Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Manajemen Pengelolaan
Kawasan Cagar Budaya: Kawasan Pusaka Lasem dengan baik dan tepat waktu. Makalah
ini disusun dalam pemenuhan tugas evaluasi ketiga dalam mata kuliah Manajemen Kota.
Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Shafira Aulia Rosyida Irawan S.PWK, M.Sc., dan Bapak Ardy Mauilidy
Navastara, ST., MT. sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kota yang
telah membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang
bermanfaat dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Serta rekan-rekan satu jurusan yang telah membantu dalam kelancaran
penyelesaian tugas.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, kami
ucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
ii
Lampiran 3 – Indikasi Program Pengembangan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Pusaka Lasem .............................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Adapun upaya dan bentuk yang dilakukan untuk melestarikan cagar
budaya sebagai berikut:
a) Upaya Pelestarian
Apapun bentuknya, pelestarian merupakan upaya untuk
menghindari keterlantaran, kehancuran hingga kepunahan. Upaya
secara sederhana yang dapat dilakukan mulai dari tidak merusak,
mengotori, mencoret-coret atau melakukan aksi penghancuran, ikut
menjaga kebersihan, menjaga keberadaan dan keberlanjutannya,
memberikan apresiasi terhadap budaya, dan mempunyai rasa memiliki
terhadap berbagai cagar budaya yang ada di sekelilingnya.
Upaya lanjut dalam pelestarian cagar budaya yaitu inventarisasi
dan dokumentasi, penelitian, perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan,
pendampingan masyarakat, advokasi, pendidikan, publikasi, dan
Manajemen Resiko Bencana untuk Pusaka (MRBP).
b) Bentuk Pelestarian
i. Revitalisasi (Revitalization)
ii. Penguatan (Retrofit)
iii. Pemugaran (Preservation)
iv. Rehabilitasi (Rehabilitation)
v. Restorasi (Restoration)
vi. Rekonstruksi (Reconstruction)
vii. Olah Disain Arsitektur Pusaka/ Penggunaan Kembali (Adaptive
Re-use)
viii. Mitigasi bencana (Disaster Mitigation)
2
yang kaya akan warisan budaya dan sejarahnya. Lasem dikenal dengan julukan
"Kota Pusaka" karena kawasan tersebut telah menjadi pusat perdagangan dan
budaya sejak abad ke-15.
Selain itu, Lasem juga terkenal dengan kerajinan batiknya. Batik Lasem
merupakan salah satu jenis batik khas Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri.
Motif dan warna yang digunakan dalam batik Lasem dipengaruhi oleh budaya
Tionghoa, sehingga menghasilkan desain yang unik dan menarik.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
4
Lasem memiliki kerajaan yang dipimpin oleh Bhre Lasem, yang
merupakan keponakan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Letak
kerajaan ini dekat dengan Sungai Lasem, yang merupakan jalur transportasi
perdagangan utama. Kerajaan Lasem yang dipimpin oleh Bhre Lasem mulai
berkembang dengan adanya dermaga di sekitar Sungai Lasem sebagai tempat
berlabuh kapal dagang. Lasem kemudian berkembang menjadi kota
perdagangan yang terkenal.
5
Motif-motif dalam Batik Lasem berasal dari tradisi simbolik Tionghoa.
Misalnya, motif Naga yang melambangkan kekuatan dan kemuliaan, motif
Phoenix (burung hong) yang melambangkan kecantikan, serta motif bunga-
bunga yang melambangkan keindahan dan kesejahteraan. Terdapat juga motif
lokal seperti motif flora dan fauna laut. Motif kricikan menggambarkan kerja
rodi masyarakat Lasem dalam membangun Jalan Raya Pos. Selain itu,
kerajinan Batik Lasem juga mencakup pembuatan kain batik panjang dan kain
Tokwi (penutup meja altar persembahan/zhuowei) yang terkenal dalam tradisi
babah di Singapura.
Bangunan-bangunan Cagar Budaya dan Batik saling berpengaruh
terhadap kelestariannya. Contohnya, Rumah Batik Lumintu yang
memanfaatkan Rumah Kuna dan Warisan Batik, yang dijalankan oleh
pembatik Ekawatiningsih, menggunakan rumah leluhurnya sebagai tempat
kerja dan toko Batik. Rumah khas dengan ornamen langgam Cina Hindia ini
menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melihat proses pembuatan dan galeri
Batik khas Lasem.
6
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
1. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik
pariwisata
2. potensi pasar
3. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah
4. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
5. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan aset budaya
6. kesiapan dan dukungan masyarakat
7
c. pengembangan jaringan jalan utama kolektor primer dan kolektor sekunder
dengan pengaturan sirkulasi dengan pelebaran jalan, penyediaan saluran drainase,
penyediaan jalur pejalan kaki dan penyediaan pelengkap jalan lainnya untuk
mendukung fungsi kawasan; dan
d. peningkatan fungsi jaringan drainase melalui pembangunan saluran drainase
yang menerus dan terpadu.
8
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rembang: merumuskan kebijakan
bidang kebudayaan dan bidang pariwisata melalui usulan Sekretariat dan
Bidang sebagai bahan penetapan kebijakan Daerah
9
Gambar … Skema Pengelolaan Kawasan Pusaka Lasem
Sumber: Analisis Penulis, 2023
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kawasan Pusaka Lasem di Kabupaten Rembang merupakan sebuah
kawasan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan arsitektur yang
tinggi. Pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjaga keberlanjutan dan
pelestariannya. Melalui pemeliharaan bangunan cagar budaya, pengembangan
warisan tak benda seperti Batik Lasem, serta pendidikan dan kesadaran
masyarakat, warisan budaya Lasem dapat dijaga dan diwariskan kepada generasi
mendatang.
4.2 Rekomendasi
Dalam upaya pelestarian cagar budaya di Kawasan Pusaka Lasem, terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat diimplementasikan:
1. Penting untuk melanjutkan program inventarisasi, penataan, dan peremajaan
Kawasan Pusaka Lasem sesuai dengan dokumen rencana dan regulasi yang ada,
serta mengimplementasikan pengadaan disinsentif untuk mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan program.
11
2. Disarankan untuk melakukan optimalisasi pengembangan internal wisata melalui
partisipasi dan kontribusi kelompok masyarakat penggiat wisata, dengan
mengembangkan industri batik khas Lasem, sentra Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), serta branding kawasan wisata.
3. Disarankan untuk melakukan optimalisasi partisipasi dan kesadaran masyarakat
melalui kegiatan sosialisasi dan penanganan konflik melalui FGD yang difasilitasi
oleh instansi berwenang, guna meningkatkan pemahaman dan dukungan
masyarakat dalam pelestarian cagar budaya.
4. Diperlukan penentuan segera Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
berwenang untuk Kawasan Pusaka Lasem, agar dapat meningkatkan kolaborasi
dalam pemeliharaan cagar budaya, terutama dengan kelompok masyarakat
penggiat wisata yang sudah ada.
5. Dianjurkan untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi post-ante terhadap
kebijakan dan dokumen rencana eksisting yang terkait dengan program
revitalisasi Kawasan Pusaka Lasem, guna mengidentifikasi dan memperbaiki
masalah yang muncul serta meningkatkan efektivitas program.
6. Disarankan untuk mengembangkan potensi ekonomi dari produksi dan penjualan
kerajinan tangan batik khas Lasem, sehingga dapat mendukung pengembangan
Kecamatan Lasem sebagai kawasan wisata yang menghasilkan keuntungan.
7. Dianjurkan untuk melaksanakan implementasi program konservasi cagar budaya
Kawasan Pusaka Lasem dengan mengelola potensi dan keberadaan objek cagar
budaya dan nilai historis yang terbentuk melalui regulasi khusus seperti Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan masterplan pengembangan wisata.
Pembiayaan program dapat dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Rembang, dan Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai dengan alokasi masing-masing.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anggraenie, N. T., & Setyono, J. S. (2020). Evaluasi Kebijakan Konservasi Kota Kecil
Lasem, Kabupaten Rembang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 9(1),
33-47.
Meriastuti, E. E. (2018). Penataan Kampung Batik Pecinan Babagan Lasem sebagai
Pusaka Kota (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Mulyadi, Y. (2014). Pemanfaatan Cagar Budaya Dalam Perspektif Akademik dan
Peraturan Perundang-undangan. Sosialisasi Undang-Undang, (11).
Peraturan Bupati Rembang No. 33 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati
Rembang Nomor 47 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Pusaka Lasem Kabupaten Rembang
Peraturan Bupati Rembang Nomor 47 tahun 2019 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Pusaka Lasem Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang
Pramono, E., & Mutiari, D. (2016). Lasem Heritage Center Sebagai Upaya Pelestarian
Kawasan Heritage Di Lasem.
Rahardjo, S. (2013). Beberapa permasalahan pelestarian kawasan cagar budaya dan
strategi solusinya. Borobudur, 7(2), 4-17.
Taufan, A. A., & Gofar, M. A. (2023). Kajian Manajemen Pengelolaan Kawasan Cagar
Budaya: Studi Kasus Kawasan Pusaka Lasem. Jurnal Lingkungan Binaan
Indonesia, 12(1), 22-34.
13
LAMPIRAN
14
Belum ada koordinasi optimal antara
masyarakat dan instansi terkait T2
pelestarian Kawasan Pusaka Lasem
Kerajinan Batik khas Lasem menjadi
warisan budaya intangible Kawasan S4
Pusaka Lasem
Aspek Ekonomi
Kerajinan Batik khas Lasem menjadi
sumber mata pencaharian masyarakat
S5
setempat khususnya di sanggar dan
sentra industri batik
Aspek Kebijakan dan Pembiayaan
Penataan fisik Kawasan Pusaka Lasem
telah diatur secara khusus dalam Perbup
Rembang No. 47 Tahun 2019 tentang O1
RTBL Kawasan Pusaka Lasem Kec.
Lasem Kab. Rembang
Telah terdapat masterplan terkait
pengembangan wisata di Kampung
Pecinan Desa Karangturi, Kawasan O2
Wisata Pantai Caruban Desa
Gedongmulyo, dan Kali Babagan
Memiliki peluang sebagai kawasan
wisata pesisir karena potensi internal
O3
dan letaknya di wilayah pantai utara
Pulau Jawa
Pembiayaan program konservasi
Kawasan Pusaka Lasem berasal dari O4
APBN, APBD Rembang, dan ADD
OPD berwenang atas RTBL Kawasan
T3
Pusaka Lasem masih belum ditentukan
Penentuan dan pengembangan desa
wisata belum diregulasikan sehingga
T4
tidak dapat dikembangkan dengan
orientasi profit
Sumber: Analisis Penulis, 2023
15
Lampiran 2 – Tabel Analisis SWOT
Potensi dan Permasalahan Internal
STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
1. Terdapat 362 ODCB dalam berbagai bentuk yang ada di Kawasan Pusaka Lasem dan beberapa sudah menjadi
cagar budaya tingkat kabupaten
1. Hambatan dalam inventarisasi objek cagar budaya karena adanya permasalahan status kepemilikan objek.
2. Desain fasad bangunan sejarah memiliki historis akulturais budaya Tiongkok dan Jawa
2. Delineasi kawasan cagar budaya yang memisahkan kawasan inti dengan wilayah Kampung Batik
3. Terdapat kelompok masyarakat penggiat wisata dan pemeliharaan Kawasan Pusaka Lasem
3. Rusaknya bangunan dan infrastruktur kuno
4. Selain ODBC, terdapat warisan budaya intangible yakni Batik khas Lasem
4. Ada konflik sosial terkait keberadaan bangunan sejarah khas budaya tertentu
5. Kerajinan batik khas Lasem menjadi sumber ekonomi masyarakat setempat melalui sanggat dan sentra industri
batik
1. [W1, W2, W3 - O1, O2]
1. [S1, S2 - O1, O2, O4]
OPPORTUNITY (O)
Program inventarisasi, penataan, dan peremajaan Kawasan Pusaka Lasem ditindaklanjuti secara
1. Penataan fisik Kawasan Pusaka Lasem telah diatur secara Implementasi program konservasi cagar budaya Kawasan Pusaka Lasem dengan potensi dan tegas berdasarkan dokumen rencana dan regulasi terkait yang ada serta pengadaan disinsentif
khusus dalam PERBUP REMBANG/47/2019 tentang RTBL keberadaan objek cagar budaya dan nilai historis yang terbentuk dikelola dalam regulasi khusus untuk mengendalikan hambatan dalam implementasi program.
Kawasan Pusaka Lasem Kec. Lasem Kab. Rembang (RTBL dan masterplan pengembangan wisata) dengan pembiayaan melalui APBN, APBD
Potensi dan Permasalahan Eksternal
2. Terdapat masterplan pengembangan wisata di beberapa Kab. Rembang, dan ADD sesuai alokasi masing-masing
desa
3. Berpeluang menjadi kawasan wisata pesisir karena potensi
lokasi di wilayah pantai utara dan keberagaman objek & 2. [S1, S3, S4 - O3]
warisan cagar budaya
4. Pembiayaan program konservasi Kawasan Pusaka Lasem Optimalisasi pengembangan internal wisata melalui partisipasi dan kontribusi kelompok
berasal dari APBN, APBD Rembang, dan ADD masyarakat penggiat wisata melalui pengembangan industri batik khas Lasem, sentra UMKM,
dan branding kawasan wisata.
1. [S3 - T3]
THREAT (T) 1. [W3 - T1]
Penentuan segera OPD berwenang atas RTBL Kawasan Pusaka Lasem sehingga dapat
1. Peogram revitalisasi yang telah dilakukan tidak sesuai Peninjauan ulang dan evaluasi post-ante terhadap kebijakan dan dokumen rencana eksisting
meningkatkan kolaborasi pemeliharaan cagar budaya khususnya dengan kelompok masyarakat
dengan dokumen DED terkait program revitalisasi Kawasan Pusaka Lasem untuk memperbaiki masalah yang timbul
2. Belum ada koordinasi optimal antara masyarakat dan penggiat wisata yang ada.
instansi terkait pelestarian kawasan cagar budaya 2. [S4, S5 - T4] 2. [W4 - T2]
3. Belum ditentukannya OPD berwenang atas RTBL
Kawasan Pusaka Lasem
4. Pengembangan desa wisata belum teregulasi sehingga
Pengembangan potensi ekonomi dari produksi dan penjualan kerajinan tangan batik khas Optimalisasi partisipasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian cagar budaya
tidak dapat dikembangkan dengan orientasi profit Lasem dapat mendukung pengembangan Kec. Lasem sebagai kawasan wisata berorientasi melalui kegiatan sosialisasi dan penanganan konflik melalui FGD yang difasilitasi oleh instansi
profit berwenang.
16
Lampiran 3 – Indikasi Program Pengembangan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kawasan Pusaka Lasem
Waktu Pelaksanaan
Sumber Instansi
No. Strategi Program Kegiatan
2023
2024
2025
2026
2027
Pendanaan Pelaksana
17
2 Optimalisasi pengembangan Program Pengembangan citra wisata
internal wisata melalui Pemberdayaan Kawasan Pusaka Lasem dan
partisipasi dan kontribusi UMKM desa wisata yang memiliki
kelompok masyarakat Kerajinan Batik, keterkaitan dengan kawasan
penggiat wisata melalui Sosialisasi dan inti cagar budaya melalui
pengembangan industri batik Pelatihan sosial media
khas Lasem, sentra UMKM, Masyrakat
dan branding kawasan wisata.
APBN, Bappeda dan
APBD Kab. Dinas
Rembang Pariwisata
Pengadaan event kultur dan
budaya tahunan
Sosialisasi dan pelatihan
teknis masyarakat lokal
terkait pengelolaan kawasan
cagar budaya sebagai destinasi
wisata
3 Program inventarisasi, Program Mediasi dan penanganan
penataan, dan peremajaan Inventarisasi dan konflik status kepemilikan
Kawasan Pusaka Lasem Revitalisasi bangunan ODCB
ditindaklanjuti secara tegas Kawasan Pusaka
berdasarkan dokumen rencana Lasem
dan regulasi terkait yang ada
serta pengadaan disinsentif APBN, Bappeda dan
untuk mengendalikan APBD Kab. PU Tata
hambatan dalam implementasi Rembang Ruang
program.
18
Inventarisasi status dan
legalisasi objek cagar budaya
yang belum teregistrasi secara
sah
Pemantauan dan pengawasan
pemanfaatan ruang secara
berkala
4 Penentuan segera OPD Program Pengadaan forum penentuan
berwenang atas RTBL Penanganan OPD berwenang atas RTBL
Kawasan Pusaka Lasem Kawasan Pusaka
sehingga dapat meningkatkan Lasem
kolaborasi pemeliharaan cagar
budaya khususnya dengan Bappeda,
kelompok masyarakat APBN, Dinas
penggiat wisata yang ada. APBD Kab. Pariwisata,
Rembang dan PU Tata
Ruang
19
Promosi melalui pameran atau
bazaar batik terjadwal
Pengembangan sentra industri
batik khas Lasem
6 Peninjauan ulang dan evaluasi Program Evaluasi RTBL Kawasan
post-ante terhadap kebijakan Evaluasi Pusaka Lasem dan kesesuaian
dan dokumen rencana Kebijakan implementasinya terhadap
eksisting terkait program Kawasan Pusaka dokumen DED
revitalisasi Kawasan Pusaka Lasem
Lasem untuk memperbaiki APBN, Bappeda dan
masalah yang timbul APBD Kab. Dinas PU
Rembang Tata Ruang
Evaluasi masterplan
pengembangan wisata
beberapa desa/kelurahan
7 Optimalisasi partisipasi dan Program Sosialisasi program
kesadaran masyarakat akan Sosialisasi dan konservasi Kawasan Pusaka
pentingnya pelestarian cagar Pemberdayaan Lasem dengan masyarakat
budaya melalui kegiatan Masyarakat setempat Bappeda,
sosialisasi dan penanganan Lokal Kota Dinas
konflik melalui FGD yang Lasem Komunikasi
difasilitasi oleh instansi dan
berwenang. Informatika,
APBN,
Dinas
APBD Kab.
Pariwisata,
Rembang
Pengadaan FGD untuk PU Tata
identifikasi dan penanganan Ruang,
konflik sosial Pokdarwis
Lasem, dan
Kerja sama dengan lembaga Masyarakat
pendidikan untuk
meningkatkan SDM wisata
cagar budaya
20
Sumber: Analisis Penulis, 2023
21