2
MATERI 4 ILUSTRASI IMPLEMENTASI PSDAT
4.1 Konservasi Sumber Daya Air
4.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air
4.3 Pengendalian Daya Rusak Air
4.4 Pemberdayaan Masyarakat
4.5 Rangkuman
3
MATERI I
PENGERTIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
4
Gambar I.1 - Siklus/daur hidrologi
5
dilandasi kesamaan pemahaman dari mana datangnya air, bagaimana
memanfaatkannya, dan ke mana perginya air”.
b. Terkait dengan air dan sumber daya air dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Air : semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, seperti air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada
di darat
2. Sumber air : tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah
3. Daya air : potensi yang terkandung dalam air dan atau sumber daya air
yang dapat member manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan manusia
dan lingkungannya
4. Sumber daya air : air, sumber air, dan daya air yang dikandung di
dalamnya.
6
5. Pengelolaan sumber daya air tidak hanya difokuskan pada pembangunan
dalam sumber daya air tetapi harus menjamin tersedianya sumber daya air
yang berkelanjutan.
7
2. Pelayanan Air Bersih
Mengacu pada perhitungan WHO (2010), kebutuhan air adalah 20 liter per
individu per hari. Dengan asumsi pada akhir tahun 2014 penduduk
Indonesia 252 juta, maka per hari jumlah air yang dikonsumsi oleh
penduduk Indonesia adalah 7,56 mili liter; bahkan dalam 10 tahun
berikutnya di mana penduduk diprediksi sebesar 285 juta, maka jumlah air
yang dikonsumsi per hari menjadi 8,55 mili liter.
3. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam ketika sungai tersebut tidak dapat
menampung limpahan air hujan karena proses infiltrasi mengalami
penurunan. Gejala banjir yang terasa semakin sering frekuensinya serta
membesar dimensinya disebabkan karena degradasi Daerah Aliran Sungai
yang menurunkan kapasitas infiltrasi dan meningkatnya koefisien aliran
permukaan.
4. Pencemaran
Berbagai pencemaran lingkungan saat ini melanda di muka bumi akibat dari
bertambahnya industri di mana banyak pabrik yang dibangun dan
menyebabkan berbagai jenis polusi.
8
Pencemaran air adalah perubahan zat atau kandungan di dalam air baik itu
air yang ada di sungai, danau ataupun air di lautan luas bahkan saat ini juga
sudah terdapat pencemaran pada air tanah. Dari pengamatan ternyata
penyebab pencemaran air ini lebih banyak diakibatkan oleh ulah manusia.
Sungai Citarum adalah sungai yang paling tercemar berat. Limbah industri
menjadi penyebab tercemarnya sungai. Tidak kurang terdapat 500 pabrik
yang berada di sepanjang aliran sungai Citarum.
5. Degradasi DAS
Dengan adanya pertambahan penduduk memerlukan lahan baik untuk
kegiatan pertanian, perumahan, industri dan lain-lain yang akan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan
lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumber daya air
adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya seperti
pertanian, perumahan, ataupun industri.
Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan
menyebabkan kelebihan air pada saat musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau. Akibat tekanan yang berlebihan pada daerah aliran sungai
bagian hulu ini, luas daerah kritis di 282 DAS mencapai 6,9 juta hektar,
sedangkan areal yang sangat kritis mencapai 23,3 juta hektar. Walaupun
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membuat program
gerakan rehabilitasi lahan, Kementerian Pertanian sudah melakukan
bimbingan kepada masyarakat tentang penanaman lahan dan Kementerian
PUPR sudah membuat kebijakan pengendalian banjir, usaha-usaha
tersebut belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.
9
c. Masalah Pengelolaan Masa Lalu
Masalah ini mencakup :
1. U/U No. 11 Th 1974 tentang “Pengairan”, di mana Departemen PU sebagai
pemeran utama dalam pengelolaan air, yang harus mengkoordinasi
departemen lainnya yang terkait → tidak bisa terlaksana dengan baik
2. Semua departemen beranggapan bahwa UU No. 11 Tahun 1974 itu kan
undang-undangnya PU, sedangkan kalau sumber air itu urusan saya.
3. Suatu kenyataan bahwa Departemen PU sangat lemah dalam penyediaan
dana O&M
4. Hampir semua proyek dikendalikan oleh Pemerintah Pusat
10
b. Multiguna
Perkembangan kebutuhan masyarakat yang beragam, mulai menyebabkan
pertentangan antar pengguna air. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi, seperti
kerusuhan di Sind-Punjab (1941). Peraturan pada waktu itu : “Yang terdahulu
mengambil air, mendapat preoritas”.
c. Terpadu
Konsep bangunan multiguna sebagai perkembangan dari bangunan ekaguna,
yang sukses dalam memenuhi kebutuhan air setempat dengan cara yang
efisien pada pembangunan sejumlah proyek, ternyata gagal dalam memenuhi
kebutuhan air bagi seluruh DAS. Presiden Theodore Roosevelt, dalam suratnya
kepada Inland Waterway Commission (1908) menyatakan sebagai berikut :
11
1.3.2 Arah Penerapan SPDAT
1.3.2.1 Prinsip Dasar PSDAT
a. Rekomendasi Agenda 21, Chapter 18, UNCED 1992 di Rio de Jeneiro
Pengelolaan Sumber Daya air Terpadu (PSDAT) direncanakan secara :
1. Terpadu, holistic untuk mencegah kekurangan air dan pencemaran;
2. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dan keberlanjutan ekosistem sebagai
prioritas utama;
3. Pemanfaatan air seharusnya dipungut biaya sepantasnya;
4. Diprogramkan pengelolaan SDA berdasar das dan penghematan air.
12
4. Sasaran terpenuhinya keseimbangan air untuk kehidupan dan air sebagai
sumber daya
13
1.3.3 Apa Yang Diperlukan Dalam PSDAT ?
Yang diperlukan dalam PSDAT adalah integrasi dan interaksi antara sistem alam
dan sistem social.
1.3.3.1 Integrasi Sistem Alam
Integrasi sistem alamiah dengan faktor yang paling penting adalah
ketersediaan sumber daya air, kualitas dan kuantintas, yang pada
dasarnya terdiri dari beberapa integrasi sebagai berikut :
a. Integrasi pengelolaan air (tawar) dengan pengelolaan air asin di
daerah pantai
b. Integrasi pengelolaan air dengan pengelolaan tanah
c. Integrasi pengelolaan air permukaan dan air tanah
d. Integrasi aspek kuantitas dan kualitas dalam pengelolaan air
e. Integrasi kepentingan hulu hilir yang berkaitan dengan air.
14
1.4 Rangkuman
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktifitas daratan.
Pengelolaan SDA Terpadu (menurut wacana Global) adalah Proses
Pengelolaan SDA yang memadukan antara sumber daya air dengan sumber
daya terkait lainnya antar sektor, antar wilayah secara berkelanjutan tanpa harus
mengorbankan lingkungan dan diselenggarakan dengan pendekatan
partisipatif.
Terdapat 3 (tiga) permasalahan pokok yang dapat dirasakan sedemikian
sehingga PSDAT diperlukan yaitu masalah umum (krisis air, krisis perilaku ,
krisis penyelenggaraan pengelolaan), masalah aktual (ketahanan pangan,
pelayanan air bersih, banjir, pencemaran, degradasi DAS), masalah
pengelolaan masa lalu.
Perkembangan PSDAT terdiri dari proyek ekaguna, multiguna dan terpadu.
Yang diperlukan dalam PSDAT adalah integrasi dan interaksi antara sistem
alam dan sistem sosial.
15
MATERI 2
LINGKUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
16
3. 12 WS secara utuh dalam satu kabupaten/kota, yang menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota.
17
Dua aspek yang dimaksud adalah :
1. Aspek Agro Teknik
Kegiatan dari aspek ini adalah :
a. Pengelolaan Vegetasi
Dalam pengelolaan daerah aliran sungai, maka kegiatan pengelolaan vegetasi
diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut :
1) Kawasan lindung dengan vegetasi yang rapat, dalam hal ini vegetasi hutan
atau vegetasi lainnya yang berfungsi lindung
2) Terpeliharanya kondisi vegetasi di luar kawasan lindung, sehingga dapat
berfungsi secara optimal untuk perlindungan terhadap tanah dan air.
b. Pengelolaan Lahan
Kegiatan pengelolaan lahan diarahkan untuk tercapainya produktifitas tanah
yang tinggi, serta terkendalinya erosi lahan.
Unsur-unsur yang menjadi pertimbangan, antara lain :
1) Lahan harus dimanfaatkan/digunakan sesuai kemampuannya
2) Tanah harus dilindungi dari ancaman erosi dengan mempertahankan
penutupan tanah
3) Metode guludan dan terasering atau perlakuan lainnya dapat diterapkan
untuk meningkatkan penggunaan tanah yang lebih baik
Sebagai tolak ukur dampak pengelolaan tanah adalah jumlah tanah yang hilang
per satuan waktu, atau tingkat pengendapan di waduk, pendangkalan di
sungai/saluran irigasi atau rendahnya mutu air.
18
2) Kualitas air/mutu air yang dipergunakan
3) Ketersediaan air/mutu air yang dipergunakan.
b. Pengelolaan/Pengendalian Erosi/Sedimentasi
Pada kegiatan ini dapat dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan
drap structure pada alur anak-anak sungai bagian hulu (creak) yang terbuat dari
bronjong kawat berisi batu kali, pasangan batu atau dari pohon-pohon bambu.
Fungsi dari bangunan ini adalah untuk menghindari penggerusan dasar sungai
atau pengamanan tebing sungai dari bahaya longsor.
Diantara pengelolaan lahan dan pengelolaan air terdapat keterkaitan yang sangat
erat, dengan demikian konservasi lahan yang merupakan unsur utama dalam
pengelolaan daerah aliran sungai di bagian hulu, akan berpengaruh terhadap
kondisi daerah aliran sungai di bagian hilir, terutama dalam pemanfaatan air yang
optimal untuk berbagai kegunaan, serta untuk pengendalian banjir.
19
2. Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan masyarakan secara adil,
3. Mencegah, menanggulangi, dan memulihkan akibat kerusakan kualitas
lingkungan yang diakibatkan oleh daya rusak air.
UPAYA
Merencanakan Melaksanakan Memantau Mengevaluasi
PENYELENGGARAAN
Konservasi SDA : Pendayagunaan Pengendalian Daya Rusak
1. Perlindungan dan SDA : Air :
pelestarian Sumber 1. Penatagunaan 1. Pencegahan
Air 2. Penyediaan 2. Penanggulangan
2. Pengawetan air 3. Penggunaan 3. Pemulihan
3. Pengelolaan kualitas 4. Pengembangan
air dan 5. pengusahaan
pengendalian
pencemaran air
TUJUAN
Menjaga kelangsungan Memanfaatkan SDA Mencegah, menanggulangi,
keberadaan daya secara berkelanjutan dan memulihkan akibat
dukung, daya tampung, dengan kerusakan kualitas
dan fungsi SDA mengutamakan lingkungan yang diakibatkan
pemenuhan oleh daya rusak air
kebutuhan pokok
kehidupan
masyarakat secara
adil
Sebelum melakukan kegiatan PSDAT selalu diawali dengan penyusunan Pola dan
Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai, berdasarkan kondisi sumber daya air;
daya dukung lingkungan; dan rencana tata ruang.
20
Disamping penyelenggaraan kegiatan-kegiatan : konservasi, pendayagunaan, dan
pengendalian daya rusak air,juga diselenggarakan kegiatan pendukung :
pemberdayaan masyarakat dan ketersediaan dan keterbukaan data sumber daya
air.
21
Lingkup kegiatan konservasi SDA
a. Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
1) Rehabilitasi hutan dan lahan serta pelestarian hutan lindung, kawasan
suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
2) Perlindungan sumber air dalam kaitan dengan pembangunan dan
pemanfaatan lahan pada sumber air, pengendalian pengolahan tanah
di daerah hulu serta pengaturan daerah sempadan sumber air.
3) Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan
air, serta pengisian air pada sumber air.
4) Pengendalian pemanfaatan air.
5) Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi.
22
b. Pengawetan Air
1) Penyimpanan kelebihan
air pada saat hujan untuk
dimanfaatkan pada saat
diperlukan
3) Pengendalian
penggunaan air tanah
Pengawetan air :
23
c. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
1) Perbaikan kualitas air pada
sumber air
3) Pencegahan masuknya
pencemaran air pada sumber
air dan prasarana sumber
daya air
c) Pollution fee
Pembuangan limbah/sampah
Gambar II.5 - Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran
Pengendalian Pencemaran
Maksud :
24
2. Pendayagunaan Sumber Daya Air
Sesuai dengan UUD, maka SDA adalah kekayaan alam yang dikuasi oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Negara memberi tugas kepada pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengatur dan
menyelenggarakannya.
Dalam UU-SDA ini juga diakui adanya dan berlangsungnya “hak ulayat”. Hak
ulayat adalah hak yang dimiliki secara turun temurun oleh suatu masyarakat
hukum adat sehingga menjadi bagian dan budaya hidup mereka . Ada
kemungkinan sumber air ditemukan pertama kali oleh masyarakat adat dan
dimanfaatkan oleh mereka secara turun temurun, maka masyarakat tersebut
dapat mempunyai hak untuk meneruskan menggunakan air dan sumber
tersebut. Hak ulayat yang diakui dalam UU-SDA ini hanya jika kenyataannya
masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat.
Karena air adalah karuniaTuhan untuk memenuhi hajat hidup baik bagi
manusia, binatang maupun tanaman, maka tidak ada “hak milik” atas air.
Sebagai perbandingan, tanah/lahan bukan untuk memenuhi hajat hidup, karena
itu ada hak milik atas tanah.
Hak yang melekat pada SDA adalah : hak guna” yang dibagi menjadi “hak guna
pakai” dan “hak guna usaha”. Hak guna pakai adalah hak untuk memperoleh
dan menggunakan air. Hak guna pakai ini tidak perlu mendapat ijin apabila
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perorangan dan bagi
pertanian rakyat (ukuran kecil) pada sistem irigasi yang sudah ada. Tetapi jika
untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar, atau untuk
sistem irigasi yang baru, maka hak guna pakai harus memperoleh ijin terlebih
dahulu.
Hak guna usaha adalah hak untuk menggunakan air sesuai dengan yang
dialokasikan untuk kebutuhan usaha, baik sebagai air baku bahan produksi (air
minum, air kemasan), penunjang produksi (cooling water, pencucian eksplorasi
tambang), pemanfaatan potensinya (tenaga listrik), media (transportasi), dan
25
segala kebutuhan yang bersifat komersial. Hak guna usaha harus mendapat ijin
terlebih dahulu yang menyatakan peruntukkannya, tempat pengambilan serta
besarnya dan waktu alokasi air.
Hak guna air, baik hak guna pakai maupun hak guna usaha, tidak dapat
disewakan atau dipindahtangankan, agar tidak terjadi “perdagangan hak”. Jika
suatu hak tidak digunakan, maka harus dikembalikan atau diambil kembali oleh
yang memberi hak, yakni pemerintah pusat atau pemerintah daerah (provinsi
atau kabupaten) sesuai kewenangannya.
Semua air berasal dari air hujan yang jatuh di bumi. Sebagian mengalir sebagai
air permukaan, sebagian meresap ke dalam tanah sebagai air tanah dan
sebagian lagi menguap kembali ke udara. Pada prinsipnya penggunaan air
adalah secara terpadu (conjuctive) antara air hujan, air permukaan dan air
tanah. Namun mengingat pengisian kembali (recharge) air tanah membutuhkan
waktu yang sangat lama, maka penggunaan air permukaan lebih diutamakan.
Sedangkan penggunaan air tanah dibatasi hanya jika kebutuhan sangat
mendesak dan tidak dapat dipenuhi oleh air permukaan.
26
pembangunan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lainnya dapat
berbeda, maka tujuan urutan penggunaan air selain untuk kebutuhan pokok,
ditetapkan oleh pemerintah daerah masing-masing.
27
yang ditentukan dalam izin.
3) Pemanfaatan daya air pd suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam izin.
28
manusia yang makin meningkat, daya rusak itu lebih diperparah lagi. Karena itu
tidak mungkin manusia dapat menghilangkan daya rusak tersebut.
Daya rusak air yang paling significant adalah banjir. Di Negara manapun
bahkan Negara yang sudah sangat maju teknologinya, tidak akan dapat
menghindari terjadinya banjir yang disebabkan oleh alam. Karena itu yang
dapat dilakukan oleh manusia adalah sedapat-dapatnya hidup berdampingan
secara damai dengan alam serta mengendalikan daya rusaknya agar tidak
makin menimbulkan akibat yang sangat merugikan.
Perencanaan pengendalian daya rusak air harus disususn secara terpadu dan
menyeluruh sekaligus pada waktu menyusun pola pengelolaan SDA, yang
harus memperhatikan rencana tata ruang.
Penanggung jawab utama pengendalian ini adalah pemerintah (pusat dan
daerah) serta pengelola SDA Wilayah Sungai, dengan tetap melibatkan
masyarakat sebagai kewajiban bersama.
Pencegahan tersebut lebih diutamakan pada kegiatan non fisik. Dalam rangka
pencegahan ini perlu perlakuan seimbang antara konservasi di daerah hulu dan
pendayagunaan di daerah hilir, antara lain adanya kemungkinan saling ganti
untung antar kedua daerah tersebut.
29
d. Penanggulangan (Pada Waktu Terjadi)
Penanggulangan ini merupakan tindakan darurat untuk mengurangi sebanyak
mungkin kerugian dengan mitigasi bencana, diantaranya dengan peringatan
dini, menghindari dari bencana, perbaikan (sementara) infrastruktur.
Lingkup Kegiatan :
1) Pencegahan Daya Rusak Air.
a) Pencegahan daya rusak air yang berupa pekerjaan pembangunan
sarana dan prasarana fisik, antara lain, pengaturan sungai, pembuatan
tanggul banjir dan lain sebagainya..
b) Pencegahan daya rusak air yang berupa penyusunan atau penerapan
piranti lunak antara lain pengaturan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
30
c) Penyeimbangan hulu dan hilir seperti penyelarasan antara upaya
konservasi bagian hulu dan pendaya gunaan di bagian hilir.
2) Penanggulangan Daya Rusak Air.
a) Mitigasi bila terjadi bencana.
b) Penanggulangan darurat sarana dan prasarana berupa pekerjaan fisik
untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.
c) Pelaksanaan penanggulangan darurat sarana dan prasarana berupa
pekerjaan fisik untuk tetap berfungsi.
3) Pemulihan Akibat Daya Rusak Air.
a) Perbaikan sistem sarana dan prasarana SDA yang rusak.
b) Pelaksanaan perbaikan sarana dan prasarana SDA yang rusak.
c) Perbaikan / pemulihan kembali lingkungan hidup.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para
pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara terencana dan
sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
Lingkup Kegiatan :
a. Perlibatan peran masyarakat sejak perencanaan
1) Dialog dengan masyarakat.
2) Konsultasi dengan masyarakat.
3) Sosialisasi kepada masyarakat.
4) Pemberdayaan masyarakat.
b. Pemberdayaan masyarakat (capacity building).
31
1) Pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat.
2) Penelitian dan pengembangan dalam pemberdayaan dan peningkatan
peran masyarakat.
3) Pendampingan masyarakat dalam pemanfaatan dan menjaga
kelestarian SDA.
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan SDA.
1) Susun sistem monitoring pelaksanaan pengelolaan SDA.
2) Sediakan Perangkat lunak sistem monitoring pelaksanaan pengelolaan
SDA.
3) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan SDA.
32
dalam bidang SDA. Sistem informasi ini juga sekaligus sebagai
pendukung utama dalam aset manajemen SDA. Agar semua fihak
mengikuti sistem yang sama perlu ditegaskan di dalam undang-undang.
b. Macam Informasi
Informasi yang tercakup dalam sistem informasi tersebut antara lain
meliputi kondisi hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi, kebijakan dan
strategi, prasarana SDA, teknologi SDA, lingkungan pada SDA dan
sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait
dengan SDA.
Lingkup Kegiatan :
1) Kebutuhan sistem informasi SDA.
a) Analisis kebutuhan sistem informasi hidrologis, hidrometeorologis
dan geohidrologis.
b) Analisis kebutuhan sistem informasi peraturan perundangan dan
kebijakan tentang SDA.
33
c) Analisis kebutuhan sistem informasi tentang lingkungan, kegiatan
ekonomi, sosial budaya masyarakat yang terkait dengan SDA.
2) Sistem informasi SDA.
a) Analisis tempat penyampaian (pusat-pusat) informasi SDA.
b) Analisis cara penyampaian informasi, dengan lisan, selebaran,
seminar, lokakarya, pertemuan berkala, dan lain sebagainya.
c) Pengelompokan komunitas sesuai dengan tingkat dan
kebutuhannya.
3) Pengelolaan sistem informasi SDA.
a) Analisis kebutuhan unit pelaksana pengelolaan sistem informasi
SDA.
b) Analisis tugas dan wewenang serta standar operasi dan prosedur
(sop) unit pengelola sistem informasi SDA.
c) Pelatihan bagi petugas sistem informasi pengelolaan SDA.
34
4 Wilayah Sungai Lintas Kabupaten 52 Pemerintah
Propinsi
5 Wilayah Sungai dalam satu 12 Pemerintah
kabupaten/kota Kabupaten/Kota
35
c. Struktur Organisasai Balai Wilayah Sungai
Sebagai ilustrasi, di bawah ini diperlihatkan struktur organisasi Balai Besar
Wilayah Sungai dan Balai Wilayah Sungai sebagai berikut :
BBWS Tipe A
Kepala
Balai
Bagian
Tata Usaha
Subbag
Subbag
Subbag Pengelolaan
Keuangan &
Kepegawaian Barang Milik
Umum
Negara
Seksi
Bidang Seksi Seksi
Seksi Pengendalian
Pelaksanaan Pengendalian Perencanaan
Program Pelaksanaan
Jaringan Pelaksanaan Operasi
Sungai
Sumber
& Pantai
Air Irigasi & Rawa Pemeliharaan
Kelompok
Jabatan
Fungsional
36
BWS TIPE A
Kepala
Balai
Subbag
Tata Usaha
SSeksi Seksi
Seksi
Program & Operasi &
Pelaksanaan
Perencanaan Pemeliharaan
KKelompok
Jabatan
Fungsional
BWS TIPE B
Kepala
Balai
Subbag
Tata Usaha
Seksi Seksi
Program & Operasi &
Perencanaan Pemeliharaan
Umum
Kelompok
Jabatan
Fungsional
37
2.2.3 Instansi Terkait Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
1. Aspek Konservasi :
Kehutanan, Pertanian, PU, Perindustrian, Dalam Negeri, ESDM, dan lain-lain.
2. Aspek Pendayagunaan :
Pertanian, PU (SDA & Cipta Karya), ESDM, Kesehatan, Dalam Negeri,
Lingkungan Hidup, Perindustrian, Perhubungan.
3. Aspek Pengendalian Daya Rusak :
PU, Dalam Negeri, ESDM, Lingkungan Hidup, Kehutanan, BNPB.
2.3 Rangkuman
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah pengelolaan sumber daya alam yang
terbaru pada suatu daerah aliran sungai, seperti vegetasi, tanah dan air, sehingga
dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Sasaran
pengelolaan daerah aliran sungai adalah daerah-daerah yang secara alami
berpotensial terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, khususnya erosi lahan di
bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai, dan memiliki kemiringan lebih besar
dari 8%. Pola pengelolaan daerah aliran sungai didasarkan atas landasan
institusional, landasan konsepsional, landasan operasional. Kegiatan pengelolaan
daerah aliran sungai meliputi dua aspek teknis yang penanganannya harus
dilakukan secara terpadu, dengan memakai daerah aliran sungai yang
bersangkutan sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan. Dua aspek yang
dimaksud adalah aspek agro teknik dan aspek civil teknik.
38
Lingkup Pengelolaan SDA Terpadu merangkum suatu upaya-upaya
(merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi) dalam
penyelenggaraan konservasi - pendayagunaan - pengendalian daya rusak SDA.
Kelembagaan Wilayah Sungai terdiri dari Wilayah Sungai yang merupakan
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran
sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2. Wilayah sungai yang pengelolaannya berada di Pemerintahan Pusat
dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 2 (dua) yakni wilayah sungai yang statusnya
sebagai balai besar dan wilayah sungai yang statusnya sebagai balai. Terdapat
instansi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air yaitu dalam aspek
konservasi terdapat Kehutanan, Pertanian, PU, Perindustrian, Dalam Negeri,
ESDM, dan lain-lain. Pada aspek pendayagunaan terdapat Pertanian, PU (SDA &
Cipta Karya), ESDM, Kesehatan, Dalam Negeri, Lingkungan Hidup, Perindustrian,
Perhubungan. Kemudian pada aspek pengendalian daya rusak terdapat PU, Dalam
Negeri, ESDM, Lingkungan Hidup, Kehutanan, BNPB.
39
MATERI 3
PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
Gambar III.1 - Ilustrasi tata cara pengelolaan sumber daya air terpadu
40
2. Institutional Framework / Roles Score 30
a. Creating an organisational framework -forms and functions
b. Institutional capacity building -developing human resources
3. Management Instruments Score 40
a. Water resources assessment -understanding resources and needs
b. Plans for IWRM-combining development options, resource use and human
interaction
c. Demand management -using water more efficiently
d. Social change instruments –encouraging a water oriented civil society
e. Conflict resolution -managing disputes, ensuring sharing of water
f. Regulatory instruments -allocation and water use limits
g. Economic instruments -using value and prices for efficiency and equity
h. Information management and exchange -improving knowledge for better
water management
41
3.2.2 Institutional Framework/Roles Score 30
1. Tersedianya dasar hukum pendirian institusi pengelola SDA WS yang kuat,
a. Tidak tumpang tindih
b. Tertetapkannya job description karyawan score 10
2. Dilaksanakannya kegiatan pemberdayaan
a. Adanya penyuluhan, pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
stakeholders
b. Ps 70 UU 7/2004 ttg SDA score 10
3. Aktifnya wadah koordinasi stakeholders
a. Tertetapkannya wadah koordinasi
b. Berfungsinya wadah koordinasi
c. Ps 85, 86, 87 UU 7/2004 ttg SDA Score 10
42
6. Bakunya proses pengalokasian air
a. Tertetapkannya prosedur
b. Konsistennya proses
c. Ps 46 UU 7/2004 ttg SDA Score 5
7. Penerapan instrumen ekonomi untuk efisiensi
a. Pengguna membayar
b. Pencemar membayar
c. Tarif SDA progresif
d. Ps 80 UU 7/2004 ttg SDA Score 5
8. Tersedianya sistem informasi IWRM
a. Tersedia sistem informasi IWRM
b. Informasi lessons learnt, best practices
c. Ps 65 UU 7/2004 ttg SDA Score 5
43
Pola pengelolaan sumber daya air disusun dengan mengacu pada informasi
mengenai :
1. Penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan.
2. Kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang
bersangkutan.
3. Keberadaan masyarakat hukum adat setempat.
4. Sifat alamiah dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan sistem
hidrologis.
5. Aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air.
6. Kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan hidup.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun melalui konsultasi dengan instansi dan
unsur masyarakat yang terkait.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan untuk jangka waktu 20
(dua puluh) tahun.
Pola pengelolaan sumber daya air yang sudah ditetapkan dapat ditinjau dan
dievaluasi sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali.
Rancangan Pola PSDA pada Wilayah Sungai dalam satu kebupaten/kota disusun
oleh dinas di tingkat kabupaten/kota atau bersama Pengelola SDA di Wilayah
Sungai melalui konsultasi dengan instansi teknis terkait.
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air, bupati/walikota dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota.
44
Dalam hal pada kabupaten/kota, tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota, bupati/walikota dapat
langsung menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan
rancangan.
Rancangan Pola PSDA pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota disusun oleh
dinas di tingkat provinsi atau bersama pengelola sumber daya air wilayah sungai
melalui konsultasi dengan instansi teknis terkait.
Gubernur menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air menjadi pola
pengelolaan sumber daya berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air, gubernur dapat meminta pertimbangan
wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi.
Rancangan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, lintas
Negara, dan strategis nasional disusun oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan
instansi teknis dan unsur masyarakat terkait.
Menteri menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air menjadi pola
pengelolaan sumber daya air berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan.
Dalam hal pada wilayah sungai lintas provinsi atau strategis nasional dimaksud
tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, Menteri
dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air
provinsi melalui gubernur terkait.
Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara dilakukan sesuai
dengan perjanjian dengan Negara terkait berdasarkan pola pengelolaan sumber
daya air yang ditetapkan oleh Menteri.
45
Pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara digunakan
sebagai dasar penyusunan perjanjian dengan negara terkait.
Dalam hal belum ada perjanjian dengan terkait, pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
didasarkan pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh Menteri.
Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan pola pengelolaan
sumber daya air diatur dengan peraturan Menteri. (Permen PU No. 22/PRT/M/2009)
Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan prosedur dan
persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan dalam standar perencanaan yang
berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi sumber daya air, penyusunan
dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya air.
46
3.4 Rangkuman
Terdapat beberapa persyaratan dalam penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki lembaga Pengelola SDA Wilayah Sungai yang handal dilandasi dasar
hukum yang kuat, diterima para pemilik kepentingan dan memiliki SDM yang
kompeten.
2. Memiliki kebijakan, pola dan rencana pengelolaan SDA.
3. Memiliki data, model, sistem, fasilitas pengelolaan SDA.
4. Memiliki wadah koordinasi dan komunikasi antar pemilik kepentingan sebagai
perangkat manajemen partisipatif.
5. Memiliki Sasaran yang jelas.
Selain itu juga terdapat The Three Pillars of IWRM (GWP 2004) yaitu The Enabling
Environment, Institutional Framework/Roles dan Management Instruments.
Kemudian terdapat pola pengelolaan sumber daya air yang disusun dan ditetapkan
sebagai kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Pola pengelolaan sumber daya
air sebagaimana dimaksud disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan
sumber daya air pada wilayah administratif yang bersangkutan.
47
MATERI POKOK 4
ILUSTRASI IMPLEMENTASI PSDAT
48
Gambar IV.3 - Sistem teras bangku
49
4.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air
50
Gambar IV.6 – Jaminan air untuk ekosistem
51
Gambar IV.8 – Ilustrasi imaginer super-levee
52
Gambar IV.10 – Pemberdayaan masyarakat
4.5 Rangkuman
Ilustrasi implementasi pengelolaan sumber daya air terpadu terdiri dari
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian
daya rusak air dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun contoh-contoh dari implementasi konservasi sumber daya air yaitu
pemanfaatan atap untuk tangkapan air, sungai alami yang diinginkan, sistem
teras bangku, pengaturan sempadan di sungai jepang. Kemudian contoh dari
pendayagunaan sumber daya air terdiri dari air untuk pertanian, air untuk
industri, air untuk transportasi, air untuk olahraga. Sedangkan contoh dari
pengendalian daya rusak air yaitu adanya ruang pengendali banjir di malang.
53
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi