Oleh Lasmiyati
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung,
Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung
Email : lasmiyatinizam@gmail.com
Abstrak
Abstract
Keraton (palace), in which a king lives, comprises several buildings. The Sultan
administers every political and cultural activities inside keraton. This research aims to
study the history of the establishment of Keraton Kanoman and its development. The
methods covered heuristic, critique, interpretation, and historiography. The informant
said that the Keraton was established in 1510 Çaka or 1588 AD by Pangeran (Prince)
Muhamad Badrudin Kartawidjaja or Sultan Anom. They occupied Witana building which
was first occupied by Pangeran Cakrabuana when he was in Tegal Alang-alang. Like
other traditional cities, Keraton Kanoman has a plaza inside with a banyan tree in the
middle, market, great mosque, and other buildings. The Keraton is not only a traditional
city, but it functions as a place to carry out ceremony commemorating the birth of
Prophet Muhammad.
Sultan Khaerudin menjabat sebagai sultan lagi oleh Sultan Raja Muh Djalaludin
Anom hanya tiga tahun, karena sakit dan (1989-2003). Dari tahun 2003 sampai
meninggal dunia. Ia memerintah dari tahun sekarang (2012) yang menjabat sebagai
1703-1706, kemudian digantikan oleh Sultan Anom adalah Sultan Raja Muh
puteranya bernama Pangeran Gusthi atau Emirudin (sumber: silsilah Sultan
Pangeran Ngalimudin yang bernama Kanoman).
Sultan Anom III. Keraton adalah sebuah lembaga atau
Ketika Sultan Ngalimudin diangkat institusi yang di dalamnya terdapat struktur
sebagai sultan Anom III, ia baru berusia organisasi yang terdiri atas raja, patih, dan
12 tahun, sehingga untuk melaksanakan seterusnya hingga struktur yang paling
tugasnya sehari-hari dijalankan oleh bawah adalah prajurit atau para abdi
wakilnya bernama Pangeran Raja Dipati dalem.
Kusumaghung atas nama sang Ratu.
Setelah Sultan Ngalimudin dewasa, b) Kota Tradisional
pengambilalihan tahta menjadi sulit, Keraton Kanoman terdiri atas
bahkan timbul perselisihan. Kasus ini benteng keraton yang mengelilingi
diadukan kepada Residen Belanda, kompleks Keraton Kanoman dan alun-
Komisaris Jogkaginu, dan dinyatakan alun. Tata letak dasar kota di Jawa
yang berhak menduduki Sultan Anom digambarkan di pusatnya ada alun-alun
adalah Sultan Ngalimudin. yang di tengah-tengahnya terdapat pohon
Setelah wafat ia digantikan oleh beringin. Rumah sultan berada di sebelah
Sultan Kharidin Rahim sebagai Sultan selatan. Di sebelah barat alun-alun
Anom IV. Ketika Sultan Kharidin Rahim terdapat masjid agung (Daldjoeni,
diangkat sebagai sultan ia baru berusia 10 2003:18), perkampungan berada di
tahun. Demi kelancaran tugas kesultanan belakangnya yang disebut kauman.
diangkatlah wakilnya, yaitu Kiai Keraton Kanoman dibangun seperti
Tumenggung Bahumadengda. bangunan kota di Jawa yaitu alun-alun
Tumenggung Bahumadengda memerintah terletak di sebelah utara Keraton
dari tahun 1733-1744, namun ketika Sultan Kanoman. Dahulu alun-alun ini berfungsi
Kharidin akan mengambil alih ternyata sebagai tempat dilaksanakannya apel besar
mengalami kesulitan. Pada saat Sultan prajurit dan kegiatan lainnya. Sekarang
Kharidin meninggal dunia, ia alun-alun digunakan sebagai arena publik.
meninggalkan banyak putera, baik dari Sebutan alun-alun diambil dari kata alun
permaisuri atau selir. Perebutan kekuasaan yang artinya ombak. Rakyat yang datang
pun tidak dapat dihindari (Salana, 1987: memenuhi tanah lapang di depan istana,
278). Sultan Raja Alimudin menjabat dari terlihat oleh raja dari Siti Inggil bagaikan
tahun 1744-1798. Setelah wafat ia alun atau ombak (Kunto, 1992/1993: 68).
digantikan oleh Sultan Anom Chaerudin Di tengah alun-alun terdapat
atau Sultan Anom Baberudin dari tahun pohon beringin (waringin kinurung).
1798-1803. Penerus berikutnya adalah Waringin berarti pohon beringin dan
Sultan Raja Abo Sholeh Imanuddin atau kinurung adalah terkurung. Waringin
Sultan Anom Abu Thoyib Imanudin kinurung berarti pohon beringin yang
1803-1811, ia digantikan oleh Sultan Raja dikelilingi pagar. Pohon beringin apabila
Qomarudin I (1811-1858), berikutnya sudah besar, berbatang banyak dan
adalah Sultan Raja Qomarudin II (1858- berdaun lebat bisa digunakan untuk
1873), dilanjutkan oleh Sultan Raja berlindung dari gerimis dan teriknya
Zulkarnaen (1873-1934). Penerus matahari. Pohon beringin mempunyai
berikutnya adalah Sultan Raja Nurbuat bentuk seperti payung, merupakan
(1934-1935), dilanjutkan oleh Sultan Raja perlambang pengayoman dan keteduhan,
Muh Nurus (1935-1989), dan digantikan dalam hal ini menunjukkan bahwa keraton
yang dipimpin oleh seorang sultan tempat pelaksanaan upacara Pelal besar,
mempunyai fungsi sebagai pengayom dan tawasulan dan marhaban. (wawancara
pelindung bagi masyarakatnya. Pohon dengan Elang Rahardja, tanggal 13
beringin yang menyatu dengan alun-alun Februari 2012).
juga dapat diartikan sebagai Manunggaling Dalam Kitab Negara Kertagama
Kawula Gusti yang berarti rakyat dan disebutkan bahwa negara atau negare
sultan selalu bersatu. Oleh karena pohon dapat diartikan sebagai kota yang meliputi
beringin di alun-alun Keraton Kanoman keraton dan kompleksnya. Keraton
sudah tua, tahun 2010, secara perlahan Kanoman terbentuk seperti tata kota
batang-batangnya patah. Melihat kondisi tradisional, terdiri atas alun-alun, pasar,
tersebut Sultan Kanoman mengganti pohon masjid agung, dan tempat tinggal sultan.
beringin yang sudah rapuh dengan pohon Untuk memisahkan antara tempat tinggal
yang baru. sultan dengan masyarakat, baik itu
Pendukung sarana kota adalah masyarakat yang menghuni keraton atau
pasar. Pasar Kanoman terletak di sebelah pun tidak, mereka dipisahkan dengan
utara alun-alun. Luasnya 5.450 m². Pada benteng. Jadi secara fisik, benteng
masa pemerintahan Belanda, Pasar keraton merupakan pemisah antara
Kanoman diperbaiki dan diperluas. Tahun keluarga sultan dengan masyarakat. Tata
1985 pedagang pasar Kanoman mulai letaknya memanjang dari utara ke selatan.
menempati lahan milik Keraton Kanoman, Menurut Tim Peneliti Sejarah Unpad
dan posisinya mendekati keraton. Mereka (1991: 50) pembangunan kota yang
beranggapan bahwa dengan mendekati susunan pusat kotanya meliputi alun-alun,
keraton akan mendapatkan berkah pasar, masjid, dan bangunan sosial lainnya
(wawancara dengan Ratu Arimbi, 12 tersebut terjadi pada masuk dan
Februari 2012). Untuk memberikan berkembangnya agama Islam. Konsep kota
kesempatan kepada umat muslim dalam di Jawa yang ada di Keraton Kanoman
mendekatkan diri kepada Yang Maha tersebut diikuti pula oleh beberapa kota-
Kuasa dibangunlah masjid. Masjid kota lainnya seperti Sumedang dan
merupakan tempat suci agama Islam yang Bandung.
digunakan untuk melaksanakan salat lima Keraton Kanoman yang dibangun
waktu dan tempat mendekatkan diri berdasarkan konsep kota tradisional yang
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tempat meliputi alun-alun, pasar, masjid, dan
belajar mengaji, memperdalam hafalan istana, kawasan tersebut bernama
Al-Qur’an, dan sebagai tempat syiar agama kuthagara. Di kuthagara sultan, yang
Islam. Masjid Agung Kanoman terletak di menempati pusat keraton, dibantu oleh
sebelah barat alun-alun menghadap ke patih atau patih jero yang bertanggung
timur, beratap tumpang dua dengan puncak jawab pada masalah perbendaharaan dan
masjid berhiaskan mamolo. Lokasi masjid keamanan sultan, sedangkan patih jawi
dikelilingi tembok, dengan pintu masuk yang bertanggung jawab atas jalannya
terletak di sisi timur dan selatan, berdenah pemerintahan, berada di luar istana
bujur sangkar. Saat ini masjid tersebut bernama negara gung. Wilayah negara
masih dipergunakan untuk sarana ibadah gung sebenarnya adalah apanage atau
umat Islam dan tempat penyelenggaraan lungguh para bangsawan yang berstatus
upacara Maulid Nabi Muhamad SAW. sebagai patuh (pemilik tanah). Rakyat
Pada puncak Masjid Agung Kanoman yang berada di negaragung statusnya
terdapat kubah, di pucuk kubah terdapat sebagai penggarap. Keraton Kanoman
mamolo yang melambangkan simbol mempunyai wilayah-wilayah yang berada
dari Hindu ke Islam. Saat ini Masjid di luar Keraton Kanoman seperti Trusmi
Agung Kanoman selain dijadikan sebagai dan Kasunean. Sebagian masyarakat
tempat ibadah juga berfungsi sebagai Trusmi dan Kasunean menggarap tanah-
tanah milik keraton dan mempunyai Apa yang dikatakan oleh sultan selalu
hubungan dekat dengan sultan. Wilayah dituruti. Sultan juga dianggap sebagai Ratu
Keraton Kanoman juga meliputi wilayah Adil. Ia dapat bertindak adil terhadap
yang berada di luar kuthagara dan rakyatnya. Itu sebabnya sultan sering
negaragung. Wilayah tersebut bernama dimintai pendapat atau nasihatnya. Sultan
mancanegara (Radjiman, 1984: 128). Di harus terbuka untuk siapa saja. Sultan
wilayah ini tidak terdapat daerah-daerah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas.
lungguh. Mereka mempunyai hubungan Ia harus memberikan perlindungan kepada
dekat dengan sultan dan keluarganya. rakyatnya. Keputusan sultan pun tidak bisa
Masyarakat yang menempati wilayah ditentang. Dari hubungan dekat antara
mancanegara pada waktu-waktu tertentu sultan dan rakyatnya, perlu adanya sistem
datang menghadap sultan sambil keamanan untuk keselamatan sultan dan
membawa hasil kebun atau pertanian. keluarga. Untuk menjaga keamanan
Waktu-waktu mereka bertemu sultan tersebut perlu dipasang sebuah pintu
adalah pada peringatan Maulid Nabi. Saat pengaman bernama Pintu Regol Mundu.
Keraton Kanoman mengadakan acara Pintu ini berdampingan dengan bangsal
Maulid Nabi Muhamad SAW, masyarakat Singabrata. Pintu ini merupakan pintu
yang berasal dari Majalengka, Kuningan, bacem karena berfungsi sebagai
dan Karawang berdatangan ke Keraton pengamanan wilayah Keputran dan
Kanoman, mereka bergotong-royong Keputren. Di sebelah tembok wilayah
membantu pelaksanaan acara tersebut. Kaputran dan Kaputren terdapat pintu
Bentuk gotong royong mereka gerbang berbentuk candi bentar yang
berkelompok mengerjakan sesuai menghubungkan antara wilayah Kaputran
pekerjaan masing-masing (wawancara dan Kaputren dengan Gedung Pedaleman
dengan Cheppy tanggal 12 Juni 2012). Sultan.
Selain membangun gedung untuk
tempat tinggal, sultan juga membangun
c) Sultan dan Bangunan Keraton
taman bernama Taman Kebon Raja.
Di dalam keraton terdapat
Taman Kebon Raja merupakan taman
beberapa bangunan dengan fungsi yang
penyegar suasana yang berada di sebelah
berbeda-beda. Sultan menempati bangunan
barat Mande Mastaka. Berdekatan dengan
bernama Gedung Pedaleman Sultan, yang
Gedung Pedaleman Sultan, Bangsal
berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan
Kaputran, dan Bangsal Kaputren terdapat
istrinya. Gedung ini terletak di sebelah
Kebon Jimat berfungsi sebagai pungkuran
timur bangsal kaputran dan bangsal
keraton. Kebon Jimat merupakan gedung
kaputren. Bangsal Kaputren merupakan
yang di dalamnya terdapat beberapa sumur
bangunan yang dihuni oleh puteri-puteri
keramat (sumur pitu), yaitu Sumur
sultan, dan bangsal kaputran yaitu bangsal
Bandung yang berukuran paling besar,
yang dihuni oleh putera-putera sultan.
Sumur Panganten yang berbentuk bujur
Bangunan Kaputran terletak di sebelah
sangkar, Sumur Kajayaan yang berbentuk
timur Mande Mastaka sedangkan
bundar, dan Sumur Agung Witana yang
bangunan Kaputren terletak di sebelah
berbentuk bundar dan dihiasi wadasan.
utaranya. Kedua gedung ini dibatasi oleh
Tidak jauh dari sumur kajayaan, terdapat
pagar tembok tinggi.
bangunan tinggi (dua lantai) yang
Raja atau sultan, selain sebagai
digunakan untuk menyimpan barang jimat
pemimpin istana, ia dianggap sebagai
keraton bernama Bangsal Pejimatan. Dulu
titisan dewa. Sultan juga mendapat sebutan
tempat ini sebagai tempat pemburatan
Panetep Panata Gama atau khalifatullah
yaitu tempat membuat boreh dan jamu
sebagai wakil Tuhan di dunia. Sultan
untuk sarana upacara Maulid Nabi
sebagai keturunan walisanga dapat
memberikan pencerahan kepada rakyatnya.
(wawancara dengan Elang Raharda tanggal di atas plafonnya terdapat ukiran kayu.
13 Februari 2012). Mande Mastaka berfungsi untuk menerima
Sultan juga berhubungan dekat para undangan, seperti pada peringatan
dengan para pejabat keraton. Apabila para Maulid Nabi dan acara pagelaran kesenian
pejabat keraton akan menghadap sultan, tarian bedaya. Mande Mastaka juga
terlebih dahulu akan menunggu di sebuah difungsikan sebagai Mande Pelayonan
bangsal bernama Bangsal Singabrata. yaitu untuk menempatkan jenazah sultan
Bangsal ini terletak di sebelah gedung dan keluarga untuk disalatkan. Pada plafon
museum dengan konstruksi bangunan Mande Mastaka yang berukir terdapat
malang semirang. Singabrata berarti singa angka tahun pembuatan bangunan. Tetapi
besar yaitu sebagai tempat para penggede sayang angka tahun tersebut tidak bisa
keraton menunggu sebelum menghadap dibaca karena bentuk hurufnya sudah
sultan. Tamu yang memerlukan tempat kusam. Akan tetapi candra sengkala yang
parkir, kendaraannya dapat diparkir di berada di pintu utama pembatas antara
Blandongan Jinem. Blandongan ini Bangsal Jinem dan Mande Mastaka masih
terletak di depan Bangsal Jinem berbentuk dapat dibaca. Candra sangkala tersebut
bujur sangkar. Blandongan Jinem berupa ukiran di daun pintu yang berbunyi
berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan kemangmang ing bumi pandawa surya
para tamu, pejabat, dan lain-lain yang atau bisa dibaca kemangmang ing bumi
hendak bertemu sultan. Setelah dapat pandawa candra yang menunjukkan angka
menghadap sultan, tamu tersebut tahun 1510 Saka atau 1588 Masehi.
ditempatkan di Bangsal Jinem. Bangsal Di dalam Mande Mastaka terdapat
ini terletak di sebelah selatan Blandongan kursi gading yang dikeluarkan hanya
Jinem. Konstruksi bangunannya berbentuk setahun sekali, di atasnya terdapat ukiran
malang semirang (joglo berganda). tatrap yang berarti sukses, maknanya
Bangsal Jinem berfungsi untuk menerima bahwa dahulu bagi siapa yang masuk ke
tamu, baik dari masyarakat atau pun ruangan ini akan sukses, segala apa yang
pejabat yang ingin menghadap sultan atau dicita-citakan akan berhasil. Di belakang
menghadiri undangan dari sultan. Nama Mande Mastaka terdapat hiasan wadasan
Jinem diambil dari kata ji adalah terpuji, dan megamendung. Wadasan berasal dari
nem adalah mufakat atau perkataan. kata wadas yang berarti karang yaitu
Pendopo ini disangga dengan lima pasang perwujudan dari batu karang.
tiang besar, melambangkan shalat lima Megamendung berasal dari kata mega atau
waktu, juga disangga dengan dua puluh awan dan mendung (hitam) bermakna
tiang kecil melambangkan sifat-sifat Allah awan hitam yang mendatangkan hujan
yang berjumlah 20 (wawancara dengan (Yayasan Mitra Budaya Indonesia, 1982:
Elang Rahardja, 13 Februari 2012). 148-149). Bangunan tersebut juga dihiasi
Di belakang Bangsal Jinem dengan piring keramik dari Belanda.
terdapat ruang Prabayaksa. Dahulu ruang Piring keramik Belanda yang menghiasai
Prabayaksa dijadikan tempat bangunan Mande Mastaka tersebut
penyelenggaraan upacara seperti menandakan bahwa dahulu Sultan
Mauludan, ulang tahun Cirebon, maupun Kanoman pernah menjalin hubungan
penobatan raja. Di belakang ruang persahabatan dengan pemerintah Belanda.
Prabayaksa terdapat ruang kecil bernama Piring keramik tersebut ada yang
Mande Mastaka. Mande Mastaka terletak merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal
di sebelah selatan bangsal Jinem. Belanda dan ada pula yang segaja ditinggal
Bangunan ini berdampingan dengan disebabkan kekalahannya terhadap
Bangsal Jinem hanya disekat tembok dan pemerintahan Jepang, sehingga tentara
tiga buah pintu. Konstruksi bangunan Belanda meninggalkan Cirebon tanpa
beratap joglo dengan hiasan dan ornamen membawa piring keramik tersebut.
nama Caruban yang diambil dari kata pauknya. Menurutnya, petis jenis
campuran, Berita tersebut didengar oleh blendrang rasanya lebih enak
Raja Galuh Prabu Cakraningrat dan dibandingkan dengan garage dan terasinya
patihnya, Adipati Kiban. Raja Galuh (Rochani, 2008: 74-75). Tujuh mantri
utusan Adipati Kiban kemudian
Gambar: 1 menyampaikan pesan kepada Pangeran
Lumpang Alu Walangsungsang, bahwa Raja Galuh
mengharapkan setoran pajak dan upeti
sebesar satu pikul rebon halus per tahun,
dan harus disetorkan ke Raja Galuh.
Pernyataan tersebut sesuai dengan
Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang
mengatakan:
Kocapa Cakrabumi sinareng kang
Alat pencetak terasi garwa tuwin kang rayi lagi bebek rebon
rebut dingin, tumpang tindih, wong
gunung pating carowet: “Oga ae, geura
age, geura bebek”. Dadi misuwur tanah
Grage, yang artinya: Diceritakan
Cakrabumi bersama sang isteri dan sang
adik sedang menumbuk rebon di lumpang
batu dengan halu batu. Orang yang
mengkulak rebon berebut saling
Sumber: Penelitian 2012 mendahului berdesak-desak sambil
berceloteh. “Oga. age, geura age, geura
bebek”. (cepat-cepatlah ditumbuk). Jadi
memerintahkan kepada Adipati Palimanan masyur pedukuhan baru itu disebut nama
untuk mengadakan penyelidikan. Dari Grage (Sulendraningrat, 1982: 13).
hasil penyelidikan yang dilakukan tenyata Pada kesempatan tersebut, para
di daerah pantai Tegal Alang-alang ada mantri Pepitu mengumpulkan masyarakat
penangkapan dan penumbukan rebon yang sekitar untuk meresmikan nama kampung
kemudian dibuat terasi. Cara membuat baru tersebut menjadi Kampung Cirebon.
terasi, terlebih dahulu rebon ditumbuk
kemudian dicetak dengan pencetak terasi.
2) Bangsal Witana
Ketika Pangeran Walangsungsang
beserta istri dan adiknya sedang membuat Bangsal Witana merupakan
terasi menggunakan lumpang alu, secara bangsal peninggalan Ki Gedeng Alang-
kebetulan pejabat dari Galuh melihat alang. Bangsal ini terletak di areal Keraton
masyarakat mengantri untuk membeli Kanoman paling belakang, tepatnya
terasi tersebut. Dengan rasa penasaran sebelah barat Kebon Jimat. Nama Witana
Mantri Pepitu dari Galuh menanyakan berasal dari kata wiwit ana yang
proses permbuatan terasi tersebut. Raden mengandung arti pertama kali ada rumah.
Walangsungsang dibantu oleh Rarasantang Bangsal Witana adalah bekas rumah
menerangkan proses pembuatan terasi dan tinggal Ki Gedeng Tegal Alang-alang yang
petis, bahwa petis dibuat dari perasan menjadi kuwu Cirebon pertama. Ki Gedeng
rebon yang telah dimasak dan kemudian Alang-alang membangun rumah tersebut
dimasak lagi dengan diberi bumbu-bumbu pada abad ke-14 dengan bentuk bangunan
secukupnya. Ketika Mantri Pepitu joglo yang disangga dengan 4 (empat)
melakukan kunjungannya, mereka pun tiang yang melambangkan empat kelima
disuguhi hidangan petis sebagai lauk- pancer. Arti empat kelima pancer yaitu
Seblawong berarti besar dan tinggi, Regol Kejaksan, Langgar ini merupakan
yaitu pintu gerbang besar dan tinggi. tempat sultan dan kerabatnya
Bangunan tersebut berdampingan dengan melaksanakan salat tarawih di bulan suci
Komplek Siti Inggil. Daun pintu yang Ramadhan dan sebagai tempat pembacaan
digunakan kayu jati yang besar dan tebal, naskah Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban, dan
gerbangnya terbuat dari bata berbentuk lain-lain.
paduraksa dengan tinggi 9 m, lebar 4,80 m
dan tebal 2 m. Bangunan ini tampak C. PENUTUP
kokoh bergaya bangunan kolonial, Berdasarkan titimangsa yang
memiliki ragam hias tiang-tiang samara ditulis di Pintu Jinem, Keraton Kanoman
dengan pelipit vertikal dan horizontal. Di dibangun pada tahun 1510 Saka atau 1588
tengahnya dihubungkan dengan pelipit M. Tahun Titimangsa tersebut bergambar
vertikal yang melengkung. Pada bangunan “matahari” berarti 1, ”wayang darma
dihias piring keramik porselen yang kusuma” berarti 5, “bumi” berarti 1, dan
ditempel pada seluruh permukaan pintu “binatang kamangmang” yang berarti 0,
gerbang. Pintu gerbang ini dibuka pada apabila digabungkan menjadi 1510.
waktu perayaan Maulid Nabi Muhammad Keraton Kanoman dibangun setelah
SAW. Keraton Pakungwati terjadi kekosongan
Pintu/Kori Kejaksan terletak di kekuasaan. Adanya kekosongan kekuasaan
sebelah selatan Balai Paseban. Pintu ini terjadi disebabkan Pangeran Girilaya
berbentuk pintu regol atau gledegan beserta kedua puteranya berad di Mataram.
digunakan oleh sultan ketika memasuki Setelah ada berita Pangeran Girilaya
Balai Paseban untuk membicarakan meninggal dunia di Mataram, kedua
masalah-masalah hukum, agama, dan lain- puteranya masih ditahan di Mataram.
lain. Di sebelah barat pintu Seblawong Setelah mendapat bantuan dari sultan
adalah Taman Balong Asem. Dinamakan Banten, mereka dibebaskan oleh
Balong Asem karena terdapat Trunojoyo, kemudian dibawa ke Banten.
kolam/balong dan pohon asem, Taman Oleh sultan Banten, kedua putera Pangeran
Balong Asem dihiasi dengan patung Girilaya dibawa ke Cirebon, kedua putera
berbagai jenis binatang satwa seperti gajah, Girilaya tersebut dianggap mempunyai
kijang, dan macan singa barong. Selain itu kedudukan yang sama untuk memimpin
juga terdapat bangsal Singabrata. Keraton Cirebon. Pangeran Martawijaya
Konstruksi bangunan Bangsal Singabrata menjadi sultan sepuh dan Pangeran
malang semirang. Sesuai namanya Kartawijaya menjadi sultan anom dengan
Singabrata yang berarti singa besar, yaitu sebutan Pangeran Badrudin. Sultan
sebagai tempat para penggede keraton Badrudin pada saat menjabat sebagai
menunggu sebelum menghadap sultan. sultan anom membangun Keraton
Nama semirang diambil dari kata seni dan Kanoman menghadap ke utara dengan
mengarang yang artinya berseni/berkarya. alasan magnet bumi menghadap ke utara.
Bangunan tersebut berfungsi sebagai Cirebon yang dirintis oleh Sunan
tempat berkumpulnya para seniman dan Gunung Jati, dijadikan sebagai pusat
budaya untuk mencari inspirasi dan tempat penyebaran agama Islam untuk wilayah
berdiskusi para seniman. Bangunan ini Cirebon dan sekitarnya. Dampak dari
terletak di sebelah barat Kebun Raja yang kegiatan yang dilakukan Sunan Gunung
penuh dengan ornamen dan hiasan taman, Jati tersebut terlihat pada beberapa
seperti wadasan dan mega mendung. bangunan yang ada di Keraton Kanoman,
Untuk melaksanakan rangkaian Bangsal Jinem misalnya. Pendopo ini
upacara Maulid Nabi juga mengambil disangga dengan lima pasang tiang besar,
tempat di langgar keraton. Langgar melambangkan shalat lima waktu, juga
Keraton terletak di sebelah barat pintu disangga dengan dua puluh tiang kecil
DAFTAR SUMBER
Iskandar, Yoseph. 1997.
1. Buku Sejarah Jawa Barat, Yuganing
Asmar, Teguh, 1975. Rajakawasa. Bandung: Geger
Sejarah Jawa Barat, dari Pra- Sunten.
Sejarah hingga Masa Penyebaran
Agama Islam. Bandung: Proyek ---------------------, et al., 2000.
Penunjang Peningkatan Kebudayaan Negara Gheng Islam Pakungwati
Nasional Provinsi Jawa Barat. Cirebon. Bandung: Padepokan Sapta
Rengga Banjaran.
Atja, 1972.
Tjarita Purwaka Caruban Nagari. Lubis, Nina Herlina, et.al. 2003.
Sedjarah Muladjadi Tjirebon. Sejarah Tatar Sunda, Jilid 1.
Jakarta: Ikatan Karyawan Museum. Bandung: Satya Historika.