Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Manajemen Pengelolaan
Kawasan Cagar Budaya: Kawasan Pusaka Lasem dengan baik dan tepat waktu. Makalah
ini disusun dalam pemenuhan tugas evaluasi ketiga dalam mata kuliah Manajemen Kota.
Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Ibu Shafira Aulia Rosyida Irawan S.PWK, M.Sc., dan Bapak Ardy Mauilidy
Navastara, ST., MT. sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kota yang
telah membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang
bermanfaat dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Serta rekan-rekan satu jurusan yang telah membantu dalam kelancaran
penyelesaian tugas.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, kami
ucapkan terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Perumusan Topik ............................................................................................... 1
1.1.1 Cagar Budaya ............................................................................................. 1
1.1.2 Pelestarian Cagar Budaya ........................................................................... 1
1.1.3 Pengelolaan Cagar Budaya ......................................................................... 2
1.2 Perumusan Kasus ............................................................................................... 2
1.2.1 Kawasan Pusaka Lasem.............................................................................. 2
1.2.2 Pengelolaan Cagar Budaya ......................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM................................................................................... 4
2.1 Gambaran Umum Wilayah ................................................................................ 4
2.2 Kawasan Pusaka Lasem ..................................................................................... 4
2.2.1 Sejarah Morfologi Lasem ........................................................................... 4
2.2.2 Pengelolaan Intangible Heritage Lasem: Kerajinan Batik Lasem .............. 5
BAB III HASIL & PEMBAHASAN ........................................................................... 7
3.1 Kajian Perangkat Manajemen Kota ................................................................... 7
3.1.1 Perangkat Manajemen Kota (Planning) ..................................................... 7
3.1.2 Perangkat Manajemen Kota (Organizing) .................................................. 8
3.2 Analisis Kasus .................................................................................................... 9
3.2.1 Perencanaan (Planning) .............................................................................. 9
3.2.2 Skema Penanganan ..................................................................................... 9
3.2.3 Manajemen Pengorganisasian .................................................................. 10
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11
4.2 Rekomendasi .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13
LAMPIRAN ................................................................................................................... 14
Lampiran 1 – Pemetaan Potensi dan Masalah Internal dan Eksternal ........................ 14
Lampiran 2 – Tabel Analisis SWOT .......................................................................... 16

ii
Lampiran 3 – Indikasi Program Pengembangan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Pusaka Lasem .............................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Perumusan Topik


1.1.1 Cagar Budaya
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, Cagar Budaya adalah
warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan
cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar
budaya di darat dan/atau di air yang yang perlu dilestarikan keberadaannya
karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Cagar budaya
diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:
a. Benda Cagar Budaya
b. Bangunan Cagar Budaya
c. Situs Cagar Budaya
d. Kawasan Cagar Budaya di Darat dan/atau di Air
Kawasan cagar budaya Adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua
Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Kriteria mengenai kawasan cagar
budaya jika kawasan tersebut mengandung dua situs cagar budaya atau lebih
yang letaknya berdekatan, berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia
berusia minimal 50 tahun, memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang
masa lalu, berusia paling sedikit 50 tahun, memperlihatkan bukti pembentukan
lanskap budaya, dan memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti
kegiatan manusia atau endapan fosil.
1.1.2 Pelestarian Cagar Budaya
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, pelestarian adalah
upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya
dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Pelestarian
cagar budaya dilakukan dengan tujuan:
a) Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;
b) Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya;
c) Memperkuat kepribadian bangsa;
d) Meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
e) Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
internasional

1
Adapun upaya dan bentuk yang dilakukan untuk melestarikan cagar
budaya sebagai berikut:
a) Upaya Pelestarian
Apapun bentuknya, pelestarian merupakan upaya untuk
menghindari keterlantaran, kehancuran hingga kepunahan. Upaya
secara sederhana yang dapat dilakukan mulai dari tidak merusak,
mengotori, mencoret-coret atau melakukan aksi penghancuran, ikut
menjaga kebersihan, menjaga keberadaan dan keberlanjutannya,
memberikan apresiasi terhadap budaya, dan mempunyai rasa memiliki
terhadap berbagai cagar budaya yang ada di sekelilingnya.
Upaya lanjut dalam pelestarian cagar budaya yaitu inventarisasi
dan dokumentasi, penelitian, perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan,
pendampingan masyarakat, advokasi, pendidikan, publikasi, dan
Manajemen Resiko Bencana untuk Pusaka (MRBP).
b) Bentuk Pelestarian
i. Revitalisasi (Revitalization)
ii. Penguatan (Retrofit)
iii. Pemugaran (Preservation)
iv. Rehabilitasi (Rehabilitation)
v. Restorasi (Restoration)
vi. Rekonstruksi (Reconstruction)
vii. Olah Disain Arsitektur Pusaka/ Penggunaan Kembali (Adaptive
Re-use)
viii. Mitigasi bencana (Disaster Mitigation)

1.1.3 Pengelolaan Cagar Budaya


Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, pengelolaan cagar
budaya merupakan upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan untuk kesejahteraan rakyat.

Strategi pengelolaan bangunan cagar budaya adalah bagian penting dari


pengelolaan tempat-tempat bersejarah dan merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat secara berkesinambungan. Dalam strategi
pengelolaan bangunan cagar budaya ada beberapa nilai yang perlu
diperhatikan, yaitu nilai budaya, nilai kawasan, dan nilai ekonomi.
1.2 Perumusan Kasus
1.2.1 Kawasan Pusaka Lasem
Salah satu kawasan cagar budaya di Indonesia adalah Kawasan Pusaka
Lasem yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lasem adalah
sebuah kota kecil yang terletak di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah,
Indonesia. Kota ini memiliki sejarah panjang dan dianggap sebagai kota pusaka

2
yang kaya akan warisan budaya dan sejarahnya. Lasem dikenal dengan julukan
"Kota Pusaka" karena kawasan tersebut telah menjadi pusat perdagangan dan
budaya sejak abad ke-15.

Selain itu, Lasem juga terkenal dengan kerajinan batiknya. Batik Lasem
merupakan salah satu jenis batik khas Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri.
Motif dan warna yang digunakan dalam batik Lasem dipengaruhi oleh budaya
Tionghoa, sehingga menghasilkan desain yang unik dan menarik.

Lasem juga memiliki beberapa situs bersejarah yang menarik untuk


dikunjungi, seperti Klenteng Kwan Sing Bio yang merupakan salah satu
klenteng tertua di Jawa Tengah, serta Masjid Agung Lasem yang merupakan
masjid peninggalan Kesultanan Demak.
Melalui penelitian dan pemahaman yang mendalam tentang Kawasan
Pusaka Lasem, diharapkan dapat tercipta kesadaran akan pentingnya
pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Selain itu, upaya pemeliharaan
dan pengelolaan yang berkelanjutan juga diperlukan untuk memastikan
warisan berharga ini dapat dilestarikan dan dinikmati oleh masyarakat serta
menjadi daya tarik pariwisata yang berkelanjutan.
1.2.2 Pengelolaan Cagar Budaya
Pengelolaan cagar budaya melibatkan identifikasi, perlindungan,
pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Ini
melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan memerlukan keterlibatan aktif
masyarakat. Tujuan utamanya adalah menjaga keaslian, keutuhan, dan nilai-
nilai warisan budaya untuk generasi saat ini dan masa depan.
Pengelolaan cagar budaya didasarkan pada dua faktor, yaitu dinamika
kehidupan yang bergerak cepat dan risiko kehilangan pengetahuan terkait cagar
budaya. Fokus utama pengelolaan cagar budaya adalah melestarikan karakter
sejarah kota atau daerah perkotaan, termasuk elemen-elemen material dan
spiritual yang mencerminkan karakter kawasan tersebut, seperti pola
perkotaan, hubungan antarbangunan, ruang hijau, ruang terbuka, serta
penampilan dan dekorasi bangunan.
Pengelolaan cagar budaya juga diatur dalam Undang-Undang No. 11
Tahun 2010 yang menetapkan bahwa pengelolaan cagar budaya meliputi
kegiatan pelestarian, perlindungan, dan pengamanan. Dalam pengelolaan cagar
budaya, setiap pemangku kepentingan bertanggung jawab terhadap berbagai
aspek yang terlibat.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Wilayah


Wilayah yang menjadi fokus penelitian berada di Kecamatan Lasem,
Kabupaten Rembang. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di
pesisir pantai laut Jawa di kabupaten Rembang, berjarak lebih kurang
12 km ke arah timur dari ibu kota kabupaten Rembang, dengan batas-batas
wilayah meliputi:

• Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa


• Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sluke
• Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pancur
• Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Rembang.
Kecamatan Lasem mempunyai luas wilayah mulai dari pesisir laut
Jawa hingga ke selatan. Di sebelah timur terdapat gunung Lasem. Wilayahnya
seluas 4.504 ha, 505 ha diperuntukkan sebagai pemukiman, 281 ha sebagai
lahan tambak, dan 624 ha sebagai hutan milik negara. Letaknya yang dilewati
oleh jalur pantura, menjadikan kota ini sebagai tempat yang strategis dalam
bidang perdagangan dan jasa.
Lasem memiliki sejarah perkembangan sebagai Kota Pesisir mulai dari
Era Hindu - Majapahit mulai dari Kerajaan Singosari tahun 13, Kerajaan
Majapahit tahun 1466, masuknya budaya Cina tahun 1413, kemudian
masuknya era Islam pada tahun 1469, dan era masuknya Eropa.

2.2 Kawasan Pusaka Lasem


Pusaka Lasem diperkirakan berasal dari tiga peradaban yang berbeda,
yaitu Peradaban Cina, Peradaban Jawa Pribumi, dan Peradaban Islam. Identitas
Lasem dapat ditemukan melalui peninggalan Cagar Budaya, baik secara fisik
maupun non-fisik. Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur Cina di Lasem
menjadi bukti sejarah kemajuan pada zamannya. Berdasarkan penelitian
Institut Pluralisme Indonesia (IPI), motif dan warna Batik Lasem merupakan
hasil perpaduan antara Budaya Tionghoa dan Budaya Jawa.
2.2.1 Sejarah Morfologi Lasem
Kawasan Pusaka Lasem terletak di pesisir utara wilayah kepulauan Jawa
dan memiliki sejarah perkembangan yang berasal dari perdagangan asing yang
masuk ke Lasem. Perkembangan kawasan ini dapat dibagi menjadi beberapa
periode, termasuk Periode Hindu-Majapahit, Periode Awal Masa Islam,
Periode Islam dan Tionghoa, dan Periode Kolonialisme.

4
Lasem memiliki kerajaan yang dipimpin oleh Bhre Lasem, yang
merupakan keponakan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Letak
kerajaan ini dekat dengan Sungai Lasem, yang merupakan jalur transportasi
perdagangan utama. Kerajaan Lasem yang dipimpin oleh Bhre Lasem mulai
berkembang dengan adanya dermaga di sekitar Sungai Lasem sebagai tempat
berlabuh kapal dagang. Lasem kemudian berkembang menjadi kota
perdagangan yang terkenal.

Pada abad ke-16, Lasem memiliki pelabuhan yang sering dikunjungi


oleh kapal-kapal asing yang melakukan perdagangan di Jawa, termasuk kapal-
kapal pedagang dari Tiongkok. Lasem menjadi pusat perdagangan candu pada
masa tersebut. Kehadiran kapal-kapal Cina di pelabuhan Lasem mendorong
penduduk Tionghoa untuk tinggal dan menetap di sana. Mereka berakulturasi
dengan penduduk pribumi dan membentuk permukiman Cina yang
berdampingan dengan masyarakat setempat. Salah satu pusat permukiman
Cina tersebut adalah Kelenteng Cu An Kiong, sementara pusat pemerintahan
Kota Lasem terletak di sekitar jalan utama kawasan, yang juga merupakan
lokasi Keraton dan Alun-Alun. Perkembangan Lasem dari era Hindu hingga
masa pendudukan Jepang telah membentuk citra Lasem yang sekarang.
Diawali dengan Alun-Alun, Pecinan, dan Kerajaan sebagai pusat kawasan,
kemudian pembangunan masjid di sebelah Alun-Alun seiring masuknya Islam,
dan perkembangan Pecinan di sekitar pusat kawasan yang menyebabkan
Lasem semakin membesar. Pembangunan Jalan Daendels yang melintasi Alun-
Alun juga mendukung perkembangan Lasem dengan akses yang lebih baik,
sehingga permukiman juga berkembang luas.

Pada masa penjajahan, dibangun infrastruktur seperti rel kereta dan


galangan kapal, dan saat pendudukan Jepang, Lasem menjadi tempat
pembuatan kapal dan markas Jepang. Berbagai peristiwa tersebut
meninggalkan ciri khas pada kawasan Lasem, seperti bangunan Pecinan dan
Belanda, akulturasi budaya antara Cina, Jawa, dan Islam, batik Lasem dengan
corak Cina dan kearifan Jawa, serta keahlian dalam pembuatan bangunan kayu
dan kapal di masa lalu. Semua ini merupakan warisan budaya Nusantara yang
harus dikelola dan dilestarikan. Kawasan Lasem merupakan peninggalan
bersejarah yang akan diwariskan oleh generasi sekarang kepada generasi
mendatang tentang perjalanan panjang Lasem yang berhasil pada zamannya.
2.2.2 Pengelolaan Intangible Heritage Lasem: Kerajinan Batik Lasem
Di samping bangunan-bangunan warisan, Lasem juga memiliki Warisan
Tak Benda berupa Batik Lasem, seni membatik yang telah diwariskan secara
turun-temurun melintasi generasi sejak Na Li ni dan Bi Nang Un, dua individu
yang memperkenalkan teknik membatik di Lasem pada abad ke-15 hingga
mencapai masa kejayaan Batik Lasem pada tahun 1860-an.

5
Motif-motif dalam Batik Lasem berasal dari tradisi simbolik Tionghoa.
Misalnya, motif Naga yang melambangkan kekuatan dan kemuliaan, motif
Phoenix (burung hong) yang melambangkan kecantikan, serta motif bunga-
bunga yang melambangkan keindahan dan kesejahteraan. Terdapat juga motif
lokal seperti motif flora dan fauna laut. Motif kricikan menggambarkan kerja
rodi masyarakat Lasem dalam membangun Jalan Raya Pos. Selain itu,
kerajinan Batik Lasem juga mencakup pembuatan kain batik panjang dan kain
Tokwi (penutup meja altar persembahan/zhuowei) yang terkenal dalam tradisi
babah di Singapura.
Bangunan-bangunan Cagar Budaya dan Batik saling berpengaruh
terhadap kelestariannya. Contohnya, Rumah Batik Lumintu yang
memanfaatkan Rumah Kuna dan Warisan Batik, yang dijalankan oleh
pembatik Ekawatiningsih, menggunakan rumah leluhurnya sebagai tempat
kerja dan toko Batik. Rumah khas dengan ornamen langgam Cina Hindia ini
menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melihat proses pembuatan dan galeri
Batik khas Lasem.

6
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Kajian Perangkat Manajemen Kota


Beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam pengelolaan kasus ini adalah
sebagai berikut.
3.1.1 Perangkat Manajemen Kota (Planning)
1. UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 ayat 5
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan 2.
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

- Pasal 12 ayat 1 Penetapan kawasan strategis pariwisata


Tinjaun kebijakan mengenai pengembangan kawasan wisata adalah Pasal
12 ayat 1 Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan
memperhatikan aspek:

1. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik
pariwisata
2. potensi pasar

3. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah
4. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
5. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan aset budaya
6. kesiapan dan dukungan masyarakat

7. kekhususan dari wilayah

2. Perbup Kab. Rembang No 47 Tahun 2019 Pasal 12 ayat 2


Rencana umum peruntukan lahan makro meliputi:

a. kawasan yang memiliki bangunan konservasi diarahkan sebagai bagian dari


ritual path untuk menunjang wisata kawasan pusaka kota Lasem;
b. optimalisasi dan penataan kawasan sekitar alun-alun dengan penyediaan
prasarana dan sarana yang mendukung fungsi tersebut;

7
c. pengembangan jaringan jalan utama kolektor primer dan kolektor sekunder
dengan pengaturan sirkulasi dengan pelebaran jalan, penyediaan saluran drainase,
penyediaan jalur pejalan kaki dan penyediaan pelengkap jalan lainnya untuk
mendukung fungsi kawasan; dan
d. peningkatan fungsi jaringan drainase melalui pembangunan saluran drainase
yang menerus dan terpadu.

3. RKPD Kabupaten Rembang Tahun 2023


Selain prioritas pembangunan nasional, provinsi dan daerah, prioritas
pembangunan Kabupaten Rembang juga memperhatikan potensi pengembangan
wilayah. Dimana Kabupaten Rembang memiliki potensi pengembangan yang
terbagi dalam tiga wilayah pengembangan, yakni wilayah utara/pesisir, wilayah
tengah/dataran rendah, dan wilayah selatan / berbukit. Wilayah utara/pesisir
terdiri dari enam (6) kecamatan yang memiliki potensi perikanan tangkap;
perikanan budidaya; pertambakan garam; mangrove; pengembangan pelabuhan
perikanan; pengembangan pelabuhan umum; pariwisata dan cagar budaya serta
industri. Wilayah tengah/dataran rendah terdiri dari lima (5) kecamatan yang
memiliki potensi pengembangan pertanian; kehutan; perkebunan; industri
berbasis pertanian dan kehutanan. Sedangkan wilayah selatan/berbukit terdiri dari
tiga (3) kecamatan memiliki potensi pengembangan kehutanan; pertambangan;
dan pariwisata.
Pengembangan wilayah di Kabupaten Rembang juga terbagi atas beberapa
lokasi prioritas seperti pengembangan kawasan strategis yang utamanya
difokuskan di Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, dan Kecamatan Pamotan.
Pengembangan komoditas unggulan (pertanian, perikanan, peternakan) dan
Pengembangan ekonomi local berbasis kawasan perdesaan melalui Pusat
Pertumbuhan Terpadu Antar Desa (PPTAD), yang mana program in telah berhasil
mengembangkan Kawasan Wisata Batik Lasem yang didukung oleh Pertanian
dan Peternakan. Disamping itu pemerintah Kabupaten Rembang memiliki tiga (3)
pengambangan kawasan perdesaan yaitu kawasan perdesaan Alas Samudro Welo,
Kawasan Simoturun dan Kawasan Kanung Argosoko.

3.1.2 Perangkat Manajemen Kota (Organizing)


Masyarakat: keterlibatan masyarakat adalah dalam penetapan kesepakatan
bersama dengan pemerintah Rembang sebagai proses pengembangan
parwisata dan pengelolaan cagar budaya Kawasan Pusaka Lasem, serta
pemberdayaan masyarakat.

8
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rembang: merumuskan kebijakan
bidang kebudayaan dan bidang pariwisata melalui usulan Sekretariat dan
Bidang sebagai bahan penetapan kebijakan Daerah

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Rembang:


berperan dalam pembenahan infrastruktur, memelihara, dan merencanakan
terkait penataan ruang dalam hal pengembangan pariwisata.
Dinas Komunikasi dan Informatika: melaksanakan urusan pemerintahan
bidang komunikasi dan informatika, bidang persandian, dan bidang statistik
yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata
Kelompok Masyarakat Pemerhati Cagar Budaya: kelompok masyarakat ini
berperan sebagai kelompok aktif yang mewakili warga lokal dalam memantau
dan berpartisipasi dalam pemilihan kebijakan terkait pengelolaan Kawasan
Pusaka Lasem.
Kelompok Masyarakat Sadar Wisata (POKDARWIS): Pokdarwis berperan
dalam fokusan pengelolaan Kecamatan Lasem sebagai kawasan wisata, dapat
menjadi penghubung antara masyarakat dan instansi berwenang dalam
pengelolaan kawasan wisata Kecamatan Lasem dan mewadahi pemberdayaan
masyarakat untuk memanfaatkan kawasan wisata atau objek cagar budaya dan
hasil kerajinan tangan lokal sebagai peluang ekonomi lokal.

3.2 Analisis Kasus


3.2.1 Perencanaan (Planning)
Berdasarkan deskripsi lanjutan terkait kondisi, gambaran umum, serta
instrumen perencanaan dalam pengelolaan kawasan cagar budaya Kawasan
Pusaka Lasem, berikut potensi dan masalah internal dan eksternal yakni
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan
ancaman (threat) dipetakan ke dalam matriks SWOT. Matriks SWOT yang ada
kemudian disilangkan sehingga didapatkan strategi yang dapat dilihat pada
Lampiran 1 – Pemetaan Potensi dan Permasalahan Internal dan Eksternal dan
Lampiran 2 – Tabel Analisis SWOT
3.2.2 Skema Penanganan
Dalam mengatasi kasus pengelolaan kawasan cagar budaya di Kawasan
Pusaka Lasem, Kec. Lasem, Kab. Rembang, maka disusun sekma penanganan
terhadap potensi dan permasalahan serta arahan kebijakan yang ada di wilayah
studi sebagai berikut.

9
Gambar … Skema Pengelolaan Kawasan Pusaka Lasem
Sumber: Analisis Penulis, 2023

3.2.3 Manajemen Pengorganisasian


Tahap pengorganisasian penanganan kasus pengelolaan kawasan cagar
budaya Kawasan Pusaka Lasem disajikan dalam tabel indikasi program yang
memuat strategi dan program penanganan beserta rinciannya. Arahan
pengorganisasian tersebut tertera pada Lampiran 3 – Indikasi Program
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Pusaka Lasem

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kawasan Pusaka Lasem di Kabupaten Rembang merupakan sebuah
kawasan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan arsitektur yang
tinggi. Pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjaga keberlanjutan dan
pelestariannya. Melalui pemeliharaan bangunan cagar budaya, pengembangan
warisan tak benda seperti Batik Lasem, serta pendidikan dan kesadaran
masyarakat, warisan budaya Lasem dapat dijaga dan diwariskan kepada generasi
mendatang.

Pengelolaan kawasan Pusaka Lasem melibatkan pelestarian bangunan cagar


budaya dan pengembangan warisan tak benda, seperti kerajinan Batik Lasem.
Motif-motif dalam Batik Lasem menggabungkan tradisi simbolik Tionghoa
dengan motif lokal, menciptakan kekayaan seni yang unik. Bangunan cagar
budaya dan kerajinan Batik Lasem saling berpengaruh dalam menjaga
kelestariannya.
Kabupaten Rembang memiliki potensi pengembangan wilayah yang terbagi
menjadi tiga wilayah pengembangan, yaitu wilayah utara/pesisir, wilayah
tengah/dataran rendah, dan wilayah selatan/berbukit. Terdapat juga beberapa
lokasi prioritas pengembangan seperti Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem,
dan Kecamatan Pamotan. Dalam pengelolaan pariwisata, peran masyarakat, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Rembang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Rembang, serta Dinas Komunikasi dan Informatika sangat
penting.
Instrumen-instrumen yang dapat digunakan dalam pengelolaan kasus ini
meliputi Perangkat Manajemen Kota (Planning), UU Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan, Perbup Kabupaten Rembang No 47 Tahun 2019, dan
RKPD Kabupaten Rembang Tahun 2023.

4.2 Rekomendasi
Dalam upaya pelestarian cagar budaya di Kawasan Pusaka Lasem, terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat diimplementasikan:
1. Penting untuk melanjutkan program inventarisasi, penataan, dan peremajaan
Kawasan Pusaka Lasem sesuai dengan dokumen rencana dan regulasi yang ada,
serta mengimplementasikan pengadaan disinsentif untuk mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan program.

11
2. Disarankan untuk melakukan optimalisasi pengembangan internal wisata melalui
partisipasi dan kontribusi kelompok masyarakat penggiat wisata, dengan
mengembangkan industri batik khas Lasem, sentra Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), serta branding kawasan wisata.
3. Disarankan untuk melakukan optimalisasi partisipasi dan kesadaran masyarakat
melalui kegiatan sosialisasi dan penanganan konflik melalui FGD yang difasilitasi
oleh instansi berwenang, guna meningkatkan pemahaman dan dukungan
masyarakat dalam pelestarian cagar budaya.
4. Diperlukan penentuan segera Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
berwenang untuk Kawasan Pusaka Lasem, agar dapat meningkatkan kolaborasi
dalam pemeliharaan cagar budaya, terutama dengan kelompok masyarakat
penggiat wisata yang sudah ada.
5. Dianjurkan untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi post-ante terhadap
kebijakan dan dokumen rencana eksisting yang terkait dengan program
revitalisasi Kawasan Pusaka Lasem, guna mengidentifikasi dan memperbaiki
masalah yang muncul serta meningkatkan efektivitas program.
6. Disarankan untuk mengembangkan potensi ekonomi dari produksi dan penjualan
kerajinan tangan batik khas Lasem, sehingga dapat mendukung pengembangan
Kecamatan Lasem sebagai kawasan wisata yang menghasilkan keuntungan.
7. Dianjurkan untuk melaksanakan implementasi program konservasi cagar budaya
Kawasan Pusaka Lasem dengan mengelola potensi dan keberadaan objek cagar
budaya dan nilai historis yang terbentuk melalui regulasi khusus seperti Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan masterplan pengembangan wisata.
Pembiayaan program dapat dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Rembang, dan Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai dengan alokasi masing-masing.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggraenie, N. T., & Setyono, J. S. (2020). Evaluasi Kebijakan Konservasi Kota Kecil
Lasem, Kabupaten Rembang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 9(1),
33-47.
Meriastuti, E. E. (2018). Penataan Kampung Batik Pecinan Babagan Lasem sebagai
Pusaka Kota (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Mulyadi, Y. (2014). Pemanfaatan Cagar Budaya Dalam Perspektif Akademik dan
Peraturan Perundang-undangan. Sosialisasi Undang-Undang, (11).
Peraturan Bupati Rembang No. 33 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati
Rembang Nomor 47 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Pusaka Lasem Kabupaten Rembang
Peraturan Bupati Rembang Nomor 47 tahun 2019 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Pusaka Lasem Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang
Pramono, E., & Mutiari, D. (2016). Lasem Heritage Center Sebagai Upaya Pelestarian
Kawasan Heritage Di Lasem.
Rahardjo, S. (2013). Beberapa permasalahan pelestarian kawasan cagar budaya dan
strategi solusinya. Borobudur, 7(2), 4-17.
Taufan, A. A., & Gofar, M. A. (2023). Kajian Manajemen Pengelolaan Kawasan Cagar
Budaya: Studi Kasus Kawasan Pusaka Lasem. Jurnal Lingkungan Binaan
Indonesia, 12(1), 22-34.

Wijayanto, P., Safitri, R. A., & Ischak, M. (2022). PENGARUH GERAKAN


PELESTARIAN PUSAKA TERHADAP ADAPTASI BANGUNAN
BERSEJARAH DI KOTA LASEM. AGORA: Jurnal Penelitian dan Karya
Ilmiah Arsitektur Usakti, 20(2), 183-191.

13
LAMPIRAN

Lampiran 1 – Pemetaan Potensi dan Masalah Internal dan Eksternal


Potensi & Masalah Internal Potensi & Masalah Eksternal
Kondisi Opportunity
Strength (S) Weakness (W) Threat (T)
(O)
Aspek Fisik
Terdapat 362 struktur objek diduga
cagar budaya (ODBC) yang sesuai
dengan kriteria UU No. 11 Tahun 2010,
S1
32 ODBC di antaranya sudah
ditetapkan menjadi cagar budaya
tingkat kabupaten
Sejarah dan desain fasad bangunan
sejarah yang ada memiliki kombinasi S2
langgam budaya Tiongkok dan Jawa
Program revitalisasi yang telah
dilakukan di lapangan tidak sesuai T1
dengan dokumen DED
Status kepemilikan beberapa OBDC
terduga milik privat sehingga
W1
menghambat inventarisasi dan registrasi
objek cagar budaya
Delineasi kawasan cagar budaya hanya
terbatas pada Kawasan Pusaka Lasem
dan memisahkan dengan Kawasan W2
Kampung Batik yang juga merupakan
pembentuk identitas asli Kec. Lasem
Rusaknya saluran air, pintu, dan
dinding fasad bangunan kuno di W3
Kawasan Pasar Kreatif
Aspek Sosial Budaya
Ada kecemburuan sosial dan gesekan
antar etnis khususnya terhadap
W4
keberadaan bangunan sejarah khas
budaya tertentu
Terdapat banyak kelompok masyarakat
penggiat pelestarian dan pokdarwis di S3
enam desa di Kecamatan Lasem

14
Belum ada koordinasi optimal antara
masyarakat dan instansi terkait T2
pelestarian Kawasan Pusaka Lasem
Kerajinan Batik khas Lasem menjadi
warisan budaya intangible Kawasan S4
Pusaka Lasem
Aspek Ekonomi
Kerajinan Batik khas Lasem menjadi
sumber mata pencaharian masyarakat
S5
setempat khususnya di sanggar dan
sentra industri batik
Aspek Kebijakan dan Pembiayaan
Penataan fisik Kawasan Pusaka Lasem
telah diatur secara khusus dalam Perbup
Rembang No. 47 Tahun 2019 tentang O1
RTBL Kawasan Pusaka Lasem Kec.
Lasem Kab. Rembang
Telah terdapat masterplan terkait
pengembangan wisata di Kampung
Pecinan Desa Karangturi, Kawasan O2
Wisata Pantai Caruban Desa
Gedongmulyo, dan Kali Babagan
Memiliki peluang sebagai kawasan
wisata pesisir karena potensi internal
O3
dan letaknya di wilayah pantai utara
Pulau Jawa
Pembiayaan program konservasi
Kawasan Pusaka Lasem berasal dari O4
APBN, APBD Rembang, dan ADD
OPD berwenang atas RTBL Kawasan
T3
Pusaka Lasem masih belum ditentukan
Penentuan dan pengembangan desa
wisata belum diregulasikan sehingga
T4
tidak dapat dikembangkan dengan
orientasi profit
Sumber: Analisis Penulis, 2023

15
Lampiran 2 – Tabel Analisis SWOT
Potensi dan Permasalahan Internal
STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
1. Terdapat 362 ODCB dalam berbagai bentuk yang ada di Kawasan Pusaka Lasem dan beberapa sudah menjadi
cagar budaya tingkat kabupaten
1. Hambatan dalam inventarisasi objek cagar budaya karena adanya permasalahan status kepemilikan objek.
2. Desain fasad bangunan sejarah memiliki historis akulturais budaya Tiongkok dan Jawa
2. Delineasi kawasan cagar budaya yang memisahkan kawasan inti dengan wilayah Kampung Batik
3. Terdapat kelompok masyarakat penggiat wisata dan pemeliharaan Kawasan Pusaka Lasem
3. Rusaknya bangunan dan infrastruktur kuno
4. Selain ODBC, terdapat warisan budaya intangible yakni Batik khas Lasem
4. Ada konflik sosial terkait keberadaan bangunan sejarah khas budaya tertentu
5. Kerajinan batik khas Lasem menjadi sumber ekonomi masyarakat setempat melalui sanggat dan sentra industri
batik
1. [W1, W2, W3 - O1, O2]
1. [S1, S2 - O1, O2, O4]
OPPORTUNITY (O)
Program inventarisasi, penataan, dan peremajaan Kawasan Pusaka Lasem ditindaklanjuti secara
1. Penataan fisik Kawasan Pusaka Lasem telah diatur secara Implementasi program konservasi cagar budaya Kawasan Pusaka Lasem dengan potensi dan tegas berdasarkan dokumen rencana dan regulasi terkait yang ada serta pengadaan disinsentif
khusus dalam PERBUP REMBANG/47/2019 tentang RTBL keberadaan objek cagar budaya dan nilai historis yang terbentuk dikelola dalam regulasi khusus untuk mengendalikan hambatan dalam implementasi program.
Kawasan Pusaka Lasem Kec. Lasem Kab. Rembang (RTBL dan masterplan pengembangan wisata) dengan pembiayaan melalui APBN, APBD
Potensi dan Permasalahan Eksternal

2. Terdapat masterplan pengembangan wisata di beberapa Kab. Rembang, dan ADD sesuai alokasi masing-masing
desa
3. Berpeluang menjadi kawasan wisata pesisir karena potensi
lokasi di wilayah pantai utara dan keberagaman objek & 2. [S1, S3, S4 - O3]
warisan cagar budaya
4. Pembiayaan program konservasi Kawasan Pusaka Lasem Optimalisasi pengembangan internal wisata melalui partisipasi dan kontribusi kelompok
berasal dari APBN, APBD Rembang, dan ADD masyarakat penggiat wisata melalui pengembangan industri batik khas Lasem, sentra UMKM,
dan branding kawasan wisata.

1. [S3 - T3]
THREAT (T) 1. [W3 - T1]
Penentuan segera OPD berwenang atas RTBL Kawasan Pusaka Lasem sehingga dapat
1. Peogram revitalisasi yang telah dilakukan tidak sesuai Peninjauan ulang dan evaluasi post-ante terhadap kebijakan dan dokumen rencana eksisting
meningkatkan kolaborasi pemeliharaan cagar budaya khususnya dengan kelompok masyarakat
dengan dokumen DED terkait program revitalisasi Kawasan Pusaka Lasem untuk memperbaiki masalah yang timbul
2. Belum ada koordinasi optimal antara masyarakat dan penggiat wisata yang ada.
instansi terkait pelestarian kawasan cagar budaya 2. [S4, S5 - T4] 2. [W4 - T2]
3. Belum ditentukannya OPD berwenang atas RTBL
Kawasan Pusaka Lasem
4. Pengembangan desa wisata belum teregulasi sehingga
Pengembangan potensi ekonomi dari produksi dan penjualan kerajinan tangan batik khas Optimalisasi partisipasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian cagar budaya
tidak dapat dikembangkan dengan orientasi profit Lasem dapat mendukung pengembangan Kec. Lasem sebagai kawasan wisata berorientasi melalui kegiatan sosialisasi dan penanganan konflik melalui FGD yang difasilitasi oleh instansi
profit berwenang.

Sumber: Analisis Penulis, 2023

16
Lampiran 3 – Indikasi Program Pengembangan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kawasan Pusaka Lasem

Waktu Pelaksanaan
Sumber Instansi
No. Strategi Program Kegiatan

2023

2024

2025

2026

2027
Pendanaan Pelaksana

1 Implementasi program Program Revitalisasi bangunan dan


konservasi cagar budaya Pengelolaan dan infrastruktur sejarah yang
Kawasan Pusaka Lasem Konservasi mengalami kerusakan
dengan potensi dan Kawasan Cagar
keberadaan objek cagar Budaya
budaya dan nilai historis yang Pengembangan fasilitas dan
terbentuk dikelola dalam infrastruktur pendukung
regulasi khusus (RTBL dan wisata cagar budaya APBN,
Bappeda dan
masterplan pengembangan APBD Kab.
Dinas
wisata) dengan pembiayaan Rembang,
Pariwisata
melalui APBN, APBD Kab. dan ADD
Rembang, dan ADD sesuai Penganggaran biaya
alokasi masing-masing operasional revitalisasi dan
pengembangan Kawasan
Pusaka Lasem

17
2 Optimalisasi pengembangan Program Pengembangan citra wisata
internal wisata melalui Pemberdayaan Kawasan Pusaka Lasem dan
partisipasi dan kontribusi UMKM desa wisata yang memiliki
kelompok masyarakat Kerajinan Batik, keterkaitan dengan kawasan
penggiat wisata melalui Sosialisasi dan inti cagar budaya melalui
pengembangan industri batik Pelatihan sosial media
khas Lasem, sentra UMKM, Masyrakat
dan branding kawasan wisata.
APBN, Bappeda dan
APBD Kab. Dinas
Rembang Pariwisata
Pengadaan event kultur dan
budaya tahunan
Sosialisasi dan pelatihan
teknis masyarakat lokal
terkait pengelolaan kawasan
cagar budaya sebagai destinasi
wisata
3 Program inventarisasi, Program Mediasi dan penanganan
penataan, dan peremajaan Inventarisasi dan konflik status kepemilikan
Kawasan Pusaka Lasem Revitalisasi bangunan ODCB
ditindaklanjuti secara tegas Kawasan Pusaka
berdasarkan dokumen rencana Lasem
dan regulasi terkait yang ada
serta pengadaan disinsentif APBN, Bappeda dan
untuk mengendalikan APBD Kab. PU Tata
hambatan dalam implementasi Rembang Ruang
program.

18
Inventarisasi status dan
legalisasi objek cagar budaya
yang belum teregistrasi secara
sah
Pemantauan dan pengawasan
pemanfaatan ruang secara
berkala
4 Penentuan segera OPD Program Pengadaan forum penentuan
berwenang atas RTBL Penanganan OPD berwenang atas RTBL
Kawasan Pusaka Lasem Kawasan Pusaka
sehingga dapat meningkatkan Lasem
kolaborasi pemeliharaan cagar
budaya khususnya dengan Bappeda,
kelompok masyarakat APBN, Dinas
penggiat wisata yang ada. APBD Kab. Pariwisata,
Rembang dan PU Tata
Ruang

Pengadaan forum diskusi


program revitalisasi Kawasan
Pusaka Lasem
5 Pengembangan potensi Program Pelatihan membatik dan
ekonomi dari produksi dan Pengembangan peningkatan ragam jenis dan
penjualan kerajinan tangan UMKM kualitas produksi batik khas
batik khas Lasem dapat Kerajinan Batik Lasem Bappeda,
mendukung pengembangan Lasem Dinas
Kec. Lasem sebagai kawasan APBD Kab.
Pariwisata,
wisata berorientasi profit Rembang,
Pokdarwis,
Swasta
Masyarakat,
Swasta
Pemasaran lokal dan
interlokal produk batik khas
Lasem

19
Promosi melalui pameran atau
bazaar batik terjadwal
Pengembangan sentra industri
batik khas Lasem
6 Peninjauan ulang dan evaluasi Program Evaluasi RTBL Kawasan
post-ante terhadap kebijakan Evaluasi Pusaka Lasem dan kesesuaian
dan dokumen rencana Kebijakan implementasinya terhadap
eksisting terkait program Kawasan Pusaka dokumen DED
revitalisasi Kawasan Pusaka Lasem
Lasem untuk memperbaiki APBN, Bappeda dan
masalah yang timbul APBD Kab. Dinas PU
Rembang Tata Ruang

Evaluasi masterplan
pengembangan wisata
beberapa desa/kelurahan
7 Optimalisasi partisipasi dan Program Sosialisasi program
kesadaran masyarakat akan Sosialisasi dan konservasi Kawasan Pusaka
pentingnya pelestarian cagar Pemberdayaan Lasem dengan masyarakat
budaya melalui kegiatan Masyarakat setempat Bappeda,
sosialisasi dan penanganan Lokal Kota Dinas
konflik melalui FGD yang Lasem Komunikasi
difasilitasi oleh instansi dan
berwenang. Informatika,
APBN,
Dinas
APBD Kab.
Pariwisata,
Rembang
Pengadaan FGD untuk PU Tata
identifikasi dan penanganan Ruang,
konflik sosial Pokdarwis
Lasem, dan
Kerja sama dengan lembaga Masyarakat
pendidikan untuk
meningkatkan SDM wisata
cagar budaya

20
Sumber: Analisis Penulis, 2023

21

Anda mungkin juga menyukai