Anda di halaman 1dari 5

1.

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang dimana terdiri
dari sumber daya alam hayati seperti tanaman maupun hewan yang beragam dan juga sumber
daya alam non hayati seperti air, batu, sinar matahari, udara dan lain sebagainya yang dimana
jika sumber daya alam tersebut jika di kelola dengan baik dan benar dapat memberikan
keuntungan besar bagi negara. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh permukiman
penduduk didaerah perkotaan adalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh
pembuangan air limbah yang tidak tertangani dengan baik. Oleh karena itu upaya untuk
menumbuhkan kesadaran pembangunan yang berwawasan lingkungan yang seharusnya
dilakukan secara terus menerus dan berkseinambungan. Sumberdaya air merupakan sumber
daya alam yang tidak hidup (abiotik) namun dapat diperbaharui (renewable resources).

Air adalah salah satu sumber alam paling penting bagi makhluk hidup namun sering
menjadi per masalahan dalam keberadaannya (occurance),peredaran/sirkulasinya (circulation)
dan penyebarannya (distribution). Selain itu karena sifat-sifatnya, air angat mudah
terkontaminasi dengan zat zat kimia lainnya melalui pencemaran lingkungan.Oleh karena
itu diperlukan upaya konservasi melalui sistem pengelolaan yang efektif dan efisien
sehingga terjadi kemanfaatannya secara berkelanjutan sampai kegenerasi mendatang.

Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air
adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air
jika terus menerus dicemari maka akan menimbulkan daya rusak air. Daya rusak air merupakan
daya air yang dapat merugikan kehidapan. Dalam penanganan kerusakan air memerlukan
pengendalian daya rusak air yaitu upaya untuk mencegah menanggulangi, dan memulihkan
kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh Daya Rusak Air. Perencanaan adalah suatu
proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan
terarah dalam rangka mencapai tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air. Operasi dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air yaitu kegiatan yang meliputi pengaturan, pelaksanaan, perawatan,
pemantauan, dan evaluasi untuk menjamin keberadaan dan kelestarian fungsi serta manfaat
Sumber Daya Air dan prasarananya.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari studi ini yaitu mengetahui bagaimana pengelolaan sumber daya air,
dengan mengevaluasi penyelenggaraan Konservasi sumber daya air,Pendayagunaan sumber
daya air, serta bagaimana pengendalian daya rusak air di Kota Luwuk Kabupaten banggai.
2. Lokasi Studi

3. Metode Studi/Review
Dalam studi kasus ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana metode yang digunakan
yaitu studi literatur yang terkait dengan pengelolaan Sumberdaya air serta dilakukan survey lokasi
sehingga dipadukan antara literatur dengan hasil survey lokasi.

4. Hasil Dan Pembahasan


4.1. Konservasi Sumber Daya Air

Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke atas permukaan
tanah seefisien mungkin dengan pengaturan waktu aliran yang tepat sehingga tidak terjadi banjir pada
musim hujan dan tersedia cukup air pada musim kemarau (Arsyad, 2000). Konservasi air dapat dilakukan
dengan meningkatkan pemanfaatan komponen hidrologi berupa air permukaan dan air tanah serta
meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi (Subagyono, 2007). Teknologi konservasi air dirancang
untuk meningkatkan masuknya air kedalam tanah melalui proses infiltrasi dan pengisian kantong-
kantong air dimdaerah cekungan serta mengurangi kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan
menguap ke atmosfir. Keuntungan yang diperoleh melalui strategi konservasi air yang diarahkan untuk
peningkatan cadangan air pada lapisan tanah dan disekitar zona perakaran tanaman pada wilayah
pertanian adalah: terwujudnya pengendalian aliran permukaan, peningakatan infiltrasi dan
pengurangan evaporasi. Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengefisienkan penggunaan
air pada wilayah perkebunan yaitu: melalui pemilihan jenis tanaman sesuai dengan kondisi iklim dan
melalui teknik konservasi air dengan penggunaan mulsa, gulud, dan teknik tanpa olah tanah ( Sallata
(2015). Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan
diperlukan pola pengelolaan sumber daya air yang didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air.
4.2. Pemanfaatan Sumber Daya Air

Menurut Volentino, (2013) air adalah kebutuhan pokok mahluk hidup termasuk didalamnya
manusia. Dalam melanjutkan kelangsungan kehidupan rumah tangga sehari-hari maupun kebutuhan
proses industri sangat memerlukan ketersediaan air bersih yang memadai. Pada umumnya suatu daerah
yang subur ditandai dengan debit air tanahnya yang tinggi, sebaliknya daerah yang kurang subur bahkan
gersang debit air tanahnya terbatas. Air menduduki urutan prioritas persyaratan penting dalam
mendukung laju proses perkembangan suatu daerah. Jaminan kontinuitas ketersediaan air bersih yang
memadai menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi masyarakat untuk datang bermukim dan aktivitas
industri di wilayah tersebut. Laju pertumbuhan jumlah penduduk disertai akselerasi aktivitas industri di
suatu wilayah, selalu berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan akan air bersih. Berbicara
tentang penyediaan kecukupan air bersih, pemerintah sudah memberikan otoritas dan tanggung jawab
kepada institusi PDAM, akan tetapi pada realitasnya belum mampu memenuhinya secara memadai
hingga pada saat ini. Keadaan tersebut memotivasi masyarakat untuk mengambil air tanah dalam
memenuhi kebutuhan air bersih mereka sehari-hari, terutama memenuhi kebetuhan dunia industri
dalam jumlah yang besar. Menurut Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2008 disebutkan bahwa,
penggunaan air tanah untuk berbagai keperluan (termasuk didalamnya bagi sektor industri), merupakan
pilihan kedua, apabila air permukaan sudah tidak mencukupi, dengan syarat tetap memperhatikan
upaya konservasi mencakup pencegahan kerusakan lingkungan. Pemenuhan kebutuhan air bersih di
beberapa kawasan industri Kota Semarang sesungguhnya dapat dipenuhi dengan menggunakan air
permukaan saja.

4.1. Pengendalian Daya Rusak Air

Pengendalian daya rusak air yaitu upaya untuk mencegah menanggulangi, dan memulihkan
kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh Daya Rusak Air. Tantangan yang dihadapi dalam
pengelolaan air adalah terbatasnya ketersediaan air di alam, meningkatnya pengambilan air karena
tuntutan kebutuhan air dan pencemaran terhadap sumber airtanah. Seperti diketahui keberadaan air di
bumi, khususnya airtanah sangat peka terhadap perubahan tata guna lahan. Dengan berubahnya hutan
di daerah imbuhan akan mempengaruhi potensi resapan air, yang pada gilirannya akan berdampak pada
ketersediaan air. Demikian juga pemompaan air yang melampaui kemampuan alam menyediakan air.
Menurut Hendrayana, (2010). data pemanfaatan air menunjukkan bahwa hingga sekarang sekitar 70%
kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan dan perkotaan masih bertumpu pada airtanah, bahkan untuk
keperluan sektor industri hampir 90% masih tergantung pada pemanfaatan sumber daya air ini. Oleh
karena itu, maka diperlukan suatu peraturan yang jelas mengenai pengendalian airtanah. Peraturan
pengendalian airtanah meliputi pengendalian dalam pengambilan dan pemanfaatan airtanah,
pengendalian pencemaran airtanah atau pengelolaan kualitasnya dan pengendalian kerusakan air
(kuantitas air).

4.3. Tata Kelola Sumber Daya Air Lanskap Perkotaan


Penduduk dunia terkonsentrasi di daerah perkotaan. Perubahan demografi ini telah membawa
transformasi lanskap yang memiliki sejumlah efek terdokumentasi pada ekosistem sungai. Efek yang
paling konsisten dan meresap adalah peningkatan tutupan permukaan kedap air di dalam kota
tangkapan air, yang mengubah hidrologi dan geomorfologi sungai. Ini menghasilkan dapat diprediksi
perubahan habitat sungai. Selain kedap air, limpasan dari permukaan perkotaan juga sebagai
pembuangan kota dan industri mengakibatkan peningkatan pemuatan nutrisi, logam, pestisida, dan
kontaminan lainnya ke sungai. Perubahan ini menghasilkan penurunan kekayaan yang konsisten alga,
invertebrata, dan komunitas ikan di sungai perkotaan. Meskipun terpelajar di perkotaan sungai, proses
ekosistem juga dipengaruhi oleh urbanisasi. Aliran perkotaan mewakili peluang bagi ahli ekologi yang
tertarik untuk mempelajari gangguan dan berkontribusi pada lanskap yang lebih efektif pengelolaan.

Sistem perairan perkotaan merupakan suatu bagian dari siklus hidrologi (Ramdhan et al (2021).
Ada dua unsur utama air yang masuk kewilayah kota, yaitu mulai dari presitipasi atau hujan, ataupun
melalui jaringan persediaan air (supply air) yang dapat dimanfaatkan oleh aktifitas air di perkotaan.
Untuk mengatasi masalah air diperkotaan Susanto (2017) menyatakan bahwa ada 3 pilar yang harus
dimiliki oleh suatu kota yang ideal, yaitu :

1. Kota berfungsi sebagai daerah tangkapan ndan penyedia air


2. Kota dapat menyediakan jasa ekosistem yang baik.
3. Kota berisi penduduk dan komoditas yang peduli terhadap air.

Konsep kota ideal dikenal dengan istilah water sensitive city atau kota yang ramah terhadap air.
Suatu transisi menuju kota ramah air sangatlah diperlukan agar dapat menjadi suatu kota yang nyaman
untuk ditinggali, kota dengan pembangunan berkelanjutan, lenting terhadap bencana alam dan lebih
produktif. Proses transisi tersebut memerlukan suatu perubahan fundamental dalam ketersediaan
infrastruktur, kelembangaan dan kerangka pendanaan, serta perilaku masyarakatnya baik khususnya
perkotaan Ramdhan et al (2021).

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1. Kesimpulan

Air adalah salah satu sumber alam paling penting bagi makhluk hidup namun sering menjadi per
masalahan dalam keberadaannya (occurance),peredaran/sirkulasinya (circulation) dan penyebarannya
(distribution). Selain itu karena sifat-sifatnya, air angat mudah terkontaminasi dengan zat zat kimia
lainnya melalui pencemaran lingkungan. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke atas
permukaan tanah seefisien mungkin dengan pengaturan waktu aliran yang tepat sehingga tidak terjadi
banjir pada musim hujan dan tersedia cukup air pada musim kemarau (Arsyad, 2000). Untuk mengatasi
masalah air diperkotaan Susanto (2017) menyatakan bahwa ada 3 pilar yang harus dimiliki oleh suatu
kota yang ideal, yaitu : Kota berfungsi sebagai daerah tangkapan ndan penyedia air, Kota dapat
menyediakan jasa ekosistem yang baik, dan Kota berisi penduduk dan komoditas yang peduli terhadap
air.
5.2. Rekomendasi

Dari permasalahan yang telah dijelaskan pada pembahasan diatas bahwa dalam mengatasi
permasalahan sumberdaya air pada lanskep perkotaan khususnya pada RTH Teluk Lalong memerlukan
suatu perubahan fundamental dalam ketersediaan infrastruktur, kelembangaan dan kerangka
pendanaan, serta perilaku masyarakatnya baik khususnya perkotaan.

6. Daftar Pustaka
Hendrayana, H. (2010). Pengendalian Daya Rusak Airtanah. Journal UGM.
Ramdhan, M., Arifin, H. S., Suharnoto, Y., & Tarigan, S. D. (2021). Pengelolaan Sumber Daya Air
Permukaan Berkelanjutan Di Perkotaan: Studi Kasus Kota Bogor. Penerbit NEM.
Sallata, M. K. (2015). Konservasi Dan Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan Keberadaannya
Sebagai Sumber Daya Alam. Buletin Eboni, 12(1), 75-86.
Susanto, A. (2017). Meningkatkan Water Resilience Untuk Menunjang Smart City. Optimalisasi Peran
Sains & Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City, 189.
Volentino, D. (2013). Kajian Pengawasan Pemanfaatan Sumberdaya Air Tanah Di Kawasan Industri Kota
Semarangs. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 1(3), 265-274.

Anda mungkin juga menyukai