Anda di halaman 1dari 26

WATER MANAGEMENT DI

LAHAN GAMBUT
Contents

¶ Topik

1. Pengelolaan Tanah Gambut


2. Aplikasi Sistem Pengelolaan Tata Air
3. Pentingnya Sistem Tata Air untuk Lahan Gambut

¶ Kesimpulan

2
1. Pengelolaan Tanah Gambut
Tanah Gambut adalah :
akumulasi bahan organik hasil perombakan tidak sempurna sisa jaringan
tanaman pada suatu kondisi air yang berlimpah yang mengakibatkan
kekurangan oksigen (anaerob).

Data Source : Martti J. Mattikeinen - Finland 3


1.1 vegetasi hutan gambut memiliki struktur
sebagai berikut:

❑ Bagian tepi yang selalu tergenang, mendapat paling banyak nutrient sehingga
mendukung kehidupan pohon-pohon besar (dapat mencapai tinggi sampai 40 meter)
meskipun tidak banyak dan penutupan kanopi (tajuk) tidak penuh.
❑ Dataran tengah rawa, mendapat aliran air lebih sedikit daripada bagian tepi dan
dengan sendirinya memiliki kandungan nutrient lebih rendah. Kandungan nutrient yang
rendah akan membatasi pertumbuhan pohon sehingga tinggi pohon, diameter batang,
dan biomasa total per luas area semakin menurun ke arah tengah / pusat rawa.
❑ Bagian dalam rawa gambut biasanya ditumbuhi hutan batang (pole forest) yang sangat
rapat, dengan diameter batang pada umumnya kurang dari 30 cm dan tinggi tajuk tak
lebih dari 15 meter.
❑ Bagian terkering dari kubah gambut (peat domes) biasanya ditumbuhi belukar dengan
pohon-pohon yang yang tingginya tak lebih dari 15 cm.

6/3/2021 4
1.2 Sifat-Sifat Gambut

Sifat sifat-fisik areal gambut adalah:


- Water table tinggi
- Porositas tinggi
- Kapasitas ketahanan rendah
- Kerapatan tanah rendah
Sifat-sifat kimia areal gambut adalah:
- PH rendah
- Kesuburan rendah
- Kapasitas tukar kation tinggi
- Perbandingan C/N tinggi

6/3/2021 5
1.3 Tipe Gambut

1. Gambut Topogen
Gambut topogen adalah gambut yang dibentuk pada depresi topografi tersebut
mengandung air yang berasal dari humifikasi sisa-sisa tumbuhan yang semasa
hidupnya tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh air permukaan tanah, sehingga
kadar abunya dipengaruhi oleh elemen-elemen yang terbawa oleh air permukaan
tersebut.

6/3/2021 6
TOPOGENOUS PEAT
1.3 Tipe Gambut
Topogenous
1.3 Tipe Gambut

2. Gambut Ombrogen
Lahan gambut omrogen terbentuk akibat sedimentasi pantai dengan
proses yang cukup lama ribuan hingga jutaan tahun dimana sedimentasi
itu ditumbuhi bakau, nyirih, dan api-api, kemudian ditumbuhi pulai,
jelutung, dll, sehingga menjadi hutan alam setelah tidak terpengaruh lagi
oleh pasang surut air laut.

6/3/2021 8
OMBROGENOUS 1.3
PEATTipe Gambut
Ombrogenous

Sei. Mendahara

District 7
Sei. Lagan
Sei. Batanghari
Sei. Plabi
2. APLIKASI SISTEM PENGELOLAAN TATA AIR

Ada beberapa konsep-konsep dasar yang harus diperhatikan untuk


perencanaan dan pembuatan sistem tata air pada daerah gambut dalam
membantu pengelolaan hutan tanaman industri yaitu:

1. Sistem Hidrologi
2. Sistem Kanalisasi
3. Sistem Hidrolika
4. Sistem Lingkungan (environmental)

6/3/2021 10
2.1 Sistem Hidrologi

Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan
dalam penetapan sistem hidrologi ini adalah:

❑ Kondisi Cuaca seperti curah hujan, musim hujan dan kemarau, arah dan
kecepatan angin, tingkat evaporasi dan sea tidal.
❑ Kondisi Hidrologi (Water Catchment Areas).
❑ Panjang dan kedalaman dari sungai, apabila lahan sangat berdekatan
dengan sungai yang ada.

6/3/2021 11
2.2 Sistem Kanalisasi

Dalam merancang dan mendesain sistem kanalisasi, hal yang dilakukan adalah:

a. Menentukan jenis, bentuk, panjang dan volume kanal agar sistem kanal
dapat dipergunakan untuk kelancaran transportasi dan drainasi secara efektif
dan efisien. Pada umumnya dinamakan kanal primer, sekunder, tertier dan
kolektor sesuai dengan fungsinya masing-masing.
b. Mendesain dan merancang sistem tata air sedemikian rupa sehingga akan
mudah mendapatkan dan memonitor water level/table yang sesuai untuk
kebutuhan tanaman (misalnya HTI berkisar 60 – 120 Cm).
c. Melakukan pembagian zona tata air (water zone). Pembagian zona suatu
wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan
utama dibentuknya pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah over drain
dan water log dan dapat menetapkan tinggi water table yang baik.
d. Penempatan Outlet. Outlet adalah saluran air yang berfungsi untuk
membuang kelebihan air dari suatu areal menuju keluar areal yaitu biasanya
menuju sungai atau laut. Pada outlet ini dibuat bangunan air. Data curah hujan
adalah faktor penting untuk mengetahui berapa debit air yang harus dibuang
dan dipertahankan.

6/3/2021 12
2.2 Sistem Kanalisasi
Desain Kerapatan Kanal
Standar kerapatan kanal per-hektar lahan
1. Kanal primer 5 meter – 7 meter.
2. Kanal sekunder 17 meter – 20 meter.
3. Parit tersier 77,6 meter – 80 meter ( disesuaikan dengan situasional lapangan )
• Kanal primer disesuaikan dengan kebutuhan transportasi dan drainase serta luasan
zona tata air.

• Kanal sekunder dengan jarak antar sekunder 500 meter menuju ke kanal primer.
• Kanal kolektor ditempatkan memotong atau tegak lurus diujung parit tersier menuju
titik pembuangan dengan jarak antar kolektor 250 m dari kanal sekunder.

• Kanal tersier dengan jarak antar tersier 125 meter dan arah aliran mengikuti
kemiringan lahan menuju kolektor.

• Kanal batas ditempatkan disepanjang batas luar areal HTI.


• Kanal outlet sebagai kanal pembuangan kelebihan air dari lahan pada umumnya
13
menuju sungai, laut, atau ketempat yang lebih rendah dari lahan.
2.3 Sistem Hidrolika

Pekerjaan yang dilakukan dalam hal ini adalah:

a. Merancang/mendesain dan memodifikasi sistem kanal sedemikian rupa serta


melakukan pendesainan bangunan air agar kelebihan air dapat dibuang
adalam keadaan air sungai/laut mengalami pasang surut. Dalam arti pada
kondisi air sungi/laut pasang air tidak akan masuk/ meggenangi lahan
sedangkan pada saat surut kelebihan air di lahan akan dibuang dengan lancar,
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
b. Dapat mengatur keseimbangan air di lahan sesuai dengan kebutuhan yaitu
membuang kelebihan air pada waktu hujan dan mempertahankan air yang
dibutuhkan pada saat musim kemarau.
c. Penempatan dan pembangunan Bangunan Air (Water Building)
Bangunan air berfungsi untuk mengatur keseimbangan air di lahan sesuai
dengan kebutuhan yaitu membuang kelebihan air pada waktu hujan dan
mempertahankan air yang dibutuhkan pada saat musim kemarau.

6/3/2021 14
2.3 Sistem Hidrolika
Jenis-jenis bangunan air serta fungsinya adalah sebagai berikut:
❑ Water gate:
· Membuang kelebihan air dengan mengatur pintu atau sebagai pengatur elevasi muka air dengan
cara mengeluarkan kelebihan air pada kanal. Dibangun di outlet ke sungai/laut.
· Alat pengatur/kendali untuk megeluarkan kelebihan volume air dan tetap mempertahankan level
jumlah air di kanal selama musim kering dan hujan.
❑ Overflow:
· Bangunan pelimpah yang berfungsi untuk membuang kelebihan air (sisa) dari areal. Dibangun
dibatas zona tata air atau di outlet ke sungai/laut.
· Untuk mengeluarkan kelebihan air dari satu zona ke zona lainnya dan mengatur water level di
kanal.
❑ Bendungan (Blockage): Sebagai pemisah antara zona yang satu dengan zona lainnya. Juga
berfungsi sebagai memblok/menahan/menutup air agar aliran air pada kanal terhenti.
❑ Pintu Klep: Bangunan air yang dipasang pada areal yang terdampak pasang surut yang berfungsi
membatasi masuknya air pasang dari sungai/laut ke areal konsesi.
❑ Gorong-gorong: Suatu saluran air yang menghubungkan aliran air dari suatu tempat ke tempat
lainnya yang terhalang oleh suatu pembatas misalnya jalan, tanggul, dll.
❑ Sedimentation Pond: Sebagai Kanal/saluran air yang berfungsi untuk menjaga kualitas air yang di
buang dari lahan. Air dari lahan sebelum di lepas ke sungai atau Laut di saring/diendapkan di
Sediment Pond agar sampah dan Senyawa-senyawa organik yang beracun dapat di endapkan
terlebih dahulu di dalam Sedimen Pond

Ada beberapa perhitungan yang dilakukan dalam sistem hidrolika ini adalah:
a. Perhitungan kekuatan struktur bangunan dan elevasi mercu dari bangunan.
b. Perhitungan debit drainase
c. Perhitungan volume kelebihan air yang dibuang.
15
6/3/2021
2.3 Sistem Hidrolika

Water Balance Calculation:


a
Debit Air (Q) = M3/detik
t
Kecepatan Aliran/Water Velocity(v) = M/detik
Luas Penampang Basah (A) = M2 b

Waktu (t) = Detik A = ½.(a+b).t

v (m/det)

Q=vxA t (detik)

s (m)

v=s/t

6/3/2021 16
2.3 Sistem Hidrolika

Water Zone dibentuk atas dasar pertimbangan :


1. Peta Topografi ( Kontur)
2. Water Catchment Area
3. Pengaruh dari air Inlet (air yang masuk ke areal kita kelola)
4. Daya Kapasitas Outlet

Q inlet Catchment Area

Q Outlet

6/3/2021 17
2.4 Sistem Lingkungan

Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam
penetapan sistem lingkungan ini adalah:

❑ Kondisi topografi areal (garis kontur)


Memberikan gambaran kondisi alam areal yang dipetakan seperti, bentuk relief
tanah, luas areal, kondisi alam yang ada seperti sungai, kampung, vegetasi dan
lain-lain.

❑ Kondisi tata guna lahan.

❑ Jenis tanah.
Meliputi pengamatan ketebalan dan kematangan gambut serta pendeteksian
terhadap kedalaman lapisan pirit, yang pada akhirnya akan diinventarisasikan
mengenai:

· Sifat dan penyebaran jenis dan macam tanah secara visual.


· Ketebalan gambut dan kematangan gambut.
· Kedalaman lapisan pirit.

6/3/2021 18
2.4 Sistem Lingkungan
MITIGASI LINGKUNGAN

Sedimentation Pond

❑ Mengurangi Tingkat Sedimentasi di lokasi kanal-kanal Outlet dan Aliran Sungai.


❑ Menjaga tingkat kualitas air yang keluar dari areal konsesi HTI yang kita kelola
❑ Sebagai Instrument di lapangan dalam sistem Pengelolaan Areal HTI Rawa
Gambut yang Ramah Lingkungan

Sedimentation Pond Outflow


Outlet simpang kiri D7
2.4 Sistem Lingkungan
MONITORING RECORD
MITIGASI LINGKUNGAN
WATER LEVEL MONITORING

Water Level adalah adalah beda tinggi antara muka air dalam kanal
dengan permukaan tanah asli (ground area)

Safe Range 60 – 120 cm

Water Level

CANAL CANAL

Monitoring
Water Level Di
Lapangan

20
6/3/2021
2.4 Sistem Lingkungan
MONITORING RECORD
MITIGASI LINGKUNGAN
WATER TABLE MONITORING
Water Table adalah adalah beda tinggi antara muka air dalam lahan
dengan permukaan tanah asli (ground area).
Monitoring dilakukan pada :
1. Permanen Plot Water Table (PPWT) /Piezometer

Safe Range 40 – 100 cm

Water Table

CANAL CANAL

Monitoring
Water Table
Di Lapangan
Pada PPWT
21
6/3/2021
2.4 Sistem Lingkungan
MONITORING RECORD
MITIGASI LINGKUNGAN
Permanent Plot Monitoring Water Table Reeport
SUBSIDENCE AND
2.4 WATER
Sistem QUALITY
Lingkungan
MONITORING RECORD
MONITORING
MITIGASI LINGKUNGAN

Peat Subsidence Monitoring

Water Quality Monitoring


( Water Quality is in accordance
with the quality standard threshold
(base on Indonesian government
regulation)
3. PENTINGNYA SISTEM TATA AIR
UNTUK LAHAN GAMBUT
3.1 Isu Pengolahan Lahan Gambut
Isu yang sudah mendunia perihal pengelolaan lahan gambut antara lain adalah:
a) Subsiden, yaitu terjadinya penurunan permukaan lahan gambut diakibatkan
karena sistem drainase yang salah, bahan gambut (nutrient) dan adanya
pemanenan di lahan gambut itu sendiri (rotation of crop).

b) Poor accessibility yang diakibatkan water table yang tinggi.


c) Resiko kebakaran (fire hazard) yang diakibatkan kandungan organik, wood
debris, dll.
d) Gambut memiliki sifat kering tak balik (irreversible dryness) disebabkan karena
struktur tanahnya. 24
6/3/2021
3. PENTINGNYA SISTEM TATA AIR
UNTUK LAHAN GAMBUT
3.2 Pentingnya Sistem Tata Air

Berdasarkan isu di atas maka dibutuhkanlah suatu sistem pengelolaan lahan gambut yang baik dan benar,
yang paling utama adalah pengaturan tata airnya dengan cara smart design system water management.
Pengelolaan sistem tata air pada lahan gambut sangat mutlak dibutuhkan dan penting sekali, karena:

1. Dapat memelihara kelembaban tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki
kemasaman tanah serta menanggulangi asam-asam organik beracun.

2. Dapat menjaga keseimbangan air dan mengontrol water level / water table lahan gambut sehingga resiko
terjadinya subsiden akan terkurangi dan kebutuhan air untuk tanaman terpenuhi.

3. Dapat mengatur kebutuhan air untuk tanaman

4. Dapat mengurangi terjadinya resiko kebakaran pada lahan, karena sistem drainase diatur sedemikian rupa
dan sangat terjaga sekali.

5. Dapat mengatur air pada lahan gambut yang dipengaruhi oleh pasang-surut

6. Dapat meminimalisir tingkat sedimentasi yang terjadi di outlet pembuangan yang akan bermuara ke sungai

25
6/3/2021
Kesimpulan
1. Dalam Pengelolaan sistem tata air di areal gambut, perlu memperhatikan konsep-
konsep dasar sistem tata air yang meliputi :
a.Sistem Hidrologi
b.Sistem Kanalisasi
c.Sistem Hidrolika
d.Sistem Lingkungan

2. Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam
penetapan sistem lingkungan adalah kondisi topografi, kondisi tata guna lahan dan
jenis tanah.

3. Mitigasi lingkungan yang mendukung jalannya sistem pengelolaan tata air HTI di
areal gambut meliputi sedimentation pond, Water Level & Water Table monitoring,
Peat Subsidence monitoring dan Water Qualitiy Monitoring.

4. Sistem pengelolaan tata air di areal gambut sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
areal HTI, karena fungsinya dapat memelihara kelembaban tanah, meningkatkan
kesuburan tanah, menjaga keseimbangan air dengan mengontrol water level / water
table lahan gambut, dapat mengatur kebutuhan air untuk tanaman, dapat
mengurangi terjadinya resiko kebakaran pada lahan, dapat mengatur air pada lahan
gambut yang dipengaruhi oleh pasang-surut dan dapat meminimalisir tingkat
sedimentasi yang terjadi di outlet pembuangan yang akan bermuara ke sungai
6/3/2021 26

Anda mungkin juga menyukai