Anda di halaman 1dari 27

Bab 11

Sumber Daya Air

11.1 Pendahuluan
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang vital baik
untuk kehidupan flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk
kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor
kehidupan. Sebagai sumber daya alam maka kegiatan pengelolaan sumber
daya air menjadi penting agar yang membutuhkan air dapat mendapatkan
akses yang sama baik dalam memenuhi kebutuhan pokoknya untuk air
minum dan sanitasi, maupun untuk memenuhi kebutuhan penghidupannya
sebagai petani untuk mengairi tanamannya serta untuk memproduksi berbagai
produk seperti deterjen, kain, dan produk lainnya yang proses produksinya
memerlukan air. Oleh karena banyak yang membutuhkan air maka bukan
tidak mungkin air di muka bumi ini akan tidak mencukupi karena
keberadaannya terbatas. (Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, 2006)
Menurut Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, (2006) Air merupakan sumber daya
yang mempunyai nilai ekonomis. Nilai ekonomi akan berbeda di setiap lokasi
karena ketersediaannya. Selain itu, nilai ekonomi akan semakin tinggi karena
air menjadi salah satu input untuk proses industri berbagai produk yang
memerlukan air, seperti industri yang memproduksi minuman, industri
berbagai produk. Pada kondisi jumlah yang membutuhkan semakin
meningkat
Bab11 Sumber Daya 152
Air

maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga perlu berhati-hati dalam
memanfaatkannya serta perlu praktik pengelolaan yang baik.

11.2 Pengertian Sumber Daya Air


11.2.1 Pengertian Sumber Daya Air
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber
Daya Air menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya air
adalah: air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Sumber
air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Sedangkan daya air adalah potensi
yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan
manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta
lingkungannya. Hujan memiliki peranan penting dalam siklus hidrologi.
Terjadinya hujan diawali dari proses penguapan (evaporasi) lembaban dari
laut dan danau yang tersinari matahari berubah menjadi uap air (awan).
(Kustamar,
2013)
Selanjutnya Pasal 35, menyebutkan sumber daya air meliputi: (a) air
permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya, (b)
air tanah pada cekungan air tanah, (c) air hujan, dan (d) air laut yang berada
di darat (Jakobis Johanis Messakh, 2017).
Kodoatie dan Sjarief (2010), memberikan batasan pengertian sebagai
berikut:
1. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,
air hujan, dan air laut yang berada di darat.
3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah.
4. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah.
5. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Menurut
Bab11 Sumber Daya 153
Air

Arwin (2009), Sumber air adalah sumber daya alam yang


diperbaharui melalui siklus hidrologi, tergantung iklim dan tutupan lahan
membentuk rezim hidrologi (tercatat time series data) di mana
komponennya berkarakter acak dan stokastik, pembuangan air ke laut pada
kemiringan landai merupakan fenomena deterministik.
6. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada
sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi
kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pengelolaan sumber daya air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air. Air sebagai bagian dari sumber daya alam
adalah merupakan bagian dari ekosistem. Karena itu pengelolaan sumber daya
air memerlukan pendekatan yang integratif, komprehensif dan holistik yakni
hubungan timbal balik antara teknik, sosial dan ekonomi serta harus
berwawasan lingkungan agar terjaga kelestariannya. Pertemuan-pertemuan
tingkat dunia yang dimulai di Dublin dan Rio de Janeiro tahun 1992 sampai
World Water Forum di Den Haag tahun 2000, menekankan hal tersebut.
Keberadaan dan fungsi air berkaitan dengan semua segi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya, oleh karena itu maka air merupakan faktor yang
memengaruhi jalannya pembangunan berbagai sektor kehidupan manusia
(Jakobis Johanis Messakh, 2017).

11.2.2 Klasifikasi Sumber Daya Air


Menurut PPRI, (2001) terdapat Klasifikasi Mutu Air yang dapat dijadikan
pedoman pengelolaan Sumber daya Air, Yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti
air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Bab11 Sumber Daya 154
Air

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian ,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanian dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut

Berdasarkan klasifikasi Mutu air tersebut maka dapat diketahui terkait macam-
macam dari pemanfaatan sumber daya air dan pengolahannya sehingga
mampu menghasilkan nilai ekonomis dari Sumber daya air.

11.2.3 Asas Pengelolaan Sumber Daya Air


Untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan air yang layak dari sisi kualitas,
kuantitas dan kontinuitas maka sumber daya air perlu dikelola berdasarkan
asas: kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan
keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
Pengelolaannya harus dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air
yang berkelanjutan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Dalam
pemanfaatan sumber daya air, ia harus mencakup tiga fungsi penting yang
saling berkaitan yakni sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi. Sehubungan
dengan itu maka, pemanfaatan sumber daya air harus dapat dinikmati secara
merata oleh setiap manusia tanpa ada monopoli yang merugikan, namun tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, dan disisi lain sumber daya air
juga akan memiliki fungsi ekonomi yang akan dipakai sebagai modal untuk
keberlanjutannya (Sanim, 2011).
Dari sejumlah asas dalam pengelolaan sumber daya air sebagaimana
disebutkan di atas, selanjutnya dapat dikerucutkan menjadi tiga aspek pokok
yang merupakan prinsip dalam PSDA, yakni aspek: (1) pemanfaatan, (2)
pelestarian dan (3) perlindungan.
Penjelasan terhadap ketiga aspek pokok PSDA ini adalah sebagai berikut:
1. Aspek pemanfaatan. Aspek ini menjadi fokus perhatian karena
kebutuhan akan air terjadi pada seluruh aspek kehidupan manusia dan juga
makhluk hidup lainnya yang tidak ada substitusinya. Lampu
Bab11 Sumber Daya 155
Air

listrik ada subsitusinya jika tidak tersedia dengan menggunakan lampu


minyak tanah, obor dan sejenisnya. Namun jika tidak ada air maka tidak
ada subsitusinya dan karena itu tidak ada kehidupan. Dalam kenyataan di
lapangan, aspek pemanfaatan cenderung menjadi hal yang paling utama
tanpa memperhatikan daya dukung dan keseimbangan lingkungan, atau
kurang diperhatikannya aspek pelestarian dan pengendalian. Ketika
masalah lingkungan terjadi akibat dampak pemanfaatan yang tidak
terkendali, baru menyadarkan manusia atas kelestariannya (Jakobis Johanis
Messakh, 2017).
2. Aspek pelestarian. Aspek pelestarian menjadi factor penting
pemanfaatan air yang berkelanjutan dalam ruang dan waktu. Oleh karena
itu perlu dijaga kelestarian air dengan berbagai upaya baik dengan upaya
teknis dan non-teknis, segi kuantitas maupun kualitasnya. Menjaga
kelestrarian daerah tangkapan air hujan di bagian hulu maupun hilir
adalah salah satu bagian dari pengelolaan, sehingga tidak terjadi ekstrimitas
debit air yang besar antara musim kemarau dan musim hujan. Menjaga
kualitas air salah satunya dengan menjaga air dari pencemaran akibat
limbah rumah tangga maupun industri.
3. Aspek pengendalian. Air selain memiliki manfaat yang besar bagi
manusia dan makhluk hidup lainnya juga memiliki daya rusak baik secara
fisik maupun kimiawi. Badan air berupa sungai, saluran dan sebagainya
sering menjadi tempat pembuangan berbagai macam limbah, baik berupa
limbah cair (limbah rumah tangga dan industri), maupun limbah padat
berupa sampah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran yang
akan mengakibatkan gangguan terhadap hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya. Sehubungan dengan itu maka dalam PSDA tidak boleh dilupakan
adalah pengendalian terhadap daya rusak air yang berupa banjir maupun
pencemaran (Jakobis Johanis Messakh, 2017).

Dalam PSDA, ketiga aspek pokok tersebut haruslah menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Apabila salah satu aspek
dilupakan maka akan mengakibatkan kelestarian pemanfaatan air terganggu
Bab11 Sumber Daya 156
Air

bahkan bisa membawa dampak yang buruk. Jika kita kurang benar dalam
mengelola sumberdaya air, tidak hanya saat ini kita akan menerima akibat,
tetapi juga generasi mendatang. (Susanto, 2017)

11.3 Pengelolaan Sumber Daya Air


11.3.1 Pengelolaan Sumber Daya Air Permukaan
Menurut UU SDA No 7/2004 dalam (Kodoatie dan Sjarief, 2010), air
permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, seperti sungai,
danau, waduk, embung, dan saluran irigasi. Air permukaan adalah air yang
terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai danau, lahan basah, atau laut.
Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau air atmosfer. Air
permukaan kurang baik jika dikonsumsi langsung oleh manusia karena sering
mengalami pencemaran cukup tinggi, terutama di daerah aliran sungai (DAS)
di kawasan padat penduduk. Air permukaan paling banyak dimanfaatkan
sebagai air baku karena ketersediaannya lebih banyak, namun kualitasnya
lebih buruk karena pengaruh pencemaran dan erosi. Air permukaan secara
alami terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang melalui penguapan
dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah tanah. Air
permukaan merupakan sumber terbesar untuk air bersih.
Terdapat beberapa macam jenis air permukaan menurut (Kodoatie dan Sjarief,
2010) yang berada pada bagian-bagian tertentu, permukaan tanah dapat
menampung air. Bentuk-bentuk tertampungnya air berbeda-beda. Namun
secara umum, ada tiga bentuk penampung air tawar di permukaan bumi,
yakni sungai, danau, dan rawa.
Menurut Arsyad (2009) pengelolaan air permukaan meliputi:
1. pengendalian air permukaan
2. penyadapan air
3. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
4. pengolahan tanah
5. penggunaan bahan penyumbat tanah dan penolak air, dan
6. melapisi saluran air
Bab11 Sumber Daya 157
Air

11.3.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Tanah


Para ahli mengatakan bahwa air tanah adalah bagian air yang berada pada
lapisan di bawah permukaan tanah atau air yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan di bawah permukaan. Definisi yang lain menyebutkan bahwa air
tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan batuan yang
mengalami pengisian/ penambahan secara terus menerus oleh alam (Kodoatie
dan Sjarief, 2010).
Air tanah berasal dari air hujan, laut, atau magma. Air tanah yang berasal dari
air hujan (air meteorit) disebut air vados atau air tua. Air ini mengandung air
berat (H3) atau tritium. Tritium ialah suatu unsur yang terbentuk pada
atmosfer dan terdapat di dalam tanah karena turun bersama-sama dengan air
hujan. Air tanah yang berasal dari laut juga terdapat di daerah pantai dan
kemungkinan air tanah ini asin. Air tanah yang berasal dari magma disebut air
juvenil. Air juvenil belum mengalami siklus hidrologi. Air ini merupakan air
baru yang ditambahkan pada zone kejenuhan dari kulit bumi yang dalam. Air
yang berasal dari magma itu belum tentu berbentuk air, tetapi dapat berbentuk
hidrogen (H) dan oksigen (O2) (Jakobis Johanis Messakh, 2017).
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap melalui berbagai media
peresapan, antara lain sebagai berikut.
1. Rongga-rongga dalam tanah akibat pencairan berbagai kristal yang
membeku pada musim dingin.
2. Rongga-rongga dalam tanah yang dibuat binatang (cacing dan rayap).
3. Retakan-retakan pada lapisan tanah yang terjadi pada musim
kemarau, dan pada waktu musim hujan menjadi sangat basah dan becek,
seperti tanah liat dan lumpur.
4. Pori-pori tanah yang gembur atau berstruktur lemah akan meresahkan
air lebih banyak daripada tanah yang pejal.
5. Rongga-rongga akibat robohnya tumbuh-tumbuhan yang berakar
besar.

Kedalaman air tanah tidak sama pada setiap tempat. Hal itu tergantung pada
tebal tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah
tersebut. Kedalaman air pada sumur-sumur yang digali merupakan cerminan
kedalaman air tanah pada suatu tempat. Permukaan yang merupakan bagian
atas dari tubuh air itu disebut permukaan preatik.
Bab11 Sumber Daya 158
Air

Pengelolaan air tanah selama ini didasarkan pada tempat/lokasi pengambilan


sumur air bersih /produksi terutama pada sumur bor dalam (well
management). Ternyata pengelolaan seperti ini tidak efektif, karena sifat air
tanah yang tidak dapat dilepaskan dari susunan lapisan akuifernya yaitu
lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air
tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis, sehingga air tanah tidak hanya
diperlakukan pada lokasi sumur tersebut tetapi harus memperhitungkan
susunan lapisan akuifernya atau wadahnya.
Pendekatan pengelolaan air tanah berdasarkan sumur (well management) juga
dapat menimbulkan beberapa kelemahan, di antaranya:
1. Tidak mengetahui potensi air tanah secara nyata dari setiap akuifer
yang dieksploitasi
2. Tidak dapat mengetahui terjadinya perubahan kondisi lingkungan air
tanah seperti pencemaran air tanah dan amblesan tanah
3. Tidak dapat melakukan pengendalian terhadap kualitas air tanah.

Untuk itu, sebagai satu kesatuan sistem akuifer, cekungan air tanah (CAT)
ditetapkan sebagai dasar pengelolaan air tanah di Indonesia. Pada peraturan
terbaru, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 02 Tahun
2017 tentang CAT di Indonesia (ESDM, 2018) , disebutkan bahwa CAT
menjadi dasar pengelolaan air tanah di Indonesia dan menjadi acuan penetapan
zona konservasi air tanah, pemakaian air tanah, pengusahaan air tanah, dan
pengendalian daya rusak air tanah.
CAT ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis
dan/atau kondisi hidraulika air tanah;
2. mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu
sistem pembentukan air tanah; dan
3. memiliki satu kesatuan sistem akuifer.

Pada umumnya pengelolaan sumberdaya air (khususnya air tanah) berangkat


hanya dari satu sisi saja yakni bagaimana memanfaatkan dan mendapatkan
keuntungan dari adanya air. Namun untuk tidak dilupakan bahwa jika adanya
keuntungan pasti ada kerugian. Tiga aspek dalam pengelolaan air bawah tanah
yang tidak boleh dilupakan yakni aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan
aspek pengendalian (Jakobis Johanis Messakh, 2017).
Bab11 Sumber Daya 159
Air

1. Aspek pemanfaatan. Hal ini biasanya terlintas dalam pikiran manusia


jika berhubungan dengan air. Baru setelah terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan dengan air yang tersedia, maka manusia mulai sadar atas aspek
yang lain.
2. Aspek pelestarian. Agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan,
maka air perlu dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah maupun
mutunya. Menjaga daerah tangkapan hujan di hulu maupun daerah
penampilan merupakan salah satu bagian pengelolaan. Sehingga perbedaan
debit air musim kemarau dan musim hujan tidak besar. Demikian pula
menjaga air dari pencemaran limbah.
3. Aspek Pengendalian. Perlu disadari bahwa selain memberi manfaat,
air juga memiliki daya rusak fisik maupun kimiawi akibat ulah manusia.
Oleh karena itu dalam pengelolaan air tanah tidak boleh dilupakan adalah
pengendalian terhadap daya rusak yang berupa pencemaran air tanah.

11.3.3 Pengelolaan Sumber Daya Air Bersih


Menurut PP RI Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM), air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan air bersih adalah air yang
dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih
dapat berasal dari air hujan, air permukaan, dan air tanah (PPRI, 2015).
Pengelolaan SPAM bertujuan untuk menghasilkan air minum yang sesuai
dengan standar yang berlaku dan agar prasarana dan sarana air minum
terpelihara dengan baik sehingga dapat melayani kebutuhan air minum
masyarakat secara berkesinambungan. Standar pelayanan minimum air minum
harus memenuhi ketentuan sesuai peraturan yang berlaku. Pengelolaan SPAM
dilaksanakan apabila prasarana dan sarana SPAM yang telah terbangun siap
untuk dioperasikan dengan membentuk organisasi penyelenggara SPAM.
Pembangunan prasarana dan sarana air minum harus simultan dengan
pembentukan kelembagaan pengelola SPAM, sehingga ketika prasarana dan
sarana air minum sudah siap beroperasi, telah terbentuk lembaga pengelola
SPAM yang berbadan hukum. Sedangkan khusus penyelenggara dari
Bab11 Sumber Daya 160
Air

kelompok masyarakat tidak diharuskan berbadan hukum. Penyelenggara


SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM
berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan
liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM. Pelibatan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM dapat difasilitasi oleh penyelenggara
SPAM, antara lain melalui pembentukan forum pelanggan, pembentukan unit
khusus yang mudah dihubungi untuk menampung keluhan dan laporan
masyarakat mengenai pengelolaan SPAM, dan lain-lain. Dalam rangka
efisiensi dan efektivitas pengelolaan SPAM, maka dapat dilakukan kerjasama
antar pemerintah daerah.
Kerjasama antar pemerintah daerah berupa kerjasama operasional atau
kerjasama manajemen penyelenggaraan SPAM. Selain itu kerjasama dapat
berupa regionalisasi penyelenggaraan SPAM. Regionalisasi dapat dilakukan
pada daerah-daerah dengan daerah pelayanan yang bersinggungan, berdekatan
atau pada daerah perbatasan, pada daerah pemekaran dengan daerah induknya.
Regionalisasi dapat pula berbentuk antar beberapa pemerintah daerah yang
dilakukan di bawah koordinasi Pemerintah atau pemerintah provinsi sesuai
kewenangannya.
Dengan adanya regionalisasi diharapkan akan memperkuat kinerja pelayanan
kepada masyarakat dan kinerja keuangan dalam penyelenggaraan SPAM.
Dalam kondisi suatu wilayah belum terjangkau oleh pelayanan
BUMN/BUMD sebagai penyelenggara pengembangan SPAM, maka dapat
dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau
dilakukan kerjasama dengan penyelenggara lainnya. Badan Layanan Umum
(BLU) beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara, lembaga/pemerintah
daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang
bersangkutan. BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dan
rencana bisnis dan anggaran (RBA) tahunan; dapat memiliki utang
sehubungan kegiatan operasional; dan tidak dapat melakukan investasi jangka
panjang, kecuali atas persetujuan Menteri Keuangan/ Gubernur/ Bupati/
Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Kerjasama dengan penyelenggara lainnya dalam bentuk kemitraan antara lain
badan usaha swasta, koperasi dan BUMD di kabupaten/kota terdekat atau
dibentuk. Pengelolaan SPAM harus berdasarkan prinsip transparansi dan
akuntabel sesuai dengan kaidah sistem akuntansi air minum Indonesia.
Pengelolaan SPAM harus berdasarkan prinsip-prinsip prinsip Good Corporate
Bab11 Sumber Daya 161
Air

Governance yaitu adil, terbuka, transparan, bersaing, bertanggung gugat, saling


menguntungkan, saling membutuhkan dan saling mendukung (Jakobis Johanis
Messakh, 2017).

11.4 Konservasi Sumber Daya Air


Konservasi merupakan bagian penting dari pengelolaan Sumber Daya Air
(SDA), mengingat pengelolaan SDA berorientasi pada asas berkelanjutan.
Konservasi SDA dapat dilakukan mulai dari hulu hingga hilir Daerah Aliran
Sungai (DAS), dalam bentuk vegetatif, mekanis, konstruktif, manajerial,
maupun gabungannya. Konservasi SDA dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian air untuk menjaga potensi daya yang terkandung
di dalamnya. Dalam tinjauan hidrologis, DAS merupakan daerah tangkapan
hujan yang terpisah dari daerah sekitarnya, dan mengolahragakan hujan
menjadi aliran sungai sesuai dengan kondisi lingkungannya (Kustamar, 2013).
DAS merupakan daerah tangkapan hujan dengan unsur utama sumberdaya
lahan, air, vegetasi dan binatang, serta manusia yang menjadi satu kesatuan
ekosistem. Oleh karenanya dalam konservasi SDA tentu berkaitan langsung
dengan semua unsur tersebut. Dalam kaitannya dengan hidrologi, kondisi
lingkungan tercermin pada keutuhan vegetasinya, sehingga tingkat
kerusakannya dapat dianalisa berdasarkan kemampuan suatu kawasan dalam
meresapkan air dan melindungi lahan dari ancaman erosi. Dalam proses
analisa, kondisi spasial: tanah, topografi, hujan, dan tutupan lahan dibuat dalam
format raster, diberi bobot, dan ditumpang susun dengan konsep Sistem
Informasi Geografis (SIG). Peta hasil analisis kondisi kekritisan lahan dapat
digunakan sebagai panduan dalam menyusun rencana konservasi, dan
perbaikan kerusakan DAS (Arsyad, 2009).
Bab11 Sumber Daya 162
Air
Bab 12
Sumber Daya Hutan

12.1 Pendahuluan
Sumber daya hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian
sumber daya hutan itu adalah segala sesuatu yang berasal dari hutan yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sedangkan
Hutan itu sendiri merupakan suatu kawasan yang didominasi oleh pohon-
pohonan dan tumbuhan lainnya yang berfungsi sebagai habitat hewan,
penampung karbondioksida, modulator tata air, pelindung tanah dan salah satu
aspek biosfer bumi yang penting. Menurut Undang-Undang No 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, hutan adalah sebagai suatu kesatuan ekosistem yang
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi jenis
atau macam pepohonan di dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang
satu dengan lain tidak dapat dipisahkan. Jika pengertian hutan ditinjau dari
sudut pandang sumber daya ekonomi terdapat sekaligus tiga sumber daya
ekonomi yaitu: lahan, vegetasi bersama semua komponen hayatinya serta
lingkungan itu sendiri sebagai sumber daya ekonomi yang pada akhir-akhir ini
tidak dapat diabaikan (Wirakusumah, 2003).
Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Dalam
pengurusan hutan ini mengandung sumber daya ekonomi yang beragam dan
Bab12 Sumber Daya 164
Hutan

sangat luas pula dari kegiatan-kegiatan yang bersifat biologis seperti rangkain
proses silvikultur sampai dengan berbagai kegiatan administrasi pengurusan
hutan. Hal ini berarti kehutanan sendiri merupakan sumber daya yang mampu
menciptakan sederetan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat (Alam dan
Supratman, 2009).
Sumber daya hutan memiliki berbagai manfaat yakni manfaat nyata yang
terukur (tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan,
bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur (intangible) berupa
manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain. Selama
ini manfaat yang dihasilkan sumber daya hutan tersebut dinilai secara rendah
sehingga eksploitasi sumber daya hutan yang berlebih tanpa memperhatikan
kelestariannya. Hal ini disebabkan masih rendahnya pemahaman nilai dari
berbagai manfaat sumber daya hutan.
Kebutuhan akan sumber daya alam merupakan syarat mutlak untuk
pembangunan ekonomi. Tanpa sumber daya alam, akan sulit melakukan
pembangunan ekonomi suatu bangsa/wilayah. Kebutuhan sumber daya alam
dapat didefinisikan sebagai keperluan akan sumber daya alam dalam jangka
waktu pendek untuk proses pembangunan ekonomi (Nasikh, 2019). Sumber
daya hutan merupakan sumber daya ekonomi potensial yang bermanfaat bagi
pembangunan. Berdasarkan pengertian ekonomi sumber daya hutan yang
merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
memanfaatkan sumber daya hutan, sehingga fungsinya dapat dipertahankan
dan ditingkatkan dalam jangka panjang, mengharuskan pemanfaatannya
memperhatikan kelestariannya. Pada dasarnya ekonomi sumber daya hutan
tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan ekonomi pada umumnya, karena
sumber daya hutan mengandung sifat-sifat khas.
Sifat-sifat khas sumber daya hutan yang dikemukakan oleh para ahli Duerr
(1962), Leslie (1964), Worrell (1960) dalam Wirakusumah (2003) sebagai
berikut:
1. Produk SDH senantiasa tumbuh dalam proses produksi yang
berlainan dengan produksi dalam suatu pabrik yang meramu bahan mentah
melalui suatu proses teknologi yang dapat diatur waktunya. Proses
produksi SDH tergantung alam dan memerlukan waktu lebih lama.
2. Kayu sebagai salah satu produk utama sumber daya hutan yang
penting diambil dari pohon-pohon yang beragam umurnya
Bab12 Sumber Daya 165
Hutan

memerlukan persediaan yang cukup besar (luas dan volumenya),


dengan sendirinya menuntut manajemen yang tidak sederhana.
3. Akibat situasi di atas, massa kayu yang merupakan gerakan yang
senantiasa tumbuh itu tidak mudah dibedakan apakah merupakan produksi
akhir atau sebagai modal yang sedang dalam pertumbuhan.
4. Sumber daya hutan memiliki potensi menghasilkan banyak
komoditas berupa barang dan jasa secara bersamaan (joint products).
5. Banyak komoditi serbaguna hutan belum diukur nilainya secara tepat
oleh hukum permintaan dan penawaran.

Dengan memahami sifat-sifat khas sumber daya hutan tersebut akan


meningkatkan keinginan melestarikan sehingga fungsinya dapat dipertahankan
dan ditingkatkan dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan pemahaman
manfaat sumber daya hutan perlu diketahui nilai atau harga dari sumber daya
hutan tersebut. Sehingga perlu penilaian terhadap sumber daya hutan itu
sendiri.

12.2 Peranan Sumber daya Hutan dalam


Perekonomian
Hutan dapat ditemukan diberbagai tempat, pada daerah tropis, dataran rendah
sampai dan dataran tinggi. Terdapat berbagai jenis hutan kita, misalnya hutan
pegunungan, hutan mangrove, hutan gugur, hutan sabana dan sebagainya.
Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memiliki hutan hujan tropis
yang selalu hijau dan lembab sepanjang tahun. Posisi hutan yang seperti ini
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Menurut Alam and Supratman (2009) sumber daya hutan berperan sebagai
penggerak ekonomi dapat teridentifikasi dalam beberapa hal, yaitu: pertama,
penyediaan devisa untuk membangun sektor lain yang membutuhkan
teknologi dari luar negeri; kedua, penyediaan hutan dan lahan sebagai modal
awal untuk pembangunan berbagai sektor, terutama untuk kegiatan
perkebunan, industri dan sektor ekonomi lainnya; dan yang ketiga, peran
kehutanan dalam pelayanan jasa lingkungan hidup dan lingkungan sosial
masyarakat. Ketiga bentuk peranan tersebut berkaitan dengan peranan sumber
Bab12 Sumber Daya 166
Hutan

daya hutan sebagai penggerak ekonomi yang sangat potensial, sangat


kompleks dan saling terkait.
Masih menurut Alam and Supratman, (2009) peran sumber daya hutan
tersebut dikarenakan sifat produk sumber daya hutan, sebagai berikut:
1. Kayu merupakan produk multiguna, sehingga diperlukan banyak
jenis industri dan produk kayu hampir selalu berperan pada setiap tahapan
perkembangan teknologi dan perekonomian.
2. Konsumsi hasil hutan (kayu dan bukan kayu) relatif stabil dan
investasi usahanya relatif kecil serta pengembalian modalnya dapat cepat
kembali pada areal hutan alam.
3. Memiliki ”forward lingkage” dan ”backward lingkage” yang kuat
terhadap perkembangan sektor ekonomi lainnya.
4. Mendorong berkembangnya ekonomi pedesaan, karena sifat produk
sumber daya hutan tersebar dan volume produksinya besar, biaya angkut
tinggi, sehingga dapat menciptakan kegiatan ekonomi di pemukiman dekat
kawasan hutan.
5. Industri hasil hutan relatif lebih muda didirikan, biasanya tidak
memerlukan input teknologi tinggi dan skala usaha tidak terlalu besar.

12.2.1 Peranan Sumber daya Hutan sebagai Penggerak


Perekonomian
Indonesia merupakan pemilik hutan tropis terbesar di dunia, diperkirakan
luasnya 110 juta hektar. Dari keseluruhan hutan yang ada 49 juta hektar
merupakan hutan lindung dan cagar alam dan sisanya sebanyak 61 juta hektar
digunakan sebagai hutan produksi. Sumbangan hutan terhadap perekonomian
nasional cukup tinggi yakni 7% dari pendapatan domestik bruto dan
memberikan andil dalam ekspor non migas sebanyak 20%. Hutan merupakan
salah satu aset penting bagi Indonesia, selain itu hutan penting bagi pertanian
yaitu sebagai tempat penyimpanan air (SastroAtmodjo, 2021).
Bab12 Sumber Daya 167
Hutan

Menurut Alam and Supratman, (2009), beberapa peranan sumber daya hutan
dalam menggerakkan perekonomian suatu negara atau wilayah/daerah berikut
ini.
1. Peranan Sumber daya Hutan sebagai Penghasil Devisa
Peranan hasil hutan selalu lebih tinggi untuk menghasilkan devisa, terutama
pada negara yang baru berkembang dan berbasis pada sumber daya, karena
hutan pada awal perkembangan ekonomi suatu negara sangat mudah
dipanen (biaya eksploitasinya rendah. Fakta kedua yang mencerminkan
kinerja sektor kehutanan dalam perolehan devisa adalah kemampuan sektor
kehutanan dalam menyerap investasi. Sejak mulai dilakukan pengusahaan
hutan dan industri kehutanan, sektor kehutanan telah berhasil menyerap
total investasi senilai US$ 27,77 milyar. Tertinggi adalah investasi dalam
industri pulp dan kertas yang mencapai nilai US$ 16 milyar (58%), diikuti
investasi kayu lapis dan HPH masing-masing senilai US$ 3,3 (12%) dan
US$ 3,28 milyar (12%), investasi HTI senilai US$ 3,00 milyar (11%), kayu
gergajian dan kayu olahan senilai US$ 1,03 milyar (4%), meubel senilai
US$ 0,80 milyar (3%) perekat dan kerajinan masing- masing senilai US$
0,19 milyar (1%) dan US$ 0,17 milyar (1%). Dengan besaran nilai investasi
tersebut, jelas sektor kehutanan merupakan asset nasional yang harus
dirawat dan dijaga sekaligus diupayakan pengembangannya (Alam, 2007)
2. Peranan Sumber daya Hutan sebagai Penggerak Sektor Ekonomi
Lainnya
Hasil hutan yang diperoleh dapat menjadi modal bagi pembangunan
industri lainnya. Dukungan lainnya adalah banyak kegiatan yang dibiayai
langsung dari hasil kayu tebangan untuk mendorong kegiatan
perkebunan, sebagai hasil konversi hutan. Produk hasil hutan, baik
berupa kayu maupun bukan kayu, adalah merupakan bahan baku
industri, yang mendorong berkembangnya industri dan jasa (pengangkutan
dan pemasaran)
Bab12 Sumber Daya 168
Hutan

3. Peranan Sumber daya Hutan dalam Penyediaan Lapangan Kerja


Sumber daya hutan sangat penting artinya dalam mendorong
tersedianya lapangan kerja, karena sektor kehutanan memiliki banyak
lapangan usaha antara lain: a) Kegiatan penanaman, pemeliharaan dan
perlindungan hutan. b) Kegiatan pemanenan hasil hutan
(penebangan dan pengangkutan) c) Kegiatan dalam industri hasil hutan
meliputi industri penggergajian, industri pulp dan kertas, industri
wood working, industri plywood, industri gondorukem, dan industri-
industri yang bahan baku utamanya dari hasil hutan seperti gula aren. d)
Kegiatan jasa sektor kehutanan antara lain perdagangan hasil hutan,
rekreasi hutan, transportasi, pendidikan dan jasa konsultan
pembangunan sektor kehutanan.
4. Peranan Sumber daya Hutan dalam Meningkatkan Pendapatan
Nasional
Peranan sektor kehutanan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap tingkat
pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di berbagai daerah di
Indonesia. Beberapa daerah seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur dan Papua sektor kehutanannya memiliki korelasi yang sangat
kuat terhadap nilai PDRB yang dicapai. Artinya peran sektor kehutanan
sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan
5. Peranan Sumber daya Hutan dalam Pelayanan Jasa Lingkungan
Peranan kehutanan dalam pelayanan jasa lingkungan diberikan oleh
keberadaan sumber daya hutan sebagai perlindungan plasma nutfah,
keanekaragaman hayati, dan nilai-nilai estetis yang potensial bernilai
ekonomi apabila dapat dikelola dengan baik. Pengembangan
perekonomian pariwisata terutama ekowisata sangat dipengaruhi oleh
bentang alam, keindahan dan kekhasan sumber daya hutan. Peranan
sumber daya hutan ini tidak menghasilkan langsung nilai uang, tetapi
menghasilkan nilai uang bagi sektor pariwisata. Di masa depan
peranan jasa lingkungan berupa perbaikan tata air, pembersih udara, nilai
estetika mempunyai peranan yang sangat besar dalam
keberlanjutan ekonomi jangka panjang.
Bab12 Sumber Daya 169
Hutan

12.2.2 Alternatif Peningkatan Peran Sumber daya Hutan


dalam Perekonomian di Indonesia
Nilai Sumber daya hutan tergantung pada kemampuan pengelolaannya.
Pengelolaan sumber daya hutan yang baik akan meningkatkan manfaat (baik
berupa nilai hasil material, jasa lingkungan dan jasa sosial bagi masyarakat
sekitar hutan) yang dihasilkan akan meningkat. Sumber daya hutan yang
terjaga memberi manfaat dalam jangka panjang.
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui
memiliki peran dan kontribusi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
umat manusia secara lintas generasi. Karena itu, menjadi sangat penting bagi
masyarakat Indonesia untuk memahami seberapa besar potensi yang
terkandung dalam sumber daya hutan sehingga proses pengelolaan dan
pemanfaatannya-baik dalam konteks manfaat ekonomi, ekologi dan sosial akan
dapat dilakukan secara efektif dan optimal.
Berikut ini disajikan berbagai potensi sumber daya hutan yang harus
dimanfaatkan secara efektif dan optimal (Alam and Supratman, 2009).
1. Landscaping (Jasa Lingkungan/Fenomena Alam)
Jasa lingkungan merupakan produk alami dari keseluruhan kawasan hutan
berupa keindahan panorama alam, udara bersih dan segar dan keindahan
biota yang terdapat di dalamnya. Pemanfaatan jasa lingkungan dapat
dilaksanakan pada kawasan hutan konservasi dan hutan lindung serta hutan
produksi. Khusus pada kawasan hutan konservasi dan hutan lindung dalam
usaha pemanfaatan potensi jasa lingkungan tidak boleh melakukan
aktivitas atau pembangunan sarana prasarana yang dapat mengubah
bentang alam. Transfer nilai hutan dalam kaitannya dengan jasa
lingkungan atau landscaping dapat berupa provisi atau sewa kawasan,
nilai yang terjadi karena letak kawasan dan sebagainya
2. Hutan dan Transfer Nilai Karbon
Sebagai komunitas tanaman berkayu yang tumbuh dan hidup dalam jangka
waktu yang relatif panjang, hutan memiliki kesempatan untuk
mengakumulasikan karbon dioksida (CO2) atmosfer dalam bentuk
biomassa. Dengan demikian vegetasi hutan merupakan cadangan
Bab12 Sumber Daya 170
Hutan

karbon (carbon stock) terestrial yang sangat penting. Oleh karena itu alih-
guna lahan dari hutan ke non-hutan dan sebaliknya merupakan aktivitas
manusia yang mempengaruhi kemampuan ekosistem hutan dalam melepas
dan mengikat karbon atmosfer
3. Pemanfaatan Keragaman Hayati Hutan
Keanekaragaman sumber daya alam hayati dapat dimanfaatkan secara
optimal baik oleh pemerintah maupun masyarakat setempat dengan
memperhatikan ketentuan yang telah ditetapkan, melalui pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan pelestarian alam serta pemanfaatan jenis tumbuhan
dan satwa liar yang tidak dilindungi. Pemanfaatan jasa lingkungan harus
dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan
4. Hutan dan Transfer Nilai Air
Konservasi daerah aliran sungai terutama dimaksudkan agar daerah hulu
dapat menyimpan air cadangan yang dapat dimanfaatkan pada saat musim
kemarau sekaligus mencegah terjadinya banjir pada saat musim penghujan.
Transfer nilai air melalui pemanfaatan sumber- sumber air secara makro
meliputi (1) upaya pengembangan elemen pengendalian banjir, (2)
pemanfaatan air untuk irigasi, (3) pemanfaatan air untuk pembangkit tenaga
listrik, (4) memperoleh air domestik untuk air minum dan industri, (5)
pengelolaan DAS, (6) lalu lintas air, (7) rekreasi, (8) perikanan, (9)
pengendalian pencemaran air, (10) pengendalian tanaman air dan serangga,
(11) drainase dan pengembangan rawa, (12) pengendalian sedimen, (13)
pengendalian intrusi air asin, (14) pengendalian kekeringan dan
pengembangan air tanah.
5. Pencegah Perubahan Iklim Global secara Ekstrim
Salah satu peran hutan yang sangat potensial adalah sebagai
pencegah terjadinya perubahan iklim secara ekstrim dalam waktu yang
sangat singkat. Perubahan iklim adalah proses terjadinya perubahan kondisi
rata-rata parameter iklim seperti rata-rata suhu udara, curah hujan,
kelembaban udara, di mana perubahan tidak terjadi dalam waktu yang
singkat tetapi secara perlahan dalam kurun waktu panjang antara 50 – 100
tahun. Perubahan ini terjadi akibat
Bab12 Sumber Daya 171
Hutan

meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat akumulasi panas yang


tertahan di atmosfer. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang diemisikan dari
berbagai kegiatan manusia, seperti pemanfaatan energi yang berlebihan,
kerusakan hutan serta pertanian dan peternakan.

12.3 Valuasi Ekonomi Sumber daya


Hutan
Penilaian merupakan kegiatan yang penting dalam pengelolaan sumber daya
hutan. Penentuan nilai hutan akan mengetahui total manfaat sumber daya
hutan. Penilaian manfaat barang dan jasa sumber daya hutan sangat membantu
seorang individu, masyarakat atau organisasi dalam mengambil suatu
keputusan penggunaan sumber daya hutan. Penilaian sumber daya hutan
merupakan kegiatan untuk pengembangan konsep dan metodologi untuk
menduga nilai total manfaat sumber daya hutan.

12.3.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumber daya Hutan


Nilai merupakan pandangan individu atau kelompok terhadap suatu objek
(sumber daya hutan) sesuai dengan tingkat pengetahuan, pemahaman, harapan,
dan norma pada tempat dan waktu tertentu. Nilai sumber daya hutan juga
akan beragam berdasarkan persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda.
Masyarakat yang merasakan langsung manfaat sumber daya hutan akan
memberi nilai tinggi dan menjaga sumber daya hutan Nilai hutan sangat
beranekaragam, nilai hutan bukan hanya kayu, bahkan nilai ekonomi kayu
hanyalah sebahagian kecil. Nilai hutan yang paling tinggi justru pada nilai
ekonomi jasa hutan yang beraneka ragam.
Penilaian sumber daya hutan merupakan studi tentang metodologi dan konsep
penentuan nilai dari sumber daya hutan. Langkah pertama untuk untuk
memperoleh nilai dari sumber daya hutan adalah dengan melakukan
identifikasi terhadap berbagai jenis manfaat yang dihasilkan dari sumber daya
hutan. Keberadaan setiap jenis manfaat ini merupakan indikator adanya nilai
yang menjadi sasaran penilaian. Setiap indikator nilai (komponen sumber daya
Bab12 Sumber Daya 172
Hutan

hutan) ini dapat berupa barang hasil hutan, jasa dari fungsi ekosistem hutan
maupun atribut yang melekat pada hutan tersebut dalam hubungannya dengan
sosial budaya masyarakat (Nurfatriani, 2006).
Untuk memberikan nilai sumber daya hutan, Dikson dan sherman (1990)
dalam Nurrochmat et al., (2019) mengelompokkan fungsi dan manfaat sumber
daya hutan menjadi delapan kategori sebagai berikut:
1. Manfaat hutan untuk kepentingan konsumsi berupa berbagai hasil
hutan baik kayu maupun non kayu,
2. Manfaat hutan untuk rekreasi,
3. Manfaat hutan untuk perlindungan berbagai fungsi hidrologis seperti
perlindungan terhadap erosi, pengaturan tata air,
4. Manfaat hutan untuk mendukung terjadinya proses-proses yang
bersifat ekologis seperti siklus hara, pengaturan iklim mikro dan
makro, pembentukan formasi tanah dan pendukung kehidupan global,
5. Manfaat hutan yang menyimpan keanekaragaman hayati sebagai
sumber genetik, perlindungan keanekaragaman spesies dan
keanekaragaman ekosistem,
6. Manfaat hutan untuk penelitian dan pendidikan,
7. Manfaat-manfaat hutan yang bersifat bukan konsumsi seperti manfaat
budaya, sejarah, spiritual dan keagamaan,
8. Manfaat-manfaat hutan yang mungkin bisa diperoleh di masa depan
(option value, quasi-option value).

Menurut Pearce (1992) dalam Munasinghe, (1993) klasifikasi nilai manfaat


sumber daya hutan yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total
Economic Value) berdasarkan cara atau proses manfaat tersebut diperoleh,
seperti pada gambar berikut.
Bab12 Sumber Daya 173
Hutan

Gambar 12.1: Nilai ekonomi total dari sumber daya hutan (Pearce, 1992
dalam Munasinghe, 1993).
Nilai ekonomi total (NET) merupakan penjumlahan dari nilai guna langsung,
nilai guna tidak langsung dan nilai non guna, dengan formulasi sebagai berikut
(Pearce, 1992):
Nilai guna langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat
diperoleh dari sumber daya hutan, nilai guna tidak langsung yaitu nilai dari
manfaat yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya dan dapat berupa
hal yang mendukung nilai guna langsung, seperti berbagai manfaat yang
bersifat fungsional yaitu berbagai manfaat ekologis hutan. Sedangkan nilai
bukan guna yaitu semua manfaat yang dihasilkan bukan dari hasil interaksi
secara fisik antara hutan dan konsumen (pengguna). Nilai pilihan, mengacu
kepada nilai penggunaan langsung dan tidak langsung yang berpotensi
dihasilkan di masa yang akan datang Nilai keberadaan adalah nilai kepedulian
seseorang akan keberadaan suatu SDH berupa nilai yang diberikan oleh
masyarakat kepada kawasan hutan atas manfaat spiritual , estetika dan kultural
(Nurfatriani, 2006).
Bab12 Sumber Daya 174
Hutan

12.3.2 Metode Penilaian Ekonomi SDH


Penilaian ekonomi terhadap sumber daya hutan didasarkan atas manfaat yang
dapat disumbangkan, baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung.
Menurut Suparmoko (2002) Bahwa sumber daya hutan dapat dinilai
berdasarkan:
1. Nilai penggunaan (instrumental value = use value), yang meliputi
nilai penggunaan langsung (direct use value) , misalnya nilai hasil hutan
kayu dan nilai hasil hutan non kayu , dan nilai penggunaan tidak
langsung (indirect use value), serta nilai penggunaan pilihan (option use
value)
2. Nilai tanpa penggunaan (intrinsic value = non use value), yang
meliputi nilai pewarisan (bequest value) dan nilai keberadaan (existence
value).

Menurut Bishop, (1999) metode penilaian ekonomi untuk manfaat yang


diperoleh dari sumber daya alam dan lingkungan terdiri dari lima kelompok
yaitu:
1. Penilaian berdasarkan harga pasar (termasuk pendugaan manfaat dari
kegiatan produksi dan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari).
Barang dan jasa yang dihasilkan hutan dan diperdagangkan (memiliki harga
pasar) di antaranya adalah hasil hutan kayu, produk hasil hutan non kayu
seperti pangan, tumbuhan obat, hidupan liar dan rekreasi.
2. Pendekatan harga pengganti (termasuk metode biaya perjalanan,
hedonic price, dan pendekatan barang pengganti).
Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa nilai sumber daya hutan
yang tidak memiliki harga pasar dapat tergambarkan secara tidak langsung
pada pengeluaran konsumen, harga barang dan jasa yang diperjualbelikan,
atau dalam tingkat produktivitas dari kegiatan pasar tertentu. Metode ini
terdiri atas: a. Metode Biaya Perjalanan Metode ini berdasarkan pada
asumsi bahwa konsumen menilai tempat rekreasi hutan berdasarkan pada
biaya yang dikeluarkan untuk dapat sampai ke tempat tujuan (wisata hutan),
termasuk biaya perjalanan sebagai biaya oportunitas dari waktu yang
dikeluarkan untuk melakukan perjalanan ke tempat wisata hutan. b.
Harga
Bab12 Sumber Daya 175
Hutan

Hedonik Metode harga hedonik menekankan pada pengukuran manfaat


lingkungan yang melekat pada barang atau jasa yang memiliki harga
pasar. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar
menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa di antaranya
bisa merupakan kualitas lingkungan.
3. Pendekatan fungsi produksi (dosis respon), dengan fokus pada hubungan
biofisik antara fungsi hutan dan kegiatan pasar. Metode penilaian ini sering
disebut dengan teknik perubahan dalam produksi, metode input-output atau
dosis respon atau pendekatan fungsi produksi
4. Pendekatan preferensi. Dalam pendekatan ini, informasi mengenai
nilai manfaat lingkungan diperoleh dengan mengajukan pertanyaan kepada
konsumen mengenai kesediaan membayar untuk manfaat lingkungan yang
diterima, dan atau kesediaan menerima untuk menerima kompensasi atas
manfaat lingkungan yang hilang. Teknik penilaian yang termasuk dalam
pendekatan preferensi adalah: a. Penilaian Kontingensi Studi b. Peringkat
Kontingen c. Percobaan Pilihan (Choice Experiments). d. Metode
Partisipatori.
5. Pendekatan berdasarkan biaya, termasuk di dalamnya adalah biaya
penggantian dan pengeluaran defensif. Terdapat tiga alternatif
metode yang menekankan pada biaya penyediaan, pemeliharaan, barang
dan jasa lingkungan, yaitu: a. Metode biaya penggantian, b. Metode biaya
preventif, c. Pendekatan biaya oportunitas.

Teknik penilaian manfaat sumber daya hutan berdasarkan kriteria yang yang
menggambarkan karakteristik setiap jenis nilai, James, (1991)
mengelompokkannya menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Nilai manfaat sosial bersih
2. Harga pasar
3. Harga pengganti Metode ini terdiri dari beberapa teknik: a. Harga
subtitusi,b. Harga subtitusi tidak langsung. c. Biaya oportunitas tidak
langsung. d. Nilai tukar perdagangan e. Biaya relokasi.
4. Biaya perjalanan.
5. Nilai dalam proses produksi.
Bab12 Sumber Daya 176
Hutan

Penilaian terhadap sumber daya hutan baik penilaian manfaat hasil hutan kayu
maupun hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan memberi manfaat untuk
kebijakan pengelolaan sumber daya hutan. Setiap jenis hutan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga manfaat yang diperoleh juga
berbeda-beda. Karakteristik hutan yang berbeda membutuhkan teknik penilaian
yang berbeda dan teknik pengelolaan yang berbeda. Pemahaman nilai
ekonomi sumber daya hutan akan menciptakan pemanfaatan sumber daya
hutan yang efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Bab12 Sumber Daya 177
Hutan

Anda mungkin juga menyukai