TAUFIQAH APRILIANI
S1-TEKNIK SIPIL
TUGAS SELEKSI
BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI (BBWS)
BENGAWAN SOLO
PENDAHULUAN
Air adalah komponen terbesar di bumi dan ketersediaannya sangatlah dibutuhkan
oleh seluruh makhluk hidup. Makhluk hidup dapat memanfaatkan air dari sumber-sumber
air yang ada di muka bumi, seperti air permukaan (danau dan sungai), air laut, air hujan,
air tanah, dan mata air. Ketersediaan air dari tahun ketahun semakin sulit untuk didapatkan
karena pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan pelestarian lingkungan, setiap
keluarga memerlukan lahan luas untuk tempat tinggal namun tidak memperhatikan masalah
yang akan timbul kedepannya.
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis artinya negara kita memiliki dua
musim bergantian, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada kedua musimtersebut
seringkali terjadi beberapa permasalahan yang dipicu karena ketersediaan air. Saat musim
kemarau panas dan kering ketersediaan air cenderung kurang sehingga bisa menyebabkan
kekeringan. Namun saat musim hujan tiba, debit air akan tinggi hingga bangunan air tidak
dapat menampung air yang melimpah dan terjadilah banjir. Hal tersebut bisa di mitigasi
dengan pengelolaan air yang baik dan benar, sehingga air dapat tetap terjagakelestariannya.
Pada saat musim penghujan tiba sekitar Bulan Oktober sampai April, air hujan
sering kali dilupakan datangnya. Bahkan 90% air hujan dibiarkan hilang begitu saja
mengalir ke sungai. Padahal air hujan memiliki kandungan air murni tertinggi, dengan
pengelolaan yang benar maka air hujan dapat bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari dan
diresapkan kembali ke tanah untuk mengisi air tanah. Hal tersebut terjadi karena belum
maksimalnya pengolahan air hujan sehingga perlu diadakan pengelolaan air hujan yang
baik agar keberadaannya dapat bermanfaat dengan optimal dan tidak menimbulkan
bencana.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengelola air hujan antara lain dengan
pemanenan air hujan. Pemanenan ini bertujuan untuk memanfaatkan air hujan sebagai air
minum setelah melalui berbagai proses. Selain itu, pengelolaan air hujan dapat mengurangi
risiko terjadinya kekeringan karena ketersediaan air akan tetap terjaga. Cara untuk
mengelola air hujan adalah dengan pembuatan sistem drainase ramah lingkungan dengan
konsep TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan, Panen). Air hujan ditampung terlebih dahulu,
kemudian air tersebut diresapkan ke dalam tanah. Setelah itu air dialirkan ke tangki bawah
tanah atau sumur resapan lalu air dipelihara atau diolah untuk dimanfaatkan. Pada intinya
air hujan ditampung kemudian diolah untuk dimanfaatkan. Konsep drainase ramah
lingkungan dan pemanenan air hujan bisa diterapkan di berbagai tempat baik di daerah
pedesaan, perkotaan, perumahan, maupun kawasan industri.
Musim penghujan juga sangat erat kaitannya dengan sungai yang menjadi tempat
mengalirnya air dari hulu ke hilir. Biasanya volume air pada musim penghujan cenderung
melimpah karena mendapat limpasan dari air hujan. Seringkali masyarakat abai tentang
kebersihannya dan menganggap sungai menjadi penampung limbah paling praktis,
ekonomis sehingga sungai menjadi tercemar. Padahal sungai bersih dapat dimanfaatkan di
berbagai sektor seperti pengairan sawah agar hasil panen maksimal, tempat wisata dan
utamanya menjaga persediaan air saat musim kemarau tiba.
Pengelolaan sungai dapat dilakukan dengan cara tidak membuang limbah industri
dan limbah rumah tangga secara langsung ke sungai, menanam pohon di sekitar sungai dan
melakukan pembersihan sungai secara rutin. Selain itu melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar tentang pentingnya sungai sebagai badan air supaya tetap terjaga
kebersihan dan kelestariannya. Selanjutnya bisa dengan penyebaran benih ikan untuk
menjaga ekosistem di sungai dan pemanfaatan sungai sebagai tempat wisata arung jeram,
jogging track dan lain sebagainya.
Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara menyeluruh
dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air.
Tujuan utama dalam pola dan rencana pengelolaan sumber daya air adalah untuk
keamanan dan ketahanan sumber daya air itu sendiri. Ketahanan air (water security)
adalah ketersediaan baik kuantitas maupun kualitas air untuk kehidupan, kesehatan,
dan untuk keberlanjutan ekosistem itu sendiri. Ketersediaan air yang memadai baik
kuantitas dan kualitasnya dapat mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi.
2. NSPM
Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) adalah perangkat aturan-aturan
yang merupakan kebijakan Departemen yang terus dikembangkan untuk menunjang
operasional direktorat jenderal dan lainnya yang terkait dengan kegiatan
pembangunan infrastruktur Indonesia. NSPM diterapkan dalam upaya
mengoptimalkan kinerja pelaksanaan, mulai dari pra konstruksi, masa konstruksi
sampai pasca konstruksi, sehingga prasarana dan sarana atau infrastruktur yang
dibanguna dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana bagi kepentingan masyarakat.
Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air harus mengikuti Norma, Standar,
Pedoman, dan Manual (NSPM). Berikut adalah Norma, Standar, Pedoman dan
Manual (NSPM) yang digunakan untuk pengelolaan air di Indonesia:
a. UU No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan Dalam UU ini dibagi menjadi 12 bab
yaitu: pengertian, fungsi, perencanaan teknis, pembinaan, pengusahaan,
eksploitasi dan pemeliharaan, perlindungan, pembiayaan, ketentuan pidana,
ketentuan peralihan serta ketentuan penutup. Dalam bab tersebut juga dijabarkan
beberapa pasal yang berkaitan dengan pengelolaan air.
b. UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Berdasarkan Undang-Undang
Sumber Daya Air Nomor 7 Tahun 2004, Indonesia mengadopsi Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources
Management – IWRM) yang bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan sumber
daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan.
Integrated Water Resources Management (IWRM) merupakan solusi yang tepat
untuk disandingkan dengan penanganan secara struktur. Dalam aplikasinya, UU
No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ini dibatalkan penggunaannya karena
telah melegalkan keterlibatan pihak swasta dalam proses pengelolaan air tanpa
kendali dan pengawasan (privatisasi). Hal ini tentu masalah sangat serius karena
menggeser makna air yang sebelumnya merupakan barang publik berubah
menjadi komoditas yang lebih mementingkan aspek ekonomi yang akhirnya
berorientasi pada mencari keuntungan (profit). Pergeseran makna ini terlihat
dalam pengaturan mengenai hak guna usaha air yang dapat diberikan kepada
swasta tanpa kendali dan pengawasan. Sehingga, penggunaan UU kembali ke UU
No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan.
c. PP No. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air,
pasal 1 ayat (8), menyebutkan bahwa pola pengelolaan sumber daya air adalah
kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air, dan pengendalian daya rusak air, sehingga pola pengelolaan sumber daya air
diselenggarakan berdasarkan beberapa kaidah.
d. UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air Diberlakukannya kembali
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan setelah Undang
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi, masih terdapat banyak kekurangan dan belum dapat
mengatur secara menyeluruh mengenai pengelolaan sumber daya air sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu diganti.
Sehingga UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air hadir sebagai UU
terbaru yang digunakan untuk saat ini.
3. Cara Pengelolaan
A. Pengelolaan Sumber Daya Air
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah atau kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung
bukit) yang berfungsi untuk menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan
unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu
titik (outlet). Pemanfaatan potensi sumber daya alam di dalam DAS (termasuk
hutan) untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia telah menyebabkan
terjadinya degradasi lahan dan hutan yang dahsyat. Perubahan pemanfaatan
sumber daya alam yang tidak terkendali akan mempengaruhi fungsi dan
keseimbangan lingkungan termasuk proses-proses hidrologis di dalam wilayah
DAS. Sehingga terjadi ketidakseimbangan neraca air, sedimen, hara, dan rusaknya
habitat keanekaragaman hayati.
b. Pengembangan Sungai
Pengembangan sungai sama halnya dengan pemanfaatan sungai. Salah
satu contoh pengembangan sungai diantaranya adalah Pompa Air Tenaga
Hidro (PATH) yang memiliki keunggulan sebagai berikut:
1) Biaya OP murah karena tidak memerlukan Listrik/ BBM
2) Merupakan energi yang terbarukan dan tidak menghasilkan emisi gas
karbon
3) Menghilangkan 2 kehilangan energi yaitu pada generator dan motor,
dibandingkan sistem konfensional (PLTMH) karena tidak mengkorversi
listrik
4) Tidak memerlukan bendung yang tinggi dan saluran distribusi yang
panjang.
c. Pengendalian Daya Rusak Air
Pengendalian daya rusak air dilakukan agar dapat mengurangi resiko
besaran banjir dan mengurangi resiko kerentanan banjir. Salah satu upaya
pengendalian daya rusak air yaitu dengan memasang portable EWS,
penggunaan aplikasi berbasis andrioid seperti “Sungai Kita” yang dapat
digunakan oleh masyarakat/komunitas sungai (berpartisipasi secara aktif)
untuk memberikan informasi tentang kondisi sungai yang ada di
lingkungannya kepada pengelola wilayah sungai.Aplikasi berbasis android
dan Web server “ISPS (Inspeksi Sungai & Prasarana Sungai)” yang dapat
digunakan untuk membantu pelaksanaan inspeksi sungai dan prasarana sungai
untuk mendukung OP Sungai danPrasarana Sungai. Keunggulan ISPS antara
lain database sebagai tool pengelolaan asset sungai seluruh Indonesia,
bangunan otomastis muncul di ISPS Android berdasarkan posisi GPS, laporan
sistematis dan lebih cepat diterima, klasifikasi kerusakan otomatis oleh sistem
dan muncul pada petak, dan cetak laporan langsung tertabulasi sistematis.
Selain itu pengendalian daya rusak air dapat dilakukan dengan menggunakan
alat pemantau gerusan lokal yang berfungsi untuk mengukur dan merekam
kedalaman gerusan lokalsecara periodik
4. Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air, pasal 1 ayat (8), menyebutkan bahwa pola pengelolaan sumber daya air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Tujuan utama dalam pola dan rencana pengelolaan sumber
daya air adalah untuk keamanan dan ketahanan sumber daya air itu sendiri.
BBWS Bengawan Solo. Peran Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dalam
Mengelola Air Menjaga Kehidupan. Jateng. BBWS Bengawan Solo
Chotob, Umar. 2021. Sinergitas Masyarakat Mengelola Air Hujan. Jateng. Pusdataru
HS, Galih. 2021. Teknologi Pengelolaan Sungai. Jateng. BBWS Bengawan Solo
Lasmito, Dr.tech Umboro. 2021. Teknologi Mitigasi Bencana Banjir. Jatim. HATHI
Prof Suratman. 2021. Peran Masyarakat Mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air yang
Berkelanjutan Secara Mandiri. Jateng. BBWS Bengawan Solo
Prof Suratman. 2021. Peran Masyarakat Mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air yang
Berkelanjutan Secara Mandiri. Jateng. BBWS Bengawan Solo
Asad, Sholihin. 2021. Peran Perguruan Tinggi dalam Mengelola Sumber Daya Air. Jateng.
BBWS Bengawan Solo
Surdayanto, Totok. 2021. Komunitas Peduli Sungai. Jateng. Pusdataru