, MT
OLEH:
KELAS 4A
KELOMPOK 1
1. MUHAMMAD RAIHANANDI A010319021
2. MUHAMMAD RIZKI A010319022
3. MUNA NAZIAH A010319024
4. REZA ANNAFI PUTRA A010319026
5. REZQA ANNISA A010319027
6. SUKMA AMALIYANSARI A010319029
7. SYAKHSIYAH ISLAMI A010319030
8. FRANS RONALD W A010318004
Kelompok 1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Dosen Pengajar Praktikum Uji Tanah 2, dengan ini
menerangkan bahwa, kelompok LPA, Kelas IV-A, Semester IV, Program Studi D III
Teknik Sipil Poliban :
DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD RAIHANANDI A010319021
2. MUHAMMAD RIZKI A010319022
3. MUNA NAZIAH A010319024
4. REZQA ANNISA A010319027
5. SUKMA AMALIYANSARI A010319029
6. SYAKHSIYAH ISLAMI A010319030
7. FRANS RONALD W A010318004
Muhammad Firdaus, MT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan kelompok Uji Tanah 2
ini dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktek kuliah offline selama dua
minggu. Laporan ini dapat selesai berkat arahan dan bimbingan dari Bapak
Muhammad Firdaus, MT selaku dosen mata kuliah Uji Tanah 2 dan Ibu Agustina
Ariyani, ST selaku teknisi.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, laporan ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar lebih baik di masa yang akan datang.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
SAMPUL
DOKUMENTASI ANGGOTA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
METODE PENGUJIAN
1. Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
2. Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
3. Metode Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles
4. Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
5. Metode Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah
6. Metode Uji CBR Laboratorium
7. Penyelidikan Nilai CBR Dengan Dynamic Cone Penetrometer
8. Metode Uji Densitas Tanah di Tempat (lapangan) dengan Alat Konus
Pasir
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp. 0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052 / 3307757 E-mail : geotra.poliban@yahoo.com
Pekerjaan : Pembangunan Jalan Sp. Handil Bakti (Sp. Serapat) - Bts. Kota Banjarmasin
Material : Abu Batu Quarry Katunun
Item Pekerj. : Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Tanggal
Sampel Sampel
No Kegiatan
A B
1 Mengukur Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh 500.00 500.00
2 Mengukur Benda Uji Kering Oven ( Bk ) 496.20 496.70
3 Megukur Berat Piknometer diisi air ( B ) 1244.80 1254.60
4 Mengukur Berat Piknometer + Benda Uji + Air ( Bt ) 1557.00 1566.70
5 Berat Piknometer 254.70 265.50
Sampel Sampel
No URAIAN Rata - rata
A B
1 Berat Jenis Bk / ( B+ 500 - Bt )
2 Berat Jenis Permukaan Jenuh 500 / ( B + 500 - Bt )
3 Berat Jenis Semu Bk / ( Bk+B - Bt )
4 Penyerapan (500 - Bk )/Bk x 100%
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
SNI 1969:2008
Daftar isi
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi ........................................................................................................................ i
Prakata .......................................................................................................................... ii
Pendahuluan .................................................................................................................. iii
1 Ruang lingkup ......................................................................................................... 1
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif .................................................................................................... 2
3 Istilah dan definisi ................................................................................................. 2
4 Peralatan ............................................................................................................. 3
5 Pengambilan contoh dan persiapan contoh uji ..................................................... 4
6 Langkah kerja ...................................................................................................... 5
7 Perhitungan ......................................................................................................... 5
8 Laporan ................................................................................................................ 6
9 Ketelitian dan penyimpangan .............................................................................. 7
i
SNI 1969:2008
Prakata
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan judul Cara uji berat jenis penyerapan air agregat
kasar adalah revisi dari SNI 03 - 1969 - 1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan
air agregat kasar.
Adapun perbedaan SNI sebelumnya, terdapat uraian-uraian yang sifatnya berupa informasi
atau ketentuan baru, dan penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci dan cukup berarti
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
mengenai beberapa hal dalam SNI 03 – 1969 – 1990. Hal-hal yang dimaksud adalah:
1. perhitungan berat jenis kering, jenuh kering permukaan dan semu, pada temperatur air
230C / temperatur agregat 230C, (sebelumnya pada suhu 250 C).
3. setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi
jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air,
yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C, (sebelumnya
rendam berat uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam).
4. dinginkan contoh uji pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai
agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-
kira 50OC), (sebelumnya dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1- 3 jam).
Di samping hal-hal tersebut di atas terdapat juga beberapa catatan berkaitan dengan uraian
yang bersangkutan, yang dengan adanya catatan-catatan itu akan lebih memperjelas
bagaimana seharusnya menerapkan cara uji ini tanpa adanya kesalahan-kesalahan.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia Teknis
Rekayasa Jalan dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 (PSN
08:2007) dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 5 Mei 2006 di Puslitbang
Jalan dan Jembatan Bandung dengan melibatkan elemen stakeholder terkait.
ii
SNI 1969:2008
Pendahuluan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Cara uji penyerapan air agregat kasar ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan dan arahan
bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian air agregat kasar. Cara uji
ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh dan persiapan contoh uji, langkah
kerja, perhitungan, laporan, ketelitian dan penyimpangan.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1969:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup
1.1 Umum
Standar ini untuk menentukan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Agregat kasar
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm (Saringan No.4). Berat
jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering, berat jenis curah pada kondisi jenuh
kering permukaan atau berat jenis semu. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) dan
penyerapan air berdasarkan pada kondisi setelah (24+4) jam direndam di dalam air. Cara uji
ini tidak ditujukan untuk digunakan pada pengujian agregat ringan.
Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai
standar.
Standar ini dapat menyangkut penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang
berbahaya. Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan serta peraturan dan batasan-batasan dalam
menggunakan standar ini.
Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan
dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang
mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu
pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering
atau diasumsikan kering. Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari bahan
padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebut
dapat dimasuki oleh air.
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat
air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat
kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air
sehingga air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh
setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang
diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih besar apabila
digunakan, bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat apabila
digunakan mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
kondisi terendam selama (24+4) jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan
terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan
dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji
AASHTO T 255.
Prosedur umum yang digambarkan dalam cara uji ini cocok untuk digunakan dalam
menentukan penyerapan agregat yang dikondisikan dengan cara uji yang berbeda dengan
perendaman selama (24+4) jam, seperti penggunaan pompa hampa udara atau kondisi air
1 dari 10
SNI 1969:2008
mendidih. Namun nilai yang didapat untuk penyerapan akan berbeda, berat jenis curah pada
kondisi jenuh kering permukaan.
Pori pada agregat ringan mungkin tidak dapat benar-benar terisi dengan air atau sebaliknya
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
setelah perendaman selama (24+4) jam. Pada kenyataannya beberapa jenis agregat, tetap
saja tidak akan mencapai potensi penyerapan yang sebenarnya walaupun setelah direndam
selama beberapa hari. Oleh karena itu, cara uji ini tidak untuk digunakan dalam pemeriksaan
agregat ringan.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif
SNI 03 – 1970 –1990, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 03 – 1974 – 1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03 – 4804 – 1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 03 – 6388 – 2000, Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan
lapis permukaan
SNI 03 – 6414 – 2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
SNI 13 – 6717 – 2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat
SNI 03 – 6866 – 2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian
SNI 03 – 6885 – 2002, Tata cara pelaksanaan program uji untuk penentuan presisi metode
uji bahan konstruksi
SNI 03 – 6889 – 2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
AASHTO M 132, Terms relating to density and specific gravity of solids, liquids and gases
AASHTO R 1, Use of the international system of units
AASHTO T 255, Total evaporable moisture content of aggregate by drying
ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregates
ASTM Designation C 127-88 (1993), Standard method of test for specific gravity and
absorption of coarse aggregate.
3.1
agregat ringan
agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat isi sebesar 1 100 kg/m 3
atau kurang
3.2
agregat halus
pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4)
3.3
agregat kasar
kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40
mm (No. 1½ inci)
2 dari 10
SNI 1969:2008
3.4
berat jenis
perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi
3.5
berat jenis curah kering
perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang
ermeable e dan ermeable di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu
3.6
berat jenis curah (jenuh kering permukaan)
perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di
dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam, tetapi tidak termasuk rongga antara
butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu
3.7
berat jenis semu (apparent)
perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang impermiabel pada
suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperatur tertentu
3.8
penyerapan air
penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi
belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai
persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu
temperatur (110±5) oC dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh
kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap)
4 Peralatan
4.1 Timbangan
Timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03 – 6414 – 2002. Timbangan
harus dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk menggantung Wadah contoh uji
didalam air pada bagian tengah-tengah alat penimbang
Suatu keranjang kawat 3,35 mm (Saringan No. 6) atau yang lebih halus, atau ember dengan
tinggi dan lebar yang sama dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk agregat dengan ukuran
nominal maksimum 37,5 mm (Saringan No.1 ½ inci) atau lebih kecil, dan wadah yang lebih
besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum agregat yang lebih besar. Wadah
harus dibuat agar dapat mencegah terperangkapnya udara ketika wadah ditenggelamkan.
3 dari 10
SNI 1969:2008
Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh uji dan wadahnya akan ditempatkan dengan
benar-benar terendam ketika digantung di bawah timbangan, dilengkapi dengan suatu
saluran pengeluaran untuk menjaga agar ketinggian air tetap.
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
4.4 Alat penggantung (kawat)
Kawat untuk menggantung wadah haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk
memperkecil seluruh kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang
terendam.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
4.5 Saringan 4,75 mm (No. 4)
b) Campur agregat secara menyeluruh dan kurangilah sampai mendekati jumlah yang
diperlukan dengan menggunakan prosedur yang sesuai dengan SNI 13 – 6717 – 2002.
Pisahkan semua material yang lolos saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dengan
penyaringan kering, kemudian cuci secara menyeluruh untuk menghilangkan debu atau
material lain dari permukaan agregat. Jika agregat kasar mengandung sejumlah bahan
yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dalam jumlah yang substansial,
seperti agregat ukuran 2,36 mm (No. 8) dan Saringan ukuran No. 9 (dalam AASHTO M
43), gunakan saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) sebagai pengganti saringan ukuran 4,75
mm (No.4). Sebagai pilihan, pisahkan material yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75
mm (No.4) dan ujilah material tersebut menurut SNI 03 - 1970 - 1990.
c) Berat contoh uji minimum untuk digunakan disajikan di bawah ini. Di dalam banyak
kejadian mungkin saja diinginkan untuk menguji suatu agregat kasar dalam beberapa
ukuran terpisah per fraksi; dan jika contoh uji mengandung lebih dari 15 persen yang
tertahan di atas saringan ukuran 37,5 mm (No. 1½ inci), maka ujilah material yang lebih
besar dari 37,5 mm di dalam satu atau lebih ukuran fraksi secara terpisah dari ukuran
yang lebih kecil. Apabila suatu agregat diuji dalam ukuran fraksi yang terpisah, berat
contoh uji minimum untuk masing-masing fraksi harus merupakan perbedaan antara berat
yang telah ditentukan untuk ukuran minimum dan maksimum dari fraksi tersebut.
Tabel 1 Berat contoh uji minimum untuk tiap ukuran nominal maksimum agregat
d) Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran (gradasi)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
contoh sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan yang dipergunakan untuk
memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam menghitung persentase material dalam
setiap ukuran, abaikanlah jumlah material yang lebih halus dari pada saringan ukuran
4,75 mm (No.4) atau saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang
dijelaskan pada pasal 5.butir b.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
5 Langkah kerja
a) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur (110±5)0C,
dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam untuk contoh uji dengan
ukuran maksimum nominal 37,5 mm (Saringan No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang
lebih besar sampai agregat cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada
temperatur (kira-kira 500C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada
temperatur kamar selama (24+4) jam. Pada saat menguji agregat kasar dengan ukuran
maksimum yang besar, akan memerlukan contoh uji yang lebih besar, dan akan lebih
mudah di uji dalam dua atau lebih contoh yang lebih kecil, kemudian nilai-nilai yang
diperoleh digabungkan dengan perhitungan-perhitungan pada pasal 7.
b) Apabila nilai-nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam menentukan
proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada kondisi alaminya, maka
persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap dapat dihilangkan, dan jika
permukaan partikel butir contoh terjaga secara terus-menerus dalam kondisi basah,
perendaman sampai (24+4)jam juga dapat dihilangkan. Sebagai catatan nilai-nilai untuk
penyerapan dan berat jenis curah (jenuh kering permukaan) mungkin lebih tinggi untuk
agregat yang tidak kering oven sebelum direndam dibandingkan dengan agregat yang
sama tetapi diperlakukan seperti pada pasal 6 butir a. Hal ini jelas, khususnya untuk
partikel butiran yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) karena air tidak mungkin mampu
masuk sampai pusat butiran dalam waktu perendaman seperti yang disyaratkan.
c) Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu lembaran penyerap
air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang. Keringkan air dari butiran yang besar
secara tersendiri. Aliran udara yang bergerak dapat digunakan untuk membantu
pekerjaan pengeringan. Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari
pori-pori agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua berat yang
sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat dari berat contoh, pilihlah
nilai yang lebih besar.
d) Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi
jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air,
yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C. Hati-hatilah
sewaktu berusaha menghilangkan udara yang terperangkap sebelum menentukan berat
tersebut, menggoncangkan wadah dalam kondisi terendam. Wadah tersebut harus
terendam dengan kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama penentuan
berat. Kawat yang menggantungkan kontainer tersebut harus memiliki ukuran praktis
yang paling kecil untuk memperkecil kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang
kawat yang terendam.
e) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur (110±5)0C, dinginkan
pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai agregat telah dingin
5 dari 10
SNI 1969:2008
pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50OC),
kemudian tentukan beratnya. Gunakan berat ini dalam proses perhitungan pada pasal 7.
7 Perhitungan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
7.1 Berat jenis curah kering
Lakukanlah perhitungan berat jenis curah kering (Sd), pada temperatur air 230C / temperatur
agregat 230C dengan rumus berikut ini:
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
A
Berat Jenis Curah Kering = .............................................................................. (1)
(B − C )
dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram);
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
C adalah berat benda uji dalam air (gram);
Lakukanlah perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss), pada temperatur air
230C / temperatur agregat 230C dalam basis jenuh kering permukaan dengan rumus berikut
ini:
B
Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) = ………………………................. (2)
(B − C )
dengan :
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
C adalah berat benda uji dalam air (gram).
Lakukanlah perhitungan berat jenis semu (Sa), pada temperatur air 230C / temperatur
agregat 230C dengan cara berikut ini:
A
Berat jenis semu = ........................................................................................ (3)
(A − C )
dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram);
C adalah berat benda uji dalam air (gram).
⎡ B − A⎤
Penyerapan air = ⎢ ⎥ x100 % ................................................................................ (4)
⎣ A ⎦
dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram);
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
8 Laporan
6 dari 10
SNI 1969:2008
a) Laporkan hasil berat jenis dengan ketelitian 0,01 yang terdekat dan penyerapan dengan
ketelitian 0,1 persen. Terdapat pendekatan matematis serta tiga jenis berat jenis dan
penyerapan di dalam lampiran yang dapat digunakan, dan mungkin berguna dalam
memeriksa tingkat konsistensi data atau menghitung nilai-nilai yang tidak dilaporkan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
dengan menggunakan data laporan yang lain.
b) Jika agregat kasar diuji pada kondisi kelembaban alaminya, tidak dengan dikeringkan
terlebih dahulu di dalam oven dan direndam selama (24+4) jam di dalam air, laporkan
sumber benda uji dan prosedur yang dipakai untuk mencegah kekeringan sebelum diuji.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
9 Ketelitian dan penyimpangan
Karena tidak ada material acuan yang cocok untuk menentukan penyimpangan untuk
prosedur dalam mengukur penyerapan agregat kasar, maka tidak ada pernyataan mengenai
penyimpangan.
7 dari 10
SNI 1969:2008
Lampiran A
(Informatif)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Hubungan antara berat jenis dengan penyerapan seperti yang ditentukan dalam cara uji SNI
03 – 1969 –1990 dan SNI 03 – 1970 –1990
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Dengan :
Sd adalah berat jenis curah (kering),
Ss adalah berat jenis curah (jenuh kering permukaan),
Sa adalah berat jenis semu (apparent), dan
Sw adalah penyerapan (dalam persen)
maka :
1 Sd
Sa = = ............................................................................................. (6)
1 Sw Sw.S d
− 1−
S d 100 100
atau :
1 Ss
Sa = = ........................................................................ (7)
1 + Sw / 100 Sw
− 1−
Sw
(S s − 1)
Ss 100 100
⎛S ⎞
Sw = ⎜⎜ S − 1⎟⎟.100 ............................................................................................................. (8)
⎝ Sd ⎠
⎛ S − Ss ⎞
Sw = ⎜⎜ a ⎟⎟.100 ....................................................................................................... (9)
(
⎝ a s
S S − 1) ⎠
8 dari 10
SNI 1969:2008
Lampiran B
(Informatif)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Istilah-istilah dalam pengujian berat jenis
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Absorption Penyerapan air
Apparent Specific Gravity Berat Jenis Semu
Saturated Surface Dry (SSD) Jenuh Kering Permukaan (JKP)
Density Kerapatan
Air Weight Berat ketika ditimbang di udara.
Unit Weight Berat Isi
9 dari 10
SNI 1969:2008
Lampiran C
(Informatif)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Formulir uji dan contoh perhitungan
Surat Permohonan :
No. Kode Pengujian :
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Lampiran :
Dibuat Untuk :
Penerimaan Contoh Uji :
Jenis Contoh Uji :
Jumlah Contoh Uji :
Kemasan Contoh Uji :
Tanggal Penerimaan :
Tanggal Pengujian :
Pengujian Dilakukan Sesuai Metode Uji :
B
(B − C )
Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) 2,55 2,54 2,54
A
(A − C )
Berat jenis semu (Sa) 2,61 2,63 2,62
.................., ..........................
Pemeriksa, Penguji,
( ) ( )
10 dari 10
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008
ICS 93.020
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008
Daftar isi
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .....................................................................................................................................ii
1 Ruang lingkup ................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif .................................................................................................................. 1
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
3 Istilah dan definisi............................................................................................................. 1
4 Ketentuan.......................................................................................................................... 2
4.1 Peralatan ........................................................................................................................ 2
4.2 Benda uji ........................................................................................................................ 2
5 Pelaksanaan ..................................................................................................................... 3
5.1 Persiapan benda uji........................................................................................................ 3
5.2 Cara pengujian ............................................................................................................... 3
6 Perhitungan....................................................................................................................... 4
7 Laporan ............................................................................................................................. 4
Lampiran A (normatif) .............................................................................................................. 5
Lampiran B (normatif) Formulir pengujian ............................................................................... 6
Lampiran C (informatif) Contoh pengisian formulir pengujian ................................................. 7
Bibliografi ................................................................................................................................. 9
i
SNI 2417:2008
Prakata
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang “Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi
Los Angeles” adalah revisi dari SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat
dengan mesin abrasi Los Angeles.
Adapun perubahannya antara lain:
a) dalam penyiapan bahan, jumlah contoh uji yang disiapkan ditambahkan berat interval;
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
b) ditambahkan metode pengujian untuk material yang mempunyai kekerasan homogen,
pengujian dilakukan dengan 100 putaran, dan hasil pengujian antara 100 putaran dengan
500 putaran tidak boleh lebih besar dari 0,20 yang tertahan di atas saringan No.12 (1,70
mm) tanpa pencucian;
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan
dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 08:2007 dan dibahas dalam forum konsensus
yang diselenggarakan pada tanggal 19 April 2006 di Bandung, yang melibatkan para
narasumber, pakar dan lembaga terkait.
ii
SNI 2417:2008
Pendahuluan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui
angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap
berat semula dalam persen.
Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
atau konstruksi beton.
Peralatan yang digunakan adalah mesin abrasi Los Angeles, saringan No.12, timbangan,
bola-bola baja, oven, alat bantu pan dan kuas.
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam mesin abrasi, putar
mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah putaran untuk masing-masing
gradasi berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan
dikeringkan dalam oven sampai berat tetap.
iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup
Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan
ukuran 75 mm (3 inci) sampai dengan ukuran 2,36 mm (saringan No.8) dengan
menggunakan mesin abrasi Los Angeles.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif
SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program uji antar laboratorium untuk penentuan
presisi metode uji bahan konstruksi
SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 13-6717-2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat
ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregate
ASTM C 131-01 atau AASHTO T 96-02, Standard Test Method for Resistance to
Degradation of Small-Size Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles
Machine
ASTM C 535-96, Standard Test Method For Resistance to Degradation of Large Size Coarse
Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
3.1
bola baja
besi bulat dan masif dengan ukuran dan berat tertentu yang digunakan sebagai beban untuk
menggerus agregat pada mesin abrasi
3.2
gradasi A
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci) sampai dengan
agregat ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
3.3
gradasi B
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 19,0 mm (3/4 inci) sampai dengan agregat
ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
3.4
gradasi C
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 9,5 mm (3/8 inci) sampai dengan agregat
ukuran butir 4,75 mm (saringan No. 4)
3.5
gradasi D
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 4,75 mm (saringan No.4) sampai
dengan agregat ukuran butir 2,36 mm (saringan No.8)
1 dari 9
SNI 2417:2008
3.6
gradasi E
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 75 mm (3 inci) sampai dengan agregat
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
ukuran butir 37,5 mm (1½ inci)
3.7
gradasi F
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 50 mm (2,0 inci) sampai dengan agregat
ukuran butir 25,0 mm (1,0 inci)
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
3.8
gradasi G
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci) sampai dengan
agregat ukuran butir 19,0 mm (3/4 inci)
3.9
keausan
perbandingan antara berat bahan yang hilang atau tergerus (akibat benturan bola-bola baja)
terhadap berat bahan awal (semula)
3.10
mesin abrasi Los Angeles
alat simulasi keausan dengan bentuk dan ukuran tertentu terbuat dari pelat baja berputar
dengan kecepatan tertentu
3.11
saringan No.12 (1,70 mm)
besarnya lubang saringan adalah 1,70 mm atau dalam 1 inci persegi terdapat 12 lubang
4 Ketentuan
4.1 Peralatan
2 dari 9
SNI 2417:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
berat tetap.
5 Pelaksanaan
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Persiapan benda uji terdiri atas:
a) cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap;
b) pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan dan lakukan penimbangan;
c) gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki;
d) catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.
b) benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles;
c) putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah putaran
gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500 putaran dan untuk gradasi E,
gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran;
d) setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap;
e) jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 putaran, dan
setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian.
3 dari 9
SNI 2417:2008
Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di
atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20;
f) metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode ASTM C
535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to Degradation of Large-Size Coarse
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
aggregate by Abrasion and impact in the Los Angeles Machine.
6 Perhitungan
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
a−b
Keausan = X 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1)
a
dengan pengertian:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b adalah berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan dalam gram.
7 Laporan
Keausan dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari dua pengujian yang dinyatakan sebagai
bilangan bulat dalam persen.
4 dari 9
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2417:2008
5 dari 9
SNI 2417:2008
Lampiran B
(normatif)
Formulir pengujian
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Formulir pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
No. Contoh : ............................ Tanggal : ...............................
Pekerjaan : ............................ Dikerjakan : ...............................
Diperiksa : ...............................
a−b a−b
Keausan I = x 100% = Keausan II = x 100% =
a a
Penyelia, Teknisi,
................................ .................................
6 dari 9
SNI 2417:2008
Lampiran C
(informatif)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Formulir pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
(100 putaran)
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
No. Contoh : Agregat Kasar Tanggal : 8 Agustus 2005
Pekerjaan : Campuran beraspal Dikerjakan : Paidjo
Diperiksa : Wayan Dharmayasa
a−b a−b
Keausan I = x 100% = 19,45% Keausan II = x 100% = 20.99%
a a
Penyelia, Teknisi,
7 dari 9
SNI 2417:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
No. Contoh : Agregat Kasar Tanggal : 8 Agustus 2005
Pekerjaan : Campuran beraspal Dikerjakan : Paidjo
Diperiksa : Wayan Dharmayasa
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Ukuran saringan I II
Lolos Tertahan Berat (a) Berat (a)
76,2 (3”) 63,5 (2 ½”)
63,5 (2 ½”) 50,8 (2”)
50,8 (2”) 36,1 (1 ½“)
36,1 (1 ½“) 25,4 (1”)
25,4 (1”) 19,1 (3/4”)
19,1 (3/4”) 12,7 ( ½”) 2500 2500
12,7 ( ½ ”) 9,52 (3/8”) 2500 2500
9,52 (3/8”) 6,35 (1/4”)
6,35 (1/4”) 4,75 (No. 4)
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)
Jumlah Berat 5000 5000
Berat tertahan saringan No. 12 sesudah 4025,7 3935
percobaan (b)
a−b a−b
Keausan I = x 100% = 19,49% Keausan II = x 100% = 21.30%
a a
Penyelia, Teknisi,
8 dari 9
SNI 2417:2008
Bibliografi
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.
ASTM C 131-01 atau AASHTO T 96-02, Standard test method for resistance to degradation
of small-size coarse aggregate by abrasion and impact in the los angeles machine
ASTM C 535-96, Standard test method for resistance to degradation of large size coarse
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
aggregate by abrasion and impact in the los angeles machine.
9 dari 9
SNI SNI 03-1968-1990
Standar Nasional Indonesia
Halaman
Keputusan menteri pekerjaan umum nomor.306/KPTS/1989 ........... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
BAB I DESKRIPSI............................................................................. 1
1.1 maksud dan tujuan ........................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup ................................................................. 1
1.3 Pengertian........................................................................ 1
DESKRIPSI
1.3 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka
persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Bab II
CARA PELAKSANAAN
2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda
uji;
2) Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”);
37,5 mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5
mm (3/8”); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm);
No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm);
No.200 (0,075 mm);
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5) 0C ;
4) Alat pemisah contoh ;
5) Mesin pengguncang saringan ;
6) Talam-talam ;
7) Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.
2.4 Perhitungan
Hitnglah persentase benda berat uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.
2.5 Laporan
Laporan meliputi :
1) Jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau
jumlah persentase diatas masing-masing saringan dalam
bilangan bulat ;
2) Grafik kumulatif ;
3) Modulus kehalusan (finess modulus).
LAMPIRAN A
1) PEMRAKARSA
Pusat penelitian dan pengembangan jalan, badan penelitian dan
pengembangan PU.
2) PENYUSUN
NAMA LEMBAGA
Adimar Adin, M.Sc. Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Ir.syarifuddin alambai Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Drs. Oemar wazir Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Sri. Astuti, B.E. Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Soejoto, S.H. Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Budiarto, BRE. Direktorat Pembangunan Jalan
(s.d 1976)
Dra. Rosmina achmad Direktorat Penyelidikan
(s.d 1976) Masalah Tanah dan Jalan
Alan rachlan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
(s.d 1989)
Ir. Suhaimin daud Pusat Litbang Jalan
(mulai 1989)
Ir. Soemartono mulyadi Pusat Litbang Jalan
(mulai 1989)
3) SUSUNAN PANITIA TETAP SKBI
JABATAN EX-OFFICIO NAMA
Ketua Kepala badan litbang 1) Ir. Karman
PU somawijaya
(s.d 1989)
2) Ir. Suryatin
sastromijoyo
Sekretaris (mulai 1989)
Sekretaris badan Dr.Ir. bambang
Anggota litbang PU soemitroadi
Kepala pusat litbang Ir. Soedarmanto
Anggota jalan darmonegoro
Ir. Soelastri
Anggota Kepala pusat litbang djenoeddin
pengairan Ir. SM. Ritonga
Anggota Kepala pusat litbang
permukiman 1) Ir. Soelistijo
Sekretaris ditjen cipta tjitromidjodjo, BAE.
karya (s.d 1989)
2) Ir. Soeratmo
notodiputro
Anggota (mulai 1989)
Ir. Satrio
Anggota Sekretaris ditjen bina
marga Ir. Mamad ismail
Anggota Sekretaris ditjen
pengairan 1) Ir. Wanargo M.
(s.d 1989)
Kepala biro sarana 2) Ir. Nuzwar N.
Anggota perusahaan (mulai 1989)
1) Soediro, S.H.
Anggota (s.d 1989)
Kepala biro hukum 2) Ali muhamad, S.H.
(mulai 1989)
6) PESERTA KONSENSUS
NAMA LEMBAGA
Ir. Soenardi H. Pusat Litbang Jalan
Ir. P. Sitanggang Pusat Litbang Jalan
A.Salendu Pusat Litbang Jalan
Ir. M.Sjahdanul irwan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. Asep tatang dachlan Pusat Litbang Jalan
Purbosanto, B.E. Pusat Litbang Jalan
Ir. Irman nurdin Pusat Litbang Jalan
Alan rachlan M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. Carlina sutjiono, Dipl.HE. Pusat Litbang Pengairan
Ir. Nensi rosalina, M.Eng. Pusat Litbang Pengairan
Tarya, Grad.Dipl. Kantor wilayah PU prop. Jabar
Ir. Hartomi djohan Kantor wilayah PU prop. Jabar
Ir. Jafisham djadjaputra Ditjen Bina Marga
Ir. Yayan suryana Ditjen Bina Marga
Ir. Indraswari hardjono Ditjen Bina Marga
Ir. Aziz djayaputra, M.Sc.E. Institut Teknologi Bandung
Dr. Ir. Boedi susilo Unuversitas Indonesia
Ir. Santoso U.G., M.Sc. Unuversitas Parahyangan
Ir. Agus sidharta, M.Eng. Unuversitas Tarumanegara
Ir. Sawarso wignjosajono Himpunan ahli teknik tanah
Drs. Eman mawardi indonesia
Ir. Sumarilah ichary Himpunan ahli teknik hidraulik
indonesia
Ikatan Nasional Konsultan
Indonesia
7) PESERTA PEMUTAKHIRAN KONSEP SKBI
NAMA LEMBAGA
Ir suryatin sastromidjodjo Badan Litbang PU
Dr. Ir. Bambang soemitroadi Badan Litbang PU
Drs. Muhd. Muhtadi Badan Litbang PU
Ir. Soedarmanto darmonegoro Pusat Litbang Jalan
Drs. Eddy sumardi Pusat Litbang Jalan
Alan rachlan, M.Sc. Pusat Litbang Jalan
Ir. KGS Ahmad Pusat Litbang Jalan
Ir. Saroso B.S. Pusat Litbang Jalan
Soejoto, S.H. Pusat Litbang Jalan
Ir. Soelastri djenoedin Pusat Litbang Pengairan
Ir. S.M. ritonga Pusat Litbang Pemukiman
Ir. Ramil djohan Ditjen Pngairan
Ir. Sukawan M. Ditjen Bina Marga
Purwanto, S.H. Ditjen Cipta Karya
Djoko sulistyo, S.H. Biro Hukum Dep. PU
Ir. Siti widyastuti Biro Bina Sarana Perusahaan
Ir. Boetje sinay Badan Litbang Pu
Dr. Ir. DJ.A. Smarmata Badan Litbang Pu
Ir. Lolly M. Badan Litbang Pu
LAMPIRAN B
LAIN-LAIN
GAMBAR
Grafik Pembagian Butir
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008
Daftar isi
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .....................................................................................................................................ii
Pendahuluan............................................................................................................................ iii
1 Ruang lingkup.................................................................................................................... 1
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4 Ketentuan .......................................................................................................................... 2
4.1 Peralatan ........................................................................................................................ 2
4.2 Cara pengujian ............................................................................................................... 4
4.3 Contoh uji........................................................................................................................ 4
5 Cara pengerjaan ................................................................................................................ 5
5.1 Cara A............................................................................................................................. 5
5.1.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air ................................................................................................................ 5
5.1.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air ................................................................................................................ 6
5.2 Cara B............................................................................................................................. 7
5.3 Cara C ............................................................................................................................ 7
5.3.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air ................................................................................................................ 7
5.3.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air ................................................................................................................ 7
5.4 Cara D ............................................................................................................................ 8
6 Perhitungan dan pelaporan ............................................................................................... 8
6.1 Perhitungan .................................................................................................................... 8
6.2 Penggambaran grafik...................................................................................................... 9
6.3 Pelaporan ....................................................................................................................... 9
Lampiran A (normatif) Gambar .............................................................................................. 10
Lampiran B (normatif) Contoh formulir isian .......................................................................... 13
Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir ........................................................................ 14
Gambar A.1 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 101,60 mm) ............................... 10
Gambar A.2 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 152,40 mm) ............................... 11
Gambar A.3 Cara melakukan penumbukan pada cetakan berdiameter 102 mm (4 inci)
untuk satu lapisan, sebanyak 25 tumbukan ................................................... 12
Gambar A.4 Palu penumbuk .............................................................................................. 12
i
SNI 1743:2008
Prakata
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008 Cara uji kepadatan berat untuk tanah adalah revisi dari SNI 03-1743-1989
Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah, didalamnya terdapat perbaikan dan atau
penambahan ketentuan penggunaan cara pemadatan (cara A, cara B, cara C atau cara D)
dan cara pemadatan berdasarkan mudah atau tidaknya tanah menyerap air serta mudah
atau tidaknya butiran tanah pecah apabila dipadatkan berulang kali.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 dan
dibahas dalam forum Konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 26 April 2006 di
Bandung, yang melibatkan unsur pemerintah, pkara, produsen, konsumen dan lembaga
terkait.
ii
SNI 1743:2008
Pendahuluan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk
menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.
Peralatan yang digunakan adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda uji,
timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Cara uji untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
digunakan adalah uji kepadatan ringan (standard). Cara tersebut dibagi menjadi 4 cara, yaitu
cara A, cara B, cara C dan cara D (lihat Tabel 1).
Cara tersebut dibagi berdasarkan sifat tanah dan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan
tanah yang akan diuji, jika tidak gunakan ketentuan A.
- Cara A dan cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No.4
sebesar 40% atau kurang.
- Cara C dan cara D digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm
sebesar 30% atau kurang
iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup
Cara uji ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah
yang dipadatkan di dalam sebuah cetakan berukuran tertentu dengan penumbuk 4,54 kg
yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm. Cara uji ini mencakup ketentuan-
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
ketentuan mengenai peralatan, cara pengujian dan contoh uji, cara pengerjaan, perhitungan,
dan pelaporan.
2 Acuan normatif
AASHTO T 180 - 01, Moisture-Density Relations of Soils Using a 4,54 kg (10 lb) Rammer
and a 457 mm (18 in) Drop.
ASTM D 2168, Calibration of laboratory mechanical-rammer soil compactors
BS 1377: Part 4: 1990, Compaction-related test
SNI 03-1964-1990, Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990, Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990, Metode pengujian batas plastis tanah
SNI 03-1967-1990, Metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03-1976-1990, Metode koreksi untuk pengujian pemadatan tanah yang mengandung
butir kasar
SNI 03-4804-1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 03-6414-2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
SNI 07-6866-2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian
3.1
benda uji
contoh uji yang telah dipadatkan dan diratakan sesuai ukuran cetakan
3.2
berat jenis butir
perbandingan antara massa isi butir tanah dan masaa isi air
3.3
contoh uji
contoh tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan lolos saringan 19,0 mm (3/4”) yang telah
dicampur dengan air
3.4
kadar air
perbandingan antara massa air dan massa kering tanah
1 dari 14
SNI 1743:2008
3.5
kadar air optimum
kadar air yang paling cocok untuk cara pemadatan tertentu yang menghasilkan kepadatan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan
3.6
kepadatan basah
perbandingan antara massa benda uji basah dan volume
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
3.7
kepadatan kering
perbandingan antara massa benda uji kering dan volume
3.8
kepadatan kering jenuh
perbandingan antara massa kering tanah dan volume total pada kondisi jenuh air (rongga
berisi udara nol)
3.9
kepadatan maksimum
kepadatan kering yang paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan
4 Ketentuan
4.1 Peralatan
a) Cetakan.
Cetakan harus dari logam berdinding teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran dan
kapasitas yang sesuai di bawah ini. (lihat Gambar A.1 dan Gambar A.2) Cetakan harus
dilengkapi dengan leher sambung yang dibuat dari bahan yang sama dengan cetakan,
dengan tinggi kurang lebih 60 mm. Cetakan dan leher sambung harus dipasang kuat-
kuat pada keping alas yang dibuat dari bahan yang sama dan dapat dilepaskan.
1) Sebuah cetakan diameter 101,60 mm mempunyai kapasitas 943 cm3 ± 8 cm3 dengan
diameter dalam 101,60 mm ± 0,41 mm dan tinggi 116,43 mm ± 0,13 mm (lihat
Gambar A.1).
2) Sebuah cetakan diameter 152,40 mm mempunyai kapasitas 2124 cm3 ± 21 cm3
dengan diameter dalam 152,40 mm ± 0,66 mm dan tinggi 116,43 mm ± 0,13 mm
(lihat Gambar A.2).
3) Cetakan yang telah aus karena dipergunakan terus menerus, sehingga tidak
memenuhi syarat toleransi pembuatan di atas, masih dapat dipergunakan apabila
toleransi-toleransi yang dilampaui tidak lebih dari 50% dan volume cetakan dikalibrasi
sesuai SNI 03-4804-1998, yang kemudian digunakan dalam perhitungan.
CATATAN 1: Jenis cetakan lain dengan kapasitas seperti ditentukan di atas dapat digunakan,
asalkan hasil uji dikorelasikan dengan hasil uji dari beberapa jenis tanah yang sama dengan yang
menggunakan cetakan berdinding teguh. Catatan korelasi tersebut harus selalu tersedia dan
mudah diperoleh apabila diperlukan.
b) Alat penumbuk.
1) Alat penumbuk tangan (manual). Penumbuk dari logam dengan massa 4,536 kg ±
0,009 kg dan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan rata, diameter 50,80 mm
2 dari 14
SNI 1743:2008
± 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak boleh kurang dari 50,42
mm. Penumbuk harus dilengkapi dengan selubung yang dapat mengatur jatuh bebas
setinggi 457 mm ± 2 mm di atas permukaan tanah yang akan dipadatkan. Selubung
harus mempunyai paling sedikit 4 buah lubang udara berdiameter tidak kurang dari
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
9,50 mm dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua ujung.
Selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak
terganggu.
2) Alat penumbuk mekanis. Alat penumbuk mekanis dari logam, dilengkapi alat
pengontrol tinggi jatuh bebas 457 mm ± 2 mm di atas permukaan tanah yang akan
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dipadatkan dan dapat menyebarkan tumbukan secara merata di atas permukaan
tanah (lihat catatan 2). Alat penumbuk harus mempunyai massa 4,536 kg ± 0,009 kg
dan mempunyai permukaan tumbuk berbentuk bundar dan rata, berdiameter
50,80 mm ± 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak boleh kurang dari
50,42 mm. Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi sesuai ASTM D 2168.
3) Alat penumbuk yang digunakan harus berpenampang bulat dengan diameter
50,80 mm. Penampang berbentuk sektor dapat juga digunakan apabila luasnya sama
dengan alat penumbuk yang berpenampang bulat dan harus dinyatakan di dalam
laporan.
CATATAN 2: Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi terhadap beberapa macam jenis tanah
dan massa penumbuk disesuaikan agar mendapatkan hubungan kadar air dengan kepadatan
kering yang sama apabila dipadatkan dengan alat penumbuk manual. Tidak praktis untuk
mengatur tinggi jatuh alat penumbuk mekanis setiap kali alat penumbuk tersebut dijatuhkan,
seperti pada alat penumbuk yang dioperasikan secara manual. Untuk mengatur tinggi jatuh alat
penumbuk mekanis, sejumlah contoh uji lepas di dalam cetakan yang akan ditumbuk pertama kali
ditekan secara pelan-pelan dengan alat penumbuk dan dari kedudukan tersebut ketinggian 457
mm diukur. Tumbukan-tumbukan berikutnya dapat dilakukan dengan menjatuhkan penumbuk dari
ketinggian 457 mm dari permukaan tanah yang ditekan tadi atau bila alat penumbuk sudah
dilengkapi pengatur ketinggian jatuh, setiap penumbukan mempunyai tinggi jatuh bebas 457 mm,
diukur dari permukaan tanah yang ditumbuk sebelumnya. Cara kalibrasi yang lebih detail untuk
alat penumbuk mekanis yang digunakan pada pemadatan tanah di laboratorium dapat dilihat pada
ASTM D 2168.
c) Alat pengeluar benda uji (extruder).
Terdiri dari sebuah dongkrak, pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai.
d) Timbangan.
Tiga buah timbangan masing-masing berkapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 1 gram,
kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan kapasitas 311 gram dengan ketelitan 0,01
gram.
e) Oven pengering.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur sampai 110°C ± 5°C untuk
mengeringkan contoh tanah basah.
f) Pisau perata.
Dibuat dari baja yang kaku dengan panjang minimum 25 cm. Salah satu sisi memanjang
pisau perata harus tajam dan sisi lainnya datar. Batas toleransi pisau perata yang
dihitung pada kelurusan sisi memanjang tidak boleh melebihi 0,1% dari panjang.
g) Saringan.
Saringan 50 mm, saringan 19 mm dan saringan No.4 (4,75 mm), sesuai persyaratan
SNI 07-6866-2002.
h) Alat pencampur.
Terdiri dari baki, sendok pengaduk, sekop, spatula dan alat-alat bantu lainnya atau alat
pencampur mekanik yang sesuai untuk mencampur contoh tanah dan air secara merata.
3 dari 14
SNI 1743:2008
i) Cawan.
Dibuat dari bahan tahan karat dan massanya tidak akan berubah akibat pemanasan dan
pendinginan yang berulang kali. Cawan harus dilengkapi penutup yang dapat dipasang
dengan rapat untuk mencegah hilangnya air dari benda uji sebelum penentuan massa
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
awal dan untuk mencegah penyerapan air dari udara terbuka setelah pengeringan dan
sebelum penentuan massa akhir.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
a) Ditetapkan 4 pilihan cara uji yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D, sebagai berikut;
b) Masing-masing cara tersebut di atas dibagi lagi berdasarkan sifat tanah, sebagai berikut:
1) butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air. Contoh tanah
semacam ini adalah jenis contoh tanah berbutir kasar yang bersifat keras;
2) butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang
tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air. Butiran contoh tanah
yang mudah pecah umumnya jenis tanah berbutir kasar yang bersifat lunak (seperti
batu pasir dan batu kapur), sedangkan contoh tanah yang tidak mudah menyerap air
adalah jenis tanah berbutir halus (lanau dan lempung).
CATATAN 3: Jika terjadi keraguan dalam menentukan apakah butiran contoh tanah termasuk
butiran contoh tanah yang mudah pecah atau tidak, semua contoh tanah berbutir kasar dapat
dianggap sebagai contoh tanah berbutir yang mudah pecah.
c) Cara yang digunakan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah yang akan diuji.
Jika tidak, gunakan ketentuan cara A.
d) Cara A atau cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No. 4 (4,75
mm) sebesar 40% atau kurang dan cara C atau cara D digunakan untuk campuran tanah
yang tertahan saringan 19,00 mm sebesar 30% atau kurang. Bahan yang tertahan
saringan-saringan tersebut harus dinyatakan sebagai butiran kasar.
e) Jika contoh tanah yang diuji mengandung butiran kasar sebesar 5% atau lebih dan hasil
uji kepadatannya digunakan untuk pengontrolan kepadatan hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan, koreksi harus dibuat berdasarkan SNI 03-1976-1990, untuk membandingkan
kepadatan lapangan dengan kepadatan contoh yang dipadatkan di laboratorium.
a) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah atau lembab,
contoh tanah tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu sehingga menjadi gembur.
Pengeringan dapat dilakukan di udara atau dengan alat pengering lain dengan
4 dari 14
SNI 1743:2008
temperatur tidak lebih dari 600C. Kemudian gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk
sedemikian rupa untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau pecah.
CATATAN 4: Tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan alat pengering.
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
b) Saring sejumlah tanah gembur yang mewakili dengan saringan No.4 (4,75 mm) untuk
cara A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm (3/4”) untuk cara C dan cara D.
c) Contoh tanah yang telah disaring dipersiapkan dengan jumlah yang sesuai dengan cara
ujinya.
1) Untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, siapkan 1 contoh
tanah paling sedikit 3 kg untuk cara A, 7 kg untuk cara B, 5 kg untuk cara C dan 11
kg untuk cara D.
2) Untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, siapkan paling
sedikit 5 contoh tanah masing-masing 2,5 kg untuk cara A, 5 kg untuk cara B, 3 kg
untuk cara C dan 6 kg untuk cara D.
d) Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai merata.
1) Untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, penambahan air
dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, penambahan air diatur sedemikian
rupa sehingga kadar airnya 2% sampai dengan 6% di bawah kadar air optimum.
Penambahan air tahap berikutnya dilakukan setelah pemadatan dan pemecahan
kembali benda uji. Perbedaan kadar air pada masing-masing tahap sekitar 1%
sampai dengan 3%.
2) Untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, penambahan air
diatur sedemikian rupa sehingga 1 contoh mempunyai kadar air mendekati kadar air
optimum, 2 contoh di bawah kadar air optimum dan 2 contoh lainnya di atas kadar air
optimum. Perbedaan kadar air masing-masing sekitar 1% sampai dengan 3%.
e) Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik atau wadah lainnya dan
ditutup rapat, kemudian didiamkan selama: 3 jam (kerikil dan pasir kelanauan/
kelempungan); 12 jam (lanau) dan 24 jam (lempung) sedangkan untuk contoh uji berupa
kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
5 Cara pengerjaan
5.1 Cara A
5.1.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur
diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg yang
diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk sampai
merata.
5 dari 14
SNI 1743:2008
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5 lapis dengan
ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-kira 125 mm.
Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit melebihi 1/5
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat
penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara
merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan
menggunakan alat penumbuk dengan massa 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas
dari ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali;
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2) lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5 dengan cara yang sama
seperti untuk lapis 1.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan ratakan
permukaannya menggunakan pisau perata, sehingga betul-betul rata dengan permukaan
cetakan.
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan ketelitian 1
gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat
pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian yang
sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk
pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990.
CATATAN 5: Untuk tanah terdrainase bebas seperti pasir seragam dan kerikil yang
memungkinkan terjadi rembesan pada bagian bawah cetakan dan keping alas, contoh yang
mewakili untuk pengujian kadar air lebih baik diambil dari bak pencampur.
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan campurkan
dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya
meningkat 1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk
sampai merata.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir 5.1.1 a) sampai dengan 5.1.1
h) di atas beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
5.1.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air
a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang diuraikan dalam 5.1.1 a) dan 5.1.1 i).
b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan kadar air yang
mendekati kadar air optimum) dan lakukan seperti yang diuraikan dalam 5.1.1 c) sampai
dengan 5.1.1 g).
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam 5.1.2 a) dan 5.1.2 b) di atas untuk
contoh uji ke 2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai massa benda uji berkurang atau
tetap.
CATATAN 6: Sebaiknya pemadatan dilakukan secara berturut-turut, mulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum kemudian dilanjutkan dengan contoh uji dengan
kadar air yang lebih besar. Hal tersebut dimaksudkan, apabila berat benda uji dengan kadar air
paling besar belum berkurang atau tetap dibandingkan berat benda uji sebelumnya, contoh uji
dengan kadar air yang paling kecil ditambahkan air melebihi kadar air yang semula paling besar.
Apabila berat benda uji masih menunjukkan peningkatan setelah semua contoh uji dipadatkan,
siapkan contoh tanah yang baru dan tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya 1%
sampai dengan 3% di atas kadar air benda uji yang paling besar.
6 dari 14
SNI 1743:2008
5.2 Cara B
Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam 5.1 (cara A) kecuali cetakan yang
digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
5.3 Cara C
5.3.1 Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur
diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg yang
diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk sampai
merata.
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5 lapis dengan
ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-kira 125 mm.
Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit melebihi 1/5
dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat
penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara
merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan
menggunakan alat penumbuk massa 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali;
2) lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5 dengan cara yang sama
seperti untuk lapis 1.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan ratakan
permukaannya, sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan ketelitian 1
gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat
pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian yang
sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk
pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990.
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,00 mm dan 90% gumpalan
tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), kemudian campurkan dengan sisa contoh uji di
dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai
dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir 5.3.1 a) sampai dengan 5.3.1
h) di atas beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
5.3.2 Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air
a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang diuraikan dalam 5.3.1 a) dan 5.3.1
b).
7 dari 14
SNI 1743:2008
b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan kadar air yang
mendekati kadar air optimum) dan lakukan seperti yang diuraikan dalam 5.3.1 c) sampai
dengan 5.3.1 g).
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam 5.3.2 a) dan 5.3.2 b) di atas untuk
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
contoh uji ke 2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai massa benda uji berkurang atau
tetap.
CATATAN 7: Sebaiknya pemadatan dilakukan secara berturut-turut, mulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum kemudian dilanjutkan dengan contoh uji dengan
kadar air yang lebih besar. Hal tersebut dimaksudkan, apabila berat benda uji dengan kadar air
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
paling besar belum berkurang atau tetap dibandingkan berat benda uji sebelumnya, contoh uji
dengan kadar air yang paling kecil ditambahkan air melebihi kadar air yang semula paling besar.
Apabila berat benda uji masih menunjukkan peningkatan setelah semua contoh uji dipadatkan,
siapkan contoh tanah yang baru dan tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya 1%
sampai dengan 3% di atas kadar air benda uji yang paling besar.
5.4 Cara D
Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam 5.3 (cara C), kecuali cetakan yang
digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.
6.1 Perhitungan
8 dari 14
SNI 1743:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
(Gs.ρ )
ρ = w X 100% ……………………………………..…………………………… (4)
d (100 + Gs.w)
dengan pengertian:
ρd adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3;
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Gs adalah berat jenis tanah;
ρw adalah kapadatan air, dinyatakan dalam gram/cm3;
w adalah kadar air, dinyatakan dalam %.
a) Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X) dan kadar air
(sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian gambarkan sebuah kurva yang
halus yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan,
tentukan kepadatan kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
b) Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air pada derajat
kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak boleh memotong garis jenuh dan
pada harga kadar air yang tinggi grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh
tersebut.
6.3 Pelaporan
9 dari 14
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Gambar A.1 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 101,60 mm)
Lampiran A
(normatif)
10 dari 14
Gambar
SNI 1743:2008
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 1743:2008
Gambar A.2 Cetakan silinder dan keping alas (diameter 152,40 mm)
11 dari 14
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Gambar A.3 Cara melakukan penumbukan pada cetakan berdiameter 102 mm (4 inci)
untuk satu lapisan, sebanyak 25 tumbukan
12 dari 14
SNI 1743:2008
SNI 1743:2008
Lampiran B
(normatif)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Proyek / Pekerjaan : Dikerjakan :
No. Contoh/kedalaman : Dihitung :
Lokasi Contoh : Diperiksa :
Jenis Contoh : Tanggal :
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
PENGUJIAN KEPADATAN BERAT
(Cara …)
Persiapan Contoh Uji :
massa tanah basah (gr)
Kadar air awal (%)
Penambahan air (%)
Penambahan air (cc)
Kepadatan :
massa tanah basah + cetakan (gr)
Massa cetakan (gr)
Massa tanah basah (gr)
3
Isi cetakan (cm )
3
Kepadatan basah, ρ (gr/cm )
3
Kepadatan kering, ρd (gr/cm )
Kadar air :
No. cawan
Massa tanah basah + cawan (gr)
Massa tanah kering + cawan (gr)
Massa air (gr)
Massa cawan (gr)
Massa tanah kering (gr)
Kadar air (%)
Kepadatan kering (gr/cm3)
Beart jenis =
Kadar air optimum (w opt) = %
3
Kepadatan kering maksimum (ρd maks.) = gr/cm
13 dari 14
SNI 1743:2008
Lampiran C
(informatif)
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Proyek / Pekerjaan : Dikerjakan :
No. Contoh/kedalaman : Dihitung :
Lokasi Contoh : Diperiksa :
Jenis Contoh : Tanggal :
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
PENGUJIAN KEPADATAN BERAT
(Cara A)
Persiapan Contoh Uji :
massa tanah basah (gr) 3000 3000 3000 3000 3000
Kadar air awal (%) 12 12 12 12 12
Penambahan air (%) 12 14 16 18 20
Penambahan air (cc) 240 300 360 420 480
Kepadatan :
massa tanah basah + cetakan (gr) 5970 6060 6180 6160 6100
Massa cetakan (gr) 4405 4405 4405 4405 4405
Massa tanah basah (gr) 1565 1685 1775 1755 1695
3
Isi cetakan (cm ) 944 944 944 944 944
3
Kepadatan basah, ρ (gr/cm ) 1,66 1,78 1,88 1,86 1,80
3
Kepadatan kering, ρd (gr/cm ) 1,39 1,47 1,52 1,47 1,39
Kadar air :
No. cawan A B C D E
Massa tanah basah + cawan (gr) 264,0 260,2 265,0 268,0 260,0
Massa tanah kering + cawan (gr) 229,1 221,6 222,7 221,5 212,0
Massa air (gr) 39,4 38,6 42,3 46,5 48,0
Massa cawan (gr) 45,4 40,0 45,2 43,9 41,1
Massa tanah kering (gr) 183,7 181,6 177,5 177,6 166,9
Kadar air (%) 19,0 21,3 23,8 26,2 28,8
1.60
Garis jenuh
ρ d maksimum
Kepadatan kering (gr/cm 3)
1.55 (ZAVL)
1.50
1.45
1.40
14 dari 14
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 1744:2012
ICS 93.020
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 1744:2012
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Daftar isi
Daftar isi..................................................................................................................................... i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
Pendahuluan............................................................................................................................ iii
1 Ruang lingkup ................................................................................................................. 1
2 Acuan normatif................................................................................................................ 1
3 Istilah dan definisi ........................................................................................................... 2
4 Arti dan kegunaan........................................................................................................... 3
5 Peralatan ........................................................................................................................ 3
6 Contoh material............................................................................................................... 4
7 Hubungan kadar air dan densitas ................................................................................... 4
8 Cara pengerjaan ............................................................................................................. 5
9 Perhitungan .................................................................................................................... 7
10 Laporan......................................................................................................................... 10
Lampiran A (normatif) Gambar peralatan pengujian CBR laboratorium.................................11
Lampiran B (informatif) Gambar alat uji penetrasi CBR laboratorium ....................................16
Lampiran C (informatif) Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya ..............................17
Lampiran D (normatif) Contoh formulir isian...........................................................................18
Lampiran E (normatif) Grafik penentuan CBR desain ............................................................19
Lampiran F (informatif) Contoh isian formulir .........................................................................20
Lampiran G (informatif) Contoh penentuan CBR desain ........................................................22
Bibliografi ................................................................................................................................23
© BSN 2012 i
SNI 1744:2012
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Prakata
Standar Nasional Indonesia tentang Metode uji CBR laboratorium adalah revisi dari SNI 03-
1744-1989, Metode Pengujian CBR Laboratorium. Standar ini mengacu pada AASHTO
Designation: T 193-99 (2007), The California Bearing Ratio dengan beberapa modifikasi,
lihat Lampiran C. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan beberapa
kekurangan yang terdapat pada versi sebelumnya, lihat Lampiran B.
SNI ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja
Geoteknik Jalan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) No.8 Tahun
2007 dan dibahas dalam forum Konsensus tanggal 15 September 2009 di Bandung, dengan
melibatkan para narasumber, pakar, dan lembaga terkait.
© BSN 2012 ii
SNI 1744:2012
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Pendahuluan
Pengujian CBR (California Bearing Ratio) laboratorium yang dimaksudkan pada standar ini
adalah penentuan nilai CBR contoh material tanah, agregat atau campuran tanah dan
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air sesuai yang ditentukan.
Pengujian CBR digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar,
fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan dan
lapangan terbang.
Pengujian CBR laboratorium dilakukan terhadap beberapa benda uji, umumnya tergantung
pada kadar air pemadatan dan densitas kering yang ingin dicapai. Secara umum pengujian
CBR laboratorium ini (sesuai tahapannya) mencakup penyiapan peralatan, contoh material
dan contoh uji, pemadatan, penentuan massa basah dan kadar air benda uji, perendaman,
uji penetrasi, penggambaran kurva hubungan antara beban dan penetrasi, dan penentuan
nilai CBR. CBR desain juga dapat ditentukan melalui pengujian CBR ini, yaitu dengan
menggunakan kurva hubungan antara CBR dan densitas kering dari setiap benda uji.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Metode uji CBR laboratorium
1 Ruang lingkup
a) Standar ini menetapkan cara untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) material
lapis tanah dasar, fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang
untuk perkerasan jalan dan lapangan terbang, yang dipadatkan di laboratorium. Standar
ini terutama dimaksudkan, tetapi tidak terbatas, untuk mengevaluasi kekuatan material
kohesif dengan ukuran butir maksimum kurang dari 19,0 mm (3/4 inci);
b) Apabila material yang diuji mempunyai ukuran butir maksimum lebih besar dari 19,0 mm
(3/4 inci), standar ini menetapkan cara memodifikasi gradasi material sehingga semua
material yang digunakan untuk pengujian lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci), sedangkan
jumlah fraksi tertahan saringan 4,75 mm (No. 4) dan lolos saringan 75 mm (3 inci) tetap
sama. Walaupun secara tradisional, cara mempersiapkan contoh material tersebut telah
digunakan untuk menghindari kesalahan dalam pengujian material yang mengandung
material berukuran besar di dalam peralatan uji CBR, kemungkinan material yang
dimodifikasi mempunyai sifat kekuatan yang berbeda secara signifikan dibandingkan
material asli. Akan tetapi berdasarkan pengalaman, cara memodifikasi gradasi material
ini telah umum digunakan, dan cara desain yang memuaskan diperoleh berdasarkan
hasil pengujian sesuai cara ini;
c) Studi terdahulu menunjukkan bahwa CBR material yang mengandung sejumlah
persentase partikel tertahan saringan 4,75 mm (No. 4) lebih bervariasi dibandingkan
dengan material yang lebih halus. Untuk material tersebut, diperlukan lebih banyak
percobaan (mínimum tiga kali percobaan) untuk menentukan nilai CBR yang dapat
dipercaya;
d) Standar ini menetapkan cara penentuan CBR material pada kadar air optimum atau
pada rentang kadar air dan densitas kering yang ditentukan sesuai hasil uji densitas.
Densitas kering umumnya dinyatakan sebagai persentase dari densitas kering
maksimum sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008;
e) Kadar air atau rentang kadar air dan densitas kering yang diperlukan untuk pengujian
CBR ini harus ditentukan;
f) Kecuali jika ditentukan lain atau jika tidak berpengaruh terhadap hasil pengujian, semua
benda uji harus direndam di dalam air terlebih dahulu sebelum dilakukan uji penetrasi;
g) Satuan yang digunakan dalam standar ini dinyatakan dalam SI.
2 Acuan normatif
SNI 1965:2008, Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan.
SNI 1742:2008, Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 1743:2008, Cara uji kepadatan berat untuk tanah.
SNI 3423:2008, Cara uji analisis ukuran butir tanah.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3 Istilah dan definisi
Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut:
3.1
benda uji
contoh uji yang telah dipadatkan dan diratakan sesuai ukuran cetakan
3.2
CBR (California Bearing Ratio)
perbandingan antara beban penetrasi suatu jenis material dan beban standar pada
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama
3.3
contoh uji
contoh material lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci) yang telah dicampur dengan air
3.4
densitas basah
perbandingan antara massa benda uji basah dan volume total
3.5
densitas kering
perbandingan antara massa benda uji kering dan volume total
3.6
densitas kering maksimum
densitas kering yang paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan
3.7
energi pemadatan (compaction effort)
energi (jumlah tumbukan per lapis) yang dibutuhkan untuk memadatkan contoh uji pada
kadar air tertentu untuk mencapai densitas yang ditentukan
3.8
kadar air
perbandingan antara massa air dan massa tanah kering konstan
3.9
kadar air optimum
kadar air yang paling cocok untuk cara pemadatan tertentu yang menghasilkan densitas
kering paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan
3.10
pengembangan
perubahan tinggi benda uji setelah direndam dalam air untuk jangka waktu tertentu sesuai
yang ditentukan
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
4 Arti dan kegunaan
a) Standar ini digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar,
fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan
dan lapangan terbang. Nilai CBR yang diperoleh dapat digunakan sebagai salah satu
parameter desain perkerasan;
b) Jika pengaruh kadar air pemadatan terhadap CBR kecil, seperti pada material bersifat
kurang kohesif (cohesionless), material berbutir kasar, atau jika perbedaan kadar air
pemadatan diperbolehkan dalam desain, CBR harus ditentukan pada kadar air optimum
sesuai energi pemadatan yang ditentukan. Densitas kering yang ditentukan umumnya
dinyatakan dalam persentase minimum densitas kering yang diizinkan sesuai
persyaratan densitas kering lapangan;
c) Jika pengaruh kadar air pemadatan terhadap CBR tidak diketahui atau jika pengaruh
kadar air pemadatan perlu diperhitungkan, CBR harus ditentukan pada suatu rentang
kadar air, umumnya pada rentang kadar air yang diizinkan sesuai persyaratan pekerjaan
pemadatan di lapangan;
d) Kriteria untuk mempersiapkan benda uji material yang bersifat semen (self-cementing)
atau material lain, seperti material yang distabilisasi, yang kekuatannya tergantung
waktu, harus didasari evaluasi ahli geoteknik. Benda uji material tersebut harus dirawat
(cured) sebelum dilakukan uji penetrasi (untuk CBR tanpa direndam) atau sebelum
direndam (untuk CBR direndam).
5 Peralatan
a) Cetakan - Cetakan berupa silinder dari logam dengan ukuran diameter bagian dalam
(152,40 ± 0,66) mm dan tinggi (177,80 ± 0,46) mm. Cetakan harus dilengkapi leher
sambung (extension collar) dengan tinggi ± 50 mm dan keping alas yang berlubang
banyak yang dapat dipasang pas (tidak bergerak) pada kedua ujung cetakan, lihat
Lampiran A. Setiap pengujian, paling kurang disediakan tiga cetakan;
b) Keping pemisah - Sebuah keping pemisah dari logam, berpenampang bundar (lingkaran)
dengan diameter (150,80 ± 0,80) mm dan tinggi (61,37 ± 0,25) mm, lihat Lampiran A dan
CATATAN 1;
CATATAN 1 - Apabila menggunakan cetakan dengan tinggi 177,80 mm, diperlukan keping alas
dengan tinggi 61,37 mm untuk menghasilkan ketebalan atau tinggi benda uji padat 116,43 mm
sesuai SNI 1742 : 2008 atau SNI 1743 : 2008.
c) Penumbuk - Alat penumbuk yang digunakan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008;
d) Peralatan pengukur pengembangan - Terdiri dari keping pengembangan dengan
tangkai/batang yang dapat diatur, lihat Lampiran A, dan sebuah kaki tiga (tripot) untuk
dudukan arloji ukur pengembangan. Keping pengembangan harus dibuat dari logam
dengan diameter (149,20 ± 1,60) mm dan dibuat berlubang banyak dengan diameter
lubang 1,60 mm. Kaki tiga yang digunakan untuk dudukan arloji ukur pengembangan
dipasang pada permukaan cetakan atau jika diperlukan, pada permukaan leher
sambung;
e) Arloji ukur - Dua arloji ukur, masing-masing harus berkapasitas 25 mm dengan ketelitian
pembacaan sampai 0,02 mm;
f) Keping beban - Keping beban dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan
lubang berdiameter ± 54,00 mm di tengah-tengahnya atau berupa keping terpisah
(belah). Diameter keping beban (149,20 ± 1,60) mm dengan massa setiap keping (2,27 ±
0,04) kg, lihat Lampiran A dan CATATAN 2;
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
CATATAN 2 - Jika menggunakan keping yang terpisah, massa total (sepasang) keping tersebut
harus (2,27 ± 0,04) kg.
g) Piston penetrasi - Sebuah piston dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan
diameter (49,63 ± 0,13) mm, luas penampang 1935 mm2 (3 inci2) dan panjang tidak
kurang dari 102 mm, lihat Lampiran A;
h) Peralatan pembebanan - Sebuah peralatan tekan yang mampu memberikan
peningkatan beban yang seragam pada kecepatan penetrasi piston ke dalam benda uji
sebesar 1,27 mm/menit. Kapasitas peralatan tekan ini harus melebihi kapasitas
kekuatan material yang diuji;
i) Bak perendam - Sebuah bak perendam yang sesuai untuk mempertahankan tinggi air 25
mm di atas permukaan benda uji;
j) Oven pengering - Sebuah oven pengering yang dilengkapi pengatur suhu, mampu
mempertahankan suhu (110 ± 5) °C untuk mengeringkan contoh basah;
k) Cawan kadar air - Cawan kadar air sesuai SNI 1965:2008;
l) Peralatan bantu - Peralatan bantu seperti bak pencampur (baki), sendok pengaduk,
pisau pemotong, alat perata (straightedge), kertas filter dan timbangan.
6 Contoh material
Contoh material harus ditangani dan benda uji harus dipersiapkan sesuai cara D dari SNI
1742:2008 atau SNI 1743:2008 (untuk pemadatan contoh uji menggunakan cetakan 152,40
mm), kecuali:
a) Jika semua material lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci), semua material tersebut dapat
digunakan untuk pengujian tanpa modifikasi. Jika ada material yang tertahan saringan
19,0 mm (3/4 inci), material tersebut dipisahkan dan diganti dengan material yang lolos
saringan 19,0 mm (3/4 inci) dan tertahan saringan 4,75 mm (No. 4). Jumlah material
pengganti harus sama dengan jumlah material yang digantikannya, yang diperoleh dari
jenis material yang sama yang telah dipisahkan sebelumnya dari contoh yang tidak
digunakan untuk pengujian;
b) Untuk CBR pada kadar air optimum, harus dipersiapkan contoh material sebanyak 35 kg
atau lebih, dan pilih contoh material yang mewakili ± 11 kg untuk pengujian hubungan
antara kadar air dan densitas kering (uji densitas) dan sisa contoh material dibagi
menjadi tiga bagian, masing-masing ± 6,8 kg untuk pengujian CBR;
c) Untuk CBR pada suatu rentang kadar air tertentu, harus dipersiapkan contoh material
sebanyak 113 kg atau lebih, dan pilih contoh material yang mewakili paling kurang lima
contoh, masing-masing ± 6,8 kg untuk setiap uji densitas dan sekaligus sebagai benda
uji CBR.
a) CBR pada kadar air optimum - Menggunakan 11 kg contoh material yang dipersiapkan
sesuai butir 6 b), tentukan kadar air optimum dan densitas kering maksimum sesuai SNI
1742:2008 atau SNI 1743:2008. Jika sebelumnya telah dilakukan uji densitas, kadar air
optimum dan densitas kering maksimum dapat mengacu pada hasil uji densitas tersebut,
kecuali jika contoh mengandung material tertahan saringan 19,0 mm (3/4 inci), material
tanah dipersiapkan sesuai butir 6 a), lihat CATATAN 3);
CATATAN 3 - Densitas kering maksimum yang diperoleh dari uji densitas yang menggunakan
cetakan berdiameter 101,60 mm (4 inci) kemungkinan sedikit lebih tinggi daripada densitas kering
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
maksimum yang diperoleh dari uji densitas menggunakan cetakan berdiameter 152,40 (6 inci)
atau cetakan CBR.
b) CBR untuk suatu rentang kadar air tertentu - Menggunakan contoh material yang telah
dipersiapkan sesuai butir 6 c), kemudian tentukan kadar air optimum dan densitas kering
maksimum sesuai cara D dari SNI 1742:2008 atau SNI 1743 : 2008 kecuali jika cetakan
yang digunakan adalah cetakan CBR dan setiap benda uji dilakukan uji penetrasi untuk
menentukan nilai CBR. Hubungan antara kadar air dan densitas kering untuk energi
pemadatan 25 tumbukan per lapis dan 10 tumbukan per lapis juga harus ditentukan dan
setiap benda uji dilakukan uji penetrasi untuk menentukan nilai CBR. Semua pemdatan
dilakukan dalam cetakan CBR apabila densitas kering ditentukan pada atau mendekati
100 % densitas kering maksimum, diperlukan uji densitas dengan energi pemadatan
lebih besar dari 56 tumbukan per lapis, lihat CATATAN 4.
CATATAN 4 - Kurva hubungan antara densitas kering dan energi pemadatan umumnya
berbentuk garis lurus (linear) apabila digambarkan dalam bentuk kurva semilogaritma dengan
energi pemadatan (J/m3) digambarkan pada skala logaritma. Kurva ini berguna untuk
menetapkan energi pemadatan dan jumlah tumbukan per lapis yang dibutuhkan untuk
memperoleh densitas kering dan rentang kadar air yang ditentukan.
Jika CBR direndam yang akan ditentukan, contoh material yang mewakili diambil untuk
menentukan kadar air pada saat memulai dan setelah pemadatan benda uji, masing-
masing satu contoh uji kadar air. Uji kadar air dilakukan sesuai SNI 1965:2008. Jika CBR
tanpa direndam yang akan ditentukan, benda uji kadar air diambil sesuai SNI 1742:2008
atau SNI 1743:2008 jika kadar air rata-rata diperlukan.
8 Cara pengerjaan
a) Umumnya, tiga contoh uji (lihat CATATAN 5 dan CATATAN 6) harus dipadatkan
sedemikian sehingga densitas kering berkisar antara 95 % (atau lebih kecil) sampai 100
% (atau lebih besar) dari densitas kering maksimum yang ditentukan sesuai butir 7 a);
CATATAN 5 - Umumnya kira-kira 10, 30 dan 65 tumbukan per lapis diperlukan untuk
memadatkan contoh uji 1, 2 dan 3. Lebih dari 56 tumbukan per lapis umumnya diperlukan untuk
memadatkan contoh uji CBR sampai 100 % densitas kering maksimum sesuai SNI 1742:2008
atau SNI 1743:2008.
CATATAN 6 - Beberapa institusi (laboratorium) memilih pengujian hanya dilakukan terhadap satu
contoh uji yang dipadatkan sampai mencapai densitas kering maksimum pada kadar air optimum
sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008.
b) Pasang cetakan CBR pada keping alas, dikunci dan ditimbang sampai 5 g terdekat.
Masukkan keping pemisah ke dalam cetakan dan pasang kertas filter kasar pada
permukaan keping pemisah. Pasang leher sambung pada permukaan cetakan dan
dikunci pada batang/tangkai dari keping alas;
c) Campur setiap contoh material yang telah dipersiapkan sesuai butir 6 b) dengan
sejumlah air yang sesuai untuk mencapai kadar air optimum sesuai butir 7 a);
d) Padatkan contoh uji pertama dari tiga contoh uji di dalam cetakan, dengan pola
pemadatan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008, sebagai berikut:
1) Jika densitas kering maksimum ditentukan sesuai SNI 1742:2008, pemadatan
dilakukan dalam tiga lapis yang sama, setiap lapis 10 tumbukan, menggunakan alat
penumbuk yang sesuai untuk mendapatkan ketebalan padat total sekitar 125 mm;
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
2) Jika densitas kering maksimum ditentukan sesuai SNI 1743:2008, pemadatan
dilakukan dalam lima lapis yang sama, setiap lapis 10 tumbukan, menggunakan alat
penumbuk yang sesuai untuk mendapatkan ketebalan padat total sekitar 125 mm.
Pemadatan setiap lapis dengan jumlah tumbukan paling sedikit dimaksudkan untuk
mendapatkan densitas kering ≤ 95 % densitas kering maksimum.
e) Tentukan kadar air material yang dipadatkan (kadar air sebelum direndam). Massa
contoh kadar air minimum 100 g untuk material berbutir halus dan 500 g untuk material
berbutir kasar. Penentuan kadar air harus dilakukan sesuai SNI 1965:2008;
f) Buka leher sambung, potong kelebihan benda uji dengan pisau pemotong dan ratakan
permukaannya sampai rata dengan permukaan cetakan menggunakan alat perata.
Permukaan yang tidak beraturan atau berlubang harus diisi dengan material halus,
kemudian dipadatkan dan diratakan;
g) Keluarkan keping pemisah dari dalam cetakan, pasang kertas filter kasar di atas keping
alas berlubang banyak, kemudian cetakan berisi benda uji yang telah dibalik dan
tempatkan di atas kertas filter sehingga benda uji yang telah dipadatkan terletak di atas
kertas filter. Pasang keping alas berlubang banyak pada cetakan dan kemudian pasang
leher sambung dan dikunci. Timbang cetakan berisi benda uji (untuk menentukan massa
benda uji) sampai 5 g terdekat;
h) Lakukan pemadatan untuk contoh uji kedua dan ketiga sesuai langkah d) sampai
dengan g), kecuali untuk contoh uji kedua diperlukan 30 tumbukan per lapis dan untuk
contoh uji ketiga diperlukan 65 tumbukan per lapis, lihat CATATAN 5.
Persiapkan benda uji sesuai butir 7 b). Lakukan semua pemadatan di dalam cetakan CBR.
Semua benda uji yang telah dipersiapkan harus diuji penetrasi (CBR). Apabila densitas
kering ditentukan sampai atau mendekati 100 % densitas kering maksimum, diperlukan
contoh uji yang dipadatkan dengan energi pemadatan lebih dari 56 tumbukan per lapis.
8.2 Perendaman
a) Pasang leher sambung pada permukaan cetakan dan dikunci pada batang/tangkai
keping alas (jika diperlukan). Pasang keping pengembangan dengan batang atau
tangkai pengatur di atas benda uji di dalam cetakan dan pasang keping beban untuk
menghasilkan intensitas pembebanan yang sama dengan massa lapis material
perkerasan di atas material yang diuji. Massa total keping beban minimum 4,54 kg
(ekuivalen dengan tebal perkerasan sekitar 150 mm). Jika massa keping beban
ditingkatkan, peningkatan harus dilakukan setiap (2,27 ± 0,04) kg;
b) Pasang kaki tiga dengan arlorji ukur pengembangan pada permukaan cetakan atau leher
sambung (jika digunakan), atur dan tentukan pembacaan awalnya;
c) Masukkan cetakan berisi benda uji ke dalam air dan biarkan air meresap atau masuk
secara bebas dari permukaan dan dasar benda uji. Selama perendaman, pertahankan
permukaan air di dalam cetakan dan bak perendaman sekitar 25 mm di atas permukaan
benda uji. Rendam benda uji sekitar 96 jam (4 hari), lihat CATATAN 7;
CATATAN 7 - Periode perendaman lebih singkat (tidak kurang dari 24 jam) dapat digunakan
untuk material agregat tanah yang terdrainase dengan cepat jika pengujian memperlihatkan
bahwa periode perendaman yang lebih singkat tidak berpengaruh terhadap hasil pengujian.
Untuk beberapa tanah lempung, periode perendaman lebih dari 4 hari mungkin diperlukan.
d) Setelah perendaman selama 96 jam, tentukan pembacaan akhir arloji pengembangan
dan hitung pengembangan, dinyatakan sebagai persentase tinggi benda uji awal,
sebagai berikut:
© BSN 2012 6 dari 23
SNI 1744:2012
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
h1 − h0
Δh = x 100 …………………………………………………………………… (1)
h0
Keterangan:
Δh adalah pengembangan, dinyatakan dalam persen (%)
h0 adalah tinggi awal benda uji (= 116,43 mm)
h1 adalah tinggi akhir benda uji setelah perendaman, dinyatakan dalam mm
e) Keluarkan benda uji dari bak perendam, tuangkan air dari permukaan benda uji dan
biarkan selama 15 menit. Lakukan secara hati-hati, permukaan benda uji tidak boleh
terganggu selama penuangan air. Setelah air dituangkan, keluarkan keping beban
beserta keping berlubang banyak.
CATATAN 8 - Massa benda uji dapat ditentukan setelah penuangan air apabila diperlukan untuk
menentukan rata-rata densitas basah benda uji yang direndam dan dikeluarkan airnya.
a) Pasang keping beban di atas benda uji dengan massa yang sama dengan keping beban
yang digunakan selama perendaman. Pemasangan keping beban ini dilakukan per
keping. Untuk mencegah naiknya material lunak melalui lubang pada keping beban,
setelah pemasangan satu keping beban, atur piston penetrasi sampai menyentuh
permukaan benda uji dan berikan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg). Setelah
pengaturan piston penetrasi, keping beban lainnya yang tersisa dipasang di sekeliling
piston;
b) Atur piston penetrasi dengan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg), kemudian atur arloji
pengukur penetrasi dan arloji beban pada posisi nol;
c) Berikan beban pada piston penetrasi sedemikian sehingga kecepatan penetrasi seragam
pada 1,27 mm/menit. Catat beban apabila penetrasi menunjukkan 0,32 mm (0,0125
inci); 0,64 mm (0,025 inci); 1,27 mm (0,050 inci); 1,91 mm (0,075 inci); 2,54 mm (0,10
inci); 3,81 mm (0,15 inci); 5,08 mm (0,20 inci); dan 7,62 mm (0,30 inci). Pembacaan
beban pada penetrasi 10,16 mm (0,40 inci) dan 12,70 mm (0,50 inci) dapat ditentukan
apabila diperlukan.
CATATAN 9 - Kadar air pada lapisan sampai setebal 25 mm dari permukaan benda uji dapat
ditentukan setelah uji penetrasi (kadar air setelah direndam, jika diperlukan). Contoh untuk
pengujian kadar air paling kurang 100 g untuk material butiran halus dan 500 g untuk material
yang mengandung butiran kasar.
9 Perhitungan
Gambarkan kurva hubungan antara beban dan penetrasi setiap benda uji sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1. Dalam beberapa hal, terutama pada awal pembacaan, beban
meningkat tidak sebanding dengan peningkatan penetrasi sehingga kurva yang diperoleh
cenderung berbentuk cekung. Untuk mendapatkan kurva hubungan antara beban dan
penetrasi yang benar, koreksi bagian kurva yang berbentuk cekung tersebut sampai
mendekati bentuk kurva standar dengan mengatur atau memperpanjang bagian garis lurus
dari kurva hubungan beban penetrasi dan penetrasi yang diperoleh ke bawah sampai
memotong sumbu X atau absis. Misalnya, titik X0 adalah perpotongan antara perpanjangan
kurva dan sumbu X dengan jarak a dari titik penetrasi 0,00 mm (0,00 in), lihat garis putus-
putus pada kurva 2. Selanjutnya, titik penetrasi 2,54 mm (0,10 inci) dan 5,08 mm (0,20 inci)
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
digeser ke kanan masing-masing dengan jarak a dari titik semula (titik X1 dan X2) sehingga
beban berubah menjadi Y1 untuk penetrasi X1 dan Y2 untuk penetrasi X2.
9.2 CBR
Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji pada penetrasi 2,54 mm (0,10
inci) dan 5,08 mm (0,20 inci). Nilai CBR, dinyatakan dalam persen, diperoleh dengan
membagi nilai beban terkoreksi pada penetrasi X22,54 mm (0,10 inci) dan 5,08 mm (0,20 inci)
dengan beban standar secara berurutan sebesar 13 kN (3000 lbs) dan 20 kN (4500 lbs),
dan kalikan dengan 100, lihat persamaan (2).
Beban terkoreksi
CBR = X100 …………………………………………………………….…….. (2)
Beban standar
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inci). Jika CBR pada penetrasi 5,08 mm
(0,20 inci) lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inci), pengujian CBR harus
diulang. Jika setelah diulang, tetap memberikan hasil yang serupa, CBR pada penetrasi 5,08
mm (0,20 inci) harus digunakan.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
9.3 CBR desain untuk pemadatan pada kadar air optimum
Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk kurva seperti ditunjukkan
pada Gambar 2. CBR desain ditentukan pada persentase densitas kering maksimum yang
diperlukan, umumnya pada persentase minimum yang disyaratkan sesuai spesifikasi.
125
75
25
0
1 ,8 9
1,68 1,76 1,84 1,92 2,00 2,08
3
D e nsitas ke ring (g/cm )
Contoh:
Jika densitas kering maksimum = 1,99 g/cm3, tentukan CBR pada densitas kering 95 % densitas
kering maksimum
Solusi: 95 % dari 1,986 g/cm3 = 1,89 g/cm3
Pada densitas kering = 1,89 g/cm3, CBR = 52 %
Gambar 2 - Penentuan CBR desain untuk contoh uji yang dipadatkan pada kadar air
optimum
9.4 CBR desain untuk pemadatan pada rentang kadar air tertentu
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Keterangan:
Catatan: Pembebanan untuk perendaman dan uji penetrasi = 22,73 kg. Semua benda uji direndam
selama 4 hari. Semua benda uji dipadatkan dalam 5 lapis di dalam cetakan CBR, menggunakan
penumbuk 4,5 kg dengan tinggi jatuh 457 mm.
Gambar 3 - Penentuan CBR desain untuk pemadatan contoh uji pada suatu rentang
kadar air tertentu
10 Laporan
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran A
(normatif)
Gambar peralatan pengujian CBR laboratorium
Tampak atas
Tampak depan
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lanjutan
Tampak atas
Tampak depan
Keping pemisah
Tampak depan
Tampak samping
13 dari 23
Tampak atas
Tampak depan
SNI 1744:2012
© BSN 2012
Lanjutan
SNI 1744:2012
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lanjutan
Tampak depan
Tampak atas
Keping beban
Tampak depan
Piston penetrasi
Tampak atas
Tampak depan
Keping beban
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tabel A.1 - Dimensi dan ukuran peralatan CBR
Keping pemisah
Dimensi N P
Ukuran, mm 150,8 61,37
Toleransi 0,8 0,25
Cetakan dan leher sambung
Dimensi A E F G O P Q T U V W X Y Z
Ukuran, mm 6,3 9,5 1,6 152,40 177,80 61,37 88,9 158,0 238,1 165,1 212,7 23,8 33,3 50,8
Toleransi 0,66 0,46 0,25
Piston
Dimensi A R S
Ukuran, mm 6,3 69,8 49,63
Toleransi 0,13
Tangkai/batang dan keping pengatur
Dimensi c d e f g h K m n p r s t
Ukuran, mm 5,6 11,9 3,2 46,04 50,8 69,8 75,4 19,0 28,6 9,5 6,3 107,9 149,2
Toleransi 1,6
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran B
(informatif)
Gambar alat uji penetrasi CBR laboratorium
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran C
(informatif)
Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya
Uraian / Pasal/Sub
SNI 03-1744-1989 RSNI 1744:2012
Pasal
Sistematika - Sesuai Pedoman
penulisan Standardisasi Nasional (PSN)
08 : 2007
Ruang lingkup Tidak diuraikan secara khusus Diuraikan secara khusus pada
butir 1
Standar acuan Tidak diuraikan Terdiri dari beberapa standar,
termasuk standar –standar
pengujian berkaitan dengan
AASHTO T 193-99 (2007)
Kegunaan Tidak diuraikan secara detail Diuraikan lebih detail (terinci)
(terinci)
Peralatan Gambar peralatan tidak lengkap Gambar peralatan lebih
lengkap
Contoh material Jumlah contoh material Jumlah contoh material yang
(campuran tanah dan agregat) dipersiapkan untuk setiap
yang dipersiapkan untuk setiap benda uji adalah ± 6,8 kg.
benda uji adalah 5 kg atau lebih
untuk tanah dan 5,5 kg untuk
campuran tanah dan agregat
Metode uji Ditetapkan satu metode Ditetapkan dua metode, yaitu
pengujian, yaitu metode penentuan CBR material pada
penentuan CBR material pada kadar air optimum dan pada
kadar air optimum, Tiga contoh rentang kadar air sesuai kadar
uji dipadatkan dengan jumlah air dan densitas kering yang
tumbukan per lapis 10 kali, 35 ditentukan. Untuk CBR pada
kali dan 75 kali kadar air optimum,
dipersiapkan 3 contoh uji yang
dipadatkan dengan jumlah
tumbukan per lapis 10 kali, 30
kali dan 65 kali, dan untuk
CBR pada rentang kadar
tertentu, dipersiapkan paling
kurang 5 contoh uji,
dipadatkan dengan jumlah
tumbukan per lapis 56 kali
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran D
(normatif)
Contoh formulir isian
Beban (lb)
Beban (kN)
Sebelum Sesudah
Kadar air direndam direndam
No. cawan
Massa tanah basah + cawan, g
Massa tanah kering + cawan, g
Massa a i r, g
Massa cawan, g
Massa tanah kering, g
Kadar air (w), %
Nilai CBR, %
2,54 mm 0,10 in
…… ……
x 100 x 100
13,35 3000
= …… = ……
5,08 mm 0,20 in
…… ……
x 100 x 100
20,02 4500 P e n e tra si (m m )
= …… = ……
Catatan: Jumlah tumbukan/lapis = …..
….………, …………….……
Nama : Nama :
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran E
(normatif)
Grafik penentuan CBR desain
PENENTUAN CBR DESAIN UNTUK CONTOH UJI YANG DIPADATKAN PADA KADAR AIR
OPTIMUM
SNI 1744 : 200xx
………, ………………….…
Nama : Nama :
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran F
(informatif)
Contoh isian formulir
Nama laboratorium penguji : Balai Geoteknik Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung
Proyek/pekerjaan : Jalan Kompleks Perumahan PU, Bandung No. contoh :1
Lokasi contoh tanah : Ciganea, Purwakarta Jenis contoh tanah : Pasir kelempungan
Beban (lb)
Sebelum Sesudah
Kadar air direndam Direndam 2 ,2 50 0
No. cawan GH52 GH29
Massa'tanah basah + cawan, g 128,9 130,0
1 ,8 40 0
Massa'tanah kering + cawan, g 106,3 105,0
Massa a i r, g 22,6 25,0
Massa cawan, g 18,0 18,1
1 ,3 30 0
Massa tanah kering, g 88,3 86,9
Kadar air (w), % 25,6 28,8
0 ,9 20 0
Nilai CBR, %
2,54 mm 0,10 in 0 ,4 10 0
…… 286
X 100 X 100
13 3000
= …… = 9,5 0 ,0 0
5,08 mm 0,20 in 0,0 0 2 ,54 5 ,0 8 7,6 2 1 0 ,1 6 1 2 ,7 0
…… 420 Pe n e tr as i (m m )
X 100 X 100
20 4500
= …… = 9,3
Catatan: : Jumlah tumbukan/lapis = 65
Bandung, 10 Agustus 2009
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
B. Jumlah tumbukan 65 per lapis (dengan koreksi)
Nama laboratorium penguji : Balai Geoteknik Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung
Proyek/pekerjaan : Jalan Kompleks Perumahan PU, Bandung No. contoh :1
Lokasi contoh tanah : Ciganea, Purwakarta Jenis contoh tanah : Pasir kelempungan
Sebelum Sesudah
Beban (kN)
Beban (lb)
Kadar air direndam Direndam 2 ,2 50 0
No. cawan GH94 HK99
Massa'tanah basah + cawan, g 126,1 125,3
Massa'tanah kering + cawan, g 104,0 101,1 1 ,8 40 0
Massa a i r, g 22,1 24,2
Massa cawan, g 18,2 18,3
Massa tanah kering, g 85,8 82,8 1 ,3 30 0
Kadar air (w), % 25,7 29,3
0 ,9 20 0
Nilai CBR, % 5 ,0 8 mm
2,54 mm 0,10 in 2 ,5 4 mm
…… 250 0 ,4 10 0
X 100 X 100 Titik p e n tr a s i 0 ,0 0 s ete la h
13 3000
= …… = 8,3 d ikor e ks i
5,08 mm 0,20 in 0 ,0 0
…… 362 0 ,0 0 2 ,54 5 ,0 8 7,6 2 1 0 ,1 6 1 2 ,7 0
X 100 X 100
20 4500 P e n e t r as i ( m m )
= …… = 8,0
Catatan: : Jumlah tumbukan/lapis = 65
Bandung, 10 Agustus 2009
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran G
(informatif)
Contoh penentuan CBR desain
Nama laboratorium penguji : Balai Geoteknik Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung
Proyek/pekerjaan : Jalan Kompleks Perumahan PU, Bandung No. contoh :1
Lokasi contoh tanah : Ciganea, Purwakarta Jenis contoh tanah : Pasir kelempungan
PENENTUAN CBR DESAIN UNTUK CONTOH UJI YANG DIPADATKAN PADA KADAR AIR
OPTIMUM
SNI 1744 : 20xx
8
(% )
95 % ρ d m ax = 1,43 g/c m 3
0
1 ,1 0 1 ,2 0 1 ,3 0 1 ,4 0 1 ,5 0 1 ,6 0
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi
SNI 1966:2008, Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah
SNI 1967:2008, Cara uji penentuan batas cair tanah
SNI 03-1975-1990, Metode mempersiapkan contoh tanah dan tanah mengandung agregat
SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 03-6797-2002, Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat untuk konstruksi
jalan
SNI 03-6866-2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian
tentang
SURAT EDARAN
Nomor : 04/SE/M/2010
I. UMUM
Surat Edaran ini diterbitkan untuk menjadi acuan bagi perencana, pelaksana, dan
pengawas dalam melakukan evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan
dengan prosedur yang cepat.
Tujuan ditetapkan pedoman ini untuk dapat digunakan oleh perencana, pelaksana, dan
pengawas dalam melaksanakan evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan
dengan suatu prosedur yang cepat, yaitu dengan menggunakan Dynamic Cone
Penetrometer (DCP).
Pemberlakuan Surat Edaran ini bagi Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum untuk digunakan sebagaimana mestinya, sedangkan bagi
Gubernur dan Bupati / Walikota di seluruh Indonesia agar dapat digunakan sebagai
acuan sesuai kebutuhan.
1
c. Peralatan utama yang digunakan dalam evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis
fondasi jalan adalah alat DCP. Selain itu diperlukan pula alat bantu, antara lain
seperti cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill dan lain-lain.
d. Dalam pelaksanaan pengujian CBR dengan DCP, diperlukan 3 (tiga) orang
teknisi.
e. Pelaksanaan pengujian dimulai dengan persiapan alat dan lokasi pengujian,
kemudian dilakukan pengujian dengan DCP dan penentuan nilai CBR.
Pedoman cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dimuat secara
lengkap dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Surat
Edaran Menteri ini
2
LAMPIRAN
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 04/SE/M/2010
TANGGAL: 25 Februari 2010
i
Prakata
Pedoman Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini disusun untuk
dijadikan acuan bagi perencana, pelaksana, dan pengawas dalam melakukan evaluasi
kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan dengan prosedur yang cepat.
Pedoman ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan
dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8
Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 8 Juli 2008 di Bandung yang
melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.
ii
Pendahuluan
Cara uji ini merupakan suatu prosedur yang cepat untuk melaksanakan evaluasi kekuatan
tanah dasar dan lapis fondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer,
(DCP). Cara uji ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian CBR lapangan tidak bisa
dilakukan.
Pengujian tersebut memberikan kekuatan lapisan bahan sampai kedalaman 90 cm di bawah
permukaan yang ada dengan tidak melakukan penggalian sampai kedalaman pada
pembacaan yang diinginkan.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi dari konus
(kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan fondasi karena pengaruh penumbuk
kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan penetrometer diubah
menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR.
Pedoman ini mencakup ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, peralatan, cara
pengujian dan cara perhitungan untuk menentukan nilai CBR.
iii
Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan cara uji kekuatan atau daya dukung (CBR) di lapangan secara
cepat dengan menggunakan alat penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone
Penetrometer, DCP). Peralatan dan prosedur yang diuraikan dibatasi untuk pengujian tanah
dasar dan atau lapis fondasi jalan dengan ukuran butir maksimum 4 cm.
Istilah dan definisi yang digunakan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:
2.1
California Bearing Ratio (CBR)
rasio beban penetrasi suatu bahan dengan piston standar yang mempunyai luas 1935 mm (3
inci persegi) terhadap beban standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi 1,27
mm/menit (0,05 inci per menit)
2.2
konus
logam terbuat dari baja keras, yang bagian ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 30
untuk bahan granular. Untuk hal-hal khusus seperti tanah berbutir halus digunakan kerucut
dengan sudut 60, penggunaan sudut konus akan menentukan pula rumus atau grafik
hubungan nilai DCP dan CBR yang harus digunakan untuk menentukan nilai CBR (gambar
pada Lampiran A)
2.3
lubang uji (test pits)
pengujian dengan membuat lubang uji yang umumnya berukuran 60 cm x 60 cm untuk
mengetahui jenis lapisan perkerasan sampai kedalaman tertentu atau tanah dasar
Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga bagian utama yang satu sama lain
harus disambung sehingga cukup kaku, seperti telihat pada Lampiran A
a) Pemegang;
b) Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-jatuh setinggi 575 mm;
c) Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.
1 dari 12
3.1.2 Bagian tengah
Peralatan bantu adalah cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill, dan untuk
pengujian pada lapisan perkerasan beraspal, alat ukur yang digunakan panjang/pita ukur
yang bisa dikunci, kunci pas, formulir lapangan dan alat tulis.
3.3 Personil
2 dari 12
5 Cara pengujian
a) Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
b) Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar yang rata dan
stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;
c) Mencatat jumlah tumbukan;
1) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh
batas pegangan;
2) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
3) Lakukan langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) di atas, catat jumlah tumbukan
dan kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(a) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang tidak
keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk setiap 1 tumbukan
atau 2 tumbukan;
(b) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka
harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan sampai
dengan 10 tumbukan.
4) Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3 tumbukan.
Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik tersebut sampai
mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
d) Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm dari titik uji
satu ke titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah pengujian;
1) Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;
2) Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga
menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan tanah;
3) Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan alat dari
kotoran dan simpan pada tempatnya;
4) Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.
3 dari 12
f) Hitung kecepatan rata-rata penetrasi (DCP, mm/tumbukan atau cm/tumbukan) untuk
lapisan yang relatif seragam;
Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan selisih tumbukan.
g) Gunakan gambar grafik atau hitungan formula hubungan nilai DCP dengan CBR dengan
cara menarik nilai kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal ke atas sehingga
memotong garis tebal untuk sudut konus 60 atau garis putus-putus untuk sudut konus
30;
h) Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga nilai CBR dapat diketahui.
4 dari 12
Lampiran A Gambar-g amb ar alat p en etrom eter konus din am is (DCP)
(normatif)
Gambar-gambar alat penetrometer konus dinamis (DCP)
5 dari 12
Pegangan
Pegangan
Ulir masuk ke
3,5 cm pegangan
Batang Sekunder
(57,5+ H) cm
(57.5+H) cm
Baja keras 16 mm
Penumbuk
H
3,5 cm
Ulir untuk Landasan
6,5 cm
3,5 cm
Landasan
3,.5 cm
Ulir untuk Landasan
Batang Utama baja
Batang Utama Keras 16 mm,
100 cm dengan skala baca
dalam mm
11,5 cm 1,2 cm
H cm 1,6 cm
8,5 cm
0,7 cm
Ukuran seperti
ditentukan agar KONUS
PALU mendapatkan
berat Palu 8 Kg
5 CM
10 CM
6 dari 12
Lampiran B Formulir p engujian pen etro met er konu s din amis (DCP)
(normatif)
Formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)
Proyek : Dikerjakan :
Lokasi : Dihitung :
Km/Sta : Tanggal :
0 0
Ukuran Konus : 30 / 60
(........................) (........................)
7 dari 12
Lampiran C Formulir hubu ngan ku mulatif tumb ukan d an kum ulatif penetr asi
(normatif)
Formulir hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi
Proyek : Dikerjakan :
Lokasi : Dihitung :
Km/Sta : Tanggal :
0 0
Ukuran Konus : 30 / 60
100
200
Komulatif Penetrasi (mm)
300
400
500
600
700
800
900
1000
(........................) (........................)
8 dari 12
Lampiran D Hubungan nilai DCP d eng an CBR
(normatif)
Hubungan nilai DCP dengan CBR
1000 1000
100 100
DCP Konus 30O
Log10 (CBR) = 1.352 - 1.125 Log10(cm/tumbukan)
CBR (persen)
10 10
1 1
0.1 1 10 100
0
0 1 10 100
DCP (mm/tumbukan)
9 dari 12
Lampiran E Contoh isian formulir p engujian p enet rom eter kon us din amis (DC P)
(informatif)
Contoh isian formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jalan AH. Nasution 264, Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251-3, Fax (022) 7802726 – Bandung 40294, e-mail : pusjal@melsa.net.id
( Yani ) ( Ngadiman )
10 dari 12
Lampiran F Contoh isian hubung an kumu lat if tumbu kan dan kumulatif p en etrasi
(informatif)
Contoh isian hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jalan AH. Nasution 264, Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251-3, Fax (022) 7802726 – Bandung 40294, e-mail : pusjal@melsa.net.id
Komulatif Tumbukan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0
-100
-200
Komulatif Penetrasi (mm)
-300
-400
-500
-600
-700
-800
-900
-1000
( Yani ) ( Ngadiman )
11 dari 12
Bibliografi
12 dari 12
SNI 2828:2011
Daftar isi
Tabel 1 - Volume minimum lubang uji dan berat contoh untuk kadar air
berdasarkan ukuran butir maksimum .................................................................... 5
© BSN 2011 i
SNI 2828:2011
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan)
dengan alat konus adalah revisi dari SNI 03-2828-1992 tentang Metode pengujian
kepadatan lapangan dengan alat konus pasir. SNI Revisi ini hasil adopsi dari AASHTO
T191-02; Density of soil in place by the sand-cone method, edisi Tahun 2004 part II Test.
Modifikasi yang dimaksud meliputi penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia, format
penulisan, dan beberapa deviasi teknis.
Hal-hal yang ditambah antara lain perlunya koreksi kepadatan akibat adanya butir kasar
dalam contoh uji sesuai dengan SNI 03-1976-1991, serta disajikan tabel tentang kedalaman
minimum lubang uji dan jumlah contoh tanah untuk uji kadar air.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan
dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8
Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 22 Juli 2008 di Bandung yang
melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.
© BSN 2011 ii
SNI 2828:2011
Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) menggunakan alat
konus pasir. Peralatan yang diuraikan di sini dibatasi untuk pengujian tanah yang
mengandung partikel berbutir dengan diameter tidak lebih dari 50 mm.
Hasil perhitungan dalam pengujian ini dibulatkan ke unit terdekat, sesuai dengan ketentuan
pembulatan nilai dalam SNI 19-6408.
2 Acuan normatif
Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut:
3.1
berat isi tanah kering
massa tanah per satuan volume dalam keadaan tanah tidak mengandung air, dalam satuan
gr/cm3
3.2
berat isi tanah
massa tanah per satuan volume dalam keadaan tanah masih mengandung air, dalam satuan
gr/cm3
3.3
derajat densitas
perbandingan berat isi kering tanah dipadatkan di lapangan dengan berat isi kering tanah
dipadatkan di laboratorium yang dinyatakan dalam persen
3.4
massa tanah
massa tanah dalam keadaan tanah asli masih mengandung air, dalam satuan gram
4 Peralatan
a) Botol transparan, kapasitas ± 4 liter (1 galon) dan corong yang dilengkapi dengan lubang
katup silinder pengatur berdiameter 12,7 mm untuk saluran pasir, dan mempunyai
corong di bagian ujungnya;
b) Katup mempunyai kran yang dapat dibuka untuk mengalirkan pasir dan dapat ditutup
untuk menghentikan aliran pasir atau bila aliran pasir telah berhenti mengalir dalam
corong konus;
c) Peralatan harus disesuaikan dengan persyaratan yang tertulis dalam Gambar 1.
Peralatan lain yang proporsi alatnya sama dapat digunakan sejauh prinsip dasar
penentuan volume pasir teramati;
d) Pelat dasar atau pelat corong untuk mengkalibrasi dan menguji (lihat Gambar 1).
Kontainer atau silinder penakar adalah takaran untuk kalibrasi yang telah diketahui isinya
(VC). Dimensi takaran kira-kira sesuai dengan volume lubang terbesar yang akan digali.
Takaran harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03-4804.
CATATAN 1 - Diameter bagian dalam takaran harus sama dengan atau sedikit lebih kecil dari pada
diameter lubang pelat dasar yang digunakan bersama konus pasir.
4.3 Pasir
Pasir curah yang bersih, kering, bulat bebas mengalir (ukuran sama, sejenis), tidak
mengandung bahan pengikat, berukuran butir lolos saringan No. 10 (2,00 mm ) dan tertahan
saringan No. 200 (0,075 mm). Untuk memilih pasir yang dapat digunakan, dilakukan
penentuan beberapa berat isi pasir curah. Pasir dapat digunakan bila berdasarkan hasil
penentuan berat isi pasir curah tersebut, mempunyai variasi tidak lebih dari 1%.
CATATAN 2 - Pasir yang sudah digunakan dan tercampur dengan lempung, bila diperlukan boleh
digunakan kembali setelah dibersihkan atau dicuci dan dikeringkan.
4.4 Timbangan
Sebuah timbangan sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03-6414, Kelas G 20.
Kompor atau oven atau peralatan lainnya yang dapat digunakan untuk mengeringkan contoh
uji.
a) Linggis kecil, palu, pahat, atau sendok tembok untuk menggali lubang uji;
b) Wajan penggoreng diameter 254 mm, atau alat lainnya untuk menggoreng contoh tanah;
c) Wadah dengan tutupnya, kantung plastik, atau lainnya untuk menampung contoh uji,
contoh tanah basah, atau pasir masing-masing untuk uji densitas;
d) Saringan No. 4, No. ¾”, No. 10 dan No. 200;
e) Kuas kecil, mistar penyipat, dan buku catatan.
± 4000 mL
a) Letakkan botol alat yang masih kosong di atas permukaan yang datar, tutup katup dan
isi corong dengan pasir;
b) Buka katup dan jaga corong berisi setengahnya selama pengisian pasir. Bila pasir
berhenti mengalir ke dalam botol, tutup katup dengan kuat dan kosongkan kelebihan
pasir dalam corong (lihat Catatan 3);
c) Tentukan dan catat berat botol terisi pasir (m1);
d) Letakkan pelat dasar corong pada permukaan dasar yang bersih, datar dan rata.
Balikkan botol alat terisi pasir dan dudukkan mulut corong di atas lubang pelat dasar;
e) Buka katup corong, biarkan pasir mengalir sampai pasir berhenti mengalir (lihat Catatan
3);
f) Tutup katup corong dengan segera, pindahkan botol dan tentukan berat alat dengan sisa
pasir dalam botol (m2);
g) Berat pasir yang mengisi konus dan pelat dasar dihitung dengan perbedaan antara berat
awal, m1 (lihat langkah pada 5.1.c), dan berat akhir, m2 (lihat langkah pada 5.2.c). Catat
beratnya sebagai koreksi konus (CC);
CC = m1 – m2 ………………………………………..………………… (1)
Keterangan:
m1 adalah berat botol alat terisi pasir
m2 adalah berat botol alat dan sisa pasir
h) Untuk hasil yang lebih teliti, setiap kali pengujian dapat dilakukan penentuan koreksi
konus di atas permukaan yang akan diuji.
CATATAN 3 - Selama pengisian pasir ke dalam botol, getaran dapat menyebabkan penambahan
berat isi pasir yang diukur dan mengurangi ketelitian. Batasi waktu sesingkat mungkin antara
penentuan berat isi pasir dan penggunaannya di lapangan karena dapat menghasilkan perubahan
berat volume, akibat adanya perubahan kadar air atau pemadatan pasir.
CATATAN 4 - Setiap wadah/kantong pasir mempunyai koreksi konus dan faktor kalibrasi pasir yang
berbeda. Setiap satu set konus pasir dan pelat dasar corong konus juga dapat memiliki koreksi konus
dan berat isi yang berbeda. Jika memiliki lebih dari satu alat konus pasir, maka konus pasir dan pelat
dasar harus ditandai dan masing-masing dicatat faktor koreksi atau berat isinya.
a) Ganti jumlah pasir yang terpakai dalam corong sesuai dengan 5.1, tutup katup corong,
dan tentukan berat botol alat berikut pasir (m3);
b) Letakkan posisi kontainer atau takaran kalibrasi di atas permukaan yang bersih, rata dan
datar. Letakkan pelat dasar di atas takaran kalibrasi (lihat Catatan 3). Balikkan botol alat
dan dudukkan mulut corong pada ceruk pelat dasar;
c) Buka katup corong dan jaga sampai pasir berhenti mengalir (lihat Catatan 3);
d) Tutup katup corong dengan kuat, pindahkan botol alat dan tentukan berat botol dan sisa
pasir (m4);
e) Hitung berat pasir yang mengisi kontainer, corong dan pelat dasar. Nyatakan beratnya
(langkah pada 5.2.a), dan berat awal (langkah pada 5.2.d);
f) Tentukan berat pasir dalam kontainer saja, dengan menghitung berat koreksi konus
(langkah pada 5.2.a) dari berat total pasir dalam kontainer, corong dan pelat dasar;
g) Tentukan berat isi pasir yang dikalibrasi (faktor kalibrasi pasir). Bagi berat pasir dalam
kontainer (langkah pada 5.2.f), dengan volume kontainer yang ditentukan sesuai dengan
SNI 03-4804, dengan rumus:
(m 3 - m 4 - C C )
DB = ………………………..........………………………… (2)
VC
Keterangan:
m3 adalah berat botol alat terisi pasir;
m4 adalah berat botol alat dan sisa pasir;
Cc adalah koreksi konus;
Vc adalah volume kontainer;
h) Catat berat isi ini untuk acuan pengujian berikutnya (lihat CATATAN 4).
6 Prosedur
a) Isi botol alat dengan pasir sesuai dengan 5.1. Catat berat total (m51).
b) Siapkan permukaan pada tempat yang akan diuji sehingga pada posisi rata dan datar.
c) Dudukkan pelat dasar di atas permukaan yang sudah disiapkan. Gali lubang di bawah
lubang pelat dasar dengan hati-hati, untuk mencegah gangguan terhadap tanah yang
akan diambil. Tanah yang mengandung bahan berbutir perlu penggalian yang ekstra
hati-hati. Masukkan tanah yang lepas-lepas dengan hati-hati ke dalam sebuah wadah,
agar tidak hilang. Selama penggalian perlu hati-hati untuk menghindari kehilangan kadar
air tanah yang sedang diambil.
d) Letakkan botol alat di atas pelat dasar, buka katup corong. Setelah pasir berhenti
mengalir, tutup katup corong (lihat Catatan 3).
e) Timbang botol alat termasuk sisa pasir (m6) dan catat.
f) Timbang tanah basah yang telah diambil dari lubang uji.
g) Aduk tanah basah dengan sempurna, sisihkan sebagian sesuai Tabel 1 dan timbang
contoh uji untuk penentuan kadar air tanah.
h) Keringkan dan timbang contoh tanah untuk menentukan kadar air tanah, sesuai dengan
SNI 03-1965, atau cara uji cepat sesuai dengan SNI 03-1965.1, ASTM D 4959 atau
ASTM D 4643. Hasil kadar air yang diperoleh menggunakan uji cepat harus dikoreksi
terhadap nilai yang diuji dengan SNI 03-1965. Hitung kadar air tanah sampai 0,1 persen
terdekat.
CATATAN 5 - Volume minimum lubang uji untuk penentuan kepadatan tanah di tempat disajikan
dalam Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan berat minimum untuk contoh uji kadar air, sesuai dengan
ukuran butir maksimum dalam campuran tanah.
Tabel 1 - Volume minimum lubang uji dan berat contoh untuk kadar air berdasarkan
ukuran butir maksimum
7 Perhitungan
b) Hitung berat tanah kering dari lubang uji dengan rumus sebagai berikut;
M WS
MDS = .............................................................................................(4)
æ w ö
1 + çç ÷÷
è 100 ø
Keterangan:
MDS adalah berat kering tanah dari lubang uji;
MWS adalah berat contoh tanah basah dari lubang uji, dan;
w adalah persentase kadar air tanah dari lubang uji.
Hitung berat tanah kering sampai 1 g terdekat.
Lampiran A
(normatif)
Formulir pengujian metode uji densitas tanah di tempat (lapangan)
dengan alat konus pasir
Lampiran surat No :
Nomor titik : Dikerjakan oleh :
Pekerjaan : Diperiksa oleh :
Lokasi Tanggal Pengujian :
Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir
Nomor Titik
No Uraian Rumus dan Simbol
1 2
1 Koreksi konus pasir (CC):
Berat botol alat + pasir (gr) m1
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m2
Koreksi konus (gr) CC = m1 – m2
2 Berat isi pasir (DB):
Volume kontainer kalibrasi; (cm3) VC
Berat botol alat + pasir (gr) m3
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m4
Berat isi pasir DB = (m3 – m4 – CC) / VC
3 Kepadatan tanah kering (DD)
Berat botol alat + pasir (gr) m5
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m6
Berat tanah basah dari lubang uji (gr) MWS
Kadar air, % a) w
Volume lubang uji, cm3 VH = (m5 – m6 – CC) / DB
Berat tanah kering dari lubang uji (gr) MDS = MWS / {1 + (w/100)}
Densitas tanah kering; (g/cm3) b) MDS / VH
Keterangan:
a)
Kadar air dapat ditentukan sesuai dengan SNI 03-1965.1, dengan faktor koreksi terhadap hasil SNI 03-1965..
b)
Bila ditemukan butir kasar dapat dikoreksi sesuai dengan SNI 03-1976.
Tanggal: : Tanggal: :
Tanda tangan : Tanda tangan :
(........................................) (........................................)
Lampiran B
(informatif)
Contoh pengisian formulir pengujian metode uji densitas tanah di tempat
(lapangan) dengan alat konus pasir
Lampiran surat No : :
Nomor titik : 24 Dikerjakan oleh : Andi
Pekerjaan : Survei kepadatan Diperiksa oleh :
tanah dasar
Lokasi : Subang-Cikamurang, Tanggal pengujian : 21 Juli 2000
Jawa barat
Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir
Nomor Titik
No Uraian Rumus dan Simbol
1 2
1 Koreksi konus pasir (CC):
Berat botol alat + pasir (gr) m1 7520
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m2 4375
Koreksi konus (gr) CC = m1 – m2 3145
2 Berat isi pasir (DB):
Volume kontainer kalibrasi; (cm3) VC 2016
Berat botol alat + pasir (gr) m3 7400
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m4 1120
Berat isi pasir DB = (m3 – m4 – CC) / VC 1,56 1,56
3 Kepadatan tanah kering (DD)
Berat botol alat + pasir (gr) m5 7250 7250
Berat botol alat + sisa pasir (gr) m6 1890 2200
Berat tanah basah dari lubang uji (gr) MWS 1880 1900
Kadar air, % a) w 15 15
Volume lubang uji, cm3 VH = (m5 – m6 – CC) / DB 1420 1221
Berat tanah kering dari lubang uji (gr) MDS = MWS / {1 + (w/100)} 1635 1652
Densitas tanah kering; (g/cm3) b) MDS / VH 1,151 1,353
Keterangan:
c)
Kadar air dapat ditentukan sesuai dengan SNI 03-1965.1,dengan faktor koreksi terhadap hasil SNI 03-1965.
d)
Bila ditemukan butir kasar dapat dikoreksi sesuai dengan SNI 03-1976.
Andi Maman
Lampiran C
(informatif)
Deviasi teknis dan keterangan
Bibliografi
Pekerjaan : LPA
Material : Batu Pecah Blendingan
Tanggal : 15 Juli 2021
Di Kerjakan : KELOMPOK 1
6 Indeks Plastis PI
A. Peralatan
- Timbangan
- Piknometer
- Cetakan
- Batang Penumbuk
- Oven
- Alat Pengukur Temperatur
- Talam
- Bejana Tempat Air
B. Pengambilan contoh
Pengambilan contoh agregat harus menggunakan prosedur yang sesuai dengan
SNI 03 – 6889 – 2002.
D. Langkah Kerja
a) Perhatikan seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram.
b) Isi piknometer dengan air sebagian. Setelah itu masukkan ke dalam
piknometer (500+10) gram agregat halus dalam kondisi jenuh kering
permukaan. Tambahkan kembali air sekitar 90 % kapasitas piknometer,
guncangkan piknometer untuk menghilangkan gelembung udara yang di
dalam air. Sesuaikan temperatur piknometer, air dan agregat pada (23+2) o
C , Kemudian penuhkan piknometer dan timbang berat piknometer, benda
uji dan air.
− Cara alternatif menentukan berat dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi piknometer pada temperatur
yang ditentukan secara volumetrik dengan menggunakan buret yang
ketelitiannya 0,15 mL. Hitung berat total piknometer, benda uji dan air
dengan rumus: C = 0,9975.Va+S+ W
Dengan :
C = berat piknometer, benda uji dan air pada batas pembacaan
(gram)
Va = volume air yang dimasukkan ke dalam piknometer (mL)
S = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
W = berat piknometer kosong (gram).
c) Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat
tetap pada temperatur (110+5)o C, dinginkan pada temperatur ruang
selama (1,0+0,5) jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan dan
menimbang berat benda uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh uji
dalam kondisi jenuh kering permukaan digunakan untuk menimbang
berat kering ovennya. Benda ini harus diambil pada saat yang bersamaan
dan selisih beratnya hanya 0,2 gram.
d) Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas
pembacaan yang ditentukan pada (23+2)o C.
- Cara alternatif menentukan berat dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi piknometer kosong pada
temperatur yang ditentukan secara volumetrik dengan menggunakan
buret yang ketelitiannya 0,15 mL. Hitung berat total piknometer dan air
dengan rumus: B = 0,9975.V + W
Dengan :
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
B = berat piknometer dengan air pada batas pembacaan (gram)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
W = berat piknometer
POLITEKNIK kosong (gram).
NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id
Sampel Sampel
No kegiatan
D B
1 Mengukur berat benda uji kering permukaan jenuh 500,00 500,00
Sampel Sampel
No Uraian Rata-rata
A B
A. Peralatan
- Timbangan
- Wadah Contoh Uji
- Tangki Air
- Alat Penggantung (kawat)
- Saringan 4,75 mm (No. 4)
B. Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh harus disesuaikan dengan SNI 03 – 6889 – 2002.
b) Campur agregat secara menyeluruh dan kurangilah sampai mendekati
jumlah yang diperlukan dengan menggunakan prosedur yang sesuai
dengan SNI 13 – 6717 – 2002. Pisahkan semua material yang lolos
saringan ukuran 4,75 mm (No.4) kemudian cuci secara menyeluruh untuk
menghilangkan debu. Jika agregat kasar mengandung sejumlah bahan
yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dalam jumlah yang
substansial, seperti agregat ukuran 2,36 mm (No. 8) dan Saringan ukuran
No. 9 (dalam AASHTO M 43), gunakan saringan ukuran 2,36 mm (No.
8) sebagai pengganti saringan ukuran 4,75 mm (No.4). Sebagai pilihan,
pisahkan material yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4)
dan ujilah material tersebut menurut SNI 03 - 1970 - 1990.
c) Jika contoh uji mengandung lebih dari 15 persen yang tertahan di atas
saringan ukuran 37,5 mm (No. 1½ inci), maka ujilah material yang lebih
besar dari 37,5 mm di dalam satu atau lebih ukuran fraksi secara terpisah
dari ukuran yang lebih kecil.
d) Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran
(gradasi) contoh sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan
yang dipergunakan untuk memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam
menghitung persentase material dalam setiap ukuran, abaikanlah jumlah
material yang lebih halus dari pada saringan ukuran 4,75 mm (No.4) atau
saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang
dijelaskan pada pasal 5 butir b.
C. Langkah Kerja
a) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur
(110±5)0 C, dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga
jam untuk contoh uji dengan ukuran maksimum nominal 37,5 mm
(Saringan No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih besar sampai
agregat cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada
temperatur (kira-kira 500oC). Sesudah itu rendam agregat tersebut di
dalam air pada temperatur kamar selama (24+4) jam. Nilai yang diperoleh
digabungkan dengan perhitungan-perhitungan pada pasal 7.
b) Apabila nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam
menentukan proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada
kondisi alaminya, persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap
dapat dihilangkan, dan jika permukaan partikel butir contoh terjaga secara
terus-menerus dalam kondisi basah, perendaman sampai (24+4) jam juga
dapat dihilangkan. Nilai untuk penyerapan dan berat jenis mungkin lebih
tinggi untuk agregat yang tidak kering oven sebelum direndam
dibandingkan dengan agregat yang sama tetapi diperlakukan seperti pada
pasal 6 butir a. Khususnya untuk partikel butiran yang lebih besar dari 75
mm (3 inci) karena air tidak mungkin mampu masuk sampai pusat butiran
dalam waktu perendaman.
c) Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu
lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang.
Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang
bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan pengeringan.
Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori
agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan
semua berat yang sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang
terdekat dari berat contoh, pilihlah nilai yang lebih besar.
d) Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada
dalam kondisi jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu
tentukan beratnya di dalam air, yang mempunyai kerapatan (997±2)
kg/m3 pada temperatur (23±2)0 C. Wadah harus terendam dengan
kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama penentuan berat.
Kawat yang menggantungkan kontainer tersebut harus memiliki ukuran
praktis yang paling kecil untuk memperkecil kemungkinan pengaruh
akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
e) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur
(110±5)0 C, dinginkan pada temperatur-kamar selama 1 – 3 jam, atau
sampai agregat telah dingin
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id
SAMPEL
No. URAIAN RATA-RATA
1 2
A. Peralatan
- Mesin Abrasi Los Angeles
- Saringan No. 12 (1,70 mm)
- Timbangan, ketelitian 0,1 atau 5 gram
- Bola – bola Baja Ø 4,68 cm (1 27/32 inchi) dan berat 320 gram – 445
gram
- Oven (110°C ± 5°C)
- Pan dan Kuas
B. Benda Uji
a) Gradasi dan berat benda uji sesuai tabel 1.
b) Benda uji dibersihkan dan dikeringkan dalam oven.
D. Cara Pengujian
a) Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles.
b) Putar Mesin dengan kecepatan 30 rpm – 33 rpm. Jumlah putaran Gradasi
A, B, C, dan D adalah 500 putaran sedangkan Gradasi E, F, dan G adalah
1000 putaran.
c) Keluarkan benda uji kemudian saring dengan saringan No. 12 (1,70mm),
butiran yang tertahan dicuci bersih, selanjutnya keringkan dalam oven
pada temperatur 110°c ± 5°c sampai berat tetap.
d) Jika material uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100
putaran, setelah disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa
pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500
putaran agregat tertahan di atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa
pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20.
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id
A. Peralatan
- Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;
- Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”); 37,5
mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm (3/8”);
No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600
mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm)
- Oven (110 + 5) 0C
- Talam
B. Benda uji
a) Agregat halus terdiri :
c) Bila agregat campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4 dan sediakan
sebanyak jumlah seperti diatas.
C. Cara pengujian
a) Benda uji dikeringkan dalam oven (110 + 5) 0C, sampai berat tetap.
b) Sering benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas dan diguncang selama 15 menit.
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id
80
70 Lolos
60 Batas Atas
50 Batas Bawah
40
30
20
10
0
Metode Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah
Metode Uji Kepadatan Berat untuk Tanah
A. Peralatan
b) Cetakan
c) Timbangan
d) Oven pengering
e) Pisau perata
g) Saringan
h) Alat pencampur
i) Cawan
B. Cara Pengujian
a) Ditetapkan 4 pilihan cara uji yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D
Tabel 1 Cara uji kepadatan berat untuk tanah
C. Cara Pengerjaan
Cara A
Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah
menyerap air
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1)
serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci
dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari
100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5
lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah
dipadatkan kira-kira 125 mm.
1. Untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang
sedikit melebihi 1/5 dari ketebalan padat total, sebarkan secara
merata dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain
yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada
seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan
menggunakan alat penumbuk dengan massa 4,54 kg yang
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm di atas permukaan
contoh ujiersebut sebanyak 25 kali.
2. Lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5
dengan cara yang sama seperti untuk lapis 1.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata,
sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1 gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder).
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm)
dan campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan di atas beberapa kali
sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah
menyerap air
Cara B
Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam (cara A) kecuali cetakan
yang digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.
Cara C
Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang
mudah menyerap air
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1)
serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci
dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari
100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
d) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 5
lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah
dipadatkan kira-kira 125 mm.
e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan ratakan permukaannya, sehingga betul-betul rata dengan
permukaan cetakan.
f) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1 gram (B2).
g) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder).
h) Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,00 mm dan
90% gumpalan tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), kemudian
campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki.
i) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir di atas
beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak
mudah menyerap air
a) Timbang, ukur dan persiapkan cetakan seperti yang sudah diuraikan
b) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan
kadar air yang mendekati kadar air optimum)
c) Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam 5.3.2 a) dan 5.3.2
b) di atas untuk contoh uji ke 2, contoh uji ke 3 dan seterusnya sampai
massa benda uji berkurang atau tetap.
Cara D
Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam (cara C), kecuali cetakan
yang digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id
PERCOBAAN PEMADATAN
AASTHO T-27-74
(COMPACTION TEST)
2% 3% 4% 5% 6%
Berat Mold + Tanah Basah Gr 8004 8124 8190 8178 8108
Berat Mold Gr 4006 4006 4006 4006 4006
Berat Tanah Basah Gr 3998 4118 4184 4172 4102
Volume Mold Cm3 2060,28 2060,28 2060,28 2060,28 2060,28
Kepadatan Gr/Cm3 1,94 2,00 2,03 2,02 1,99
Kepadatan Kering Gr/Cm3 1,821 1,863 1,877 1,856 1,818
2,25
2,2
2,15
Kepadatan Kering (Gr/Cm3)
2,1
2,05
1,9 ZAV
1,85
1,8
OMC : 8.03 %
1,75
1,7
6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10 10,5 11 11,5
Kadar Air (%)
GS Gabungan w Z.A.V
6,538 0,065 2,254
2,643329967 7,301 0,073 2,216
8,195 0,082 2,173
9,1 0,091 2,131
9,493 0,095 2,113
DISKUSI KELOMPOK
Berdasarkan hasil pengujian kepadatan menunjukkan gambar grafik Zero Air Void
(ZAV) berada di atas kurva hasil pemadatan, kurva ini menunjukkan posisi tingkat
kepadaaan tanah maksimal teoritis yang dapat dicapai jika tanah tersebut sangat padat
dan tanpa rongga udara.
Metode Uji CBR Laboratorium
Metode Uji CBR Laboratorium
A. Peralatan
a) Cetakan, berupa silinder dari logam dengan ukuran diameter bagian
dalam (152,40 ± 0,66) mm dan tinggi (177,80 ± 0,46) mm. Cetakan harus
dilengkapi leher sambung (extension collar) dengan tinggi ± 50 mm dan
keping alas yang berlubang.
B. Cara pengerjaan
1. Pembuatan benda uji
d) Padatkan contoh uji pertama dari tiga contoh uji di dalam cetakan,
dengan pola pemadatan sesuai SNI 1742:2008 atau SNI
1743:2008:
2. Perendaman
a) Pasang leher sambung pada permukaan cetakan dan dikunci pada
batang/ tangkai keping alas. Pasang keping pengembangan dengan
batang pengatur di atas benda uji di dalam cetakan dan pasang
keping beban untuk menghasilkan intensitas pembebanan yang
sama dengan massa lapis material perkerasan di atas material yang
diuji. Massa total keping beban minimum 4,54 kg (ekuivalen
dengan tebal perkerasan sekitar 150 mm). Jika massa keping beban
ditingkatkan, peningkatan harus dilakukan setiap (2,27 ± 0,04) kg.
c) Masukkan cetakan berisi benda uji ke dalam air dan biarkan air
meresap atau masuk secara bebas dari permukaan dan dasar benda
uji. Selama perendaman, pertahankan permukaan air di dalam
cetakan dan bak perendaman sekitar 25 mm di atas permukaan
benda uji. Rendam benda uji sekitar 96 jam.
C. Uji Penetrasi
a) Pasang keping beban di atas benda uji dengan massa yang sama dengan
keping beban yang digunakan selama perendaman. Pemasangan keping
beban ini dilakukan per keping. Setelah pemasangan satu keping beban,
atur piston penetrasi sampai menyentuh permukaan benda uji dan
berikan beban awal sebesar 44 N (4,54 kg).
Berat isi kering yang dikehendaki : 1,88 Gr/Cm3 Jumlah Tumbukan 10 Kali Sebelum Sesudah
Kadar air yang dikehendaki : 8,03 % Berat Tanah + Mold (Gr) 7656 7781
Berat Mold (Gr) 3376 3376
PENGEMBANGAN Berat tanah basah (Gr) 4280 4405
Perubahan %
6 0,3000 65 1863,55
2000
8 0,4000 79,9 2290,733
1863,55
10 0,5000 95,9 2749,453
KADAR AIR
BEBAN (Lb)
C.B.R 759,755
Harga C.B.R (%)
0,1 " 0,2 " 541,863
500
Atas % (()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100
(()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100 255,163
Bawah %
32,30 32,81
137,616
Berat isi kering yang dikehendaki : 1,88 Gr/Cm3 Jumlah Tumbukan 30 Kali Sebelum Sesudah
Kadar air yang dikehendaki : 8,03 % Berat Tanah + Mold (Gr) 8766 8864
Berat Mold (Gr) 4072 4072
PENGEMBANGAN Berat tanah basah (Gr) 4694 4792
Perubahan %
Sebelum Sesudah
Tanah Basah + Cawan 102,4 111,8
Tanah Kering + Cawan 96,3 100,9 2500
3
Berat isi kering yang dikehendaki : 1,88 Gr/Cm Jumlah Tumbukan 65 Kali Sebelum Sesudah
Kadar air yang dikehendaki : 8,03 % Berat Tanah + Mold (Gr) 8784 8923
Berat Mold (Gr) 4022 4022
PENGEMBANGAN Berat tanah basah (Gr) 4762 4901
Perubahan %
3354,39
KADAR AIR
BEBAN (Lb)
C.B.R
Harga C.B.R (%) 1290,15
0,1 " 0,2 "
1000
Atas % (()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100
607,804
(()/(3*1000))*100 (()/(3*1500))*100
Bawah %
111,81 94,29
2,400 2,40
2,300 2,30
2,200 2,20
2,100 2,10
2,000 2,00
1,900 1,90
1,800 1,80
1,700 1,70
6,000 6,500 7,000 7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Axis Title C.B.R (%)
Kesimpulan : 43%
LAPORAN GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln.Brigjend. H. Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp.0511-3305052-3307757
Fax. 0511-3305052/3307757 E-mail : poliban@poliban.ac.id
2,400 2,40
2,300 2,30
2,200 2,20
2,100 2,10
2,000 2,00
1,900 1,90
1,800 1,80
1,700 1,70
6,000 6,500 7,000 7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00
Axis Title Axis Title
Kesimpulan : 46%
DISKUSI KELOMPOK:
KUMULATIF
BANYAK KUMULATIF PENETRASI DCP
PENETRASI CBR (%)
TUMBUKAN TUMBUKAN (mm) (mm/tumbukan)
(mm)
0 0 0 0
5 5 390 390 78 2,133928121
5 10 426 426
5 15 457 457
5 20 487 487 10
5 25 508 508
5,628571429 67,33287946
5 30 527 527
5 35 551 551
5 40 587 587
5 45 658 658
15,1 18,42906357
5 50 738 738
CBR
KUMULATIF TUMBUKAN
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0
100
KUMULATIF PENETRASI (mm)
200
300
400
500
600
700
800
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id
KUMULATIF
BANYAK KUMULATIF PENETRASI DCP CBR
PENETRASI
TUMBUKAN TUMBUKAN (mm) (mm/tumbukan) (%)
(mm)
0 0 0 0
115,3333333 1,276889
3 3 346 346
3 6 394 394
3 9 417 417
3 12 428 428
3 15 434 434
3 18 442 442
5,2 74,71153
3 21 451 451
3 24 463 463
3 27 478 478
3 30 490 490
3 33 502 502
3 36 517 517
3 39 540 540
3 42 567 567
9,529411765 33,72766
3 45 600 600
3 48 637 637
2 50 664 664
CBR
KUMULATIF TUMBUKAN
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 50
0
100
KUMULATIF PENETRASI (mm)
200
300
400
500
600
700
LOG LOG
CBR CBR
0,32918 0,106153
1,828227 1,873388
1,265503 1,527986
Metode Uji Densitas Tanah di Tempat
(lapangan) dengan Alat Konus
LABORATORIUM GEOTEKNIK DAN TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri Telp/Fax. (0511) 3307757, 3305052 Banjarmasin, 70123
E-mail: poltek@bjm.mega.net.id
METODE UJI DENSITAS TANAH DI TEMPAT (LAPANGAN) DENGAN ALAT KONUS PASIR
Pekerjaan :
Material :
Tanggal : 6 Juli 2021
Di Kerjakan : Kelompok 1
Nomor Titik
No Uraian
1
1 Berat Isi Pasir Dengan Botol Alat (AIR)
Berat botol + corong w₁ 2056
Berat botol + corong + air w₂ 5817,7
Isi botol + corong kecil w₂ - w₁ 3761,7
Berat botol + corong + pasir w₃ 6811
Berat isi pasir ϒp = (w₃ - w₁)/(w₂ - w₁) 1,264
Diskusi Kelompok:
Dari uji kepadatan tanah dengan alat konus pasir di peroleh nilai kepadatan lapangan
yaitu= 1,3980 dan kadar air = 18,48341%
BERAT JENIS AGREGAT HALUS
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
UJI KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
ANALISA SARINGAN
KEPADATAN
PENYELIDIKAN NILAI CBR DENGAN DYNAMIC CONE
PENETROMETER
METODE UJI DENSITAS TANAH DI TEMPAT (LAPANGAN)
DENGAN ALAT KONUS PASIR
CBR