KOTA
CRITICAL REVIEW
ERRICK WORABAY
3613100701
CRITICAL REVIEW
Deskripsi Penelitian
Issue yang dibahas dalam jurnal yang disusun oleh Jon Lang yaitu mengenai
Perancangan Kota dimana didalam jurnal tersebut terdapat 50 studi kasus tentang perancangan
kota berdasarkan tipologi dan prosedur.
Tipologi adalah ilmu atau kegiatan studi atau teori untuk mencari jenis dan
mengklasifikasi sebuah objek dan harus didasarkan pada variabel-variabel terkait yang mampu
menjelaskan fenomena sebuah objek dalam konteks ini adalah objek arsitektural. Sehingga
studi tipologi dirasa perlu untuk kemudian dilakukan terhadap lokus penelitian sebagai sebuah
bangunan cagar budaya untuk mengidentifikasi dan menganalisa tiap elemenelemen
bangunannya.
Dalam Jurnal Ada suatu kesalahan persepsi, baik secara pendefinisian, maupun secara
pemaknaan terhadap Perencanaan Kota (Urban Design), yaitu yang selama ini dianggap suatu
arsitektur besar, yang muncul sebagai akibat dibangunnya proyek-proyek berskala besar oleh
swasta, disamping itu juga sering dianggap sebagai suatu usaha vpengindahan kota', seperti
misalnya penanaman pohon-pohon, penghias jalan, trotoarisasi, dan sejenisnya, yang lebih
cenderung bersifat sebagai dekorasi kota. Namun demikian, pada dasarnya Urban Design
berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan fisik kota, yang melibatkan sekelompok
orang dalam suatu kurun waktu tertentu, disamping juga berkaitan erat dengan rnanajemen
pembangunan fisik kota, baik dalam lingkungan alarni, maupun linakungan binaan (Shirvani).
Menurut Catanese dan Snyder, pada hakekatnya Urban Design adalah suatu jembatan
antara profesi perencanaan kota dan arsitektur, yang perhatian utamanya adalah pada bentuk
fisik wilayah perkotaan. Dalam hai in; Catanese dan Snyder menjelaskan posisi urban design
dalam proses perencanaan dan perancangan dalam skala makro.
Perancangan kota adalah sebutan yang diterima secara umum untuk suatu proses yang
ditujukan untuk menghasilkan arahan perancangan fisik dari perkembangan kota, konservasi
dan perubahan. Di dalamnya termasuk pertimbangan lansekap lebih dari pada bangunannya,
preservasi dan pembangunan baru; perdesaan yang perkembangannya dipengaruhi kota,
rencana lokal, renovasi kota oieh pemerintah serta kepentingan lokal (Barnet, 1982:12).
Menurut Pierre Merlin dan Francoise Choay (1988: 677 & 851) perancangan kota
adalah proses dari konsep dan realisasi arsitektur yang memungkinkan penguasaan pengaturan
formal dari perkembangan kota, yang menyatukan perubahan dan kemapanan. la adalah
pertengahan dari praktek arsitek yang berkonsentrasi pada konsep formal dan realisasi
arsitektural dalam konstruksi bangunan dan perancang kota yang berkonsentrasi pada
pembagian dan penggunaan yang kurang sempurna dari sumber-sumber kepemilikan dan
penghancuran yang tidak perlu dari bagian-bagian bersejarah sehingga terintegrasinya kesatuan
dan keindahan dalam lingkungan terbangun. Kekeliruan yang sering dilakukan dalam urban
planning menurut Danisvoro adalah melihat kota sebagai 'subyek fisik' bukan sebagai 'subyek
sosial'. Sebuah kota tidak hanya direncanakan, melainkan dirancang. Berdasarkan ha! tersebut,
beliau mendefinisikan urban design sebagai berikut:
b. Urban Design merupakan suatu proses yang memberikan arahan, bagi terwujudnya
suatu lingkungan binaan fisik yang Iayak dan sesuai dengan aspirasi masyarakat,
kemarnpuan sumber daya setempat, serta daya dukung lahannya.
Definisi dari Danisworo tersebut merupakan suatu gabungan definisi antara Shirvani dengan
Catanese & Snyder, yang menjelackan posisi urban design dalam lingkup perancangan kota.
Disamping itu, ia juga menjelaskan arah dan tujuan dan proses tersebut.
Urban Design menurut Andy Siswanto sebenarnya adaiah sebuah disiplin perancangan
yang merupakan pertemuan dari arsitektur, perencanaan dan pembangunan kota. Lebih jauh
lagi, Urban Design adalah menterjemahkan kedua bidang riset perkotaan dan arsitektural
sedemikian rupa, sehingga ruang dan bangunan perkotaan dapat dimanfaatkan, sosial, artistik,
berbudaya dan optimal secara teknis maupun ekonomis
Namun demikian, terkadang definisi Urban Design banyak disalahartikan, dimana arsitek
sendiri sering terkonsentrasi pada perancangan bangunan sebagai sosok tunggal yang terisolasi
dari kawasan, tidak merespon dan, terintegrasi dengan tipologi morfologi arsitektur, serta
struktur fisik kawasan. Pendapat ini sama dengan Danisworc yang mendefinisikan urban
design berdasarkan posisinya dalam proses perancangan suatu kota, dan menjelaskan fungsi
clan tujuan dari proses tersebut
Desain kota atau Urban Design, dapat didefinisikan sebagai bagian dari rangkaian
perencanaan kota, yang rnenyangkut seal estetika, yang akan mengatur dan menata bentuk
serta penampilan dari suatu kota (Djoko Sujarto). Pendapat ini berbeda dengan beberapa
definisi diatas, Djoko Sujarto lebih menekankan pandangannya pada segi estetika.
Berdasarkan atas beberapa analisa tersebut, banyak ditemui adanya kesamaan-kesamaan
pandangan persepsi, mengenai pengertian dan definisi dari urban design, antara lain:
b. Lebih condong pada suatu nilsi estetis, daripada fungsi dan penampilan fisiknya.
Disamping beberapa kesamaan pandangan tersebut, ada pula beberapa perbedaan yang dapat
ditemukan, terutama dalam hal penekanan masalah yang rnenyangkut pengertian dan definisi
Urban Design, yaitu antara lain:
b. Catanese dan Snyder dalam definisinya, lebih menekankan pada kebijakan dan
manajemen pembangunan, dalam perancangan fisik kota.
c. Andy Siswanto dan Djoko Sujarto iebih menekankan urban design dalam posisinya,
yaitu sebagai suatu penghubung antara dua disiplin ilmu, yang menjadi bagian dari
suatu proses perancangan kota.
d. Jo Santoso iebih menekankan pada latar belakang dari timbulnya proses perancangan
tersebut, dibandingkan dengan pembahasan tentang proses itu sendiri.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya urban design
adalah merupakan suatu disiplin perancangan, yang merupakan suatu jembatan antara
perencanaan kota dan arsitektur, dan berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan dan
manajemen pembangunan fisik kota, yang perhatian utamanya adalah pada bentuk fisik kota
dan lingkungannya, baik daiam bentuk lingkungan alami, maupun lingkungan binaan, yang
sesuai dengan aspirasi masyarakat, kernampuan sumberdaya setempat, serta daya dukung
lahannya, dan diatur sedemikian rupa, sehingga ruang dan bangunan perkotaan tersebut dapat
dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya dan optimal, secara teknis maupun ekonomis.
Karena kita sudah berada di bidang Arsitektur, maka lebih mudah bila kita
lihat ―Perancangan kota‖ dari kacamata arsitektur. Perancangan kota dapat dilihat sebagai
perluasan bidang arsitektur. Mengapa demikian? Dari satu sisi skala atau cakupan area,
Arsitektur merancang bangunan pada satu persil (atau disebut berskala
mikro), sedangkan cakupan perancangan kota meluas tidak hanya satu persil tapi
suatu kawasan (yang biasanya terdiri dari banyak persil)—dapat disebut juga sebagai
berskala mezo (lihat Gambar I-1). Dengan demikian, perancangan kota berkaitan
dengan penataan lingkungan fisik yang lebih luas daripada hanya satu persil seperti
yang dialami oleh bidang arsitektur. Karena dapat dilihat sebagai ekstensi dari
bidang Arsitektur, maka bidang Perancangan Kota (Urban Design) sering pula
disebut sebagai ―Arsitektur Kota‖.
Arsitektur
Perancangan Kota
Mikro Mezo
b) Masalah lingkungan
Dalam penanganan satu persil, masalah lingkungan kurang terasa, tapi bila
Masalah ini misalnya terwujud dalam kebutuhan akan fasilitas umum atau fasilitas
sosial, prasarana umum, serta juga kegiatan yang khas di masyarakat kita, yaitu
perdagangan sektor informal (kakilima).
memiliki nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai tersebut dapat dianut oleh semua orang
secara universal (misalnya: keindahan), dan ada pula yang hanya dianut oleh
sebagian orang atau kultur tertentu—ini dapat kita sebut sebagai nilai lokal.
Usaha penataan dilakukan dengan mengikuti suatu proses dan kriteria desain
tertentu; dan proses dan kriteria ini juga ada yang disepakati secara umum dan ada pula
yang hanya disepakati oleh masyarakat lokal. Bahkan, pada masa yang berbeda, suatu
masyarakat dapat menganut suatu proses perancangan kota yang berbeda pula.
Hal ini disebabkan mungkin karena terjadi pergeseran paradigma (cara pandang
terhadap kebenaran).
Dalam proses perancangan kota, dilakukan langkah-langkah yang dapat
didukung oleh metode dan teknik tertentu. Dalam khasanah pengetahuan bidang
perancangan kota, telah dikembangkan banyak metode dan teknik untuk
mendukung proses perancangan kota.
Kekurangan pada jurnal ini adalah ada beberapa studi kasus yang tidak
mempunyai kesinambungan dengan pembahasan utama jurnal.
Kesimpulan
Lesson Learned