Anda di halaman 1dari 81

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN :

Rehabilitasi DI Cenrana Kab. Wajo

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG

PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN ANGGARAN
2022

i
I. LATAR BELAKANG

A. Dasar Hukum

Kegiatan Rehabilitasi DI Cenrana Kab. Wajo adalah bagian dari


pengelolaan sumber daya air yang merupakan salah satu implementasi
atas peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu:

a. Undang-Undang Repubik Indonesia No. 017 Tahun 2019 tentang


Sumber Daya Air

BAB I
KETENTUAN
UMUM Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada didarat.
3. Air Permukaan adalah semua Air yang terdapat pada permukaan
tanah.
4. Air Tanah adalah Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah.
5. Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsungdiminum.
6. Sumber Air adalah tempat atau wadah Air alami dan/ atau buatan
yang terdapat pada, di atas, atau di bawah permukaan tanah.
7. Daya Air adalah potensi yang terkandung dalam Air dan/atau pada
Sumber Air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi
kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
8. Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan
Pengendalian Daya Rusak Air.
9. PoIa Pengelolaan Sumber Daya Air adalah kerangka dasar
dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
kegiatan Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya
Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.
10. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air adalah hasil Perencanaan
secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan Pengelolaan Sumber Daya Air.
11. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya
Air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-
pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua
ribu) kilometer persegi.
12. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan Air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
13. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis,
seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah
berlangsung.
14. Konservasi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup
lainnya, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
15. Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah upaya penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, dan pengembangan Sumber Daya Air
secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
16. Daya Rusak Air adalah Daya Air yang merugikan kehidupan.
17. Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang disebabkan oleh Daya Rusak Air.
18. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah
dalam rangka mencapai tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air.
19. Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air adalah kegiatan
yang meliputi pengaturan, pelaksanaan, perawatan, pemantauan,
dan evaluasi untuk menjamin keberadaan dan kelestarian fungsi
serta manfaat Sumber Daya Air dan prasarananya.
20. Prasarana Sumber Daya Air adalah bangunan Air beserta
bangunanlain yang menunjang kegiatan Pengelolaan Sumber Daya
Air, baik langsung maupun tidak langsung.
21. Pengelola Sumber Daya Air adalah institusi yang diberi tugas dan
tanggung jawab oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
22. Masyarakat Adat adalah masyarakat hukum adat dan/atau
masyarakat tradisional yang hidup secara turun-temurun di wilayah
geogralis tertentu dan diikat oleh identitas budaya, hubungan yang
kuat dengan tanah, serta wilayah dan sumber daya alam di wilayah
adatnya.
23. Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dimiliki oleh Masyarakat
Adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan
hidup para warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah,
hutan, dan Air beserta isinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
24. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik
berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
25. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945.
26. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Sumber Daya Air.
28. Eiaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disingkat
BJPSDA adalah biaya yang dikenakan, baik sebagian maupun
secara keseluruhan, kepada pengguna Sumber Daya Air yang
dipergunakan .untuk Pengelolaan Sumber Daya Air secaraber
kelanjutan.
29. Sistem Penyediaan Air Minum adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan air minum.

Pasal 3
Pengaturan Sumber Daya Air bertujuan:
a. memberikan pelindungan dan menjamin pemenuhan hak ralqrat atas
Air;
b. menjamin keberlanjutan ketersediaan Air dan Sumber Air agar
memberikan manfaat secara adil bagi masyarakat;
c. menjamin pelestarian fungsi Air dan Sumber Air untuk
menunjang keberlanjutan pembangunan;
d. menjamin terciptanya kepastian hukum bagi terlaksananya partisipasi
masyarakat dalam pengawasan terhadap pemanfaatan Sumber Daya Air
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pemanfaatan;
e. menjamin pelindungan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk
Masyarakat Adat dalam upaya konservasi Air dan Sumber Air; dan
f. mengendalikan Daya Rusak Air secara menyeluruh yang mencakup
upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.

Pasal 23
(1) Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara menyeluruh, terpadu,
dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan Air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi Konservasi Sumber
Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya
Rusak Air.

Bagian Keempat Pengendalian Daya Rusak Air


Pasal 35
(1) Pengendalian Daya Rusak Air dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
(2) Pengendalian Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat
1diutamalan pada upaya pencegahan melalui Perencanaan
Pengendalian Daya Rusak Air yang disusun secara terpadu dan
menyeluruh dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air.
(3) Pencegahan Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan oleh
Daya Rusak Air.
(4) Penanggulangan Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk meringankan penderitaan akibat bencana melalui
mitigasi bencana.
(5) Upaya penanggulangan Daya Rusak Air yang dinyatakan sebagai
bencana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-
undangan.
(6) Dalam keadaan yang membahayakan, gubernur dan/atau
bupati/wali kota berwenang mengambil tindakan darurat guna
keperluan penanggulangan Daya Rusak Air.
(7) Upaya pemulihan Daya Rusak Air dilakukan melalui kegiatan
rekonstruksi dan rehabilitasi.

Pasal 36
Setiap Orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
terjadinya Daya Rusak Air.

Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Daya Rusak Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 70
Setiap Orang yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya Air
dan nonkonstruksi pada Sumber Air tanpa memperoleh izin dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (3);
b. menyewakan atau memindahtangankan, baik sebagian maupun
keseluruhan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan bukan
usaha atau izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4);atau
c. melakukan penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.0O0.000.00O,O0 (lima
miliar rupiah).
Pasal 71
Setiap Orang yang karena kelalaiannya:
a. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya kondisi
tata Air Daerah Aliran Sungai, kerusakan Sumber Air dan
prasarananya, dan/atau pencemaran Air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf a, huruf b, dan huruf d;atau
b. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya Daya
Rusak Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 18
(delapan belas) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000. 000.000,00 (tiga
miliar rupiah)
B. Gambaran Umum
Sejak tahun 1960 sampai dengan akhir tahun 1980 prioritas pengelolaan
adalah pembangunan sumber daya dan prasarananya, dimana kebijakan
pengelolaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan administrasi
pemerintahan. Akhir tahun 1980 sampai dengan tahun 1992
pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan pendekatan suplay
(supply driven approach) yang mengakibatkan terabaikannya
pemeliharaan prasarana sumber daya air serta pemanfaatan sumber daya
yang tidak berwawasan lingkungan.

Seiring dengan perkembangan zaman, umur beberapa jaringan irigasi


baik yang menjadi kewenangan pemerintah pusat maupun daerah telah
mengalami penurunan fungsi, sehingga perlu upaya untuk
melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi secara
berkesinambungan. Salah satu kegiatan berkala yang setiap tahunnya
memerlukan penanganan secara intensif adalah pemeliharaan dan
rintisan saluran beserta penanggulangan tanggap darurat bencana alam
padajaringan irigasi yang dikerjakan secara kontraktual

Daerah Irigasi Bungadidi merupakan daerah irigasi kewenangan provinsi


yang bertempat di Kab. Luwu Utara. Kondisi saluran yang kurang
berfungsi dengan baik sehingga diperlukan kegiatan peningkatan ini
untuk menambah jaringan irigasi yang telah ada.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud Kegiatan

Melakukan rehabilitasi bendung dan peningkatan jaringan irigasi


dengan kegiatan utama galian tanah, timbunan tanah, pasangan batu,
dan pemasangan dan perbaikan pintu air pada D.I. Cenrana
B. Tujuan Kegiatan
Ditingkatkannya fungsi sarana dan prasarana dengan adanya Rehabilitasi
DI Cenrana Kab. Wajo Sebagai Saluran Irigasi.

III. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi.

IV. LOKASI PEKERJAAN


Kabupaten Wajo

V. NAMA ORGANISASI
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan pada Bidang
Sumber Daya Air.

VI. SUMBER PENDANAAN


Untuk pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi DI Cenrana Kab. Wajo, bersumber
dari dana DAK Tahun Anggaran 2022 dengan nilai pagu Rp. 7.910.000.000,-

VII. METODOLOGI PELAKSANAAN


A. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan
- Penyediaan Peralatan dan Personil

• Menyediakan peralatan dan personil sesuai kebutuhan kontrak


yang diperlukan untuk meyelesaikan pekerjaan.

• Sebelum mobilisasi dilaksanakan, selaku penyedia jasa melaporkan


kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan, dan bila
dipandang perlu, direksi dapat meminta tambahan peralatan,
maupun personil atas tanggungan penyedia jasa.
- Program dan Pemberitahuan

• Membuat schedule mobilisasi peralatan dan personil yang


dilengkapi dengan keterangan akan jenis, kapasitas yang akan
didatangkan.

• Membuat pemberitahuan tertulis kepada direksi perihal


kedatangan maupun pengangkutan kembali peralatan dan
personil.

• Meminta persetujuan direksi atas setiap perubahan jadwal


peralatan dan penyediaan personil.

• Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila sudah


tidak diperlukan, dapat dipindahkan dari areal pekerjaan dengan
seijin Direksi.

B. Galian Tanah Mekanis


- Galian sedimen dilakukan di saluran irigasi. Semua pekerjaan galian
sesuai batas galian serta ukuran yang telah ditentukan.
- Galian Tanah dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator dan
hasil galian dibuang dan dirapihkan disekitar tanggul saluran irigasi.
- Setiap material yang berlebih untuk kebutuhan timbunan maka bahan
timbunan tersebut harus dibuang oleh penyedia dari lokasi yang
ditentukan oleh Pengguna Jasa
- Bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya pembuangan
material yang berlebih tersebut termasuk biaya pengangkutan dan
perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.
- Penyedia Jasa dalam dalam melaksanakan galian harus diusahakan
cukup aman dari longsoran dan bila diperlukan diberikan alat – alat
penyangga.
- Apabila pekerjaan galian sudah selesai penyedia jasa harus
memberitahukan kepada direksi untuk pemeriksaan.

C. Timbunan Tanah Kembali


Yang dimaksud dengan urugan tanah kembali (pekerjaan timbunan tanah
dari hasil galian) adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul
maupun untuk di belakang bangunan dengan mempergunakan bahan
timbunan dari galian tanah mekanis yang dilakukan disaluran, timbunan
tanah dirapikan dan dipadatkan menggunakan excavator atau manusia
sesuai petunjuk dari Direksi.

D. Timbunan Tanah Didatangkan


Yang dimaksud dengan timbunan tanah didatangkan adalah material
timbunan didatngkan dari lokasi pengambilan (quarry), timbunan tanah
dirapikan dan dipadatkan menggunakan excavator, stamper atau manusia
sesuai petunjuk dari Direksi.

E. Pasangan Batu 1 : 4
- Material batu baru didatangkan atau dileveransir dari luar.
- Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk (molen),
campuran dengan tangan hanya boleh dilakukan atas ijin penanggung
jawab kegiatan.
- Sebelum memulai pekerjaan pasangan batu, dasar dan tebing galian
harus dibasahi secukupnya.
- Apabila tanah dasar asli terganggu atau berubah karena sesuatu sebab,
maka tanah tersebut harus dikembalikan sampai keadaanya sama
seperti tingkat pengupasan semula.
- Kemiringan pasangan batu disesuaikan dengan gambar rencana.

F. Plesteran 1 : 3
- Plesteran dilakukan pada puncak pasangan batu dan permukaan pion-
pion pembatas jalan yang telah rapuh, pecah atauretak.
- Sebelum diplester semua bidang sambungan dibetel dan disiram agar
adukan dapat menyatu pada bidang pelekatannya.
- Adukan harus diaplikasikan secepatnya pada bidang sebelum mengeras.

G. Beton Mutu
- Semen yang digunakan untuk konstruksi beton bertulang atau tanpa
tulang yaitu dari jenis semen portland yang memenuhi
ketentuan¬ketentuan dalam NI-8.
- Air yang digunakan untuk campuran beton tidak boleh mengandung
minyak, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lain yang dapat merusak beton, baja tulangan atau jaringan kawat baja
untuk itu sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
- Agregat halus (Pasir) yang digunakan adalah pasir dengan butir-butir
tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-bahan organis
- Agregat kasar (Batu Pecah/Kerikil)yang digunakan untuk pekerjaan
beton adalah berupa kerikil atau batu pecah dari butir-butir keras,
runcing tidak berpori, bersih dan tidak mengandung zat-zat aktif yang
dapat,merusak beton atau baja tulangan.
- Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu
pengikatan, dan pengerasan, atau maksud-maksud lain dapat dipakai
bahan-bahan pembantu, jenis dan jumlah bahan pembantu yang
dipakai harus atas persetujuan direksi
- Beton harus terdiri dari semen, bahan pengisi (agregat), air dan bahan
tambahan, bila diijinkan, diaduk dengan sempurna, untuk
mendapatkan kekuatan yang ditentukan.
- Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda
yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang diisyaratkan
dan sebelum beton mendapat bentuknya yang permanen.
- Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan
pekerjaan persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh
direksi.
- Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan penunjang siap dipakai,
material dan pekerja-pekerja harus sudah berada di tempat
pengecoran.
- Pengerjaan Beton Tidak Diijinkan Dalam Cuaca Tidak Memungkinkan.
- Campuran yang sudah mengeras tidak boleh digunakan lagi.
- Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat pemadat.
- Semua permukaan jadi dari pekerjaan beton ( finishing ) harus rata,
lurus, tidak nampak bagian-bagian yang keropos, melendut, atau
bagian-bagian yang membekas pada permukaan.
- Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan
panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan
oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton telah menjadi keras

H. Pembesian
- Pembesian dilakukan dengan ukuran besi sesuai gambar rencana dan
persetujuan Direksi.
- Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi
proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses
pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat.
- Perakitan tulangan dilakukan dengan merakit satu per satu bentuk dari
tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan
tidak terlepas. Pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual
karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
- Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan
tegak turus permukaan tanah dengan bantuan alat ukur.
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan
dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu
dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali (tahu
beton) disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi
tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi
karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.

I. Pemasangan Pintu Air


- Pintu harus berupa kontruksi baja yang dilas terdiri dari pelat datar,
gelagar horizontal utama, gelagar vertikal, perapat air, penghantar
samping dan depan, tarikan pengangkat, dan semua komponen-
komponen yang diperlukan.
- Perlengkapan harus dibuat untuk membuang air dari bagian-bagian
horizontal.
- Pelat datar harus terletak pada sisi daratan dari pintu.
- Gelagar horizontal harus dari bolak-balik siku atau konstruksi gelagar
pelat untuk angker.
- Gelagar vertikal harus dari konstruksi gelagar pelat yang dirangkai dan
dihubungkan dengan gelagar horizontal utama dan pelat datar.
- Penghantar dua sisi baja tak berkarat dipasang pada tiap sisi dari pintu
untuk membatasi gerakan ke samping dari pintu. Dua penghantar
depan terbuat dari baja tak berkarat harus dipasang pada tiap sisi
bagian hilir permukaan pintu untuk membatasi gerakan longitudinal
dari pintu. Penghantar-penghantar depan harus menahan beban yang
ditimbulkan oleh operasi pintu yang paling berat.
- Sebuah tarikan pengangkat harus pada bagian atas pintu untuk
penyambungan dengan alat pengangkat dengan pen baja tak berkarat
dilengkapi dengan penjepit atau pelat pengunci.

J. Pekerjaan Pipa Drain Hole Pvc Dia. 2,0’ dan Dia. 4,0’
- Pekerjaan Pemasangan Pipa Drain Hole dilakukan pada pasangan batu
atau tembok penahan, pasangan miring dan tembok-tembok kepala
harus dilengkapi dengan pipa PVC dengan diameter 2’’ atau diameter
4’’ dan paling tidak satu buah untuk setiap 2 m2 luas permukaan.
Setiap ujung pemasukan pipa PVC harus dilengkapi dengan saringan
berupa ijuk untuk menghindari kemasukan material, sehingga
menghambat pelepasan air.
- Pipa Drain Hole PVC dipasang bersamaan dengan pasangan batu (total
1m panjang perubah) guna pemasangan saringan sebelum diurug. Pada
pasangan miring saringan kerikil juga dibuat bersamaan dengan
pasangan batu.
- Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa
menonjol keluar pasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah
sekeliling pipa setebal 15 cm. Saringan krikil tersebut dibungkus lagi
dengan ijuk untuk membatasi saringan dari tanah asli atau tanah urug.
K. Patok Hektometer
- Membuat shop drawing, metode pelaksanaan dan membuat request
Patok Pengarah /Patok Hektometer.
- Pengadaan Patok Pengarah / Patok Hektometer sesuai shop drawing
- Pemasangan Patok Pengarah / Patok Hektometer dengan jarak dan
jumlah sesuai shop drawing. Semua patok harus dipasang dengan
akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama
selama pengerasan (setting) beton.
- Semua patok harus diberi satu lapis cat dasar (primer), satu lapis cat
bawah permukaan dan satu lapis akhir sebagai lapis permukaan sesuai
shopdrawing.

L. Patok Kilometer
- Membuat shop drawing, metode pelaksanaan dan membuat request
Patok Pengarah /Patok Kilometer.
- Pengadaan Patok Pengarah / Patok Kilometer sesuai shop drawing
- Pemasangan Patok Pengarah / Patok Kilometer dengan jarak dan
jumlah sesuai shop drawing. Semua patok harus dipasang dengan
akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama
selama pengerasan (setting) beton.
- Semua patok harus diberi satu lapis cat dasar (primer), satu lapis cat
bawah permukaan dan satu lapis akhir sebagai lapis permukaan sesuai
shopdrawing.
M. Cerucuk Kayu Dolken Æ 10 cm
- Penyedia jasa mempersiapkan Cerucuk kayu dolken yang merupakan
salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan didaerah dengan
kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah
lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup
tingggi.
- Jenis dan ukuran cerucuk katu dolken harus sesuai spesifikasi dan
persetujuan direksi.

VIII. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi DI Cenrana Kab. Wajo yaitu
210 (Dua ratus Sepuluh hari) hari kalender

IX. MASA PEMELIHARAAN


Jangka Waktu Masa Pemeliharaan berlaku selama 730 (tujuh ratus tiga
puluh) hari kalender terhitung sejak Tanggal Penyerahan Pertama Pekerjaan
(PHO).

X. PERSONIL MANAJERIAL
Organisasi penyedia jasa atau kualifikasi personil yang dibutuhkan pada
pelaksanaan Rehabilitasi DI Cenrana Kab. Wajo yaitu:

Tingkat Jabatan Yang Pengala Sertifikat Personil


No man Ket.
. Pendidikan diusulkan Kerja Kompetensi (Orang)
(Tahun) Kerja

SMK/STM Pelaksana 2 SKT Pelaksana 1


1. Lapangan Saluran Irigasi
Bangunan (TS031)

/Sederajat

Petugas K3 1
2. SLTA/ Sertifikat Petugas
Konstruksi
- K3 Konstruksi
Sederajat

XI. PERALATAN
Daftar peralatan yang dibutuhkan yaitu:
Kepemilikan
No. Jenis Kapasitas Jumlah (Milik/Sewa Beli/Sewa)

Excavator PC 200 2 Milik/ Sewa


1. Beli/Sewa
2. Dump Truck 5 m3 1 Milik/ Sewa
Beli/Sewa
3. Concrete Mixer 350 Ltr 3 Milik/ Sewa
Beli/Sewa
4. Pompa Air (Alkon) 3 inc 2 Milik/ Sewa
Beli/Sewa
5. Bak Air (Tandon) 600 Ltr 3 Milik/ Sewa
Beli/Sewa

XII. RENCANA KESELAMATAN KONTRUKSI (RKK)


A. Kebijakan Keselamatan Kerja
Keselamatan Konstruksi adalah segala hal yang meliputi kegiatan
keteknikan dalam mewujudkan Pekerjaan Konstruksi yang aman dan
andal serta meajaga keselamatan dan kesehatan pekerja serta
lingkungan.Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang
selanjutnya disebut SMKK adalah bagian dari sistem manajemen
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka penerapan keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan pada setiap Pekerjaan
Konstruksi.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya
disebut K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan keceiakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mpmpunyai
kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan kompetensi
yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi
Pengguna Jasa dan / atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikutl
bimbingan teknis SMKK Bidang PUPR, dibuktikan dengan surat
keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis yang diterbitkan oleh
unit Eselon II yang menangani Keselamatan Konstruksi di Kementerian
PUPR dan/atau sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh
lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Biaya SMKK adalah biaya keamanan
dan kesehatan kerja serta Keselamatan Konstruksi yang harus
diperhitungkan dan dialokasikan oleh penyedia jasa dan pengguna jasa.
Kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi, mencakup:
a. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);
b. Sosialisasi, promosi dan pelatihan;
c. Alat pelindung kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD);
d. Asuransi dan perizinan;
e. Personel K3 Konstruksi;
f. Fasilitas, sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
g. Rambu- rambu yang diperlukan;
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi.

Satuan pekerjaan yang terdapat pada perincian kegiatan


penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi adalah
satuan habis pakai. Dalam hal terdapat perbaikan pekerjaan pada masa
pemeiiharaan, tanggung jawab Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.Bukti penerapan
kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
harus didokumentasikan dan menjadi bagian dari laporan hasil
pelaksanaaa pekerjaan.

B. Perencanaan K3
Ada beberapa hal utama dalam penyelenggaraan RK3K yakni;
a) Kebijakan K3
Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk
menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-
undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan harus
ditandatangani oleh Manajer Proyek/Kepala Proyek)
Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3
pada kegiatan konstruksi yang telah direncanakan. Kepala
Proyek/Project Manager harus mengesahkan Kebijakan K3
Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan
berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan
perundang- undang-an dan persyaratan lain yang terkait
dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.
b) Organisasi K3
Organisasi K3 terdiri dari personil yang memiliki
kompetensi bidang K3 berasal dari pihak terkait dalam pelaksanaan
proyek yang bertanggung jawab untuk menjamin
terlaksananyaSMK3, terdiri dari : Penanggungjawab K3, engineering,
pelaksana konstruksi dan unit pendukung seperti SDM, keuangan,
dan tim pengelola K3 (kedaruratan, P3K, kebakaran). Organisasi ini
dibentuk sesuai kebutuhan dan tingkat kemampuan proyek.

Contohnya:
Penanggung Jawab K3

Emergency/Kedaruratan P3K Kebakaran

c) Perencanaan K3 terdiri dari:


Identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas, pengendalian
risiko K3 dan tanggung jawab pelaksanaan K3
Ketentuan Pengisian Tabel:
Kolom (2) Nomor urut uraian pekerjaan.
Kolom (3) Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko
K3 yang tertuang didalam dokumen pelelangan.
Kolom (4) Diisi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul
dari seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3.
Kolom (5) Persyaratan Pemenuhan Peraturan
Kolom (6) Pengendalian Awal yang akan dilaksanakan
Kolom (7) Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya
kecelakaan.
Kolom (8) Diisi dengan nilai (angka) keparahan.
Kolom (9) Perhitungan tingkat risiko K3 adalah nilai
kemungkinan x keparahan.
Kolom (10) Penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan item
pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan
kecil, dengan penjelasan: prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2
(risiko sedang), dan prioritas 3 (risiko kecil). Apabila tingkat risiko
dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan tersebut menjadi prioritas
utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian.
Kolom (11) Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk
pengendalian risiko menggunakan hirarki pengendalian risiko
(Eliminasi, Substitusi, Rekayasa, Administrasi, APD), diisi oleh
Penyedia Jasa pada saat penawaran (belum memperhitungkan
penilaian risiko dan skala prioritas.
Kolom (12) Diisi skala bentuk kemungkinan
Kolom (13) Disi skala tingkat keparahan
Kolom (14) Perhitungan tingkat nilai risiko K3 adalah kemungkinan
x keparahan.
Kolom (15) Penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan item
pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan
kecil, dengan penjelasan: prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2
(risiko sedang), dan prioritas 3 (risiko kecil). Apabila tingkat risiko
dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan tersebut menjadi prioritas
utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian.

Pemenuhan peraturan perundang-undangan dan persyaratan


lainnya yakni:

1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang JasaKonstruksi;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3
3. Surat Edaran nomor 11 Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis dan Biaya Penyelenggaraan SMKK

Surat Edaran PUPR No. 22/SE/M/2020 tentang Persyaratan


Pemilihan Dan Evaluasi Dokumen Penawaran Pengadaan Jasa
Konstruksi Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Standar Dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia

Sasaran dan program K3

1. Sasaran Umum: Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal (Zero


Fatal Accidents) pada pekerjaan konstruksi.
2. Sasaran Khusus: Sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap
pengendalian risiko yang disusun guna tercapainya Sasaran
Umum, contoh sebagaimana Tabel Penyusunan Sasaran dan
Program K3.
Program K3 meliputi sumber daya, jangka waktu, indikator
pencapaian, monitoring, dan penanggung jawab. Pembuatan
program ini untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan
sebagaimana Penyusunan Sasaran dan Program K3.
d) Pengendalian organisasi K3
Pengendalian organisasi terkait dengan pengendalian operasional
berupa prosedur kerja/yang harus mencakup pengendalian
seluruh kegiatan konstruksi di tempat kerja, diantaranya:
1. Menunjuk penanggungjaawab kegiatan SMK3 yang
dituangkan dalam struktur organisasi K3 beserta uraian
tugas.
2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan yang
ada.
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat
tempat kerja
4. Program-program detail peltihan sesuai pengendalian
risiko yang sudah disusun.
5. System pertolongan pertama pada kecelakaan.
6. Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalianrisiko K3 seperti
yang telah disusun.
e) Pemeriksaan dan evaluasi kinerja dan K3
Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu
pada kegiatan yang dilaksanakan pada pengendalian operasional
berdasarkan upaya pengendaliaan pada perencanaan K3 sesuai
uraian sasaran dan program K3.
f) Tinjauan ulang kinerja K3
Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 kemudian
diklasifikasikan dengan kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur
sebagaimana pada sasaran dan program K3, hal-hal yang tidak
sesuai termasuk bilamana terjadi kecelakaan kerja dilakukan
peninjauan ulang untuk diambil tindakan perbaikan.

Berikut perencanaan K3 yang disajikan dalam bentuk tabel (penilaian


risiko menggunakan skala angka 1 sampai 3 dan skala prioritas angka 1
untuk risiko tinggi. Angka 2 untuk risiko sedang dan angka 3 untuk
risiko kecil).

Tabel 1. Tabel identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

Tingkat
No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko KET.
1. Mobilisasi & • Alat berat terjatuh/terguling
Demobilisasi • Kecelakaan lalu lintas
2. Pengukuran MC 0% Terperosok
dan 100% Terjatuh di tebingcuram

3. Galian Tanah Mekanis • Tertimpa excavator yang Resiko


terguling pada saat menggali Besar
• Tertimpa excavator yang
tergelincir di sisi saluran
• Kecelakaan Dumptruck pada
saat pengangkutan, menabrak
pembatas jalan/orang, ban
pecah dan as roda patah
4. Timbunan Tanah • Tertimbun tanah hasil galian
Kembali • Tertimpah alat pemadat

5. Pasangan Batu 1 : 4 • Tertimpa batu


• Terhirup debu semen
• Tangan lecet/luka
• Tertimpa Concrete mixer
• Mata Terkena debu semen

6. Plesteran 1 : 3 • Tertimpa atau teriris batu


• Terhirup debu semen
• Tangan lecet/luka
• Tertimpa concrete mixer

7. Pekerjaan Pembesian Tertusuk kawat


Terkena besi

8. Beton Tertimpa atau teriris batu


Tertimpa alat kerja
Terhirup debu semen
Tangan lecet/luka

9. Pekerjaan Bekisting Tertimpa Material Kayu


Terpleset
Terjatuh
Tertindis Material

10. Pemasangan Pintu Air • Tertimpa Material Pintu


• Terpleset
• Terjatuh
• Terkena Besi
• Terjepit Pintu
11. Patok Hektometer dan Tertimpa Material
Patok Kilometer Terjatuh
Terkena bahan campuran beton
12. Cerucuk Kayu Dolken Æ Tertimpa material kayu
10 CM Tertimbun
Terjatuh kelubang
Tangan lecet/luka
XIII. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR
A. SPESIFIKASI TEKNIS
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1.1.1. Umum
Yang dimaksud dengan mobilisasi adalah pengangkutan peralatan dan
personil sesuai yang tercantum dalam kontrak, dari tempat aslinya ke
lokasi pekerjaan dimana akan digunakan. Sedangkan yang dimaksud
dengan demobilisasi adalah pengangkutan kembali, peralatan dan
personil dari lapangan pekerjaan ke tempat semula.

1.1.2. Cara Pelaksanaan


a. Penyediaan Peralatan dan Personil
- Penyedia jasa harus menyediakan peralatan dan personil sesuai
kebutuhan kontrak yang diperlukan untuk meyelesaikan
pekerjaan.
- Sebelum mobilisasi dilaksanakan, maka penyedia jasa harus
segera melaporkan kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan, dan bila dipandang perlu, direksi dapat meminta
tambahan peralatan, maupun personil atas tanggungan
penyedia jasa.
b. Program dan Pemberitahuan
- Penyedia jasa harus membuat schedule mobilisasi peralatan dan
personil yang dilengkapi dengan keterangan akan jenis,
kapasitas yang akan didatangkan.
- Penyedia jasa harus membuat pemberitahuan tertulis kepada
direksi perihal kedatangan maupun pengangkutan kembali
peralatan dan personil.
- Penyedia jasa harus meminta persetujuan direksi atas setiap
perubahan jadwal peralatan dan penyediaan personil.
- Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila
sudah tidak diperlukan, dapat dipindahkan dari areal pekerjaan
dengan seijin Direksi.

1.1.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran pembayaran dilakukan sebagai berikut:
- Dibayar 50% (lima puluh persen) apabila peralatan dan
personil telah berada seluruhnya di lapangan dan diterima baik
oleh direksi.
- Dibayar 50% (lima puluh persen) sisanya setelah
pekerjaan demobilisasi telah selesai seluruhnya dan diterima
baik oleh direksi.
b.Pembayaran didasarkan atas satuan Lump Sum (LS) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

1.1.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Mobilisasi & • Alat berat


Demobilisasi terjatuh/
terguling
• Kecelakaan lalu
lintas
• Gangguan
pernafasan dan
mata

1.2. PENGUKURAN MC.0% DAN MC.100%


1.2.1. Umum
Pengukuran adalah suatu pekerjaan pengukuran dengan alat ukur,
untuk mendapatkan data topografi pada lokasi pekerjaan yang telah
ditentukan, yang mana data ini merupakan data pendukung
perhitungan MC-0 dan MC- 100.
Sedangkan Setting out adalah suatu pekerjaan pengukuran dengan
makna meletakkan patok-patok profil seluruh/bangunan sebelum
pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.

1.2.2. Cara Pelaksanaan


a. Penyedia Jasa harus menyerahkan data pengukuran dan
perhitungan tentang letak, posisi, dimensi, dan lain-lain untuk
semua item pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai
kepada Pengguna Jasa.
b. Penyedia Jasa harus membuat titik-titik referensi/BM sementara
untuk kepentingan Penyedia Jasa sendiri dalam melaksanakan
pekerjaan, tetapi

setiap titik BM sementara harus mendapatkan persetujuan dari


Pengguna Jasa. Setiap titik BM sementara harus berpangkal pada BM
yang ditetapkan pemilik di lapangan.
c. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab penuh atas kebenaran /
SETTING OUT di lapangan.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan ukur, termasuk pekerja,
patok-patok, serta peralatan lainnya yang diperlukan untuk setting
out/pengukuran. Penyedia Jasa harus menggunakan alat ukur yang
mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi untuk setting out dan
mengontrol pekerjaan.
e. Penyedia Jasa harus segera mengirim semua data survey, serta hasil
perhitungan dan gambar-gambar dari pengukuran MC-0 dan MC-
100 kepada Pengguna Jasa secepatnya, dengan rincian sebagai
berikut :
- Data ukur, 1 asli dan 1 rekaman
- Gambar dengan ukuran A1 sebanyak 1 asli (kalkir) dan 1
rekaman serta ukuran A3 sebanyak 2 rekaman
f. Khusus untuk gambar kerja, penyedia jasa harus menyediakan
sebanyak 2 rangkap (rekaman) ukuran A1

1.2.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dilakukan pada lokasi Pekerjaan. Pembayaran dapat
dilakukan setelah gambar pada lokasi pekerjaan telah selesai dan
biayanya termasuk tenaga dan alat yang berhubungan dengan
pekerjaan, dokumentasi/foto-foto dan kebutuhan biaya yang tak
terduga lainnya dengan ketentuan akan dibayar 100% bilamana
keseluruhan data-data ukur, hasil perhitungan dan gambar-gambar
hasil pengukuran yang disyaratkan telah diserahkan kepada Direksi.
Pembayaran didasarkan atas satuan Lump Sum (LS) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

1.2.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Pengukuran MC 0% • Terperosok
dan • Terjatuh di
100% tebing curam
2. PEKERJAAN UTAMA
2.1. GALIAN TANAH MEKANIS
2.2.1. Umum

Penyedia jasa harus melakukan kegiatan pekerjaan galian tanah sesuai


garis dan elevasi yang tertera. Pekerjaan ini harus mencakup
penggalian, penanganan pembuangan atau pengangkutan dan
pembuatan disposal area untuk material buangan pada lokasi yang
ditentukan. Galian tanah dilakukan dengan menggunakan excavator
(mekanis).

2.2.2. Cara Pelaksanaan

- Galian Tanah/sedimen dilakukan di saluran irigasi. Semua


pekerjaan galian sesuai batas galian serta ukuran yang telah
ditentukan.
- Setiap material yang berlebih untuk kebutuhan timbunan maka
bahan timbunan tersebut harus dibuang oleh penyedia dari lokasi
yang ditentukan oleh Pengguna Jasa.
- Galian tanah mekanis dapat dimulai setelah pemasangan patok –
patok yang disetujui oleh direksi / Pengawas Teknis.
- Bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya
pembuangan material yang berlebih tersebut termasuk biaya
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana
pembuangan dilakukan.
- Penyedia Jasa dalam dalam melaksanakan galian harus diusahakan
cukup aman dari longsoran dan bila diperlukan diberikan alat –
alat penyangga.
- Apabila pekerjaan galian sudah selesai penyedia jasa harus
memberitahukan kepada direksi untuk pemeriksaan

2.2.3. .Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan galian tanah ≤ 1 m (mekanis)


ini berdasarkan jumlah volume yang dilaksanakan dan sesuai
dengan yang tertera pada gambar atau yang ditentukan.
- Pembayaran pekerjaan galian tanah ini berdasarkan satuan meter
kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga satuan untuk pekerjaan galian tanah ini telah
mencakup pengangkutan pembuangan yang ditentukan oleh direksi
bilamana tanah tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai bahan
timbunan.

2.2.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Galian Tanah • Tertimpa excavator


Mekanis yang terguling pada
saat menggali
• Tertimpa excavator
yang tergelincir di sisi
saluran
• Kecelakaan
Dumptruck pada saat
pengangkutan,
menabrak pembatas
jalan/orang, ban
pecah dan as roda
patah

2.2. GALIAN TANAH MANUAL


2.2.1. Umum

Penyedia jasa harus melakukan kegiatan pekerjaan galian tanah sesuai


garis dan elevasi yang tertera. Pekerjaan ini harus mencakup
penggalian, penanganan pembuangan atau pengangkutan dan
pembuatan disposal area untuk material buangan pada lokasi yang
ditentukan. Galian tanah dilakukan dengan menggunakan tenaga
manusia (manual).

2.2.2. Cara Pelaksanaan

- Galian tanah/sedimen dilakukan di saluran irigasi. Semua


pekerjaan galian sesuai batas galian serta ukuran yang telah
ditentukan.
- Setiap material yang berlebih untuk kebutuhan timbunan maka
bahan timbunan tersebut harus dibuang oleh penyedia dari lokasi
yang ditentukan oleh Pengguna Jasa.
- Galian tanah biasa (manual) dapat dimulai setelah pemasangan
patok – patok yang disetujui oleh direksi / Pengawas Teknis.
- Apabila pekerjaan galian sudah selesai penyedia jasa harus
memberitahukan kepada direksi untuk pemeriksaan.

2.2.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan galian tanah manual ini


berdasarkan jumlah volume yang dilaksanakan dan sesuai dengan
yang tertera pada gambar atau yang ditentukan.
- Pembayaran pekerjaan galian tanah ini berdasarkan satuan meter
kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

2.2.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Galian Tanah • Terkena sekop/


Manual
cangkul pada saat
menggali
• Mata terkena tanah
• Tertimbun tanah

2.3. TIMBUNAN TANAH KEMBALI


2.3.1. Umum

Yang dimaksud dengan urugan tanah kembali (pekerjaan timbunan


tanah dari hasil galian) adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul
maupun untuk di belakang bangunan dengan mempergunakan bahan
timbunan dari galian tanah mekanis yang dilakukan disaluran,
timbunan tanah dirapikan dan dipadatkan menggunakan excavator atau
manusia sesuai petunjuk dari Direksi.

2.3.2. Cara Pelaksanaan

- Timbunan tanah yang digunakan adalah bahan timbunan dari hasil


galian tanah mekanis sesuai petunjuk Direksi.
- Tanah hasil galian dilakukan penghamparan dan pemadatan
menggunakan excavator atau tenaga manusia dengan peralatan
skop dan alat bantu lainnya.
- Tanah timbunan harus bebas dari potongan -potongan kayu, akar –
akar tanaman serta segala macam kotoran yang mudah lapuk.
- Penimbunan tanah dilaksanakan lapis demi lapis sambil dipadatkan
dengan menggunakan excavator/stamper atau alat pemadat lainnya
dan juga disiram air secara kontinyu sampai padat.

2.3.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan timbunan tanah dari hasil


galian ini berdasarkan jumlah volume yang dilaksanakan dilokasi
pekerjaan dan sesuai dengan yang tertera pada gambar atau yang
ditentukan oleh direksi.
- Pembayaran pekerjaan timbunan tanah dari hasil galian ini
berdasarkan satuan meter kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan untuk pekerjaan
timbunan ini telah mencakup biaya-biaya pengadaan dan
pengangkutan bilamana diperlukan material tanah timbunan dari
luar lokasi pekerjaan, biaya-biaya untuk melakukan pengujian,
biaya-biaya untuk menempatkan bahan-bahan tersebut dalam
lapisan-lapisan, pembasahan atau pengeringan bahan dan
pemadatan bahan serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dianggap
perlu dan berkaitan dengan ini, termasuk semua biaya upah,
bahan-bahan peralatan kerja dan lain-lain.

2.3.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Timbunan tanah • Tertimbun tanah hasil


kembali galian
• Tertimpah alat
pemadat

2.4. PASANGAN BATU 1 : 4


2.7.1. Umum

Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pasang batu kali ini adalah semua
pekerjaan konstruksi yang menggunakan material utamanya batu kali
baru sesuai yang tercantum dalam gambar. Ukuran, ketinggian,
ketebalan (dimensi) perkerjaan pemasangan batu kali ini ditentukan
dalam gambar atau sesuai petunjuk direksi.

2.7.2. Cara Pelaksanaan

- Material

Batu
Material batu harus bersih, keras, padat, tahan lama, (tidak retak
dan rapuh) yang didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.

Semen
Semen yang digunakan mengikuti ketentuan-ketentuan dari PBI
1971- NI.2

Air
Air yang digunakan untuk campuran pasangan batu gunung/kali
tidak boleh mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan
bahan organis untuk itu sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.

Pasir
Pasir yang dipakai harus bersih (tidak berlumpur, tidak
mengandung bahan organis) dan bersifat keras, kekal, (tidak
mudah hancur oleh cuaca), dan kandungan kadar lumpur
maksimal 5%.
- Adukan semen

Adukan semen haruslah semen mortar yang memenuhi


persyaratan dari adukan semen. Adukan semen diklarifikasi
menurut perbandingan campuran antara semen dan pasir, yaitu
satu berbanding empat (1 : 4).

Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk (molen),


campuran dengan tangan hanya boleh dilakukan atas ijin direksi.

2.7.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan pasangan batu kali berdasarkan


jumlah volume terpasang di lokasi pekerjaan dan sesuai dengan
yang tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh direksi.
- Pembayaran pekerjaan pasangan batu ini berdasarkan satuan meter
kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk biaya pengadaan
material, upah buruh, dan peralatan yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan ini.Identifikasi bahaya dan pengendalian
risiko K3

2.7.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Pasangan Batu 1 : 4 • Tertimpa atau teriris batu


• Terhirup debu semen
• Tangan lecet/luka
• Tertimpa concrete mixer
• Mata terkena debu semen

2.5. PLESTERAN 1 : 3
2.8.1. Umum

Pekerjaan ini harus mencakup finishing/topi pasang batu kali atau


sesuai dengan gambar dan petunjuk direksi. Plesteran harus rapi, rata,
lurus dan halus.

2.8.2. Cara Pelaksanaan

- Material
Semen Portland ( PC )
Semen untuk pekerjaan plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan pasang batu kali.

Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras,
kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari
5% atau sama dengan pasir yang dipergunakan pada pekerjaan
pasang batu kali/gunung.

Air
Air yang digunakan untuk plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan pasang batu kali.
- Adukan Semen
Untuk pekerjaan plesteran ini digunakan campuran 1 bagian
semen (PC) : 3 bagian pasir (PP). Untuk semua bagian yang akan
diplester harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air dengan
rata hingga jenuh kemudian di plester dengan tebal plesteran 1,5
sampai 2 cm. Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram
air agar tidak terjadi retak-retak akibat proses pengeringan yang
terlalu cepat. Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin
pengaduk (molen), campuran dengan tangan hanya boleh
dilakukan atas ijin direksi.

2.8.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan plesteran ini berdasarkan


jumlah luasan plesteran yang dilaksanakan di lokasi pekerjaan dan
sesuai yang tertera pada gambar atau yang ditentukan direksi.
- Pembayaran pekerjaan plesteran ini berdasarkan satuan meter
persegi (m2) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk biaya pengadaan
material, upah buruh, dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.

2.8.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Plesteran 1 : 3 • Tertimpa atau teriris batu


• Terhirup debu semen
• Tangan lecet/luka
• Tertimpa concrete mixer

2.6. PEMASANGAN PINTU AIR


2.9.1. Umum

Dimensi dari pintu air yang diperlukan harus ditunjukkan pada


gambar. Untuk pintu sorong, dipakai standar pintu besi, dimensi
dan tipe pintu sorong sebagaimana yang ditunjukkan pada
Gambar Standar Pintu air dari Direktorat Jenderal Pengairan
Dep. PU 1988, ditunjukkan pada “ALBUM GAMBAR-GAMBAR”
Penyedia jasa Utama, yang harus bertanggung jawab atas
pemesanan dan administrasinya. Penyedia jasa dalam
penawarannya agar menyertakan Sub-Kontrak yang akan
membuat pintu berikut spesifikasi teknis dan material sesuai
dengan penawarannya. Dalam lampiran analisa harga pintu
sudah termasuk :
- harga pengadaan dan pembuatan pintu
- harga pengepakan dan pengangkutan dari pabrik sampai ke
lokasi dan harga pemasangan.

Pabrik harus mempunyai peralatan dan kemampuan serta


bersedia membantu Direksi dalam hal pengujian dan
pemeriksaan terhadap bahan/material yang digunakan dan
terhadap hasil akhir pekerjaan.

2.9.2. Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan :

- Persyaratan Bahan
1). Pekerjaan Daun Pintu
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai
dengan SNI 03-6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja).

2). Pekerjaan Pengecetan Pintu

Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka


alur maupun kerangka ambang baik yang tertanam di beton
maupun yang terbuka agar tahan terhadap cuaca.

3). Pekerjaan Alat Angkat


a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur
penggerak yang dioperasikan secara manual/elektrik,
dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk
menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa
baut, Tongkat batang Penghubung, Handel Operasi
Manual, roda gigi, reduksi, Tumpuan/bantalan, maupun
rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI 03- 6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja;
c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan
tekanan air pada beton. Permukaan rangka sponing harus
betul dan rata.

2.9.3. Persyaratan Kerja

- Daun Pintu
1). Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka
utama penyekat dan komponen lain yang diperlukan. Pintu
yang digunakan harus sesuai dengan Gambar dengan
konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
2). Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam
spesifikasi ini maka PenyediamJasa harus membuatnya
dengan persetujuan Direksi;
3). Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal
minimum pelat pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk
ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;

- Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar
pintu, kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua
komponen lain yang diperlukan pada pemasangan rangka
pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika
konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci disini,
maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan.

- Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari
puntir dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah
pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat
meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau pasangan
batu kali tanpa terjadi pelenturan.

- Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3
(tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin dan
diperkeras untuk memberikan perlindungan terhadap keausan.

- Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus
mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu
menahan beban pengangkat.

- Stang
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan
secara manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada
rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu. Stang harus terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu :
tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan
komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien.
Stang harus direncanakan agar mampu menahan beban yang
terjadi. Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak
diterangkan disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

- Peralatan Mekanis
▪ Tumpuan/Bantalan
▪ Roda Gigi Reduksi
▪ Kloping
▪ Ulir Pegangkatan
▪ Tongkat Penghubung
▪ Handle Operasi manual

2.9.4. Cara Pelaksanaan

- Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada
beban dan tegangan rencana, yang meliputi :
1). Beban Rencana
Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai
berikut :
a) Beban air
b) Beban – beban lain
c) Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban
yang akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau
menurunkan pintu.

2). Rangka Pintu


Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada
tumpuan, beban karet sekat dan semua beban lain yang
diakibatkan pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka
pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat
pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.
3). Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan,
menurunkan dan memegang pintu pada setiap posisi di
antara keadaan pintu tertutup dan pintu terbuka penuh.
Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar.
Kapasitas rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus
mampu menaikkan atau menurunkan pintu pada
kombinasi yang paling membahayakan.

- Perakitan dan Pengujian Bengkel


- Pintu dan Rangka Pintu

Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat
perakitan, pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran
dan ketepatan posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang
ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus tepat
pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok
atas dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa
kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan
ukuran pintu harus diperiksa dan setiap. kesalahan dan ketidak
tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang
harus sesuai dan dihindari selama perakitan dan pengangkutan.

- Stang

Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa


kehalusan permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk
menjamin bahwa semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi
dan tidak ada kesalahan yang terjadi pada setiap gerakan
peralatannya. Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua
pelumas dengan gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap
cacat atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki
dan pengujian diulang kembali.

- Perakitan dan Pengujian Lapangan


- Rangka Pintu

- Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti


gambar yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan
toleransi yang diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus
dipasang pada rangka pintu dengan posisi yang tepat.

- Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada
saat beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika
diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi
dengan penjepit tambahan.
4). Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang
disetujui. Pintu– pintu harus dirakit dan dipasang sesuai
dengan toleransi yang diizinkan.
5). Pengangkat
- Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing,
alur dan lubang oli harus dibersihkan dan dilumasi
dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah
dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap
pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus
dipasang sesui dengan gambar yang disetujui.
Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga
sesuai dengan alat pengangkat pintu.
- Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum
dihubungkan dengan pintu, pengangkat harus
dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan
tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu
dan stang, kemudian ditest dan distel sehingga dapat
dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama
pengujian harus diperbaiki dan prosedur pengujian
diulang kembali.
6). Pengecetan
- Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai
dengan petunjuk pengecatan dari pabrik;
- Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum
pengecatan;
- Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai
dengan cara dan peralatan yang disarankan dari pabrik;
- Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian
tidak kurang dari 1 (satu) tahun dalam keadaan segala
cuaca di lokasi pekerjaan;

2.9.5. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan pemasangan pintu air ini


berdasarkan jumlah pemasangan pintu yang dilaksanakan di
lokasi pekerjaan dan sesuai yang tertera pada gambar atau yang
ditentukan direksi.
- Pembayaran pekerjaan pemasangan pintu air ini berdasarkan
satuan buah (bh) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk biaya
pengadaan material, upah buruh, dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

2.9.6. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Pemasangan pintu • Tertimpa Material Pintu


air
• Terpleset
• Terjatuh
• Terkena Besi
• Terjepit Pintu
2.7. PERBAIKAN PINTU AIR
2.10.1. Umum

Penggantian komponen pintu air stang tunggal dan stang double


berupa penggantian daun pintu, frame, stang ulir, gear box,
bronze, pengecetan dan pelumasan.

2.10.2. Cara Pelaksanaan

- Perbaikan komponen pintu air harus dilakukan dengan hati-


hati sehingga pada saat pembongkaran komponen yang rusak
tidak mempengaruhi komponen yang lainnya.

2.10.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan perbaikan pintu air ini


berdasarkan jumlah pemasangan pintu yang dilaksanakan di
lokasi pekerjaan dan sesuai yang tertera pada gambar atau yang
ditentukan direksi.
- Pembayaran pekerjaan pemasangan pintu air ini berdasarkan
satuan buah (bh) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk biaya
pengadaan material, upah buruh, dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

2.10.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Perbaikan pintu air • Tertimpa Material Pintu


• Terpleset
• Terjatuh
• Terkena Besi
• Terjepit Pintu

2.8. BETON MUTU


2.9.1. Umum

Yang dimaksud dalam pekerjaan beton ini ialah semua pekerjaan yang
terbuat dari konstruksi beton mencakup persiapan sampai
penyelesaian, dimana ukuran¬ ukuran dimensi dan volume
dicantumkan pada gambar rencana atau menurut petunjuk
direksi.Semua mutu beton harus disesuaikan dengan persyaratan
"Peraturan Beton Bertulang Indonesia" PBI 1971 N.I.-2. Kelas dari
beton yan akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
haruslah seperti yang ditentukan dalam gambar atau oleh direksi.

2.9.2. Cara Pelaksanaan

a. Material
- Semen
Semen yang digunakan untuk konstruksi beton bertulang atau
tanpa tulang pada umumnya dari jenis semen Portland yang
memenuhi ketentuan dalam NI-8.
Penyedia Jasa harus mempergunakan semen Portland hanya
dalam satu merek. Semen harus dijaga terhadap pengaruh hujan
dan kelembaban serta pengaruh-pengaruh lain yang dapat
menjadikan rusak sebelum di pergunakan.
Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan harus diproduksi
oleh pabrik yang disetujui oleh direksi secara tertulis. Semen
tersebut harus semen Portland biasa sesuai dengan ketentuan dan
harus kering serta tidak ada yang menggumpal dan mengeras.
Semen harus dikemas dalam kantong. Kantong semen harus
cukup kuat untuk menerima perlakuan kasar dalam
pengangkutan oleh tenaga manusia. Nama dan cap pabrik, tipe
semen, tahun dan bulan pembuatan, serta berat bersih harus
tertera dengan jelas pada setap kantong.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran beton tidak boleh
mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis
atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton, baja tulangan
atau jaringan kawat baja untuk itu sebaiknya dipakai air bersih
yang dapat diminum.
- Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang digunakan adalah pasir dengan butir-butir
tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-bahan
organis.
Ukuran pasir harus sesuai dengan pengujian sebagai berikut:
a) Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat
b) Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
c) Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80%
dan 90% berat
d) Kadar lumpur maksimum 5 %
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari Lembaga
Pemeriksaan Bahan-Bahan yang diakui.
- Agregat Kasar (Batu Pecah/Kerikil)
Agregat kasar yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah
berupa kerikil atau batu pecah dari butir-butir keras, runcing
tidak berpori, bersih dan tidak mengandung zat-zat aktif yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
a. Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus minimum 0% berat.
b.Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 90% berat dan 98%
berat.
c. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
d.Kadar lumpur maksimum 1 % berat.
- Bahan Pembantu
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu
pengikatan, dan pengerasan, atau maksud-maksud lain dapat
dipakai bahan-bahan pembantu, jenis dan jumlah bahan
pembantu yang dipakai harus atas persetujuan direksi.
Manfaat dari bahan-bahan pembantu harus dapat dibuktikan
dengan hasil-hasil percobaan dengan ketentuan bahwa tidak
boleh menyebabkan kekuatan tekanan beton tidak lebih dari 5%.
Di dalam pemakaiannya untuk bahan-bahan pembantu ini harus
diadakan pengawasan yang cermat untuk menjamin bahwa
jumlah pemakaian bahan tambahan tersebut selalu tepat dengan
yang diijinkan.
- Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton
muda yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang
disyaratkan dan sebelum beton mendapat bentuknya yang
permanen.
- Bekisting
Bekisting Beton adalah konstruksi cetakan terbuat dari kayu
(papan, triplek), baja atau beton precast yang digunakan untuk
membentuk beton muda agar bila telah mengeras mencapai
dimensi dan kedudukan seperti yang telah tercantum dalam
gambar. Acuan beton harus direncanakan sedemikian sehingga
pada waktu pembongkarannya tidak akan menimbulkan
kerusakan pada beton perancah.

b. Pencampuran Beton
- Perbandingan Campuran
Beton harus terdiri dari semen, bahan pengisi (agregat), air dan
bahan tambahan bila diijinkan, diaduk dengan sempurna, untuk
mendapatkan kekuatan yang ditentukan. Beton diklasifikasikan
berdasarkan kekuatan tekan 28 (dua puluh delapan) hari dengan
penggunaan ukuran agregat maksimum seperti terlihat dibawah
ini:
Tipe Kekuatan Ukuran Perbandingan
Campuran tekan yang Agregat air/semen
Beton ditentukan Maksimum maksimum
pada umur (mm) (%)
28 hari
(kg/cm2
)
(K-275) 275 40 (20) 50
A (K-225) 225 40 (20) 50
B (K-175) 175 40 50
C (K- 125) 125 80 55
D (K-100) 100 20 60

Tipe A : Beton bertulang untuk konstruksi atas jembatan, pipa


beton pracetak, tiang pancang beton pracetak
Tipe B : Untuk berbagai bangunan air dan lining saluran
Tipe C : Beton tak bertulang untuk beton dengan volume besar
seperti tubuh bendung, lantai olakan, pilar dan tembok
pangkal jembatan, beton perkuatan saluran dan plat
jembatan.
Tipe D : Beton tak bertulang untuk pondasi dan pengisi.
Slump adukan beton harus serendah mungkin yang akan
menghasilkan pemadatan sempurna dengan peralatan yang
diijinkan untuk pekerjaan tersebut, tetapi dalam beberapa hal
harus terletak diantara nilai-nilai batas seperti terlihat dibawah
ini, setelah beton dituang.

Tipe Tipe Konstruksi Terbesar Batas-batas


Campuran slump (cm)
Tipe A Bagian-bagian beton pracetak 12,5 – 5,0
Tipe A Plat dan Balok beton Jembatan 15 – 7,5
kelas I
Tipe B dan kelas II 12,5 – 5,0
Plat , Dinding, Balok dan pondasi
Tipe B Dinding dan pilar 5,0 – 2,5
Tipe Tipe Konstruksi Terbesar Batas-batas
Campuran slump (cm)
Tipe C Bagian lereng peralihan 7,5 – 5,0
Tipe D Konstruksi besar 7,5 – 5,0
Tipe D Perkerasan pada gorong-gorong, 9,0 – 2,5
dsb
Pondasi

- Pengadukan beton dengan mesin


Bahan-bahan campuran beton harus diaduk dalam alat
pengaduk tidak kurang dari 1-1/2 menit setelah semua bahan
dimasukkan kecuali air. Seluruh air pencampur harus
dituangkan sebelum ¼ waktu pengaduk dilampaui. Waktu
pengadukan untuk alat pencampur yang lebih besar dari 0,75
m3 harus ditambah ¼ menit untuk setiap tambahan 0,5 m3
Alat pencampur tidak boleh dibebani lebih dari kapasitas rata-
ratanya, serta tidak boleh dioperasikan dengan kecepatan yang
lebih tinggi dari kecepatan yang dianjurkan oleh pabriknya.
Mesin pencampur tersebut harus menghasilkan beton yang
seragam sepanjang waktu kerjanya sesuai dengan persetujuaan
direksi.
Semua peralatan pencampur harus dibersihkan sebelum
memulai pencampuran dan harus bebas dari beton yang telah
mengeras. Pisai pelempar yang ada dalam alat pencampur harus
diganti jika telah mencapai tingkat keausan 2 cm atau 10% dari
ukuran tingginya. Semua alat pencampur yang digunakan untuk
beton harus dari tipe mekanis dengan kapasitas yang disetujui
oleh direksi.

c. Pengecoran
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan
pekerjaan persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh
direksi.
- Persiapan
Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan penunjang siap
pakai, material dan pekerja-pekerja harus sudah berada di tempat
pengecoran.
Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan
dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran maupun potongan
kawat besi.
Acuan/Bekisting yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, maka kayu
tersebut harus terlebih dahulu dibasai dengan air hingga jenuh.
- Pelaksanaan Pengecoran
Sebelum pengecoran beton, harus dilakukan persiapan
sedemikian rupa sehingga dalam semua keadaan adukan beton
dapat diangkat dengan lancar dan di tempatkan pada posisi yang
diperlukan tanpa perlu adanya pengangkutan lebih lanjut serta
tidak terjadi pemisahan bahan-bahan.
Beton tidak boleh diangkut dengan talang miring atau dijatuhkan
dari tempat pengadukan atau dengan cara lain dengan ketinggian
lebih dari 1.5 m kecuali dengan persetujuan direksi yang dapat
memerintahkan adukan beton dijatuhkan keatas bak penampung
dan harus diaduk lagi dengan tangan sebelum dituang/dicor.
Tinggi pengangkutan harus lebih kecil dari 1,5 m , kecuali ada
ketentuan lain atas ijin direksi.
Tempat dimana beton akan dituang harus dijaga agar bebas dari
genangan air selama pelaksanaan pengecoran, kecuali ada
persetujuan lain dari direksi. Aliran air yang melintas atau masuk
ketempat pekerjaan tersebut harus diamankan sebelum proses
pengecoran beton dimulai. Jika pengecoran dalam air tidak dapat
dihindari dan jika telah mendapat persetujuan khusus oleh
direksi, adukan beton harus dituangkan melalui pipa. Ketentuan
khusus tentang bagian-bagian campuran dan tata cara
pengecoran dapat ditentukan oleh direksi dan penyedia jasa tidak
berhak atas kompensasi biaya yang di akibatkannya.
Sebelum melanjutkan pengecoran beton pada pekerjaan yang
dilaksanakan terdahulu, yang kemudian di istirahatkan atau
dihentikan, permukaan dan ujungnya harus dikasarkan dengan
sempurna dengan menggunakan pahat yang tajam sedemikian
rupa sehingga tidak ada lagi lapisan kulit yang lunak.
Permukaan yang dikasarkan tersebut harus dibersihkan dengan
sempurna dengan penyemprotan angin dan air atau cara-cara
lain yang yang disetujui, disikat dan disiram sesaat sebelum proses
pengecoran lapisan beton berikutnya dilaksanakan. Biaya untuk
semua pengkasaran permukaan tersebut harus dianggap telah
termasuk dalam harga-harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.
Beton untuk pekerjaan beton bertulang harus dicor dalam jumlah
sedikit-sedikit, dalam keadaan dapat dibentuk dengan
perbandingan air semen sedemikian rupa untuk mencapai
kekuatan yang ditentukan.
Pengecoran beton dalam bagian-bagian tersendiri harus
dilaksanakan terus menerus tanpa berhenti sampai batas
sambungan yang disetujui sebelumnya, atau sampai bagian
tersebut selesai dan harus diselesaikan dengan cara sedemikian
rupa sehingga bagian-bagian sambungan harus monolit, kecuali
ada ketentuan lain.
Beton bervolume besar harus dilaksanakan dalam bagian-bagian
yang terlebih dahulu dianjurkan atau disetujui oleh direksi dan
harus dikerjakan secara terus menerus tanpa berhenti sampai
selesai dalam setiap bagiannya dan tidak diijinkan untuk
istirahat selama pekerjaan berjalan. Apabila diperlukan bekerja
diluar batas jam kerja biasa untuk terpenuhinya kondisi tersebut
di atas, penyedia jasa harus sudah memperhitungkannya dalam
harga-harga satuan beton didalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Dalam pelaksanaan pengecoran penyedia jasa harus menyiapkan
acuan kubus beton dan membuat benda uji kubus beton sesuai
jumlah yang dianjurkan dan disetujui direksi. Segala biaya
penyiapan dan pengujian benda uji kubus tersebut menjadi
tanggung jawab penyedia jasa.
- Pengerjaan Beton Tidak Diijinkan Dalam Cuaca Tidak
Memungkinkan.
Pengerjaan beton tidak diijinkan selama ada badai atau hujan
lebat. Semua bahan beton dan perlengkapan instalasinya harus
dilindungi dengan baik terhadap akibat terjadinya badai atau
angin kencang.
- Campuran Yang Sudah Mengeras Tidak Boleh Digunakan
Dalam kejadian apapun campuran yang sudah mengeras tidak
boleh digunakan.
Direksi berhak menolak beton dalam beberapa kejadian sebagai
berikut :
• Jika pelaksanaan pengadukan tidak dapat dimulai dalam
30 menit setelah semen dituangkan kedalam agregat.
• Jika lebih dari 30 menit telah dilampaui antara adukan yang
telah masak dikeluarkan dari alat pengaduk dengan
pengecorannya tanpa pengaduk lagi.
• Jika telah dilampaui dari dari 1,5 jam antara penuangan
semen pada agregat dan pelaksanaan pengecoran beton.
• Jika slump dari beton telah menyusut lebih dari 2,5 cm atau
cukup besar menurut anggapan direksi, selama jangka waktu
mulai matangnya beton sampai pengecoran beton.

d. Pemadatan
Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat pemadat.
Ketelitian dalam hal pemadatan perlu diperhatikan agar supaya
sudut-sudut dan sela antara terisi dan disekeliling terpenuhi. Semua
rongga-rongga/gelembung udara tidak boleh terjadi pada
pemadatan.
Harus diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan ( Segregation )

e. Permukaan Beton Jadi (Finishing)


Semua permukaan jadi dari pekerjaan beton (finishing) harus rata,
lurus, tidak nampak bagian-bagian yang keropos, meledut, atau
bagian-bagian yang membekas pada permukaan.

f. Perawatan
Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan
panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang
disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton telah menjadi
keras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab,
dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah atau
menggenangi air sampai selama paling sedikit 2 minggu.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu. Tidak diperkenankan untuk
mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat
timbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut
bahan- bahan yang berat. Permukaan lantai beton yang selesai
sesudah beton mulai mengeras harus segera ditutup dengan
karung-karung basah agar beton tetap lembab dan mengeras
dengan sempurna.
Catatan : beton yang menggunakan semen biasa dan tidak memakai
bahan pembantu pembasahan dilakukan selama minimum 7 hari.
Beban hanya dapat diizinkan melewatinya setelah beton berumur
30 hari atau sampai waktu yang ditentukan direksi.

g. Pembongkaran Bekisting dan Perancah


Bekisting dan perancah tidak diperbolehkan untuk dibuka kecuali
atas petunjuk direksi. Dalam memberikan persetujuannya, direksi
akan memperhitungkan kekuatan konstruksi untuk menahan berat
sendiri dan beban-beban selama pelaksanaan sedemikian sehingga
tegangan beton dapat ditampung seluruhnya berdasarkan kekuatan
kubus test pada umur yang sama dengan masa mulai selesainya
pengecoran sampai pembongkaran acuan.
Pada umumnya dapat dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
2.9.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran pembayaran pekerjaan beton berdasarkan jumlah


volume pekerjaan beton yang dilaksanakan dilokasi pekerjaan
dan sesuai dengan yang tertera pada gambar atau yang
ditentukan oleh direksi.
- Pembayaran pekerjaan beton ini berdasarkan pada satuan
meter kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini
termasuk biaya pengadaan material, upah buruh, dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

2.9.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Beton Mutu • Tertimpa atau teriris besi


beton
• Terhirup debu semen
• Tangan lecet/luka
• Tertimpa concrete mixer

2.9. PEMBESIAN
2.10.1. Umum
Baja tulang harus terdiri dari besi beton bulat berulir atau besi beton
bulat sesuai ketentuan-ketentuan berikut ini :
Besi beton bulat Besi beton bulat
berulir
D - 24
U - 32

- Kekuatan tarik,kg/mm2 49 – 63 29 – 53
- Titik leleh, kg/mm2 30 atau lebih 24 atau lebih
- Penambahan panjang, % 14 atau lebih 20 atau lebih

Potongan melintang dari setiap batang tulangan yang akan digunakan


harus mempunyai bentuk yang tetap dengan diameter yang sama pada
setiap titik sepanjang batang tersebut.
Diameter rata-rata tulangan-tulangan yang dipilih dari contoh setiap
kiriman dengan ukuran yang sama dari setiap tulangan beton yang
dikirimkan ke lokasi pekerjaan, tidak boleh lebih atau lebih kecil dari 2
(dua) persen dari diameter yang ditentukan. Tulangan-tulangan harus
bebas dari sisik, minyak,karat, kotoran dan kerusakan-kerusakan
struktur.
Jika diperlukan oleh direksi, penyedia jasa harus menyampaikan 3 (tiga)
copy keterangan teknis (mill-sheet) tentang baja-baja tulangan yang
dikeluarkan oleh pabriknya untuk mendapat persetujuan dari direksi
sebelumnya. Setiap pengiriman dan pemeriksaan harus dilakukan oleh
direksi berdasarkan spesifikasi dan keterangan teknis (mill-sheet) di atas.

2.10.2. Cara Pelaksanaan

a. Penempatan Tulangan Beton


Semua tulangan beton harus dibersihakan sebelum pemasangan dari sisik
yang lepas, karat yang lepas, minyak, gemuk, kotoran dan bahan-bahan
asing lainnya. Tulangan harus dipasang dan dikuatkan dalam posisi yang
pasti/tepat sesuai yang ditunjuk dalam gambar dan tidak berubah pada
posisinya didalam cetakan tanpa pengeseran selama proses penggetaran,
pengisian dan penumbukan beton ditempatkan. Semua ujung yang bebas
dari tulangan bulat yang licin harus dibuat kait, Sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar atau menurut direksi.
Penyedia jasa harus menyediakan semua ganjal pengatur jarak (beton
tahu) yang diperlukan atas biayanya sendiri untuk memelihara tulangan
beton dalam posisi yang tepat. Setiap pengikat, sambungan atau
sambungan sengkang tulangan harus kencang sehingga tulangan-
tulangan benar-benar kokoh. Sebelah dalam bagian-bagian yang
melengkung harus bersentuhan langsung dengan tulangan- tulangan
disekitar mana akan tercapai kekuatan yang baik, tulangan- tulangan
harus diikat dengan menggunakan kawat baja hitam yang harus
mendapat persetujuan dari direksi, dan pengikat harus dililit dengan
kuat-kuat dengan tang. Ujung kawat ikat harus dilipat ke dalam.
Pengelasan besi tulangan tidak diperbolehkan kecuali ditentukan lain
terutama disetujui direksi. Jika tulangan beton telah dipasang dan telah
siap untuk untuk dilakukan pengecoran, maka harus diperiksa dulu oleh
direksi dan tidak boleh dilakukan pengecoran sampai tulangan beton
telah disetujui. Penyedia jasa harus melaporkan kepada direksi selambat-
lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum, tentang maksudnya untuk
meminta dilakukan pemeriksaan atas penulangan yang telah disiapkan.

b. Penyiapan Gambar Tulangan beton


Penyedia jasa atas biayanya sendiri harus menyiapkan semua gambar
detail tulangan beton berdasarkan gambar-gambar yang diberikan oleh
direksi sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Gambar-
gambar tulangan beton ini harus meliputi gambar penempatan tulangan,
gambar pembengkokan tulangan, daftar besi dan gambar-gambar
penulangan lainnya yang mungkin dipelukan untuk memudahkan
pembuatan dan pemasangan besi tulangan. Semua gambar penulangan
harus diajukan kepada direksi untuk mendapat persetujuan. Persetujuan
direksi tersebut tidak membebaskan penyedia jasa dari tanggung jawab
atas kebenaran detail atau untuk penyesuaian dengan keperluan menurut
persyaratan.

c. Sambungan Tulangan Beton


Jika diangap perlu untuk menyambung batangan tulangan pada titik- titik
lain dari pada yang diperlihatkan dalam gambar, posisi dan metode
penyambungan harus ditetapkan berdasarkan perhitungan kekuatan dan
disetujui oleh direksi.
Dalam hal ini sambungan lewatan, panjang lewatan harus memenuhi
ketentuan gambar atau tabel dibawah ini :
-Diameter Tulangan (mm) 10 1 1 19 22 25 28 32
2 6
-Panjang minimum
sambungan 43 43 45 65 84 109 13 177
6
lewatan (cm)

Batangan tulangan harus diikat pada beberapa tempat diatas sambungan


lewatan dengan menggunakan kawat besi pengikat dengan diameter lebih
dari 0,9 milimeter atau pengikat yang cocok. Untuk sambungan lewatan,
diperlukan kait pada batang tulangan licin dan kait tidak diperlukan pada
tulangan berulir.

d. Selimut Beton
selimut beton diukur dari sisi luar batang tulangan harus sesuai dengan
gambar atau daftar dibawah ini :
Jenis pekerjaan Selimut Beton
Minimum(cm)
1. Balok……………………………………………… 2,5
2. Pelat………………………………………………. 1,5
3. Dinding…………………………………………... 2,5
4. Kolom……………………………………………. 3,0
5. Bangunan yang masuk dalam tanah atau nampak
dan terpengaruh cuaca atau kena
gerusan…………………………………………….. 5,0

Selimut beton dalam semua hal, paling tidak harus sama dengan diameter
batang tulangan.

2.10.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran

- Pengukuran untuk pembayaran atas pengadaan dan pemasangan


tulangan beton harus dibuat sesuai dengan rencana batang tulangan yang
terpasang didalam beton menurut gambar atau sesuai dengan petunjuk
direksi. Satuan berat batang tulangan harus seperti berikut, kecuali ada
ketentuan lain.

Tulangan Bulat Yang Licin


Diameter (mm) 10 12 16 19 22 25 28 32

Satuan Berat (kg/m) 0,617 0,888 1,58 ,2,23 2,98 3,85 4,83 6,31

Tulangan Bulat Yang


Berulir
Ukuran Nominal D10 D12 D16 D19 D22 D25 D28
(diameter dalam mm) D32
Satuan Berat (kg/m) 0,56 0,995 1,56 2,25 3,04 ,3,98 5,04 6,23

Penjepit, pengikat atau bahan-bahan lainnya yang digunakan untuk


mengatur dan mengikat batang-batang tulangan ditempatnya tidak akan
diukur untuk pembayaran. Batang-batang tulangan lewatan yang yang
dinyatakan pada gambar atau dianggap perlu oleh direksi harus
dimasukkan dalam pengukuran untuk pembayaran.
- Pembayaran untuk pekerjaan pemasangan tulangan beton berdasarkan
pada satuan kilogram (kg) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Harga satuan tersebut harus meliputi biaya-biaya upah kerja,
bahan-bahan, instalasi kerja dan lain-lain termasuk biaya pengadaan
tulangan beton, pengadaan dan pengerjaan penjepit, pengikat dan
penyangga besi, jika dianggap perlu, dan pengiriman, pemuatan,
pengangkutan, penyimpanan, pemotongan, pengikatan, pembersihan,
pemasangan dan pengamanan serta pemeliharaan dalam posisinya semua
tulangan beton sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
dengan petunjuk direksi dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dianggap
perlu dan ada hubungannya.

2.10.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Pembesian • Tertusuk Kawat


• Terkena Besi

2.10. CERUCUK KAYU DOLKEN Æ 10 CM


2.1.1. Umum
Penyedia jasa mempersiapkan Cerucuk kayu dolken yang merupakan
salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan didaerah dengan
kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah
lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup
tingggi.
Jenis dan ukuran cerucuk katu dolken harus sesuai spesifikasi dan
persetujuan direksi.

2.1.2. Cara Pelaksanaan

Untuk pelaksanaan pemancangan kayu cerucuk dapat dilakukan secara


manual (tenaga manusia) dan dapat juga dilakukan dengan mekanik
atau alat mesin yang sering disebut mesin pancang (back hoe). Pada
prinsipnya kedua cara tersebut adalah melakukan pemberian tekanan ke
kepala kayu pancang sehingga kayu akan tergeser secara vertikal
kedalam tanah yang ditumbukkan.

Secara umum, untuk pondasi cerucuk kayu yang dipergunakan harus


mengikuti persyaratan teknis yaitu :
1. Kayu harus mempunyai diameter yang seragam yaitu antara 8 – 15
cm, dimana pada ujung terkecil tidak boleh kurang dari 8 cm dan
pada ujung terbesar tidak melebihi 15 cm
2. Kayu harus dalam bentang yang lurus untuk kemudahan
penancapan dan juga daya dukung yang makin besar.
3. Jenis kayu harus merupakan kayu yang tidak busuk jika terendam
air, kayu tidak dalam kondisi busuk dan tidak dalam keadaan
mudah patah jika ada pembebanan.

2.1.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran pembayaran cerucuk kayu dolkenini berdasarkan
jumlah luasan yang dilaksanakan di lokasi pekerjaan dan sesuai
yang tertera pada gambar atau yang ditentukandireksi.
b. Pembayaran pekerjaan cerucuk kayu dolken ini berdasarkan
satuan meter persegi (m2) sesuai yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk
biaya pengadaan material, upah buruh, dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

2.1.4. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

PENGENDALIAN RISIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA K3
.
1. Cerucuk kayu dolken • Tertimpa • Memakai APD
material (sarung tangan,
kayu wearpack, helm,
• Tertimbun sepatu
• Terjatuh keselamatan)
kelubang
• Tangan
lecet/luka

2.11. PEMBUATAN ATAP / PELINDUNG PINTU


2.1.5. Umum
Pembuatan atap / pelindung pintu merupakan salah satu bangunan
pelengkap yang berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam
mengeksploitasi data informasi dari pintu air dan pemeliharaan
bangunan.

2.1.6. Cara Pelaksanaan


a. Bahan Atap menggunakan seng gelombang.
b. Atap harus dipasang dipilih yang tidak cacat / pecah, ukuran dan
warna seragam dan presisi yang baik.
c. Dalam pemasangan, alur atap harus lurus dari lapisan yang
terbawah. Ujung lapisan pertama harus rata dan sejajar dengan
garis listplank, jarak ujung atap ke ujung listplank max. 10 cm.
d. Barisan atap dan bubungan pada bagian-bagian / daerah yang
kemungkinan terhempas angin isap, dipasang sesuai dengan
dimensinya.
e. Pemotongan atap seng pada pertemuan hubungan harus
menggunakan alat pemotong yang baik.
f. Penyedia Jasa harus terlebih dahulu menunjukan contoh-contoh
atap dan hubungan yang akan dipakai, untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi.
g. Pemasangan atap dilaksanakan setelah jarak ujung pertama atap
dari lisplank ditentukan bersama-sama dengan Direksi.
h. Setelah itu pemasangan dilakukan sedemikian rupa secara
bertahap, sehingga menghasilkan pasangan atap yang kuat dan
rapi.
2.1.7. Cara Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran pembayaran pekerjaan pasangan atap penutup
berdasarkan jumlah yang dilaksanakan dilokasi pekerjaaan dan
sesuai dengan yang tertera pada gambar atau yang ditentukan
oleh direksi.
b. Pembayaran pekerjaan atap penutup ini berdasarkan pada satuan
jumlah sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan untuk pekerjaan bongkaran sudah termasuk, upah
tenaga, bahan, dan peralatan.
2.1.8. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN RISIKO


K3
1. Pekerjaan Penutup • Tertimpa • Memakai APD
Atap alatkerja (sarung tangan,
• Tangan wearpack, helm,
lecet/luka
sepatukeselamatan)

2.12. PEMBUATAN PATOK HEKTOMETERDAN PATOK KILOMETER


2.1.9. Umum
Pekerjaan ini merupakan suatu informasi/data pada titik lokasi
pekerjaan berupa lebar area pekerjaan maupun panjang area pekerjaan
yang akan dikerjakan.

Apabila terdapat ketidak jelasan informasi pada gambar rencana yang


menimbulkan keraguan interpretasi, maka pengawas lapangan harus
menghubungi perencananya untuk mendapatkan kejelasan.Kontraktor
bertanggung jawab dalam penentuan dan pematokan secara
keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa
kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta menyiapkan titik-
titik kontrol yang dipasang.
2.1.10. Cara Pelaksanaan
a. Titik Kontrol Survey :
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup
seluruh daerah proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat
didalam pekerjaan konstruksi.Jarak antara titik-titik kontrol
dianjurkan kira-kira 50 meter.Titik-titik kontrol survei sebaiknya
berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi bebas dari area kegiatan,
dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran
posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari
peralatan.Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus selalu
dicek secara teratur.

b. Pematokan Bersama:
Semua survei di lapangan selama pematokan bersama dan selama
konstruksi akan dilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk
konsultan. Hasil survei tersebut akan dikaitkan dengan gambar-
gambar konstruksi, kondisi yang ada dan beberapa ketidaksesuaian
antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada akan
dipergunakan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila
ada).
2.1.11. Cara Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran pembayaran pekerjaan patok ini berdasarkan jumlah
luasan yang dilaksanakan di lokasi pekerjaan dan sesuai yang
tertera pada gambar atau yang ditentukandireksi.
b. Pembayaran pekerjaan patok ini berdasarkan satuan meter persegi
(m2) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk biaya pengadaan
material, upah buruh, dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.
2.1.12. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

PENGENDALIAN RISIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA K3
.
1. Patok • Terjatuh • Memakai APD
• Terpleset (sarung tangan,
• Tangan wearpack, helm,
lecet/luka sepatu
keselamatan)
B. SPESIFIKASI UMUM

KETENTUAN UMUM
1. Umum
Lokasi Pekerjaan terletak pada :
Kabupaten : Wajo
Provinsi : Sulawesi Selatan

Ruang Lingkup Pekerjaan :


a. Pekerjaan Persiapan :
b. Rencana Keselamatan Kerja
c. Pekerjaan Utama

2. Ketentuan Umum
Pekerjaan harus dilaksanakan menurut peraturan dan syarat-syarat serta
gambar bestek. Segala perubahan hanya dianggap sah dan dibenarkan
apabila mendapat persetujuan Direksi secara tertulis.
Segala perintah dan petunjuk dari Direksi harus ditaati dan dilaksanakan
dengan baik demi sempurnanya pekerjaan.
Pada akhir pelaksanaan dan setelah berakhirnya masa pemeliharaan,
pekerjaan harus diserahkan kepada Panitia/Pejabat penerima hasil
pekerjaan dalam keadaan baik dan memuaskan, yang disertai Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan.

3. Fasilitas Pelaksanaan
Semua fasilitas pelaksanaan (temporary works) harus disimpan, dilakukan,
dioperasikan dan dipelihara oleh Penyedia Jasa, kecuali yang sudah diatur
dalam kontrak.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan memelihara semua jalan,
jembatan, saluran, tanggul dan lain-lain yang digunakan pada waktu
pelaksanaan pekerjaan. Sebelum mengangkut, membawa dan
memindahkan peralatan berat, Penyedia jasa harus menginspeksi batas-
batas beban yang diizinkan pada jalan-jalan yang akan dilewati. Oleh
karena itu Penyedia Jasa harus membicarakan dengan Direksi atau yang
berwenang sebelum memulai pekerjaan.
Penyedia jasa harus memelihara/melindungi sarana lingkungan dan lain-
lain pada waktu dan akibat dari pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut
Direksi, Penyedia jasa beroperasi di luar areal lokasi Pekerjaan dan
mengakibatkan kerusakan alam/lingkungan, maka Direksi berhak untuk
meminta kepada Penyedia jasa untuk melakukan perbaikan atas beban
Penyedia Jasa. Untuk melakukan pemeliharaan, perbaikan dan modifikasi
yang dilakukan Penyedia Jasa terhadap hal-hal tersebut di atas adalah
menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.Penyedia Jasa harus menjaga setiap
kemungkinan bahaya yang akan timbul. Oleh karena itu Penyedia Jasa
harus dapat mengatur peralatan pelaksanaan maupun bahan di lokasi
dengan sebaik-baiknya terhadap pengangkutan, penempatan material dan
pengisian bahan bakar untuk peralatan dan kendaraan yang dipergunakan
untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran.

Semua material, peralatan untuk keperluan pelaksanaan disiapkan oleh


Penyedia Jasa setiap saat dan Penyedia Jasa harus menyiapkan fasilitas
pengecekan tanpa meminta tambahan biaya untuk keperluan tersebut.

4. Peralatan
Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua peralatan kerja dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan.
Disamping peralatan kerja utama, Penyedia Jasa harus menyediakan
peralatan kerja bantu yang cocok dan lazim digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini serta jumlah yang cukup.
Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan penerangan pada malam hari sehingga seluruh lokasi kerja
dapat dikontrol pada malam hari.

5. Foto Dokumentasi
Penyedia Jasa harus membuat foto-foto dokumentasi dalam tahapan
pekerjaan sebagai berikut :
* Sebelum pekerjaan dimulai (0 %)
* Pekerjaan mencapai 50 %
* Pekerjaan selesai seluruhnya (100 %)
Tata cara pengambilan foto dokumentasi diambil dalam arah dan tempat
yang sama setiap tahapan dengan latar belakang objek permanen yang
sama pula sehingga dapat menggambarkan kemajuan secara kronologis
dan jelas. Foto-foto yang baik khususnya yang dapat menunjukkan tahapan
pekerjaan 0 %, 50 % dan 100 %, yang dianggap penting disusun dalam
album dan diserahkan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap beserta
negatif filmnya, dan selanjutnya menjadi dokumen proyek.

6. Gambar dan Ketentuan Ukuran


a. Gambar-Gambar Pekerjaan Tetap
1. Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh Penyedia Jasa haruslah
gambar- gambar yang telah ditanda-tangani oleh Direksi, dan apabila
ada perubahan harus di serahkan kepada Direksi untuk mendapat
persetujuan sebelum
program pelaksanaan dimulai.
2. Gambar-gambar Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus menggunakan Gambar kontrak sebagai dasar
untuk mempersiapkan Gambar pelaksanaan. Gambar itu dibuat lebih
detail untuk pekerjaan tetap dan dimana mungkin dapat
memperlihatkan penampang melintang dan memanjang dari beton,
pasangan batu, pengaturan batang pembesian termasuk rencana
pembengkokan, pemotongan dan daftar besi beton, tipe bahan yang
digunakan, mutu, tempat dan ukuran yang tepat.

3. Gambar-gambar Bengkel / Gedung


Gambar-gambar bengkel atau gedung disiapkan olek Penyedia Jasa
untuk keperluan penyimpanan peralatan dan bahan-bahan milik
Penyedia Jasa.

4. Penyedia Jasa harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar


lengkap di lapangan

Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum ada persetujuan Direksi


adalah menjadi resiko Penyedia Jasa. Persetujuan Direksi terhadap
gambar-gambar tersebut tidak akan meringankan tanggung jawab
Penyedia Jasa atas kebenaran gambar tersebut.

b. Gambar-gambar Pekerjaan Sementara


1. Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Penyedia Jasa harus terperinci, dan
diserahkan kepada Direksi sebelum tanggal pelaksanaan pekerjaan
atau dalam waktu yang telah ditentukan dalam Kontrak.
Gambar-gambar harus menunjukkan detail dari pekerjaan sementara
seperti cofferdam, tanggul sementara, pengalihan aliran dan
sebagainya.
Gambar perencanaan yang diusulkan Penyedia Jasa yang dipakai
dalam pelaksanaan konstruksi (sah) juga harus diserahkan kepada
Direksi sebanyak 2 (dua) rangkap.

2. Gambar-gambar untuk Pekerjaan Sementara yang diusulkan


Penyedia Jasa hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang
berkaitan dengan pekerjaan tetap secara lebih mendetail dan
diserahkan kepada Direksi untuk mengubah dan mendapat
persetujuan sebelum tanggal dimulainya pelaksanaan.

c. Gambar-gambar Purnalaksana (as built darwing)


Penyedia jasa harus menyerahkan gambar yang dilaksanakan paling
akhir untuk tiap-tiap pekerjaan yang telah dilaksanakan.

Gambar purnalaksana diserahkan pada setiap penarikan termin


Selama masa pelaksanaan, Penyedia Jasa harus memelihara satu set
gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan.
Pada gambar yang memperlihatkan perubahan yang sudah diberikan
sesuai dengan kontrak, sejauh gambar tersebut sudah dilaksanakan
dengan benar kemudian dicap "sudah dilaksanakan".
Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan
dilapangan oleh Direksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan
apabila diketemukan hal-hal yang tidak memuaskan dan tidak
dilaksanakan, paling lambat harus diperiksa kembali selama 6(enam)
hari kerja.
Penyedia Jasa harus menyerahkan gambar-gambar revisi yang telah
disetujui direksi dalam rangkap 3 (tiga), masing-masing :
* 1 (satu) set untuk Kontraktor
* 1 (satu) set untuk Direksi Lapangan
* 1 (satu) set untuk Pengguna Jasa

7. Pengamanan
Penyedia Jasa berkewajiban menjaga keamanan dan tata tertib ditempat
pekerjaan.
Penyedia Jasa berkewajiban mengambil tindakan yang perlu demi
keamanan pekerjaan. Tempat pekerjaan harus senantiasa bersih dan
teratur rapih.
Penyedia Jasa wajib menolak orang-orang yang dinilai Direksi
mengganggu jalannya pekerjaan. Bila perlu Direksi minta bantuan
penguasa setempat dan penyedia jasa tidak berhak menuntut ganti rugi
karenanya.

8. Keselamatan Kerja
Penyedia Jasa diwajibkan memberi jaminan kesehatan dan keamanan serta
keselamatan bagi para karyawan dan pekerja-pekerja, antara lain dengan
menyediakan kotak PPPK lengkap dengan obat kebutuhan sebagai alat
penolong jika terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan. Biaya perawatan
menjadi beban Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa berkewajiban membayar Asuransi Tenaga Kerja sesuai
peraturan yang berlaku.

Penyedia Jasa berkewajiban mematuhi semua peraturan-peraturan dan


ketentuan-ketentuan dalam undang-undang perburuhan dan sosial yang
berlaku di Indonesia.

9. Program Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus membuat program pelaksanaan sesuai dengan syarat-
syarat kontrak. Program tersebut harus di buat dalam bentuk barchart dan
daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan :
a). Jenis Kegiatan dan volume.
b). Waktu Pelaksanaan.
c). Program dan realisasi kemajuan pekerjaan.
d). Jumlah dan jenis tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan.
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan
pekerjaan mobilisasi, persiapan dll, serta kelonggaran waktu dengan
adanya hari libur umum.

10. Rapat Persiapan Persiapan Pelaksanaan Kontrak (Pre Award Meeting)


1). Sebelum Pelaksanaan Kontrak, pengguna jasa bersama-sama dengan
Penyedia Jasa, unsur perencanaan, dan unsur pengawasan, terlebih
dahulu menyusun rencana pelaksanaan kontrak.
2). Pengguna jasa harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan
kontrak (Pre Award Meeting) selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak
tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
3). Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan
pelaksanaan kontrak adalah :
a. Organisasi kerja
b. Tata cara pemgaturan pelaksanaan pekerjaan
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan
d. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil
e. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan pekerjaan
f. Pendekatan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat
mengenai rencana kerja.
g. Penyusunan program mutu (program penerapan sistim jaminan
mutu).

11. Program Penerapan Sistem Jaminan


Program penerapan sistim jaminan mutu harus disusun oleh Penyedia
Jasa dan disepakati pengguna jasa pada saat rapat persiapan pelaksanaan
kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan.
Program penerapan sisitim jaminan mutu berisi :
a. Informasi pengadaan jasa
b. Organisasi pengguna jasa dan penyedia jasa
c. Jadwal pelaksanaan
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan
e. Prosedur instruksi kerja
f. Pelaksana kerja.

12. Mutu Rapat Bersama


a. Rapat Mingguan :
Tempat : Kantor Direksi
Pelaksanaan : Minimum satu kali tiap minggu,
tergantung kebutuhan.
Peserta : Direksi Lapangan, Manager Proyek, Manager
Teknis
dan Pengawas Lapangan.
b. Rapat Bulanan :
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Pelaksanaan : Minimum satu kali tiap bulan,
tergantung
kebutuhan
Peserta : 1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang
2. Kepala Bidang
3. Kepala Seksi
4. PPTK
5. Direksi Pekerjaan.
6. Manager Proyek
7. Manager Teknis
8. Pimpinan Perusahaan.
Tujuan : - Membahas dan mengevaluasi kemajuan
pekerjaan
dalam bulan tersebut termasuk hambatan
yang timbul.
- Menyusun program pelaksanaan untuk
pekerjaan bulan berikutnya.

13. Laporan Hasil Pekerjaan


1). Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan, seluruh aktifitas kegiatan pekerjaan di lapangan dicatat di
dalam buku harian sebagai “ Laporan Harian “ pekerjaan.
2). Laporan Harian dibuat oleh Penyedia Jasa, diperiksa dan disetujui oleh
Koordinator Pengawas dan Pengawas Pekerjaan.
3). Laporan Harian berisi :
a. Kuantitas dan macam bahan yang berada di lapangan.
b. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya.
c. Jumlah jenis dan kondisi peralatan.
d. Kuantitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
e. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya
yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.
4). Laporan Mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam
periode satu minggu, serta hal-hal penting yang timbul atau
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
5). Laporan Bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman
Laporan Mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam
periode satu bulan, serta hal-hal penting yang timbul atau
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama bulan Laporan.
6). Laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan dibuat dalam
rangkap 4 (empat) yang terdiri dari :
a. 2 (dua) rangkap untuk Pengguna Jasa (PA/KPA)
b. 1 (satu) rangkap untuk Pengawas lapangan/Direksi Pekerjaan
c. 1 (satu) rangkap untuk penyedia jasa sebagai arsip.
7). Selambat-lambatnya akhir minggu pertama bulan berikutnya penyedia
jasa telah menyerahkan 2 (dua) rangkap laporan bulanan yang telah
disetujui Pengawas Pekerjaan / Direksi Pekerjaan ke kantor Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

14. Bahan dan perlengkapan


a. B a h a n
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri
dari kandungan lokal 100 % (Produksi dalam Negeri)

Penyedia jasa harus menyediakan semua bahan yang diperlukan


untuk menyelesaikan Pekerjaan, berkualitas baik serta sesuai
dengan standar Nasional (SNI) dan Standar Industri Indonesia (SII),
atau sesuai dengan standar yang diberikan dalam Spesifikasi dan
mendapatkan persetujuan Direksi sebelum bahan tersebut dipakai.
Bila Penyedia jasa dalam mengusulkan penyediaan bahan tidak
sesuai dengan suatu standar dan spesifikasi seperti tersebut di atas,
Penyedia jasa harus segera memberitahukan kepada Direksi
Pekerjaan secara tertulis untuk mendapatkan jawaban apakah
bahan tersebut dapat digunakan atau tidak.

b. Peralatan
Penyedia jasa harus segera menyediakan semua peralatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup dan jenis
alat yang sesuai. Apabila Direksi Pekerjaan memandang belum
sesuai dengan kontrak, maka Penyedia jasa harus segera memenuhi
kekurangannya agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan
sempurna.

c. Bahan Pengganti
Penyedia jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan, apabila
bahan tersebut tidak tersedia di pasaran, maka dapat digunakan
bahan pengganti yang sesuai dengan mendapat izin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.

d. Pemeriksaan Bahan/Material
Material yang akan digunakan oleh Penyedia jasa harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

15. Lain-Lain
Hal-hal yang belum terdapat dalam persyaratan ini yang diperkirakan
akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan, akan ditambahkan di
dalam Aanwijzing (Peninjauan Lapangan).

B. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi
Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 15
(Lima Belas) hari sejak diterbitkan SPMK yang meliputi ;

a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam


pelaksanaan pekerjaan.

b. Mempersiapkan fasilitas kantor, rumah, gudang dan sebagainya

c. Mendatangkan personil-personil

d. Mobilisasi peralatn terkait dan personil Penyedia Jasa dapat


dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

2. Pembersihan Lapangan
Penyedia jasa harus membersihkan lokasi pekerjaan sebelum pekerjaan di
mulai dari semua tumbuhan, termasuk pohon-pohon, akar-akaran dan
lain-lain pada daerah tertentu di tempat pekerjaan.
Semua hasil pembongkaran/pembersihan tersebut dibuang ke tempat yang
telah ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
Ukuran-ukuran daerah yang akan dibersihkan tercantum pada gambar-
gambar rencana atau ditentukan oleh Direksi sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
3. Pekerjaan Pengukuran
a. Titik Tetap (Bench Mark)
Sebelum pekerjaan dimulai Direksi menentukan titik tetap di
lapangan yang ketinggiannya akan diberikan secara tertulis pada
pihak Penyedia jasa. Titik tetap ini akan merupakan titik utama
dalam melaksanakan pekerjaan dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan titik duga (peil-peil) pada sumbu tanggul dan
bangunan-bangunan lainnya.
Selama pelaksanaan, Penyedia jasa diwajibkan untuk menjaga dan
mencegah kemungkinan-kemungkinan rusak dan berubahnya titik
tetap.
Jika merasa perlu Direksi dapat memerintahkan kepada Penyedia
Jasa untuk mengadakan pengecekan peil titik tetap lainnya.

b. Pengukuran Mutual Check


Untuk menerapkan gambar rencana yang ada terhadap kondisi
lapangan, maka Direksi Pekerjaan bersama-sama dengan Pihak
Penyedia jasa melaksanakan pengukuran Mutual Check untuk
menentukan duga (peil) terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pengukuran dilaksanakan sesuai dengan ukuran-ukuran yang ada
pada gambar rencana. Apabila terdapat elevasi pada gambar yang
tidak sesuai,

agar tidak mengganggu lancarnya pelaksanaan pekerjaan, gambar


akan disesuaikan dengan keadaan lapangan.
Pengukuran terakhir dilaksanakan setelah pelaksanaan pekerjaan
selesai, yakni pada saat pekerjaan akan diserah terimahkan.
Pengukuran meliputi : Pengukuran elevasi, panjang dan lebar
bangunan.

c. Pekerjaan Uitzet dan Pemasangan Profil


Dalam segala hal sebelum memulai melaksanakan pekerjaan, Penyedia
jasa harus melakukan pekerjaan uitzet yang meliputi penentuan
elevasi dan (poros) bangunan yang dikerjakan, dengan melakukan
pemasangan profil dan mengambil ketinggian terhadap daerah yang
diduduki pekerjaan dengan menggunakan Bench Mark (BM) atau titik
referensi yang disetujui Direksi.
Pada pemasangan profil digunakan kayu yang bermutu baik dengan
ukuran 4 cm x 6 cm atau papan dengan ukuran 2,5 cm x 25 cm,
sedemikian rupa sehingga membentuk profil yang sesuai dengan
bentuk bangunan yang akan dikerjakan.
Pembuatan profil harus betul-betul kuat tidak berubah selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Pada pemasangan profil ini
diberi tanda untuk mendapatkan batas-batas peil pekerjaan yang
dipakai sebagai pengontrol untuk menentukan posisi bangunan yang
akan dibuat.
Profil untuk tanggul dan galian harus dipasang pada tiap-tiap jarak
maksimum 50 m.

4. Jalan Logistik/ Jalan Sementara


Penyedia jasa harus membuat jalan logistik /jalan sementara menuju lokasi
pekerjaan, termasuk jembatan sementara bila diperlukan untuk
mengangkut bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
Jalan sementara tersebut harus bebas dari segala hambatan yang mungkin
dapat mengganggu kelancaran pekerjaan dan harus tetap terpelihara baik,
sampai seluruh kegiatan pekerjaan selesai.
Penyedia jasa harus menjaga/bertanggung jawab atas kerusakan yang
terjadi pada jalan sementara yang dibuat selama pekerjaan berlangsung.
Jalan sementara yang dibuat harus memiliki jarak terpendek dari jalan
umum yang ada menuju lokasi pekerjaan. Direksi akan memberikan
petunjuk yang harus dipatuhi oleh Penyedia jasa sehubungan dengan
pembuatan jalan sementara tersebut.
Penyedia jasa hendaknya berpegang pada semua peraturan dan ketentuan
hukum yang berhubungan dengan penggunaan arah angkutan umum dan
bertanggung jawab terhadap kerusakan akibat penggunaan jalan tersebut.
Pemberi tugas bertanggung jawab terhadap pemeliharaan jalan logistik
jalan sementara yang digunakan oleh Penyedia Jasa selama Pelaksanaan
Pekerjaan.

5. Direksi Keet (Kantor Lapangan)


Penyedia jasa harus menyediakan atau membuat kantor sementara di
lapangan (Direksi Keet) untuk tempat kegiatan administrasi lapangan
sesuai petunjuk Direksi guna effisiensi dan kelancaran kerja.
a. Direksi Keet harus dibuat memenuhi syarat kesehatan dengan ventilasi
yang cukup dan dilengkapi lampu penerangan pada waktu malam
hari.
b. Direksi Keet harus dilengkapi dengan keperluan Direksi sebagai berikut :
• 1 Set meja kursi tamu
• 1 Set Meja tulis dengan dua kursi
• 1 Almari kantor
• 1 Kotak PPPK lengkap dengan isinya
• White board, alat tulis, penghapus
• ATK
• dll.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan Direksi Keet ini menjadi beban
Penyedia jasa dan sudah termasuk dalam harga penawaran.
6. Gudang
Penyedia jasa diharuskan membuat gudang untuk menyimpan bahan-
bahan dan peralatan kerja.
Bilamana gudang di tempatkan diluar lokasi pekerjaan, maka tempat
gudang harus dipilih yang berdekatan dengan lokasi pekerjaan dan
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Biaya yang timbul akibat hal ini menjadi tanggungan Penyedia jasa.

7. Papan Nama Pelaksanaan Kegiatan


Penyedia jasa harus membuat papan nama Pelaksana kegiatan. Bentuk,
ukuran dan warna akan ditentukan oleh Direksi dan dipasang di tepi jalan
masuk lokasi pekerjaan sesuai petunjuk dari Direksi pekerjaan.
Papan nama Pelaksana Kegiatan harus sudah terpasang pada saat memulai
pekerjaan.

C. ADMINISTRASI
1. Bouwheer Direksi dan Pengawas
a. Sebagai Pemilik Pekerjaan (Bouwheer) adalah :
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini diwakili oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Prov. Sulawesi Selatan.
b. Bertindak sebagai Direksi pekerjaan ialah Kepala UPT. WS. Walanae
Cenranae atau yang ditunjuk oleh PA/KPA, yang selanjutnya disebut
Direksi.
c. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Direksi menunjuk pembantu-
pembantunya sebagai Pengawas Pekerjaan.
d. Semua perintah dan petunjuk dari Pengawas, dianggap sebagai
ketentuan dari Direksi, selama tidak menyimpang dari syarat-syarat
pekerjaan ini dan semua peraturan yang berlaku.

2. Penyedia Jasa dan Manager Proyek


a. Penyedia Jasa ialah orang atau Badan Usaha yang telah ditunjuk
oleh PA/KPA Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang untuk
melaksanakan pekerjaan ini secara borongan.
b. Penyedia Jasa menunjuk seorang Manager Proyek yang bertanggung
jawab penuh dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan harus
berada di tempat Pekerjaan setiap hari.
c. Penunjukan ini dapat diberitahukan secara tertulis untuk mendapat
persetujuan Direksi.
d. Jika Direksi berpendapat bahwa wakil Penyedia Jasa tidak cakap
dalam melaksanakan tugasnya, maka Direksi berhak memerintahkan
kepada Penyedia Jasa untuk mengganti wakil Penyedia Jasa atau Site
Manager tersebut dengan orang lain dan harus mendapat persetujuan
dari Direksi.
3. Sub Kontraktor/Tark Werker
a. Penyedia Jasa dapat bekerja sama dengan perusahaan Golongan
Ekonomi Lemah sebagai Sub Kontraktor.

b. Pekerjaan yang dapat disubkontrakkan tidak boleh merupakan


pekerjaan utama.

c. Bila Penyedia Jasa menggunakan Sub Kontraktor atau Tark Werker,


semua tanggung jawab tetap pada Pihak Penyedia Jasa.

d. Direksi tidak bertanggung jawab atas Pembayaran pihak Penyedia


Jasa kepada Sub Kontraktor/Tark Werker.

4. Tugas Umum Direksi


a. Mengarahkan Penyedia Jasa agar mengenal serta menguasai keadaan
lapangan sehingga pekerjaan dapat dimulai dan diselesaikan tepat
pada waktunya.

b. Memberi petunjuk kepada Penyedia Jasa mengenai penempatan


bahan-bahan bangunan serta cara penyimpanannya, lokasi galian
tanah dan pembuangan tanah.

c. Memberi bimbingan kepada Penyedia Jasa agar pekerjaan dikerjakan


sesuai kualitas dan kwantitas yang dipersyaratkan.
d. Memberikan persetujuan atau menolak bahan-bahan bangunan yang
akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dan menunjuk
tempat buangan bahan-bahan yang ditolak oleh Direksi.

5. Tugas Umum Penyedia Jasa


a. Wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat-
syarat, gambar bestek dan petunjuk dari Direksi sehingga dapat
dicapai kualitas pekerjaan yang disyaratkan.

b. Wajib melaksanakan perintah-perintah dari Direksi yang sesuai


dengan peraturan dan syarat-syarat yang menjamin bahwa
pelaksanaannya dapat dikerjakan.

c. Wajib mengikuti rencana kerja yang diajukan oleh Penyedia Jasa yang
telah disetujui oleh Direksi.

d. Wajib tunduk kepada keputusan-keputusan yang diambil Direksi yang


berhubungan dengan kesalahan-kesalahan dan kelalaian-kelalaian
yang dibuat oleh Penyedia Jasa, juga yang berhubungan dengan
adanya perbedaan antara gambar yang satu dengan yang lainnya
atau gambar dengan peraturan dan syarat-syarat.

e. Wajib memperbaiki kerusakan-kerusakan dan kekurang sempurnaan


pekerjaan.

f. Wajib membuat laporan kepada Direksi Pekerjaan setiap hari (laporan


harian), laporan mingguan dalam laporan bulanan. Laporan harian
berisi antara lain :
1). Jumlah pekerja, tukang, mandor dan lain-lain.
2). Bahan-bahan yang datang yang digunakan dan yang masih
tersedia serta material yang ditolak.
3). Prestasi tiap jenis pekerjaan yang dicapai.
4). Jenis dan jumlah alat serta kondisi masing-masing alat, baik
yang dioperasikan hari itu maupun yang tidak dioperasikan.
5). Lain-lain yang diperintahkan Direksi.
6). Masalah Teknis yang terjadi dilapangan.
g. Penyedia Jasa harus menyediakan alat tulis antara lain :

1). Alat tulis kantor/penghapus secukupnya


2). Buku Harian
3). Buku perintah Direksi
4). Kertas gambar secukupnya
5). Notebook minimal 2 (dua) buah.

6. Pekerjaan Yang Tidak Lancar


a. Bagi pekerjaan yang tidak lancar yaitu yang tidak sesuai dengan
rencana kerja, terlalu lambat atau terhenti sama sekali, maka Direksi
akan memberi peringatan-peringatan/teguran-teguran dan
petunjuk-petunjuk Penyedia Jasa.

b. Apabila penyedia jasa tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk dalam


ayat diatas, maka Direksi berhak membatalkan Kontrak secara
sepihak kemudian menunjuk pihak ketiga untuk melanjutkan
pekerjaan tersebut.

c. Pekerjaan yang telah dicapai oleh Penyedia Jasa sampai dengan


pembatalan-pembatalan kontrak akan diperhitungkan oleh Direksi.

7. Perubahan Kegiatan Pekerjaan (Pekerjaan Tambah dan Kurang).


a. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang
ditentukan dalam dokumen kontrak maka pengguna jasa bersama
penyedia jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi :
1). Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak.
2). Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan.
3). Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai kebutuhan lapangan
4). Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam
kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan.

b. Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan penyedia jasa


atas perintah /persetujuan tertulis dari pengguna jasa.

c. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pengguna jasa secara


tertulis kepada penyedia jasa ditindak lanjuti dengan negosiasi
teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam kontrak awal.

d. Untuk perhitungan pekerjaan tambahan atau kurang digunakan


harga- harga satuan yang tercantum dalam kontrak.

e. Untuk pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak


akan dilakukan negosiasi teknis dan harga oleh pengguna jasa.

f. Pekerjaan tambah dalam rangka penyelesaian pengadaan jasa


pemborongan nilainya tidak lebih 10% dari harga yang tercantum
dalam kontrak awal.

8. Rencana Kerja
a. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana kerja untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi paling lambat satu minggu
setelah dikeluarkan surat perintah mulai kerja (SPMK).
Rencana kerja meliputi :
1) Rencana Umum Pekerjaan.
2) Organisasi dan tanggung jawab staf Penyedia Jasa.
3) Daftar dan jumlah peralatan dan material
yang akan digunakan.
4) Time Schedule dan jadwal umum pelaksanaan.
5) Metode Pelaksanan, mulai dari pekerjaan
persiapan, pengukuran, dan seterusnya
6) Data dan grafik curah hujan.
b. Persetujuan dari rencana kerja ini, sekali-kali tidak membebaskan
penyedia jasa dari tanggung jawab. Juga tidak berarti memberi hak
pada penyedia jasa untuk menuntut ganti rugi, bila dalam pekerjaan
alat-alat bantu yang digunakan atau urutan dari cara pelaksanaan
ternyata tidak tepat.

c. Jika disebabkan oleh perubahan-perubahan keadaan, konstruksi


atau kelambatan-kelambatan kerja terdahulu, dengan persetujuan
Direksi Penyedia jasa dapat menyusun kembali rencana kerjanya.

9. Larangan Pemindah Tanganan


a. Pekerjaan yang telah diterima oleh penyedia jasa tidak boleh
dipindah tangankan kepada pihak ketiga hingga pihak Penyedia jasa
hanya bertindak sebagai perantara saja.

b. Bila hal ini terjadi, maka Direksi akan membatalkan perjanjian


Kontrak pekerjaan ini secara sepihak dan segala resiko ditanggung
oleh pihak Penyedia Jasa. Selanjutnya Direksi berhak menunjuk
pihak lain untuk melanjutkan pekerjaan ini.

10. Pemeriksaan Pekerjaan


a. Penyedia Jasa wajib minta kepada Direksi untuk memeriksa
pekerjaan, yang telah dikerjakan sebelum mulai melaksanakan
pekerjaan selanjutnya.

b. Apabila Direksi menganggap perlu untuk memeriksa kemajuan


pekerjaan, atau apabila penyedia jasa memintanya secara tertulis
untuk penyerahan seluruh pekerjaan, sebagian pekerjaan atau guna
permintaan pembayaran termujn, maka penyedia jasa/wakilnya
harus hadir di tempat pekerjaan selama waktu pemeriksaan.

c. Hasil pemeriksaan ditulis pada buku progres laporan hasil


pekerjaan yang ditanda tangani kedua belah pihak.

11. Material Yang Didatangkan Oleh Penyedia Jasa


a. Material yang dibeli oleh penyedia jasa dari leveransir, setelah
sampai di tempat pekerjaan dan disetujui oleh Direksi, leveransir
tidak mempunyai hak apapun lagi terhadap bahan-bahan tersebut.

b. Direksi tidak bertanggungjawab atas pembayaran penyedia jasa


kepada leveransir, dan ongkos angkut bahan-bahan ke tempat
pekerjaan menjadi beban Penyedia Jasa.

c. Penyedia jasa wajib melapor kedatangan material di tempat


pekerjaan kepada Direksi untuk diperiksa.

d. Material yang ditolak oleh Direksi, harus disingkirkan dari tempat


pekerjaan semua biaya akibat penyingkiran bahan-bahan tersebut
di atas menjadi beban Penyedia jasa.

e. Bila Penyedia jasa menggunakan bahan-bahan yang belum


diperiksa dan tanpa izin Direksi, maka Direksi berhak
memerintahkan Penyedia jasa untuk membongkar pekerjaan yang
telah dilaksanakan tersebut atas biaya Penyedia jasa.

f. Penyedia jasa wajib segera membongkar pekerjaan-pekerjaan yang


menggunakan bahan-bahan yang ditolak direksi atas biaya
penyedia jasa.

g. Bila Penyedia jasa tetap menggunakan bahan-bahan yang ditolak


oleh Direksi, maka Direksi dapat menghentikan pelaksanaan
pekerjaan yang sedang berlangsung. Pekerjaan dilanjutkan apabila
Penyedia jasa telah mengganti bahan-bahan yang ditolak dengan
bahan yang baru dan memenuhi syarat.

12. Gambar Kerja, Grafik dan Time Schedule


a. Penyedia jasa harus membuat gambar-gambar kerja, time schedule,
grafik, curah hujan, tenaga kerja dan sebagainya yang disahkan
oleh Direksi (Rencana Kerja).

b. Penyedia jasa wajib mengisi grafik-grafik, cuaca sesuai kondisi tiap


hari, time schedule dan gambar-gambar kerja setiap hari sesuai
dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

13. Jam Kerja


a. Agar rencana pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya, maka
Penyedia jasa bekerja minimum 7 jam setiap hari.

b. Penyedia jasa dapat melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja atau


malam hari demi kesempurnaan dan cepat selesainya pekerjaan, untuk
ini Penyedia jasa harus memberitahukan hal tersebut kepada Direksi
secara tertulis sehari sebelumnya.
14. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan dan Peralatan
Penyedia jasa diharuskan menyediakan segala keperluan peralatan,
bahan dan tenaga kerja untuk pelaksanaan secara baik, efisiensi dan
teratur sesuai jadwal yang telah disetujui/disahkan oleh Direksi.

15. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan

a. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna


jasa atas pertimbangan yang layak dan wajar antara lain :
1) Pekerjaan tambah
2) Perubahan desain
3) Perubahan alam
4) Keterlambatan yang disebabkan oleh pihak pengguna jasa
5) Masalah yang timbul di luar kewenangan penyedia jasa
6) Keadaan Kahar (Force Majeur).
b. Pengguna jasa dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan
atas kontrak setelah melakukan penelitian dan evaluasi terhadap
usulan tertulis yang diajukan oleh penyedia jasa.

c. Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan di dalam


Amandemen Kontrak.

16. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan


a. Semua biaya material yang ditimbulkan akibat dikeluarkannya
Surat Perjanjian Kontrak ini menjadi beban Penyedai Jasa.

b. Apabila Penyedai Jasa tidak menyelesaikan pekerjaan pada waktu


yang telah ditetapkan, sesuai dengan yang tercantum dalam
kontrak, maka Penyedia Jasa dikenakan denda untuk setiap
kelambatan 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak setiap hari
keterlambatan. Bersama denda maksimum sebesar 5 % (lima
persen) dari nilai kontrak.

17. Perselisihan
a. Apabila terjadi perselisihan antara pihak Direksi dan pihak Penyedia
jasa, maka harus diusahakan penyelesaian secara musyawarah.

b. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka


dibentuk Panitia Arbitrage yang terdiri dari :
1) Seorang wakil dari pihak Direksi
2) Seorang wakil dari pihak Penyedia Jasa
3) Seorang ahli yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan
tersebut
4) Pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak
c. Bilamana cara-cara di atas belum dapat dicapai penyelesaiannya,
maka perselisihan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri Makassar.
18. Pembayaran Prestasi Pekerjaan
a. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh
pengguna jasa, apabila penyedia jasa telah mengajukan tagihan
disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan

b. Pengguna jasa dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari harus sudah


mengajukan surat permintaan pembayaran (SPP) untuk
pembayaran prestasi kerja.

c. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan


dengan sisitim sertifikat bulanan yang didasarkan pada prestasi
pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk bahan, alat-alat
yang ada di lapangan.

d. Pembayaran bulanan/termin harus dipotong jaminan


pemeliharaan, angsuran uang muka, denda (bila ada) dan pajak.

e. Untuk kontrak yang mempunyai Subkontrak, permintaan


pembayaran kepada pengguna jasa harus dilengkapi bukti
pembayaran kepada seluruh Subkontraktor sesuai dengan
perkembangan (Progres) pekerjaannya.

19. Harga Satun Pekerjaan


a. Harga satuan pekerjaan sudah termasuk biaya umum, keuntungan
Penyedia jasa, retribusi dan biaya lain.

b. Harga satuan selain memperhitungkan biaya langsung pelaksanaan


pekerjaan, secara proporsional harus sudah mencakup keuntungan,
resiko, pajak-pajak di luar PPN dan biaya Overhead baik office
maupun site overhead yang meliputi antara lain :
1). Pembayaran sewa untuk tanah/ganti rugi tanaman di luar
tempat pekerjaan (untuk tempat buangan hasil galian tempat
pengambilan, jalan masuk/jalan logistik dll).
2). Biaya operasi alat yang digunakan (upah, operator, bahan
bakar, pelumas serta perawatan alat dan penyusutan dll.
3). Sewa rumah akomodasi staf pelaksana.
4). Administrasi Bank
5). Administrasi Teknik.
6). Pembuatan contruction drawing dan as build drawing dalam
rangkap 3 (tiga)
7). Asuransi-asuransi meliputi : asuransi tenaga kerja, asuransi “
Property Demage “ dan asuransi “ pekerjaan”.
8). Kemungkinan kenaikan harga yang menjadi tanggungan
Penyedia jasa
9). Laporan dan Dokumentasi
10). Pembayaran pajak bahan tambang galian golongan C.
11). Direksi Keet dan kelengkapannya
12). Biaya Penyelengaraan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) berdasarkan tingkat Resiko pada
item masing-masing kegiatan yang meliputi :
a) Penyiapan RK3K terdiri atas :
• Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja
Dan Formulir
• Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP)
b) Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas:
• Induksi K3 (Safety Induction)
• Pengarahan K3 (Safety briefing) : Pertemuan
Keselamatan (Safety Talk dan/atau Tool Box Meeting)
• Pelatihan K3
• Simulasi K3
• Spanduk (banner)
• Poster
• Papan Informasi K3
c) Alat Pelindung Kerja Terdiri Atas:
• Jaring Pengaman (Safety Net)
• Tali Keselamatan (Life Line)
• Penahan Jatuh (Safety Deck)
• Pagar Pengaman (Guard Railling)
• Pembatas Area (Restricted Area)
d) Alat Pelindung Diri Terdiri Atas:
• Topi Pelindung (Safety Helmet)
• Pelindung Mata (Goggles, Spectacles)
• Tameng Muka (Face Shield)
• Masker Selam (Breathing Apparatus)
• Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff)
• Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker)
• Sarung Tangan (Safety Gloves)
• Sepatu Keselamatan (Safety Shoes)
• Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness)
• Jaket Pelampung (Life Vest)
• Rompi Keselamatan (Safety Vest)
• Celemek (Apron/Coveralls)
• Pelindung Jatuh (Fall Arrester)
e) Asuransi Dan Perijinan Terdiri Atas :
• BPJS Ketenagakerjaan Dan Kesehatan Kerja
• Surat Ijin Kelaikan Alat
• Surat Ijin Operator
• Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3)
f) Personil K3 terdiri atas :
• Ahli K3 dan/atau Petugas K3
• Petugas Tanggap Darurat
• Petugas P3K
• Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman)
• Petugas Medis
g) Fasilitas sarana kesehatan:
• Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen,
Obat Luka, Perban, dll)
• Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskop, Timbangan
Berat Badan, Tensi Meter, dll)
• Peralatan Pengasapan (Fogging)
• Obat Pengasapan
h) Rambu - Rambu Terdiri Atas :
• Rambu Petunjuk
• Rambu Larangan
• Rambu Peringatan
• Rambu Kewajiban
• Rambu Informasi
• Rambu Pekerjaan Sementara
• Tongkat Pengatur Lalu Lintas (Warning Lights Stick)
• Kerucut Lalu Lintas (Traffic Cone)
• Lampu Putar (Rotary Lamp)
• Lampu Selang Lalu Lintas
i) Lain- Lain Terkait Pengendalian Risiko K3
• Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Sirine
• Bendera K3
• Jalur Evakuasi (Escape Route)
• Lampu Darurat (Emergency Lamp)
• Program Inspeksi Dan Audit Internal
• Pelaporan dan Penyelidikan Insiden

20. Keadaan Kahar (Force Majeur)


a. Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di
luar kehendak para pihak sehingga pekerjaan yang telah ditentukan
dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

b. Apabila terjadi keadaan Kahar (Force Majeur) maka penyedia jasa


memberitahukan dalam waktu 14 (empat belas) hari dari hari
terjadinya keadaan Kahar dengan menyertakan pernyataan keadaan
Kahar dari Instansi yang berwenang.

c. Yang digolongkan keadaan Kahar (Force Majeur) adalah :

1) Peperangan
2) Kerusakan
3) Revolusi
4) Bencana Alam : Banjir, Gempa bumi, badai, gunung
meletus, tanah longsor, wabah penyakit, dan angin topan.
5) Pemogokan
6) Kebakaran
7) Gangguan Industri Lainnya.

21. Penghentian dan Pemutusan Kontrak


a. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah
selesai.

b. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal duluar


kekuasaan kedua belah pihak, sehingga para pihak tidak dapat
melaksanakan kewajiban yang ditentukan didalam kontrak antara
lain:
1) Timbulnya perang
2) Pemberontakan di Wilayah Republik Indonesia
3) Keributan, kekacauan dan huru-hara
4) Bencana alam
c. Dalam hal kontrak dihentikan, maka Pengguna jasa membayar
kepada Penyedia jasa sesuai dengan prestasi atau kemajuan
pelaksanaan proyek yang telah dicapai.

d. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia jasa cidera janji,


tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana
diatur didalam kontrak.

e. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti


melakukan kolusi, kecurangan atau tindak korupsi baik dalam
proses pengadaan maupun melaksanakan pekerjaan dalam hal ini,
penyedia jasa dapat dikenakan sanksi yaitu:
1) Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke Kas Negara.
2) Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia jasa
3) Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.

22. Serah terima Pekerjaan


a. Setelah pekerjaan selesai 100 % (Seratus persen), Penyedia jasa
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Panitia/Pejabat
penerima hasil pekerjaan untuk penyerahan pekerjaan (Penyerahan
pertama).

b. Pengguna jasa melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang


telah diselesaikan oleh Penyedia jasa. Bilamana terdapat kekurangan
- kekurangan dan atau cacat hasil pekerjaan, Penyedia jasa wajib
memperbaiki/menyelesaikannya.

c. Pengguna jasa menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh


hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak
(Berita Acara Penyerahan Pertama) yang disertai bukti-bukti bahwa
pekerjaan telah selesai 100 % (Seratus persen) dan disertai
pernyataan bahwa kewajiban Penyedia jasa terhadap Pihak ke tiga
telah diselesaikan.

d. Pembayaran dilakukan sebesar 95 % (Sembilan puluh lima persen)


dari nilai kontrak, sedangkan yang 5 % (Lima persen), dari nilai
kontrak yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh Perusahaan
asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (Surety
bond) dan diasuransikan kepada perusahaan asuransi diluar negeri
yang bonafit.

e. Penyedia jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa


pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan.

f. Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia jasa mengajukan


permintaan secara tertulis kepada Pengguna jasa untuk penyerahan
akhir pekerjaan (Penyerahan ke Dua).

g. Pengguna jasa menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah


Penyedia jasa melaksanakan semua kewajibannya selama masa
pemeliharaan dengan baik dan melakukan pembayaran sisa nilai
kontrak yang belum dibayar.

h. Apabila Penyedia jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan


sebagaimana mestinya, maka pengguna jasa berhak menggunakan
uang jaminan pemeliharaan untuk membiayai
perbaikan/pemeliharaan.
XIV. LAIN-LAIN
Pembayaran Prestasi Pekerjaan Penyedia Jasa akan dibayar 100% dengan
persyaratan:
1. Gambar terlaksana (As Built Drawing) dalam bentuk hard copy dan
soft copy dimasukkan kedalam flashdisk (PDF dan CAD) sudah
diserahkan kepada pihak pertama (Pengguna Jasa).
2. Foto-foto pekerjaan mulai dari foto 0%, 50%, 100% di print out dan
file soft copy dalam bentuk pdf beserta rekaman video pekerjaan
sebelum pelaksanaan (0%) dan setelah pelaksanaan (100%)
dimasukkan kedalam flashdisk.
XV. PENUTUP
Bilamana terdapat kekeliruan dalam peraturan dan syarat-syarat
pelaksanaan ini, maka akan ditinjau kembali/akan dibahas dalam
aanwyzing. Bilamana dalam peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan
pekerjaan ini terdapat kekurangan-kekurangan maupun pasal-pasal yang
tidak pergunakan, maka akan diadakan ralat atau pasal-pasal tambahan.

Makassar, 18 Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai