Anda di halaman 1dari 11

MODUL VII

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


MENURUT UNDANG-UNDANG
Pengelolaan Sumber Daya Air Menurut Undang-Undang

DESKRIPSI UMUM
KOMPETENSI UMUM
mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan, dan menganalisis permasalahan-
permasalahan yang mencakup sumber daya air , menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan infrastruktur keairan seperti, bangunan pengendali banjir, sistem
drainase, sistem aliran air tanah, sistem irigasi, sistem air bersih dan sistem air
limbah, dapat menjelaskan tentang konservasi sumber daya air , menjelaskan
erosi dan sedimentasi, menguraikan sistem manajemen sumber daya air secara
terpadu menurut Undang-undang serta menjabarkannya dalam otonomi daerah.
KOMPETENSI KHUSUS
a) Menguraikan pola dan rencana pengelolaan SDA
b) Menguraikan asas dan cara pengelolaan SDA
c) Menjelaskan tiga pilar pengelolaan SDA
d) Menguraikan aspek pengelolaan SDA ir pada jaringan air bersih

RUANG LINGKUP
1. Pola dan rencana pengelolaan SDA
A. Pola dan rencana pengelolaannya
a) Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan,memantau,dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi
sumber daya air,pendayagunaan sumber daya air,dan pengendaliaan daya
rusak air.
b) Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam
merencanakan,melaksanakan,memantau,dan mengevaluasi kegiatan
konservasi sumber daya air,dan pengendalian daya air yang rusak.
c) Rencana pengelolaaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara
menyeluruh dan terpadu yang di perlukan untuk mnyelenggarakan
pengelolaan sumber daya air.
B. Asas dan cara pengelolaan SDA

Asas kelestrian keseimbangan,kemanfaatan umum,keterpaduan dan keserasian,


keadilan,kemandirian,serta transparansi dan akuntabilitas
1) Kelestrian berarti:keseimbangan antara fungsi social,fungsi lingkungan
hidup,dan fungsi ekonomi.
2) Kemanfaatan umum berarti: pengelolaan sumber daya air di laksanakan
untuk memberikan manfaat bebesar-besarnya bagi kepentingan umum
secara efektif dan efisien.
3) Keterpaduan dan keserasian berarti: pengelolaan sumber daya air dapat di
lakukan secara terpadu dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai
kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis.
4) Keadilan berarti: pengelolaan sumber daya air di lakukan secara merata
ke seluruh lapisan masyarakat di wilayah tanah air sehingga setiap warga
Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan
menikmati hasil secara nyata.
5) Asas kemandirian berarti:pengelolaan sumber daya air di lakukan dengan
memperhatikan kemampuan dan keunggulan sumber daya setempat
6) Asas transparansi dan ankuntabilitas berarti: pengelolaan SD di lakukan
secara terbuka dan dapat di pertanggung jawabkan.
7) Sumber daya air dikelola secara menyeluruh,terpadu,dan berwawasan
lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya
air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (psal
3 dan penjelasannya)
8) Secara menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi
konservasi,pendayahgunaan,dan pengendalian daya rusak air serta
meliputi satu system wilayah pengelolaan secara utuh yang mencakupn
semua proses perencanaan,pelaksanaan,serta pemantauan dan evaluasi
9) Secara terpadu merupakan pengelolaan yang di laksanakan dengan
melibatkan semua pemilik kepentingan antar sector dan antarwilayah
administrasi
10) Berwawasan lingkungan hidup adalah pengelolaan yang memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan
11) Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya air yang tidak hanya di
tujukan untuk kepentingan generasi sekarang tetapi juga termasuk untuk
kepentingan yang akan datang.
C. Tiga pilar pengelolaan SDA
3 Pilar utama dan 2 pilar tambahan dalam Pengelolaan SDA menurut UU. nomor
7 tahun 2004.
a. Konservasi,yaitu : Upaya pemeliharaan keberadaan SDA agar senantiasa
tersedia dalam kualitas dan kwantitas yang memadai untuk kebutuhan
makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun yang akan datang.
b. Pendayagunaan SDA, yaitu : Upaya mengembangkan, penggunaan,
pengusahaan SDA secara optimal agar berguna dan berdayaguna.
Dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan dan pengembangan
SDA, dimaksudkan untuk pemanfaatan SDA secara berkelanjutan dengan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan Masyarakat secara adil.
c. Pengendalian Daya Rusak Air, yaitu : Upaya mencegah, memulihkan dan
menaggulangi kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan air.
Pengendalian daya rusak air merupakan upaya kembali ke pilar 1
(konservasi).

Pilar Tambahan.

a. Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Yaitu : Segala kegiatan pemerintah dlam pengelolaan SDA diketahui
masyarakat dan Publik agar jalas dan ternsparan.
b Peran Serta MAsyarakat.
Yaitu : Masyarakat harus berperan aktif dalam program-program
pemerintah akan pengelolaan SDA dan menjaga kualitas dan kwantitas
sarana dan Prasarana SDA.
D. Aspek pengelolaan SDA
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air, menguraikan mengenai 5 (lima) aspek dalam pengelolaan sumber daya air,
yaitu Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air,
Pengendalian Daya Rusak Air, Sistem Informasi Sumber Daya Air serta
Pemberdayaan Masyarakat (Stakeholders).
1. Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk
hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
Sumberdaya air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat, secara lestari sebagaimana termaktub
dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal 1
Undang Undang Pokok Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik
Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah merupakan kekayaan
nasional. Sumberdaya air ini memberikan manfaat serbaguna untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat di segala bidang baik sosial, ekonomi, budaya,
politik maupun bidang ketahanan nasional.
a. Konservasi Sumber Daya Air di Sungai, Danau dan Waduk
Untuk konservasi air di daerah seperti sungai, danau, waduk tentunya tak lepas
dari pengelolaan yang dilakukan demi diperolehnya tatanan air yang setimbang.
Tujuan konservasi itu meliputi:
b. Pencegahan Banjir dan Kekeringan
Banjir terjadi karena sungai dan saluran-saluran drainase lain tidak mampu
menampung air hujan yang turun ke bumi. Penuhnya air permukaan pada sungai
dan danau serta saluran drainase lain disebabkan karena air hujan itu tidak
merembes ke bumi, melainkan mengalir menjadi air permukaan. Penyebab
terjadinya banjir antara lain curah hujan yang tinggi, penutupan hutan dan lahan
yang tidak memadai, serta perlakuan atas tanah yang salah.
Agar banjir dan kekeringan dapat diantisipasi, maka perlu dibuat peta rawan
banjir dan kekeringan pada tiap daerah, menyusun rencana penanggulangan banjir
dan kekeringan, dan menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengadaptasinya.
Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah banjir adalah:
1) mematuhi ketentuan tentang Koefisien Bangunan Dasar (KBD) bangunan
sehingga kemampuan peresapan air ke dalam tanah meningkat;
2) menjaga sekurang-kurangnya 70 % kawasan pegunungan tertutup dengan
vegetasi tetap;
3) melakukan penanaman, pemeliharaan, dan kegiatan konservasi tanah
lainnya pada kawasan lahan yang gundul dan tanah kritis lainnya terutama
pada kawasan hulu suatu DAS;
4) menyelenggarakan pembuatan teras pada kawasan budidaya di daerah
berlereng;
5) Membangun sumur dan kolam resapan;
6) membangun dam penampung dan pengendali air pada tempat-tempat yang
dimungkinkan;
7) pengaturan tata guna lahan yang harus lebih berorientasi kepada
lingkungan dan meningkatkan ruang terbuka hijau;
8) alokasi lahan harus lebih berorientasi ke fungsi sosial, lingkungan dan
keberpihakan kepada rakyat kecil, sehingga perlu dilakukan pendataan
tanah dan land form.
Pada kawasan resapan air tidak diperkenankan mendirikan bangunan di kawasan
ini arena akan menghalangi meresapnya air hujan secara besarbesaran.
Pembangunan jalan raya juga dihindari agar tidak menyebabkan pemadatan tanah
dan terganggunya fungsi akuifer. vegetasi yang ada dijaga dan tidak dilakukan
penebangan komersial.
c. Pencegahan Erosi dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi adalah peristiwa terkikisnya lapisan permukaan bumi oleh
angin atau air. Faktor penentu sedimentasi ini adalah iklim, topografi, dan sifat
tanah serta kondisi vegetasi. Faktor penyebab erosi yang terbesar adalah
pengikisan oleh air. Oleh karena itu upaya pencegahan yang dilakukan berkaitan
dengan upaya pencegahan banjir. Erosi juga dapat terjadi pada tepi sungai karena
tebing sungai tidak bisa memegang tanah yang terkena arus air.
Kegiatan untuk mencegah erosi dan sedimentasi yang dapat dilakukan adalah:
1) tidak melakukan penggarapan tanah pada lereng terjal. Bila kelerengan
lebih dari 40% maka tidak diperkenankan sama sekali untuk bercocok
tanam tanaman semusim. Sedangkan bercocok tanam pada 10 kawasan
yang berlereng antara 15-25 % dilakukan dengan membuat teras terlebih
dahulu;
2) Untuk mencegah terjadinya sedimentasi pada sungai, maka pada berbagai
lokasi di kawasan berlereng dibuat bangunan jebakan lumpur, berupa
parit-parit buntu sejajar kontur dengan berbagai variasi panjang, lebar
dan dalamnya parit. Secara periodik parit ini dibersihkan agar dapat
berfungsi sebagai penjebak lumpur, terutama pada musim penghujan;
3) mencegah pemanfaatan lahan secara intensif pada lahan yang berada di
atas ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut;
4) mencegah pemanfaatan lahan yang memiliki nilai erosi lebih tinggi dari
erosi yang diperbolehkan.
d. Pencegahan Kerusakan Bantaran Sungai
Kerusakan bantaran sungai dapat diakibatkan oleh pengikisan aliran air dan
aktivitas manusia yaitu dengan pembuangan sampah, material dan pengurukan
untuk melindungi tempat tinggal. Pencegahan timbulnya kerusakan bantaran
sungai dapat dilakukan :
1) melindungi bantaran sungai secara teknis dengan pembetonan dan secara
vegetasi yaitu penanaman pada bantran sungai dengan pohon supaya
tahan terhadap proses pengikisan.
2) melarang dan menindak kepada orang atau pihak yang menggunakan
bantaran sungai untuk bangunan tempat tinggal.
3) melarang kegiatan pembuangan sampah dan material sehingga
menyebabkan kerusakan bantaran sungai.
e. Konservasi Sumber daya Air Bawah Tanah
Sedikit berbeda, untuk konservasi secara sedrhana yang dapat diterapkan di
rumah-rumah penduduk, maka ada konservasi untuk air bawah tanah. Meliputi,
sumur resapan air hujan (SRAH) menurut Muhsinatun Siasah Masruri, 1997
dalam buku Sumur Resapan Air Hujan Sebagai Sarana Konservasi Sumberdaya
Air Tanah di Kota Madya Yogyakarta adalah lubang galian berupa sumur untuk
menampung dan meresapkan air hujan. Sesuai dengan namanya air yang boleh
masuk kedalam sumur resapan adalah air hujan yang disalurkan dari atap
bangunan atau air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah pada waktu hujan.
Air dari kamar mandi, WC dan dapur tidak dimasukkan kedalam SRAH karena air
tersebut merupakan limbah. Air dari WC harus dimasukkan ke dalam septictank
kedap air agar bakterinya tidak mencemari air tanah.
Manfaat sumur resapan air hujan terhadap lingkungan adalah untuk mengurangi
angka imbangan air yaitu sebagai pemasok air tanah untuk memenuhi kebutuhan
air bersih guna menopang kehidupan, mengatasi intrusi air laut, memperbaiki
mutu air tanah, mengatasi kekeringan dimusim kemarau, menanggulangi banjir
dimusim hujan, mengendalikan air larian (run off) yang mengakibatkan
pengikisan humus tanah. Dengan terkendalinya erosi tanah, secara tidak langsung
mengurangi sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan sungai.

2. Pendayagunaan Sumber Daya Air


a) Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya
air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
b) Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber
daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil.
c) Pendayagunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud di atas
dikecualikan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
d) Pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan secara terpadu dan adil,
baik antarsektor, antarwilayah maupun antarkelompok masyarakat dengan
mendorong pola kerja sama.
e) Pendayagunaan sumber daya air didasarkan pada keterkaitan antara air
hujan, air permukaan, dan air tanah dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.
f) Setiap orang berkewajiban menggunakan air sehemat mungkin.
g) Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi
sosial untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip
pemanfaat air membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan
dengan melibatkan peran masyarakat.
3. Pengendalian Daya Rusak Air
Daya rusak air yang harus dikendalikan, meliputi masalah :

a) Banjir,
b) Erosi tebing sungai,
c) Intrusi air laut,
d) Abrasi pantai dan,
e) Sedimentasi muara.

Dalam PJM (2005-2009), penanganan masalah banjir difokuskan pada


normalisasi Sungai Cipanas di Kabupaten Indramayu, sungai-sungai Tanjung
Kulon, Babakan dan Kabuyutan di Kabupaten Brebes.
Penanganan erosi tebing dan tanggul kritis di Sungai Cimanuk dan Cisanggarung
diutamakan pada lokasi-lokasi kritis yang mengancam pemukiman penduduk,
jalan raya dan lahan pertanian berdasarkan tingkat kekitrisannya dan berdasarkan
usulan masyarakat.
Penanganan abrasi pantai dilaksanakan dengan pembangunan jetty dan krib
pantai. Berdasarkan urgensinya dalam PJM (2005-2009) diutamakan :

a) Pembuatan jetty Karangsong dan pengerukan muara Sungai


Prajugumiwang
b) Pembuatan jetty Sungai Glayem (Indramayu) dan
c) Pengamanan pantai Tirtamaya.

Sampai dengan TA 2006, permasalahan banjir telah tertangani, yakni


terkendalinya banjir akibat luapan sungai utama Cimanuk-Cisanggarung yang
melindungi kawasan Pantura Ciayu, termasuk Kota Indramayu, terhadap banjir
periode ulang 25-tahun, antara lain dengan pembangunan Saluran By-pass
Indramayu dan Pintu Pengendali Banjir di Bangkir, serta tanggul tebing sungai.
Disamping itu, Kota Cirebon tengah menghadapi terhadap ancaman banjir periode
ulang 10-tahun dari sungai-sungai kecil yang mengalir melalui kota, yakni Sungai
Kedung Pane, Sukalia, Kesunean dan Kalijaga. Namun demikian, masih terdapat
sungai-sungai yang belum tertangani dengan tuntas dan masih berpotensi
mengancam jalan Pantura, yakni Sungai Cipanas di Kabupaten Indramayu dan
sungai-sungai Tanjung Kulon, Babakan, Kabuyutan di Kabupaten Brebes.
4. Sistem Informasi Sumber Daya Air
a. Latar belakang Sistem Informasi Sumber Daya Air
Kebutuhan akan berbagai macam data untuk menunjang suatu penelitian atau
pekerjaan proyek baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta di
dalam negeri maupun di luar negeri merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi
agar penelitan atau pekerjaan proyek tersebut dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Keadaan saat ini menunjukkan masih sangat sulit dirasakan untuk
mendapatkan data-data tersebut. Hal ini dikarenakan lamanya waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan data tersebut, rumitnya birokrasi, dan tidak adanya
sentralisasi terhadap pusat pengelolaan data tersebut.
Perkembangan teknologi sistem informasi di Indonesia pada saat ini, khususnya
perkembangan teknologi jaringan komputer internet, dapat dimanfaatkan untuk
membangun sebuah sistem informasi pengelolaan data yang tersentralisasi dan
selalu online serta mempunyai level akses international. Sehingga data-data
tersebut dapat diperoleh dengan mudah dalam waktu yang sangat singkat, dan
dengan biaya yang murah. Pada tahun 1997 BPP Teknologi dalam hal ini Proyek
Pengelolaan Sumber Daya Air mengembangkan sebuah sistem informasi berbasis
opensource yang dapat diterapkan untuk pengelolaan sumber daya air di
Indonesia.
b. Tujuan dan sasaran sistem informasi sumber daya air
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi multimedia berbasis jaringan
komputer global internet ini, kegiatan pengembangan sistem informasi sumber
daya air bertujuan :
a) Memanfaatkan teknologi jaringan komputer global internet untuk
mendistribusikan informasi-informasi mengenai sumber daya air Indonesia
ke seluruh dunia.
b) Menggunakan software-software (open source) berbasis jaringan komputer
untuk mengolah data-data mengenai sumber daya air.
c) Merancang topologi jaringan sistem informasi sumber daya air agar dapat
mengolah datanya dengan efektif dan mampu memberikan informasi yang
memiliki nilai tambah yang lebih informatif dan menarik.
d) Membuat program interface yang lebih mengarah ke aplikasi yang user
friendly dan menjamin keamanan tersimpannya data
c. Dasar Hukum Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Air

Undang-Undang Sumber Daya Air.


Pasal 65
1. Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan
pemerintah daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi
sumber daya air sesuai dengan kewenangannya.
2. Informasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis,
kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber
daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan
sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air.
Pasal 66
1. Sistem informasi sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
ayat (1) merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan
dikelola oleh berbagai institusi.
2. Jaringan informasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam
bidang sumber daya air.
3. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membentuk unit pelaksana teknis
untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber daya air.

Anda mungkin juga menyukai