PEKERJAAN :
TAHUN ANGGARAN
2022
i
I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
BAB I
KETENTUAN
UMUM Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada didarat.
3. Air Permukaan adalah semua Air yang terdapat pada permukaan
tanah.
4. Air Tanah adalah Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah.
5. Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsungdiminum.
6. Sumber Air adalah tempat atau wadah Air alami dan/ atau buatan
yang terdapat pada, di atas, atau di bawah permukaan tanah.
7. Daya Air adalah potensi yang terkandung dalam Air dan/atau pada
Sumber Air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi
kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
8. Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan
Pengendalian Daya Rusak Air.
9. PoIa Pengelolaan Sumber Daya Air adalah kerangka dasar
dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
kegiatan Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya
Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.
10. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air adalah hasil Perencanaan
secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan Pengelolaan Sumber Daya Air.
11. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya
Air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-
pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua
ribu) kilometer persegi.
12. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan Air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
13. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis,
seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah
berlangsung.
14. Konservasi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup
lainnya, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
15. Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah upaya penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, dan pengembangan Sumber Daya Air
secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
16. Daya Rusak Air adalah Daya Air yang merugikan kehidupan.
17. Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang disebabkan oleh Daya Rusak Air.
18. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah
dalam rangka mencapai tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air.
19. Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air adalah kegiatan
yang meliputi pengaturan, pelaksanaan, perawatan, pemantauan,
dan evaluasi untuk menjamin keberadaan dan kelestarian fungsi
serta manfaat Sumber Daya Air dan prasarananya.
20. Prasarana Sumber Daya Air adalah bangunan Air beserta
bangunanlain yang menunjang kegiatan Pengelolaan Sumber Daya
Air, baik langsung maupun tidak langsung.
21. Pengelola Sumber Daya Air adalah institusi yang diberi tugas dan
tanggung jawab oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
22. Masyarakat Adat adalah masyarakat hukum adat dan/atau
masyarakat tradisional yang hidup secara turun-temurun di wilayah
geogralis tertentu dan diikat oleh identitas budaya, hubungan yang
kuat dengan tanah, serta wilayah dan sumber daya alam di wilayah
adatnya.
23. Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dimiliki oleh Masyarakat
Adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan
hidup para warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah,
hutan, dan Air beserta isinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
24. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik
berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
25. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945.
26. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Sumber Daya Air.
28. Eiaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disingkat
BJPSDA adalah biaya yang dikenakan, baik sebagian maupun
secara keseluruhan, kepada pengguna Sumber Daya Air yang
dipergunakan .untuk Pengelolaan Sumber Daya Air secaraber
kelanjutan.
29. Sistem Penyediaan Air Minum adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan air minum.
Pasal 3
Pengaturan Sumber Daya Air bertujuan:
a. memberikan pelindungan dan menjamin pemenuhan hak ralqrat atas
Air;
b. menjamin keberlanjutan ketersediaan Air dan Sumber Air agar
memberikan manfaat secara adil bagi masyarakat;
c. menjamin pelestarian fungsi Air dan Sumber Air untuk
menunjang keberlanjutan pembangunan;
d. menjamin terciptanya kepastian hukum bagi terlaksananya partisipasi
masyarakat dalam pengawasan terhadap pemanfaatan Sumber Daya Air
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pemanfaatan;
e. menjamin pelindungan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk
Masyarakat Adat dalam upaya konservasi Air dan Sumber Air; dan
f. mengendalikan Daya Rusak Air secara menyeluruh yang mencakup
upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
Pasal 23
(1) Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara menyeluruh, terpadu,
dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan Air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi Konservasi Sumber
Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya
Rusak Air.
Pasal 36
Setiap Orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
terjadinya Daya Rusak Air.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Daya Rusak Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 70
Setiap Orang yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya Air
dan nonkonstruksi pada Sumber Air tanpa memperoleh izin dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (3);
b. menyewakan atau memindahtangankan, baik sebagian maupun
keseluruhan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan bukan
usaha atau izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4);atau
c. melakukan penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.0O0.000.00O,O0 (lima
miliar rupiah).
Pasal 71
Setiap Orang yang karena kelalaiannya:
a. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya kondisi
tata Air Daerah Aliran Sungai, kerusakan Sumber Air dan
prasarananya, dan/atau pencemaran Air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf a, huruf b, dan huruf d;atau
b. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya Daya
Rusak Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 18
(delapan belas) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000. 000.000,00 (tiga
miliar rupiah)
B. Gambaran Umum
Sejak tahun 1960 sampai dengan akhir tahun 1980 prioritas pengelolaan
adalah pembangunan sumber daya dan prasarananya, dimana kebijakan
pengelolaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan administrasi
pemerintahan. Akhir tahun 1980 sampai dengan tahun 1992
pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan pendekatan suplay
(supply driven approach) yang mengakibatkan terabaikannya
pemeliharaan prasarana sumber daya air serta pemanfaatan sumber daya
yang tidak berwawasan lingkungan.
III. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi.
V. NAMA ORGANISASI
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan pada Bidang
Sumber Daya Air.
E. Pasangan Batu 1 : 4
- Material batu baru didatangkan atau dileveransir dari luar.
- Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk (molen),
campuran dengan tangan hanya boleh dilakukan atas ijin penanggung
jawab kegiatan.
- Sebelum memulai pekerjaan pasangan batu, dasar dan tebing galian
harus dibasahi secukupnya.
- Apabila tanah dasar asli terganggu atau berubah karena sesuatu sebab,
maka tanah tersebut harus dikembalikan sampai keadaanya sama
seperti tingkat pengupasan semula.
- Kemiringan pasangan batu disesuaikan dengan gambar rencana.
F. Plesteran 1 : 3
- Plesteran dilakukan pada puncak pasangan batu dan permukaan pion-
pion pembatas jalan yang telah rapuh, pecah atauretak.
- Sebelum diplester semua bidang sambungan dibetel dan disiram agar
adukan dapat menyatu pada bidang pelekatannya.
- Adukan harus diaplikasikan secepatnya pada bidang sebelum mengeras.
G. Beton Mutu
- Semen yang digunakan untuk konstruksi beton bertulang atau tanpa
tulang yaitu dari jenis semen portland yang memenuhi
ketentuan¬ketentuan dalam NI-8.
- Air yang digunakan untuk campuran beton tidak boleh mengandung
minyak, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lain yang dapat merusak beton, baja tulangan atau jaringan kawat baja
untuk itu sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
- Agregat halus (Pasir) yang digunakan adalah pasir dengan butir-butir
tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-bahan organis
- Agregat kasar (Batu Pecah/Kerikil)yang digunakan untuk pekerjaan
beton adalah berupa kerikil atau batu pecah dari butir-butir keras,
runcing tidak berpori, bersih dan tidak mengandung zat-zat aktif yang
dapat,merusak beton atau baja tulangan.
- Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu
pengikatan, dan pengerasan, atau maksud-maksud lain dapat dipakai
bahan-bahan pembantu, jenis dan jumlah bahan pembantu yang
dipakai harus atas persetujuan direksi
- Beton harus terdiri dari semen, bahan pengisi (agregat), air dan bahan
tambahan, bila diijinkan, diaduk dengan sempurna, untuk
mendapatkan kekuatan yang ditentukan.
- Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda
yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang diisyaratkan
dan sebelum beton mendapat bentuknya yang permanen.
- Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan
pekerjaan persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh
direksi.
- Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan penunjang siap dipakai,
material dan pekerja-pekerja harus sudah berada di tempat
pengecoran.
- Pengerjaan Beton Tidak Diijinkan Dalam Cuaca Tidak Memungkinkan.
- Campuran yang sudah mengeras tidak boleh digunakan lagi.
- Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat pemadat.
- Semua permukaan jadi dari pekerjaan beton ( finishing ) harus rata,
lurus, tidak nampak bagian-bagian yang keropos, melendut, atau
bagian-bagian yang membekas pada permukaan.
- Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan
panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan
oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton telah menjadi keras
H. Pembesian
- Pembesian dilakukan dengan ukuran besi sesuai gambar rencana dan
persetujuan Direksi.
- Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi
proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses
pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat.
- Perakitan tulangan dilakukan dengan merakit satu per satu bentuk dari
tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan
tidak terlepas. Pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual
karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
- Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan
tegak turus permukaan tanah dengan bantuan alat ukur.
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan
dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu
dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali (tahu
beton) disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi
tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi
karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.
J. Pekerjaan Pipa Drain Hole Pvc Dia. 2,0’ dan Dia. 4,0’
- Pekerjaan Pemasangan Pipa Drain Hole dilakukan pada pasangan batu
atau tembok penahan, pasangan miring dan tembok-tembok kepala
harus dilengkapi dengan pipa PVC dengan diameter 2’’ atau diameter
4’’ dan paling tidak satu buah untuk setiap 2 m2 luas permukaan.
Setiap ujung pemasukan pipa PVC harus dilengkapi dengan saringan
berupa ijuk untuk menghindari kemasukan material, sehingga
menghambat pelepasan air.
- Pipa Drain Hole PVC dipasang bersamaan dengan pasangan batu (total
1m panjang perubah) guna pemasangan saringan sebelum diurug. Pada
pasangan miring saringan kerikil juga dibuat bersamaan dengan
pasangan batu.
- Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa
menonjol keluar pasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah
sekeliling pipa setebal 15 cm. Saringan krikil tersebut dibungkus lagi
dengan ijuk untuk membatasi saringan dari tanah asli atau tanah urug.
K. Patok Hektometer
- Membuat shop drawing, metode pelaksanaan dan membuat request
Patok Pengarah /Patok Hektometer.
- Pengadaan Patok Pengarah / Patok Hektometer sesuai shop drawing
- Pemasangan Patok Pengarah / Patok Hektometer dengan jarak dan
jumlah sesuai shop drawing. Semua patok harus dipasang dengan
akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama
selama pengerasan (setting) beton.
- Semua patok harus diberi satu lapis cat dasar (primer), satu lapis cat
bawah permukaan dan satu lapis akhir sebagai lapis permukaan sesuai
shopdrawing.
L. Patok Kilometer
- Membuat shop drawing, metode pelaksanaan dan membuat request
Patok Pengarah /Patok Kilometer.
- Pengadaan Patok Pengarah / Patok Kilometer sesuai shop drawing
- Pemasangan Patok Pengarah / Patok Kilometer dengan jarak dan
jumlah sesuai shop drawing. Semua patok harus dipasang dengan
akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama
selama pengerasan (setting) beton.
- Semua patok harus diberi satu lapis cat dasar (primer), satu lapis cat
bawah permukaan dan satu lapis akhir sebagai lapis permukaan sesuai
shopdrawing.
M. Cerucuk Kayu Dolken Æ 10 cm
- Penyedia jasa mempersiapkan Cerucuk kayu dolken yang merupakan
salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan didaerah dengan
kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah
lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup
tingggi.
- Jenis dan ukuran cerucuk katu dolken harus sesuai spesifikasi dan
persetujuan direksi.
X. PERSONIL MANAJERIAL
Organisasi penyedia jasa atau kualifikasi personil yang dibutuhkan pada
pelaksanaan Rehabilitasi DI Cenrana Kab. Wajo yaitu:
/Sederajat
Petugas K3 1
2. SLTA/ Sertifikat Petugas
Konstruksi
- K3 Konstruksi
Sederajat
XI. PERALATAN
Daftar peralatan yang dibutuhkan yaitu:
Kepemilikan
No. Jenis Kapasitas Jumlah (Milik/Sewa Beli/Sewa)
B. Perencanaan K3
Ada beberapa hal utama dalam penyelenggaraan RK3K yakni;
a) Kebijakan K3
Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk
menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-
undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan harus
ditandatangani oleh Manajer Proyek/Kepala Proyek)
Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3
pada kegiatan konstruksi yang telah direncanakan. Kepala
Proyek/Project Manager harus mengesahkan Kebijakan K3
Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan
berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan
perundang- undang-an dan persyaratan lain yang terkait
dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.
b) Organisasi K3
Organisasi K3 terdiri dari personil yang memiliki
kompetensi bidang K3 berasal dari pihak terkait dalam pelaksanaan
proyek yang bertanggung jawab untuk menjamin
terlaksananyaSMK3, terdiri dari : Penanggungjawab K3, engineering,
pelaksana konstruksi dan unit pendukung seperti SDM, keuangan,
dan tim pengelola K3 (kedaruratan, P3K, kebakaran). Organisasi ini
dibentuk sesuai kebutuhan dan tingkat kemampuan proyek.
Contohnya:
Penanggung Jawab K3
Tingkat
No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko KET.
1. Mobilisasi & • Alat berat terjatuh/terguling
Demobilisasi • Kecelakaan lalu lintas
2. Pengukuran MC 0% Terperosok
dan 100% Terjatuh di tebingcuram
1. Pengukuran MC 0% • Terperosok
dan • Terjatuh di
100% tebing curam
2. PEKERJAAN UTAMA
2.1. GALIAN TANAH MEKANIS
2.2.1. Umum
Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pasang batu kali ini adalah semua
pekerjaan konstruksi yang menggunakan material utamanya batu kali
baru sesuai yang tercantum dalam gambar. Ukuran, ketinggian,
ketebalan (dimensi) perkerjaan pemasangan batu kali ini ditentukan
dalam gambar atau sesuai petunjuk direksi.
- Material
Batu
Material batu harus bersih, keras, padat, tahan lama, (tidak retak
dan rapuh) yang didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.
Semen
Semen yang digunakan mengikuti ketentuan-ketentuan dari PBI
1971- NI.2
Air
Air yang digunakan untuk campuran pasangan batu gunung/kali
tidak boleh mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan
bahan organis untuk itu sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
Pasir
Pasir yang dipakai harus bersih (tidak berlumpur, tidak
mengandung bahan organis) dan bersifat keras, kekal, (tidak
mudah hancur oleh cuaca), dan kandungan kadar lumpur
maksimal 5%.
- Adukan semen
2.5. PLESTERAN 1 : 3
2.8.1. Umum
- Material
Semen Portland ( PC )
Semen untuk pekerjaan plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan pasang batu kali.
Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras,
kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari
5% atau sama dengan pasir yang dipergunakan pada pekerjaan
pasang batu kali/gunung.
Air
Air yang digunakan untuk plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan pasang batu kali.
- Adukan Semen
Untuk pekerjaan plesteran ini digunakan campuran 1 bagian
semen (PC) : 3 bagian pasir (PP). Untuk semua bagian yang akan
diplester harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air dengan
rata hingga jenuh kemudian di plester dengan tebal plesteran 1,5
sampai 2 cm. Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram
air agar tidak terjadi retak-retak akibat proses pengeringan yang
terlalu cepat. Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin
pengaduk (molen), campuran dengan tangan hanya boleh
dilakukan atas ijin direksi.
- Persyaratan Bahan
1). Pekerjaan Daun Pintu
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai
dengan SNI 03-6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja).
- Daun Pintu
1). Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka
utama penyekat dan komponen lain yang diperlukan. Pintu
yang digunakan harus sesuai dengan Gambar dengan
konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
2). Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam
spesifikasi ini maka PenyediamJasa harus membuatnya
dengan persetujuan Direksi;
3). Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal
minimum pelat pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk
ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;
- Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar
pintu, kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua
komponen lain yang diperlukan pada pemasangan rangka
pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika
konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci disini,
maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
- Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari
puntir dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah
pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat
meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau pasangan
batu kali tanpa terjadi pelenturan.
- Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3
(tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin dan
diperkeras untuk memberikan perlindungan terhadap keausan.
- Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus
mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu
menahan beban pengangkat.
- Stang
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan
secara manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada
rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu. Stang harus terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu :
tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan
komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien.
Stang harus direncanakan agar mampu menahan beban yang
terjadi. Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak
diterangkan disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
- Peralatan Mekanis
▪ Tumpuan/Bantalan
▪ Roda Gigi Reduksi
▪ Kloping
▪ Ulir Pegangkatan
▪ Tongkat Penghubung
▪ Handle Operasi manual
- Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada
beban dan tegangan rencana, yang meliputi :
1). Beban Rencana
Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai
berikut :
a) Beban air
b) Beban – beban lain
c) Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban
yang akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau
menurunkan pintu.
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat
perakitan, pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran
dan ketepatan posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang
ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus tepat
pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok
atas dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa
kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan
ukuran pintu harus diperiksa dan setiap. kesalahan dan ketidak
tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang
harus sesuai dan dihindari selama perakitan dan pengangkutan.
- Stang
- Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada
saat beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika
diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi
dengan penjepit tambahan.
4). Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang
disetujui. Pintu– pintu harus dirakit dan dipasang sesuai
dengan toleransi yang diizinkan.
5). Pengangkat
- Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing,
alur dan lubang oli harus dibersihkan dan dilumasi
dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah
dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap
pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus
dipasang sesui dengan gambar yang disetujui.
Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga
sesuai dengan alat pengangkat pintu.
- Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum
dihubungkan dengan pintu, pengangkat harus
dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan
tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu
dan stang, kemudian ditest dan distel sehingga dapat
dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama
pengujian harus diperbaiki dan prosedur pengujian
diulang kembali.
6). Pengecetan
- Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai
dengan petunjuk pengecatan dari pabrik;
- Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum
pengecatan;
- Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai
dengan cara dan peralatan yang disarankan dari pabrik;
- Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian
tidak kurang dari 1 (satu) tahun dalam keadaan segala
cuaca di lokasi pekerjaan;
Yang dimaksud dalam pekerjaan beton ini ialah semua pekerjaan yang
terbuat dari konstruksi beton mencakup persiapan sampai
penyelesaian, dimana ukuran¬ ukuran dimensi dan volume
dicantumkan pada gambar rencana atau menurut petunjuk
direksi.Semua mutu beton harus disesuaikan dengan persyaratan
"Peraturan Beton Bertulang Indonesia" PBI 1971 N.I.-2. Kelas dari
beton yan akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
haruslah seperti yang ditentukan dalam gambar atau oleh direksi.
a. Material
- Semen
Semen yang digunakan untuk konstruksi beton bertulang atau
tanpa tulang pada umumnya dari jenis semen Portland yang
memenuhi ketentuan dalam NI-8.
Penyedia Jasa harus mempergunakan semen Portland hanya
dalam satu merek. Semen harus dijaga terhadap pengaruh hujan
dan kelembaban serta pengaruh-pengaruh lain yang dapat
menjadikan rusak sebelum di pergunakan.
Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan harus diproduksi
oleh pabrik yang disetujui oleh direksi secara tertulis. Semen
tersebut harus semen Portland biasa sesuai dengan ketentuan dan
harus kering serta tidak ada yang menggumpal dan mengeras.
Semen harus dikemas dalam kantong. Kantong semen harus
cukup kuat untuk menerima perlakuan kasar dalam
pengangkutan oleh tenaga manusia. Nama dan cap pabrik, tipe
semen, tahun dan bulan pembuatan, serta berat bersih harus
tertera dengan jelas pada setap kantong.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran beton tidak boleh
mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis
atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton, baja tulangan
atau jaringan kawat baja untuk itu sebaiknya dipakai air bersih
yang dapat diminum.
- Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang digunakan adalah pasir dengan butir-butir
tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-bahan
organis.
Ukuran pasir harus sesuai dengan pengujian sebagai berikut:
a) Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat
b) Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
c) Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80%
dan 90% berat
d) Kadar lumpur maksimum 5 %
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari Lembaga
Pemeriksaan Bahan-Bahan yang diakui.
- Agregat Kasar (Batu Pecah/Kerikil)
Agregat kasar yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah
berupa kerikil atau batu pecah dari butir-butir keras, runcing
tidak berpori, bersih dan tidak mengandung zat-zat aktif yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
a. Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus minimum 0% berat.
b.Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 90% berat dan 98%
berat.
c. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
d.Kadar lumpur maksimum 1 % berat.
- Bahan Pembantu
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu
pengikatan, dan pengerasan, atau maksud-maksud lain dapat
dipakai bahan-bahan pembantu, jenis dan jumlah bahan
pembantu yang dipakai harus atas persetujuan direksi.
Manfaat dari bahan-bahan pembantu harus dapat dibuktikan
dengan hasil-hasil percobaan dengan ketentuan bahwa tidak
boleh menyebabkan kekuatan tekanan beton tidak lebih dari 5%.
Di dalam pemakaiannya untuk bahan-bahan pembantu ini harus
diadakan pengawasan yang cermat untuk menjamin bahwa
jumlah pemakaian bahan tambahan tersebut selalu tepat dengan
yang diijinkan.
- Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton
muda yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang
disyaratkan dan sebelum beton mendapat bentuknya yang
permanen.
- Bekisting
Bekisting Beton adalah konstruksi cetakan terbuat dari kayu
(papan, triplek), baja atau beton precast yang digunakan untuk
membentuk beton muda agar bila telah mengeras mencapai
dimensi dan kedudukan seperti yang telah tercantum dalam
gambar. Acuan beton harus direncanakan sedemikian sehingga
pada waktu pembongkarannya tidak akan menimbulkan
kerusakan pada beton perancah.
b. Pencampuran Beton
- Perbandingan Campuran
Beton harus terdiri dari semen, bahan pengisi (agregat), air dan
bahan tambahan bila diijinkan, diaduk dengan sempurna, untuk
mendapatkan kekuatan yang ditentukan. Beton diklasifikasikan
berdasarkan kekuatan tekan 28 (dua puluh delapan) hari dengan
penggunaan ukuran agregat maksimum seperti terlihat dibawah
ini:
Tipe Kekuatan Ukuran Perbandingan
Campuran tekan yang Agregat air/semen
Beton ditentukan Maksimum maksimum
pada umur (mm) (%)
28 hari
(kg/cm2
)
(K-275) 275 40 (20) 50
A (K-225) 225 40 (20) 50
B (K-175) 175 40 50
C (K- 125) 125 80 55
D (K-100) 100 20 60
c. Pengecoran
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan
pekerjaan persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh
direksi.
- Persiapan
Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan penunjang siap
pakai, material dan pekerja-pekerja harus sudah berada di tempat
pengecoran.
Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan
dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran maupun potongan
kawat besi.
Acuan/Bekisting yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, maka kayu
tersebut harus terlebih dahulu dibasai dengan air hingga jenuh.
- Pelaksanaan Pengecoran
Sebelum pengecoran beton, harus dilakukan persiapan
sedemikian rupa sehingga dalam semua keadaan adukan beton
dapat diangkat dengan lancar dan di tempatkan pada posisi yang
diperlukan tanpa perlu adanya pengangkutan lebih lanjut serta
tidak terjadi pemisahan bahan-bahan.
Beton tidak boleh diangkut dengan talang miring atau dijatuhkan
dari tempat pengadukan atau dengan cara lain dengan ketinggian
lebih dari 1.5 m kecuali dengan persetujuan direksi yang dapat
memerintahkan adukan beton dijatuhkan keatas bak penampung
dan harus diaduk lagi dengan tangan sebelum dituang/dicor.
Tinggi pengangkutan harus lebih kecil dari 1,5 m , kecuali ada
ketentuan lain atas ijin direksi.
Tempat dimana beton akan dituang harus dijaga agar bebas dari
genangan air selama pelaksanaan pengecoran, kecuali ada
persetujuan lain dari direksi. Aliran air yang melintas atau masuk
ketempat pekerjaan tersebut harus diamankan sebelum proses
pengecoran beton dimulai. Jika pengecoran dalam air tidak dapat
dihindari dan jika telah mendapat persetujuan khusus oleh
direksi, adukan beton harus dituangkan melalui pipa. Ketentuan
khusus tentang bagian-bagian campuran dan tata cara
pengecoran dapat ditentukan oleh direksi dan penyedia jasa tidak
berhak atas kompensasi biaya yang di akibatkannya.
Sebelum melanjutkan pengecoran beton pada pekerjaan yang
dilaksanakan terdahulu, yang kemudian di istirahatkan atau
dihentikan, permukaan dan ujungnya harus dikasarkan dengan
sempurna dengan menggunakan pahat yang tajam sedemikian
rupa sehingga tidak ada lagi lapisan kulit yang lunak.
Permukaan yang dikasarkan tersebut harus dibersihkan dengan
sempurna dengan penyemprotan angin dan air atau cara-cara
lain yang yang disetujui, disikat dan disiram sesaat sebelum proses
pengecoran lapisan beton berikutnya dilaksanakan. Biaya untuk
semua pengkasaran permukaan tersebut harus dianggap telah
termasuk dalam harga-harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.
Beton untuk pekerjaan beton bertulang harus dicor dalam jumlah
sedikit-sedikit, dalam keadaan dapat dibentuk dengan
perbandingan air semen sedemikian rupa untuk mencapai
kekuatan yang ditentukan.
Pengecoran beton dalam bagian-bagian tersendiri harus
dilaksanakan terus menerus tanpa berhenti sampai batas
sambungan yang disetujui sebelumnya, atau sampai bagian
tersebut selesai dan harus diselesaikan dengan cara sedemikian
rupa sehingga bagian-bagian sambungan harus monolit, kecuali
ada ketentuan lain.
Beton bervolume besar harus dilaksanakan dalam bagian-bagian
yang terlebih dahulu dianjurkan atau disetujui oleh direksi dan
harus dikerjakan secara terus menerus tanpa berhenti sampai
selesai dalam setiap bagiannya dan tidak diijinkan untuk
istirahat selama pekerjaan berjalan. Apabila diperlukan bekerja
diluar batas jam kerja biasa untuk terpenuhinya kondisi tersebut
di atas, penyedia jasa harus sudah memperhitungkannya dalam
harga-harga satuan beton didalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Dalam pelaksanaan pengecoran penyedia jasa harus menyiapkan
acuan kubus beton dan membuat benda uji kubus beton sesuai
jumlah yang dianjurkan dan disetujui direksi. Segala biaya
penyiapan dan pengujian benda uji kubus tersebut menjadi
tanggung jawab penyedia jasa.
- Pengerjaan Beton Tidak Diijinkan Dalam Cuaca Tidak
Memungkinkan.
Pengerjaan beton tidak diijinkan selama ada badai atau hujan
lebat. Semua bahan beton dan perlengkapan instalasinya harus
dilindungi dengan baik terhadap akibat terjadinya badai atau
angin kencang.
- Campuran Yang Sudah Mengeras Tidak Boleh Digunakan
Dalam kejadian apapun campuran yang sudah mengeras tidak
boleh digunakan.
Direksi berhak menolak beton dalam beberapa kejadian sebagai
berikut :
• Jika pelaksanaan pengadukan tidak dapat dimulai dalam
30 menit setelah semen dituangkan kedalam agregat.
• Jika lebih dari 30 menit telah dilampaui antara adukan yang
telah masak dikeluarkan dari alat pengaduk dengan
pengecorannya tanpa pengaduk lagi.
• Jika telah dilampaui dari dari 1,5 jam antara penuangan
semen pada agregat dan pelaksanaan pengecoran beton.
• Jika slump dari beton telah menyusut lebih dari 2,5 cm atau
cukup besar menurut anggapan direksi, selama jangka waktu
mulai matangnya beton sampai pengecoran beton.
d. Pemadatan
Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat pemadat.
Ketelitian dalam hal pemadatan perlu diperhatikan agar supaya
sudut-sudut dan sela antara terisi dan disekeliling terpenuhi. Semua
rongga-rongga/gelembung udara tidak boleh terjadi pada
pemadatan.
Harus diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan ( Segregation )
f. Perawatan
Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan
panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang
disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton telah menjadi
keras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab,
dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah atau
menggenangi air sampai selama paling sedikit 2 minggu.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu. Tidak diperkenankan untuk
mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat
timbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut
bahan- bahan yang berat. Permukaan lantai beton yang selesai
sesudah beton mulai mengeras harus segera ditutup dengan
karung-karung basah agar beton tetap lembab dan mengeras
dengan sempurna.
Catatan : beton yang menggunakan semen biasa dan tidak memakai
bahan pembantu pembasahan dilakukan selama minimum 7 hari.
Beban hanya dapat diizinkan melewatinya setelah beton berumur
30 hari atau sampai waktu yang ditentukan direksi.
2.9. PEMBESIAN
2.10.1. Umum
Baja tulang harus terdiri dari besi beton bulat berulir atau besi beton
bulat sesuai ketentuan-ketentuan berikut ini :
Besi beton bulat Besi beton bulat
berulir
D - 24
U - 32
- Kekuatan tarik,kg/mm2 49 – 63 29 – 53
- Titik leleh, kg/mm2 30 atau lebih 24 atau lebih
- Penambahan panjang, % 14 atau lebih 20 atau lebih
d. Selimut Beton
selimut beton diukur dari sisi luar batang tulangan harus sesuai dengan
gambar atau daftar dibawah ini :
Jenis pekerjaan Selimut Beton
Minimum(cm)
1. Balok……………………………………………… 2,5
2. Pelat………………………………………………. 1,5
3. Dinding…………………………………………... 2,5
4. Kolom……………………………………………. 3,0
5. Bangunan yang masuk dalam tanah atau nampak
dan terpengaruh cuaca atau kena
gerusan…………………………………………….. 5,0
Selimut beton dalam semua hal, paling tidak harus sama dengan diameter
batang tulangan.
Satuan Berat (kg/m) 0,617 0,888 1,58 ,2,23 2,98 3,85 4,83 6,31
PENGENDALIAN RISIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA K3
.
1. Cerucuk kayu dolken • Tertimpa • Memakai APD
material (sarung tangan,
kayu wearpack, helm,
• Tertimbun sepatu
• Terjatuh keselamatan)
kelubang
• Tangan
lecet/luka
b. Pematokan Bersama:
Semua survei di lapangan selama pematokan bersama dan selama
konstruksi akan dilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk
konsultan. Hasil survei tersebut akan dikaitkan dengan gambar-
gambar konstruksi, kondisi yang ada dan beberapa ketidaksesuaian
antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada akan
dipergunakan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila
ada).
2.1.11. Cara Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran pembayaran pekerjaan patok ini berdasarkan jumlah
luasan yang dilaksanakan di lokasi pekerjaan dan sesuai yang
tertera pada gambar atau yang ditentukandireksi.
b. Pembayaran pekerjaan patok ini berdasarkan satuan meter persegi
(m2) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan untuk pekerjaan ini termasuk biaya pengadaan
material, upah buruh, dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.
2.1.12. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3
PENGENDALIAN RISIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA K3
.
1. Patok • Terjatuh • Memakai APD
• Terpleset (sarung tangan,
• Tangan wearpack, helm,
lecet/luka sepatu
keselamatan)
B. SPESIFIKASI UMUM
KETENTUAN UMUM
1. Umum
Lokasi Pekerjaan terletak pada :
Kabupaten : Wajo
Provinsi : Sulawesi Selatan
2. Ketentuan Umum
Pekerjaan harus dilaksanakan menurut peraturan dan syarat-syarat serta
gambar bestek. Segala perubahan hanya dianggap sah dan dibenarkan
apabila mendapat persetujuan Direksi secara tertulis.
Segala perintah dan petunjuk dari Direksi harus ditaati dan dilaksanakan
dengan baik demi sempurnanya pekerjaan.
Pada akhir pelaksanaan dan setelah berakhirnya masa pemeliharaan,
pekerjaan harus diserahkan kepada Panitia/Pejabat penerima hasil
pekerjaan dalam keadaan baik dan memuaskan, yang disertai Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan.
3. Fasilitas Pelaksanaan
Semua fasilitas pelaksanaan (temporary works) harus disimpan, dilakukan,
dioperasikan dan dipelihara oleh Penyedia Jasa, kecuali yang sudah diatur
dalam kontrak.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan memelihara semua jalan,
jembatan, saluran, tanggul dan lain-lain yang digunakan pada waktu
pelaksanaan pekerjaan. Sebelum mengangkut, membawa dan
memindahkan peralatan berat, Penyedia jasa harus menginspeksi batas-
batas beban yang diizinkan pada jalan-jalan yang akan dilewati. Oleh
karena itu Penyedia Jasa harus membicarakan dengan Direksi atau yang
berwenang sebelum memulai pekerjaan.
Penyedia jasa harus memelihara/melindungi sarana lingkungan dan lain-
lain pada waktu dan akibat dari pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut
Direksi, Penyedia jasa beroperasi di luar areal lokasi Pekerjaan dan
mengakibatkan kerusakan alam/lingkungan, maka Direksi berhak untuk
meminta kepada Penyedia jasa untuk melakukan perbaikan atas beban
Penyedia Jasa. Untuk melakukan pemeliharaan, perbaikan dan modifikasi
yang dilakukan Penyedia Jasa terhadap hal-hal tersebut di atas adalah
menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.Penyedia Jasa harus menjaga setiap
kemungkinan bahaya yang akan timbul. Oleh karena itu Penyedia Jasa
harus dapat mengatur peralatan pelaksanaan maupun bahan di lokasi
dengan sebaik-baiknya terhadap pengangkutan, penempatan material dan
pengisian bahan bakar untuk peralatan dan kendaraan yang dipergunakan
untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran.
4. Peralatan
Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua peralatan kerja dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan.
Disamping peralatan kerja utama, Penyedia Jasa harus menyediakan
peralatan kerja bantu yang cocok dan lazim digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini serta jumlah yang cukup.
Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan penerangan pada malam hari sehingga seluruh lokasi kerja
dapat dikontrol pada malam hari.
5. Foto Dokumentasi
Penyedia Jasa harus membuat foto-foto dokumentasi dalam tahapan
pekerjaan sebagai berikut :
* Sebelum pekerjaan dimulai (0 %)
* Pekerjaan mencapai 50 %
* Pekerjaan selesai seluruhnya (100 %)
Tata cara pengambilan foto dokumentasi diambil dalam arah dan tempat
yang sama setiap tahapan dengan latar belakang objek permanen yang
sama pula sehingga dapat menggambarkan kemajuan secara kronologis
dan jelas. Foto-foto yang baik khususnya yang dapat menunjukkan tahapan
pekerjaan 0 %, 50 % dan 100 %, yang dianggap penting disusun dalam
album dan diserahkan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap beserta
negatif filmnya, dan selanjutnya menjadi dokumen proyek.
7. Pengamanan
Penyedia Jasa berkewajiban menjaga keamanan dan tata tertib ditempat
pekerjaan.
Penyedia Jasa berkewajiban mengambil tindakan yang perlu demi
keamanan pekerjaan. Tempat pekerjaan harus senantiasa bersih dan
teratur rapih.
Penyedia Jasa wajib menolak orang-orang yang dinilai Direksi
mengganggu jalannya pekerjaan. Bila perlu Direksi minta bantuan
penguasa setempat dan penyedia jasa tidak berhak menuntut ganti rugi
karenanya.
8. Keselamatan Kerja
Penyedia Jasa diwajibkan memberi jaminan kesehatan dan keamanan serta
keselamatan bagi para karyawan dan pekerja-pekerja, antara lain dengan
menyediakan kotak PPPK lengkap dengan obat kebutuhan sebagai alat
penolong jika terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan. Biaya perawatan
menjadi beban Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa berkewajiban membayar Asuransi Tenaga Kerja sesuai
peraturan yang berlaku.
9. Program Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus membuat program pelaksanaan sesuai dengan syarat-
syarat kontrak. Program tersebut harus di buat dalam bentuk barchart dan
daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan :
a). Jenis Kegiatan dan volume.
b). Waktu Pelaksanaan.
c). Program dan realisasi kemajuan pekerjaan.
d). Jumlah dan jenis tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan.
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan
pekerjaan mobilisasi, persiapan dll, serta kelonggaran waktu dengan
adanya hari libur umum.
b. Peralatan
Penyedia jasa harus segera menyediakan semua peralatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup dan jenis
alat yang sesuai. Apabila Direksi Pekerjaan memandang belum
sesuai dengan kontrak, maka Penyedia jasa harus segera memenuhi
kekurangannya agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan
sempurna.
c. Bahan Pengganti
Penyedia jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan, apabila
bahan tersebut tidak tersedia di pasaran, maka dapat digunakan
bahan pengganti yang sesuai dengan mendapat izin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
d. Pemeriksaan Bahan/Material
Material yang akan digunakan oleh Penyedia jasa harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
15. Lain-Lain
Hal-hal yang belum terdapat dalam persyaratan ini yang diperkirakan
akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan, akan ditambahkan di
dalam Aanwijzing (Peninjauan Lapangan).
B. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi
Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 15
(Lima Belas) hari sejak diterbitkan SPMK yang meliputi ;
c. Mendatangkan personil-personil
2. Pembersihan Lapangan
Penyedia jasa harus membersihkan lokasi pekerjaan sebelum pekerjaan di
mulai dari semua tumbuhan, termasuk pohon-pohon, akar-akaran dan
lain-lain pada daerah tertentu di tempat pekerjaan.
Semua hasil pembongkaran/pembersihan tersebut dibuang ke tempat yang
telah ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
Ukuran-ukuran daerah yang akan dibersihkan tercantum pada gambar-
gambar rencana atau ditentukan oleh Direksi sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
3. Pekerjaan Pengukuran
a. Titik Tetap (Bench Mark)
Sebelum pekerjaan dimulai Direksi menentukan titik tetap di
lapangan yang ketinggiannya akan diberikan secara tertulis pada
pihak Penyedia jasa. Titik tetap ini akan merupakan titik utama
dalam melaksanakan pekerjaan dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan titik duga (peil-peil) pada sumbu tanggul dan
bangunan-bangunan lainnya.
Selama pelaksanaan, Penyedia jasa diwajibkan untuk menjaga dan
mencegah kemungkinan-kemungkinan rusak dan berubahnya titik
tetap.
Jika merasa perlu Direksi dapat memerintahkan kepada Penyedia
Jasa untuk mengadakan pengecekan peil titik tetap lainnya.
C. ADMINISTRASI
1. Bouwheer Direksi dan Pengawas
a. Sebagai Pemilik Pekerjaan (Bouwheer) adalah :
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini diwakili oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Prov. Sulawesi Selatan.
b. Bertindak sebagai Direksi pekerjaan ialah Kepala UPT. WS. Walanae
Cenranae atau yang ditunjuk oleh PA/KPA, yang selanjutnya disebut
Direksi.
c. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Direksi menunjuk pembantu-
pembantunya sebagai Pengawas Pekerjaan.
d. Semua perintah dan petunjuk dari Pengawas, dianggap sebagai
ketentuan dari Direksi, selama tidak menyimpang dari syarat-syarat
pekerjaan ini dan semua peraturan yang berlaku.
c. Wajib mengikuti rencana kerja yang diajukan oleh Penyedia Jasa yang
telah disetujui oleh Direksi.
8. Rencana Kerja
a. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana kerja untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi paling lambat satu minggu
setelah dikeluarkan surat perintah mulai kerja (SPMK).
Rencana kerja meliputi :
1) Rencana Umum Pekerjaan.
2) Organisasi dan tanggung jawab staf Penyedia Jasa.
3) Daftar dan jumlah peralatan dan material
yang akan digunakan.
4) Time Schedule dan jadwal umum pelaksanaan.
5) Metode Pelaksanan, mulai dari pekerjaan
persiapan, pengukuran, dan seterusnya
6) Data dan grafik curah hujan.
b. Persetujuan dari rencana kerja ini, sekali-kali tidak membebaskan
penyedia jasa dari tanggung jawab. Juga tidak berarti memberi hak
pada penyedia jasa untuk menuntut ganti rugi, bila dalam pekerjaan
alat-alat bantu yang digunakan atau urutan dari cara pelaksanaan
ternyata tidak tepat.
17. Perselisihan
a. Apabila terjadi perselisihan antara pihak Direksi dan pihak Penyedia
jasa, maka harus diusahakan penyelesaian secara musyawarah.
1) Peperangan
2) Kerusakan
3) Revolusi
4) Bencana Alam : Banjir, Gempa bumi, badai, gunung
meletus, tanah longsor, wabah penyakit, dan angin topan.
5) Pemogokan
6) Kebakaran
7) Gangguan Industri Lainnya.