BAB I
PENDAHULUAN
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaan mulai dari
tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui
saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air
tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali.
Irigasi dikehendaki dalam situasi: (a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada
kebutuhan tanaman; (b) bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah
hujan tidak bersamaan dengan waktu yang dikehendaki tanaman.
Tujuan utama irigasi adalah untuk: Membasahi tanah, merabuk, mengatur suhu
tanah, kolmatase, membersihkan air kotor, meninggikan air tanah, pemeliharaan ikan
Menjelaskan pengaruh air yang ada pada suatu daerah irigasi, dan
bagaimana syarat-syarat air yang diperlukan untuk suatu daerah irigasi, seperti :
air yang berasal dari dalam tanah; air berasal dari sungai, air berasal dari waduk,
dananu, dan rawa;
1. Syarat air terhadap maksud irigasi
2. syarat-syarat air terhadap tanaman
3. pengaruh air irigasi terhadap tanah,
4. pengaruh Lumpur terhadap tanaman
Mulai dari rencana bendung, teriklah garis titik – garis titik yang
menyusuri kontur tertinggi dimana diperkirakan daerah akan dialiri.
Garis titik – garis titik tersebut diatas perlu sejajar dengan kontur, akan
tetapi dibuat menurun lebih kurang 30 cm setiap satu kilometer.
mengairi daearah /kota yang luas dan letaknya lebih jauh dari bangunan
tadi, makadapat dibuat saluran sekunder.
Jadi fungsi bangunan tadi berubah yaitu disamping menyadap dia juga
membagi kesaluran sekunder dan nama bangunan tersebut adalah
bangunan bagi sadap.
Pada umumnya trase (rencana) saluran induk mengikuti grasit tinggi, dan
trase saluran sekunder mengikuti penggung.
Bangunan utama
daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, rawa, bukit, dll).
Irigasi Teknis). Petak tersier, suatu lahan seluas maksimum 60 ha, yang
berisikan petak-petak kuarter yang luasnya maksimum 10 ha, yang mengambil air dari
satu pintu bangunan sadap. Petak tersier ini dilengkapi pula dengan boks-boks tersier,
kuarter, saluran pembawa tersier, kuarter, cacing, saluran pembuang, serta bangunan
silang seperti yang ada di jaringan irigasi.
Petak sekunder, terdiri dari kumpulan petak-petak tersier yang mengambil air
dari satu pintu di bangunan bagi. Luas petak sekunder ini tidak terbatas tergantung dari
topografi lahan yang ada. Salurannya sering terletak di punggung medan, sehingga air
tersebut dapat dialirkan ke dua sisi saluran. Petak primer, terdiri dari beberapa petak
sekunder yang airnya mengambil dari sumber air (sungai) berupa bendung, bendungan,
rumah pompa, dll. Bila satu bendung terdapat dua pintu (intake) kiri dan kanan, maka
terdapat dua petak primer. Saluran primer diusahakan sejajar dengan kontur atau garis
tinggi.
dikerjakan/dianalisis dan di evaluasi meliputi; lokasi dan perkiraan daerah irigasi, garis
besar rencana pertanian; sumber daya air, prasarana infrastruktur; skala prioritas
pengembangan; 8 persyaratan pengembangan dari Dirjen Pengairan (dulu); dampak
sosek dan lingkungan. 8 tujuan Pengembangan (Dirjen Pengairan) : Kesuburan tanah;
tersedianya air (kualitas & kuantitas); populasi sawah; pemasaran produksi; jaringan
jalan & komunikasi; status tanah; banjir & genangan; lain-lain. Dan saat ini permintaan
masyarakat local untuk dibuatkan irigasi merupakan hal yang paling pokok dalam
perencanaan daerah irigasi.
BAB II
DESKRIPSI TEKNIS
2.1. Umum
Untuk membawa air dari sumbernya hingga ke petak-petak sawah diperlukan
adanya saluran irigasi. Jika saluran irigasi yang telah ada belum memiliki tinggi
muka air yang mencukupi untuk dialirkan ke saluran induk maka perlu adanya
bangunan guna menaikkan tinggi muka air tersebut.
Kriteria dan perencanaan teknis dari bangunan irigasi dalam suatu jaringan irigasi
mutlak diperlukan, karena di dalamnya menyangkut kemampuan bangunan tersebut
untuk menahan tekanan dari air sungai itu sendiri. Analisa teknis dalam perencanaan
bangunan irigasi yang perlu dilakukan antara lain :
1. Dimensi bangunan irigasi itu sendiri yang ideal, dalam arti mampu menahan beban
yang ditimbulkan oleh air sungai.
2. Efisiensi hidrolis.
3. Metode pelaksanaan yang paling efektif untuk dilaksanakan.
4. Pemilihan bahan material untuk agregat beton bangunan utama tersebut.
Untuk menunjang perencanaan teknis bangunan irigasi tersebut diperlukan data-
data penunjang sebagai berikut :
1. Data topografi, yakni meliputi seluruh daerah aliran sungai untuk menemukan
lokasi bendung yang ideal.
2. Data hidrologi, yakni data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andalan
untuk menentukan debit maksimum yang melalui mercu bendung.
3. Data morfologi, yakni data karakteristik material sungai yang akan dibendung
termasuk di dalamnya kandungan sedimen, distribusi butir, dan lain-lain.
4. Data geologi, yakni data keadaan atau kondisi umum permukaan tanah daerah yang
bersangkutan, kedalaman lapisan keras dan sebagainya.
5. Data mekanika tanah, antara lain data pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan
timbunan, agregat untuk beton, parameter tanah yang harus digunakan.
a) Peta lokasi topografi aliran sungai (DAS) dengan skala 1 : 100 yang menunjukkan
aliran sungai mulai dari sumbernya sampai muaranya di laut. Garis-garis kontur
harus diberikan setiap 25 meter. Berdasarkan peta ini disiapkan profil memanjang
sungai tersebut dan juga luasnya daerah aliran sungai (DAS) dapat diukur.
b). Peta situasi aliran sungai dimana bangunan utama akan dibuat. Peta ini sebaiknya
berskala 1 : 2000. Peta ini juga harus meliputi jarak 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir
bangunan utama dan melebar 250 meter dari masing-masing tepi sungai. Peta ini
juga harus dilengkapi dengan garis ketinggian setiap 1 meter, kecuali di dasar
sungai dimana diperlukan garis ketinggian setiap 0,5 meter. Peta ini juga harus
mencakup lokasi alternatif yang sudah diidentifikasikan serta panjang yang diliput
harus memadai agar dapat diperoleh informasi mengenai bentuk denah sungai.
c). Gambar potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 meter.
Panjang potongan memanjang skala horisontalnya sama dengan skala pada peta
poin b, skala vertikalnya 1 : 200. Panjang potongan melintangnya adalah 50 meter
dari kedua tepi sungai. Elevasi akan diukur pada jarak maksimum 25 meter atau
untuk beda ketinggian 0,25 meter tergantung mana yang dapat dicapai lebih
dahulu.
d). Pengukuran detail pada situasi bendung yang sebenarnya harus dipersiapkan yang
menghasilkan peta berskala 1 : 500 untuk area seluas kurang lebih 50 ha (1000 x
500 m). Peta tersebut harus memperlihatkan bagian-bagian lokasi bangunan utama
secara lengkap, termasuk lokasi kantong lumpur dan tanggul penutup.
Untuk mengetahui kondisi topografi akan lebh lengkap jika menggunakan foto
udara yang akan sangat bermanfaat untuk penyelidikan lapangan. Apabila foto udara
dari berbagai tahun pengambilan juga tersedia, amak ini akan lebih menguntungkan
untuk penyelidikan perilaku dasar sungai. Bangunan-bangunan yang ada di sungai di
hulu dan di hilir bangunan utama yang direncanakan harus diukur dan dihubungkan
dengan hasil- hasil pengukuran bangunan utama.
Elevasi tanggul hilir sungai dari bangunan utama didasarkan pada tinggi
banjir dengan periode ulang 50 tahun. Periode ulang tersebut akan ditetapkan
berdasarkan jumlah penduduk yang terkena akibat banjir yang mungkin terjadi serta
pada nilai ekonomisnya tanah dan semua pra sarananya.
Data hidrologi yang dibutuhkan adalah data hujan dan data debit yang
berguna untuk menentukan debit rencana. Rangkaian data debit banjir rencana untuk
berbagai periode ulang harus andalan. Hal ini berarti harga-harga tersebut harus
didasarkan pada catatan-catatan banjir sebenarnya yang mencakup jangka waktu
yang cukup lama.
Geologi permukaan suatu daerah harus diliput pada peta geologi pemukaan.
Dalam banyak hal, pengeboran tanah mungkin diperlukan untuk secara tepat
mengetahui lapisan dan tipe batuan yang ada. Hal ini sangat penting untuk
merencanakan pondasi bendung. Adalah perlu untuk mengetahui kekuatan pondasi
bendung itu sendiri, dan juga untuk keperluan bahan bangunan yang diperlukan, seperti
agregat untuk beton, batu untuk pasangan atau batu candi, pasir dan kerikil. Untuk
memperhitungkan stabilitas bendung yang direncanakan maka kekuatan gempa juga
perlu diketahui.
BAB III
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DIMENSI
BANGUNAN INTAKE
Kebutuhan air tanaman adalah : sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air
yang hilang akibat penguapan.
Penguapan bisa terjadi melalui permukaan air (evaporasi) maupun daun-daun tanaman
(transpirasi).
Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama terjadilah
EVAPOTRANSPIRASI.
Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang
akibat proses EVAPOTRANSPIRASI.
Evapotranspirasi
(ET) transpirasi
evaporasi
Terjadi pada saat
yang sama
Besar evaporasi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, meliputi temperatur udara,
kecepatan angin, kelembaban udara dan kecerahan penyinaran matahari.
Besar transpirasi dipengaruhi oleh : keadaan iklim, jenis tanaman, varietas tanaman dan umur
tanaman, biasa disebut faktor tanaman
Diketahui :
*Data dari Jobsheet
Luas lahan = 1004 Hektar
Kebutuhan air = 1,21 lt/det/hektar
Efisiensi Irigasi = 71 % = 0,71
* Dengan Rumus :
q. A
Q=
η
Keterangan :
q = Kebutuhan air untuk tanaman
A = Luas lahan
η = Effisiensi irigasi
q. A
Q=
η
1,21. 1004
Q=
0,71
3
n .Q
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
S
3
n .Q
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
S
Coba-coba h = 1
3
0,021. 1,711
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
0,0021
h = 0,864 x 0,50601
h = 0,437 228,7 %
Coba-coba h = 0,437303
3
0,021. 1,711
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
0,0024
h = 0,864 x 0,51832
h = 0,4479 97,6%
Coba-coba h = 0,447943
3
0,021. 1,711
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
0,002
h = 0,8642 x 0,518189
h = 0,4478 100 %
Q = 1,711 m3/det
- Keuntungan :
sesuai untuk daerah yang datar
kehilangan relatif kecil
pembuatannya murah
Bentuk hidrolis luwes dan sederhana,
Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal,
Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah,
Eksploitasi mudah
- Kerugian :
harus diadakan pembersihan endapan di depan embung
Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja,
Membutuhkan perbedaaan elevasi minimum 30 cm
Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam
Q = 1,71 b . h³⁄²
b = Lebar ambang
h = tinggi muka air diatas ambang
Dengan data berikut :
Debit saluran Irigasi (Q) = 1,711 m3/det
Direncanakan Lebar Alat Ukur (b) =2m
= 80,28 m
Elevasi dasar sungai = 74,5 m
Didapatkan ketinggian Elevasi hulu alat ukur 80,28 m
Dengan menentukan debit persatuan lebar maka akan di dapat nilai k η dan a
Q
q =
b
1,711
q =
2
q = 0,86 m2/det
q = k . μ . a . √2 . g . h 1
q
k.μ.a=
√ 2 . g .h 1
0,86
k.μ.a=
2. 9,81 .3,9
k . μ . a = 0,10 m
Dengan interpolasi dari beberapa grafik :
h 1 3,9
a = 4,5 a’ = = 4,5 = 0,88 μ = 0,57 (dari grafik 3.4)
a
a” = 4 h2 = a’ . a” = 3,78 . 0,88 = 3,50 K = 0,53 (dari grafik 3.3)
K. μ . a’ = 0,54 . 0,56 . 0,55 = 0,26 m
h 1 2,4
a = 3,5 a” = = = 1,13 μ = 0,56 (dari grafik 3.4)
3,5 3,5
a’ = 2,5 h2 = a” . a’ = 0,70 . 2,5 = 3,38 K = 0,6 (dari grafik 3.3)
K. μ . a” = 0,70 . 0,54 . 0,70 = 0,38 m
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DIMENSI
BENDUNG
4.2 Lebar Bendung Effisien dan Tinggi Muka Air Diatas Mercu
Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment), sebaiknya sama dengan
lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.
Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai adalah pertimbangan
lebar sungai yang ada. Ketentuan untuk lebar maksimum bendung adalah 1.2 kali lebar rerata
sungai pada ruas yang stabil. Hal ini mempunyai tujuan agar setelah bendung dibangun, tidak
terlalu banyak mengganggu aliran sungai.
Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar bendung yang sebenarnya / lebar
mercu bendung (B) dengan persamaan :
B =b–p-t
Dimana :
Untuk mengetahui nilai ketinggian Hd maka dengan cara coba-coba nilai Hd yang
direncanakan harus sama dengan hasil nilai Hd yang di perhitungkan.
Dengan coba-coba
Hd = 2,0044 m
A = (Hd + P) x b
A = (2,0044 + 5,9) x 62,1
A = 489,63 m2
Yang pertama satuan feet di ubah ke satuan meter dengan mengkali 0,5521.
Beff = 59,786
2
Q
H1 = ( ¿3
C x Beff
2
378,45
H1 = ( ¿3
2,181 x 59,786
H1 = 2,03 m
2
Q
Ho = ( ¿3
C x Beff
2
378,45
Ho = ( ¿3
2,181 x 59,786
Ho = 2,03 m
Hd = Ho – Ha
Hd = 2,03 – 0,0304
Hd = 2,0044 m
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih
rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, US. Army Corps of
Engineers telah mengembangkan persamaan berikut :
Y X n
Ho
= - K x ( Ho ¿
Dimana:
X dan Y : koordinat-koordinat permukaan hilir; hd : tinggi energy rencana diatas
mercu; K dan n : parameter yang tergantung pada kecepatan aliran dan kemiringan hilir.
Bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir, seperti
terlihat pada gambar berikut :
K = 0,503
n = 1,86
R1 = 0,52 m
R2 = 0,22 m
Ha 0,0527
= = 0,01
Ho 2,14
Y X n
=-Kx(
Ho Ho ¿
X n
Y=-Kx( x Ho
Ho ¿
X 1,86
Y = - 0,503 x ( x 2,03 = - 0,273 x X 1,86
2,14 ¿
dY = - 0,273 x X 1,86 x dX
Y = - 0,273 x 1,61,86
Y = -0,654
Jika di buat sebuah grafik maka akan menghasilkan lengkungan yang halus :
Untuk mencari nilai Yc/Ho dan Xc/Ho dapat menggunakan grafik dan untuk
memperoleh Xc dan Yc maka di kalikan dengan Ho.
Kedalaman Air (h) di hilir peredam energi dihitung dengan dengan rumus dan dengan
cara coba-coba :
3
n .Q
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
S
Coba-coba h = 1 m
3
0,021. 378,45
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
0,0021
h = 22,053x 0,084129
h = 1,8553 53,9 %
Coba-coba h = 1,85531 m
3
0,021. 378,45
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
0,0021
h = 22,053 x 0,084227
h = 1,8575 99,9 %
Coba-coba h = 1,857476 m
3
0,021. 378,45
h=( 1
)5 x ¿ ¿
2
0,0021
h = 22,053 x 0,084227
h = 1,8575 100 %
hn = 1,8575 m
z direncanakan = 2 m
V 12
Z + P + hd + ha = d1 +
2. g
Z + P + hd + ha = d1 + ¿ / 2 x g
2 + 6 + 2,0044 + 0,0304 = d1 + ¿ / 2 x 9,81
9,9151 = d1 + ¿ / 19,62
1,89293114
9,9151 = d1 +
d1
1,89293114
d1 = 9,9151 +
d 12
1,89293114
d1 = 9,9151 -
d 12
d1 = 0,447137 m
1,89293114
d1 = 9,9151 -
d 12
1,89293114
0,4471 = 9,9151 - 0,199931497
Q
V1 =
d1 x B
378,45
V1 =
0,4472 x 62,1
V1 = 13,629 m/dt
V1
F1 =
√g x d 1
13,62890918
F1 =
√ 9,81 x 0,447153
F1 = 6,5073
Bila menggunakan tanpa blok penghalang :
d2 = hn + z
d2 = 1,85775 + 2
d2 = 3,8575
Maka panjang kolam olakan :
L = 3,2 x d2
L = 3,2 x 3,85748
L = 12,344 m
d2 1
= x (( 1 + 8 x F1¿1 /2 – 1 )
d1 2
d2 1
= x (( 1 + 8 x 6,50727¿1 /2 – 1 )
d1 2
d2
= 3,1421
d1
Untuk F1 > 4,5 maka dianjurkan menggunakan peredam energi USBR tipe III
Kontrol Fungsi:
F1= 6,50727 m
L
Y 2 5
4
LONCATAN LONCATAN TUNAK
LONCATAN KUAT
BEROSILASI
3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
h1 = w1 = S1= d1 = 0,44715 m
h2 = 0,2 x d2 = 0,53927 m
w2 = S2 = 0,15 x d2 = 0,40445 m
tebal bagian atas endsill 0,02 x d2 = 0,05393 m
V2 = 5,5151 m/dt
L
H <
C
29,372
4,03 <
5
3,03 < 5,8745 Baik
Teori Lane
CL x H < Lv + 1/3 . Lh
BAB V
ANALISA STABILITAS BENDUNG
Gaya berat ini dihitung dengan arah vertikal kebawah yang garis kerjanya
melewati titik berat konstruksi. Agar memudahkan perhitungan maka tubuh bendung
dibagi menjadi beberapa bagian.
Contoh perhitungan :
Endapan lumpur yang dibawa aliran air yang kemudian mengendap di muka
bendung menimbulkan tekanan lumpur dari arah horizontal dan dari arah vertikal ke
bawah.
h dan b= 5,628 m
Gaya Ws = 0,5 . h2 . ϒs . Ka
Gaya Ws = 0,5 . 5,6282 . 0,62 . 0,455
Gaya Ws = 4,467296179 ton
Gaya gempa ini dihitung dengan arah horizontal yang garis kerjanya melewati
titik berat konstruksi. Agar memudahkan perhitungan maka tubuh bendung dibagi
menjadi beberapa bagian. Gaya gempa pada bendung sungai cilamatan ini berada di
wilayah gempa zona 4 yaitu pada Jawa Barat
Z = 0,75
N = 2,1
M = 0,89
Ac = 120 cm/det2
Ad = n . ( Z . ac )m
Ad = 2,1 . ( 0,75 . 120 )0,89
Ad = 1,9120
ad
f =
g
1,9120
f =
9,81
f = 0,1949
G = Volume . ϒ
G = 0,09677 . 2,4
G = 0,23227 ton
Gaya hidrostatik disebabkan oleh gaya tekan air yang mengenangi tubuh
bendung sehingga menimbulkan gaya tekan air dari arah horizontal dan dari arah
vertikal kebawah.
Normal
Contoh Perhitungan :
W = B . H . faktor bentuk
W = 0,566 . 5,88 . 0,5
W = 1,664 ton
Banjir
Contoh Perhitungan :
W = B . H . faktor bentuk
W = 2,004 . 7,875 . 1/2
W = 7,8908 ton
5.6 Uplift-Preassure
Arah dari gaya uplift pressure adalah tegak lurus dengan bidang kontaknya.
Untuk gaya ini harus dicari tekanan pada tiap-tiap titik sudut, dicari besarnya gaya yang
bekerja pada tiap-tiap bidang. Secara umum besarnya tekanan pada setiap titik sudut.
Normal
Nama Hx Lx L ΔH Hasil
PB 4.38 1 29.2961 2.932 4.2799
PC 4.38 1.582 29.2961 2.932 4.2217
PD 4.38 2.582 29.2961 2.932 4.1216
PE 4.38 3.631 29.2961 2.932 4.0166
PF 4.38 4.631 29.2961 2.932 3.9165
PG 4.38 5.631 29.2961 2.932 3.8164
PH 4.38 6.631 29.2961 2.932 3.7164
PI 4.38 7.631 29.2961 2.932 3.6163
PJ 4.38 8.631 29.2961 2.932 3.5162
PK 4.38 10.162 29.2961 2.932 3.363
5 6
3 4 7 8
1 2 3 9 10
2
4
5
1 8
9
7
10
Luas
Px Lx Lengan Momen Hasil
Kotak Segitiga
4.2799 1 2.457 4.871 11.9681
4.2217 0.582 0.01695 4.968 0.08421
4.1216 1 4.2134 4.055 17.0854
4.0166 1.049 0.05506 4.23 0.23292
3.9165 1 3.8164 3.031 11.5676
3.8164 1 0.05004 3.197 0.15998
3.7164 1 3.6163 2.031 7.34466
3.6163 1 0.05004 2.197 0.10994
3.5162 1 5.1487 0.765 3.93876
3.363 1.531 0.11729 1.021 0.11976
Bidang Momen
1 12.052
2 17.318
3 11.728
4 7.4546
5 4.0585
Jumlah 52.611
Momen uplift-pressure 52.6114 < Momen tahan dari berat bendung 124.63 AMAN
Banjir
Nama Hx Lx L ΔH Hasil
PB 6.467 1 29.2961 5.019 6.2957
PC 6.467 1.582 29.2961 5.019 6.196
PD 6.467 2.582 29.2961 5.019 6.0247
PE 6.467 3.631 29.2961 5.019 5.8449
PF 6.467 4.631 29.2961 5.019 5.6736
PG 6.467 5.631 29.2961 5.019 5.5023
PH 6.467 6.631 29.2961 5.019 5.331
PI 6.467 7.631 29.2961 5.019 5.1597
PJ 6.467 8.631 29.2961 5.019 4.9883
PK 6.467 10.162 29.2961 5.019 4.726
5 6
3 4 7 8
1 2 9 10
2 3
4
5
1
7 10
Luas
Px Lx Lengan Momen Hasil
Kotak Segitiga
6.2957 1 3.60606 4.871 17.56509786
6.196 0.582 0.029 4.968 0.144146781
6.0247 1 6.13134 4.055 24.86258377
5.8449 1.049 0.0943 4.23 0.398720655
5.6736 1 5.5023 3.031 16.67746702
5.5023 1 0.0857 3.197 0.273854592
5.331 1 5.15966 2.031 10.47926768
5.1597 1 0.0857 2.197 0.188194726
4.9883 1 7.23558 0.765 5.535219343
4.726 1.531 0.2008 1.021 0.204999836
Bidang Momen
1 17.709
2 25.261
3 16.951
4 10.667
5 5.7402
Jumlah 76.33
Momen uplift-pressure 76.33 < Momen tahan dari berat bendung 124.63 AMAN
ø = 30°
D = 3,4276 m
ϒw = 1 t/m
Gs = 2,56
C = 0,23
W = 21,5% = 0,215
( ( Gs+e ) .ϒ w)
ϒsat =
(1+e)
W .Gs
Sr =
e
W .Gs
Sr =
e
1 . e = W . Gs
e = 0,215 . 2,56
e = 0,5504
( ( Gs+e ) .ϒ w)
ϒsat =
(1+e)
ϒsat = 2,006192
Nc = 37,2
Nq = 22,5
Ny = 9,7
qu = C . Nc + ϒ . D . Nq + 0,5 B . ϒ . Ny
qu = 229,120 t/m2
229.12
Q ijin =
3
Q ijin = 76.3735 t/m²
Kontrol stabilitas adalah syarat yang harus dipenuhi agar kondisi bendung stabil
dan aman. Kontrol yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan dengan faktor
keamanan. Kontrol yang dilakukan adalah jontrol terhadap guling, kontrol terhadap
geser, kontrol terhadap eksentrisitas, dan kontrol terhadap daya dukung tanah.
Suatu konstruksi tidak boleh terguling akibat dari gaya – gaya yang bekerja,
maka momen tahanan (Mt) harus lebih besar dari momen guling (Mg).
Σ Mt = 279.521 tonm
Normal
Σ Mg = 103.6330 tonm
Σ Mt = 279.157 tonm
Banjir
Σ Mg = 124.2157 tonm
Normal
Mt
FK = > 1.5
Mg
279.52
FK = > 1.5
103.63
FK = 2.69722 > 1.5
OK...
Banjir
Mt
FK = > 1.5
Mg
279.16
FK = > 1.5
124.22
FK = 2.24735 > 1.5
OK...
Suatu konstruksi bendung tidak boleh bergeser akibat gaya-gaya yang bekerja,
maka jumlah gaya vertikal harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah gaya
horizontal.
Σv = 41.759
Normal
ΣH = 3.6779
Σv = 49.627
Banjir
ΣH = 6.748
Σv . f
Fk = ΣH > 1,5
Normal
41.759 0.75
FK = > 1.5
3.67792405
FK = 8.5154 > 1.5
OK...
Banjir
49.627 0.75
FK = > 1.5
6.7483145
FK = 5.5155 > 1.5
OK...
Pada suatu konstruksi bendung yang menggunakan batu kali, maka tidak boleh
adanya tegangan tarik, ini berarti bahwa resultan gaya - gaya yang bekerja harus masuk
kern.
Normal
B M B
e= - <
2 Σv 2
18.04 175.888 18.04
e= - <
2 41.7585 6
e= 4.808 < 6.01333 OK...
Banjir
B M B
e= - <
2 Σv 6
18.04 154.941 18.04
e= - <
2 49.6271 6
e= 5.8979 < 6.01333 OK...
Tegangan yang terjadi akibat adanya gaya tekan dari bendung tidak boleh
melebihi tegangan tanah yang diijinkan.
Normal
σ= 76.373 t/m²
e= 4.808
Σv 6.e
σ tanah = x(1+ )
B B
41,759 6 . 4,808
σ tanah = x(1+ )
18,04 18,04
Σv 6.e
σ tanah = x(1- )
B B
41,759 6 . 4,808
σ tanah = x(1- )
18,04 18,04
σ tanah = -1,39 < 76,373 t/m2 OK....
Banjir
σ = 76.373 t/m²
e= 5.8979
Σv 6.e
σ tanah = x(1+ )
B B
49,627 6 .5,8979
σ tanah = x(1+ )
18,04 18,04
σ tanah = 8,147 < 76,373 t/m2 OK....
Σv 6.e
σ tanah = x(1- )
B B
71,927 6 .5,65685
σ tanah = x(1- )
18,03 18,03
σ tanah = -2,65 < 76,373 t/m2 OK....
dengan data :
h= 8m
H
t=
10
8
t=
10
t = 0,8
B = 0,7 H
B = 0,7 . 8
B = 5,6 m
0,4
5
8
1
pa
ph
1,5 pp 3
0,8
4,6
5
7,2
1
6,2
pa
ph
pp 3
1 1 0,4
0,8
4,6 4
7,6
Contoh perhitungan :
W1 = B x H x F Bentuk x ϒ beton
W1 = 0,4 x 7,2 x 1 x 2400
W1 = 6912 kg
Contoh perhitungan :
W6 = B x H x F Bentuk x ϒ beton
W6 = 2,2 x 5,161 x 1/2 x 2200
W6 = 12489,62 Kg
1
Pa = x ϒ tanah x H2 x Ka
2
1
Pa = x 2200 x 5,734 x 0,4059
2
Pa = 2560 Kg/m
(1+sin ø )
Kp =
(1−sin ø )
(1+0,42262)
Kp =
(1−0,42262)
Kp = 2,4639
1
Pp = x ϒ air x H2 x Ka
2
1
Pp = x 1800 x 1,5977 x 2,4639
2
Pp = 3543 Kg/m
Ph = 212 Kg
1
pa
ph
2
pp 3
1,2
1,9
2,3
2,4
3,75
1
pa
ph
2
pp 3
0,333
0,661
5,928
184850,44
Fk guling = = 9,5826 > 1,5 OKE.....
19290,22
1 B
e = . B - X́ <
2 6
1 5,6
e = . 5,6 – 2,776 <
2 6
e = 0,024 m < 0,9333 m baik
DAFTAR PUSTAKA