Anda di halaman 1dari 6

SISTEM TATA SALURAN

PADA PERTANIAN LAHAN BASAH

Oleh :
Muhammad Nasir (1507111580)
Muhammad Rizki (1507112779)
Dicki Yusman (1507117643)
Wan Muhammad Nurhud (1507123850)

ABSTRAK
Lahan basah atau dalam bahasa Inggris disebut wetland adalah wilayah-wilayah
di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau
musiman. Wilayah lahan basah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang
tergenangi oleh lapisan air yang dangkal atau tergenang. Digolongkan ke dalam
lahan basah ini di antaranya, adalah rawa-rawa termasuk juga rawa bakau, payau,
dan gambut. Dimana air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam
air tawar, payau juga air asin.
Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu
terisi dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang
baik. Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah
lahan basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu
memiliki kandungan air tetap, agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan
hasil panen yang berlimpah.
Dalam tulisan ini diuraikan peranan lahan basah dalam pertanian,dengan
menyajikan beberapa jaringan sistem tata saluran pada pertanian pertanian lahan
basah.

PENDAHULUAN
Pengelolaan air (atau sering disebut tata air) di lahan basah bukan hanya
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya banjir/genangan yang berlebihan di
musim hujan tetapi juga harus dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di
musim kemarau. Hal ini penting di samping untuk memperpanjang musim tanam,
juga untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat masam dan lahan gambut.
Pengelolaan air yang hanya semata-mata mengendalikan genangan di musim
hujan dengan membuat saluran drainase saja akan menyebabkan kekeringan di
musim kemarau. Ini prinsip penting yang harus diterapkan jika akan berhasil bertani
di lahan basah (gambut).
Pengelolaan tata air yang berada di tingkat petani dapat meliputi pembuatan
saluran-saluran keliling, pengatusan dan kemalir, tabat, dan pintu air. Pengelolaan
air di lahan gambut terutama dimaksudkan untuk mempertahankan muka air tanah
pada batas layak untuk tanaman pangan. Untuk padi, muka air tanah perlu
dipertahankan pada jeluk antara 30-40 cm dan untuk palawija 40-50 cm.

DEFINISI PERTANIAN LAHAN BASAH


Pertanian lahan basah merupakan jenis kegiatan pertanian yang memanfaatkan
lahan basah. Lahan basah yang dimaksud pada pertanian lahan basah ini adalah
lahan yang kontur tanahnya merupakan jenis-jenis tanah yang jenuh dengan air.
Itu artinya, tanah pada lahan pertanian basah ini memiliki kandungan air yang
tinggi, bahkkan tidak jarang lahan pertanian basah ini tergenang oleh air sepanjang
waktu. Atau bisa juga lahan pertanian basah ini tidak pernah mengalami kekeringan
yang berarti karena memiliki kandungan air yang berlimpah secara alami.
Adapun, sebuah pertanian lahan basah memiliki beberapa ciri-ciri dan juga
karakteristik tertentu. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dan juga
karakteristik tertentu dari sebuah pertanian lahan basah :
1. Memiliki kadar air yang tinggi
2. Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air
3. Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa
yang merupakan lahan basah musiman
4. Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil
5. Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air
6. Memiliki muka air tanah yang dangkal
7. Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada
tumbuhan air ataupun tumbuhan bakau
8. Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut
Ada beberapa lokasi yang bisa kita definisikan sebagai sebuah lahan pertanian
basah, meskipun beberapa diantaranya ada yang kurang cocok untuk dijadikan
sebagai sebuah lahan pertanian, seperti :
1. Persawahan
2. Lahan gambut
3. Rawa-rawa
4. Daerah payau dan juga hutan bakau
SISTEM TATA AIR PERTANIAN LAHAN BASAH
Sistem Hidrologi
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan
dalam penetapan sistem hidrologi ini adalah:
1. Kondisi Cuaca seperti curah hujan, musim hujan dan kemarau, arah dan
kecepatan angin, tingkat evaporasi dan sea tidal.
2. Kondisi Hidrologi (Water Catchment Areas).
3. Panjang dan kedalaman dari sungai, apabila lahan sangat berdekatan dengan
sungai yang ada.

Sistem Kanalisasi
Dalam merancang dan mendesain sistem kanalisasi, hal yang dilakukan adalah:
1. Menentukan jenis, bentuk, panjang dan volume kanal agar sistem kanal
dapat dipergunakan untuk kelancaran transportasi dan drainasi secara efektif
dan efisien. Pada umunya dinamakan kanal primer, sekunder, tertier dan
kolektor sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2. Mendesain dan merancang sistem tata air sedemikian rupa sehingga akan
mudah mendapatkan dan memonitor water level/table yang sesuai untuk
kebutuhan tanaman (misalnya tanaman sawit berkisar 60-80 cm).
3. Melakukan pembagian zona tata air (water zone). Pembagian zona suatu
wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan
utama dibentuknya pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah over
drain dan water log dan dapat menetapkan tinggi water table yang baik.
4. Penempatan Outlet. Outlet adalah saluran air yang berfungsi untuk
membuang kelebihan air dari suatu areal menuju keluar areal yaitu biasanya
menuju sungai atau laut. Pada outlet ini dibuat bangunan air. Data curah
hujan adalah faktor penting untuk mengetahui berapa debit air yang harus
dibuang dan dipertahankan.

Sistem Hidrolika
Pekerjaan yang dilakukan dalam hal ini adalah:
1. Merancang/mendesain dan memodifikasi sistem kanal sedemikian rupa serta
melakukan pendesainan bangunan air agar kelebihan air dapat dibuang
adalam keadaan air sungai/laut mengalami pasang surut. Dalam arti pada
kondisi air sungi/laut pasang air tidak akan masuk/ meggenangi lahan
sedangkan pada saat surut kelebihan air di lahan akan dibuang dengan
lancar, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
2. Dapat mengatur keseimbangan air di lahan sesuai dengan kebutuhan yaitu
membuang kelebihan air pada waktu hujan dan mempertahankan air yang
dibutuhkan pada saat musim kemarau.
3. Penempatan dan pembangunan Bangunan Air (Water Building)
Bangunan air berfungsi untuk mengatur keseimbangan air di lahan sesuai
dengan kebutuhan yaitu membuang kelebihan air pada waktu hujan dan
mempertahankan air yang dibutuhkan pada saat musim kemarau.
Sistem Lingkungan (environmental)
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan
dalam penetapan sistem lingkungan ini adalah:
1. Kondisi topografi areal (garis kontur)
2. Kondisi tata guna lahan.
3. Jenis tanah.
Meliputi pengamatan ketebalan dan kematangan gambut serta pendeteksian
terhadap kedalaman lapisan pirit, yang pada akhirnya akan diinventarisasikan
mengenai:
1. Sifat dan penyebaran jenis dan macam tanah secara visual.
2. Ketebalan gambut dan kematangan gambut.
3. Kedalaman lapisan pirit.

TATA AIR MAKRO DAN MIKRO


Tata Air Makro
Tata air makro adalah pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas dengan
cara membuat jaringan reklamasi sehingga keberadaan air bisa dikendalikan. Bisa
dikendalikan di sini berarti di musim hujan lahan tidak kebanjiran dan di musim
kemarau tidak kekeringan. Karena kawasannya yang luas, maka pembangunan dan
pemeliharaannya tidak dilaksanakan secara perorangan melainkan oleh
pemerintah, badan usaha swasta, atau oleh masyarakat secara kolektif.
Bangunan-bangunan yang umumnya ada dalam suatu kawasan reklamasi
adalah tanggul penangkis banjir, saluran intersepsi, retarder, saluran drainase, dan
saluran irigasi. Kegiatan pembangunan sarana tersebut sering disebut sebagai
reklamasi.
Tata Air Mikro
Tata air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini,
pengelolaan air dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan
pengaturan saluran kuarter dan saluran lain yang lebih kecil. Saluran tersier
umumnya dibangun oleh pemerintah tetapi pengelolaannya diserahkan kepada
petani.
Pengelolaan air di tingkat petani bertujuan untuk:
1. Mengatur agar setiap petani memperoleh air irigasi dan mebuang air
drainase secara adil. Untuk itu, diperlukan organisasi pengatur air di tingkat
desa.
2. Menciptakan kelembaban tanah di lahan seoptimum mungkin bagi
pertumbuhan tanaman serta mencegah kekeringan lahan sulfat masam dan
lahan gambut.

TATA AIR PADA SALURAN TERSIER DAN KUARTER


Saluran kuarter merupakan cabang saluran tersier dan berhubungan langsung
dengan lahan. Jika jarak antara saluran tersier dengan lahan cukup jauh, saluran
tersier tidak langsung berhubungan dengan saluran kuarter. Kedua saluran tersebut
dihubungkan oleh yang sering disebut sebagai saluran kuinter.
Saluran kuarter dibuat tegak lurus saluran tersier. Saluran ini sering pula
dijadikan sebagai batas kepemilikan lahan bila luas kepemilikan lahan terbatas (1-3
ha/orang). Cara membuat saluran ini sebagai berikut:
1. Saluran drainase dan irigasi dibuat berseling. Dengan demikian, setiap
kapling lahan berhubungan dengan saluran irigasi dan saluran drainase.
2. Saluran irigasi dibuat pada sepanjang batas kepemilikan lahan dengan
membuat tanggul pada sisi kanan-kiri saluran. Tanah tanggul berasal dari
lahan dan bukan dari galian saluran. Dengan demikian, ketinggian dasar
saluran minimal sama dengan ketinggian lahan, agar air irigasi dapat masuk
ke lahan. Ujung hulu saluran irigasi dipasang pintu stop log.
3. Saluran drainase kuarter dibuat dengan cara menggali tanah selebar 0,5 -
0,6 m sedalam 0,4 - 0,6 m di sepanjang batas kapling lahan pada sisi lain
saluran irigasi. Hasil galiannya ditimbun di kanan-kiri saluran sebagai
pematang/tanggul. Ujung muara (hilir) saluran dipasang pintu stoplog.

Kuarter merupakan saluran di luar pertanaman yang paling kecil. Di dalam


lahan, dibuat saluran drainse intensif yang terdiri atas saluran kolektor dan saluran
cacing. Posisi saluran kolektor dan saluran cacing ini tergantung pada penataan
lahan (lihat flyer seri 06: Memilih dan menata lahan rawa gambut). Pada lahan yang
ditata dengan sistem caren dan surjan, saluran drainase intensif dibuat setelah
selesai pembuatan caren dan surjan. Pada lahan yang ditata dengan sistem sawah
dan tegalan, pembuatan saluran setelah pengolahan tanah.
Saluran kolektor dibuat mengelilingi lahan dan tegak lurus saluran kuarter pada
setiap jarak
25-30 m. Ukuran saluran kolektor 40 x 40 cm dengan kedalaman 5-10 cm lebih
dangkal dari pada saluran kuarter. Saluran kolektor yang berhubungan dengan
saluran irigasi diberi pintu pada bagian hulu. Saluran kolektor yang berhubungan
dengan saluran drainase diberi pintu pada bagian hilir. Pintu cukup dibuat dengan
cara menggali tanggul, dan dapat ditutup sewaktu diperlukan dengan
menimbunnya kembali.
Saluran cacing dibuat tegak lurus saluran kolektor. Saluran ini dibuat setiap jarak
6-10 m dengan ukuran lebar 30 cm dan dalam 25-30 cm.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kegiatan pembukaan lahan basah merupakan pilihan yang tidak dapat
dielakkan, mengingat ketersediaan tanah mineral untuk kegiatan pertanian
skala besar semakin terbatas
2. Pengelolaan sistem tata air yang baik dapat memelihara kelembaban tanah
agar tidak terlalu kering di musim kemarau dan tidak terlalu basah di musim
hujan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki
kemasaman tanah serta menanggulangi asam-asam organik beracun. Dapat
menjaga keseimbangan air dan mengontrol water level / water table lahan
gambut sehingga resiko terjadinya subsiden akan terkurangi dan kebutuhan
air untuk tanaman terpenuhi.
3. Sistem tata air yang baik, dapat mengatur kebutuhan air untuk tanaman,
yaitu pada saat musim hujan lahan tidak kebanjiran dan pada saat musim
kemarau lahan tidak kekeringan. Hal ini akan mencegah pula terjadinya
penurunan pH gambut yang sangat drastis.

TINJAUAN PUSTAKA/SUMBER REFERENSI


Danarti, dkk. 1995. Studi Pengembangan Lahan Rawa Lebak. Puslitbangtrans.
Jakarta.
IPG Widjaja-Adhi, Didi Ardhi, dan Mansyur. 1993. Pengelolaan Lahan dan Air Lahan
Pasang Surut. Puslitbangtrans. Jakarta.
Najiyati, S., dkk. 1997. Studi Pengembangan Lahan Pasang Surut. Puslitbangtrans.
Jakarta.
http://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pertanian-lahan-basah-dan-lahan-kering
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://magicterangers.blogspot.com/2012/07/blog-post.html
https://heterometrus.files.wordpress.com/2008/01/peran-lahan-basah-dalam-
pengelolaan-das.pdf
http://engineeringsawit.blogspot.co.id/2013/05/tata-air-gambut.html

Anda mungkin juga menyukai