Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, air tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai barang sosial (social goods), namun
seiring dengan kaberadaannya yang semakin langka (scarcity), maka air perlu dipandang
sebagai barang ekonomis (economic goods) tanpa harus melepaskan fungsi sosialnya.
Kuantitas dan kualitas air amat bergantung pada tingkat pengelolaan sumber daya air masingmasing daerah, keragaman penggunaan air yang bervariasi, air baku domestik dan industri,
pembangkit tenaga listrik, perikanan, dan pemeliharaan lingkungan selain iklim, musim
(waktu) serta sifat ragawi alam (topografi dan geologi) dan kondisi demografi (jumlah dan
penyebaran) serta apresiasi (persepsi) tentang air.
Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka sumberdaya air merupakan sumberdaya alam yang
sangat vital bagi hidup dan kehidupan mahluk serta sangat strategis bagi pembangunan
perekonomian, menjaga kesatuan dan ketahanan nasional sehingga harus dikelola secara
terpadu, bijaksana dan profesional.
UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa pendayagunaan sumber daya air harus
ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pengertian yang terkandung di
dalam amanat tersebut adalah bahwa negara bertanggungjawab terhadap ketersediaan dan
pendistribusian potensi sumberdaya air bagi seluruh masyarakat Indonesia, dan dengan
demikian pemanfaatan potensi sumberdaya air harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi prinsip-prinsip kemanfaatan, keadilan, kemandirian, kelestarian dan keberlanjutan.
Sumberdaya air sebagai bagian dari sumberdaya alam (natural resources), di dalam Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 2004 disebutkan diarahkan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan
hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal,
serta penataan ruang yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana peran penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air.
2. Apa sasaran strategis pengelolaan potensi sumberdaya air.
3. Bagaimana upaya pelestarian dan efisiensi penggunaan air.
4. Bagaimana pemanfaatan pengelolaan sungai.

1.3 Tujuan Penelitian


Terkait dengan latar belakang dan identifikasi masalah, maka tujuan pembuatan makalah ini
yaitu untuk mengetahui :
1. Peran penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air.
2. Sasaran strategis pengelolaan potensi sumberdaya air.
3. Upaya pelestarian dan efisiensi penggunaan air.
4. Pemanfaatan pengelolaan sungai

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil pembahasan makalah ini diharapkan berguna sebagai :
1. Sebagai bahan atau informasi untuk mengembangkan sumber daya air yang menjadi
penunjang kebutuhan hidup masyarakat banyak.
2

2. Bahan pertimbangan bagi masyarakat, pemerintah dan instansi-instansi terkait terkait


agar lebih memperhatikan jumlah tersedianya sumber daya air dalam memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Daya Alam


Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul
secara alami yang
dapat
digunakan
untuk
pemenuhan
kebutuhan manusia pada
umumnya. Yang
tergolong
di
dalamnya
tidak
hanya
komponen biotik,
seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak
bumi, gas alam, berbagai jenis logam,air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban
dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi
sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada
satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan
manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara
seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur
Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai
contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari
yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah
dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan
dengan perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.

2.2 Klasifikasi Sumber Daya Alam


Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA
yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui
adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak diekspliotasi
berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah
beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam,
penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat
3

diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada
proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak
bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu
dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas.,
minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang
hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan
perairan.Perubahan tekanan dansuhu panas selama
jutaaan
tahun
ini
kemudian
mengubah materi dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang
tersebut.

2.3 Sumber daya alam di Indonesia


Indonesia merupakan
negara
dengan
tingkat
biodiversitas
tertinggi
kedua
di dunia setelah Brazil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya
alam hayati yang dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan menjadi
tulang punggung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (green economy). Protokol
Nagoya sendiri merumuskan tentang pemberian akses dan pembagian keuntungan secara adil
dan merata antara pihak pengelola dengan negara pemilik sumber daya alam hayati, serta
memuat penjelasan mengenai mekanisme pemanfaatan kekayaan sumber daya alam
tersebut. Kekayaan alam di Indonesia yang melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara
lain:

Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki
curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan
tumbuh dengan cepat.

Dilihat dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng
tektonik sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral.

Daerah perairan di Indonesia kaya sumber makanan bagi berbagai jenis tanaman dan
hewan laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral.

Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan adanya 10% dari tanaman
berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia, 16% dari
hewanreptil, 17% dari burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut. Di
bidang agrikultur, Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya, seperti biji
coklat, karet, kelapa sawit, cengkeh, dan bahkan kayu yang banyak diantaranya menempati
urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja. Berbagai daerah
di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang,
sepertipetroleum, timah, gas
alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu
bara, emas,
4

dan perak. Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik digunakan
untuk berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km2 juga
menyediakan potensi alam yang sangat besar.
2.4 Sumber Daya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana
kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang
pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negaranegara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut Dutch
disease. Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari
hasil bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara-negara
yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya
alam
juga
cenderung
tidak
memiliki
teknologi
yang
memadai
dalam
mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga menjadi
faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara terebut. Untuk mengatasi
hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem pemerintahan, pengalihan investasi dan
penyokongan ekonomi ke bidang industri lain, serta peningkatan transparansi dan
akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil
mengatasi hal tersebut dan menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara
adalah Norwegia dan Botswana.
2.5 Pemanfaatan sumber daya alam
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk
memudahkan pengkajiannya, pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu SDA
hayati (tumbuhan, pertanian dan perkebunan, hewan, peternakan, dan perikanan) dan SDA
nonhayati (air, angin, tanah, dan hasil tambang). Namun, dalam makalah hanya akan dibahas
mengenai SDA hayati, yaitu khususnya air.
2.6 Pengertian Sumber Daya Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat
ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat
1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat
dilaut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:
melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata
air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupanmanusia. Di banyak tempat
di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga
diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan
Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
5

merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan
kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah
memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang
Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pertama-tama, perlu terlebih dahulu diperjelas pengertian sumberdaya air yang dimaksud di
dalam makalah ini, untuk membedakannya dengan pengertian sumber air, dan air itu sendiri
sebagai bahan baku potensial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat. Pembedaan pengertian terhadap ketiga unsur tersebut akan memberikan
pengertian terhadap pola pengelolaannya.
Pengertian sumberdaya air di sini adalah kemampuan dan kapasitas potensi air yang dapat
dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Terdapat berbagai jenis
sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti air laut, air hujan, air
tanah, dan air permukaan. Dari keempat jenis air tersebut, sejauh ini air permukaan
merupakan sumber air tawar yang terbesar digunakan oleh masyarakat. Untuk itu, air
permukaan yang umumnya dijumpai di sungai, danau, dan waduk buatan akan menjadi
perhatian utama dalam diskusi pada kesempatan ini.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Masalah Pengelolaan Sumberdaya Air


Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam hal pengendalian banjir
dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan industri.
Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari upaya pengelolaan sumberdaya air, sering
mendapatkan hambatan karena adanya pemukiman padat di sepanjang sungai yang cenderung
mengakibatkan terhambatnya aliran sungai karena banyaknya sampah domestik yang dibuang
ke badan sungai sehingga mengakibatkan berkurangnya daya tampung sungai untuk
mengalirkan air yang datang akibat curah hujan yang tinggi di daerah hulu.
Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan bagi kegiatan rumah tangga, perkotaan
dan industri sering mendapatkan gangguan secara kuantitas dalam arti terjadinya penurunan
debit air baku akibat terjadinya pembukaan lahan-lahan baru bagi pemukiman baru di daerah
6

hulu yang berakibat pada pengurangan luas catchment area sebagai sumber penyedia air
baku. Disamping itu, secara kualitas penyediaan air baku sering tidak memenuhi standar
karena adanya pencemaran air sungai oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan industri.
Dengan diberlakukannya Undang-undang 22/1999 tentang Otonomi Daerah, masalah
pengelolaan sumberdaya air ini menjadi lebih kompleks mengingat Satuan Wilayah Sungai
(SWS) atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) secara teknis tidak dibatasi oleh batas-batas
administratif tetapi oleh batas-batas fungsional, sehingga dengan demikian masalah
koordinasi antar daerah otonom yang berada dalam satu SWS atau DPS menjadi sangat
penting dalam pengelolaan sumberdaya air.
Perubahan peran Pemerintah dari institusi penyedia jasa (service provider) menjadi institusi
pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha (enabler) agar memiliki kemampuan dalam
menyediakan kebutuhan air dan menunjang kegiatan usahanya secara mandiri dan
berkelanjutan, sehingga perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan masyarakat pengguna air
untuk mengelola dan melestarikan potensi-potensi sumber daya air.
Pengelolaan sumberdaya air menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan berbagai
macam penggunaan dari berbagai macam sektor (pertanian, perikanan, industri, perkotaan,
tenaga listrik, perhubungan, pariwisata, dan lain-lain) baik yang berada di hulu maupun di
hilir cenderung semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini telah
banyak menimbulkan dispute antar sektor maupun antar wilayah, yang pada dasarnya
merupakan cerminan dari adanya conflict of interests yang tajam serta tidak berjalannya
fungsi koordinasi yang baik.
Memperhatikan adanya ketidakseimbangan jumlah ketersediaan air diatas, maka jumlah
ketersediaan air dan besarnya kebutuhan akan air perlu dikelola sedemikian rupa sehingga
pemanfaatannya memenuhi kriteria keterpaduan secara fungsional ruang, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya air yang memadai untuk mencapai pengelolaan sumberdaya air secara
berkelanjutan berdasarkan strategi pemanfaatan ruang yang banyak ditentukan oleh
karakteristik sumber daya air.

3.2

Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air

Proses penataan ruang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan
permukiman dan pengelolaan sumberdaya air. Mengacu kepada Undang-undang No. 24 tahun
1992 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa penataan ruang mencakup pengembangan
lahan, air, udara dan sumberdaya lainnya. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya air
adalah bagian dari penataan ruang.

Secara prinsip, sasaran strategis pengelolaan potensi sumberdaya air adalah menjaga
keberlanjutan dan ketersediaan potensi sumberdaya air melalui upaya konservasi dan
pengendalian kualitas sumber air baku. Sasaran strategis tersebut ditempuh melalui 4 (empat)
tahapan yang saling terkait, yaitu perencanaan, pemanfaatan, perlindungan, dan pengendalian.
Pendekatan penataan ruang yang bertujuan untuk mengatur hubungan antar berbagai kegiatan
dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, produktif
dan berkelanjutan merupakan pendekatan yang fundamental di dalam pengelolaan
sumberdaya air sebagai bagian dari sumberdaya alam, terutama di dalam meletakkan sasaran
fungsional konservasi dan keseimbangan neraca air (water balance).

3.3

Konsepsi Penataan Ruang Terpadu Untuk Satuan Wilayah Sungai

Didalam UU Nomor 24/1992 tentang Penataan Ruang, terdapat hirarki perencanaan


berdasarkan skala yang berbeda meliputi : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
dan Kota (RTRWK). Selain itu, dikenal pula adanya rencana-rencana tata ruang yang sifatnya
strategis-fungsional, seperti Rencana Tata Ruang Pulau, Rencana Tata Ruang Kawasan,
hingga Rencana Detail Tata Ruang Kota.
Untuk skala Nasional, RTRWN memberikan arahan makro dalam pengelolaan sumber daya
air, dimana pengembangan sumber daya air harus selaras dengan pengembangan kawasan
permukiman dan kawasan andalan. Pengembangan sumber daya air harus memperhatikan
keseimbangan antara supply dan demand dalam mendukung aktivitas ekonomi pada kawasankawasan tersebut.
Untuk skala Pulau, maka Rencana Tata Ruang Pulau memberikan arahan bahwa
pengembangan sumber daya air harus selaras dengan sistem kota-kota (pusat-pusat
permukiman), mengingat sistem dan hirarki kota-kota memberikan implikasi pada pola
pengembangan sumber daya air.
Untuk skala Propinsi, RTRWP memberikan arahan bahwa pengembangan sumber daya air
bukan hanya penting untuk mendukung kawasan permukiman, namun lebih diprioritaskan
untuk mendukung pengembangan kawasan-kawasan strategis dalam lingkup Propinsi,
misalnya kawasan strategis pertanian, industri, pariwisata, dan sebagainya.
Untuk skala kawasan, misalnya Jabotabek, pengelolaan sumber daya air dibedakan ke dalam
beberapa karateristik zona yang spesifik, yaitu :
8

1. Zona I merupakan zona rendah sepanjang garis pantai, seringkali banjir, memiliki
tanah yang lembek dan adanya intrusi air laut ke air bawah tanah.
2. Zona II merupakan zona rendah, beresiko banjir, baik untuk budidaya tanaman
pangan, dan air tanah yang sensitif (rawan) terhadap polusi.
3. Zona III merupakan zona datar dengan muka tanah yang relatif tinggi, memiliki slope
cukup, kualitas air tanah yang baik, dan tidak ada resiko banjir, walaupun kerap
tergenang.
4. Zona IV merupakan zona berbukit, berlokasi pada dataran agak tinggi, tidak ada
resiko banjir maupun genangan, lahan relatif subur, namun ketersediaan air tanah
sedikit karena merupakan daerah tangkapan air (catchment area) bagi zona I, II, dan
III.
5. Zona V merupakan zona pegunungan dengan kelerengan (slope) yang tinggi dan
kecepatan aliran permukaan (fast flowing surface water) yang tinggi pula.
Untuk lingkup Kabupaten dan Kota, Rencana Tata Ruang Wilayah mengatur alokasi ruang
bagi sektor-sektor. Analisa neraca air (water balance) sangat penting berdasarkan ketersediaan
seluruh potensi sumber daya air serta kebutuhan akan air (baik untuk sektor, permukiman
perkotaan, maupun perdesaan).
Berdasarkan hirarki penataan ruang dan karakteristik sumber daya air yang lintas wilayah
(cross jurisdiction) dan pemanfaatannya yang lintas sektor, maka diperlukan mekanisme
koordinasi yang baik. Kasus SWS Ciliwung-Cisadane menunjukkan bahwa pengelolaan SWS
dilakukan oleh 3 (tiga) Propinsi, yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, serta melibatkan
setidaknya 6 (enam) wilayah otonom, yakni Kota DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor,
serta Kabupaten Bekasi, Tangerang, dan Bogor. Forum koordinasi bukan hanya
beranggotakan unsur-unsur Pemerintah, namun juga stakeholders lainnya, seperti LSM, dunia
usaha, dan para pengguna air.

3.4

Upaya Pelestarian dan Efisiensi Penggunaan Air

Jika kita lihat, jumlah air tawar sangatlah sedikit, untuk itu kita harus melakukan suatu
konservasi sumber daya air . Air adalah elemen penting yang menjamin eksistensi kehidupan
di bumi. Kondisi air saat ini menjadi perhatian global karena akses, kuantitas dan kualitas air
semakin menurun oleh berbagai penyebab, sedangkan kebutuhan akan air terus bertambah
dikarenakan semakin tinginya populasi manusia di bumi. Untuk mencegahnya, dipandang
perlu untuk dilakukan konservasi. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan, yaitu:
1. Melestarikan dan melindungi
9

Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena
sumber daya alam bersifat terbatas. Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka
ragam, namun serasi dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus
terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu. Jadi, agar sumber
daya air tetap dapat bisa dimanfaatkan untuk masa yang akan datang, kita harus menjaga dan
melestarikannya supaya tidak rusak.
2. Efisiensi Penggunaan Sumber daya air
Pertambahan penduduk berdampak sangat signifikan terhadap tingkat penggunaan air, yaitu 6
kali lipat dari sebelumnya, lebih dari satu per enam orang di dunia tidak memiliki akses
terhadap air minum, lebih dari dua per enam orang kekurangan sanitasi yang memadai, dan
3900 anak-anak mati karena penyakit bawaan air [water borne disease]. Di Indonesia,
menurut WALHI, 125 juta [65%] penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang kapasitas
kandungan airnya hanya 4,5% saja. Sedangkan 60 dari 470 DAS dalam kondisi krisis.

Air saat ini lebih banyak digunakan untuk pertanian dibandingkan lainnya. Air untuk
pertanian mencapai 66% dari total penggunaan air manusia, sisanya 10% untuk keperluan
domestik, 20% industri, dan 4% evaporasi. Kelangkaan air mempengaruhi keamanan dan
ketahanan pangan serta angka harapan hidup manusia. Untuk mengurangi konsumsi air yang
berlebihan, dapat diusahakan penghematan penggunaan air agar tidak terbuang percuma.
Efisiensi Penggunaan Sumber daya air dapat dibagi menjadi berikut :
1. Efisiensi Penampungan: Bentuk dari efisiensi penampungan adalah adanya upaya
untuk menampung air hujan yang datang baik secara alami maupun buatan melalui
panen hujan dan aliran permukaan.
2. Efisiensi Penyimpanan: Efisiensi penyimpanan dapat berupa mengisi lekukan-lekukan
pada permukaan tanah (depression storage) misalnya dalam waduk untuk aliran
permukaan dan mengisi celah-celah dalam tanah untuk air tanah.
10

3. Efisiensi Penyaluran: Efisiensi penyaluran berupa efisiensi dalam hal untuk


mengantisipasi adanya kebocoran pada pasokan air.
4. Efisiensi Pemanfaatan: Efisiensi pemanfaatan berupa penggunaan sumber daya air
yang tepat guna dan dilakukan secara optimal.
Konservasi air tanah berarti upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan
lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian dan atau kesinambungan ketersediaan
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai demi kelangsungan fungsi dan pemanfaatannya
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang
akan datang.

3. Pengelolaan Sumber daya air yang baik

Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air,
monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undangundang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7
tahun 2004 tentang Sumber Daya Airh
4. Perlindungan Jangka Panjang Sumber daya air
5. Memelihara dan Meningkatkan kualitas sumber daya air
Selain hal diatas, masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk merawat SDA sedini mungkin,
berikut adalah beberapa inisiatif dari para ahli untuk menyelamatkan air dan sumber daya air,
- Prof. Dr. Sari Bahagiarti Kusumayudha dalam Workshop Bincang Air,
11

Bersama-sama menyosialisasikan air adalah vital, meskipun jumlahnya tetap, tetapi


perebutan semakin banyak. Maka perlu adanya konservasi, dari yang sederhana mulai dari
kita sendiri
- LSM Kehati,
1. Selektif dalam memilih produk yang menggunakan air secara tinggi.
2. Memperlambat laju run-off air.
- Prof. Dr. Ir. Robert M. Delinom M.Sc.,
1. Peningkatan upaya pelestarian dan perlindungan sumber daya air
2. Perencanaan dan pelaksanaan program hemat air
3. Pembuatan peraturan dan ketentuan hak guna air
4. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian beririgasi
5. Pembentukan suatu lembaga tingkat nasional untuk mengatur dan mengurus sumber
daya air
6. Penyesuaian kebijaksanaan sumber daya air.
Sedangkan untuk memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah yang telah mengalami
kerusakan, perlu dilakukan upaya pemulihan yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghentikan atau mengurangi pengambilan air tanah, penentuan ulang prioritas
peruntukan pemanfaatan air tanah, dan mengusahakan pasokan air bersih yang berasal
dari sumber air lain di daerah yang tingkat kerusakan air tanahnya termasuk dalam
kategori rawan, kritis, atau rusak, dan mengurangi izin pembangunan industri yang
memerlukan air sangat banyak.
2. Membuat imbuhan air tanah buatan, yaitu membuat sumur-sumur imbuhan buatan,
baik di daerah imbuhan maupun di daerah lepasan air tanah, pelestarian hutan, danau
dan situ; serta penataan ladang/kebun dan kavling perumahan.
3. Menetralisasi pencemaran air tanah, yakni dengan membuat sumur injeksi di lokasi
yang air tanahnya tercemar.
4. Merehabilitasi daerah imbuhan air tanah dengan melakukan reboisasi hutan jika
kepadatan pohon kurang atau mengalami degradasi.

12

5. Mengenakan tarif pajak pemanfaatan air tanah sesuai dengan tingkat kerusakan
kondisi dan lingkungan air tanahnya.

3.5

Upaya Pemanfaatan Pengelolaan Sungai

A. Sungai dan Jenis-jenisnya


Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya
dan menjadi tempat mengalirnya air taear menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang
lain. Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai berasal
dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser).
Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan yang ada di bumi. Baik manusia,
hewan dan tumbuhan semua makhluk hidup memerlukan air untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Sungai mengalir dari hulu ke hilir bergerak dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah. Air sungai berakhir di laut sehingga air yang tadinya terasa tawar
menjadi asin terkena zat garam di laut luas.
Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi
tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.
Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang
airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada,
namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu
sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh
jenis sungai ini.
Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan,
dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo
di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai
permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh
sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai
Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada
musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya
sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di
Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim
hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada
hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan
sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
13

Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai
konsekuen, sungai subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.
Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen
atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.
Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan
batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur
geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan
sungai sungai superposed.
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada
struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga
mampu menembus batuan yang merintanginya.
Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh
lapisan batuan yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis,
rektanguler dan pinate.
Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini
terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.

Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di
daerah basin (cekungan).

Gambar 2. Sungai Radial Sentripetal.

14

Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai
induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau
daerah dataran pantai.

Gambar 3. Sungai Dendritik


Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.

Gambar 4. Sungai Trellis.


Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90.

Gambar 5. Sungai Rektanguler.

Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.

Gambar6. Sungai Pinate.


Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
15

Gambar 7. Sungai Anular.


B. Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya
Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah
dan bagian hilir.
Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya (terutama
bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs),
kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai
berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung sungai
berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander
yaitu kelokan sungai yang mencapai 180 atau lebih.
Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping
(horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta serta
palungnya lebar.
C. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai sering disebut dengan Drainage Area, atau Rivers basin atau
Watershed. DAS adalah daerah yang berada di sekitar sungai, apabila terjadi turun hujan
didaerah tersebut, airnya mengalir ke sungai yang bersangkutan. DAS merupakan daerah di
sekitar sungai tempat air hujan tertampung dan tempat di mana air hujan dialirkan ke sungai
tersebut.
DAS dibedakan menjadi dua yaitu DAS gemuk dan DAS kurus. DAS gemuk, yaitu
suatu DAS yang luas sehingga memiliki daya tampung air yang besar. Sungai dengan DAS
seperti ini, airnya cenderung meluap bila di bagian hulu terjadi hujan deras.

Gambar 13. DAS Gemuk


16

DAS kurus, yaitu DAS yang relatif tidak luas sehingga daya tampung airnya kecil. Sungai
dengan DAS semacam ini luapan airnya tidak begitu hebat ketika bagian hulunya terjadi
hujan lebat.

a.
b.
a.
b.
c.

Gambar 14. DAS Kurus


Sebagai tempat penampungan air hujan DAS harus kita jaga kelestariannya. Cara menjaga
kelestarian DAS antara lain tidak menggunduli hutan/tanaman-tanaman di areal DAS. Cara
lainnya yaitu tidak mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau
keperluan lainnya.
Kerusakan DAS dapat terlihat dari adanya tanda-tanda yang berupa:
Lingkungan DAS semakin bertambah gundul, dan
Di sekitar DAS menjadi tempat pemukiman penduduk yang padat.
Selain itu gejala alam yang akan terjadi bila DAS rusak adalah:
air sungai meluap, sering terjadi banjir,
akan terbentuk delta sungai, dan
dataran pantai (tempat bermuaranya sungai) bertambah luas.
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS
sebagai A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of
connecting treams such that all stream flow originating in the area discharged through a
single outlet. area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for
technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface water
for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property
regimes, and farmers whose ctions may affect each others interests.
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur
organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di
dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu
pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang
menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara
umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum
dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar
distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun. Dalam
pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk
melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara
17

seperti diperlihatkan pada gambar ; Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan
langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi
dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan
DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu
pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan
air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan
air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan
ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan
sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih,
serta pengelolaan air limbah.

D. Pemanfaatan Perairan Darat


Perairan darat antara lain dapat kita manfaatkan untuk kepentingan sumber air minum, sumber
tenaga, irigasi, perikanan darat, transportasi, bahan baku industri, rekreasi dan olahraga air.
Air Minum
Air yang kita minum sehari-hari baik yang berasal dari air sumur, air PAM, air danau atau
sungai dan lain-lain merupakan bagian dari perairan darat.
Sumber tenaga (energy)
Perairan darat dapat kita manfaatkan sebagai sumber tenaga, misalnya untuk pembangkit
listrik tenaga air dan sebagai sarana transportasi.
Irigasi
18

Perairan darat dapat kita manfaatkan sebagai sarana irigasi. Dengan demikian kita dapat
melakukan berbagai usaha pertanian dan perkebunan.
Perikanan Darat
Berbagai usaha produksi perikanan darat (seperti ikan mas, lele, belut, nila dan lain-lain)
dapat kita jalankan berkat adanya sistem perairan darat. Majunya usaha perikanan darat di
samping meningkatkan penghasilan juga meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Sarana Transportasi
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi. Contohnya banyak
sungai-sungai di pulau Kalimantan dan Sumatera yang dimanfaatkan sebagai sarana
transportasi.
Bahan baku industry
Pemanfaatan air sebagai bahan baku industri misalnya dalam memproduksi listrik tenaga air.
Contoh lainnya PT. Inalum di Sumatera Utara memanfaatkan air sungai Asahan dalam proses
produksi aluminiumnya.
Rekreasi
Waduk-waduk, rawa, danau ataupun sumber-sumber air panas merupakan tempat yang dapat
kita jadikan sebagai sarana rekreasi yang menarik.
Olah raga air
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana olah raga seperti renang, selam, kano
dan lain-lain.

Aliran adalah (sungai) dengan air tegenang


(kolam) terkait dengan tiga kondisi (Odum, 1988), yaitu:
Arus adalah faktoryang paling penting mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di
aliran air,
Pertukaran tanah-air relative lebih ekstensif pada aliran yang mengasilkan ekosistem yang
lebih terbuka dan suatu metabolism komunitas tipe heterotropik
Tekanan oksigen biasanya lebih merata dalam aliran air dan stratifikasi termal maupun
kimiawi tidak ada atau dapat diabaikan.
Zona Utama Sungai
19

Zona air deras merupakan daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya
padat.
Zona air tenang merupakanbagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah
berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya
lunak, tidak sesuai untuk benthos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada
beberapa kasus plankton.
Sifat dan Adaptasi Komunitas Sungai
Melekat permanen pada substrat yang kokoh
Kaitan dengan penghisap
Permukaan bawah yang lengket
Badan yang stream line
Badan yang pipih
Rheotaxis positif
Thigmotaxis positif
Tingginya kepentingan manusia terhadap sungai menyebabkan terjadi degradasi DAS
sehingga meningkatkan sedimentasi, pengaturan dan pengontrolan sungai dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme akuatik kerena perubahan puncak-puncak
musim makan, ketinggian air, luas dataran banjir dan interaksi air dengan tanah, serta (iii)
terjadi pencemaran sungai. Ketiganya menurunkan jumlah biota air dan spesies daratan yang
hidup di tepian sungai dan lebak (Dudgeon, 1992). Tingginya pengaruh manusia
menyebabkan tidak ada lagi sungai yang masih perawan di Asia (Hynes, 1989).
Pemantauan kualitas perairan sungai umumnya dilakukan dengan menggunakan parameter
fisik atau kimia, tetapi akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan. Mengingat
biota lebih tegas dalam meng-ekspresikan kerusakan sungai, termasuk pencemaran
lingkungan, karena biota bersentuhan langsung dengan sungai dalam kurun waktu yang lama,
sedang sifatsifat fisik dan kimia cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu
pengukuran saja. Di samping itu, biota lebih murah dalam pembiayaan, cepat, mudah
diinterpretasikan dan cukup sahih dalam menunjukkan kualitas lingkungan.
E. Aspek Pengelolaan
Tiga aspek dalam pengelolaan sumber daya air yang tidak boleh dilupakan, yakni aspek
pemanfaatan, pelestarian dan aspek perlindungan. Aspek pemanfaatan bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara kebutuhan dengan yang tersedia. Aspek pelestarian, agar
pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan. Air perlu dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah
maupun mutunya. Menjaga daerah tangkapan hujan di hulu maupun daerah dataran
merupakan salah satu bagian dari pengelolaan, sehingga perbedaan debit air musim kemarau
dan musim hujan tidak terlalu besar dan juga menjaga air dari pencemaran limbah.
Aspek pengendalian, karena disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki daya
rusak fisik maupun kimiawi. Badan air (sungai, saluran, dan sebagainya) terbiasa menjadi
tempat pembuangan barang yang tidak terpakai, baik berupa cair (limbah rumah tangga dan
industri), maupun benda padat berupa sampah yang mengakibatkan terjadinya pencemaran
dan mengganggu kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan. Karena itu dalam pengelolaan
20

sumber daya air tidak boleh dilupakan adalah pengendalian terhadap daya rusak yang berupa
banjir maupun pencemaran.
Dalam pengelolaan sumber daya air, ketiga aspek penting tersebut harus menjadi satukesatuan. Salah satu aspek saja terlupakan, akan mengakibatkan tidak lestarinya pemanfaatan
air dan bahkan akan membawa akibat buruk. Jika kurang benar dalam mengelola sumber daya
air, tidak hanya saat ini kita menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang.
F. Strategi Pengelolaan
Strategi sistem pengelolaan pengembangan sumber daya air diarahkan untuk dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan, kualitas dan keterjangkauan pelayanannya. Beberapa
program dapat dilakukan. Pertama, pengembangan konservasi sumber daya air, yang
bertujuan meningkatkan produktivitas pemanfaatan sumber daya air melalui peningkatan
efisiensi dan efektivitas sarana pengairan, mendayagunakan sumber daya air bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Kedua, program penyediaan dan pengelolaan air baku yang
bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air baku dan produktivitas prasarananya untuk
memenuhi kebutuhan air bagi hajat hidup orang banyak di perkotaan maupun pedesaan.
Ketiga, program pengelolaan sungai, danau, dan sumber daya air lainnya, yang bertujuan
untuk melestarikan kondisi dan fungsi sumber air sekaligus menunjang daya dukung
lingkungannya. Juga, meningkatkan manfaat sumber air sehingga dapat dipergunakan untuk
berbagai kepentingan. Keempat, program pengembangan sungai, danau, dan sumber daya air
lainnya yang bertujuan untuk mendukung upaya mempertahankan kemandirian di bidang
pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya, meningkatkan peran serta petani dalam
pengelolaan jaringan irigasi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan yang diantaranya yaitu
:
1. Penataan ruang merupakan pendekatan yang sangat fundamental dalam pengelolaan
sumber daya air, dimana proses perencanaan, pemanfaatan, perlindungan dan
pengendalian dilaksanakan secara terpadu (multi-stakeholders), menyeluruh (huluhilir, kuantitas-kualitas, instream-offstream), berkelanjutan (antar generasi), dan
berwawasan flingkungan (konservasi ekosistem) dengan daerah pengaliran sungai
21

(satuan wilayah hidrologis) sebagai satu kesatuan pengelolaan terpadu dengan


memperhatikan sistem pemerintahan yang berlaku.
2. Peran penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air adalah dalam rangka : (1)
menjamin ketersediaan air, baik kualitas maupun kuantitas, untuk masa kini dan masa
mendatang melalui pengelolaan kawasan konservasi dan pengendalian kualitas air, (2)
koordinasi lintas sektor dan lintas wilayah untuk mencapai komitmen bersama (seperti
landasan penyusunan program pembangunan), dan (3) mencegah terjadinya
externalities (seperti dampak lingkungan negatif) yang merugikan masyarakat secara
luas.
3. Upaya pelestarian dan efisiensi penggunaan air
a.
b.
c.
d.

Efisiensi Penampungan
Efisiensi Penyimpanan
Efisiensi Penyaluran
Efisiensi Pemanfaatan

4.2 Saran
Setelah mengamati dan mengkaji pembahasan serta kesimpulan yang diperoleh, disarankan
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengguna sumber daya air senantiasa lebih rajin mengikuti penyuluhan tentang
pengelolaan sumber daya air sehingga sumber daya tersebut terjamin baik dalam
kuantitas maupun kualitas.
2. Bagi pengguna sumber daya air agar lebih memperhitungkan secara cermat dan efisien
dalam menggunakan sumber daya air.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/Marnosumarno/sumber-daya-alam
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam
http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/mengapa-air-begitu-penting-bagi-kehidupan/
22

Anonim. 2006. Macam macam jenis sungai. http://organsais.org/


Anonim. 2008. Macam macam jenis sungai. http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?
moid=137&fname=geo108_06.htm.
Efendi ediae. 2008. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.

23

Anda mungkin juga menyukai