LAHAN GAMBUT
Contents
¶ Topik
¶ Kesimpulan
2
1. Pengelolaan Tanah Gambut
Tanah Gambut adalah :
akumulasi bahan organik hasil perombakan tidak sempurna sisa jaringan
tanaman pada suatu kondisi air yang berlimpah yang mengakibatkan
kekurangan oksigen (anaerob).
❑ Bagian tepi yang selalu tergenang, mendapat paling banyak nutrient sehingga
mendukung kehidupan pohon-pohon besar (dapat mencapai tinggi sampai 40 meter)
meskipun tidak banyak dan penutupan kanopi (tajuk) tidak penuh.
❑ Dataran tengah rawa, mendapat aliran air lebih sedikit daripada bagian tepi dan
dengan sendirinya memiliki kandungan nutrient lebih rendah. Kandungan nutrient yang
rendah akan membatasi pertumbuhan pohon sehingga tinggi pohon, diameter batang,
dan biomasa total per luas area semakin menurun ke arah tengah / pusat rawa.
❑ Bagian dalam rawa gambut biasanya ditumbuhi hutan batang (pole forest) yang sangat
rapat, dengan diameter batang pada umumnya kurang dari 30 cm dan tinggi tajuk tak
lebih dari 15 meter.
❑ Bagian terkering dari kubah gambut (peat domes) biasanya ditumbuhi belukar dengan
pohon-pohon yang yang tingginya tak lebih dari 15 cm.
6/3/2021 4
1.2 Sifat-Sifat Gambut
6/3/2021 5
1.3 Tipe Gambut
1. Gambut Topogen
Gambut topogen adalah gambut yang dibentuk pada depresi topografi tersebut
mengandung air yang berasal dari humifikasi sisa-sisa tumbuhan yang semasa
hidupnya tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh air permukaan tanah, sehingga
kadar abunya dipengaruhi oleh elemen-elemen yang terbawa oleh air permukaan
tersebut.
6/3/2021 6
TOPOGENOUS PEAT
1.3 Tipe Gambut
Topogenous
1.3 Tipe Gambut
2. Gambut Ombrogen
Lahan gambut omrogen terbentuk akibat sedimentasi pantai dengan
proses yang cukup lama ribuan hingga jutaan tahun dimana sedimentasi
itu ditumbuhi bakau, nyirih, dan api-api, kemudian ditumbuhi pulai,
jelutung, dll, sehingga menjadi hutan alam setelah tidak terpengaruh lagi
oleh pasang surut air laut.
6/3/2021 8
OMBROGENOUS 1.3
PEATTipe Gambut
Ombrogenous
Sei. Mendahara
District 7
Sei. Lagan
Sei. Batanghari
Sei. Plabi
2. APLIKASI SISTEM PENGELOLAAN TATA AIR
1. Sistem Hidrologi
2. Sistem Kanalisasi
3. Sistem Hidrolika
4. Sistem Lingkungan (environmental)
6/3/2021 10
2.1 Sistem Hidrologi
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan
dalam penetapan sistem hidrologi ini adalah:
❑ Kondisi Cuaca seperti curah hujan, musim hujan dan kemarau, arah dan
kecepatan angin, tingkat evaporasi dan sea tidal.
❑ Kondisi Hidrologi (Water Catchment Areas).
❑ Panjang dan kedalaman dari sungai, apabila lahan sangat berdekatan
dengan sungai yang ada.
6/3/2021 11
2.2 Sistem Kanalisasi
Dalam merancang dan mendesain sistem kanalisasi, hal yang dilakukan adalah:
a. Menentukan jenis, bentuk, panjang dan volume kanal agar sistem kanal
dapat dipergunakan untuk kelancaran transportasi dan drainasi secara efektif
dan efisien. Pada umumnya dinamakan kanal primer, sekunder, tertier dan
kolektor sesuai dengan fungsinya masing-masing.
b. Mendesain dan merancang sistem tata air sedemikian rupa sehingga akan
mudah mendapatkan dan memonitor water level/table yang sesuai untuk
kebutuhan tanaman (misalnya HTI berkisar 60 – 120 Cm).
c. Melakukan pembagian zona tata air (water zone). Pembagian zona suatu
wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan
utama dibentuknya pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah over drain
dan water log dan dapat menetapkan tinggi water table yang baik.
d. Penempatan Outlet. Outlet adalah saluran air yang berfungsi untuk
membuang kelebihan air dari suatu areal menuju keluar areal yaitu biasanya
menuju sungai atau laut. Pada outlet ini dibuat bangunan air. Data curah hujan
adalah faktor penting untuk mengetahui berapa debit air yang harus dibuang
dan dipertahankan.
6/3/2021 12
2.2 Sistem Kanalisasi
Desain Kerapatan Kanal
Standar kerapatan kanal per-hektar lahan
1. Kanal primer 5 meter – 7 meter.
2. Kanal sekunder 17 meter – 20 meter.
3. Parit tersier 77,6 meter – 80 meter ( disesuaikan dengan situasional lapangan )
• Kanal primer disesuaikan dengan kebutuhan transportasi dan drainase serta luasan
zona tata air.
• Kanal sekunder dengan jarak antar sekunder 500 meter menuju ke kanal primer.
• Kanal kolektor ditempatkan memotong atau tegak lurus diujung parit tersier menuju
titik pembuangan dengan jarak antar kolektor 250 m dari kanal sekunder.
• Kanal tersier dengan jarak antar tersier 125 meter dan arah aliran mengikuti
kemiringan lahan menuju kolektor.
6/3/2021 14
2.3 Sistem Hidrolika
Jenis-jenis bangunan air serta fungsinya adalah sebagai berikut:
❑ Water gate:
· Membuang kelebihan air dengan mengatur pintu atau sebagai pengatur elevasi muka air dengan
cara mengeluarkan kelebihan air pada kanal. Dibangun di outlet ke sungai/laut.
· Alat pengatur/kendali untuk megeluarkan kelebihan volume air dan tetap mempertahankan level
jumlah air di kanal selama musim kering dan hujan.
❑ Overflow:
· Bangunan pelimpah yang berfungsi untuk membuang kelebihan air (sisa) dari areal. Dibangun
dibatas zona tata air atau di outlet ke sungai/laut.
· Untuk mengeluarkan kelebihan air dari satu zona ke zona lainnya dan mengatur water level di
kanal.
❑ Bendungan (Blockage): Sebagai pemisah antara zona yang satu dengan zona lainnya. Juga
berfungsi sebagai memblok/menahan/menutup air agar aliran air pada kanal terhenti.
❑ Pintu Klep: Bangunan air yang dipasang pada areal yang terdampak pasang surut yang berfungsi
membatasi masuknya air pasang dari sungai/laut ke areal konsesi.
❑ Gorong-gorong: Suatu saluran air yang menghubungkan aliran air dari suatu tempat ke tempat
lainnya yang terhalang oleh suatu pembatas misalnya jalan, tanggul, dll.
❑ Sedimentation Pond: Sebagai Kanal/saluran air yang berfungsi untuk menjaga kualitas air yang di
buang dari lahan. Air dari lahan sebelum di lepas ke sungai atau Laut di saring/diendapkan di
Sediment Pond agar sampah dan Senyawa-senyawa organik yang beracun dapat di endapkan
terlebih dahulu di dalam Sedimen Pond
Ada beberapa perhitungan yang dilakukan dalam sistem hidrolika ini adalah:
a. Perhitungan kekuatan struktur bangunan dan elevasi mercu dari bangunan.
b. Perhitungan debit drainase
c. Perhitungan volume kelebihan air yang dibuang.
15
6/3/2021
2.3 Sistem Hidrolika
v (m/det)
Q=vxA t (detik)
s (m)
v=s/t
6/3/2021 16
2.3 Sistem Hidrolika
Q Outlet
6/3/2021 17
2.4 Sistem Lingkungan
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam
penetapan sistem lingkungan ini adalah:
❑ Jenis tanah.
Meliputi pengamatan ketebalan dan kematangan gambut serta pendeteksian
terhadap kedalaman lapisan pirit, yang pada akhirnya akan diinventarisasikan
mengenai:
6/3/2021 18
2.4 Sistem Lingkungan
MITIGASI LINGKUNGAN
Sedimentation Pond
Water Level adalah adalah beda tinggi antara muka air dalam kanal
dengan permukaan tanah asli (ground area)
Water Level
CANAL CANAL
Monitoring
Water Level Di
Lapangan
20
6/3/2021
2.4 Sistem Lingkungan
MONITORING RECORD
MITIGASI LINGKUNGAN
WATER TABLE MONITORING
Water Table adalah adalah beda tinggi antara muka air dalam lahan
dengan permukaan tanah asli (ground area).
Monitoring dilakukan pada :
1. Permanen Plot Water Table (PPWT) /Piezometer
Water Table
CANAL CANAL
Monitoring
Water Table
Di Lapangan
Pada PPWT
21
6/3/2021
2.4 Sistem Lingkungan
MONITORING RECORD
MITIGASI LINGKUNGAN
Permanent Plot Monitoring Water Table Reeport
SUBSIDENCE AND
2.4 WATER
Sistem QUALITY
Lingkungan
MONITORING RECORD
MONITORING
MITIGASI LINGKUNGAN
Berdasarkan isu di atas maka dibutuhkanlah suatu sistem pengelolaan lahan gambut yang baik dan benar,
yang paling utama adalah pengaturan tata airnya dengan cara smart design system water management.
Pengelolaan sistem tata air pada lahan gambut sangat mutlak dibutuhkan dan penting sekali, karena:
1. Dapat memelihara kelembaban tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki
kemasaman tanah serta menanggulangi asam-asam organik beracun.
2. Dapat menjaga keseimbangan air dan mengontrol water level / water table lahan gambut sehingga resiko
terjadinya subsiden akan terkurangi dan kebutuhan air untuk tanaman terpenuhi.
4. Dapat mengurangi terjadinya resiko kebakaran pada lahan, karena sistem drainase diatur sedemikian rupa
dan sangat terjaga sekali.
5. Dapat mengatur air pada lahan gambut yang dipengaruhi oleh pasang-surut
6. Dapat meminimalisir tingkat sedimentasi yang terjadi di outlet pembuangan yang akan bermuara ke sungai
25
6/3/2021
Kesimpulan
1. Dalam Pengelolaan sistem tata air di areal gambut, perlu memperhatikan konsep-
konsep dasar sistem tata air yang meliputi :
a.Sistem Hidrologi
b.Sistem Kanalisasi
c.Sistem Hidrolika
d.Sistem Lingkungan
2. Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam
penetapan sistem lingkungan adalah kondisi topografi, kondisi tata guna lahan dan
jenis tanah.
3. Mitigasi lingkungan yang mendukung jalannya sistem pengelolaan tata air HTI di
areal gambut meliputi sedimentation pond, Water Level & Water Table monitoring,
Peat Subsidence monitoring dan Water Qualitiy Monitoring.
4. Sistem pengelolaan tata air di areal gambut sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
areal HTI, karena fungsinya dapat memelihara kelembaban tanah, meningkatkan
kesuburan tanah, menjaga keseimbangan air dengan mengontrol water level / water
table lahan gambut, dapat mengatur kebutuhan air untuk tanaman, dapat
mengurangi terjadinya resiko kebakaran pada lahan, dapat mengatur air pada lahan
gambut yang dipengaruhi oleh pasang-surut dan dapat meminimalisir tingkat
sedimentasi yang terjadi di outlet pembuangan yang akan bermuara ke sungai
6/3/2021 26