Anda di halaman 1dari 76

PERENCANAAN

PERKERASAN
JALAN
LANJUT
PERTEMUAN 3 DAN 4 (UNTAR) :
PERANCANGAN LALU LINTAS DAN TEBAL
PERKERASAN LENTUR
METODE AASHTO 1993
By : Nasher Andi Ariastha

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993

Persamaan desain perkerasan lentur AASHTO 1993


1

6
logW18 Zr (So ) 9.36log(SN 1) 0.20
2

PSI 4
log

4
.
2

1
.
5

2.32logMR 8.07
1094
0.40
5
(SN 1)5.19

Jika ingin mempelajari lebih lanjut, dapat membaca langsung


di buku AASHTO 1993 Guide for design of pavement
structure dan Huang Pavement Analysis and Design, 2nd
edition

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Dalam perancangan tebal perkerasan lentur menurut AASHTO 1993, parameter
yang digunakan :
Analisa / perancangan lalu lintas (ESAL / W18)
Indeks pelayanan akhir / terminal serviceability index (pt)
Indeks

pelayanan awal / initial serviceability (po)

Reliabilitas

/ reliability (R)
Kehilangan kemampuan pelayanan / serviceability loss (PSI = pt po)
Deviasi

standar normal / normal standard deviation (ZR)

Deviasi

standar keseluruhan / Overall standard deviation (So)

Modulus

Resilient (MR)

Koefisien

lapisan / layer coefficient (ai)

Koefisien

drainase / koefisien modifikasi lapisan (mi)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Dalam perancangan tebal perkerasan lentur menurut AASHTO 1993, parameter
yang digunakan :
Analisa / perancangan lalu lintas (ESAL / W18)
Indeks pelayanan akhir / terminal serviceability index (pt)
Indeks

pelayanan awal / initial serviceability (po)

Reliabilitas

/ reliability (R)
Kehilangan kemampuan pelayanan / serviceability loss (PSI = pt po)
Deviasi

standar normal / normal standard deviation (ZR)

Deviasi

standar keseluruhan / Overall standard deviation (So)

Modulus

Resilient (MR)

Koefisien

lapisan / layer coefficient (ai)

Koefisien

drainase / koefisien modifikasi lapisan (mi)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
Saat selesai pembangunan perkerasan jalan dan lalu lintas
mulai dibuka, dengan berjalannya waktu, kemampuan
pelayanan berkurang.
Pengurangan kemampuan pelayanan, bergantung pada
rutinitas pemeliharaaan perkerasan.
AASHO mengembangkan konsep penelitian kemampuan
pelayanan (serviceability) yang dikaitkan dengan kerataan
dan kemampuan pelayanan perkerasan, yang dinyatakan
dalam indeks kemampuan pelayanan sekarang (Present
Serviceability Index, PSI)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
Skala PSI (AASHTO 1993)
Skala PSI

Kategori

01

Sangat Buruk

12

Buruk

23

Sedang

34

Baik

45

Sangat Baik

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
AASHTO 1993 menyarankan, untuk perkerasan beton atau
perkerasan kaku, memiliki nilai kemampuan pelayanan awal /
initial serviceability index, po = 4,5
Sedangkan

untuk perkerasan aspal atau perkerasan lentur


memiliki nilai kemampuan pelayanan awal / initial
serviceability index, po = 4,2
Untuk

kemampuan pelayanan akhir / terminal serviceability


index (pt), ditentukan dari survei pendapat yang menyatakan
sejauh mana perkerasan masih bisa diterima

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
AASHTO 1993 menyarankan nilai pt menjadi beberapa
kelas jalan yaitu untuk jalan raya utama, pt = 2,5 3
Untuk

jalan raya dengan lalu lintas rendah, pt = 2,0

Untuk

jalan raya relatif minor, pt = 1,5


Pt

Persen orang berpendapat tidak diterima

3,0

12%

2,5

55%

2,0

85%

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
Nilai Po berdasarkan Departemen permukiman dan
prasarana wilayah tahun 2002
Indeks permukaan awal (po)
Jenis lapis perkerasan
LASTON
LASBUTAG
LAPEN

Po

Ketidakrataan (IRI, mm/km)

4,0

1,0

3,9 3,5

> 1,0

3,9 3,5

2,0

3,4 3,0

> 2,0

3,4 3,0

3,0

2,9 2,5

> 3,0

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
Nilai Pt berdasarkan Departemen permukiman dan
prasarana wilayah tahun 2002
KLASIFIKASI JALAN
Lokal

Kolektor

Arteri

Bebas Hambatan

1,0 1,5

1,5

1,5 2,0

1,5

1,5 2,0

2,0

2,0

2,0

2,0 2,5

2,0 2,5

2,5

1,0 1,5

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
Analisa / perancangan lalu lintas (ESAL / W18)
Indeks pelayanan akhir / terminal serviceability index (pt)
Indeks

pelayanan awal / initial serviceability (po)

Reliabilitas

/ reliability (R)
Kehilangan kemampuan pelayanan / serviceability loss (PSI = pt po)
Deviasi

standar normal / normal standard deviation (ZR)

Deviasi

standar keseluruhan / Overall standard deviation (So)

Modulus

Resilient (MR)

Koefisien

lapisan / layer coefficient (ai)

Koefisien

drainase / koefisien modifikasi lapisan (mi)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
AASHTO 1993 juga mengembangkan konsep kinerja
perkerasan jalan terhadap pengaruh lingkungan (Ps),
contohnya pengaruh pengembangan tanah-dasar lempung
dan pembekuan

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kemampuan Pelayanan / Serviceability
Rumus perhitungan kemampuan layanan
PSI(lalu lintas) = PSI PSI(Swelling/frost)
PSI = Po Pt
PSI(Swelling/frost) = Ps
Sehingga,
PSI(lalu lintas) = Po Pt Ps

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Reliabilitas / Reliability (R)
Reliabilitas menyatakan tingkat kemungkinan bahwa
perkerasan yang dirancang akan tetap memuaskan selama
masa pelayanan.
Nilai R ini digunakan untuk mengakomodasi kemungkinan
ketidaktepatan hitungan volume lintas dan kinerja
perkerasan.
Nilai R yang lebih besar menunjukkan kinerja perkerasan
yang lebih baik, namun membutuhkan tebal perkerasan yang
lebih tebal.

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Besaran-besarn perancangan terkait dengan nilai R meliputi
faktor faktor :
Prediksi kinerja perkerasan (Pt dan Po)
Prediksi lalu lintas (W18)
Perkiraan beban gandar (ESAL)
Mutu pelaksanaan
Nilai R berkisar 50% - 99,99%, dimana semakin tinggi nilai R,
semakin tinggi kemungkinan terjadinya selisih antara hasil
perancangan dan kenyataan

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Nilai R dan hubungannya dengan nilai ZR

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Deviasi Standar Keseluruhan (So)
Merupakan parameter yang digunakan guna
memperhitungkan adanya variasi dari input data.
Untuk perkerasan lentur, nilai So diantara 0,40 0,50
Untuk perkerasan kaku, nilai So diantara 0,30 0,40
Disarankan dalam AASHTO 1993, untuk perkerasan lentur
(aspal) So = 0,45 dan untuk perkerasan kaku (beton)
memiliki nilai So = 0,35

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Modulus Resilient (MR)
Merupakan

suatu ukuran kemampuan tanah atau lapis


pondasi granuler dalam menahan deformasi akibat beban
berulang.
Pada kebanyakan tanah, jika tingkat tegangan bertambah,
maka sifat tegangan regangannya menjadi tidak linier.

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Dalam perancangan dengan prosedur AASHTO, daya
dukung tanah dasar diwakili oleh MR. Beberapa cara dalam
menentukan Modulus Resilient (MR)
Uji

modulus resilient (MR)

Dari

pendekatan hubungan antara CBR dan MR.


Dari pendekatan hubungan nilai-R (soil resistance value)
dan MR
Dari pendekatan dari hasil uji pelat beban (plate bearing
test)
Dari pendekatan dari hasil uji defleksi

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993

Non-destructive test (impact) AASHTO 2002

Falling Weight Deflectometer (FWD)


Enable to measure deflections up to subgrade
FWD video clip

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Karena beberapa laboratorium di Indonesia banyak yang
tidak menyediakan alat untuk melakukan uji resilient, maka
dalam prakteknya ditentukan melalui korelasi empirik dengan
CBR dan nilai-R. Rumus hubungan MR dan CBR yang
disarankan oleh Shell Oil Co, dan Asphalt Institute :
MR = 1500 * CBR (psi)
AASHTO menyarankan rumus tersebut hanya untuk tanah
dasar dengan CBR terendam 10%

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Rumus hubungan nilai MR dengan nilai-R, dimana nilai-R ini
didapat melalui uji lab ASTM D-2844
MR = A + B(R-value) (psi)
A
B
R

=
=
=

772 1155 (rata rata A = 964)


369 555 (rata rata 462)
nilai-R (R-value)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Rumus hubungan nilai MR dengan nilai-R, dimana nilai-R ini
didapat melalui uji lab ASTM D-2844
MR = A + B(R-value) (psi)
A
B
R

=
=
=

772 1155 (rata rata A = 964)


369 555 (rata rata 462)
nilai-R (R-value)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Rumus hubungan nilai MR dengan nilai-R, dimana nilai-R ini
didapat melalui uji lab ASTM D-2844

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Menentukan nilai MR jika pada lokasi yang daya dukungnya
dipengaruhi oleh variasi perubahan musim, atau kadar air
tanah dasar begitu bervariasi dari musim ke musim, AASHTO
menyarankan untuk menyesuaikan nilai MR akibat pengaruh
ini.
Nilai kerusakan relatif (relative damage, f) digunakan untuk
menentukan nilai MR atau disebur MR efektif.

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Cara menentukan (MR) efektif
Bagi-bagilah

waktu satu tahun dalam interval waktu yang


sama, masing-masing mewakili musim terpendek. AASHTO
menyarankan, iklim terpendek harus tidak boleh kurang dari
bulan.
Estimasikan kerusakan relatif (f) dalam setiap modulus
musiman.
Hitung kerusakan relatif (f) rata-rata
Subsitusikan kerusakan relatif (f) rata-rata ke dalam rumus
persamaan MR efektif

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal menghitung Mr efektif
Berikut hasil uji modulus resilient pada tanah dasar
f total = 4,4813
f rata-rata = 4,4813/24 = 0,1867
Mr ef = 1,18 x 108 / 0,1867)1/2,32
Mr ef = 6215 psi = 6,215 ksi

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kualitas Drainase (m) :
Ditentukan berdasarkan berapa lama air dapat disingkirkan
dari perkerasan
Hari efektif hujan selama setahun yang menyebabkan
komponen struktur perkerasan menjadi mendekati jenuh air.
Pengaruh ini, sangat bergantung pada hujan rata-rata
tahunan dan kondisi drainase

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Nilai (m), dalam AASHTO diperlukan data kondisi kualitas
drainase. Penentuan kualitas drainase dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut :
Air hujan atau air dari atas permukaan jalan yang akan
masuk kedalam pondasi jalan
Air dari samping jalan yang kemungkinan akan masuk ke
pondasi jalan dan muka air tanah yang tinggi di bawah tanahdasar
Pendekatan waktu (lama) dan frekuensi hujan, yang ratarata terjadi hujan selama 3 jam per hari (hujan jarang terjadi
secara terus menerus selama 1 minggu)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Kualitas drainase dalam AASHTO 1993 :

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Menentukan Persen Perkerasan Terkena Air, dimana dalam
waktu struktur perkerasan 1 tahun terkena air dirumuskan :

Sehingga :

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Menentukan Persen Perkerasan Terkena Air, dimana dalam
waktu struktur perkerasan 1 tahun terkena air dirumuskan :
P
=
persen hari efektif hujan dalam setahun yang
akan mempengaruhi perkerasan (%)
Tj
=
hujan rata-rata per hari (jam)
Th
=
jumlah rata-rata hari hujan per tahun (hari)
WL
=
faktor air hujan yang masuk ke pondasi jalan
C

koefisien pengaliran

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Menentukan Persen Perkerasan Terkena Air, dimana dalam
waktu struktur perkerasan 1 tahun terkena air dirumuskan :
P
=
persen hari efektif hujan dalam setahun yang
akan mempengaruhi perkerasan (%)
Tj
=
hujan rata-rata per hari (jam)
Th
=
jumlah rata-rata hari hujan per tahun (hari)
WL
=
faktor air hujan yang masuk ke pondasi jalan
C

koefisien pengaliran

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Nilai (m) / koefisien drainase, digunakan untuk
mengantisipasi pengaruh drainase terhadap kinerja lapis
pondasi dan lapis pondasi bawah.

Hanya digunakan untuk material untreated base dan subbase

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh soal menentukan nilai (m) / koefisien drainase
Data hujan di suatu daerah dari tahun 2000 sampai 2008,
diperoleh jumlah hari hujan seperti pada tabel

Hujan rata-rata per hari Tj = 3 jam. Kualitas drainase baik.


Pada daerah tersebut akan dibangun jalan raya dengan
perkerasan aspal. Tentukan koefisien drainase (m)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh soal menentukan nilai (m) / koefisien drainase
Rata-rata jumlah hari hujan per tahun :
Th = (1/9) * (89+90+87+75+87+99+99+85+76) = 87 hari
Untuk hujan rata-rata hari Tj = 3 jam, maka persen waktu
struktur perkerasan dalam 1 tahun terkena air :
P = (3 x 87 / 8760) x (1 0,875) x 100 = 0,37% < 1%
Dengan P < 1% dan kualitas drainase baik, dari tabel
koefisien drainase (m) diperoleh, m = 1,30

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (a)
Menyatakan hubungan empiris antara SN untuk suatu
struktur perkerasan dengan tebal lapisan, yang menyatakan
kemampuan relatif dari suatu material agar berfungsi sebagai
satu komponen struktural perkerasannya (Yoder dan
Witczack, 1975)
AASHTO menentukan nilai koefisien lapisan dengan grafikgrafik a1, a2, dan a3. Dimana a1 adalah permukaan aspal
beton, a2 adalah pondasi granuler (granuler base layer), dan
a3 adalah pondasi bawah granuler (granuler subbase layer)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (a1)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (a2)

a2 = 0,249 (log10MR) 0,977

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (a2)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (a2)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (a3)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (AASHTO)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Koefisien lapisan / layer coefficient (SNI)

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Angka struktural / Structural number (SN)
Didefinisikan sebagai indeks yang berasal dari analisis lalu
lintas, kondisi tanah di bawah jalan, dengan besaran SN
menyatakan nilai kekuatan dari perkerasan.
Dimana :
D1
=
D2
=
D3
=
m
=

tebal lapis permukaan (in.)


tebal lapis pondasi (in.)
tebal lapis pondasi bawah (in.)
koefisien drainase

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Angka struktural / Structural number (SN)
Angka struktural 1 (SN1)

Dengan SN1 = angka struktural untuk lapis permukaan

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Angka struktural / Structural number (SN)
Angka struktural 2 (SN2)

Dengan SN2 = angka struktural yang dibutuhkan untuk lapis


pondasi dan lapis permukaan

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Syarat tebal masing-masing lapisan :

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Syarat tebal masing-masing lapisan :

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Syarat tebal masing-masing lapisan :

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Syarat tebal masing-masing lapisan (Berdasarkan peraturan
perkerasan lentur Bina Marga tahun 2012 :

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Perancangan perkerasan lentur dengan metoda AASHTO
1993 :
Tentukan reliabilitas (R) dan deviasi standar keseluruhan (So)
Hitung ESAL (W18) untuk umur perkerasan yang dirancang
Tentukan modulus resilient (Mr) tanah dasar
Tentukan kehilangan kemampuan pelayanan (PSI)
rancangan
Dari nilai-nilai tersebut, dengan menggunakan nomogram
AASHTO atau persamaan, tentukan angka struktural SN
Dari SN, yang didapat, tentukan tebal masing-masing lapis

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993

Persamaan desain perkerasan lentur AASHTO 1993


1

6
logW18 Zr (So ) 9.36log(SN 1) 0.20
2

PSI 4
log

4
.
2

1
.
5

2.32logMR 8.07
1094
0.40
5
(SN 1)5.19

DESIGN CURVE AND EQUATION


OF AASHTO 1993

AASHTO 1993 Design Curve (please notice the six inputs)

So
W18

MR
PSI
SN

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
Perkerasan lentur dirancang melayani volume lalu lintas total
ESAL = 5,0 x 106. Tanah dasar mempunyai MR = 5000 psi.
Modulus (resilient) elastis lapis permukaan EAC = 360000 psi,
lapis pondasi batu pecah dengan CBR = 85% dan lapis
pondasi bawah CBR = 20%. Ditentukan indeks kemampuan
pelayanan awal Po = 4,2 dan indeks kemampuan pelayanan
akhir Pt = 2,5. Koefisien drainase untuk lapis pondasi m 2 =
1,2 dan pondasi bawah m3 = 1. Nilai reabilitas diambil R =
95% dan deviasi standar keseluruhan So = 0,35. Tentukan
tebal masing-masing komponen perkerasan !!!

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
PSI = Pt Po = 4,2 2,5 = 1,7
Hitungan SN3,
Material pendukung tepat di bawah lapis pondasi bawah
adalah tanah dasarnya. Jadi, untuk menghitung SN3
digunakan modulus resilient tanah dasar, dengan MR = 5000
psi. Untuk R = 95%, So = 0,35, W18 = 5,0 x 106 dan PSI =
1,7. Dari persamaan atau nomogram AASHTO 1993 :
SN3 = 5,20

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
PSI = Pt Po = 4,2 2,5 = 1,7
Hitungan SN2,
Untuk lapis pondasi bawah, CBR = 20%, maka MR = 13000
psi (dari grafik koefisien relatif a3). Dari persamaan atau
nomogram AASHTO 1993 :
SN2 = 3,80

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
PSI = Pt Po = 4,2 2,5 = 1,7
Hitungan SN1,
Untuk lapis pondasi, CBR = 85%, maka MR = 30000 psi (dari
grafik koefisien relatif a2). Dari persamaan atau nomogram
AASHTO 1993 :
SN1 = 2,70

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
Hitungan D1,
Untuk menentukan koefisien lapisan dari lapis permukaan,
digunakan grafik koefisien relatif a1, dengan EAC = 360000
diperoleh a1 = 0,40
Jadi, tebal lapis permukaan D1 = SN1/a1 = 2,7/0,4 = 6,75 in
Berdasarkan tabel syarat minimum tebal campuran aspal
untuk ESAL = 5,0 x 106 adalah 3,5 in
Jadi D1 = 6,75 in bisa digunakan dan dibulatkan menjadi
D1* = 7 in

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
Hitungan D2,
Untuk menentukan koefisien lapisan dari lapis pondasi batu
pecah, digunakan grafik koefisien relatif a2, dengan CBR =
85% diperoleh a2 = 0,14

Tebal minimum dari tabel untuk ESAL = 5,0 x 106 adalah 6 in


Jadi D2 = 5,95 in tidak bisa digunakan dan dibulatkan menjadi
D2* = 6 in

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
Hitungan D3,
Untuk menentukan koefisien lapisan dari lapis pondasi
bawah, digunakan grafik koefisien relatif a3, dengan CBR =
20% diperoleh a2 = 0,09

SN 3 = 15.47

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Contoh Soal :
Kesimpulan yaitu digunakan tebal,
lapis permukaan aspal D1 = 7 in
Lapis pondasi D2 = 6 in
Lapis pondasi bawah D3 = 18,5 in
AASHTO menyarankan dalam mengambil nilai tebal lapisan
untuk melakukan pembulatan dengan kelipatan in, atau
bilangan-bilangan lain yang lebih mudah

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Tugas 1 :
Perkerasan lentur akan dibangun untuk jalan raya utama. Lapis
permukaan berupa beton aspal, lapis pondasi berupa batu pecah
(granuler), dan lapis pondasi bawah dari material granuler. Diketahui
ESAL total untuk umur rancangan adalah 7,10 x 106. Lapis beton
aspal mempunyai modulus resilient EAC = 400 ksi. Tanah dasar
mempunyai CBR = 4,7%. Lapis pondasi mempunyai modulus resilient
= 40 ksi, dan lapis pondasi bawah granuler mempunyai CBR = 80%.
Lokasi perkerasan dianggap mempunyai kualitas drainase baik
dengan persen waktu struktur perkerasan terkena air hingga tingkat
kelembaban mendekati jenuh air P = 10%. Ditentukan R = 95%, So =
0,45, Pt = 4,2, Po = 2,7. Hitung tebal masing-masing lapisan
pembentuk perkerasan lentur !!!

PERKERASAN LENTUR METODE


AASHTO 1993
Tugas 2 :
Perkerasan lentur dirancang mempunyai masa pelayanan 15
tahun. Lalu lintas pada tahun pertama 2,5 x 10 6 ESAL dengan
persen pertumbuhan i = 3% per-tahun. Faktor distribusi arah D D
= 0,50 dan distribusi lajur DL = 0,80. Reliabilitas R = 90%, So =
0,35, indeks kemampuan pelayanan awal Po = 4,5, indeks
kemampuan pelayanan akhir Pt = 2,5. Tanah dasar mempunyai
CBR = 3,8%. Modulus resilient beton aspal E AC = 400 ksi. Lapis
pondasi granuler CBR = 70% dan lapis pondasi bawah granuler
CBR 30%. Koefisien drainase lapis pondasi dan pondasi bawah
m2 = m3 = 1,2. Tentukan tebal D1, D2, D3 !!!

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Rumusan AASHTO 1993
ESAL = W18 / Wtx

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Rumusan AASHTO 1993 :
Lx
=
beban dalam kip untuk satu gandar tunggal,
satu set gandar tandem (rangkap 2), atau satu set gandar
tridem (rangkap 3)
L2
=
Kode gandar (1 untuk gandar tunggal. 2 untuk
gandar tandem, dan 3 untuk gandar tridem)
Pt
=
Indeks kemampuan pelayanan akhir
18
=
nilai x bila Lx = 18 dan L2 = 1
SN

angka struktural

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Rumusan AASHTO 1993 :
Dalam rumusan, terlihat untuk nilai faktor daya rusak
kendaraan AASHTO memperhatikan SN dan Pt. Ini akan
membutuhkan iterasi yang cukup banyak jika rumusan
tersebut diterapkan. Dengan pendekatan bahwa nilai faktor
daya rusak kendaraan / ESA tidak begitu sensitif terhadap
SN maka dalam beberapa kasus, nilai SN sering
diasumsikan sama dengan 5 (SN = 5)
Nilai ESA tersebut kemudian diringkas dalam tabel, yang
dibedakan dari nilai Pt

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Nilai Pt = 2,0, perkerasan lentur

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Nilai Pt = 2,0, perkerasan lentur

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Nilai Pt = 2,5, perkerasan lentur

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Nilai Pt = 2,5, perkerasan lentur

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Nilai Pt = 3,0, perkerasan lentur

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Nilai Pt = 3,0, perkerasan lentur

EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD


(ESAL)
Latihan :
Beban gandar untuk 3 tipe kendaraan ditunjukkan dalam
tabel dibawah ini menggunakan rumusan AASHTO 1993
Beban gandar depan

Beban gandar tengah

Beban gandar
belakang

Sedan

1 ton

1 ton

Bus

5 ton

5 ton

Truk

5 ton

10 ton

Truk 3 sumbu

6 ton

8 ton

15 ton (tandem)

Tipe kendaraan

Bandingkan hasil analitis dengan hasil tabel.

NEXT SESSION....

PERENCANAAN LAPIS TAMBAH


PERKERASAN LENTUR
DENGAN METODE BINA MARGA 2005

END OF PRESENTATION

Thank you for your attention.

Anda mungkin juga menyukai