Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

NAMA : DAVIATTUN
NIM : 22 39 03

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.

Air adalah salah satu sumber daya yang mendukung keberlangsungan hidup manusia
dan mahluk hidup lainnya, yang merupakan elemen utama kehidupan yang berkelanjutan.
Banyak orang berpikir bahwa air adalah sumber daya yang tidak terbatas, walaupun
sebenarnya hanya satu persen dari semua air yang tersedia di bumi ini berupa air segar yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan siklus hidrologisnya, air dianggap sebagai sumber
daya yang dapat terbaharukan. Namun dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk,
meningkatnya perkembangan ekonomi, semakin intensifnya penggunaan air dan pencemaran
air selama beberapa dekade terakhir ini serta perubahan iklim global, telah terjadi
ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Ketidakseimbangan ini telah
memicu terjadinya krisis air di hampir pelosok dunia.
Berbagai persoalan tentang sumber daya air yang berkaitan dengan kuantitas dan
kualitasnya harus menyadarkan semua pihak bahwa persoalan air perlu dilakukan dengan
tindakan yang tepat sehingga menghasilkan solusi yang optimal. Dengan kata lain diperlukan
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management).
Pengelolaan sumber daya air terpadu merupakan penanganan integral yang mengarahkan
kita dari pengelolan air sub-sektor ke sektor silang. Secara lebih spesifik pengelolaan sumber
daya air terpadu didefinisikan sebagai suatu proses yang mempromosikan koordinasi
pengembangan dan pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait dalam rangka tujuan
mengoptimalkan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam sikap yang cocok/tepat
tanpa mengganggu kestabilan dari ekosistem- ekosistem penting.
Pengelolaan Sumberdaya Air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non
struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia untuk
kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan.
Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu (Integrated WaterResources Management,
IWRM) merupakan suatu proses koordinasi dalam pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air dan lahan serta sumber daya lainnya dalam suatu wilayah sungai, untuk mendapatkan
manfaat ekonomi dan kesejahteraan sosial yang seimbang tanpa meninggalkan keberlanjutan
ekosistem. Sesuai definisi tersebut, pengelolaan sumber daya air terpadu memfokuskan pada
pengelolaan terpadu antara kepentingan bagian hulu dan kepentingan bagian hilir sungai,
pengelolaan terpadu antara kuantitas dan kualitas air, antara air tanah dan air permukaan, serta
antara sumber daya lahan dan sumberdaya air IWRM ini diharapkan menjadi cara
mengatasi masalah kelangkaan air, banjir, pencemaran air hingga distribusi air yang
berkeadilan.

1.2. RUMUSAN MASALAH.


Dari uraian latar belakang diatas, maka terdapat beberapa masalah yang akan dibahas yaitu
antara lain :
a. Bagaimanakah?
b. ?
c. ?

1.3. TUJUAN.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat memahami dan menerapkan
pengelolaan sumber daya air terpadu.

1.4. MANFAAT.
Manfaat yang dapat diperoleh berupa pelajaran mengenai pengelolaan sumber air terpadu.
Pembaca juga dapat mempelajari tentang Teknik pengelolaan sumber air terpadu, yang
nantinya dapat digunakan sebagai suatu contoh untuk menerapkan ilustrasi implementasi
pengelolaan sumber daya air terpadu.

1.5. METODE PENULISAN.


Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode telaah pustaka baik dari buku
maupun dari internet. Dengan adanya literatur-literatur yang sesuai dengan pokok bahasan,
diharapkan penulisan makalah ini dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Metode ini mengacu pada penggunaan buku dan jika ada kekurangan pada buku tersebut
akan dilengkapi dengan literatur dari web–web di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU.


Beberapa pengertian yang terkait dengan Pengelolaan SDA Terpadu :
a. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Keberadaan air di bumi meliputi yang terdapat di atmosfir, di atas permukaan dan di
bawah permukaan tanah diperkirakan jumlah air di bumi ini sekitar 1.400 x 104 m3
yang terdiri dari air laut 97% dan 39% air tawar sebagai salju, es, glatser, air tanah, air
danau, butir-butir daerah tidak jenuh, awan, kabut, embun, hujan, dan air sungai.
Peredaran air secara alamiah diatur melalui Siklus (Daur) Hidrologi.

Siklus (Daur) hidrologi diatur oleh 2 macam energi pokok yaitu :


1. Energi pancar matahari (penguapan, pindah, pemekatan/kondensasi)
2. Energi gravitasi (turun hujan, aliran, perkolasi)

Gambar I.1 - Siklus/daur hidrologi


Pendekatan penyelenggaraan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)/ (Water
Governance) yang mutakhir (2000) adalah PSDA Terpadu (PSDAT) atau Integrated
Water Resources Management (IWRM).

Pengelolaan SDA Terpadu (menurut wacana Global) adalah Proses Pengelolaan SDA
yang memadukan antara sumber daya air dengan sumber daya terkait lainnya antar
sektor, antar wilayah secara berkelanjutan tanpa harus mengorbankan lingkungan dan
diselenggarakan dengan pendekatan partisipatif.

Pengelolaan Sumber Daya air yang terpadu (sesuai UU 7/2004) diselenggarakan secara
menyeluruh (perencanaan, pelaksanaan, monitor dan evaluasi, konstruksi,
pendayagunaan, pengendalian), terpadu (stakeholdes, antar sektor, wilayah) dan
berwawasan lingkungan hidup (keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungan) dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan (antar generasi) untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dengan interpretasi sederhana, IWRM dapat dimaknai sebagai : “proses


Membangun Persepsi dan Komitmen untuk Menyikapi Secara Kolektif yang dilandasi
kesamaan pemahaman dari mana datangnya air, bagaimana
memanfaatkannya, dan ke mana perginya air”.

Effective Water Governance adalah tata penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air
yang efektif, efisien, adil dan berkelanjutan baik dalam aspek sosial, lingkungan
maupun ekonomi serta diselenggarakan dengan pendekatan partisipatif.

b. Terkait dengan air dan sumber daya air dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Air : semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
seperti air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat
2. Sumber air : tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah
3. Daya air : potensi yang terkandung dalam air dan atau sumber daya air
yang dapat member manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya
4. Sumber daya air : air, sumber air, dan daya air yang dikandung di
dalamnya.

c. Dengan pengertian bahwa PSDAT harus diselenggarakan secara : menyeluruh, terpadu,


berwawasan lingkungan hidup serta berkelanjutan, maka pemanfaatan PSDAT tersebut
harus mempertimbangkan hal-hal tersebut di bawah ini :
1. Dasar dari PSDAT adalah bahwa penggunaan sumber daya air yang berlain-
lainan tujuan memiliki saling ketergantungan (interdependensi) dalam konteks
DAS hulu-hilir.
2. Pengelolaan Terpadu adalah suatu proses yang mempertimbangkan
kepentingan semua pengguna air secara bersama.
3. Setiap penggunaan harus memperhatikan dampaknya terhadap
penggunaan lainnya.
4. Mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi termasuk sasaran
pengelolaan berkelanjutan.
5. Pengelolaan sumber daya air tidak hanya difokuskan pada pembangunan dalam
sumber daya air tetapi harus menjamin tersedianya sumber daya air yang
berkelanjutan.

2.2 Perkembangan dan Arah Penerapan PSDAT


2.2.1 Perkembangan PSDAT
a. Proyek Ekaguna
Proyek Ekaguna ini mempunyai tujuan tunggal untuk memenuhi kebutuhan mendesak
pada suatu saat, untuk mengakomodasi kepentingan komunitas setempat terbatas, tanpa
melakukan peninjauan untuk tujuan maupun tempat lain. Konsep ini bisa disebut
sebagai pendekatan proyek Ekaguna (single purpose project approach), skalanya
dapat berkembang besar.

b. Multiguna
Perkembangan kebutuhan masyarakat yang beragam, mulai menyebabkan pertentangan
antar pengguna air. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi, seperti kerusuhan di Sind-
Punjab (1941). Peraturan pada waktu itu : “Yang terdahulu mengambil air, mendapat
preoritas”.

c. Terpadu
Konsep bangunan multiguna sebagai perkembangan dari bangunan ekaguna, yang
sukses dalam memenuhi kebutuhan air setempat dengan cara yang efisien pada
pembangunan sejumlah proyek, ternyata gagal dalam memenuhi kebutuhan air bagi
seluruh DAS. Presiden Theodore Roosevelt, dalam suratnya kepada Inland Waterway
Commission (1908) menyatakan sebagai berikut :

“Tiap sistem sungai dari sumber-sumbernya di hutan sampai di muaranya di


pantai merupakan single unit dan harus dipandang sebagai satu kesatuan”.
Mulailah berkembang konsep proyek terpadu yang mempunyai banyak tujuan untuk
mengakomodasi kepentingan komunitas seluruh DAS, bukan setempat saja.

Pengakuan konsep pengembangan terpadu ini tampak poada pernyataan para pemimpin
yang menekankan antara lain :

“Unit untuk dasar perencanaan sumber-sumber air termasuk air tanah diharapkan
berupa DAS”. (U.s. President’s Water Resources Policy Commission, 1950).
Ditegaskan pula dalam pernyataan Sekjen PBB dalam laporan kepada Dewan Ekonomi
dan Sosial.

2.3 LINGKUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU


2.3.1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah pengelolaan sumber daya alam yang terbaru pada
suatu daerah aliran sungai, seperti vegetasi, tanah dan air, sehingga dapat memberikan
manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Sasaran pengelolaan daerah aliran sungai
adalah daerah-daerah yang secara alami berpotensial terhadap terjadinya kerusakan
lingkungan, khususnya erosi lahan di bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai, dan
memiliki kemiringan lebih besar dari 8%.

2.3.2 Lingkup Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


Isu-isu yang ada dalam pengelolaan daerah aliran sungai dewasa ini yang menjadi acuan
dalam penentuan lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, antara lain :
a. Penanganan DAS masih terfragmentasi, baik dalam hal pengembangan,
perlindungan, maupun pengelolaan daerah aliran sungai.
b. Terjadinya penggundulan hutan di hulu daerah aliran sungai.
c. Penataan ruang di daerah aliran sungai hilir tidak berwawasan lingkungan. d.
Pembuangan limbah di sungai tidak terkendali.
e. Pemanfaatan air yang berkelanjutan semakin terancam. Untuk itu

lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, mencakup :

1. Daerah tangkapan air, mencakup pengendalian tata guna lahan, pengendalian erosi,
konservasi air dan tanah, serta monitoring dan evaluasi.
2. Pengelolaan sumber daya air, mencakup manajemen kuantitas air dan kualitas air.
3. Pemeliharaan prasarana dan sarana pengairan, mencakup pemeliharaan preventif,
korektif, dan akurat.
4. Pengendalian banjir, mencakup pemantauan dan prediksi banjir, pengaturan dan
pencegahan banjir, serta penanggulangan banjir.
5. Pengelolaan lingkungan sungai, mencakup perencanaan dan pengendalian sempadan
sungai.
6. Pemberdayaan masyarakat.

2.3.3 Kegiatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai meliputi dua aspek teknis yang penanganannya
harus dilakukan secara terpadu, dengan memakai daerah aliran sungai yang bersangkutan
sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan.
Dua aspek yang dimaksud adalah :
1. Aspek Agro Teknik
Kegiatan dari aspek ini adalah :
a. Pengelolaan Vegetasi
Dalam pengelolaan daerah aliran sungai, maka kegiatan pengelolaan vegetasi diarahkan
untuk mencapai sasaran sebagai berikut :
1) Kawasan lindung dengan vegetasi yang rapat, dalam hal ini vegetasi hutan atau
vegetasi lainnya yang berfungsi lindung
2) Terpeliharanya kondisi vegetasi di luar kawasan lindung, sehingga dapat
berfungsi secara optimal untuk perlindungan terhadap tanah dan air.
b. Pengelolaan Lahan
Kegiatan pengelolaan lahan diarahkan untuk tercapainya produktifitas tanah yang
tinggi, serta terkendalinya erosi lahan.
Unsur-unsur yang menjadi pertimbangan, antara lain :
1) Lahan harus dimanfaatkan/digunakan sesuai kemampuannya
2) Tanah harus dilindungi dari ancaman erosi dengan mempertahankan
penutupan tanah
3) Metode guludan dan terasering atau perlakuan lainnya dapat diterapkan untuk
meningkatkan penggunaan tanah yang lebih baik
Sebagai tolak ukur dampak pengelolaan tanah adalah jumlah tanah yang hilang per
satuan waktu, atau tingkat pengendapan di waduk, pendangkalan di sungai/saluran
irigasi atau rendahnya mutu air.

2. Aspek Civil Teknik


Kegiatan yang tercakup dalam civil teknik ini adalah :
a. Pengelolaan Air
Pengelolaan air mencakup berbagai usaha untuk mendapatkan, membagi,
menggunakan, mengatur, serta mengelola dan membuang air, mulai dari sumbernya
sampai ke tempat pembuangan, sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan, yang antara
lain meliputi :
1) Kuantitas air/jumlah air yang dimanfaatkan
2) Kualitas air/mutu air yang dipergunakan
3) Ketersediaan air/mutu air yang dipergunakan.
b. Pengelolaan/Pengendalian Erosi/Sedimentasi
Pada kegiatan ini dapat dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan drap
structure pada alur anak-anak sungai bagian hulu (creak) yang terbuat dari bronjong
kawat berisi batu kali, pasangan batu atau dari pohon-pohon bambu. Fungsi dari
bangunan ini adalah untuk menghindari penggerusan dasar sungai atau pengamanan
tebing sungai dari bahaya longsor.

3. Pembinaan Aktifitas Masyarakat


Disamping kedua aspek teknis di atas masih ada satu kegiatan yang tidak kalah
pentingnya dalam pengelolaan DAS, yaitu pembinaan aktifitas masyarakat.

Pembinaan aktifitas masyarakat mencakup berbagai usaha penyuluhan dan pelatihan


bagi masyarakat setempat yang memanfaatkan sumber daya alam untuk kehidupan
sehari-hari, agar mereka dapat menyadari dan melakukan kegitan pengelolaan vegetasi,
tanah dan air secara baik dan benar

Diantara pengelolaan lahan dan pengelolaan air terdapat keterkaitan yang sangat erat,
dengan demikian konservasi lahan yang merupakan unsur utama dalam pengelolaan
daerah aliran sungai di bagian hulu, akan berpengaruh terhadap kondisi daerah aliran
sungai di bagian hilir, terutama dalam pemanfaatan air yang optimal untuk berbagai
kegunaan, serta untuk pengendalian banjir.

2.4 Pengelolaan Sumber Daya Air


2.4.1 Lingkup Pengelolaan
Lingkup Pengelolaan SDA Terpadu merangkum suatu upaya-upaya (merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi) dalam penyelenggaraan konservasi -
pendayagunaan - pengendalian daya rusak SDA, dengan tujuan :
1. Menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, daya fungsi
SDA,
2. Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan masyarakan secara adil,
3. Mencegah, menanggulangi, dan memulihkan akibat kerusakan kualitas
lingkungan yang diakibatkan oleh daya rusak air.
Secara skematik dijelaskan sebagai berikut :
UPAYA
Merencanakan Melaksanakan Memantau Mengevaluasi

PENYELENGGARAAN
Konservasi SDA : Pendayagunaan Pengendalian Daya Rusak
1. Perlindungan dan SDA : Air :
pelestarian Sumber 1. Penatagunaan 1. Pencegahan
Air 2. Penyediaan 2. Penanggulangan
2. Pengawetan air 3. Penggunaan 3. Pemulihan
3. Pengelolaan kualitas 4. Pengembangan
air dan 5. pengusahaan
pengendalian
pencemaran air

TUJUAN
Menjaga kelangsungan Memanfaatkan SDA Mencegah, menanggulangi,
keberadaan daya secara berkelanjutan dan memulihkan akibat
dukung, daya tampung, dengan kerusakan kualitas
dan fungsi SDA mengutamakan lingkungan yang diakibatkan
pemenuhan oleh daya rusak air
kebutuhan pokok
kehidupan
masyarakat secara
adil

Gambar II.1 - Skematik lingkup pengelolaan SDA


Sebelum melakukan kegiatan PSDAT selalu diawali dengan penyusunan Pola dan Rencana
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai, berdasarkan kondisi sumber daya air; daya dukung
lingkungan; dan rencana tata ruang.
Disamping penyelenggaraan kegiatan-kegiatan : konservasi, pendayagunaan, dan
pengendalian daya rusak air,juga diselenggarakan kegiatan pendukung : pemberdayaan
masyarakat dan ketersediaan dan keterbukaan data sumber daya air.

2.5 PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU


2.5.1 Persyaratan Penerapan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
2.5.1.1 Persyaratan Penerapan PSDAT (IWRM)
1. Memiliki lembaga Pengelola SDA Wilayah Sungai yang handal dilandasi
dasar hukum yang kuat, diterima para pemilik kepentingan dan memiliki SDM
yang kompeten.
2. Memiliki kebijakan, pola dan rencana pengelolaan SDA.
3. Memiliki data, model, sistem, fasilitas pengelolaan SDA.
4. Memiliki wadah koordinasi dan komunikasi antar pemilik kepentingan sebagai
perangkat manajemen partisipatif.
5. Memiliki Sasaran yang jelas.
Gambar II.2 - Ilustrasi tata cara pengelolaan sumber daya air terpadu

2.6 Pola Pengelolaan Sumber Daya Air


Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan sebagai kerangka dasar dalam
pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan keterpaduan antara air permukaan dan
air tanah.
Pola pengelolaan sumber daya air memuat :
1. Tujuan pengelolaan sumber daya air pada Wilayah Sungai yang bersangkutan.
2. Dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam melakukan pengelolaan sumber daya air.
3. Beberapa skenario pengelolaan sumber daya air.
4. Alternatif pilihan strategi pengelolaan sumber daya air untuk setiap scenario
pengelolaan sumber daya air.
5. Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air.

Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud disusun dengan memperhatikan
kebijakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah administratif yang bersangkutan.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun dengan mengacu pada informasi mengenai :
1. Penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan.
2. Kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang
bersangkutan.
3. Keberadaan masyarakat hukum adat setempat.
4. Sifat alamiah dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan sistem
hidrologis.
5. Aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air.
6. Kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan hidup.

Pola pengelolaan sumber daya air disusun melalui konsultasi dengan instansi dan unsur
masyarakat yang terkait.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun.
Pola pengelolaan sumber daya air yang sudah ditetapkan dapat ditinjau dan dievaluasi
sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali.
Hasil peninjauan dan evaluasi menjadi dasar pertimbangan bagi penyempurnaan pola
pengelolaan sumber daya air.
Rancangan Pola PSDA pada Wilayah Sungai dalam satu kebupaten/kota disusun oleh dinas
di tingkat kabupaten/kota atau bersama Pengelola SDA di Wilayah Sungai melalui
konsultasi dengan instansi teknis terkait.
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air, bupati/walikota dapat meminta pertimbangan wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota.
Dalam hal pada kabupaten/kota, tersebut tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota, bupati/walikota dapat langsung
menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan rancangan.
Rancangan Pola PSDA pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota disusun oleh dinas di
tingkat provinsi atau bersama pengelola sumber daya air wilayah sungai melalui konsultasi
dengan instansi teknis terkait.
Gubernur menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air menjadi pola
pengelolaan sumber daya berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air, gubernur dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air provinsi.
Rancangan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, lintas Negara,
dan strategis nasional disusun oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan instansi teknis dan
unsur masyarakat terkait.
Menteri menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air menjadi pola pengelolaan
sumber daya air berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air
pada wilayah sungai bersangkutan.
Dalam hal pada wilayah sungai lintas provinsi atau strategis nasional dimaksud tidak atau
belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, Menteri dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi melalui gubernur
terkait.
Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara dilakukan sesuai dengan
perjanjian dengan Negara terkait berdasarkan pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan oleh Menteri.
Pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara digunakan sebagai
dasar penyusunan perjanjian dengan negara terkait.
Dalam hal belum ada perjanjian dengan terkait, pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada
pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh Menteri.
Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan pola pengelolaan sumber
daya air diatur dengan peraturan Menteri. (Permen PU No. 22/PRT/M/2009) Perencanaan
pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan prosedur dan persyaratan melalui
tahapan yang ditetapkan dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang
mencakup inventarisasi sumber daya air, penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan
sumber daya air.
Perencanaan Pengelola SDA
1. Perencanaan pengelolaan SDA disusun untuk menghasilkan rencana sebagai
pedoman/arahan dalam pelaksanaan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya
rusak air.
2. Perencanaan disusun mengikuti pola pengelolaan SDA. Rencana Pengelolaan
SDA merupakan salah satu masukan/unsur penyusunan tata ruang.
3. Penyusunan rencana pengelolaan SDA dilaksanakan dengan koordinasi berbagai
instansi yang berwenang dengan mengikutsertakan seluruh stakeholders.
4. Rencana pengelolaan SDA di Wilayah Sungai dirinci ke dalam program oleh instansi
pemerintah, masyarakat dan swasta.

2.7 ILUSTRASI IMPLEMENTASI PSDAT


2.7.1 Konservasi Sumber Daya Air

Memanfaatkan atap untuk tangkapan air hujan. Selanjutnya dialirkan ke bak


penampungan air hujan (PAH)

Gambar II.3 - Pemanfaatan atap untuk tangkapan air


Gambar II.4 - Sungai alami yang diinginkan

Gambar II.5 - Sistem teras bangku


Gambar II.6 - Pengaturan sempadan di sungai Jepang

2.8 Pendayagunaan Sumber Daya Air

Air untuk Pertanian Air untuk Pertanian

Air untuk Industri Air untuk Transportasi

Gambar II.7 - Pendayagunaan sumber daya air


Air untuk wahana Air untuk
pertanian

Gambar II.8 – Jaminan air untuk ekosistem


2.9 Pengendalian Daya Rusak Air

Gambar II.9 – Ruang pengendali banjir di Malang

Gambar II.10 – Ilustrasi imaginer super-levee


2.10 Pemberdayaan Masyarakat

Gambar II.11 – Pemberdayaan Masyarakat

Gambar II.12 – Pemberdayaan masyarakat


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Di dalam makalah ini kita dapat mempelajari, mendalami dan memahami mengapa
Pengelolaan SDA Terpadu sangat diperlukan dalam melakukan pengelolaan sumber daya
air dalam wilayah sungai.

Kita juga dapat mengikuti proses perkembangan manajemen pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah sungai yang sudah menjadi perhatian tidak hanya ditingkat nasional tetapi
juga sudah menggelobal.

Pada dasarnya dalam mengelola SDA secara terpadu di perlukan adanya 3 manajemen yang
harus dilakukan berjalan secara serasi dan berkelanjutan, yakni: Manajemen daerah aliran
sungai yang biasanya dilakukan oleh salah satu unit/instansi dalam Kementerian Kehutanan
dan Lingkungan Hidup, Manajemen jaringan sumber daya air yang dilakukan oleh salah
satu unit di Kementerian PUPR dan Manajemen pemanfaatan sumber daya air yang dikelola
oleh berbagai unit/instansi yang memanfaatkan air sebagai air baku untuk produk
selanjutnya.

Lingkup pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada dasarnya mencakup 3 (tiga)
bidang yakni :
1. Konsumsi sumber daya air
2. Pendayagunaan sumber daya air dan
3. Pengendalian daya rusak air.
Selain itu juga makalah ini dapat memberikan gambaran yang jelas dalam
mengimplementasikan kegiatan di atas dalam makalah ini juga disertakan ilustrasi
yang berupa gambar/ foto pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

3.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan ialah agar kita dapat mempelajarinya lebih lanjut dan
menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu seperti yang tertulis didalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi Yogyakarta.
Budi Santosa Wignyosukarto, 2006. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu dalam Upaya
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium 2015. Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknik
Sipil UGM.
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. http://www.citarum.org
Mencapai Sungai Citarum Yang Lebih Baik Melalui Upaya Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Citarum Fact Sheet 2010. http://www.citarum.org

Anda mungkin juga menyukai