Disusun Oleh :
FAURIZA PURNAMA ACHMAD (14-130)
TRI YOGA DULANDES (16-027)
MUHAMMAD HAFIZH RIZA (16-036)
DIAN NUGRAHA (16-043)
STEVEN DE MOSHES BULOLO (16-049)
Dosen :
Dr. Zuherna Mizwar S.T,M.T
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, terlebih dahulu saya memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, tuhan sekalian alam, pencipta langit dan bumi, atas rahmat dan
karunia-NYA yang telah Melimpahkan rahmad dan hidayahnyalah, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karena makalah ini digunakan untuk
menunjang proses belajar mengajar.
Penulispun banyak mendapatkan bimbingan serta pengarahan yang sangat berarti
dalam menyusun makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pengumpulan data sampai makalah ini selesai dibuat, oleh karena itulah, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus dari
lubuk hati yang paling dalam. Kepada :
1. Dr. Zuherna Mizwar S.T,M.T ( Selaku Dosen Pengajar )
2. Teman-teman dekat yang telah diberikan dukungan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itulahkritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
• Pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
• Pengendalian pemanfaatan sumber air;
• Pengisian air pada sumber air;
• Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
• Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
• Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
• Pengaturan daerah sempadan sumber air;
• Rehabilitasi hutan dan lahan; dan
• Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
A. Pengawetan Air
Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan
air. Pengawetan air dapat dilakukan dengan cara :
1. Menyimpan air yang berlebihan disaat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada
waktu diperlukan.
2. Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif dan;
3. Mengendalikan penggunaan air tanah.
5
disebabkan daya rusak air, yang meliputi banjir, erosi dan sedimentasi, longsor
tanah, amblesan tanah, perubahan sifat dan kimiawi, biologi dan fisika air,
terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan satwa, dan wabah penyakit.
Pengendalian daya rusak air ini diutamakan pada upaya pencegahan
melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air.
6
Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap wilayah sungai
dilakukan dengan memperhatikan :
1. Daya dukung sumber air;
2. Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;
3. Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air;
4. Pemanfaatan air yang sudah ada.
7
B. Pembiayaan Pembangunan Sumber Daya Air
Dana infrastruktur sumber daya air dianggarkan di tingkat pemerintah
pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan di tingkat
daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penganggaran
di tingkat pusat dilakukan melalui koordinasi antara lembaga-lembaga yang
melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam
mengembangkan Rencana Kerja Pemerintah tahunan. APBN dapat bersumber
dari mata uang lokal, pinjaman, dan hibah dari Negara/lembaga donor.
D. Embung
Di daerah Indonesia yang relatif kering diterapkan teknologi konvensional
yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan adalah aplikasi waduk kecil atau
embung. Embung (waduk kecil) merupakan bangunan penampung air
berteknologi sederhana dan berukuran kecil. Bangunan ini bermanfaat untuk
mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau bagi penduduk, ternak, dan
lading. Embung juga mempunyai manfaat untuk konservasi lahan dan sumber
daya air.
8
Bangunan ini sangat cocok dikembangkan di daerah yang mempunyai
kondisi alam sebagai berikut :
1. Curak hujan sedikit dan berlangsung pendek, sedangkan musim kemarau
panjang (7-9 bulan/tahun).
2. Topografi berbukit rapat dan dataran rendah sangat sempit sehingga sulit
mencari tempat untuk pembangunan waduk besar.
3. Secara geologis batuan dasar umumnya bersifat lolos air.
Penganggaran di tingkat daerah prosesnya sama dengan proses
penganggaran di tingkat pusat. Sumber untuk Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pinjaman atau
hibah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Selain itu, anggaran untuk Pemerintah Daerah dapat berasal dari Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil
(DBH) yang dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sumber daya air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan. Ketersediaan air sangat diperlukan namun harus berada
dalam jumlah yang cukup memadai.
Sejalan dengan perkembangan permintaan air yang meningkan sedangkan
kemampuan penyediaan air semakin menurun akibat menurunnya daya dukung
lingkungan sumber daya air dan adanya pengeksploitasian sumber daya air yang
berlebihan. Keberhasilan dari pengelolaan sumber daya air sangat tergantung pada
pemerintah, masyarakat serta konsisten dalam implementasinya.
3.2. Saran
Dalam pengelolaan sumber daya air, pemerintah daerah tidak boleh
memandang air hanya sebagai komoditas ekonomi tetapi perlu
mempertimbangkan fungsi sosialnya. Pemakai air perlu memberikan kontribusi
biaya pengelolaan air, dengan prinsip pembayaran pengguna dan pembayaran
polusi serta adanya subsidi silang.
1
Perhitungan neraca air SONTANG tahun 2020
Kedalaman efektif tanah = 100 cm.
Parameter Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Tahunan
Curah Hujan mm 44 101 81 126 84 85 141 100 176 184.3 196.2 128.5 1447
0
Temperatur C 24.3 24.1 24.1 24.3 24.6 24.0 23.8 23.8 23.6 23.7 23.8 23.5 24.0
Indeks Panas mm 11.0 10.8 10.8 11.0 11.2 10.7 10.6 10.6 10.5 10.5 10.6 10.4 128.7
ETP mm 105 102 102 105 109 101 99 99 96 98 99 95 1210
CH-ETP mm -61 -1 -21 21 -25 -16 42 1 80 87 97 33 237
APW L mm -61 -63 -84 0 -25 -41 0 0 0 0 0 0 --
KAT mm 399 398 376 450 428 415 450 450 450 537 450 450 --
DKAT mm -51 -1 -21 74 -22 -14 35 0 0 87 -87 0 --
ETA mm 95 102 102 105 106 99 99 99 96 98 99 95 1194
Defisit mm 10 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 16
Surplus mm 0 0 0 -53 0 0 7 1 80 0 184 33 253
Alternatif Komoditas:
350
TINGGI KOLOM AIR (mm/bulan) .
300
250
CH
200
150 ETP
ETA
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
KETERSEDIAAN AIR TANAH DAS SURANTIH
770
720
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/bulan) .
670
620
570
520
470 Kapasitas
420
370
220
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Olderman & Schmidt Ferguson SONTANG
Nama Sta: Sontang
No.Sta:
Tipe Hujan
Zona Agroklimat
NamaSta Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Tahunan BK<100 BB>200 BK<=60 BB>100 Q (Schmidt-
(Oldeman, 1975)
Ferguson, 1951)
2016 86 193 84 508 250 75 142 89 21 133 495 403 2479 5 4 D -3 1 7 14 A
2017 282 200 223 206 210 126 50 200 136 147 240 133 2153 1 5 C -1 1 11 9 A
2018 107 282 54 145 25 49 104 67 156 338 299 296 1922 4 4 D -3 3 8 38 C
2019 199 140 128 143 237 149 141 75 62 323 320 353 2270 2 4 D -2 0 10 0 A
2020 44 101 81 126 84 85 141 100 176 184 196 129 1447 5 0 * 1 7 14 A
Rata2 144 183 114 226 161 97 116 106 110 225 310 263 2054 1 4 D -1 0 11 0 A