Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN PSDA

Disusun Oleh :
FAURIZA PURNAMA ACHMAD (14-130)
TRI YOGA DULANDES (16-027)
MUHAMMAD HAFIZH RIZA (16-036)
DIAN NUGRAHA (16-043)
STEVEN DE MOSHES BULOLO (16-049)

Dosen :
Dr. Zuherna Mizwar S.T,M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2021

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, terlebih dahulu saya memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, tuhan sekalian alam, pencipta langit dan bumi, atas rahmat dan
karunia-NYA yang telah Melimpahkan rahmad dan hidayahnyalah, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karena makalah ini digunakan untuk
menunjang proses belajar mengajar.
Penulispun banyak mendapatkan bimbingan serta pengarahan yang sangat berarti
dalam menyusun makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pengumpulan data sampai makalah ini selesai dibuat, oleh karena itulah, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus dari
lubuk hati yang paling dalam. Kepada :
1. Dr. Zuherna Mizwar S.T,M.T ( Selaku Dosen Pengajar )
2. Teman-teman dekat yang telah diberikan dukungan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itulahkritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Padang Panjang, 25 juni 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau
potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian,
industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat
bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar.
Sumber daya air merupakan sumber daya alam karunia Allah SWT yang
mutlak diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya serta mempunyai arti
dan peran penting bagi berbagai sector kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah


Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang berkembang cepat serta
tingkat penghidupan masyarakat yang semakin maju, banyak kawasan resapan air
yang dijadikan kawasan pemukiman dan pengembangan daerah perkotaan
membuat jumlah ketersediaan air semakin lama semakin berkurang. Mengingat
ketersediaan air yang tetap dan kebutuhan air yang cenderung semakin meningkat
maka perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan teknologi, penyediaan air,
dan pelestarian sumber daya air.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Usaha Pelestarian Dan Pengembangan Air


Dalam pelestarian dan perkembangannya terdapat beberapa masalah
krusial yang memerlukan upaya tindak lanjut segera dan penanganan terpadu
yaitu :
1. Lemahnya koordinasi di antara instansi yang terkait dan kurangnya
akuntabilitas, transparansi serta partisipasi stakeholder daloam pengelolaan
sumber daya air.
2. Meningkatnya konflik karena semakin terbatasnya ketersediaan air sementara
kebutuhan air semakin meningkat.
3. Kurangnya dana untuk investasi dan tidak mencukupinya dana untuk cost
recorvery
4. Semakin beratnya pencemaran air.
5. Meningkatnya kerusakan kawasan vegetasi hutan lindung yang merupakan
daerah tangkapan air menyebabkan menurunnya debit aliran air sungai dan
meningkatnya erosi dan sedimentasi.
6. Kurang efektifnya pemeliharaan jaringan irigasi dan belum terjaminnya biaya
untuk rehabilitasi berkala jaringan irigasi.
7. Kurang memadainya organisasi pengelolaan tingkat wilayah sungai.
8. Kurang arukasinya data hidrologi dan kualitas air.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu reformasi


kebijakan pengelolaan sumber daya air yang memberikan perhatian khusus pada
konservasi ketersediaan sumber daya air, pengendalian kualitas air dan
perlindungan sumber daya air.

2.1.1. Usaha Pelestarian Air


Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan
melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaanya terhadap kerusakan
atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan yang
disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air
sebagaimana dimaksud adalah :

4
• Pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
• Pengendalian pemanfaatan sumber air;
• Pengisian air pada sumber air;
• Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
• Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
• Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
• Pengaturan daerah sempadan sumber air;
• Rehabilitasi hutan dan lahan; dan
• Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.

Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air tersebut dijadikan dasar


dalam penatagunaan lahan dilaksanakan melalui pendekatan teknis, sosial,
ekonomi, dan budaya. Dan usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

A. Pengawetan Air
Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan
air. Pengawetan air dapat dilakukan dengan cara :
1. Menyimpan air yang berlebihan disaat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada
waktu diperlukan.
2. Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif dan;
3. Mengendalikan penggunaan air tanah.

B. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air


Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan untuk
mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada
sumber-sumber air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air
pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Pengendalian pencemaran air
dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan
prasarana sumber air.

C. Pengendalian Daya Rusak Air


Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan terjadinya kerusakan lingkungan yang

5
disebabkan daya rusak air, yang meliputi banjir, erosi dan sedimentasi, longsor
tanah, amblesan tanah, perubahan sifat dan kimiawi, biologi dan fisika air,
terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan satwa, dan wabah penyakit.
Pengendalian daya rusak air ini diutamakan pada upaya pencegahan
melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air.

D. Pencegahan Daya Rusak Air.


Pencegahan dilakukan baik melalui kegiatan fisik dan/atau non fisik
maupun melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai. Pencegahan ini
lebih lebih diutamakan pada kegiatan non fisik. Yang dimaksud dengan kegiatan
fisik adalah pembangunan sarana dan prasaran serta upaya lainnya dalam rangka
pencegahan kerusakan/bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air, kegiatan
non fisik adalah kegiatan penyusunan dan/atau penerapan piranti lunak yang
meliputi antara lain pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian,
penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai adalah penyelarasan antara upaya
kegiatan konservasi di hulu dengan pendayagunaan di hilir.

E. Penatagunaan Sumber Daya Air.


Penatagunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat
(1) ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air
pada sumber air .Zona ini digunakan sebagi acuan untuk : penyusunan atau
peeubahan RTRW atau perubahan RTRW, rencana pengelolaan sumber daya air
pada wilayah sungai yang bersangkutan. Penetapan zona pemanfaatan sumber
daya air dilakukan dengan :
1. Mengalokasikan zona untuk fuungsi lindung dan budi daya;
2. Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis
hidrologis;
3. Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan
sumber air;
4. Memperhatikan kepentingan bebagai jenis pemanfaatan;
5. Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan;
dan
6. Memperhatikan fungsi kawasan.

6
Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap wilayah sungai
dilakukan dengan memperhatikan :
1. Daya dukung sumber air;
2. Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;
3. Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air;
4. Pemanfaatan air yang sudah ada.

2.1.2. Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Air


A. Arah Kebijakan
Berdasarkan peraturan terkait dan dokumen-dokumen perencanaan
pembangunan nasional, arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air
sebagai berikut:
1. Mewujudkan sinergi dan mencegah konflik antar wilayah, antar sektor, dan
antar generasi dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional, persatuan, dan
kesatuan bangsa.
2. Mendorong proses pengelolaan sumberdaya air yang terpadu antar sektor dan
antar wilayah yang terkait di pusat, propinsi, kabupaten/kota dan wilayah
sungai.
3. Menyeimbangkan upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air agar
terwujud kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh
rakyat baik pada generasi sekarang maupun akan datang.
4. Menyeimbangkan fungsi sosial dan nilai ekonomi air untuk menjamin
pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu akan air dan pendayagunaan air
sebagai sumberdaya ekonomi yang memberikan nilai tambah optimal dengan
memperhatikan biaya pelestarian dan pemeliharaannya.
5. Melaksanakan pengaturan sumber daya air secara bijaksana agar pengelolaan
sumber daya dapat diselenggarakan seimbang dan terpadu.
6. Mengembangkan sistem pembiayaan pengelolaan sumberdaya air yang
mempertimbangkan prinsip cost recovery dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
7. Mengembangkan sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya air yang
membuka akses partisipasi masyarakat serta mewujudkan pemisahan fungsi
pengatur (regulator) dan fungsi pengelola (operator).

7
B. Pembiayaan Pembangunan Sumber Daya Air
Dana infrastruktur sumber daya air dianggarkan di tingkat pemerintah
pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan di tingkat
daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penganggaran
di tingkat pusat dilakukan melalui koordinasi antara lembaga-lembaga yang
melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam
mengembangkan Rencana Kerja Pemerintah tahunan. APBN dapat bersumber
dari mata uang lokal, pinjaman, dan hibah dari Negara/lembaga donor.

C. . Saluran Irigasi Hemat Air


Peningkatan kebutuhan air pada daerah yang padat industri serta pada
daerah pertanian tidak merata di Indonesia padahal ketersediaan air melalui siklus
n tidakmerata pula. Oleh karena itu, untuk keseimbangan neraca air perlu
dikembangkan berbagi teknologi yang dapat menghemat pemankaian air.
1. Saluran pendistribusian air yang efisien sehingga tingkat kebocoran dan
kehilangan air dapat dikurangi.
2. Sistem pengairan sawah yang efisien, mengingat pada saat ini
persawahan merupakan pemakai air yang dominan.
3. Sistem pengairan sawah secara konvensional yang boros air perlu
diperbaiki dan perlu dikembangkan teknik pengairan dengan system
saluran atau pipa yang hemat air.
Selain itu telah di aplikasikan berbagai teknologi bangunan pengairan
yaitu bending, pintu air, dan saluran yang sesuai dengan kondisi sungai-sungai di
Indonesia yang mengandung muatan sedimen.

D. Embung
Di daerah Indonesia yang relatif kering diterapkan teknologi konvensional
yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan adalah aplikasi waduk kecil atau
embung. Embung (waduk kecil) merupakan bangunan penampung air
berteknologi sederhana dan berukuran kecil. Bangunan ini bermanfaat untuk
mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau bagi penduduk, ternak, dan
lading. Embung juga mempunyai manfaat untuk konservasi lahan dan sumber
daya air.

8
Bangunan ini sangat cocok dikembangkan di daerah yang mempunyai
kondisi alam sebagai berikut :
1. Curak hujan sedikit dan berlangsung pendek, sedangkan musim kemarau
panjang (7-9 bulan/tahun).
2. Topografi berbukit rapat dan dataran rendah sangat sempit sehingga sulit
mencari tempat untuk pembangunan waduk besar.
3. Secara geologis batuan dasar umumnya bersifat lolos air.
Penganggaran di tingkat daerah prosesnya sama dengan proses
penganggaran di tingkat pusat. Sumber untuk Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pinjaman atau
hibah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Selain itu, anggaran untuk Pemerintah Daerah dapat berasal dari Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil
(DBH) yang dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sumber daya air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan. Ketersediaan air sangat diperlukan namun harus berada
dalam jumlah yang cukup memadai.
Sejalan dengan perkembangan permintaan air yang meningkan sedangkan
kemampuan penyediaan air semakin menurun akibat menurunnya daya dukung
lingkungan sumber daya air dan adanya pengeksploitasian sumber daya air yang
berlebihan. Keberhasilan dari pengelolaan sumber daya air sangat tergantung pada
pemerintah, masyarakat serta konsisten dalam implementasinya.

3.2. Saran
Dalam pengelolaan sumber daya air, pemerintah daerah tidak boleh
memandang air hanya sebagai komoditas ekonomi tetapi perlu
mempertimbangkan fungsi sosialnya. Pemakai air perlu memberikan kontribusi
biaya pengelolaan air, dengan prinsip pembayaran pengguna dan pembayaran
polusi serta adanya subsidi silang.

1
Perhitungan neraca air SONTANG tahun 2020
Kedalaman efektif tanah = 100 cm.

WHC = 45.0 % = 450 mm. DAS SONTANG


Indeks Efisiensi Temperatur = 2.962

Parameter Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Tahunan
Curah Hujan mm 44 101 81 126 84 85 141 100 176 184.3 196.2 128.5 1447
0
Temperatur C 24.3 24.1 24.1 24.3 24.6 24.0 23.8 23.8 23.6 23.7 23.8 23.5 24.0
Indeks Panas mm 11.0 10.8 10.8 11.0 11.2 10.7 10.6 10.6 10.5 10.5 10.6 10.4 128.7
ETP mm 105 102 102 105 109 101 99 99 96 98 99 95 1210
CH-ETP mm -61 -1 -21 21 -25 -16 42 1 80 87 97 33 237
APW L mm -61 -63 -84 0 -25 -41 0 0 0 0 0 0 --
KAT mm 399 398 376 450 428 415 450 450 450 537 450 450 --
DKAT mm -51 -1 -21 74 -22 -14 35 0 0 87 -87 0 --
ETA mm 95 102 102 105 106 99 99 99 96 98 99 95 1194
Defisit mm 10 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 16
Surplus mm 0 0 0 -53 0 0 7 1 80 0 184 33 253

Potensi Masa Tanam PMT PMT

Alternatif Komoditas:

Alt-1: Lahan Beririgasi MT1 MT1: Padi Sawah

Alt-2: Lahan Beririgasi MT2: Palawija MT1: Padi Sawah

Alt-3: Lahan Tadah Hujan MT1 MT1: Padi

Alt-4: Lahan Tadah Hujan MT1: Palawija MT1: Palawija


NERACA AIR TANAH DAS SURANTIH
400

350
TINGGI KOLOM AIR (mm/bulan) .

300

250
CH
200

150 ETP

ETA
100

50

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
KETERSEDIAAN AIR TANAH DAS SURANTIH

770

720
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/bulan) .

670

620

570

520

470 Kapasitas
420

370

320 Titik Layu


270

220
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Olderman & Schmidt Ferguson SONTANG
Nama Sta: Sontang
No.Sta:
Tipe Hujan
Zona Agroklimat
NamaSta Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Tahunan BK<100 BB>200 BK<=60 BB>100 Q (Schmidt-
(Oldeman, 1975)
Ferguson, 1951)
2016 86 193 84 508 250 75 142 89 21 133 495 403 2479 5 4 D -3 1 7 14 A
2017 282 200 223 206 210 126 50 200 136 147 240 133 2153 1 5 C -1 1 11 9 A
2018 107 282 54 145 25 49 104 67 156 338 299 296 1922 4 4 D -3 3 8 38 C
2019 199 140 128 143 237 149 141 75 62 323 320 353 2270 2 4 D -2 0 10 0 A
2020 44 101 81 126 84 85 141 100 176 184 196 129 1447 5 0 * 1 7 14 A
Rata2 144 183 114 226 161 97 116 106 110 225 310 263 2054 1 4 D -1 0 11 0 A

Anda mungkin juga menyukai