Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas Irigasi dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) tingkatan,
yaitu :
1. Irigasi Teknis.
2. Irigasi Semi Teknis.
3. Irigasi Non-Teknis.
Dalam konteks Standarisasi Irigasi, hanya Irigasi Teknis saja yang
ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan di
sebagian besar proyek di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) unsur
fungsional pokok, yaitu :
1. Bangunan-bangunan utama (head work) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk.
2. Petak-petak tersier dengan sistem pembagi air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan kesawah-sawah dan
kelebihan air ditampung didalam petak tersier.
3. Sistem pembuangan yang ada diluar daerah irigasi dibuat untuk
membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

1.2. LATAR BELAKANG


Suatu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah
pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/penatus.
Saluran irigasi mengalirkan air sungai ke sawah-sawah, keselokan-selokan
pembuang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang

1
umumnya berkisar antara 50-100 hektar, kadang-kadang sampai 150
hektar.
Petak tersier menerima air dari suatu tempat dalam jumlah yang
sudah diukur dari suatu jaringan yang diatur oleh Dinas Pengairan.
Pembagian air didalam petak tersier diserahkan kepada para petani.
Jaringan saluran tersier dan kwarter mengalirkan air ke sawah.

1.3. DEFINISI, MAKSUD dan TUJUAN


Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan untuk keperluan
pertanian, membagi-bagikannya diantara petak-petak tanah secara teratur
dan kemudian membuangnya setelah dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Sarana yang diperlukan untuk pengadaan irigasi tersebut haruslah
ada tanah/lahan pertanian untuk tempat tumbuhnya tanaman, air untuk
kelangsungan hidup tanaman. Sedangkan sarana penunjangnya adalah
adanya sinar matahari, udara dan suhu. Untuk mengalirkan air dari
sumber air yang tersedia ke lahan yang dituju, diperlukan sarana
penghantar yang berupa sebuah pompa, saluran dan sebagainya. Sarana
penghantar yang berupa saluran yang dibuat di permukaan tanah adalah
paling ekonomis dan umumnya lebih disukai orang.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil maksudnya bahwa irigasi
adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan air bagi kehidupan
tanaman hingga diperoleh hasil produksi dari tanaman tersebut
semaksimal mungkin.
Mungkin tujuan utama dari Pengairan adalah untuk menambah air
pada tanah, hingga mampu menjamin tanaman tumbuh dengan baik, pada
saat air kurang atau tidak ada sama sekali, namun demikian disamping
tujuan utama tersebut masih ada tujuan lainnya yang tidak kurang
pentingnya.
Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah :
1. Membasahi Tanaman (Tujuan Utama).
Membasahi tanaman merupakan tujuan utama, hal ini bisa dimengerti
karena sebagian besar tubuh tanaman terdiri dari air (70-80% bahkan
sampai 96%).

2
Air yang sedemikian banyaknya itu harus setiap waktu tersedia dalam
tanah. Tinggi air hujan tidak selalu harus menyamai, bahkan harus
melebihi karena tidak semua tinggi air hujan berguna untuk tanaman.
Sebagian tinggi air hujan mengalir, sebagian menguap lagi
(Evapotranspirasi), sebagian terus meresap kedalam tanah (Perkolasi)
dan tidak bermanfaat untuk tanaman. Selain itu jatuhnya air hujan juga
tidak selalu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman dengan
meningkatnya umur tanaman.
Untuk mengatasi waktu-waktu kurang hujan dibutuhkan tambahan air,
yang bisa dicapai dengan mengadakan air pengairan, tanpa adanya
tambahan air ini, tanaman tidak akan memberikan hasil yang baik.
2. Memupuk Tanah.
Memupuk merupakan tujuan penting yang kedua setelah membasahi
tanah, bahkan ada kalanya merupakan tujuan utamanya. Sudah barang
tentu air harus mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman dan
cocok dengan keadaan tanahnya yang diperlukan ialah suspended load
dan Chemical load dari air yang dipakai dan harus diketahui sebelum
perencanaan pengairannya.
Suspended load biasanya berupa lumpur atau larutan lumpur yang
terkandung dalam air pengaliran tidak boleh lekas mengendap, tapi
sedapat mungkin merata pada daerah yang diairi.
Cepatnya mengendapan akan menyebabkan saluran menjadi lekas
dangkal dan petak pertanian yang ada dibawah petak pertama akan
menjadi kurang subur, karena air yang mengalirkan diatasnya telah
miskin lumpur. Pengendapan lumpur yang tepat akan memberikan hasil
yang lebih baik.
3. Kolmatase.
Kolmatase berarti memperbaiki tanah dengan mempertinggi dasar
dengan jalan memakai air yang banyak mengandung lumpur dan
membiarkan lumpur mengendap. Untuk kepentingan itu kecepatan air
dalam saluran harus besar, agar lumpur tidak mengendap sebelum
memasuki daerah yang hendak di kolmatase. Setelah masuk daerah

3
kolmatase, air meluas, kecepatan berkurang dan terjadi pengendapan
dan pengendapan ini diusahakan agar dapat merata.
Pengendapan biasanya terjadi terlebih dahulu pada tempat didekat
muara saluran, maka agar dapat mencapai berurut medan yang merata
diperlukan banyak bangunan dan saluran selalu mengalami
perpanjangan dan pencabangan. Dalam pembuatan bangunan dan
saluran hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga bila daerah
telah menjadi tinggi sesuai dengan yang dikehendaki dan dapat
dipergunakan untuk pertanian. Bangunan dan saluran dapat dipakai
terus untuk sistem pengairannya.
4. Mengatur Panas (Suhu) Tanah.
Baik dan tidaknya produksi serta mati dan hidupnya tanaman banyak
bergantung pada suhu udara. Menurut hasil percobaan yang dilakukan
di negeri Belanda suhu daerah pertanian tidak boleh lebih dari 10⁰C.
Untuk padi di daerah sub-tropis dalam percobaanya, Dr. J. Van Breda
de Haan memberikan angka sebagai berikut :
a. Padi akan tumbuh dengan baik antara suhu 12⁰-30⁰C.
b. Suhu 40⁰ pertumbuhan akan terlambat.
c. Pada suhu diatas 40⁰C tidak akan dapat bersemi.
5. Membersihkan Tanah.
Tujuan irigasi ini adalah untuk mematikan hama yang ada didalam
tanah, yang mana pemberantasannya dapat dicapai dengan memberikan
banyak air.
Kadar garam yang terkandung dalam tanah, yang jika dibiarkan saja
maka tanah akan terlalu asam untuk di tanami maka harus diberikan
banyak air (digenangi) agar kadar garam menurun.
6. Menambah Air Tanah.
Memberikan pengairan pada suatu daerah sebenarnya juga berarti
usaha untuk menambah air tanah. Air meresap kedalam tanah dan
bercampur dengan air tanah yang mengakibatkan permukaan air tanah
akan naik. Menaikan permukaan air tanah ini dilakukan dengan tujuan
antara lain menambah persediaan air minum di suatu kota.

4
BAB II
LANDASAN TEORI PERENCANAAN

2.1. PETA IKHTISAR


Peta Ikhtisar adalah bagaimana berbagai bagian dari suatu jaringan
irigasi saling berhubungan. Peta Ikhtisar proyek irigasi tersebut
memperhatikan :
1. Bangunan-bangunan Utama.
2. Jaringan dan Trase saluran Irigasi.
3. Lokasi Bangunan.
4. Petak-petak Primer, Sekunder, dan Tersier.
5. Batas-batas Daerah Irigasi.
6. Jaringan dan Trase Jalan.
7. Daerah-daerah yang tidak diari (misalnya desa-desa).
8. Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi dan
sebagainya).
Peta Ikhtisar umumnya dibuat berdasarkan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis kontour dengan skala 1 : 25.000. Peta
Ikhtisar detai yang biasanya disebut peta petak dipakai untuk perencanaan,
dibuat dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000.

2.2. PETAK TERSIER


Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak
tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan.
Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan
menjadi tanggungjawab petani yang bersangkutan dibawah bimbingan
pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Ukuran petak
tersier yang terlalu besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak
efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam suatu
petak, jenis tanaman dan topografi.

5
Didaerah daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal adalah
70-150 hektar. Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas
seperti misalnya parit, jalan, dan batas desa. Petak tersier dibagi menjadi
petak-petak kwarter, masing-masing seluas ≤ 8-15 hektar. Apabila keadaan
topografi memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar
atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan
memungkinkan pembagian air secara efisien. Panjang saluran tersier
sebaiknya ≤ 1500 m dalam kenyataannya kadang-kadang panjang saluran
ini mencapai 500-800 m.
Berdasarkan kriteria diatas maka perencanaan lay out dan trase
saluran dapat dibuat seperti pada gambar :
Skala Gambar = 1 : 5.000, sehingga 1 cm = 50 m,
ini berarti 1 cm² = 0,25 hektar.

2.3. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI


Debit kebutuhan air irigasi dihitung dengan persamaan :

C . NFR . A
Q=
e
Dimana :
Q : Debit Rencana = Liter/detik
C : Koefisien pengurangan/reduksi tanah
A : Luas daerah yang diairi = Hektar
e : Efisiensi irigasi secara keseluruhan

6
2.4. PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Perencanaan saluran irigasi akan direncanakan dengan pendekatan
Tabel De Voss dibawah ini :
Perhitungan b, h, V menurut De Voss

Q (m3/det) b/h V (m/dt) Talud K


0,00 – 0,15 1 0,25 – 0,30 1:1
0,15 – 0,30 1 0,30 – 0,35 1:1
0,30 – 0,40 1,5 0,35 – 0,40 1:1
0,40 -0,50 1,5 0,40 – 0,45 1:1
0,50 – 0,75 2 0,45 – 0,50 1:1 45
0,75 – 1,50 2 0,50 – 0,55 1:1
1,50 – 3,00 2,5 0,55 – 0,60 1:1
3,00 – 4,50 3 0,65 – 0,70 1 : 1,5

4,50 – 6,00 3,5 0,70 1 : 1,5


6,00 – 7,50 4 0,70 1 : 1,5
7,50 – 9,00 4,5 0,70 1 : 1,5 47,5
9,00 – 11,0 6 0,70 1 : 1,5

11,0 – 15,0 6 0,70 1:5


15,0 – 25,0 8 0,70 1:2 50
25,0 – 40,0 10 0,75 1:2
40,0 – 80,0 12 0,80 1:2

Sumber : Laporan Tugas Irigasi Mus Mulyadin STT Bima 2011

2.5. PERENCANAAN DIMENSI SALURAN


Dalam perencanaan dimensi saluran irigasi pada umumnya
mengunakan tahapan Rumus STRINKLER,
a. Debit aliran = Q = A . V (m3/det)
b. Dimana A = (b + m . h) h (m2)
c. Dimana h = -b ± √ b2 – 4 a.c

7
2.a
d. Jari-jari hidrolis = R = A/P, kemudian hasilnya dipangkat 4/3 (m)
e. Keliling basah = P = b + 2h √1 + m2
f. Persamaan kemiringan saluran = S = n2 . Q2
R4/3 . A2
g. Tinggi jagaan = W = C . h, dimana C = 0,46 (m)

2.6. PERENCANAAN BOX PEMBAGI


Box pembagi direncanakan dengan menggunakan Rumus :
Q = 1,17 . b . h3/2
Dimana : Q = Debit yang melalui ambang saluran (m 3/det)
b = lebar ambang (m), (0,30 – 0,60)

Anda mungkin juga menyukai