Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

TEKNIK SUMBER DAYA AIR


Program Studi S2 Teknik Sipil

DI SUSUN OLEH :

ADE JAYA SAPUTRA


17/419767/PTK/11877

Dosen : Prof. Dr. Ir. Budi Wignyosukarto, Dip. HE.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017/2018
1. Air
Air merupakan salah satu komponen terpenting dalam memenuhi kebutuhan dasar
hidup manusia. Air juga memiliki peranan penting terhadap kehidupan sosial, budaya,
agama dan ketahanan suatu Negara. Air menjadi suatu hal yang sangat di dijaga dalam
kehidupan berbudaya, menunjukkan betapa penting nya setiap aktifitas di dalamnya yang
berkaitan dengan sumber kehidupan manusia tersebut. Rusaknya suatu alliran dan kualitas
air berarti memunculkan indikasi buruknya kebiasaan masyarakat didalamnya ketika tidak
bisa menjaga sumber kehidupan yang sangat penting yaitu air. Menjaga air berarti menjaga
keseimbangan kehidupan di dalamnya. Dewasa ini, pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi serta pembangunan yang sangat pesat tidak dapat dihindari bahwa kebutuhan akan
air bersih berarti semakin meningkat pula. Dahulu masyarakat memiliki konsep berfikir
ketika menggunakan air hanya bisa dipakai lalu dibuang begitu saja dengan kualitas air
yang tidak sama dengan air ketika diambil bahkan jauh melebihi kondisi normal. Hal
tersebut dapat mengakibatkan pencemaran pada sumber air. Sedangkan sumber air tersebut
akan digunakan kembali sebagai sumber air bersih.
Air adalah salah satu sumber daya yang mendukung keberlangsungan hidup manusia
dan mahluk hidup lainnya, yang merupakan elemen utama kehidupan yang berkelanjutan.
Banyak orang berpikir bahwa air adalah sumberdaya yang tidak terbatas, walaupun
sebenarnya hanya satu persen dari semua air yang tersedia di bumi ini berupa air segar yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan siklus hidrologisnya, air dianggap sebagai
sumberdaya yang dapat terbaharukan. Namun dengan semakin berkembangnya jumlah
penduduk, meningkatnya perkembangan ekonomi, semakin intensifnya penggunaan air dan
pencemaran air selama beberapa dekade terakhir ini serta perubahan iklim global, telah
terjadi ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Ketidakseimbangan ini
telah memicu terjadinya krisis air di hampir pelosok dunia. (Sutikno, S 2018).
Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung, sehingga penyediaan
air baku untuk kebutuhan domestik, irigasi dan industri menjadi menjadi perhatian dan
prioritas utama. Karena itulah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendeklarasikan
bahwa air merupakan hak azasi manusia; artinya, setiap manusia di muka bumi ini
mempunyai hak dasar yang sama terhadap pemakaian air. Di Indonesia, hak masyarakat
terhadap penggunaan air dijamin melalui Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan Undang- Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Sumber Daya
Air.
2. Sumber Air
a. Laut
Adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Air di laut
merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-
garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-
sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni. Laut merupakan stok air
terbesar di alam.
b. Danau
Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil
pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan.
Fungsi danau :
1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik.
2. Tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting.
3. Sumber air yang dapat langsung digunakan.
4. Penghasil energi melalui PLTA.
5. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan dsb.
c. Sungai
Setiap tetes air hujan yang jatuh ketanah merupakan pukulan-pukulan kecil ke tanah.
Pukulan air ini memecahka tanah yang lunak sampai batu yang keras. Partikel pcahan
itu kemudian mengalir menjadi lumpur, dan lumpur enutupi pori-pori tanah sehingga
menghalangi air hujan yang akan meresap kedalam tanah. Dengan demikian semakin
banyak air yang mengalir di permukaan tanah. Aliran permukaan tanah ini kemudian
membawa batu dari bongkahan lainnya, yang akan semakin meperkuat gerusan pada
tanah. Gerusan ini menjadi alur kecil kemudian membentuk parit kecil lalu menjadi anak
sungai. Dan kumpulan anak sungai akan menjadi sungai.
d. Air bawah Tanah
Lebih dari 98% dari semua air didaratan tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam
pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Sisanya 2% terlihat sebagai air disungai,
dana, dan reservoir.
e. Air di atmosfer
Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang
kisarannya mulai dari nol diatas beberapa gunung serta gurun sampai 4% diatas samudra
dan laut..bila seluruh uap berkondensasi atau mngembun menjadi cairan maka seluruh
permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air di
amosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk
butir cairan dan hablur es.

3. Kondisi Sumber Daya Air di Indonesia


a. Kondisi DAS
Masalah air di Indonesia ditandai dengan kondisi lingkungan yang makin tidak
kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan lingkungan
antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai
(DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak terkendali sehingga luas lahan kritis
sudah mencapai 18,5 juta hektar.
b. Neraca air
Kebutuhan air nasional saat ini terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali, dengan
tujuan penggunaannya terutama untuk air minum, rumah tangga, perkotaan, industri,
pertanian, dan lainnya. Dari data neraca air tahun 2003 dapat dilihat bahwa
kebutuhan air pada musim kemarau di Pulau Jawa dan Bali yang sebesar 38,4 miliar
meter kubik, hanya terpenuhi sekitar 25,3 miliar kubik atau hanya sekitar 66 persen.
Defisit ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2020, dimana jumlah
penduduk dan aktifitas perekonomian meningkat secara signifikan. (Direktorat
Pengairan dan Irigasi Bappenas, 2006)
c. Tampungan
Dari 235 bendungan di Indonesia, sekitar 17,02 persen (40 buah) di antaranya
berkinerja rendah; 12,34 persen (29 buah) sedang, dan yang masih baik hanya sekitar
21,28 persen (50 buah); Sisanya sebanyak 98 bendungan belum tercatat kondisinya.
(Kementerian PPN/Bappenas, Infrastruktur Indonesia, 2003) Hasil pemantauan
volume beberapa waduk utama di Indonesia, terutama di Pulau Jawa menunjukkan
bahwa pada tahun 2008 volume waduk pada umumnya menurun pada bulan April
hingga Oktober. Waduk Cirata di Jawa Barat mengalami penurunan volume air
terbesar yaitu sebesar 89 persen. Sedangkan Waduk Sermo di DI. Yogyakarta
mengalami penurunan terkecil yaitu sekitar 33%. Persentase penurunan volume
waduk selama musim kemarau mengindikasikan adanya kerusakan fungsi resapan air
di bagian hulu. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2009). Menelaah kapasitas
tampungan terbangun yang dimiliki, sebagaimana dilaporkan oleh the World
Bank (2005), Indonesia menduduki peringkat yang cukup rendah jika
diperbandingkan dengan negara-negara lain. Amerika Serikat menduduki peringkat
atas dengan jumlah tampungan mencapai 6.000 m3/jiwa/tahun. Indonesia pada
tahun 2005 tercatat hanya memiliki tampungan air sebesar 30 m3/jiwa/tahun,
dibandingkan dengan Thailand yang sudah mencapai 1.200 m3/jiwa/tahun. Hanya
Ethiopia yang posisinya berada di bawah Indonesia yaitu sebesar 10 m3/jiwa/tahun.
Untuk itu ke depan pembangunan tampungan-tampungan air baik sekala besar dan
terutama skala kecil harus terus dipacu untuk dilaksanakan.

4. Upaya penyeimbangan antara Demand and Supply


a. IWRM (Integrated WaterResources Management)
Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated WaterResources Management, IWRM)
merupakan suatu proses koordinasi dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air dan
lahan serta sumberdaya lainnya dalam suatu wilayah sungai, untuk mendapatkan manfaat ekonomi
dan kesejahteraan sosial yang seimbang tanpa meninggalkan keberlanjutan ekosistem. (Budi
Santoso Wignyosukarto 2006). Sesuai definisi tersebut, pengelolaan sumberdaya air terpadu
memfokuskan pada pengelolaan terpadu antara kepentingan bagian hulu dan kepentingan bagian
hilir sungai, pengelolaan terpadu antara kuantitas dan kualitas air, antara air tanah dan air
permukaan, serta antara sumberdaya lahan dan sumberdaya air IWRM ini diharapkan menjadi
cara mengatasi masalah kelangkaan air, banjir, pencemaran air hingga distribusi air yang
berkeadilan. Perjalanan konsep IWRM ini sudah sangat panjang, di Indonesia juga dikenal slogan,
One River-One Plan-One Management. (Budi Santoso Wignyosukarto 2006). Namun hingga
saat ini penebangan hutan terus berlanjut hingga mengakibatkan bencana banjir serta sedimentasi
waduk dan muara sungai, pengambilan air tanah yang lebih sulit diperbaharui terus berlangsung
tanpa memperhatikan kemungkinan penurunan muka tanah dan intrusi air asin, penggalian pasir
tidak terkendali, sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dasar sungai yang membahayakan
beberapa infrastruktur lainnya, pembuangan sampah dan limbah pabrik ke sungai masih terjadi
sehingga menyebabkan banjir dan pencemaran air sungai. Hal ini menunjukan koordinasi antar
sektor yang perlu diterpadukan belum dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu apabila
pengelolaan sumber daya air secara terpadu dapat berjalan dengan baik diharapkan dapat
memberikan solusi dalam memenuhi permintaan akan air bersih yang terus meningkat.

b. Menambah Tampungan
Selain mempertahankan fungsi yang sudah ada, pembangunan tampungan-
tampungan baru, baik yang berskala besar maupun kecil sangat dibutuhkan dalam
rangka meningkatkan kapasitas tampungan air baku. Hal ini perlu segera dilakukan
sebagai konsekuensi meningkatnya kebutuhan air baku seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk yang terjadi. Pembangunan tampungan skala besar juga dapat
digunakan secara multifungsi bersama sektor lain, seperti irigasi untuk mendukung
ketahanan pangan, penyediaan tenaga listrik, dan lain sebagainya. Pembangunan
tampungan baru juga diharapkan dapat mengatasi variasi musim dan ketimpangan
spasial ketersediaan air yang menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau. Dengan adanya tampungan-tampungan baru, ketersediaan air yang luar
biasa melimpah di musim hujan dapat disimpan dan kemudian dipergunakan di musim
kemarau.
Penambahan tampungan-tampungan baru tersebut juga selain merupakan upaya untuk
melakukan konservasi di hulu yang dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara
keberadaan, sifat dan fungsi sumberdaya air sehingga dapat lebih dijamin ketersediaan
dan kualitas air untuk memenuhi berbagai kebutuhan secara berkesinambungan baik bagi
generasi sekarang maupun akan datang. Selain itu, pembangunan tampungan baru juga
merupakan upaya untuk melakukan pengendalian banjir yang saat ini sering terjadi di hilir
terutama di beberapa wilayah perkotaan.

c. Teknologi Tepat Guna


Dalam menghadapi tantangan penyediaan dan pengelolaan air baku yang
semakin rumit, penyediaan air baku tidak cukup dilakukan melalui penambahan
tampungan saja tetapi juga harus didiukung dengan pengembangan teknologi tepat guna
seperti pengembangan metode penjernihan air dan lain sebagainya. Upaya pengembangan
dan inovasi teknologi tepat guna perlu dilakukan secara terus menerus dan peran lembaga
peneliti yang ada seperti LIPI, BPPT dan universitas menjadi sangat vital. Lebih lanjut,
pengembangan teknologi tersebut juga penting untuk disosialisasikan terutama kepada
pemerintah sehingga dapat diadopsi dalam kebijakan pembangunan nasional.

5. Alternatif Solution
Salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air adalah dengan
mengedepankan konsep keberlanjutan lingkungan dalam pemanfaatan Sumber Daya Air,
yang dikenal dengan konsep Eco-efficient. Eco-efficient dalam pengelolaan Sumber Daya
Air adalah sebuah proses yang berkelanjutan dalam desain, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Eco-efficient
merupakan paradigma dan strategi baru untuk mencapai tujuan pembangunan Sumber Daya
Air yang berkelanjutan melalui perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi dari
efisiensi ekologi dan efisiensi ekonomi secara bersama- sama. Eco-Efiicient yang pada
awalnya dikenal pada sektor industri ini diartikan sebagai penyediaan barang produksi atau
jasa yang memiliki nilai ekonomi yang kompetitif namun dengan mengurangi dampak
negatif terhadap ekologi sehingga dapat sejalan dengan daya dukung lingkungan (bumi)
(WBCSD, 1992). Secara lebih simple eco-efficient dapat diartikan sebagai down-scalling
dari konsep sustainable development sehingga lebih membumi dan dapat
diimplementasikan secara nyata dengan memperhatikan prinsip-prinsip economical
efficiency dan ecological efficiency (Kim).Berdasarkan pengalaman dari berbagai negara
Asia dan Pasifik yang telah melaksanakan Eco-efficient dalam kebijakan prasarana Sumber
Daya Air menunjukkan bahwa dengan penerapan konsep Eco-efficient dapat
menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan (green-growth). Negara-
negara di kawasan Asia Pasifik yang telah melakukan eco-effuciency antara lain Korea
Selatan, Jepang, Singapura, China, Selandia Baru, Australia dan Brazil. Pendekatan ini
sebenarnya bukan hal yang baru bagi Indonesia, hanya saja dalam prakteknya belum
terkonsep secara baik dan diaplikasikan secara masal. System of Rice Intensification
(SRI), biopori, micro-hydro, serta upaya penampungan air hujan untuk dimanfaatkan
kembali merupakan beberapa contoh teknologi yang pada dasarnya sudah mengaplikasikan
konsep eco-efficient. Memperhatikan tantangan dan permasalahan ke depan, maka
Pemerintah Indonesia telah mengadopsi konsep Eco-efficient sebagai salah satu arah
kebijakan nasional bidang infrastruktur Sumber Daya Air khususnya dalam peningkatan
cakupan dan kualitas layanan air baku. Dalam konteks penyediaan air baku, konsep eco-
efficient yang bisa diterapkan antara lain pemanfaatan air hujan melalui pemanenan air
hujan (rainwater harvesting). Teknologi pemanenan air hujan ini adalah teknologi yang
sederhana yang dapat mudah di terapkan oleh masyarakat. Selain bermanfaat dapat
meningkatkan ketersediaan air baku untuk air minum, ternak, irigasi, teknik pemanenan air
hujan ini sekaligus bermanfaat untuk konservasi yaitu sebagai recharge untuk air tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2015, “Makalah Tentang Air”, https://catatanlenni.wordpress.com/tag/sumber


sumber-air/,
Diakses pukul 11.21 , tanggal 30/3/2018

Sutikno, S, 2014, “Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated Water Resources


Management, IWRM) “,Jurnal Mesa Fakultas Teknik Universitas Subang.

Samekto,C dan Winata Sofian E, “Potensi Sumber Daya Air di Indonesia”.

Wignyosukarto, Budi S, 2006, “Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu dalam Upaya


Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium 2015”, Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknik
Sipil UGM.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2009). “Status Lingkungan Hidup Indonesia 2008”.


Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

Kementerian PPN/Bappenas. (2003). “Infrastruktur Indonesia”. Jakarta: Kementerian


PPN/Bappenas.

Anda mungkin juga menyukai