Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................................3
A. SUMBER DAYA AIR...........................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................5
1. Pengaturan daerah sepadan sumber daya air................................................................6
2. Pengaturan saranan dan prasarana sanitasi...................................................................7
3. Pengendalian pemanfaatan sumber daya air.................................................................8
4. Pengisian air pada sumber air.......................................................................................10
5. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air.................13
6. Perlindungan sumber daya air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air.............................................................................15
7. Pengendalian pengolahan tanah didaerah hulu...........................................................15
8. Rehabilitasi hutan, lahan dan pelestarian hutan lindung.............................................16
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................18
A. KESIMPULAN..................................................................................................................18
B. SARAN............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................19

i
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam penting
bagi kehidupan. Meningkatnya Kebutuhan terhadap sumber daya air. Di
lain pihak, ketersediaan sumber daya air semakin terbatas, bahkan
dibeberapa tempat dikategorikan berada dalam kondisi kritis. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pencemaran, pengundulan huta,
kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan dan
perubahan fungsi daerah tangkapan air.

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau
potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang
pertanian, industri, rumah tangga, dan aktivitas lingkungan. Manusia
mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan
bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sudah mutlak
bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73%
adalah air. Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini
dapat terus berlangsung karena tersedianya Air yang cukup. Dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya
mengadakan air yang cukup bagi dirinya sendiri. Selain itu air juga di
gunakan untuk keperluan rumah tangga, keperluan pertanian dan
peternakan, keperluan keperluan perdagangan dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap
selalu melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga
kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti
penghematan, tidak membuang sampah dan limbah yang dapat membuat
pencemaran air sehingga dapat menggangu ekosistem yang ada.
Dalam hal pengairan sebenarnya telah di atur dalam UU nomor 11
tahun 1974, UU ini bersifat umum. Setelah sekian lama UU no 11 tahun

1
1974 ini di gantikan dengan UU UU nomor 7 tahun 2004 tentang sumber
daya air. UU nomor 7 tahun 2004 ini pun sebenarnya lebih fokus terhadap
adanya sumber daya air, tetapi UU tersebut UU nomor 7 pada tahun 2004
banyak pasal yang mengindikasikan pada usaha komersialisasi dan
privatisasi sumberdaya air. Pada UU nomor 7 tahun 2004 lebih terpadu
dalam mengatur pengelolaan air seperti ditekankan pada fungsi
konservasi. Tetapi dengan adanya persoalan bahwa UU no 7 tahun 2004
bertentangan dengan UUD tahun 1945 maka UU pengairan kembali ke
UU no 11 tahun1974.
Dengan kita tahu bahwa UU pengairan kembali ke UU no 11
tahun1974 maka kita sebagai masyarakat harus menjaga dan merawat
smber daya air dari ancaman-acaman yang datang, seperti adanya
investor yang akan memanfaatkan sumber daya air sebagai usaha. Saat
ini saja banyak perusahaan lokal yang menjadikan sumber daya air
sebagai bisnis atau penghasilan yang hasilnya cukup besar.

Dengan melihat kebutuhan dan kepentingan akan adanya air untuk


kehidupan maka perlunya kita sebagai masyarakat yang membutuhkan air
dan juga para pemerintah bagaimana menjaga dan melestarikan sumber
air yang ada, agar tetap ada saat ini hingga masa yang akan datang dan
juga bagaimana anak cucu kita nanti akan merasakan adanya sumber air
yang tetap melimpah.

B. RUMUSAN MASALAH
Yang akan dibahas pada makalah ini adalah 8 point penting terkait
dengan perlindungan dan pelestarian sumber daya air yaitu :
1. Pengaturan daerah sepadan sumber daya air
2. Pengaturan saranan dan prasarana sanitasi
3. Pengendalian pemanfaatan sumber daya air
4. Pengisian air pada sumber air
5. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan
air.

2
6. Perlindungan sumber daya air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
7. Pengendalian pengolahan tanah didaerah hulu
8. Rehabilitasi hutan, lahan dan pelestarian hutan lindung.

C. TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan yang telah penulis uraikan diatas, penulis akan
membahas 8 point diatas terkait dengan upaya perlindungan dan
pelestarian sumber daya air dan juga sebagai Tugas Makalah pengganti
UTS mata kuliah Pengembangan Sumber Daya Air pada Fakultas
Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia Maluku .

3
BAB II LANDASAN TEORI

A. SUMBER DAYA AIR


Sumber daya air adalah kemampuan dan kapasitas potensi air yang
dapat dimanfaatkan oleh kegaitan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi.
Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat, seperti air laut, air hujan, air tanah dan air permukaan. Air
permukaan adalah sumber air yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Air permukaan juga menjadi perhatian utama saat ini karena
ketersediaan air permukaan semakin terbatas/langka. Air dengan segala
pemanfaatannya bagi kehidupan mulai dari tingkat molekular hingga
ekosistem global, terlalu rendah jika hanya mendapatkan instrumental
value. Air adalah kehidupan dan sumber kehidupan, dimana setiap
kehidupan memiliki instrinsic value sehingga air tidak dapat dinilai apalagi
dikelola sebatas ‘barang’ Air lebih dari sekedar sebagai nilai sosial,
ekonomi, religius, kultural dan lingkungan. (Sanim, 2011:6)

Penilaian air akan menjadi kompleks jika cara pandang pemanfaatan


sumber daya air didasarkan atas filosofis yang melingkupinya. Basis cara
pandang anthropocentrisme menganggap bahwa manusia adalah pemilik
semua yang ada di bumi ini sehingga setiap pilihan/keputusan/kegiatan
ekonomi harus mengedepankan kepentingan manusia diatas kepentingan
elemen alam lainnya. Sistem nilai ekonomi muncul dari kelangkaan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia semata, sehingga
dalam memperlakukan sumberdaya alam cenderung exploitativ bahkan
kadang-kadang destrucutive. Menurut mahzab ini, sebagai pendorong
utama dalam pemanfaatan sumberdaya alam adalah kesejahteraan hidup
manusia yang terpenuhi melalui pemenuhan kebutuhan konsumsi.
Manusia berperan sebagai producer and consumers dalam ekosistem,
sehingga decision on the allocation of resource are the best made in
markets (Dharmawan 2003, disarikan dari Diesendorf and Hamilton 1997).

4
Dalam UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan
bahwa Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini
air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air
permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Air
tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami
dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air
dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun
kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.

5
BAB III PEMBAHASAN

1. Pengaturan daerah sepadan sumber daya air


Pada Permen PUPR No 28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis
sempadan sungai dan garis sempadan danau. Lingkup pengaturan yang
tercantum pada Peraturan Menteri ini terdiri dari:

a. penetapan garis sempadan sungai, garis sempadan danau,


termasuk mata air;
b. pemanfaatan daerah sempadan; dan
c. pengawasan pemanfaatan daerah sempadan.

(Pasal 3 ayat 1) Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan


danau bertujuan agar:

a. fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang


berkembang di sekitarnya;
b. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber
daya yang ada di sungai dan danau dapat memberikan hasil secara
optimal sekaligus menjaga kelestarian fungsi sungai dan danau; dan
c. daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat
dibatasi.

(Pasal 4 ayat 1) Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung
sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai
tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul
untuk sungai bertanggul.

(Pasal 22) Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas


untuk:
a. bangunan prasarana sumber daya air;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;

6
e. kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain
kegiatan menanam tanaman sayur-mayur; dan
f. bangunan ketenagalistrikan.

Pada pasal 25 (Pengawasan Pemanfaatan Daerah Sempadan)


1. Pengawasan atas pemanfaatan daerah sempadan ditujukan untuk
menjamin tercapainya kesesuaian pelaksanaan pemanfaatan daerah
sempadan sungai dan pemanfaatan daerah sempadan danau dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab dalam pengelolaan sumber daya air dengan melibatkan
peran masyarakat.
3. Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
diwujudkan dalam bentuk laporan, pengaduan, dan gugatan kepada
pihak yang berwenang.

2. Pengaturan saranan dan prasarana sanitasi

Perlindungan Air Baku, PP 16/2005 Pasal 14 (1) Perlindungan air baku


dilakukan melalui kerterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan
Prasarana dan Sarana Sanitasi. Pasal 14 (2) Prasarana dan Sarana
Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi PS Air Limbah
dan PS Persampahan.

Air limbah (domestik) adalah air limbah yang berasal dari aktifitas
manusia, perumahan, perkantoran, maupun pusat bisnis. Pengelolaan
air limbah di Indonesia dilakukan melalui dua sistem, yaitu sistem
setempat dan sistem terpusat. Adapun infrastruktur yang terkait dengan
air limbah domestik yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Terpusat/Kawasan, Infrastruktur Komunal (MCK Komunal dan IPAL
Komunal), dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Pada bagian
ini, akan dibahas secara visual mengenai infrastruktur IPAL

7
Terpusat/Kawasan dan IPLT. Infrastruktur Komunal akan dibahas dalam
bagian pemberdayaan masyarakat. Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Terpusat/Kawasan Rangkaian unit-unit pengolahan pendahuluan,
pengolahan utama dan pengolahan tersier, beserta bangunan pelengkap
lainnya, yang tersambung dengan jaringan perpipaan untuk menyalurkan
air limbah dari permukiman. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT).mpah do
hasil aktifitas manusia yang berbtuk padat.
Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan baik mengingat timbulan
sampah merupakan salah satu sumber vektor penyakit. Pengelolaan
persampahan di Indonesia dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
pengurangan di sumber melalui kegiatan 3R dan pengolahan akhir di
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Adapun infrastruktur yang terkait
dengan persampahan yaitu TPA dan Tempat Pengolahan Sampah 3R
(TPS 3R).
 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman.
 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R)
Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, dan
pendauran ulangan sampah skala kawasan.

3. Pengendalian pemanfaatan sumber daya air


 Aspek pengelolaan
Pada umumnya pengelolaan sumberdaya air (khususnya air tanah)
berangkat hanya dari satu sisi saja yakni bagaimana memanfaatkan
dan mendapatkan keuntungan dari adanya air. Namun untuk tidak
dilupakan bahwa jika adanya keuntungan pasti ada kerugian. Tiga
aspek dalam penelolaan air bawah tanah yang tidak boleh dilupakan
yakni aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan aspek pengendalian.
 Aspek Pemanfaatan

8
Hal ini biasanya terlintas dalam pikiran manusia jika berhubungan
dengan air. Baru setelah terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan dengan air yang tersedia, maka manusia mulai sadar
atas aspek yang lain.
 Aspek Pelestarian
Agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan, maka air perlu
dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya.
Menjaga daerah tangkapan hujan dihulu maupun daerah
penambilan merupakan salah satu bagian pengelolaan. Sehingga
perbedaan debit air musim kemarau dan musim hujan tidak besar.
Demikian pula menjaga air dari pencemaran limbah.
 Aspek pengendalian
Perlu disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki
daya rusak fisik maupun kimiawi akibat ulah manusia. Oleh
karena itu dalam pengelolaan air tanah tidak boleh dilupakan
adalah pengendalian terhadap daya rusak yang berupa
pencemaran air tanah.

Dalam pengelolaan air tanah, ketiga aspek penting tesebut, harus


menjadi satu kesatuan, tidap dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Salah satu aspek saja terlupakan akan mengakibatkan
tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan membawa
akibat buruk. Jika semua pihak kurang benar dalam mengelola
sumberdaya air, tidak hanya saat ini kita akan menerima akibat,
tetapi juga generasi mendatang.

 Pengelolaan sumberdaya air

Kebijakan Pengelolaan Air Tanah setelah Undang-undang Nomor


7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. sesuai pasal 12 ayat (2)
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air,
dikatakan bahwa didalam pengelolaan ar tanah didasarkan pada
konsep Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu suatu wilayah yang
dibatasi oleg batas hidrogeologis tempat semua kejadian

9
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan
pelepasan air tanah berlangsung. CAT meliputi CAT lintas
Negara, CAT lintas Provinsi, CAT lintas Kabupaten/Kota dan CAT
dalam satu Kabupaten/Kota. CAT ditetapkan dengan Keputusan
Presiden atas usul Menteri (pasal 13 ayat (1) Undang-undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.

4. Pengisian air pada sumber air


Pengisian air tanah secara buatan (artificial recharge) dapat di
artikan, suatu pekarjaan memperbasar jumlah volume air yang masuk ke
dalam tanah atau batuan dengan mempergunakan beberapa metode
(Jesus,M,E.,1980). Sedangkan Tood,D.K (1980) medefenisikan
pengisian airtanah secara buatan, adalah suatu pekerjaan memperbasar
jumlah peresapan air hujan atau tubuh air permukaan ke dalam formasi
bawah pembukaan, dengan mempergunakan beberapa metode atau
dengan mengubah kondisi alam secara buatan. Cara ini dapat
mengurangi resiko
banjir dan kekurangan air tanah.
Pengisian air tanah secara buatan merupakan salah satu cara
yang efesien dalam penyimpanan, penambahan dan menjaga
kelestarian serta keseimbangan air tanah di alam. Konsep pengisian air
tanah ini dilakukan, apabila tubuh air permukaan yang digunakan dalam
pengisian tidak dipergunakan untuk keperluan

lain, misalnya sebagai pembangkit tenaga listrik untuk irigasi pertanian,


untuk industri dan sebagainya.
Walton,W.C. (1970) menyatakan, bahwa pengisian air tanah
secara buatan di maksudkan untuk menambah kuantitas air tanah,
meningkatkan infiltrasi di lereng pegunungan dan perbukitan, mencegah
terjadinya banjir, mengurangi dan mencegah intrusi airlaut kedaratan.
Pada suatu daerah tertentu pengisian air tanah
secara buatan tidak hanya mempunyai satu maksud atau tujuan, tetapi
dapat juga mempunyai lebih dari satu, sebagai contoh pada daerah
pantai di samping bertujuan untuk memperbesar jumlah cadangan air

10
tanah, juga dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah intrusi air
laut ke daratan.
Tood,D.K (1980) mengemukakan adanya beberapa metode atau cara
pengisian air
tanah secara buatan yang telah berkambang dan banyak dipergunakan
di berbagai negara lain. Teknik pengisian tersebut antara lain:
a. Metode menyebarkan air di permukaan (“Water spreading”),
meliputi:
 Metode cekungan. (“Basin Method”)
 Metode parit (“Furrow method”)
 Metode saluran alam (“ Natural channel method”)
 Metode perendaman (“ Flooding method”)
 Metode irigasi (irrigation method)
b. Metode pengisian airtanah melalui lubang galian
c. Metode pengisian airtanah melalui sumur injekasi
d. Metode “induced recharge”

Ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam penentuan


dan pemilihan metode pengisianairtanah buatan secara buatan disuatu
daerah, menurut Todd (1995) sebagai berikut:
a. Kondisi topografi
b. Kondisi geologi
c. Kondisi hidrologi
d. Jumlah air yang diperlukan untuk pengisian
e. Data iklim atau kondisi meteorologi
f. Rencana penggunaan airtanah
g. Kulaitas air
h. Dan kondisi sosial budaya.
1. metoda penyebaran air dipermukaan (water spreading)
Adalah penyebaran airtanah diatas permukaan tanah , sehingga
terjadi penambahan jumlah peresapan air permukaan kedalam
tanah/batuan dan penambahan perkolasi dalam muka airtanah. Pada

11
dasarnya metoda ini adalah sama dengan peresapan air hujan
kedalam tanah yang berpengaruh langsung terhadap airtanah bebas
pada akifer yg dangkal, serta sangat efektif untuk pengisian airtanah
melalui retakan atau celah-celah. Pada dasarnya metode ini adalah
memberikan kesempatan kepada air untuk dapat meyerap kedalam
tanah dengann cara menggenangkan diatas permukaan tempat
berlangsungnya pengisian (recharge), dalam hal ini sangat dibantu
oleh tekstur batuan/tanah tempat dilakukan penyerapan
(Hendrayana, 1994)
2. Metode cekungan (basin method)
Air yang akan digunakan dalam pengisian dialirkan kedalam suatu
cekungan yang dibuat dengan cara penggalian ataupun dengan cara
pembuatan tanggul dan Dam kecil. Demensi cekungan bervariasi
sesuai dengan kebutuhan atau perencanaan. Biasanya air yang
digunakan adalah berasal dari pemonmpaan sumber air permukaan
yang berada di dekat cekungan, dimana air tersebut diharapkan
bebas lumpur dan pengotoran-pengotoran lain. Hal ini untuk
menghindari tertutupnya dasar cekungan selama pengisian, yang
dapat mengakibatkan terhalangnya peresapan air kedalam tanah.
3. Metode Parit (furrow method)
Metode ini dengan cara mendirtibusikan air permukaan pada suatu
alur atau parit kecil yang relatif sejajar, dangkal, dan mempunyai
dasar yang rata dan daerah yang tertutup, ini dilakukan agar
mendapatkan kontak semaksimal mungkin antara permukaan iar
dengan permukaan tanah, sehingga peresapan yang terjadi akan
mencapai titk optimum
4. Metode saluran alam (natural chanel method)
Metode pengisian airtanah ini adalah dengan cara memanfaatkan
aliran sungai yang ada, dimana pada saluran sungai tersebut
dibangun beberapa “check dam” berukuran relatif kecil secara
melebar atau melintang memotong aliran, dengan adanya beberapa
check dam yang memotong aliran tersebut, dimaksudkan untuk

12
memperlambat jalannya aliran sungai dan memperpanjang waktu
kontak antara air dan dasar sungai, sehingga akan memperbesar
jumlah peresapan air sungai kedalam lapisan tanah/batuan
dibawahnya Metode ini hanya dapat dipergunakan pada sungi
“influent” yaitu sungai yang mempunyai permukaan air yang lebih
tinggi dari pada permukaan airtanah. Dengan demikian sungai
tersebut akan mampu meresapkan dan menambah air kedalam akifer
disekitarnya (Hendrayana 1994)
5. Metode perendaman (flooding method)
Methode ini akan sangat baik pada daerah yang bertopografi relatif
datar dan luas, air permukaan yang disebarkan untuk tujuan
pengisian airtanah secara buatan akan sangat besar
kemungkinannya lebih optimal, dan pengaliran permukaan (run off)
akan sangat kecil sehingga penyimpangan tujuan pengisian menjadi
lebih kecil. Untuk menghindari aliran permukaan dibuat parit-parit. Air
yang mengalir ke parit-parit di alirkan kembali pada saluran induk dan
selanjutnya disebarkan kembali pada daerah resapan/perendaman.
Dengan demikian akan didapatkan suatu penyebaran air yang
merata. Kelemahan methode ini antara lain adalah seringnya
didapankan endapanendapan lumpur pada daerah perendaman, hal
ini disebebkan oleh kecepatan aliran air yang relatif lambat.
6. Metode Irigasi (Irrigation Method)
Pada daerah irigasi seringkali air disebarkan diatas permukaan tanah
yang mempunyai tujuan untuk memperbesar julah cadangan
airtanah, disamping untuk keperluan irigasi daerah pertanian atau
persawahan disekitarnya, yaitu dengan cara menyalurkan air secara
sistematis pada tanah yang diolah melalui saluran, sehingga dapat
menambah jumlah cadangan airtanah disekitar daerah irigasi.
Metode ini banyak dipergunakan pada daerah pertanian ataupun
daerah persawahan yang luas.

13
5. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air.
PP No 42 Tahun 2008 pasal 51 tentang Pemeliharaan Kelangsungan
Fungsi Resapan Air dan Daerah Tangkapan Air

1. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah


tangkapan air dilakukan pada kawasan yang ditetapkan berdasarkan
rencana pengelolaan sumber daya air yang bersangkutan.
2. Kawasan yang berfungsi sebagai resapan air dan daerah tangkapan
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi salah satu acuan
dalam penyusunan dan pelaksanaan rencana tata ruang wilayah.
3. Menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya:
a. menunjuk dan/atau menetapkan kawasan yang berfungsi
sebagai daerah resapan air dan daerah tangkapan air pada
kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
b. menetapkan peraturan untuk melestarikan fungsi resapan air dan
daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2);
c. mengelola kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air
dan daerah tangkapan air;
d. menyelenggarakan program pelestarian fungsi resapan air dan
daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1); dan
e. melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian
fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
4. Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya melaksanakan pemantauan dan pengawasan

14
terhadap pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).

6. Perlindungan sumber daya air dalam hubungannya dengan


kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
PP No 42 Tahun 2008 pasal 55 Tentang Perlindungan Sumber Air
dalam Hubungannya dengan Kegiatan Pembangunan dan Pemanfaatan
Lahan pada Sumber Air

1) Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan


pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air dilakukan
melalui pengaturan terhadap kegiatan pembangunan dan/atau
pemanfaatan lahan pada sumber air.
2) Perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan ketetapan pemanfaatan zona pada sumber
air yang bersangkutan.
3) Penyelenggaraan perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri atau menteri yang terkait
dengan bidang sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
4) Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan perlindungan sumber air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

7. Pengendalian pengolahan tanah didaerah hulu


PP No 42 Tahun 2008 pasal 56 Tentang Pengendalian Pengolahan
Tanah di Daerah Hulu
1) Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu dilakukan untuk:
a.mencegah longsor;
b.mengurangi laju erosi tanah;

15
c.mengurangi tingkat sedimentasi pada sumber air dan prasarana
sumber daya air; dan/atau
d.meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.
2) Pengendalian pengolahan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memperhatikan kaidah konservasi dan tetap mempertahankan
fungsi lindung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan pengendalian pengolahan tanah di daerah
hulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

8. Rehabilitasi hutan, lahan dan pelestarian hutan lindung.


PP No 42 Tahun 2008 pasal 59Tentang Rehabilitasi Hutan dan Lahan

1. Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan pada hutan rusak dan lahan
kritis, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Rehabilitasi hutan rusak dapat dilakukan dengan kegiatan yang
menyeluruh dan terpadu, melalui upaya vegetatif, dan/atau
manajemen budi daya hutan.
4. Rehabilitasi lahan kritis dapat dilakukan dengan kegiatan yang
menyeluruh dan terpadu, melalui upaya vegetatif, sipil teknis
dan/atau agronomis.
5. Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) dilakukan melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat.

16
6. Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

PP No 42 Tahun 2008 pasal 60 Tentang Pelestarian Hutan


Lindung, Kawasan Suaka Alam, dan Kawasan Pelestarian Alam
1. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan
pelestarian alam dilakukan untuk memberikan perlindungan
terhadap kawasan di bawahnya dalam rangka menjamin
ketersediaan air tanah, air permukaan, dan unsur hara tanah.
2. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan
pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab dibidang
kehutanan atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Menteri yang bertanggung jawab dibidang kehutanan atau
pemerintah daerah mengupayakan pemberdayaan
masyarakat dalam menjaga pelestarian hutan lindung,
kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
4. Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya
air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan pelestarian hutan lindung, kawasan
suaka alam, dan kawasan pelestarian alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

17
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Air berperan penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini.
Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu melestarikan dan
menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga kelestariannya dengan
melakukan pengelolaan air yang baik seperti penghematan, tidak
membuang sampah dan limbah yang dapat membuat pencemaran air
sehingga dapat menggangu ekosistem yang ada. Sumber daya air
adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi
manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian,
industri, rumah tangga, dan aktivitas lingkungan.

B. SARAN
Diharapkan agar kedepannya bukan saja Pemerintah tetapi juga
masyarakat dapat menjaga menjaga dan melestarikan sumber air yang
ada, agar tetap ada saat ini hingga masa yang akan datang dan juga
bagaimana anak cucu kita nanti akan merasakan adanya sumber air
yang tetap melimpah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Permen PUPR No 28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis sempadan sungai


dan garis sempadan danau
Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air
Peraturan Pemerintah tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum

19

Anda mungkin juga menyukai