Anda di halaman 1dari 16

Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 131

KERATON KANOMAN DI CIREBON


(Sejarah dan Perkembangannya)

KANOMAN PALACE IN CIREBON


(ITS HISTORY AND DEVELOPMENT)

Oleh Lasmiyati
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung,
Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung
Email : lasmiyatinizam@gmail.com

Naskah Diterima: 14 Januari 2013 Naskah Disetujui: 12 Februari 2013

Abstrak

Keraton merupakan tempat kediaman raja, yang di dalamnya terdapat beberapa


bangunan. Di dalam keraton, sultan melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin segala
kegiatan politik dan sosial budaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
sejarah terbentuknya Keraton Kanoman di Cirebon dan bagaimana perkembangannya.
Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi
bahwa Keraton Kanoman didirikan tahun 1510 Saka atau 1588 M oleh Pangeran
Muhamad Badrudin Kartawidjaja atau Sultan Anom. Mereka menempati bangunan
Witana yaitu bangunan yang pertama kali ditempati oleh Pangeran Cakrabuana ketika
berada di Tegal Alang-alang. Pangeran Cakrabuana bekerja sebagai penumbuk rebon.
Alat yang digunakan adalah lumpang alu dan pencetak terasi. Kedua alat tersebut
disimpan di sebuah cungkup. Keraton Kanoman seperti kota tradisional, yang di
dalamnya terdapat alun-alun dengan waringin kurung di tengahnya, pasar, masjid agung
dan bangunan lainnya. Keraton Kanoman bukan hanya digambarkan sebagai kota
tradisional melainkan juga tempat penyelenggaraan upacara Maulid Nabi, yaitu sebuah
upacara yang dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhamad SAW.

Kata kunci: Keraton kanoman, sejarah dan perkembangan.

Abstract

Keraton (palace), in which a king lives, comprises several buildings. The Sultan
administers every political and cultural activities inside keraton. This research aims to
study the history of the establishment of Keraton Kanoman and its development. The
methods covered heuristic, critique, interpretation, and historiography. The informant
said that the Keraton was established in 1510 Çaka or 1588 AD by Pangeran (Prince)
Muhamad Badrudin Kartawidjaja or Sultan Anom. They occupied Witana building which
was first occupied by Pangeran Cakrabuana when he was in Tegal Alang-alang. Like
other traditional cities, Keraton Kanoman has a plaza inside with a banyan tree in the

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


132 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

middle, market, great mosque, and other buildings. The Keraton is not only a traditional
city, but it functions as a place to carry out ceremony commemorating the birth of
Prophet Muhammad.

Keywords: Keraton Kanoman, history and development.

A. PENDAHULUAN bersemayam raja. Peran keraton adalah


pemberdayaan dan pengembangan
Keraton berasal dari bahasa Jawa
kemampuan manusia berkaitan dengan
kuna keratuan dengan kata dasar ratu,
perbaikan aspek lingkungan sekitarnya.
mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata
Dalam hal ini termasuk juga pemukiman,
ratu berarti raja. Kata keratuan
perumahan, dan prasarana
menunjukkan keterangan tempat, yaitu
pendukungnya.
sebagai tempat bersemayam raja atau
- Keraton sebagai pekarangan/wilayah
tempat kediaman raja (Tim Peneliti Unpad,
sampai dengan alun-alunnya, berarti
1991: 48-49). Terkait dengan arti keraton,
peran keraton mengembangkan budaya
Soeratman mengatakan bahwa keraton
dalam kaitannya dengan dunia usaha.
merupakan istilah yang mempunyai
Alun-alun merupakan salah satu sarana
beberapa arti, pertama berarti negara atau
interaksi antara produsen dan
kerajaan dan kedua, sebagai pekarangan
konsumen. Lebih besar lagi adalah
raja, meliputi wilayah di dalam Cepuri
keberadaan pasar sebagai tempat
Baluwerti (Cepuri berarti tembok yang
bertemunya mekanisme yang
mengelilingi halaman). Baluwerti/Baluarti
menghasilkan (produksi) dan yang
(bahasa Portugis berarti benteng) atau
menikmati (konsumen). Peran keraton
ditambah dengan alun-alun (Soeratman,
adalah optimalisasi kapasitas manusia
2000: 79). Keraton merupakan kumpulan
dalam hal aspek usaha, lapangan kerja,
bangunan tempat bersemayam raja dan
dan upaya untuk peningkatan pendapatan
keluarganya. Raja sebagai kepala
(Hadisiswaya, 2009: 29).
pemerintahan selalu tinggal di dalam
Bertitik tolak dari pendapat
keraton yang biasanya dijadikan sebagai
Hadisiswaya, bahwa sebuah keraton selain
pusat kerajaan dan segala kegiatan politik,
pekarangan raja yang meliputi wilayah di
ekonomi, sosial, dan budaya. Para pejabat
dalam benteng yang mengelilingi
tinggi kerajaan dan bangsawan biasanya
baluwarti, serta pekarangan termasuk
juga tinggal di sekitar istana. Karena
alun-alunnya, keraton juga sebagai tempat
hampir semua kegiatan terpusat di sekitar
diselenggarakannya kegiatan budaya serta
keraton, maka tempat kediaman raja
memiliki kekayaan sejarah dari beberapa
tersebut kemudian berkembang menjadi
bangunan yang ada, sehingga keraton
kota (Hadimulyono dalam Tim Peneliti
menjadi aset wisata yang dimiliki oleh
Jurusan Sejarah Fak. Sastra Unpad, 1991:
pemerintah daerah setempat.
49).
Di Cirebon terdapat tiga keraton
Secara rinci arti keraton adalah:
yang kondisinya masih utuh, yaitu
- Keraton sebagai kerajaan atau negara
Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.
berarti peran keraton untuk menggarap
Dari rentetan silsilahnya, ketiga keraton
sisi manusianya. Keraton (keratuan)
tersebut masih satu keturunan dari Sunan
merupakan tempat sang pemimpin, si
Gunung Jati. Dari ketiga keraton yang
pemimpin, sarana penyelenggaraan
ada, penelitian ini akan difokuskan pada
kepemimpinan. Peran keraton adalah
Keraton Kanoman. Alasannya, karena
mengembangkan sumber daya manusia.
Keraton Kanoman masih relatif jarang
- Keraton sebagai pekarangan raja, berarti
ditulis, baik di surat kabar maupun buku-
wilayah yang melingkupi tempat
buku penelitian, kalau pun ada tulisan

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 133

mengenai Keraton Kanoman hanya Rarasantang yang menikah dengan


mengungkap masalah upacara panjang bangsawan Arab Maulana Sultan
jimat. Masalah yang diangkat dalam Muhamad) menjadi tumenggung.
penelitian ini adalah, kapan Keraton Pengangkatan sebagai tumenggung tersiar
Kanoman didirikan dan bagaimana hingga Demak. Syarif Hidayatullah diberi
perkembangannya. Tujuan penelitian ini gelar oleh para wali di Demak sebagai
untuk menjawab pertanyaan kapan Panetep Panatagama di Tanah Sunda
Keraton Kanoman didirikan dan dengan nama Sunan Gunung Jati. Pada
bagaimana perkembangannya. Metode tahun yang sama, ia diundang oleh Sultan
yang digunakan adalah metode sejarah Demak yakni Raden Fatah agar membantu
yang meliputi tahap heuristik, yaitu tahap pembangunan Masjid Demak yang
mencari dan menemukan sumber, baik dikerjakan oleh walisanga (Soenardjo,
sumber primer maupun sekunder. Langkah 1983: 63). Sunan Gunung Jati mendapat
berikutnya melakukan kritik sumber bagian membuat soko guru. Soko guru
tujuannya untuk mengetahui apakah dari yang berjumlah empat tiang tersebut
sumber-sumber tersebut valid dan dapat dikerjakan oleh empat sunan yakni Sunan
dipercaya. Setelah sumber-sumber dikritik Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan
baik ekstern maupun intern, langkah Bonang, dan Sunan Ampel. Selesai
berikutnya mengolah sumber untuk membangun Masjid Demak, Sunan
mendapatkan data yang diperlukan. Gunung Jati kembali lagi ke Cirebon
Setelah data terkumpul kemudian melanjutkan pekerjaannya sebagai
diklasifikasi disesuaikan dengan subbab tumenggung dan menjadi waliyullah.
yang akan ditulis. Langkah berikutnya Selama memimpin Cirebon, Sunan
adalah interpretasi, baru kemudian Gunung Jati meningkatkan pembangunan
dilakukan penulisan atau historiografi, Nagari Cirebon. Program-program
yaitu merangkaikan fakta hingga menjadi pemerintahan pun berjalan lancar. Ia juga
tulisan sejarah. berkeinginan membangun masjid agung
Cirebon selayaknya Masjid Demak. Sunan
Gunung Jati mengirimkan utusan ke
B. HASIL DAN BAHASAN
Demak untuk meminta tanggapan kepada
1. Terbentuknya Keraton Kanoman Sultan Demak dan para wali akan niat
Pada awal abad ke-15, Pangeran tersebut. Keinginan Sunan Gunung Jati
Walangsungsang, anak pertama dari ditanggapi positif oleh Sultan Demak dan
Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi) dengan para wali. Raden Fatah mengirimkan
Nhay Subanglarang, telah berhasil arsitek terbaik dari Majapahit yakni Raden
mengubah pemukiman kecil Tegal Alang- Sepat yang dibantu oleh Sunan Bonang
alang menjadi pusat nagari dari beberapa dan Sunan Kalijaga.
desa. Pangeran Walangsungsang memiliki Setelah pembangunan masjid
pasukan keamanan keraton, dan menguasai selesai, masjid tersebut diberi nama Masjid
tiga pelabuhan yaitu Muara Jati, Pelabuhan Agung Sang Cipta Rasa. Selanjutnya
Caruban, dan Jepara. Ia memperoleh dengan bantuan Raden Sepat pula, Sunan
pengakuan politik dari Prabu Siliwangi Gunung Jati membuat jalan ke
sebagai pemimpin nagari Caruban Larang Pasambangan dan memperluas keraton
dan diberi gelar Sri Mangana dan hak Pakungwati. Dengan demikian maka hal-
otonomi bagi nagari Caruban Larang. hal yang berkaitan dengan pemerintahan
Akan tetapi ia tetap harus mengirimkan dibahas di keraton Pakungwati dan hal-hal
upeti kepadanya. Tahun 1479, yang berhubungan dengan syiar Islam
dibahas dan diputuskan di Masjid Agung
Walangsungsang atau Pangeran
Cakrabuana menobatkan Syarif Cirebon. Pada masa pemerintahan Sunan
Hidayatullah yaitu anak adiknya (Nhay Gunung Jati, hubungan politik dengan

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


134 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Demak semakin baik melalui hubungan menyerang Banten, namun Pangeran


keluarga yaitu perkawinan antara putera Karim tidak menyetujuinya karena Banten
Sunan Gunung Jati dengan puteri dari masih keturunan kakeknya yaitu Sunan
Raden Fatah. Ia juga bekerja sama dengan Gunung Jati. Sunan Amangkurat I
Demak membuat pasukan gabungan memanggil Pangeran Karim agar segera ke
Cirebon Demak. Sunan Gunung Jati wafat Mataram. Pangeran Karim memenuhi
tahun 1568, posisinya digantikan oleh panggilannya datang ke Mataram beserta
puteranya yaitu Penembahan Ratu kedua puteranya, Pangeran Martawidjaja
(Soenardjo, 1983: 96). dan Pangeran Kartawidjaja. Pangeran
Ketika Panembahan Ratu naik Karim tinggal di Mataram selama dua
tahta, Cirebon sudah mencapai kemajuan belas tahun. Tidak diketahui sebab-
besar, pemerintahan sudah tertata. Dalam sebabnya, Pangeran Karim meninggal
segi perdagangan, Cirebon sudah ramai dunia dan dimakamkan di Bukit Girilaya,
berkat adanya Pelabuhan Muara Jati. terpisah dengan makam raja-raja Mataram
Perdagangan dengan daerah pedalaman Yogyakarta. Sejak itu Pangeran Karim
berjalan lancar. Cirebon sendiri dikenal lebih dikenal dengan sebutan Pangeran
sebagai penghasil garam, terasi, dan ikan Girilaya.
asin. Dalam segi politik, Panembahan Dengan kematian Pangeran Girilaya,
Ratu adalah seorang yang cinta di Kesultanan Cirebon terjadi kekosongan
perdamaian, ia sering menjalin hubungan kekuasaan. Pangeran Wangsakerta putera
dengan pimpinan kerajaan yang ketiga Pangeran Girilaya menghubungi
mempunyai misi dalam penyebaran agama Sultan Banten, agar Sultan Ageng
Islam. Ia juga menjalin persahabatan Tirtayasa dapat menemukan kedua
dengan kerajaan Mataram di bawah saudaranya yang masih berada di Mataram.
kekuasaan Sultan Agung. Ia menempatkan Oleh karena Cirebon masih saudara
dirinya secara rendah hati, sehingga Sultan dengan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa
Agung menghargainya sebagai guru. Ia menuju Kediri dengan menumpang kapal
lebih berperilaku sebagai ulama daripada perang. Kedatangan ke Kediri bermaksud
sebagai raja. melakukan persahabatan dengan
Tahun 1645, Sultan Agung Trunojoyo dan meminta bantuan kepada
digantikan oleh puteranya, Sunan Trunojoyo agar dapat membantu
Amangkurat I. Tahun 1649 Panembahan melepaskan kedua putera Pangeran
Ratu meninggal dunia. Ia digantikan oleh Girilaya. Trunojoyo berhasil
Pangeran Karim. Pangeran Karim membebaskan kedua putera Panembahan
menikah dengan adik Sunan Amangkurat I Girilaya untuk dibawa ke Banten. Kedua
dan melahirkan 3 orang putera, yaitu putera Pangeran Girilaya kemudian
Pangeran Kartawidjaja, Martawidjaya, dan dibawa ke Cirebon. Atas bantuan Sultan
Pangeran Wangsakerta. Sunan Banten dan kerabat Keraton Cirebon
Amangkurat I mempunyai sifat yang lainnya, keraton Pakungwati terpecah
berbeda dengan ayahnya, Sultan Agung. menjadi dua yaitu Keraton Kasepuhan dan
Sunan Amangkurat I lebih bersahabat Keraton Kanoman. Sultan Ageng Tirtayasa
dengan tentara Belanda. Ia juga kemudian memberikan gelar sultan
memusuhi orang-orang yang tidak mau kepada Pangeran Samsudin Mertawijaya
tunduk kepadanya. Sifat Amangkurat I dan menjabat sebagai Sultan Sepuh, dan
tersebut dimanfaatkan tentara Belanda Pangeran Badrudin Kartawijaya ditunjuk
untuk mengadu domba, dengan sebagai Sultan Anom. Setelah itu Sultan
menyebarkan berita bohong kalau Banten Badrudin Mertawidjaja dan keluarganya
akan menyerang Mataram. Percaya akan menempati bekas Keraton Pakungwati
hasutan Belanda, Sunan Amangkurat I (sekarang terletak di sebelah timur Keraton
membujuk Pangeran Karim agar Kasepuhan). Sultan Anom (Sultan

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 135

Muhamad Badrudin Kartawidjaja) 1) Sunan Gunung Jati Syech


menempati keraton di bekas rumah Hidayahtullah
pertama Pangeran Cakrabuana ketika baru 2) Panembahan Pasarean Muhammad
saja datang ke Tegal Alang-alang atau Tajul Arifin
Kebon Pesisir (Soenardjo, 1983: 153) 3) Panembahan Sedang Kemuning
dengan nama Keraton Kanoman. 4) Panembahan Ratu Cirebon
5) Panembahan Mande Gayem
2. Perkembangan 6) Panembahan Girilaya
a) Keraton Kanoman 7) Sultan Kanoman I (Sultan Badrudin)
Keraton Kanoman dibangun tahun Dilihat dari runtutan sultan-sultan
1588 M oleh Pangeran Muhamad Kanoman yang memerintah, maka Sultan
Badrudin Kertawijaya yang bergelar Badrudin merupakan sultan pertama yang
Sultan Anom I. Ia mendirikan keratonnya memerintah Keraton Kanoman.
di bekas rumah Pangeran Cakrabuana Ketika menjabat sebagai sultan,
ketika baru saja datang ke Tegal Alang- Sultan Badrudin mengusulkan agar anak
alang bernama Witana (tempat tersebut keturunannya tetap menyandang gelar
sekarang masuk ke Kecamatan sultan, untuk itu ia meminta persetujuan
Lemahwungkuk). Titimangsa tahun lebih awal kepada Sultan Ageng Tirtayasa
berdirinya Keraton Kanoman tertulis dan Gubernur Jenderal Belanda di Jakarta.
dalam sebuah gambar yang ada di Pintu Kedua orang itu pun menyetujui keinginan
Jinem Keraton Kanoman, yang Sultan Badrudin bahwa putera
menggambarkan “matahari” berarti 1, kuturunannya yang menggantikan
“wayang darma kusuma” yang berarti 5, kedudukannya kelak dapat mengenakan
“bumi” berarti 1, dan “binatang gelar Sultan Anom. Sultan Badrudin
kamangmang” yang berarti 0. mempunyai beberapa putera bernama
Candrasangkala tersebut menunjukkan Pangeran Dipati Madengda, Pangeran
angka tahun 1510 Saka atau 1588 M. Jadi Dipati Kedaton, Pangeran Raja Putera,
Keraton Kanoman didirikan pada tahun Kanjeng Dipati Awangga, Kanjeng Dipati
1510 Saka atau 1588 M. Keraton Kanoman Ratu, Kanjeng Dipati Pringgabaya,
dibangun di atas tanah seluas kurang lebih Pangeran Dipati Ratnamanggala, Kanjeng
175.500 m². Secara administratif, Keraton Dipati Keprabon, Dipati Rajakusumah,
Kanoman berada di Kelurahan Jeng Ratu Arya Kidul, Jeng Ratu Arya
Lemahwungkuk Kecamatan Lemah- Wetan, Jeng Ratu Arya Kulon, Jeng Ratu
wungkuk Kota Cirebon. Komplek Keraton Arya Panengah, Jeng Ratu Arya Lor, Jeng
Kanoman membujur dari utara ke selatan. Ratu Arya Kencana, Jeng Ratu Arya
Di sebelah utara keraton terdapat alun-alun Kendar, Ratu Mas Kirana Ayu, Ratu Mas
dan pasar. Sebelah barat laut terdapat Najiya, Ratu Mas Rara Pawestri (Salana,
masjid Keraton Kanoman, dan di sebelah 1987: 278). Ia memerintah dari tahun 1678
selatan dan timur berbatasan dengan - 1703.
Sekolah Taman Siswa dan pemukiman Sultan Badrudin meninggal dunia
penduduk (Hadidjah et al., 2006: 12). tahun 1703 dalam usia 99 tahun. Ia
Keraton Kanoman dibangun menghadap digantikan oleh puteranya Pangeran
ke utara, seperti halnya magnet bumi, Mandurareja dengan nama Sultan Purudin
galaksi, semua menghadap ke utara atau Sultan Khaerudin sebagai Sultan
(wawancara dengan Cheppy tanggal 12 Anom II. Pangeran Mandurareja diangkat
Juni 2012). sebagai sultan Anom II, ia telah
Dilihat dari runtutan para sultan berkeluarga dan mempunyai beberapa
yang memerintah Keraton Cirebon, Sultan putera yaitu Pangeran Gusthi, Pangeran
Badrudin merupakan urutan ketujuh dari Kresna, Pangeran Winunastra, Ratu
Sunan Gunung Jati, yaitu: Dipati, Ratu Wiyaga, dan Ratu Metasari.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


136 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Sultan Khaerudin menjabat sebagai sultan lagi oleh Sultan Raja Muh Djalaludin
Anom hanya tiga tahun, karena sakit dan (1989-2003). Dari tahun 2003 sampai
meninggal dunia. Ia memerintah dari tahun sekarang (2012) yang menjabat sebagai
1703-1706, kemudian digantikan oleh Sultan Anom adalah Sultan Raja Muh
puteranya bernama Pangeran Gusthi atau Emirudin (sumber: silsilah Sultan
Pangeran Ngalimudin yang bernama Kanoman).
Sultan Anom III. Keraton adalah sebuah lembaga atau
Ketika Sultan Ngalimudin diangkat institusi yang di dalamnya terdapat struktur
sebagai sultan Anom III, ia baru berusia organisasi yang terdiri atas raja, patih, dan
12 tahun, sehingga untuk melaksanakan seterusnya hingga struktur yang paling
tugasnya sehari-hari dijalankan oleh bawah adalah prajurit atau para abdi
wakilnya bernama Pangeran Raja Dipati dalem.
Kusumaghung atas nama sang Ratu.
Setelah Sultan Ngalimudin dewasa, b) Kota Tradisional
pengambilalihan tahta menjadi sulit, Keraton Kanoman terdiri atas
bahkan timbul perselisihan. Kasus ini benteng keraton yang mengelilingi
diadukan kepada Residen Belanda, kompleks Keraton Kanoman dan alun-
Komisaris Jogkaginu, dan dinyatakan alun. Tata letak dasar kota di Jawa
yang berhak menduduki Sultan Anom digambarkan di pusatnya ada alun-alun
adalah Sultan Ngalimudin. yang di tengah-tengahnya terdapat pohon
Setelah wafat ia digantikan oleh beringin. Rumah sultan berada di sebelah
Sultan Kharidin Rahim sebagai Sultan selatan. Di sebelah barat alun-alun
Anom IV. Ketika Sultan Kharidin Rahim terdapat masjid agung (Daldjoeni,
diangkat sebagai sultan ia baru berusia 10 2003:18), perkampungan berada di
tahun. Demi kelancaran tugas kesultanan belakangnya yang disebut kauman.
diangkatlah wakilnya, yaitu Kiai Keraton Kanoman dibangun seperti
Tumenggung Bahumadengda. bangunan kota di Jawa yaitu alun-alun
Tumenggung Bahumadengda memerintah terletak di sebelah utara Keraton
dari tahun 1733-1744, namun ketika Sultan Kanoman. Dahulu alun-alun ini berfungsi
Kharidin akan mengambil alih ternyata sebagai tempat dilaksanakannya apel besar
mengalami kesulitan. Pada saat Sultan prajurit dan kegiatan lainnya. Sekarang
Kharidin meninggal dunia, ia alun-alun digunakan sebagai arena publik.
meninggalkan banyak putera, baik dari Sebutan alun-alun diambil dari kata alun
permaisuri atau selir. Perebutan kekuasaan yang artinya ombak. Rakyat yang datang
pun tidak dapat dihindari (Salana, 1987: memenuhi tanah lapang di depan istana,
278). Sultan Raja Alimudin menjabat dari terlihat oleh raja dari Siti Inggil bagaikan
tahun 1744-1798. Setelah wafat ia alun atau ombak (Kunto, 1992/1993: 68).
digantikan oleh Sultan Anom Chaerudin Di tengah alun-alun terdapat
atau Sultan Anom Baberudin dari tahun pohon beringin (waringin kinurung).
1798-1803. Penerus berikutnya adalah Waringin berarti pohon beringin dan
Sultan Raja Abo Sholeh Imanuddin atau kinurung adalah terkurung. Waringin
Sultan Anom Abu Thoyib Imanudin kinurung berarti pohon beringin yang
1803-1811, ia digantikan oleh Sultan Raja dikelilingi pagar. Pohon beringin apabila
Qomarudin I (1811-1858), berikutnya sudah besar, berbatang banyak dan
adalah Sultan Raja Qomarudin II (1858- berdaun lebat bisa digunakan untuk
1873), dilanjutkan oleh Sultan Raja berlindung dari gerimis dan teriknya
Zulkarnaen (1873-1934). Penerus matahari. Pohon beringin mempunyai
berikutnya adalah Sultan Raja Nurbuat bentuk seperti payung, merupakan
(1934-1935), dilanjutkan oleh Sultan Raja perlambang pengayoman dan keteduhan,
Muh Nurus (1935-1989), dan digantikan dalam hal ini menunjukkan bahwa keraton

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 137

yang dipimpin oleh seorang sultan tempat pelaksanaan upacara Pelal besar,
mempunyai fungsi sebagai pengayom dan tawasulan dan marhaban. (wawancara
pelindung bagi masyarakatnya. Pohon dengan Elang Rahardja, tanggal 13
beringin yang menyatu dengan alun-alun Februari 2012).
juga dapat diartikan sebagai Manunggaling Dalam Kitab Negara Kertagama
Kawula Gusti yang berarti rakyat dan disebutkan bahwa negara atau negare
sultan selalu bersatu. Oleh karena pohon dapat diartikan sebagai kota yang meliputi
beringin di alun-alun Keraton Kanoman keraton dan kompleksnya. Keraton
sudah tua, tahun 2010, secara perlahan Kanoman terbentuk seperti tata kota
batang-batangnya patah. Melihat kondisi tradisional, terdiri atas alun-alun, pasar,
tersebut Sultan Kanoman mengganti pohon masjid agung, dan tempat tinggal sultan.
beringin yang sudah rapuh dengan pohon Untuk memisahkan antara tempat tinggal
yang baru. sultan dengan masyarakat, baik itu
Pendukung sarana kota adalah masyarakat yang menghuni keraton atau
pasar. Pasar Kanoman terletak di sebelah pun tidak, mereka dipisahkan dengan
utara alun-alun. Luasnya 5.450 m². Pada benteng. Jadi secara fisik, benteng
masa pemerintahan Belanda, Pasar keraton merupakan pemisah antara
Kanoman diperbaiki dan diperluas. Tahun keluarga sultan dengan masyarakat. Tata
1985 pedagang pasar Kanoman mulai letaknya memanjang dari utara ke selatan.
menempati lahan milik Keraton Kanoman, Menurut Tim Peneliti Sejarah Unpad
dan posisinya mendekati keraton. Mereka (1991: 50) pembangunan kota yang
beranggapan bahwa dengan mendekati susunan pusat kotanya meliputi alun-alun,
keraton akan mendapatkan berkah pasar, masjid, dan bangunan sosial lainnya
(wawancara dengan Ratu Arimbi, 12 tersebut terjadi pada masuk dan
Februari 2012). Untuk memberikan berkembangnya agama Islam. Konsep kota
kesempatan kepada umat muslim dalam di Jawa yang ada di Keraton Kanoman
mendekatkan diri kepada Yang Maha tersebut diikuti pula oleh beberapa kota-
Kuasa dibangunlah masjid. Masjid kota lainnya seperti Sumedang dan
merupakan tempat suci agama Islam yang Bandung.
digunakan untuk melaksanakan salat lima Keraton Kanoman yang dibangun
waktu dan tempat mendekatkan diri berdasarkan konsep kota tradisional yang
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tempat meliputi alun-alun, pasar, masjid, dan
belajar mengaji, memperdalam hafalan istana, kawasan tersebut bernama
Al-Qur’an, dan sebagai tempat syiar agama kuthagara. Di kuthagara sultan, yang
Islam. Masjid Agung Kanoman terletak di menempati pusat keraton, dibantu oleh
sebelah barat alun-alun menghadap ke patih atau patih jero yang bertanggung
timur, beratap tumpang dua dengan puncak jawab pada masalah perbendaharaan dan
masjid berhiaskan mamolo. Lokasi masjid keamanan sultan, sedangkan patih jawi
dikelilingi tembok, dengan pintu masuk yang bertanggung jawab atas jalannya
terletak di sisi timur dan selatan, berdenah pemerintahan, berada di luar istana
bujur sangkar. Saat ini masjid tersebut bernama negara gung. Wilayah negara
masih dipergunakan untuk sarana ibadah gung sebenarnya adalah apanage atau
umat Islam dan tempat penyelenggaraan lungguh para bangsawan yang berstatus
upacara Maulid Nabi Muhamad SAW. sebagai patuh (pemilik tanah). Rakyat
Pada puncak Masjid Agung Kanoman yang berada di negaragung statusnya
terdapat kubah, di pucuk kubah terdapat sebagai penggarap. Keraton Kanoman
mamolo yang melambangkan simbol mempunyai wilayah-wilayah yang berada
dari Hindu ke Islam. Saat ini Masjid di luar Keraton Kanoman seperti Trusmi
Agung Kanoman selain dijadikan sebagai dan Kasunean. Sebagian masyarakat
tempat ibadah juga berfungsi sebagai Trusmi dan Kasunean menggarap tanah-

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


138 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

tanah milik keraton dan mempunyai Apa yang dikatakan oleh sultan selalu
hubungan dekat dengan sultan. Wilayah dituruti. Sultan juga dianggap sebagai Ratu
Keraton Kanoman juga meliputi wilayah Adil. Ia dapat bertindak adil terhadap
yang berada di luar kuthagara dan rakyatnya. Itu sebabnya sultan sering
negaragung. Wilayah tersebut bernama dimintai pendapat atau nasihatnya. Sultan
mancanegara (Radjiman, 1984: 128). Di harus terbuka untuk siapa saja. Sultan
wilayah ini tidak terdapat daerah-daerah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas.
lungguh. Mereka mempunyai hubungan Ia harus memberikan perlindungan kepada
dekat dengan sultan dan keluarganya. rakyatnya. Keputusan sultan pun tidak bisa
Masyarakat yang menempati wilayah ditentang. Dari hubungan dekat antara
mancanegara pada waktu-waktu tertentu sultan dan rakyatnya, perlu adanya sistem
datang menghadap sultan sambil keamanan untuk keselamatan sultan dan
membawa hasil kebun atau pertanian. keluarga. Untuk menjaga keamanan
Waktu-waktu mereka bertemu sultan tersebut perlu dipasang sebuah pintu
adalah pada peringatan Maulid Nabi. Saat pengaman bernama Pintu Regol Mundu.
Keraton Kanoman mengadakan acara Pintu ini berdampingan dengan bangsal
Maulid Nabi Muhamad SAW, masyarakat Singabrata. Pintu ini merupakan pintu
yang berasal dari Majalengka, Kuningan, bacem karena berfungsi sebagai
dan Karawang berdatangan ke Keraton pengamanan wilayah Keputran dan
Kanoman, mereka bergotong-royong Keputren. Di sebelah tembok wilayah
membantu pelaksanaan acara tersebut. Kaputran dan Kaputren terdapat pintu
Bentuk gotong royong mereka gerbang berbentuk candi bentar yang
berkelompok mengerjakan sesuai menghubungkan antara wilayah Kaputran
pekerjaan masing-masing (wawancara dan Kaputren dengan Gedung Pedaleman
dengan Cheppy tanggal 12 Juni 2012). Sultan.
Selain membangun gedung untuk
tempat tinggal, sultan juga membangun
c) Sultan dan Bangunan Keraton
taman bernama Taman Kebon Raja.
Di dalam keraton terdapat
Taman Kebon Raja merupakan taman
beberapa bangunan dengan fungsi yang
penyegar suasana yang berada di sebelah
berbeda-beda. Sultan menempati bangunan
barat Mande Mastaka. Berdekatan dengan
bernama Gedung Pedaleman Sultan, yang
Gedung Pedaleman Sultan, Bangsal
berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan
Kaputran, dan Bangsal Kaputren terdapat
istrinya. Gedung ini terletak di sebelah
Kebon Jimat berfungsi sebagai pungkuran
timur bangsal kaputran dan bangsal
keraton. Kebon Jimat merupakan gedung
kaputren. Bangsal Kaputren merupakan
yang di dalamnya terdapat beberapa sumur
bangunan yang dihuni oleh puteri-puteri
keramat (sumur pitu), yaitu Sumur
sultan, dan bangsal kaputran yaitu bangsal
Bandung yang berukuran paling besar,
yang dihuni oleh putera-putera sultan.
Sumur Panganten yang berbentuk bujur
Bangunan Kaputran terletak di sebelah
sangkar, Sumur Kajayaan yang berbentuk
timur Mande Mastaka sedangkan
bundar, dan Sumur Agung Witana yang
bangunan Kaputren terletak di sebelah
berbentuk bundar dan dihiasi wadasan.
utaranya. Kedua gedung ini dibatasi oleh
Tidak jauh dari sumur kajayaan, terdapat
pagar tembok tinggi.
bangunan tinggi (dua lantai) yang
Raja atau sultan, selain sebagai
digunakan untuk menyimpan barang jimat
pemimpin istana, ia dianggap sebagai
keraton bernama Bangsal Pejimatan. Dulu
titisan dewa. Sultan juga mendapat sebutan
tempat ini sebagai tempat pemburatan
Panetep Panata Gama atau khalifatullah
yaitu tempat membuat boreh dan jamu
sebagai wakil Tuhan di dunia. Sultan
untuk sarana upacara Maulid Nabi
sebagai keturunan walisanga dapat
memberikan pencerahan kepada rakyatnya.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 139

(wawancara dengan Elang Raharda tanggal di atas plafonnya terdapat ukiran kayu.
13 Februari 2012). Mande Mastaka berfungsi untuk menerima
Sultan juga berhubungan dekat para undangan, seperti pada peringatan
dengan para pejabat keraton. Apabila para Maulid Nabi dan acara pagelaran kesenian
pejabat keraton akan menghadap sultan, tarian bedaya. Mande Mastaka juga
terlebih dahulu akan menunggu di sebuah difungsikan sebagai Mande Pelayonan
bangsal bernama Bangsal Singabrata. yaitu untuk menempatkan jenazah sultan
Bangsal ini terletak di sebelah gedung dan keluarga untuk disalatkan. Pada plafon
museum dengan konstruksi bangunan Mande Mastaka yang berukir terdapat
malang semirang. Singabrata berarti singa angka tahun pembuatan bangunan. Tetapi
besar yaitu sebagai tempat para penggede sayang angka tahun tersebut tidak bisa
keraton menunggu sebelum menghadap dibaca karena bentuk hurufnya sudah
sultan. Tamu yang memerlukan tempat kusam. Akan tetapi candra sengkala yang
parkir, kendaraannya dapat diparkir di berada di pintu utama pembatas antara
Blandongan Jinem. Blandongan ini Bangsal Jinem dan Mande Mastaka masih
terletak di depan Bangsal Jinem berbentuk dapat dibaca. Candra sangkala tersebut
bujur sangkar. Blandongan Jinem berupa ukiran di daun pintu yang berbunyi
berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan kemangmang ing bumi pandawa surya
para tamu, pejabat, dan lain-lain yang atau bisa dibaca kemangmang ing bumi
hendak bertemu sultan. Setelah dapat pandawa candra yang menunjukkan angka
menghadap sultan, tamu tersebut tahun 1510 Saka atau 1588 Masehi.
ditempatkan di Bangsal Jinem. Bangsal Di dalam Mande Mastaka terdapat
ini terletak di sebelah selatan Blandongan kursi gading yang dikeluarkan hanya
Jinem. Konstruksi bangunannya berbentuk setahun sekali, di atasnya terdapat ukiran
malang semirang (joglo berganda). tatrap yang berarti sukses, maknanya
Bangsal Jinem berfungsi untuk menerima bahwa dahulu bagi siapa yang masuk ke
tamu, baik dari masyarakat atau pun ruangan ini akan sukses, segala apa yang
pejabat yang ingin menghadap sultan atau dicita-citakan akan berhasil. Di belakang
menghadiri undangan dari sultan. Nama Mande Mastaka terdapat hiasan wadasan
Jinem diambil dari kata ji adalah terpuji, dan megamendung. Wadasan berasal dari
nem adalah mufakat atau perkataan. kata wadas yang berarti karang yaitu
Pendopo ini disangga dengan lima pasang perwujudan dari batu karang.
tiang besar, melambangkan shalat lima Megamendung berasal dari kata mega atau
waktu, juga disangga dengan dua puluh awan dan mendung (hitam) bermakna
tiang kecil melambangkan sifat-sifat Allah awan hitam yang mendatangkan hujan
yang berjumlah 20 (wawancara dengan (Yayasan Mitra Budaya Indonesia, 1982:
Elang Rahardja, 13 Februari 2012). 148-149). Bangunan tersebut juga dihiasi
Di belakang Bangsal Jinem dengan piring keramik dari Belanda.
terdapat ruang Prabayaksa. Dahulu ruang Piring keramik Belanda yang menghiasai
Prabayaksa dijadikan tempat bangunan Mande Mastaka tersebut
penyelenggaraan upacara seperti menandakan bahwa dahulu Sultan
Mauludan, ulang tahun Cirebon, maupun Kanoman pernah menjalin hubungan
penobatan raja. Di belakang ruang persahabatan dengan pemerintah Belanda.
Prabayaksa terdapat ruang kecil bernama Piring keramik tersebut ada yang
Mande Mastaka. Mande Mastaka terletak merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal
di sebelah selatan bangsal Jinem. Belanda dan ada pula yang segaja ditinggal
Bangunan ini berdampingan dengan disebabkan kekalahannya terhadap
Bangsal Jinem hanya disekat tembok dan pemerintahan Jepang, sehingga tentara
tiga buah pintu. Konstruksi bangunan Belanda meninggalkan Cirebon tanpa
beratap joglo dengan hiasan dan ornamen membawa piring keramik tersebut.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


140 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

tinggalnya. Di Kebon Pesisir telah menetap


d) Peninggalan leluhur Cirebon lima orang penduduk yaitu Ki Danusela
atau Ki Gedeng Alang-alang disertai
1) Lumpang Alu
isterinya Nyai Arumsari dan puterinya
Lumpang Alu ditempatkan di Nyai Ratnariris dan ditemani oleh abdinya
dalam bangunan terbuka di komplek sepasang suami isteri (Iskandar, 2000: 78).
Keraton Kanoman bagian depan, bangunan Wilayah Kebon Pesisir inilah yang
tersebut berukuran 0,7 x 1 x 1,5 m, kemudian dijadikan pemukiman baru yang
terbuat dari bahan kayu, atap genting kemudian bernama Cirebon Pasisir1.
disangga dengan empat tiang, bangunan Mereka mulai membuka hutan di Tegal
tersebut bernama Cungkup Alu. Menurut Alang-alang, yang waktu itu masih berupa
Elang Rahardja, lumpang alu inilah yang hutan belantara. Di Pedukuhan tersebut,
digunakan oleh Pangeran Pangeran Walangsungsang beserta istri dan
Walangsungsang/Cakrabuana menumbuk adiknya menyamar sebagai rakyat biasa.
rebon untuk dijadikan terasi dan petis. Tidak jauh dari tempat tinggal mereka
Lumpang alu dianggap benda bersejarah terdapat sungai yang banyak rebonnya
keraton, karena alat tersebut pernah (udang kecil). Rebon yang didapatkan dari
digunakan oleh Pangeran Cakrabuana. sungai, mereka tumbuk menggunakan
dengan perantara alat ini pula Kampung lumpang batu dan hulu batu, oleh mereka
Tegal Alang-alang menjadi kampung yang rebon tersebut dibuat terasi. Kegiatan
ramai didatangi orang untuk memesan Walangsungsang dan keluarga diikuti oleh
terasi dan petis. (wawancara dengan Elang masyarakat sekitarnya. Kegiatan
Rahardja, 13 Februari 2012). menumbuk rebon dilakukan pada malam
Pangeran Cakrabuana hari sebelum tidur. Akhirnya mereka
merupakan leluhur para sultan di Keraton dapat menghasilkan terasi dan petis yang
Kanoman. Pangeran Cakrabuana adalah disukai masyarakat di sekitar Kampung
putera Prabu Siliwangi yang menikah Tegal Alang-alang, sejak itu Kampung
dengan Nyi Subanglarang. Dari Tegal Alang-alang menjadi daerah
pernikahannya lahirlah Pangeran penghasil rebon.
Walangsungsang yang kemudian bergelar Berkat ketekunannya, Kebon Pesisir
Pangeran Cakrabuana, Nyi Rarasantang, yang semula berupa hutan belantara
dan Pangeran Sengara. Pangeran berubah menjadi pedukuhan, yang semakin
Walangsungsang dan adiknya Nyi hari semakin ramai. Masyarakat dari luar
Rarasantang meninggalkan istana untuk Kampung Tegal Alang-alang berdatangan
belajar agama Islam. Sesampainya di untuk memesan terasi dan petis tersebut,
kediaman Ki Danuwarsih Pangeran sehingga Kampung Tegal Alang-alang
Walangsungsang berjodoh dengan Nyi menjadi terkenal sebagai daerah penghasil
Indang Geulis. Mereka bertiga kemudian terasi dan petis yang sangat enak. Banyak
melanjutkan perjalanannya ke arah pesisir, penduduk dari berbagai negeri seperti
yaitu ke Pasambangan di Nagari Singapura bangsa Cina dan bangsa lainnya
(nagari asal ibunya). Di sana mereka berdatangan ke tempat ini, Seketika itu
berguru agama Islam kepada Syekh Datuk pula wilayah Caruban menjadi wilayah
Kahfi selama 3 tahun. Setelah tamat yang sangat ramai, banyak kapal yang
mereka diperintahkan oleh gurunya untuk singgah di Muara Jati. Oleh karena
mendirikan pendukuhan di Kebon Pesisir, masyarakat dari berbagai daerah berbaur di
yang waktu itu berada di sebuah Tegal tempat ini maka tempat tersebut diberi
Alang-alang, letaknya di tepi pantai
sebelah timur Pasambangan, atau kurang
lebih 6 km dari Pasambangan, yang 1
Saat ini tempat tersebut bernama
kemudian dijadikan sebagai tempat Lemahwungkuk kelurahan Lemahwungkuk
Kota Cirebon.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 141

nama Caruban yang diambil dari kata pauknya. Menurutnya, petis jenis
campuran, Berita tersebut didengar oleh blendrang rasanya lebih enak
Raja Galuh Prabu Cakraningrat dan dibandingkan dengan garage dan terasinya
patihnya, Adipati Kiban. Raja Galuh (Rochani, 2008: 74-75). Tujuh mantri
utusan Adipati Kiban kemudian
Gambar: 1 menyampaikan pesan kepada Pangeran
Lumpang Alu Walangsungsang, bahwa Raja Galuh
mengharapkan setoran pajak dan upeti
sebesar satu pikul rebon halus per tahun,
dan harus disetorkan ke Raja Galuh.
Pernyataan tersebut sesuai dengan
Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang
mengatakan:
Kocapa Cakrabumi sinareng kang
Alat pencetak terasi garwa tuwin kang rayi lagi bebek rebon
rebut dingin, tumpang tindih, wong
gunung pating carowet: “Oga ae, geura
age, geura bebek”. Dadi misuwur tanah
Grage, yang artinya: Diceritakan
Cakrabumi bersama sang isteri dan sang
adik sedang menumbuk rebon di lumpang
batu dengan halu batu. Orang yang
mengkulak rebon berebut saling
Sumber: Penelitian 2012 mendahului berdesak-desak sambil
berceloteh. “Oga. age, geura age, geura
bebek”. (cepat-cepatlah ditumbuk). Jadi
memerintahkan kepada Adipati Palimanan masyur pedukuhan baru itu disebut nama
untuk mengadakan penyelidikan. Dari Grage (Sulendraningrat, 1982: 13).
hasil penyelidikan yang dilakukan tenyata Pada kesempatan tersebut, para
di daerah pantai Tegal Alang-alang ada mantri Pepitu mengumpulkan masyarakat
penangkapan dan penumbukan rebon yang sekitar untuk meresmikan nama kampung
kemudian dibuat terasi. Cara membuat baru tersebut menjadi Kampung Cirebon.
terasi, terlebih dahulu rebon ditumbuk
kemudian dicetak dengan pencetak terasi.
2) Bangsal Witana
Ketika Pangeran Walangsungsang
beserta istri dan adiknya sedang membuat Bangsal Witana merupakan
terasi menggunakan lumpang alu, secara bangsal peninggalan Ki Gedeng Alang-
kebetulan pejabat dari Galuh melihat alang. Bangsal ini terletak di areal Keraton
masyarakat mengantri untuk membeli Kanoman paling belakang, tepatnya
terasi tersebut. Dengan rasa penasaran sebelah barat Kebon Jimat. Nama Witana
Mantri Pepitu dari Galuh menanyakan berasal dari kata wiwit ana yang
proses permbuatan terasi tersebut. Raden mengandung arti pertama kali ada rumah.
Walangsungsang dibantu oleh Rarasantang Bangsal Witana adalah bekas rumah
menerangkan proses pembuatan terasi dan tinggal Ki Gedeng Tegal Alang-alang yang
petis, bahwa petis dibuat dari perasan menjadi kuwu Cirebon pertama. Ki Gedeng
rebon yang telah dimasak dan kemudian Alang-alang membangun rumah tersebut
dimasak lagi dengan diberi bumbu-bumbu pada abad ke-14 dengan bentuk bangunan
secukupnya. Ketika Mantri Pepitu joglo yang disangga dengan 4 (empat)
melakukan kunjungannya, mereka pun tiang yang melambangkan empat kelima
disuguhi hidangan petis sebagai lauk- pancer. Arti empat kelima pancer yaitu

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


142 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147
Gambar: 2
Bangsal Witana Di halaman bangsal Witana
terdapat dua buah hiasan berupa benda
yang kokoh berukir bernama wadasan
dan mega mendung yang melambangkan
sebagai manusia harus berpendirian kuat,
tegas, dan kuat dalam menghadapi
tantangan. Hiasan mega mendung dan
wadasan tersebut sering ditemukan dalam
corak batik Cirebon. Motif wadasan
ditemukan oleh Pangeran Cakrabuana,
Sumber: Penelitian 2011 sedangkan motif mega mendung
ditemukan oleh Sunan Gunung Jati. Di
sebagai gambaran empat malaikat Jibril, sebelah kiri bagian depan Bangsal Witana
Mikail, Izrail, Isrofil, dan empat sahabat terdapat gapura yang melambangkan dua
Nabi yaitu Abubakar, Umar, Usman, dan kalimah syahadat. Di sebelah kanan gapura
Sayidina Ali. Dalam setiap tiangnya terdapat menara. Pada abad ke-15, menara
terdapat ukiran berbentuk teratai dan tersebut digunakan untuk melihat
kembang wijayakusumah. Kembang teratai hamparan laut, pantai, dan kapal-kapal
melambangkan kemandirian hidup, artinya yang bersandar di pelabuhan Cirebon,
jangan sampai mengandalkan orang lain, disebabkan letak Bangsal Witana dan laut
harus mandiri, dan hanya menyerahkan diri Cirebon hanya berjarak kurang lebih 500
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena m. Menara tersebut juga dijadikan sebagai
Tuhan Maha Pengasih dan Maha tempat mengintai apabila ada musuh yang
Penyayang. Kembang Wijayakusumah datang. Seiring perjalanan waktu laut
mengandung arti harus mandiri jangan Cirebon mengalami abrasi, hamparan laut
sampai merepotkan orang lain. sudah tidak kelihatan. Di sebelah kanan
Di bagian atap Bangsal Witana pelataran bangunan Witana terdapat sumur
terdapat lambang matahari, yang Witana. Sumur tersebut dibangun pada
mengandung filosofi bahwa matahari dapat zaman kasultanan. Di depan bangsal
menerangi dunia. Makna di sini bahwa Witana terdapat pasolatan yang di masa
keraton sebagai basis syiar Islam dapat lalu digunakan sebagai tempat salat.
memberikan penerang kepada masyarakat Pada saat ini Bangsal Witana
Cirebon. Lambang matahari memberikan digunakan sebagai tempat peringatan ulang
simbol penerang dari masa kebodohan ke tahun Cirebon yang jatuh setiap tanggal
arah peralihan, dari masa Hindu ke masa satu Muharam.
Islam. Selain itu terdapat lambang naga
kamangmang berkula api, artinya bahwa e). Bangunan Lainnya
hidup harus serius dan berpikir lebih maju. Keraton Kanoman selain
Di atas api ada burung, artinya harus dilengkapi dengan bangunan pedaleman
berpikir lebih tinggi, pintar, menyeluruh. yang dihuni oleh sultan bersama
Burung akan selalu waspada dan berpikir keluarganya, juga dilengkapi dengan
luas. Di bagian depan sebelah kanan pada tempat penerimaan tamu, tempat kegiatan
bangunan Witana terdapat pohon atau upacara adat keraton, dan bangunan
dewandaru yang menggambarkan masa lainnya. Bangunan lain yang ada di
peralihan dari Hindu ke Islam. Pohon ini Keraton Kanoman adalah: Bangunan
ditanam pada abad ke-12. Di sebelah Kompleks Siti Inggil. Komplek Siti Inggil
samping kiri bangunan Witana terdapat dinamakan lemah duwur atau tanah tinggi,
musala dan kolam yang digunakan untuk karena keadaan tanahnya lebih tinggi
berwudu. dibandingkan dengan keadaan tanah pada
bangunan lainnya. Kompleks Siti Inggil

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 143

Gambar: 3 dan menyaksikan upacara sakral seperti


Siti Inggil
apel prajurit, pemukulan perdana gamelan
sekaten setiap tanggal 8 Maulud. Balai ini
juga digunakan sultan untuk
menyampaikan berita atau pun wejangan,
hukum, aturan agama kepada masyarakat.
Bangunan kedua bernama Bangsal
Sekaten. Bangsal ini dibangun di sebelah
Mande Manguntur, berfungsi khusus untuk
pementasan gamelan sekaten yang
dilaksanakan setiap tanggal 8 sampai
dipagar (dibenteng tembok) setinggi 1,30 dengan 12 Maulud. Bangunan ini dibangun
m. Untuk masuk ke kompleks Siti Inggil dengan konstruksi malang semirang
harus melewati: dengan tujuan memiliki rongga resonansi
sehingga apabila gamelan dibunyikan
pintu syahadatein, yaitu pintu
mempunyai suara gema yang khas.
masukyang menghadap utara;
Porselen yang menempel di dinding atau
pintu kiblat, yaitu pintu yang
pun pintu gerbang Siti Inggil berasal dari
menghadap barat;
Cina. Porselen tersebut berada di Cirebon
pintu sholawat, yaitu pintu masuk yang disebabkan adanya hubungan baik antara
menghadap ke selatan. Kasultanan Cirebon dengan bangsa Cina.
Komplek Siti Inggil mempunyai Di Cirebon, bangsa Cina berdagang sambil
makna filosofi: “Apabila seorang ingin memperdalam agama Islam. Ketika
mencapai derajat yang tinggi, maka harus mereka berdagang, salah satu barang
membaca syahadatain sebagai syarat yang dijual adalah porselen. Namun ada
muslim, menghadap kiblat dengan pula yang berpendapat bahwa porselen
melakukan shalat sebagai salah satu Cina tersebut dibawa oleh istri Sunan
kewajiban muslim, dan senantiasa Gunung Jati, Ong Tien Nio ke Cirebon
bershalawat serta melaksanakan sunnah- (wawancara dengan Elang Rahardja, 13
sunnah Nabi Muhamad SAW sebagai Februari 2012).
pemimpin muslim”. Bangunan lainnya yaitu: Bale
Di dalam kompleks Siti Inggil Paseban dan Gerbang Seblawong. Balai
terdapat 2 bangunan, yaitu: Mande Paseban dibangun di sebelah selatan
Manguntur dan Bangsal Sekaten. Mande Kompleks Siti Inggil. Balai ini berukuran
Manguntur menghadap ke utara, 12 x 12 x 4 m, menghadap ke barat, bahan
berukuran 6,5 x 6,5 x 5 m, tiang terbuat bangunan menggunakan kayu dengan
dari bahan bata, berlantai keramik, lantai tegel. Bentuk bangunan beratap
berundak dua. Bangunan ini terbuka tanpa malang semirang, ruangan terbuka tanpa
dinding, dari tiang satu ke tiang lainnya dinding, tiang-tiangnya menopang atap
saling berhubungan, melengkung sirap limasan, dari tiang satu ke tiang
menyerupai gerbang, beratap genting lainnya dipasang penghalang berbentuk
berbentuk kerucut. Di dalamnya terdapat pagar kayu. Bangunan ini berfungsi untuk
balai berukuran 1,50 x 1,50 m untuk tempat tunggu antrian (giliran) menghadap
tempat duduk Sultan. Secara keseluruhan sultan, tepak seba masyarakat, pejabat
bangunan ini diperindah dengan hiasan serta jajaran kesultanan yang ingin
piring keramik yang ditempelkan di tiang menghadap dan bertemu dengan sultan.
dan dinding tembok. Keramik yang Bangunan ini juga digunakan untuk
menempel pada tembok bangunan Siti Upacara Buang Takir dan Selamatan
Inggil berasal dari Dinasti Ming. Mande Bubur Sura.
Manguntur berfungsi sebagai tempat
palinggihan sultan sewaktu menghadiri

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


144 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Seblawong berarti besar dan tinggi, Regol Kejaksan, Langgar ini merupakan
yaitu pintu gerbang besar dan tinggi. tempat sultan dan kerabatnya
Bangunan tersebut berdampingan dengan melaksanakan salat tarawih di bulan suci
Komplek Siti Inggil. Daun pintu yang Ramadhan dan sebagai tempat pembacaan
digunakan kayu jati yang besar dan tebal, naskah Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban, dan
gerbangnya terbuat dari bata berbentuk lain-lain.
paduraksa dengan tinggi 9 m, lebar 4,80 m
dan tebal 2 m. Bangunan ini tampak C. PENUTUP
kokoh bergaya bangunan kolonial, Berdasarkan titimangsa yang
memiliki ragam hias tiang-tiang samara ditulis di Pintu Jinem, Keraton Kanoman
dengan pelipit vertikal dan horizontal. Di dibangun pada tahun 1510 Saka atau 1588
tengahnya dihubungkan dengan pelipit M. Tahun Titimangsa tersebut bergambar
vertikal yang melengkung. Pada bangunan “matahari” berarti 1, ”wayang darma
dihias piring keramik porselen yang kusuma” berarti 5, “bumi” berarti 1, dan
ditempel pada seluruh permukaan pintu “binatang kamangmang” yang berarti 0,
gerbang. Pintu gerbang ini dibuka pada apabila digabungkan menjadi 1510.
waktu perayaan Maulid Nabi Muhammad Keraton Kanoman dibangun setelah
SAW. Keraton Pakungwati terjadi kekosongan
Pintu/Kori Kejaksan terletak di kekuasaan. Adanya kekosongan kekuasaan
sebelah selatan Balai Paseban. Pintu ini terjadi disebabkan Pangeran Girilaya
berbentuk pintu regol atau gledegan beserta kedua puteranya berad di Mataram.
digunakan oleh sultan ketika memasuki Setelah ada berita Pangeran Girilaya
Balai Paseban untuk membicarakan meninggal dunia di Mataram, kedua
masalah-masalah hukum, agama, dan lain- puteranya masih ditahan di Mataram.
lain. Di sebelah barat pintu Seblawong Setelah mendapat bantuan dari sultan
adalah Taman Balong Asem. Dinamakan Banten, mereka dibebaskan oleh
Balong Asem karena terdapat Trunojoyo, kemudian dibawa ke Banten.
kolam/balong dan pohon asem, Taman Oleh sultan Banten, kedua putera Pangeran
Balong Asem dihiasi dengan patung Girilaya dibawa ke Cirebon, kedua putera
berbagai jenis binatang satwa seperti gajah, Girilaya tersebut dianggap mempunyai
kijang, dan macan singa barong. Selain itu kedudukan yang sama untuk memimpin
juga terdapat bangsal Singabrata. Keraton Cirebon. Pangeran Martawijaya
Konstruksi bangunan Bangsal Singabrata menjadi sultan sepuh dan Pangeran
malang semirang. Sesuai namanya Kartawijaya menjadi sultan anom dengan
Singabrata yang berarti singa besar, yaitu sebutan Pangeran Badrudin. Sultan
sebagai tempat para penggede keraton Badrudin pada saat menjabat sebagai
menunggu sebelum menghadap sultan. sultan anom membangun Keraton
Nama semirang diambil dari kata seni dan Kanoman menghadap ke utara dengan
mengarang yang artinya berseni/berkarya. alasan magnet bumi menghadap ke utara.
Bangunan tersebut berfungsi sebagai Cirebon yang dirintis oleh Sunan
tempat berkumpulnya para seniman dan Gunung Jati, dijadikan sebagai pusat
budaya untuk mencari inspirasi dan tempat penyebaran agama Islam untuk wilayah
berdiskusi para seniman. Bangunan ini Cirebon dan sekitarnya. Dampak dari
terletak di sebelah barat Kebun Raja yang kegiatan yang dilakukan Sunan Gunung
penuh dengan ornamen dan hiasan taman, Jati tersebut terlihat pada beberapa
seperti wadasan dan mega mendung. bangunan yang ada di Keraton Kanoman,
Untuk melaksanakan rangkaian Bangsal Jinem misalnya. Pendopo ini
upacara Maulid Nabi juga mengambil disangga dengan lima pasang tiang besar,
tempat di langgar keraton. Langgar melambangkan shalat lima waktu, juga
Keraton terletak di sebelah barat pintu disangga dengan dua puluh tiang kecil

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013


Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 145

melambangkan sifat-sifat Allah yang


berjumlah 20. Ia juga membangun Danasasmita, Saleh et al., 1983/1984
beberapa bangunan, yang difungsikan Rintisan Penelusuran Masa Silam,
sebagai tempat tinggal sultan dan keluarga, Sejarah Jawa Barat, Jilid IV.
tempat pertemuan, tempat menyimpan Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah
benda-benda pusaka, Langgar Alit, Siti Jawa Barat, Pemerintah Provinsi
Inggil, dan bangunan lainnya. Sebagian Daerah Tingkat I.
bangunan yang ada mengandung simbol
yang berkaitan dengan ajaran Islam. Daldjoeni, 1986
Simbol-simbol tersebut menandakan Geografi Kota dan Desa. Bandung:
bahwa Keraton Pakungwati dahulunya Alumni.
dijadikan tempat penyebaran agama Islam
yang dibawakan oleh Sunan Gunung Jati, Effendi, Khasan, 1994.
pendiri Kasultanan Cirebon. Pertalian Keluarga Raja-raja Jawa
Cirebon yang dijadikan basis Kulon dengan Keraton Pakungwati,
penyebaran agama Islam oleh Sunan Sunan Gunung Jati Muara Terakhir
Gunung Jati masih dilestarikan oleh Keluarga Raja-Raja Jawa Kulon.
keturunannya. Salah satu di antaranya Bandung: Indra Prahasta.
Keraton Kanoman masih melakukan
kegiatan upacara panjang jimat sebagai Hadidjah, et al, 2006.
salah satu upaya mengingat akan kelahiran Potensi Wisata Budaya Kota
Nabi Besar Muhammad SAW. Upacara Cirebon. Cirebon: Dinas
adat yang dilaksanakan oleh Keraton Kebudayaan dan Pariwisata.
Kanoman merupakan aset sejarah dan
budaya yang dimiliki pemerintah setempat, Hadisiswaya. 2009.
sehingga bisa dijadikan sebagai objek Keraton Undercover, Penyingkiran
wisata dan budaya. Selain itu kegiatan Putera Mahkota Asli dalam
yang dilakukan oleh pihak Keraton Perebutan Tahta Keraton Solo.
Kanoman juga sebagai bentuk pelestarian Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
budaya, seperti melakukan peringatan 1
Muharam yang dijadikan sebagai cikal
Kunto, Haryoto. 1992/1993.
bakal lahirnya Cirebon yang jatuh tanggal
1 Muharam, kegiatan yang dilaksanakan Riwayat Kota di Tatar Sunda.
satu tahun sekali tersebut mengambil Bandung: Kerja sama Bappeda-
tempat di Bangsal Witana. Hexagon.

DAFTAR SUMBER
Iskandar, Yoseph. 1997.
1. Buku Sejarah Jawa Barat, Yuganing
Asmar, Teguh, 1975. Rajakawasa. Bandung: Geger
Sejarah Jawa Barat, dari Pra- Sunten.
Sejarah hingga Masa Penyebaran
Agama Islam. Bandung: Proyek ---------------------, et al., 2000.
Penunjang Peningkatan Kebudayaan Negara Gheng Islam Pakungwati
Nasional Provinsi Jawa Barat. Cirebon. Bandung: Padepokan Sapta
Rengga Banjaran.
Atja, 1972.
Tjarita Purwaka Caruban Nagari. Lubis, Nina Herlina, et.al. 2003.
Sedjarah Muladjadi Tjirebon. Sejarah Tatar Sunda, Jilid 1.
Jakarta: Ikatan Karyawan Museum. Bandung: Satya Historika.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung


146 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Radjiman. 1984. 2. Internet


Sejarah Mataram Kartasura sampai
Surakarta Hadiningrat. Solo: Krida. “Keraton Kanoman” dalam
http://www.disparbud.jabarprov.go.i
Rochani, Ahmad Hamam. 2008. d, diakses: tanggal 10 September
Babad Cirebon. Cirebon: Dinas 2012 jam 11.05
Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Cirebon. “Mengenang Cirebon lewat malam
1 Syuro" dalam
Salana. 1987. http://news.okezone.com, diakses:
Sejarah Carbon, Jilid 1. Cirebon: tanggal 10 September 2012 jam
tanpa penerbit. 19.15

Santosa, F. Harianto, 2003 “Wulan Sapar (Saparan)” dalam


Profil Daerah Kabupaten dan Kota, http://carubannagari.blogspot.com,
cetakan ke II. Jakarta: Kompas. diakses: tanggal 10 Oktober 2012
jam 11.55
Soeratman, Darsiti, 1994
Kehidupan Dunia Keraton “ritual penyucian gamelan sekati”
Surakarta 1830-1939. Yogyakarta: dalam
Yayasan Untuk Indonesia. http://kesultanankanoman.blogspot.c
om, diakses : 23 September 2012
Sujana, 1996
Pelabuhan Cirebon Dahulu dan “keraton kanoman gelar tradisi
Sekarang. Makalah Diskusi Ilmiah grebeg syawal” dalam
Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. http://www.cirebonkota.go.id),
Jakarta: Departemen Pendidikan dan diakses : 24 September 2012
Kebudayaan.
3. Informan
Sunardjo, Unang, 1983
Meninjau Sepintas Panggung Nama : Chepy
Sejarah Pemerintahan, Kerajaan Jabatan : Humas Keraton Kanoman
Cerbon, 1479-1809. Bandung: Usia : 45 tahun
Tarsito.
Nama : Ratu Arimbi
Suyitno, Anang. 1991. Jabatan : Sekretaris Keraton Kanoman
Bunga Rampai Jawa Barat. Usia : 42 tahun
Bandung: Yayasan Wahana Citra
Nusantara. Nama : Elang Suhardja
Jabatan : Pemandu Keraton Kanoman
Tim Peneliti Jurusan Sejarah Fak. Sastra Usia : 46 tahun
Unpad, 1991.
Sejarah Cirebon Abad Ketujuh
Belas. Bandung: Pemda Tk I Prov.
Jabar bekerja sama dengan Fak.
Sastra Unpad.

Yayasan Mitra Budaya Indonesia. 1982.


Cerbon. Jakarta: Sinar Harapan.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013

Anda mungkin juga menyukai