BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja dalam ilmu konstruksi merupakan material yang sangat sering digunakan,
terutama dalam pembuatan struktur beton bertulang. Baja memiliki kemampuan yang
baik dalam menahan gaya tarik, sedangkan beton memiliki kemampuan yang baik
terhadap gaya tekan, sehingga baja digunakan sebagai tulangan dalam beton bertulang
agar menghasilkan suatu struktur yang memiliki kemampuan dalam menahan gaya
tekan dan gaya tarik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian tarik terhadap material baja
sehingga diketahui sifat-sifatnya dan dapat dipergunakan sesuai kemampuan baja
tersebut. Suatu konstruksi dikatakan baik apabila tidak mengalami deformasi jika
menerima suatu beban.Deformasi pada suatu konstruksi terjadi karena pembebanan
yang melampaui batas maksimum yang diizinkan.
Praktikum Mekanika Struktur ini dilakukan guna menunjang teori yang telah
diberikan pada matakuliah statika dan mekanika bahan. Dengan melaksanakan
praktikum ini, diharapkan praktikan dapat mengenal dan dapat menggunakan alat
pengujian tarik, mengetahui parameter-parameter pengujian dan menyadari
pentingnya pengujian suatu material yang dikaitkan dalam penggunaannya di
lapangan.
Seabad setelah ditemukannya, bahan baja telah banyak dikembangkan, baik dalam
sifat materialnya maupun dalam metode dan jenis penggunaannya. Beberapa struktur
baja yang dapat dicatat disini antara lain adalah jembatan gantung Humber Estuary di
Inggris, yang bentang utamanya sampai 4626 ft; menara radio di Polandia dengan
tinggi 2120 ft; dan Sears Tower di Chicago setinggi 109 tingkat (1454 ft).
Gambar 1.2 Kurva tegangan fy terhadap renggangan (ε) dalam skala yang
lebih besar
Dengan menambah bebannya, akan tercapai suatu titik pada saat regangan
sangat bertambah pada harga tegangan yang konstan. Tegangan pada saat halini terjadi
disebut tegangan leleh,fy.Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.fy, bahwa adalah
besarnya tegangan untuk daerah horizontal kurvategangan-regangan. Bagian kurva
mulai dari titik awal sampai limit proporsional disebut dengan selang elastis.
Pada desain demikian, hanya bagian kiri dari kurva yang diperlukan oleh
seorang perancang.Sekalipun demikian, perancang harus menyadari bahwa masih ada
selang tengangan-regangan yang dapat dialami oleh baja sebelum benar-benar
mengalami kegagalan tarik.
Pada gambar 1.2.terlihat bahwa apabila telah melampaui limit
proporsionalnya, baja tersebut akan masuk ke dalam selang plastis dan regangannya
akan konstan pada tegangan sebesar Fy. Pada saat baja ini terus meregang, lama-
kelamaan akan dicapai titik dimana kapasitas pikul bebannya bertambah. Fenomena
bertambahnya kekuatan ini disebut strain hardening.
Sekalipun desain elastis hingga saat ini masih merupakan cara yang banyak
digunakan, ada metode desain lain yang memperbolehkan sebagian dari penampang
elemen struktur mengalami tegangan Fy dan regangannya ada di dalam selang plastis.
Hal ini disebut dengan desain plastisSalah satu sifat bahan/material baja yang lain
yakni daktilitas, yakni kemampuan material baja mengalami deformasi sebelum
mengalami keruntuhan/collapse. Dari tinjauan desain struktural, material baja yang
menunjukkan perilaku daktil sangat diinginkan karena daerah plastisnya memberikan
arti sebagai ukuran cadangan kekuatan. Defleksi ini dengan jelas dapat terlihat dengan
mata, dan jauh lebih besar dibandingkan defleksi yang digunakan dalam desain
sehingga dapat dipakai sebagai peringatan akan adanya kegagalan.
Berdasarkan tinggi tegangan leleh, ASTM membagi baja dalam empat
kelompoksebagai berikut:
a) Carbon steels (baja karbon) dengan tegangan leleh 210—280 Mpa.
b) High-strength low-alloy steels (baja paduan rendah berkekuatantinggi)
dengantegangan leleh 280 – 490 Mpa.
c) Heat treated carbon and high-strength low alloy steels (baja paduan
rendahdengan perlakuan karbon panas) mempunyai tegangan leleh 322 – 700
Mpa.
d) Heat-treated constructional alloy steels (baja struktural paduan rendah dengan
perlakuan panas) dengan tegangan leleh 630 – 700 Mpa.
Untuk mengetahui tegangan leleh dan tegangan dasar dari bermacam – macam
baja struktural dapat diliaha pada tabel dibawah ini, dan yang dimaksud dan tegangan
lelah yaitu tegangan yang menyebabkan regangan sebesar 0,2%.
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai
berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa
Modulus geser : G = 80.000 Mpa
Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6/C0
keuletan baja yang diukur dari penyempitan tampang ataupun dari pertambahan
panjang, turun akibat penurunan temperatur. Lebih lanjut pada suatu temperatur
tertentu yang relatif rendah, baja struktural mungkin saja mengalami retak dengan
sedikit atau tanpa perubahan bentuk plastis.
Keretakan yang terjadi karena tegangan tarik yang lebih rendah dari tegangan
leleh, biasanya disebut dengan keretakan getas. Keretakan getas (brittle fracture)
umumnya terjadi pada baja struktural jika terdapat kombinasi hal-hal yang merugikan
dari tegangan tarik, antara lain laju regangan pengaruh temperatur dan perubahan
tampang secara mendadak. Perubahan bentuk plastis hanya dapat terjadi jika terdapat
tegangan geser. Tegangan geser selalu terjadi pada pembebanan secara uniaksial atau
biaksial, tetapi dalam tegangan triaksial dengan ketiga tegangan sama besar tegangan
geser menjadi nol. Oleh karena itu tegangan tarik triaksial cenderung mengakibatkan
keretakan getas, dan harus dihindari. Tegangan triaksial dapat terjadi pada
pembebanan uniaksial jika terdapat penyempitan tampang atau perubahan bentuk
tampang secara mendadak.
Keretakan getas dapat juga terjadi akibat pengerjaan secara dingin ataupun
penuaan regangan. Pembentukan secara dingin pengaruhnya dapat dikurangi dengan
memilih jari-jari pembentukan sedemikian sehingga regangan yang timbul terbatas.
Jika terdapat tegangan tarik sisa misalnya akibat pengelasan, maka tegangan
sisa ini dapat mengakibatkan tegangan yang jauh lebih besar dari tegangan akibat
pembebanan.
Lo
Do D
l SPECIMEN
Su =
1.9 Regangan
Regangan adalah perpanjangan dibagi dengan panjang benda semula.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 13
PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18
Dimana :
ε =Regangan L = panjang akhir
∆L = perpanjangan L0 = panjang awal
Dimana: P = gaya
E = modulus elastisitas
Jika benda yang bekerja pada batang uji diteruskan sampai di luar
bataselastisitas akan terjadi secara tiba-tiba, perpanjangan permanen dari suatu
bahanuji ini disebut Yield Point. Di mana tegangan meningkat sekalipun tidak
adapeningkatan tegangan, tentu saja beban sebenarnya ketika terjadi mulur.
Tetapigejala mulur memang terjadi pada baja.
Untuk beberapa logam non-ferro dan baja, yield point sukar diteliti.
Olehkarena itu, kekuatan mulurnya biasanya ditetapkan dengan metode
pergeseran.Metode ini berupa penarikan garis sejajar ke garis singgung awal kurva
teganganregangan. Garis ini dimulai dari pergeseran sembarang besarnya 0,2 %.
1.15 Keuletan
Adalah besarnya tegangan plastis sampai perpatahan dan dapat dinyatakan
dalam prosentase perpanjangan dan tidak berdimensi.
Adalah sifat bahan yang akan diukur pada batang yang ditarik hinggapatah,
dinyatakan dengan :
Dimana :
L0 = panjang benda mula-mula
L1 = panjang benda setelah putus
Elastisitas
Elastisitas adalah sifat dari suatu bahan dimana memiliki tingkat kelenturan
dan kemampuan untuk kembali ke bentuk semula.
Contoh paling mudah adalah karet gelang.apabila masih baru, maka ketika
kita menarik (memanjangkan) karet gelang tersebut kemudian kita lepaskan lagi,
maka karet gelang tersebut akan kembali ke bentuk semula.
Plastisitas
Suatu benda yang tidak dapat kembali ke bentuk awal dengan segera
setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan).
a. Keuntungan
Keuntungan bahan baja sebagai bahan konstruksi adalah sebagai berikut :
b. Kerugian
Sedangkan kerugian dari penggunaan baja sebagai bahan konstruksi adalah
sebagai berikut :
1. Tidak tahan terhadap karat, lebih – lebih pada konstruksi yang menyokong
menjadi menjadi terjadinya karat, seperti misalkan konstruksi menara air
yang terkena pengaruh udar luar, uap air, air embun, uap – uap asam dan
lain sebagainya.
2. Tidak tahan terhadap bahan kebakaran, walaupun baja itusendiri tidak dapat
dibaakar, tetapi sifat – sifat keteguhanya akan hilang pada suhu yang tinggi,
dan daya muat pada suhu 5000 c akan turun kira – kira seperduanya dari
kekuatan normal.
BAB II
PENGUJIAN TARIK
2.1 Tujuan Pengujian
Pengujian tarik terhadap suatu benda uji akan menghasilkan suatu diagram tarik, yaitu
diagram beban tarik terhadap perubahan panjang. Diagram tersebut kemudian dirubah
menjadi diagram tegangan-regangan.
= /4 . (8.84)2 = /4 . (9.15)2 ,
Pertambahan
Diameter Luasan Beban Tegangan Regangan
panjang
No.
Di L1 Ao Ai Pi = Pi / Ao = (ΔLi/Lo)
2 2
mm mm mm mm KN N/mm2 (%)
1 7.80 2.0 61.40 47.76 18.50 301.30 3.6
2 7.30 4.0 61.40 41.86 26.50 431.60 7.1
3 7.55 7.0 61.40 44.79 32.50 529.31 12.4
4 7.81 13.5 61.40 47.92 40.00 651.46 24.0
5 8.02 18.0 61.40 50.50 34.00 553.74 32
Keterangan :
I = Daerah Elastis
2.7 Analisa
Pada kenyataannya, spesimen tidak patah persis ditengah-tengah melainkanagak
kebagian samping, hal ini disebabkan:
1) Terjadinya tekanan yang lebih besar pada lekukan pada saat pengerjaan sehingga pada
bagian tersebut mudah mengalami patah.
2) Saat dilakukan percobaan, spesimen dalam posisi berdiri, sehingga gaya berat spesimen
cenderung lebih kebawah.
BAB III
DATA HASIL PENGUJIAN TARIK
Memakain bahan uji baja tulangan sirip D16 di penamaan SNI adalah S16
Diameter nominal Benda uji = 15,62 mm
Luas penampang nominal Benda uji = 1,888 cm2
Keliling nominal Benda uji = 4,871 mm
Berat nominal Benda uji = 1,482 kg/m
Tinggi sirip melintang maksimum = 0,70 d = 10,852 mm
Tinggi sirip minimum = 0,05 d = 0,775 mm
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d = 1,550 mm
E= = Dxi =
Keterangan :
E = Modulus Elastisitas P = Gaya
= Tegangan Lo = Panjang Awal
Rumus :
Perhitungan Regangan
Rumus : ε= x 100 %
= 3,6 %Q
= 7,1 %
= 12,4 %
= 24,4 %
= 32 %
Memakain bahan uji baja tulangan sirip D16 di penamaan SNI adalah S16
Diameter nominal Benda uji = 15,504 mm
Luas penampang nominal Benda uji = 1,888 cm2
Keliling nominal Benda uji = 4,871 mm
Berat nominal Benda uji = 1,482 kg/m
Tinggi sirip melintang maksimum = 0,70 d = 10,852 mm
Tinggi sirip minimum = 0,05 d = 0,775 mm
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d = 1,550 mm
σ1 = = 501,88 N/mm2
σ2 = = 517,09 N/mm2
σ3 = = 593,13 N/mm2
σ4 = = 577,92 N/mm2
σ5 = = 471,46 N/mm2
Perhitungan Regangan
3.2 Analisa
3.2.1 Analisa percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk bisa mengetahui mutu dari baja yangakan
digunakan untuk keperluan konstruksi. Mutu dari baja akan diuji dilaboratorium
agar kelayakan pakai dari baja tersebut dapat diketahui. Pada praktikum ini
dilakukan pengujian tarik untuk mengetahui berapa kekuatan tarik dari baja yang
akan kita uji, yang nantinya akan di gunakan dalam keperluan konstruksi.
Pengujian tekan tidak dapat dilakukan terhadap baja dikarenakan baja
adalah salah satu material yang tidak dapat menahan tekanan axial. Sebenarnya
baja memiliki kekuatan terhadap tekan namun salah satu sifat utama dari baja
adalah elastis ( elastisity ) yaitu kesanggupan untuk dalam batas – batas
Baja jenis ini memiliki ketahanan terhadap tarik yang kurang besar
karena gaya yang dapat ditahan tak terlalu besar.
Dihitung juga regangan dari masing-masing baja yag diuji. Untuk baja
ulir, regangan sebesar 18,736 %. Dari hasil ini juga dapat dikatakan kalau baja
dengan jenis ulir memiliki ketahanan terhadap tarik yang lebih tinggi.
Dari hasil yang ada, dapat dikatakan kalau baja ulir memiliki mutu yang
lebih baik. Hal ini dikarenakan oleh baja tulangan ulir memiliki bentuk
permukaan yang tidak rata ( adanya tonjolan) terhadap beton yangberfungsi
sebagai penahan selip antar baja tulangandengan beton dan meningkatkan
kapasitas lekatannya yang menahan gayatarik keluar.
Selain itu baja tulangan ulir juga untuk merubah perilaku yang
mengandalkan luaspermukaan atas gesekan dan adhesi dan lebih
mengandalkan ketahanannya dari tonjolan terhadap beton. Tegangan lelehbaja
tulangan ulir juga lebih besar akibat adanya tarikan pada permukaanbaja
tersebut sehingga menambah kekuatan baja itu sendiri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi dari uraian diatas maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
Dari hasil pengujian Kuat Tarik Benda Uji 1 dan Benda Uji 2 mencapai 478,28
N/mm2.
Nilai tersebut diambil Rata-Rata dari kedua sampel yang sama (Baja Ulir)
Nilai fy Benda Uji 1 = 439,74
Nilai fy Benda Uji 2 = 516,86
Maka, = 478,28
Kuat Luluh mencapai 644,425 N/mm2 . Nilai tersebut diambil Rata-Rata dari kedua
sampel yang sama (Baja Ulir)
Nilai fu Benda Uji 1 = 635,18
Nilai fu Benda Uji 2 = 653,67
Maka, = 644,425
Dan regangan didapat 16 %. Nilai tersebut diambil Rata-Rata dari sampel Baja 1
(Baja Ulir)
4.2 Saran
LAMPIRAN
Gambar benda uji setelah ditarik atau benda uji mengalami putus